Anda di halaman 1dari 22

MODULV

MATA KULIAH BIOLOGI DASAR

a. Identitas Mata Kuliah


Mata Kuliah : Biologi Dasar
SKS/Kode Mata Kuliah : 3/18Y02111103
Semester : I (Ganjil)atauII (Genap)
Program Studi : Biologi
MataKuliah Prasyarat : -
Tim Dosen : Drs. Ambeng, M.Si dan Tim Dosen Biologi

b. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) :


Setelah mengikuti mata kuliah Biologi Dasar, mahasiswa mampu menjelaskan konsep
dasar pada organisme, dan interaksi organisme dengan lingkungan sertaevolusinya
sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat dijadikan dasar pengembangan di
departemennya masing-masing.

c. Judul Pokok Bahasan


Hukum mendel Pembelahan Sel & Pewarisan Sifat

d. Metode Pembelajaran
 Luring (Off line) : Bentuk Kuliah, Metode Ceramah dan Diskusi Interaktif.
 Daring (On line) : Tugas-tugas (LMS Modul 5)

e. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (Sub-CPMK):


Setelah mengikuti proses pebelajaran Hukum mendel Pembelahan Sel & Pewarisan
Sifatmahasiswa mampu menjelaskan:Dasar fisik hereditas, Teori tentang kromosom,
Mitosis, Meiosis, Mekanisme penurunan sifatdanHukum mendel.

f. Perilaku Awal/ Entry Behavior


1. Mahasiswa telah membuat rangkuman mengenaiHukum mendel Pembelahan Sel &
Pewarisan Sifat.
2. Mahasiswa yang akan melakukan presentasi telah membuat materi dalam bentuk
Powerpoint.

g. Dosen Pengampu Pokok Bahasan


Drs. Ambeng, M.Si

h. Urutan Pembahasan
Pendahuluan secara berurutan akan meliputi
 Dasar fisik hereditas
 Teori tentang kromosom
 Mitosis

IV-1
 Meiosis
 Mekanisme penurunan sifat

i. Uraian Materi
DASAR FISIK HEREDITAS
DNA diliputi oleh suatu matriks protein yang membentuk nucleoprotein yang
terorganisir dalam suatu struktur yang mudah dipulas atau diwarnai dengan zat pewarna
tertentu, yakni kromosom. Pada makhluk eukariot kromosom berada di dalam nucleus sel.
Meskipun DNA sudah diketahui sejak akhir abad ke 19, akan tetapi setelah eksperimen-
eksperimen yang dilakukan oleh Avery, Mac Leod dan McCarty pada tahun 1944 dan oleh
Hershey serta Chase pada tahun 1952, barulah orang yakin bahwa DNA adalah merupakan
material genetic. DNA memenuhi persyaratan sebagai material genetic, karena DNA
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

a. DNA mempertahankan struktur yang stabil


b. DNA dapat bereproduksi atau bereplikasi sendiri dan dapat diwariskan secara
konsisten dari sel ke sel atau dari generasi ke generasi berikutnya.
c. DNA dapat mengekspresikan dirinya dengan cara mengarahkan pembentukan
molekul-molekul biologis yang lain ( lipid, protein, karbohidrat ), sehingga pada
akhirnya dapat membentuk sel dan organisme.
d. DNA bervariasi, karena dapat mengalami mutasi dan rekombinasi, yang dapat
diwariskan ke generasi berikutnya ( variabilitas dan evolusi ).
Gen adalah suatu segmen molekul DNA yang berfungsi sebagai arsitek dalam
pembentukan :

a. Suatu fenotip tertentu dari organisme


b. Suatu enzim (protein) tertentu
c. Suatu peptida(satu gen satu polipeptida)
Seperangkat dasar DNA /gen-gen pada n jumlah kromosom dari sebuah sel disebut
genom. Genom dalam arti yang luas disebut genotip, sedang dalam arti yang sempit genotip
menunjuk pada jenis gen apa yang menyebabkan suatu sifat tertentu. Hasil saling pengaruh
(interaksi) gen dengan faktor lingkungan disebut fenotip. Faktor lingkungan adalah ekosistem
dimana individu hidup. Meskipun genotip induk dengan genotip anak sama, akan tetapi jika
berada dalam lingkungan yang berbeda, fenotip induk dan anak dapat berbeda. Perbedaan
fenotip dapat pula disebabkan oleh perbedaan genotip, meskipun berada dalam lingkungan
yang sama.

IV-2
A. TEORI TENTANG KROMOSOM
Cukup banyak bukti yang dikemukakan oleh para ahli genetika, bahwa gen berada di
dalam kromosom. Jika gen berada di dalam kromosom, maka perilaku kromosom dalam
pembelahan sel mitosis, terutama pembelahan meiosis harus sejalan atau bersesuaian dengan
hukum segregasi dan hukum asortasi bebas dari Mendel.

Berikut kita ikuti perkembangan individu mamalia (eukariotik) mulai dari zigot
sampai menjadi dewasa yang menghasilkan gamet (Gambar 4.1).

Contoh : Gamet spermatozoa mammalia membawa gen A dan gen B yang


berlokus pada 2 kromosom yang berbeda. Gamet betina (ovum) membawa gen
a dan gen b yang berlokus pada 2 kromosom yang berbeda. Kedua kromosom
dari jantan dan betina memperlihatkan morfologi yang sama, disebut sepasang
kromosom homolog.

Jika terjadi pembuahan, maka zigot bergenotip AaBb. Dalam perkembangan


selanjutnya zigot membelah menjadi 2 anak sel. Kedua anak sel membelah
lagi menjadi 4 anak sel. Demikian seterusnya terjadi pembelahan mitosis
berulang-ulang (proliferasi sel ) kemudian diikuti oleh diferensiasi sel menjadi
berbagai jenis sel yang mengambil bentuk dan fungsi yang khas. Dari segi
reproduksi ada 2 kelompok sel yang terbentuk, yakni :

a. Sel soma, seperti sel otot, epitel, sel saraf, tulang, darah dll.
b. Bakal sel kelamin yang akan menjadi spermatozoa atau ovum.

IV-3
Gambar 4.1. Siklus hidup Manusia

Dari sekian trilliun jumlah sel dari suatu individu dewasa semuanya berasal dari satu
sel, yakni zigot dengan cara pembelahan sel secara mitosis. Pembelahan mitosis
menghasilkan 2 anak sel, dimana masing-masing anak sel mengandung material genetic (gen-
gen) yang identik dengan induk sel.

Dengan demikian jika zigot bergenotip AaBb, maka semua sel yang berasal dari zigot
tersebut akan bergenotip AaBb, meskipun sel-sel tersebut telah berdiferensiasi menjadi
berbagai macam jenis sel (jaringan). Satu siklus pembelahan mitosis dengan tahapan-
tahapannya diperlihatkan dalam gambar/diagram sebagai berikut (Gambar 4.2) :

IV-4
Gambar 4.2. Siklus mitosis

Kejadian penting dari sudut pandang sitogenetika selama siklus pembelahan mitosis,
adalah sebagai berikut (Gambar 4.3):

1. Interfase
Pada fase S DNA bereplikasi, yakni membuat cetakan yang susunan kimianya identik
dengan induknya. Tiap kromosom ikut membelah pula sehingga kromosom kini terdiri atas 2
kromatid, yang berpegang pada suatu tempat di kromosom, disebut sentromer. Perhatikan
suatu gen A yang berlokus pada kromosom. Setelah fase S, masing-masing kromatid
mengandung gen A yang sama, disebabkan oleh replikasi DNA. Pada interfase identitas tiap
kromosom yang sudah terdiri atas 2 kromatid belum tampak jika dilihat pada mikroskop
biasa.

2. Profase
Pada profase kromosom berkondensasi, sehingga identitas kromosom mulai tampak di
bawah mikroskop. Mula-mula tampak berupa benang halus, lama kelamaan makin pendek
dan tebal.

Pada akhir profase kromosom memendek beberapa ratus kali dari panjangnya semula
dan akan bergerak menuju bidang ekuator. Membran nukleus menghilang dan di dalam
sitoplasma 2 macam spindle apparatus:

a. Spindle apparatus yang menghubungi kutub sel

IV-5
b. Spindle apparatus yang menghubungi kutub yang satu ke sentromer (kinetokor) yang
berlanjut ke kutub yang lain
3. Metafase
Fase ini amat baik untuk mempelajari bentuk kromosom karena :

a. Semua kromosom berpencar pada bidang ekuator


b. Semua kromosom telah berkondensasi maksimal sehingga identitas tiap kromosom dapat
dilihat di bawah mikroskop
Metafase berfungsi memungkinkan pembagian material genetic (kromosom dan gen)
yang sama/identik kepada kedua anak sel yang akan terbentuk.

Beberapa kesimpulan yang diperoleh dari studi tentang kromosom pada stadium
metafase berbagai makhluk hidup adalah sebagai berikut :.

A. Morfologi Kromosom
Berdasarkan letak sentromer, kromosom dibagi atas :

a. Metasentris, jika sentromer berada di tengah, membagi kedua lengan kromosom


(lengan p dan lengan q) sama panjang.
b. Submetasentris, atau acrosentris, jika sentromer membagi lengan kromosom tidak
sama panjang. Lengan p lebih pendek dari lengan q.
c. Telosentris, jika sentromer berada di dekat atau di ujung kromosom. Adakalanya di
ujung kromosom, ada perpanjangan yang disebut satelit.
Berdasarkan morfologi kromosom, diketahui pula bahwa tiap kromosom mempunyai
pasangan yang sama bentuknya. Sepasang kromosom ini disebut sepasang kromosom
homolog. Kromosom yang satu dibawa oleh spermatozoa, disebut kromosom paternal, dan
yang lain dibawa oleh ovum disebut kromosom maternal.

B. Jumlah Kromosom
Karena kromosom berpasangan, maka jumlah kromosom pada sel soma dan bakal sel
kelamin (gametogonia) senantiasa genap. Setiap individu anggota suatu species
mempunyai jumlah kromosom yang tetap dan khas (dalam keadaan normal), contoh Homo
sapiens mempunyai 46 kromosom (23 pasang) dalam setiap sel soma atau bakal sel
kelamin. Jika ada n pasang kromosom dalam sebuah sel, maka jumlah kromosom adalah
2n. Sel yang mengandung 2n kromosom disebut haploid. Genom adalah suatu perangkat
kromosom yakni keseluruhan kromosom dan gen pada n kromosom.

IV-6
C. Kromosom Autosom Dan Kromosom Kelamin
Pada beberapa species, termasuk manusia, jenis kelamin laki-laki/jantan ditentukan oleh
sepasang kromosom yang heteromorfik, artinya berbeda bentuk. Kromosom ini disebut
kromosom kelamin, yakni yang satu kromosom X dan yang lain kromosom Y.

Pada perempuan, jenis kelamin ditentukan oleh 2 kromosom X. Laki-laki adalah


heterogametik, karena menghasilkan 2 macam gamet, yakni yang satu mengandung
kromosom X dan yang lain mengandung kromosom Y. Perempuan adalah homogametik.
Setiap ovum mengandung satu kromosom X. Kromosom lain di sebut kromosom autosom.
Pada manusia ada 22 pasang kromosom autosom. (A).Laki-laki ditulis 44A + XY dan
perempuan 44A + XY. Analog dengan kromosom, kita sebut pula gen autosom jika gen
berlocus pada kromosom autosom.

4. Anafase
Kedua kromatid dari sebuah kromosom berpisah ke kutub yang berlawanan, setelah
sentromer bereplikasi. Perhatikan gen-gen yang diangkut ke kutub yang berlawanan. Semua
sama! Kedua kromatid dari sebuah kromosom yang berpisah kini disebut kromosom.

5. Telofase
Pada akhir telofase terbentuk 2 anak sel yang mengandung material genetik
(kromosom dan gen) yang sama dengan induk sel (zigot). Masing-masing anak sel memulai
siklus mitosis kedua dan seterusnya sampai terbentuk semua jaringan organ individu, antara
lain bakal sel kelamin. Dapat dimengerti semua sel (apapun jenisnya) bergenotip sama.
Sekelompok sel-sel yang berasal dari satu sel dengan pembelahan mitosis disebut klon.
Bakteri dapat diklon setelah induk sel dilakukan manipulasi genetik (rekayasa genetik).

IV-7
Zigot

AaBb

Spermatozoa

AB

Ovum

ab Metafase

Profase

Anafase

Sel anak Sel anak

AaBb AaBb

Gambar 4.2. Pembelahan mitosis

IV-8
B. GAMETOGENESIS PADA MAMMALIA
Spermatogenesis (Gambar 4.4) pada mammalia berlangsung di dalam tubulus
seminiferous dari testis. Bakal spermatozoa yang berasal dari germinal epithelium merupakan
sel-sel primordial diploid yang mengalami pembelahan mitosis berulang-ulang (proliferasi)
dan akhirnya membentuk spermatogonia. Spermatogonia bertumbuh dan berdiferensiasi
menjadi spermatosit primer yang masih diploid. Spermatosit primer mengalami pembelahan
meiosis I menghasilkan 2 spermatosit sekunder yang haploid. Peristiwa ini bersesuaian
dengan hokum segregasi dan hukum asortasi bebas dari Mendel. Kedua spermatosit sekunder
kemudian mengalami pembelahan meiosis II yang menghasilkan 4 spermatid haploid.
Spermatid mengalami spermiogenesis (membuang sebanyak mungkin sitoplasma)
membentuk spermatozoa. Banyak spermatogonia yang sekaligus mengalami pembelahan
meiosis, sehingga jantan/laki-laki dapat memproduksi banyak spermatozoa.

Oogenesis mammalia berawal dari germinal epithelium ovarium, yang merupakan sel-
sel primordial diploid, disebut oogonium. Oogonium bertumbuh dan menimbun dirinya
dengan banyak sitoplasma atau yolk (sebagai sumber makanan bagi embryo) menjadi oosit
primer yang masih diploid. Oosit primer mengalami pembelahan meiosis I menjadi 2 anak sel
yang berbeda volumenya. Sel yang besar dimana terkonsentrasi sitoplasma disebut oosit
sekunder. Sel yang kecil disebut polosit primer. Oosit sekunder dan polosit primer
mengandung jumlah kromosom haploid yang sama Oosit sekunder kemudian mengalami
pembelahan meiosis II yang menghasilkan satu sel besar disebut ootid dan satu sel kecil
disebut polosit sekunder. Polosit primer masih dapat membelah menjadi 2 polosit sekunder.
Semua polosit berdegenerasi dan tidak dapat difertilisasi. Ootid masih mematangkan diri
menjadi ovum yang siap dibuahi. Pada fertilisasi, spermatozoom yang haploid menyatu
dengan ovum yang haploid menjadi zigot yang diploid. Satu oogonium hanya dapat
menghasilkan satu ovum, sedang satu spermatogonium menghasilkan empat spermatozoa
yang potensial melakukan fertilisasi. Wanita pada umumnya selama satu siklus menstruasi
hanya menghasilkan satu ovum. Kadang-kadang ada juga yang sekaligus mengovulasi 2 atau
lebih ova, sehingga dapat menyebabkan kembar non identik (dizigotik atau polizigotik).
Bakal ovum pada wanita sudah terbentuk semua pada waktu wanita masih dalam stadium
embrio yang berusia + 3 bulan dalam kandungan ibu.

I. MEIOSIS I
Untuk memperlihatkan perilaku gen dan kromosom selama pembelahan meiosis, kita
berpatokan dari zigot yang bergenotip AaBb. Gen A dan B berlokus pada 2 kromosom

IV-9
paternal yang berbeda, sedang gen a dan b berlokus pada kedua kromosom maternal yang
homolog.

1. Profase I
Profase I terjadi pada spermatosit primer dan oosit primer sebelum meiosis dimulai
DNA ber-replikasi. Profase I dapat dibagi dalam sub fase :

a. Leptoten
b. Zigoten
c. Pachyten
d. Diploten
e. Diakinesis
a. Leptoten
Kromosom tampak berupa benang halus yang memanjang. Kromosom mulai
berkondensasi. Di sana-sini terjadi penebalan sepanjang kromosom, yang disebut
kromomer.

b. Zigoten
Tiap pasangan kromosom homolog (satu maternal, yang lain paternal) bersinapsis atau
melekat sepanjang kromosom, sedemikian rupa sehingga tiap pasangan gen alel
berhadapan. Perhatian: Ingat bahwa sinapsis kromosom homolog tidak terjadi pada
mitosis. Sepasang kromosom homolog yang bersinapsis ini disebut bivalen.

c. Pachyten
Pasangan kromosom saling melilit secara padat. Tiap kromosom tampak sudah terdiri atas
2 kromatid, sehingga sepasang kromosom homolog yang lebih berkondensasi dan
bersinapsis tampak berstruktur 4, disebut tetrad. Tiap gen disintesis 2 kali, sehingga pada
tetrad yang panjang terdapat gen Aaaa dan pada tetrad lain BBbb. Adakalanya hal ini
terjadi pada sub fase diploten.

IV-10
d. Diploten
Pada diploten pasangan kromosom homolog mulai merenggang melepaskan diri satu
sama lain, sehingga sinapsis tersisa di beberapa tempat yang membentuk chiasma, yakni
persilangan kromosom, dimana dapat terjadi pindah silang (crossing over).

Dalam uraian selanjutnya diperlihatkan tidak terjadi pindah silang. Pindah silang dapat
terjadi sebelum diploten (manusia).

e. Diakinesis
Kromosom lebih berkondensasi. Pasangan kromosom homolog makin merenggang, akan
tetapi tetrad tetap utuh dan mulai bergerak menuju bidang ekuator.

2. Metafase I
Membran inti dan nukleolus sudah menghilang. Tetrad menempatkan diri pada bidang
ekuator spermatosit primer berada di bagian tengah sel, sedang pada oosit primer berada pada
perifer sel, sehingga setelah terbentuk polosit primer dan oosit sekunder berbeda volumenya.
Pada Metafase I tetrad tetap utuh.

Tiap sentromer kromosom belum ber-replikasi. Untuk selanjutnya mari kita ikuti lebih
dahulu pembelahan meiosis pada spermatogenesis (jantan). Letak tetrad pada bidang ekuator
terjadi secara acak (random), sehingga kedua tetrad memungkinkan semua kombinasi. (Pada
manusia 2n = 46. Berapa jumlah kombinasi gamet yang dapat terbentuk?)

3. Anafase I
Kromosom homolog dari tetrad bersama pasangan gen alel berpisah ke kutub sel yang
berlawanan. Peristiwa ini bersesuaian dengan hukum segregasi dari Mendel. Tiap kromosom
masih utuh terdiri dari 2 kromatid.

4. Telofase I
Kita lihat bahwa dari bakal sel kelamin bergenotip AaBb dapat diperoleh kombinasi
gen dalam spermatosit II sebagai berikut :

1. a dapat berkombinasi dengan B


2. A dapat berkombinasi dengan b
3. a dapat berkombinasi dengan b
4. A dapat berkombinasi dengan B
Peristiwa inilah yang bersesuaian dengan hukum asortasi bebas dari Mendel.

IV-11
II. MEIOSIS II
Meiosis II berfungsi memisahkan kromatid dari tiap kromosom, yang pada prinsipnya
sama dengan proses mitosis.

1. Metafase II
Disini tidak dibicarakan profase II. Pada meiosis II spermatosit langsung mengalami
metafase II. Kromosom menempatkan diri pada bidang ekuator. Kromosom masih terdiri atas
2 kromatid.

2. Anafase II
Kedua kromatid dari tiap kromosom berpisah

3. Telofase II
Pada akhir telofase II, tiap kemungkinan menghasilkan 4 spermatozoa. Perhatikan
bahwa tiap kemungkinan kombinasi kromosom, akan hanya ada 2 kombinasi yang berbeda.
(Jelaskan apa sebabnya).

Spermatid mengalami spermiogenesis menjadi spermatozoa. Untuk mendapatkan


kombinasi gen, yakni AB, ab, aB dan Ab diperlukan banyak spermatosit primer yang
sekaligus mengalami meiosis.

SPERMATOGENESIS

MEIOSIS I
bivalen tetrad

pindah

silang

Profase I Zygoten Pachyten

Kemungkinan I Kemungkinan II

Meiosis I
IV-12

Meiosis II
Metafase I

Anafase I

Telofase I Profase II

IV-13
Metafase II Metafase II

Anafase II Anafase II

Telofase II Telofase II

IV-14
IV-15
C. GAMETOGENESIS TUMBUHAN
Gametogenesis dalam dunia tumbuhan sangat bervariasi. Proses pembentukan gamet
yang diuraikan terdapat pada Angiospermae. Gametogenesis terdiri dari :

a. Mikrosporogenesis
b. Makrosporogenesis

1. MIKROSPOROGENESIS
Mikrosporogenesis berlangsung pada bagian bunga jantan, yang menghasilkan spora
reproduktif disebut butir pollen (Gambar 4.5). Suatu sel induk yang diploid, disebut
mikrosporosit, mengalami pembelahan meiosis I dan menghasilkan sepasang sel haploid.
Kedua sel haploid ini mengalami pembelahan meiosis II dan menghasilkan 4 mikrospora
yang haploid. Setiap inti dari mikrospora ini membelah secara mitosis tanpa diikuti oleh
pembelahan sitoplasma, yakni jenis pembelahan yang disebut karyokinesis.

Produk karyokinesis pertama menghasilkan sel yang mengandung 2 nuklei haploid


yang identik. Salah satu dari nuklei ini menjadi nukleus generatif dan mengalami pembelahan
karyokinesis II sehingga terbentuk 2 nuklei sperma. Nukleus yang lain tidak mengalami
pembelahan karyokinesis kedua dan menjadi nucleus saluran (tube nucleus). Ketiga nuklei
mikrospora ini adalah identik.

IV-16
Gambar 4.5. Mikrosporogenesis

2. MAKROSPOROGENESIS
Makrosporogenesis merupakan proses gametogenesis yang berlangsung pada bagian
bunga betina (ovarium) yang menghasilkan sel-sel reproduktif disebut kantong embrio.
Sebuah sel induk megaspora, disebut makrosporosit, mengalami pembelahan meiosis I yang
menghasilkan sepasang sel haploid. (Gambar 4.6)

Pembelahan meiosis II menghasilkan 4 sel megaspora yang haploid. Setelah meiosis


II selesai, tiga sel megaspora berdegenerasi. Sel megaspora yang sisa mengalami 3 kali
pembelahan karyokinesis, sehingga menghasilkan sebuah sel besar yang mengandung 8
nuklei yang haploid, dan merupakan kantong embryo yang belum matang. Kantong embryo
ini dibungkus oleh jaringan induk dari ovarium (integumen) dan oleh megasporangium. Pada
salah satu ujung dari kantong embryo terdapat satu lubang yang disebut mikropyle, yang akan
digunakan saluran pollen memasuki kantong embryo pada waktu pembuahan. Tiga nuklei

IV-17
dari kantong embryo menempatkan diri di dekat mikropyle dan dua dari tiga nuklei ini
berdegenerasi (synergid). Nukleus yang ketiga menjadi nukleus telur (ovum).

Tiga nuklei lain dari kantong embryo bergerak ke ujung yang berlawanan dan
kemudian berdegenerasi (antipodal). Dua nuklei yang sisa (nuclei polar) berfusi di bagian
tengah dari kantong embryo membentuk nukleus fusi. Kini kantong embryo telah matang,
disebut megagametofit, dan siap untuk pembuahan.

Gambar 4.6. Makrosporogenesis

IV.2. MEKANISME PENURUNAN SIFAT


Pada waktu Mendel mempublikasikan hasil eksperimennya pada tahun 1865, tidak
seorang pun ilmuwan yang mengakui kebenaran teorinya tentang bagaimana sifat-sifat
diwariskan oleh induk kepada anaknya. Para ilmuwan saat itu belum dapat menerima prinsip
bahwa peristiwa biologis dapat dijelaskan dengan menggunakan pendekatan matematis atau
kuantitatif seperti yang dikemukakan oleh Mendel.

Hugo de Vries (Belanda), Carl Correns (Jerman) dan Von Tschermak (Austria) pada
tahun 1900 mengulangi eksperimen yang dilakukan oleh Mendel dan membenarkan teori dan
hukum Mendel sehingga tahun 1900 disebut tahun penemuan kembali Mendelisme.

A. HUKUM MENDEL
1. Hukum Segregasi (Hukum Mendel I )

IV-18
Mendel memperhatikan satu sifat tertentu dari individu dan menelusuri penurunan
sifat tersebut sampai pada beberapa generasi berikutnya. Mendel memilih sifat yang
mengekspresi diri dalam dua alternatif yang kontras berbeda misalnya, warna biji pada
kacang ercis yang berwarna hijau dan kuning (Gambar 4.7).

Dari hasil pembastaran dua varietas yang berbeda (biji kuning disilangkan dengan biji
hijau) Mendel berkesimpulan bahwa satu sifat ditentukan oleh sepasang gen alel yang tetap
terpisah atau tidak melebur pada individu.

Gambar 4.7. Pembastaran varietas kacang ercis berbiji hijau dengan varietas berbiji kuning
sampai pada generasi F2.

Faktor penentu sifat hijau yang dominan diberi simbol H sedangkan faktor penentu
sifat kuning yang resesif diberi simbol h. Hasil eksperimen dari Mendel diperoleh F 2 428 biji
hijau dan 152 biji kuning atau dalam perbandingan 3: 1.

Beberapa istilah :

Jenis dan kombinasi gen disebut genotip : HH, Hh,hh. Kombinasi gen sama disebut
homozigot : HH, hh. Kombinasi gen yang berbeda disebut heterozigot : Hh. Fenotip
adalah suatu sifat sebagai produk interaksi gen dengan lingkungannya misalnya warna
biji kacang ercis. Jika perkawinan antar dua individu dengan hanya memperhatikan
satu macam sifat saja disebut monohibrid sedang mengamati dua sifat sekaligus
disebut dihibrid (Gambar 4.8).

IV-19
Gambar 4.8. Hukum segregasi dan fertilisasi diperlihatkan dengan menggunakan symbol

2. Hukum Asortasi Bebas


Mendel mengamati pola penurunan dua sifat sekaligus. Mendel membastarkan
varietas kacang ercis yang berbatang tinggi berbiji hijau dengan varietas berbatang pendek
berbiji kuning. Hasil eksperimen pembastaran diperlihatkan pada Gambar 4.9.

Tinggi ditentukan oleh gen T , pendek ditentukan oleh gen t

Hijau ditentukan oleh gen H, kuning ditentukan oleh gen h

IV-20
Gambar 4.9. Asortasi bebas pada pembentukan gamet oleh individu F1

Menurut hukum segregasi pada pembentukan gamet oleh individu F1, gen T dan gen t
terpisah pada dua gamet. Demikian pula gen H dan h berpisah, akan tetapi apakah gen H
harus berkombinasi dengan gen T dalam satu gamet atau dapat pula berkombinasi dengan
gen t ? Demikian pula gen h apakah berkombinasi dengan gen T atau dengan gen t.

Menurut Mendel kombinasi terjadi secara acak atau bebas, sehingga semua
kemungkinan kombinasi gen dalam gamet dapat diperoleh. Inilah yang disebut dengan
hukum asortasi bebas. Genotip F1 : HhTt adalah perpaduan antara proses segregasi dari
masing-masing pasangan gen alel dan kombinasi atau asortasi secara bebas pada waktu
pembentukan gamet yaitu : Ht ht hT Ht.

Pada waktu fertilisasi gamet-gamet jantan membuahi gamet-gamet betina secara acak
atau bebas sehingga diperoleh 16 kombinasi genotip dalam F2. Penyelesaian soal perkawinan
dihibrid dapat dilakukan dengan menggunakan Punnet Square (papan catur) atau dengan Tree
Diagram (Diagram Pohon).

Perbandingan fenotip yang diperoleh dalam F2 adalah : Hijau tinggi : Hijau pendek :
Kuning tinggi : Kuning pendek = 9 : 3 : 3 : 1.

j. Penutup.
Fasilitator merangkum materi kuliah ini dengan memberikan esensi dari materi
bahasan dan keterhubungannya dengan materi bahasan sebelumnya dan berikutnya

IV-21
k. Tugas

Fasilitator memberikan Tugas kepada peserta kuliah untuk membaca materi bahan
ajar/referensi dan membuat rangkuman tentang Hukum mendel Pembelahan Sel &
Pewarisan Sifat meliputi: Dasar fisik hereditas Teori tentang kromosom, Mitosis,
Meiosis, dan Mekanisme penurunan sifat.

l. Umpan Balik

Mahasiswa dapat mengajukan hal tentang kondisi yang dialami dan diharapkannya
untuk memahami materi bahasan terkait.

m. Referensi
Bahan Ajar/ Materi Biologi dasar pada LMS.
Barrett, J,M., 1986. Biologi. Prentice-Hall, Englewood Cliffs, New Jersey
Campbell, et al. 2003. Biologi Jilid 1. Jakarta : Erlangga, hal 153-157

IV-22

Anda mungkin juga menyukai