Anda di halaman 1dari 5

Tugas Pengantar Pendidikan Pancasila

(Resume Pertemuan ke-6 )


Dosen Pengampu : Drs. Zulham, M.Si

Disusun Oleh :

Nilam Ardiningrum

NIM. 1407621013

Universitas Negeri Jakarta


Fakultas Ilmu Sosial
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
2021
A. Foto Diri

B. Resume
Dari pertemuan ke-5 di mata kuliah pendidikan pancasila ini,
pembahasan materi yang dibahas saat dikelas adalah pancasila sebagai sistem
filsafat. Dalam kelas ini, yang memgisi materi adalah kelompok 1 sebagai
penyaji dan kelompok 4 sebagai pembanding. Yang dimana masing-masing
kelompok memaparkan pembahasan materinya kurang lebih 20 menit, dengan
sesi tanya jawab.

Materi yang disajikan dalam pertemuan ini sebagai berikut:


Secara etimologi atau arti kata, filsafat berasal dari kata Yunani yaitu
filosofia yang berasal dari kata kerja Filosofien yang berarti mencintai
kebijaksanaan. Kata tersebut juga berasal dari kata philosophis yang berasal dari
kata kerja philein yang berarti mencitai, atau kata philia yang berarti cinta, dan
kata sophia yang berarti kearifan. Dari kata tersebut lahirlah kata Inggris yaitu
philosophy yang diartikan dengan cinta kearifan. (Asmoro, Ahmadi,2005: 1).
Ciri-ciri berpikir kefilsafatan, memiliki kriteria seperti berikut:
1. Bersifat koheren
2. Bersifat menyeluruh
3. Bersifat mendasar
4. Bersifat spekulatif

Noor Bakry menjelaskan bahwa Pancasila sebagai sistem filsafat


merupakan hasil perenungan yang mendalam dari para tokoh kenegaraan
Indonesia. Hasil perenungan itu semula dimaksudkan untuk merumuskan dasar
negara yang akan merdeka. Selain itu, hasil perenungan tersebut merupakan
suatu sistem filsafat karena telah memenuhi ciri-ciri berpikir kefilsafatan.

Filsafat Pancasila sebagai Genetivus Objectivus dan Genetivus


Subjectivus, yaitu:

1. Genetivus Objectivus
Nilai-nilai Pancasila dijadikan sebagai objek yang dicari landasan
filosofisnya berdasarkan sistem-sistem dan cabang-cabang filsafat yang
berkembang di Barat
2. Genetivus Subjectivus
Nilai-nilai Pancasila dipergunakan untuk mengkritisi berbagai aliran filsafat
yang berkembang, baik untuk menemukan hal-hal yang sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila maupun untuk melihat nilai-nilai yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila.

Membahas Pancasila sebagai filsafat berarti mengungkapkan konsep-


konsep kebenaran Pancasila yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia,
melainkan juga bagi manusia pada umumnya. Wawasan filsafat meliputi bidang
atau aspek penyelidikan ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ketiga bidang
tersebut dapat dianggap mencakup kesemestaan.

a. Aspek Ontologis
Secara ontologis, penyelidikan Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan
sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila.
Pancasila yang terdiri atas lima sila, setiap sila bukanlah merupakan asas
yang berdiri sendiri-sendiri, malainkan memiliki satu kesatuan dasar
ontologis. Ontologis dari Pancasila telah memenuhi empat sebab,
sebagaimana yang dikemukakan oleh Aristoteles, yaitu Causa material (asal
mula bahan), Causa formalis (asal mula bentuk), Causa effisien (asal mula
karya), dan Causa finalis (asal mula tujuan)
b. Aspek Epistemologis
Epistemologis meneliti sumber pengetahuan, proses, dan syarat terjadinya
pengetahuan, batas dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi adalah
ilmu tentang ilmu atau teori terjadinya ilmu atau science of science. Secara
epistemologis kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya
untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Ini
berarti Pancasila telah menjadi suatu belief system, sistem cita-cita, menjadi
suatu ideologi.
c. Aspek Epistemologis
Oleh karena itu, Pancasila harus memiliki unsur rasionalitas terutama dalam
kedudukannya sebagai sistem pengetahuan sebagai berikut:
• Memiliki objek yang khas dalam pembahasannya.
• Dia milik masyarakat (komonal). Artinya pancasila milik seluruh
masyarakat indonesia, bukan milik golongan atau kelompok tertentu.
• Selalu dipertanyakan dengan skeptis. Banyak orang masih
• Tersusun dengan secara sistematis. Pancasila telah tersusun secara runtut
sedemikian rupa sehingga dia tidak dapat dibolak balik.
• Memiliki nilai kebenaran. Kebenaran pancasila sudah diyakini, karena
nilai-nilainya digali dari adat dan budaya bangsa Indonesia sendiri.
• Kebenarannya disepakati bersama.

Nilai-Nilai Pancasila sebagai suatu Sistem

Nilai-Nilai yang terkandung dalam sila satu sampai dengan sila kelima
adalah merupakan cita-cita, merupakan harapan dan dambaan bangsa Indonesia
yang akan diwujudkan dalam kehidupannya. Sejak dahulu cita-cita tersebut telah
didambakan agar terwujud dalam masyarakat dengan ungkapan masyarakat
yang gemah ripah loh jinawi, tata tenteram karta raharja, dengan penuh
harapan terealisasi dalam segenap tingkah laku dan perbuatan bagi setiap
manusia Indonesia.

Suatu hal yang perlu diperhatikan, yaitu meskipun nilai-nilai yang


terkandung dalam sila-sila Pancasila berbeda-beda, dan memiliki tingkatan yang
berbeda-beda pula, namun secara keseluruhan nilai tersebut merupakan suatu
kesatuan, dan tidak saling bertentangan. Dan oleh sebab itu perlu direalisasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
Tantangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Beberapa bentuk tantangan terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat muncul


dalam bentuk-bentuk sebagai berikut:

1. Kapitalisme
2. Komunisme
Esensi dan urgensi pendidikan pancasila memiliki nilai-nilai sebagai
pandangan hidup bangsa yang sudah terwujud dalam kehidupan sehari hari
untuk masa depan, yaitu:

1. Nilai-nilai cinta tanah air.


2. Kesadaran berbangsa dan bernegara.
3. Keyakinan terhadap Pancasila sebagai ideologi negara.
4. Nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia dan lingkungan hidup.
5. Kerelaan berkorban untuk masyarakat, bangsa, dan negara, serta
kemampuan awal bela negara.

Anda mungkin juga menyukai