Anda di halaman 1dari 26

Disclaimer: I do not guarantee what I wrote here is right.

Do refer to the actual references that were given by


our lecturers if you find any inconsistencies.

PENGANTAR ILMU HUKUM

Perbedaan PIH-PHI
PIH merupakan dasar bagi setiap orang yang akan mempelajari ilmu hukum dan memberikan
pengertian-pengertian dasar berbagai istilah dalam ilmu hukum dan lain-lain, mempunyai sifat
umum yang tidak terbatas yang berfokus pada negara tertentu dan masa tertentu. (Daliyo, 1992)

PHI adalah mata kuliah dasar yang mempelajari keseluruhan hukum positif Indonesia sebagai
suatu sistem hukum yang sedang berlaku di Indonesia dalam garis besarnya. (Daliyo, 1992)

PIH menunjang studi hukum positif di Indonesia sebagai pengertian-pengertian dasar mengenai
hukum sebelum mempelajari hukum positif secara khusus. (Daliyo, 1992)

Arti Disiplin Hukum


Disiplin adalah sistem ajaran
mengenai kenyataan atau gejala-
gejala yang dihadapi. Disiplin
dibedakan antara disiplin analitis dan
preskriptif. Disiplin analitis
merupakan sistem ajaran yang
menganalisis, memahami serta
menjelaskan gejala-gejala yang
dihadapi contohnya sosiologi,
psikologi, ekonomi, dan seterusnya.
Disiplin preskriptif merupakan sistem
ajaran yang menentukan apa yang seharusnya dilakukan dalam kenyataan, contohnya hukum,
filsafat, dst. (Purbacaraka, 1993)

Disiplin hukum dibatasi secara umum dalam: (1) ilmu-ilmu hukum, (2) politik hukum, dan (3) filsafat
hukum.

HUKUM SEBAGAI KUMPULAN CABANG-CABANG ILMU PENGETAHUAN

1. Ilmu Kaidah (Normwissenchaft/Sollenwissenchaft) yaitu ilmu yang menelaah hukum


sebagai Kaidah dengan dogmatik dan sistematik hukum.
2. Ilmu Pengertian yaitu ilmu tentang pengertian-pengertian pokok dalam hukum seperti
subyek hukum hak dan kewajiban, peristiwa hukum, hubungan hukum dan obyek
hukum.
3. Ilmu Kenyataan (Tatsachenwissenschaft/Seinwissenschaft) yang menyorot hukum
sebagai perilaku atau tindakan yang mencakup & mempelajari:

1 Dyah Ayu Saraswati (FHUI 18)


Disclaimer: I do not guarantee what I wrote here is right. Do refer to the actual references that were given by
our lecturers if you find any inconsistencies.
• Sosiologi hukum: hubungan timbal-balik antara hukum sebagia gejala sosial dengan
gejala-gejala sosial lainnya.
• Antropologi hukum: pola-pola sengketa dan penyelesaiannya dalam masyarakat.
• Psikologi hukum: suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari hukum
sebagai suatu perwujudan daripada perkembangan jiwa manusia.
• Perbandingan hukum: cabang ilmu pengetahuan yang membandingkan sistem-
sistem hukum yang berlaku.
• Sejarah hukum: mempelajari perkembangan dan asal usul sistem hukum dalam
suatu masyarakat tertentu

Dogmatik Hukum
Ajaran hukum dalam arti sempit, mencakup ilmu hukum yang terbagi atas ilmu tentang pengertian,
kaidah, dan kenyataan.

Arti Hukum
Menurut Soerjono Soekanto, ada beberapa definisi hukum:
1. Hukum sebagai ilmu pengetahuan = pengetahuan yang tersusun secara sistematis.
2. Hukum sebagai disiplin = sistem ajaran mengenai kenyataan dan gejala-gejala yang dihadapi.
3. Hukum sebagai kaidah = pedoman sikap tindak yang pantas atau yang diharapkan.
4. Hukum sebagai tata hukum = struktur dan proses perangkat kaidah-kaidah hukum yang
berlaku pada waktu dan tempat tertentu serta berbentuk tertulis.
5. Hukum sebagai petugas = pribadi-pribadi yang berhubungan erat dengan penegakan hukum
(polisi, jaksa, hakim, dsb.)
6. Hukum sebagai keputusan penguasa = hasil atau proses pertimbangan/kebijakan penguasa.
7. Hukum sebagai proses pemerintahan = proses hubungan timbal balik antara unsur-unsur
pokok dalam sistem kenegaraan.
8. Hukum sebagai perikelakuan ajeg = perikelakuan yang diulang0ulang dengan cara sama dan
bertujuan untuk mencapai kedamaian.
9. Hukum sebagai jalinan nilai-nilai = jalinan dari konsep-knsep abstrak tentaeng apa yang baik
dan yang buruk.

Semua hukum pasti mengatakan pengertian dasar ini, ada masyarakat hukum, subjek hukum,
peranan hukum, peristiwa hukum, akibat/hubungan hukum, dan objek hukum – Prof. Agus
Sardjono

Sistem Hukum, Klasifikasi, dan Penggolongan

Sistem Hukum
Ilmu hukum tidak melihat hukum sebaegai suatu chaos atau “mass of rules”, tetapi melihatnya
sebagai suatu “structured whole or system”. Sistem hukum adalah suatu kesatuan yang terdiri dari
unsur-unsur yang mempunyai interaksi satu sama lain dan bekerja sama untuk mencapai tujuan
2 Dyah Ayu Saraswati (FHUI 18)
Disclaimer: I do not guarantee what I wrote here is right. Do refer to the actual references that were given by
our lecturers if you find any inconsistencies.
kesatuan tersebut. Kesatuan itu diterpkan terhadap kompleks unsur-unsur yuridis seperti peraturan
hukum, asas hukum, dan pengertian hukum.

Pada hakikatnya sistem—termasuk sistem hukum—merupakan suatu kesatuan hakiki dan terbagi-
bagi dalam bagian-bagian, yang mana setiap masalah atau persoalan menemukan jawaban atau
penyelesaiannya.

Sistem hukum memiliki sifat konsisten atau ajeg. Sistem hukum sifatnya lengkap.
Ketidaklengkapan atau kekurangna-kekurangan di dalam sistem itu aka dilengkapi dengan adanya
penfasiran. DIsamping itu, sistem hukum mempunyai konsep-knsep fundamental, suatu konsep
dasar yang digunakan sebagai dasar konsep-konsep selanjutnya tanpa penjelasan lebih lanjut
seperti hak, kewajiban, orang, sanksi, dsb.

Hukum sebagai suatu sistem menurut Fuller dapat diukur dengan delapan asas yang dikenal
sebagai principles of legality:
1. Suatu sistem hukum harus mengnadung peraturan-peraturan
2. Peraturan yang sudah dibuat harus diumumkan
3. Peraturan tidak boleh ada yang berlaku surut
4. Peraturan-peraturan harus dirumuskan dengan susunan kata-kata yang dapat dimengerti
5. Suatu sistem tidak boleh mengandung peraturan-peraturan yang bertentangan satu sama
lain.
6. Peraturan-peraturan tidak boleh mengandung ketentuan yan gmelebihi apa yang dapat
dilakukan
7. Tidak boleh sering merubah peraturan sehingga menyebabgkan orang kehilangan orientasi
8. Harus ada kecocokan antara peraturan yang diundangkan dengan pelaksanannya

Lalu, ada pula perbedaan-perbedaan sistem hukum di dunia, antara lain:


a. Sistem hukum Eropa Kontinental (Civil Law), bercirikan kodifikasi (pengelompokan hukum-
hukum yang serupa), berbentuk tertulis, pemisahan yang jelas antara publik dan privat.
b. Sistem hukum Anglo-Saxon (Common Law), bercirikan yurisprudensi, asas preseden, tidak
ada pemisahan yang tegas antara publik dan privat.
c. Sistem hukum adat, berdasarkan kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat.
d. Sistem hukum Islam, berdasarkan Al-Quran dan hadits.
e. Sistem hukum kanonik, berdasarkan Alkitab dan putusan Paus (Katolik).

Unsur-unsur sistem hukum atau dalam pembuatan peraturan menurut Friedman ada tiga:
substansi hukum, struktur hukum, dan legal culture.

Klasifikasi Hukum

Berdasarkan kriteria, fungsi hukum dibagi menjadi hukum materiil (substantive law) dan hukum
formil (adjective law). Dalam Black’s Law Dictionary, substantive law didefinisikan sebagai that part
of law which creates, defines, and regulates right dan adjective law didefinisikan sebagai that part
of the law which provides a method for enforcing or maintaining rights, or obtaining redress for their
invasion. Jadi, hukum materiil merupakan hukum yang memberi hak dan membebani manusia

3 Dyah Ayu Saraswati (FHUI 18)


Disclaimer: I do not guarantee what I wrote here is right. Do refer to the actual references that were given by
our lecturers if you find any inconsistencies.
dengan kewajiban-kewajiban. Saat terjadi pelanggaran hukum materiil, maka hukum formiil muncul
sebagai penegakan atau pertahanan hukum materiil. Hukum formiil menentukan bagaimana
caranya melaksanakan hukum materiil. Hukum formiil merupakan aturan permainan hakim dalam
memeriksa dan memutus perkara di pengadilan. Hukum materiil membutuhkan hukum formiil.

Hukum materiil ini perlu dibedakan dari hukum dalam arti objectief recht. Objectief recht adalah
keseluruhan peraturan yang menetapkan akibat hukum manakah yang dihubungkan dengan
peristiwa tertentu. Objectief recht terdiri dari hukum materiil dan hukum formiil.

Dengan pembagian saat berlakunya hukum sebagai kriteria, hukum dibagi menjadi ius
constitutum dan ius constituendum. Ius constitutum adalah hukum yang telah ditetapkan atau
berlaku sekarang, atau sering disebut juga hukum positif. Ius constituendum adalah hukum yang
masih harus ditetapkan, hukum yang akan datang, atau hukum yang dicita-citakan.

Dari segi wujud atau bentuknya, hukum dibagi menjadi:


• Hukum tidak tertulis (ongeschreven recht/hukum kebiasaan, gewontee recht/hukum adat)
merupakan bentuk hukum yang tertua dan berkaitan dengan kesadaran hukum dengan tiadanya
peraturan yang tertulis dalam bentuk hukum ini.
• Hukum tertulis mencakup perundang-undangan dan traktat. Perbedaan antara keduanya ialah
cara pembuatannya, nasional (undang-undang) atau internasional (traktat).
• Lalu, selain hukum tidak tertulis dan hukum tertulis, ada juga yang disebut hukum tercatat.
Hukum tidak tertulis ada yang benar-benar tidak tertulis dan ada pula hukum tidak tertulis yang
tercatat oleh pemimpin-pemimpin formal dan informal, atau para sarjana atas dasar penelitian.

Dari segi wilayah berlakunya sebagai kriteria, hukum dibagi menjadi hukum nasional dan hukum
internasional.

Dari segi isinya, hukum dibagi menjadi lex generalis dan lex specialis. Lex generalis adalah
hukum umum yang berlaku umum dan merupakan dasar, sedangkan lex specialis adalah hukum
hukum khusus, yaitu yang menyimpang dari lex generalis. Contohnya, peraturan tentang
perseroan terbatas (PT) yang terdapat dalam KUHD merupakan lex specialis. Lex generalis-nya
tercantum dalam BW.

Pembagian klasik lainnya ada hukum publik dan hukum perdata. Hukum publik merupakan
hukum yang mengatur kepentingan umum dan mengatur hubungan penguasa dengan warga
negaranya. Yang termasuk hukum publik antara lain HTN, HAN, dan Hukum Pidana. Hukum
perdata adalah hukum antarperorangan yang mengatur hak dan kewajiban perorangan yang atu
terhadap yang lain di dalam hubungan keluarga dan di dalam pergaulan masyarakat. Yang
termasuk hukum perdata antara lain hukum tentang orang, hukum keluarga, hukum benda, dan
hukum perikatan, termasuk hukum waris.

4 Dyah Ayu Saraswati (FHUI 18)


Disclaimer: I do not guarantee what I wrote here is right. Do refer to the actual references that were given by
our lecturers if you find any inconsistencies.
Tugas dan Tujuan Hukum

Tugas Hukum
Tugas kaidah hukum ialah menciptakan kedamaian hidup pribadi, kepastian, dan kesebandingan.
Tugas hukum dikatakan dwitunggal karena pada kaidah umum maupun abstrak harus dapat
melaksanakan kedua tugas tersebut. Diwtunggal harus dicapai selarasan dan bersamaan,
meskipun kaidah hukum abstrak mengutamakan kepastian dan kaidah hukum individu
mengutamakan kesebandingan.

Tujuan Hukum

Tujuan pokok hukum adalah menciptakan tatanan masyarakat yang tertib, menciptakan ketertiban,
dan keseimbangan.

TEORI ETIS

Menurut teori etis Aristoteles, hukum semata-mata bertujuan keadilan. Isi hukum ditentukan
oleh keyakinan kita yang etis tentang yang adil dan tidak. Hukum menurut teori ini
bertujuan merealisir atau mewujudkan keadilan. Geny termasuk salah seorang pendukung
teori ini.
Hakikat keadilan adalah penilaian terhadap suatu perlakuan dengan mengkajinya dengan
suatu norma menurut pandangan subjektif. Dalam hal ini ada dua pihak yang terlibat, yaitu
pekaku dan penerima perlakuan. Pada umumnya keadilan merupakan penilaian yang
hanya dilihat dari pihak yang menerima perlakuan saja.

Tentang isi keadilan sukar untuk memberi batasannya. Aristoteles membedakan adanya
dua macam keadilan, yaitu justitia distributiva (distributive justice, verdelende, atau
begevende gerechtigheid) dan justitia commutativa (remedial justice, vergelende, atau
ruilgerechtigheid).

1. Justitia Distributiva
Menuntut semua orang mendapat apa yang menjadi hak atau jatahnya, suum
cuique tribuere (to each his own). Jatah ini tidak sama untuk setiap orang, sifatnya
adalah proporsional. Justitia distributiva merupakan tugas pemerintah terhadap
warganya, menentukan apa yang dapat dituntut oleh warga masyarakat. JD ini
merupakan kewajiban pembentuk undang-undang untuk diperhatikan dalam
menyusun undang-undang. Di sini bukan kesamaan yang dituntut, tetapi
perimbangan (equity).
2. Justitia Commutativa
Memberi kepada setiap orang sama banyaknya. Dalam pergaulan di dalam
masyarakat, Justitia Commutativa merupakan kewajiban setiap orang terhadap
sesamanya. Di sini yang dituntut adalah kesamaan; yang adil ialah apabila setiap
orang diperlakukan sama tanpa memandang kedudukan dan sebagainya. Justitia
Commutativa terutama merupakan urusan hakim. Hakim memerhatikan hubungan
perorangan yang mempunyai kedudukan prosesuil yang sama tanpa membedakan

5 Dyah Ayu Saraswati (FHUI 18)


Disclaimer: I do not guarantee what I wrote here is right. Do refer to the actual references that were given by
our lecturers if you find any inconsistencies.
orang (equality before the law). Kalau Justitia Distributiva itu sifatnya proporsional,
Justitia Commutativa karena memerhatikan kesamaan, sifatnya mutlak.

Kalau hukum dikatakan bertujuan mewujudkan keadilan, itu berarti hukum identik dengan
keadilan. Masalahnya, hukum tidak identik dengan keadilan. Peraturan hukum tidak
selalu mewujudkan keadilan. Sudah menjadi sifat pembawaan hukum bahwa hukum itu
menciptakan peratuarn-peraturan yang mengikat setiap orang dan bersifat umum. Tanpa
adanya peraturan-peraturan umum berarti tidak ada kepastian hukum. Kalau hukum
menghendaki penyamarataan, tidak demikian dengan keadilan. Untuk menciptakan
keadilan, peristiwanya harus dilihat secara kasus per kasus. Dengan demikian, teori etis
itu berat sebelah.

TEORI UTILISTIS (EUDAEMONISTIS)

Menurut teori ini, hukum ingin menjamin kebahagiaan yang terbear bagi manusia dalam
jumlah yang sebanyak-banyaknya (the greatest good of the greatest number). Pada
hakikatnya menurut teori ini tujuan hukum adalah manfaat dalam menghasilkan
kesenagnan atau kebahagiaan yang terbesar bagi jumlah orang yang terbanyak. Penganut
teori ini antara lain Jeremy Bentham. Teori inipun berat sebelah.

TEORI CAMPURAN

Menurut Mochtar Kusumaatmadja, tujuan pokok dan pertama dari hukum adalah
ketertiban. Kebutuhana kan ketertiban ini syarat pokok (fundamental) bagi adanya suatu
masyarakat manusia yang teratur. Kemudian menurut Purnadi dan Soerjono Soekanto,
tujuan hukum adalah kedamaian hidup antarpribadi yang meliputi ketertiban ekstern
antarpribadi dan ketengangan intern pribadi. Van Appeldoorn juga mengatakan Bahwa
tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hidup manusia secara damai.

Sedangkan Soebekti berpendapat bahwa hukum itu mengabdi kepada tujuan negara, yaitu
mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan para rakyatnya.

Tujuan hukum menurut hukum positif Indonesia tercantum dalam alinea 4 Pembukaan UUD
yang berbunyi seperti berikut:
“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan abngsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial …”

Hubungan Hukum dan Kekuasaan


Yang dapat memberi sanksi terhadap pelanggaran kaidah hukum adalah penguasa, karena
penegakan hukum dalam hal ada pelanggaran adalah monopoli penguasa. Penguasa mempunyai
kekuasaan untuk memaksakan sanksi terhadap pelanggaran kaidah hukum. Hakikat kekuasaan
tidak lain adalah kemampuan seseorang untuk memaksakan kehendaknya kepada orang lain.

6 Dyah Ayu Saraswati (FHUI 18)


Disclaimer: I do not guarantee what I wrote here is right. Do refer to the actual references that were given by
our lecturers if you find any inconsistencies.
Hukum ada karena kekuasaan yang sah. Kekuasaan yang sah menciptakan hukum. Ketentuan-
ketentuan yang tidak berdasarkan kekuasaan yang sah pada dasarnya bukan hukum.

Tetapi, hukum juga ada yang tidak bersumber dari kekuasaan yang sah, contohnya revolusi.
Revolusi merupakan kekuasaan yang tidak sah (coup d’etat) dan serin gmerupakan kekuatan fisik.
Kekuatan fisik ini seringkali menghapus hukum yang lama dan menciptakan hukum baru. Dalam
UU No. 19 tahun 1964 revolusi disebut sebagai sumber hukum. Jadi, hukum dapat pula bersumber
pada kekuatan fisik, tetapi kekuatan fisik bukan merupakan unsur hukum.

Hukum itu sendiri pada hakikatnya adalah kekuasaan. Hukum itu mengatur, mengusahakan
ketertiban, dan membatasi ruang gerak individu. Namun tidak berarti kekuasaan itu hukum.
Contohnya aseoran gpencuri menguasai barang curian tetapi bukan berarti hubungannya dengan
barang curian itu dilindungi hukum.

Sekalipun hukum itu kekuasaan, agar tidak ada penguasa yang menyalahgunakan hukum,
muncullah rule of law.

RULE OF LAW
Rule of law berarti pengaturan oleh hukum atau supremasi hukum. Secara singkat,
pengartiannya “governance not by man but by law.” Yang berkuasa disini adalah “a body of
accepted general rules.” Pengekangan kekuasaan oleh hukum merupakan unsur esensial
dan tiada kekuasaan yang kebal terhadap kecaman.

Rule of law ini timbul apada tahun 1955 saat Kongres Internasional pertama yang
disponsori International Commission of Jurists yang diadakan di Athena (Act of Athene).

Konsep rule of law ini pertama kali dikembangkan dalam kongres di Delhi pada tahun 1959
yang diselenggarakan oleh ICJ.

Pengertian rule of law menurut Dicey dibagi menjadi 3 unsur, yaitu: 1) HAM dijamin UU, 2)
Equality before the law, 3) Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan (wetmatigheid
van bestuur) dan tambahan 4) adanya PTUN.

EIGENRICHTING
Tindakan menghakimi sendiri atau aksi sepihak disebut eigenrichting. Pada hakikatnya
tindakan menghakimi sendiri ini merupakan pelaksanaan sanksi oleh perorangan tanpa
persetujuan pihak lain yang berkepentingan. Tindakan menghakimi sendiri ini dilarang dan
pada umumnya merupakan perbuatan pidana, tetapi tidak selalu demikian. Misalnya “asas”
balas dendam bila pohon kita ditebang oleh tetangga, maka kita boleh menebang kembali
pohon tetangga kita sebagai balasan.

7 Dyah Ayu Saraswati (FHUI 18)


Disclaimer: I do not guarantee what I wrote here is right. Do refer to the actual references that were given by
our lecturers if you find any inconsistencies.
Sumber Hukum
Sumber hukum artinya adalah segala sesuatu yan gmenimbulkan aturan-aturan yan gmengikat
dan memaksa, sehingga apabila aturan-aturan itu dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas
dan nyata bagi pelanggarnya.

Istilah sumber hukum oleh Sudikno Mertokusumo sering digunakan dalam beberapa arti:
• Sebagai asas hukum, sebagia sesuatu yang merupakan permulaan hukum (kehendak Tuhan,
akal manusia, jiwa bangsa, dsb.)
• Menunjukkan hukum terdahulu yang memberi pedoman kepada hukum yang sekarang berlaku
(contoh: asal mula civil law dari hukum Romawi, hukum Prancis, dsb.)
• Sebagai sumber berlakunya, yang memberi kekuatan berlakunya hukum secara formal kepada
peraturan hukum (dari penguasa, dari masyarakat, cth: hukum adat.)
• Sebagai sumber kita mengenal hukum (UU, dokumen, dsb.)
• Sebagai sumber yang menimbulkan hukum.

Das Sollen, Das Sein


Das sollen: berisi kenyataan normatif —> apa yang seharusnya atau seyogianya dilakukan, bukan
berisi kenyataan alamiah atau peristiwa konkret.
Das sein: kenyataan alamiah/peristiwa konkret, yang benar-benar telah terjadi.

Kaidah hukum bersifat pasif. Agar kaidah hukum tidak pasif, agar hidup, diperlukan rangasngan.
Rangsangan untuk mengaktifkan kaidah hukum adalah peristiwa konkret atau das sein. Dengan
terjadinya peristiwa konkret tertentu, kaidah hukum baru dapat aktif, karena lalu dapat diterapkan
pada peristiwa konkret tersebut. Selama tidakk terjadi peristiwa konkret tertentu, maka kaidah
hukum itu hanya merupakan pedoman pasif belaka. Jadi, kaidah hukum memerlukan terjadinya
konkret: das sollen memerlukan das sein.

Asas Hukum
Menurut Bellefroid, asas hukum umum dalah norma dasar yang dijabarkan dari hukum positif dan
yang oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan-aturan yang lebih umum.

Menurut van Eikema Hommes, asas hukum ialah dasar-dasr atau petunjuk arah dalam
pembentukan hukum positif.

Menurut The Liang Gie, asas adalah suatu Dalil umum yang dinyatakan dalam istilah umum tanpa
menyarankan cara-cara khusus mengenai pelaksanaannya.

Menurut P. Scholten, asas hukum adalah kecendurungan-kecenderungan yang disyaratkan oleh


pandangan kesusilaan kita pada hukum.

Jadi, asas hukum merupakan pikiran dasar yang umum sifatnya atau merupakan latar belakang
dari peraturan yang konkret yang terdapat dalam dan di belakang setiap sistem hukum.

8 Dyah Ayu Saraswati (FHUI 18)


Disclaimer: I do not guarantee what I wrote here is right. Do refer to the actual references that were given by
our lecturers if you find any inconsistencies.
Beberapa asas hukum yang ada, antara lain:
• Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali
Tidak ada suatu perbuatan dapat dihukum tanpa adanya peraturan yang mengaturnya
terlebih dahulu sebelum perbuatan dilakukan (asas legalitas).
• Lex specialis derogat legi generalis
Kalau terjadi konflik/pertentangan antara undang-undang yang khusus dengan yang umum
maka yang khusus yang berlaku
• Lex superior derogat legi inferior
Kalau terjadi konflik/pertentangan antara peraturan perundang-undangan yang tinggi
dengan yang rendah maka yang tinggilah yang harus didahulukan.
• Lex posterior derogat legi priori
Undang-undang yang lama dinyatakan tidak berlaku apabila ada undang-undang yang
baru yang mengatur hal yang sama.
• Presumption of innocence
Asas praduga tak bersalah, sesoerang tidak boleh dianggap bersalah sebelum dapat
dibuktikan sebaliknya (innocent until proven guilty).
• Unus testis nullus testis
Satu saksi bukanlah saksi (hukum acara pidana).
• In dubio pro reo
Dalam keraguan, hakim menggunakan hukum yang lebih ringan terhadap terdakwa.
• Ne bis in idem
Perkara yang sama tidak dapat diadili dua kali.
• Stare decisis et quieta non movere (the binding force of precedent)
Seorang hakim terikat pada putusan hakim sebelumnya yang telah in kracht menegnai
perkara yang sama.
• Fictie hukum
Setiap orang dianggap telah mengetahui isi undang-undang saat tercatat pada lembaran
negara (diundangkan).
• Asas publisitas
Negara bertanggung jawab untuk menyebarluaskan atau mempublikasikan undang-undang
sebelum diundangkan sehingga warga negara mengetahui isi undang-undang tersebut.
• Pacta sunt servanda
Setiap perjanjian menjadi hukum yang mengikat bagi para pihak yang bersangkutan dalam
perjanjian tersebut.
• No punishment without guilt
Sesoerang tidak dapat dihukum jika tidak terbukti melakkan kesalahan.
• Lex dura sed temen scripta
Peraturan hukum itu keras karena memang demikian sifatnya.
• Ius curia novit
Hakim dianggap mengetahui hukum.
• Audi et alteram partem
Hakim harus mendengar para pihak yan gbersengekta secara siembang sebelu
menjatuhkan putusannya.
• Similia similibus
Perkara yang sama diadili dengan ketentuan yang sama.
• Judex ne procedat ex officio

9 Dyah Ayu Saraswati (FHUI 18)


Disclaimer: I do not guarantee what I wrote here is right. Do refer to the actual references that were given by
our lecturers if you find any inconsistencies.
Hakim bersifat menunggu datangnya tuntutan hak yang diajukan kepadanya.

Fungsi Hukum
a. Hukum berfungsi sebagai alat ketertiban dan keteraturan masyarakat

b. Hukum berfungsi sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir batin

c. Hukum berfungsi sebagai alat penggerak pembangunan karena ia mempunyai daya mengikat
dan memaksa dapat dimanfaatkan sebagai alat otoritas untuk mengarahkan masyarakat ke
arah yang lebih maju

d. Hukum berfungsi sebagai alat kritik (fungsi kritis).

e. Hukum berfungsi sebagai sarana untuk menyelesaikan pertikaian.

Pengertian, Tujuan, dan Perbedaan Kaidah Hukum dan Kaidah


Sosial
Kaidah itu memberi batasan dalam hubungan antar manusia. Kaidah itu norma, aturan, atau
ukuran dan penilaian.

Tata kaidah terdiri dari kaidah kepercayaan/keagamaan, kaidah kesusilaan, kaidah sopan santun,
dan kaidah hukum yang terbagi dalam:
1. Tata Kaidah dengan aspek kehidupan pribadi:
• Kaidah kepercayaan/keagamaan
• Kaidah kesusilaan
2. Tata Kaidah dengan aspek kehidupan antarpribadi:
• Kaidah sopan santun
• Kaidah hukum

KAIDAH KEPERCAYAAN

Kaidah kepercayaan ditujukan terhadap kewajiban manusia kepada Tuhan dan kepada
dirinya sendiri. Asal usul kaidah ini adalah ajaran-ajaran kepercayaan yang oleh
pengikutnya dianggap sebagai perintah Tuhan. Ketentuan-ketentuan Kaidah kepercayaan
diatur oleh aturan agama masing-masing sesuai perintah yang ada. Kaidah kepercayaan
ini bertujuan untuk penyempurnaan manusia karena dilarangnya perbuatan jahat. Kaidah
ini membebani manusia dengan kewajiban-kewajiban dan tidak memberi hak.

KAIDAH KESUSILAAN

Kaidah kesusilaan adalah nurani individu dan bukan manusia sebagai makhluk sosial atau
sebagai Anggota masyarakat yang terorganisir. Kaidah ini dapat melengkapi
ketidakseimbangan hidup pribadi, mencegah kegelisahan diri sendiri. Kaidah kesusilaan ini
ditujukan kepada umat manusia agar terbentuk kebaikan akhlak pribadi guna
penyempurnaan manusia dan melarang melakukan perbuatan jahat.

KAIDAH SOPAN SANTUN, TATA KRAMA, ATAU ADAT


Kaidah sopan santun didasarkan atas kebiasaan, kepatuhan, atau kepantasan yang
berlaku dalam masyarakat. Kaidah sopan santun membenai manusia dengan kewajiban-
kewajiban saja. Yang memaksakan kita adalah kekuasaan di luar diri kita (heteronom).
Sanksi yang ada dapat berupa teguran, cemoohan, celaan, pengucilan, dsb. tidak
10 Dyah Ayu Saraswati (FHUI 18)
Disclaimer: I do not guarantee what I wrote here is right. Do refer to the actual references that were given by
our lecturers if you find any inconsistencies.
dilakukan oleh masyarakat secar ateroraganisir, tetapi oleh setiap orang secara terpisah
yang menghendaki memberi sanksi.

Sebagai perlindungan kepentingan manusia, kaidah kepercayaan, kaidah kesusilaan, dan


kaidah sopan santun dirasakan belum cukup memuaskan, sebab:
a. Masih banyak kepentingan-kepentingan manusia lainnya yang memerlukan
perlindungan
b. Kepentingan-kepentingan manusia yang telah mendapat perlindungan dari ketiga
kaidah tersebut belum cukup terlindungi karena sanksinya dirasa belum memuaskan.

Kaidah Hukum melindungi lebih lanjut kepentingan-kepentingan manusia yang sudah dan
juga belum mendapat perlindungan dari ketiga kaidah tadi. Kaidah hukum ditujukan
terutam kepada pelakunya yang konkret, yaitu pelaku pelanggaran yang nyata berbuat,
bukan untuk penyempurnaan manusia. Kaidah hukum berasal dari luar diri manusia.
Kaidah hukum berasal dari kekuasan luar diri manusia yang memaksakan kepada kita
(heteronom).

Kaidah Kaidah Kaidah Sopan Kaidah Hukum


Kepercayaan Kesusilaan Santun

Tujuan Umat manusia; penyempurnaan Pembuatnya yang konkret; ketertiban


manusia; jangan sampai manusia jahat masyarakat; jangan sampai ada korban

Isi Ditujukan kepada sikap batin Ditujukan kepada sikap lahir

Asal Usul Dari Tuhan Dari sendiri Kekuasaan luar yang memaksa

Sanksi Dari Tuhan Dari sendiri Dari msyarakat Dari masyarakat


secara tak resmi secara resmi

Daya Kerja Membebani kewajiban Membebani


kewajiban dan
memberi hak

Teori Hans Kelsen


REINE RECHTSLEHRE/PURE THEORY OF LAW
Hukum adalah suatu sistem norma yang dibersihkan dari faktor-faktor politis, sosiologis, filosofis,
dll. yang dapat mempengaruhi hukum. Metode pengkajiannya tidak boleh dicampuradukkan
dengan metode pengkajian ilmu-ilmu lain agar makna dan hakikat ilmu hukum terjaga.
STUFENBAU THEORY
Setiap tata hukum suatu negara merupakan susunan (hierarki) kaidah-kaidah (stufenbau) yang
semuanya berasal dari kaidah dasar (grundnorm). Grundnorm merupakan pedoman kaidah dasar
dan bukan kaidah positif, tetapi kaidah yang dihasilkan dari pemikiran yuridis yang aktualisasinya
ada pada tingkatan di bawahnya yang menjadi hukum positif.

11 Dyah Ayu Saraswati (FHUI 18)


Disclaimer: I do not guarantee what I wrote here is right. Do refer to the actual references that were given by
our lecturers if you find any inconsistencies.

Isi, Sifat, dan Esensial Kaidah Hukum

Isi Kaidah Hukum


Dari segi isinya ada tiga macam Kaidah:
- Berisikan suruhan (gebod)
- Berisikan larangan (verbod)
- Berisikan kebolehan (mogen)

Contoh suruhan/gebod terapat dalam HTN: Pasal 22 Ayat (1), (2), (3) UUD 1945. Pasal 45 Ayat (1)
UU No. 1 Tahun 1974: orangtua wajib memelihara dan mendidik anaknya.
Contoh larangan/verbod: Pasal 8 UU No. 1 Tahun 1974 yang pada dasrnya menyatakan suatu
perkwinan dilarang dilangsungkan antar dua orang yang: berhubungan Darah dalam garis
keturunan ke bawah atau ke atas, berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu
antar saudara.
Contoh kebolehan/mogen: Pasal 19 Ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974 menyatakan Bahwa pihak-
pihak yang menikah dapat mengadakan perjanjian tertulis (prenuptial) yang siahkan oleh pegawai
pencatat perkawinan pada waktu atau sebelu perkawinan dilangsungkan aalkan tidak melanggar
batas-batas hukum agama dan kesusilaan. (28/9/18)

Sifat Kaidah Hukum


1. Imperatif
Hukum memaksa: harus ditaati, secara apriori harus ditaati, dalam Kaidah hukum yang
bersifat imperatif adalah gebod dan verbod.
2. Fakultatif
Hukum mengatur atau menambah: tidak secara apriori mengikat atau wajib mematuhi.
Kaidah hukum yang bersifat fakultatif adalah mogen.

Kaidah hukum ada yang berbentuk tidak tertulis dan tertulis. Kaidah hukum yang tidak tertulis
tumbuh di dalam masyarakat secara spontan dan mudah menyesuaikan dengan perkembangan

12 Dyah Ayu Saraswati (FHUI 18)


Disclaimer: I do not guarantee what I wrote here is right. Do refer to the actual references that were given by
our lecturers if you find any inconsistencies.
masyarakat. Kaidah hukum yang tertulis mudah diketahui dan lebih menjamin kepastian hukum.
Kaidah hukum tertulis pertama konon adalah Undang-Undang Hammurabi (Codex Hammurabi)
dari Babylon.

Esensi Kaidah Hukum


Esensi kaidah hukum adalah batasan/membatasi tindakan/perilaku manusia baik internal
maupun eksternal.

Sanksi
Reaksi, akibat, konsekuensi dari suatu pelanggaran terhadap kaidah.

Perumusan Kaidah
Dapat digolongkan ke dalam dua pandangan:
a. Pandangan hipotetis atau bersyarat (hypothetical judgement): bilamana perumusan Kaidah tsb
menunjuk adanya hubungan antara suatu kondisi tertentu denga konsekuensi tertentu
Berbagai ketantuan dalam UU pidana menunjukan adanya hubungan tsb, contohnya KUHP
Pasal 362.
b. Pandangan kategoris (categorical judgement): dari berbagai pasal undang-undang dapat
ditemukan adanya pasal-pasal yang tidak menunjukkan hubungan kondisi dan konsekuensi.
Pasal-pasal spt itu termasuk dlm pandangan kategoris contohnya:
- Pasal 10 KUHP terdiri dari Pidana Pokok (pidana mati, pidana penjara, pidana kurungan,
pidana denda) dan Pidana Tambahan (pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang-barang
tertentu, pengumuman putusan hakim)
- Pasal 3 Ayat (1) UU No. 1 Th 1974 tentang Perkawinan: seorang pria hanya boleh
memiliki seorang istri dan seorang wainta hanya boleh mempunyai seorang suami. (28/9/18)

Kaidah Abstrak dan Konkret


Tingkat paling bawah dari tata kaidah tersebut terdiri dari kaidah-kaidah individual yang dibentuk
oleh badan-badan pelaksana hukum, khususnya pengadilan, contohnya yurisprudensi. Di atasnya
terdapat kaidah umum yang menjadi dasar bagi kaidah individual.

Kaidah abstrak atau kaidah umum diciptakan oleh badan legislatif untuk semua subyek hukum
(bersifat umum), contohnya undang-undang atau traktat.

Kaidah hukum konkret atau kaidah hukum individual dapat dijelaskan dengan beberpa contoh:
1. Sesorang telah melakukan perbuatan yang diancam oleh ketentuan hukum pidana yang
berlaku, misalnya mencuri.
2. Kaidah hukum konkret tidak selalu berasal dari badan peradilan yang berupa keputusan
tertentu, tetapi dapat pula berasal dari badan pemerintahan (bestuur).

13 Dyah Ayu Saraswati (FHUI 18)


Disclaimer: I do not guarantee what I wrote here is right. Do refer to the actual references that were given by
our lecturers if you find any inconsistencies.
3. Yang dilakukan oleh kepolisian, misalnya seseorang dieprintahkan untuk menghadap dan
memberi keterangan kepada polisi.
4. Yang ditentukan di dalam perjanjian, misalnya seseorang akan menyerahkan haknya
(menyewakan barangnya), atau seseorang harus melakukan kewajibannya (membayar sewa).

Kaidah-kaidah individual tersebut senantiasa tergantung dari undang-undang yang merupakan


kaidah-kaidah umum yang dibentuk oleh badan legislatif, dan hukum kebiasaan yang merupaakan
tingkatan yang lebih tinggi. Undang-undang dan hukum kebiasaan tersebut tergantung pada
konstitusi yang merupakan tingkat tertinggi dari tata kaidah hukum yang dianggap sebagai suatu
sistem kaidah positif. Kaidah-kaidah individual yang dikeluarkan tersebut harus mempunyai dasar
atau pijakan hukum yakni ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan hukum yang berlaku dan
mempunyai derajat yang lebih tinggi.

Keberlakuan dan Penyimpangan Kaidah Hukum

Penyimpangan Kaidah Hukum


A. Pengecualian atau dispensasi sebagia penyimpangan dari patokan atau pedoman dengan
dasar yang sah itu mengenal dua Dasar yang berbeda, yakni:
1) Pembenaran (rechtvaardigingsgrond), termasuk melanggar namun tidak termasuk
kesalahan karena dilaksanakan atas dasr wewenang yang sah dan dilindungi oleh hukum
misalnya dalam hukum pidana:
a. “Noodtoestand” —> Dua orang terapung di laut dengan sebilah papan
b. “Wettelijkvoorschrift” —> Pasal 50 KUHP “Tiada boleh dihukum adalah ia yang
melakukan perbuatan untuk menjalankan peraturan undang-undang” (eksekutor)
2) Bebas kesalahan (schuldopheffingsgrond), yang dilakukan termasuk melanggar dan
termasuk kealahan namun dilakukan atas Dasar terpaksa dan diluar kehendaknya.

B. Delict adalah penyimpangan dari patokan atau pedoman yang tidak mempunyai dasar sah.
Yang dimaksud tidaklah sama dengan apa yang disebut peristiwa pidana/hukum atau
perbuatan melanggar hukum (arti sempit) tetapi juga peristiwa perdata seperti perbuatan
melanggar hukum (onrechtmatige daad), sebagaimana antar lain, disimpulkan dari Pasal 1365
BW. Kecuali itu juga peristiwa tata usaha negara seperti “detournement de pouvoir” dan peristiwa
dtata negara, seperti excess de pouvoir.
1) Perdata: Hal ganti rugi tambahan
2) Tata Usaha Negara: pemecatan dari jabatan atau skorsing terhadap seorang pegawai,
pencabutan izin usaha, pencabutan SIM
3) Pidana: hukuman yang merupakan siksaan yakni: riil misalnya hukuman mati, hukuman
denda, penyitaan barang, dll dan idiil misalnya pengumuman keputusan hakim,
pencabutan hak, wajib mengadakan selamatan dalam hukum adat, dll.

Berlakunya Kaidah Hukum


A. Kekuatan berlaku secara yuridis

14 Dyah Ayu Saraswati (FHUI 18)


Disclaimer: I do not guarantee what I wrote here is right. Do refer to the actual references that were given by
our lecturers if you find any inconsistencies.
a. Hans Kelsen: berhubungan dengan stufen theorie “bahwa hukum merupakan susunann
kaedah” (yang harus hierarki)
b. Zevenbergen: “bahwa suatu tata kaedah hukum terbentuk menurut cara ditetapkan (Pasal
5 UUD ’45) dari segi sasaran”
c. Logemann: merupakan hubungan sebab akibat, sifatnya memaksa
B. Kekuatan berlaku secara sosiologis
Berlakunya kaedah hukum adalah efektivitas dari kaedah hukum tersebut.
a. Teori Kekuasaan: dapat dipaksakan oleh penguasa (power theory) (Gustav Radbruch)
b. Teori Pengakuan: kaedah hukum berlaku karena penerimaan (pengakuan)
C. Kekuatan berlaku secara filosofis
Kaedah hukum harus sesuai dengan cita-cita hukum sebagai nilai-nilai positif (Pancasila)

Berlakunya kaedah hukum dari segi sasaran menurut Logemann:


a. Lingkup laku wilayah (tempat terjadi peristiwa hukum)
b. Lingkup laku pribadi (apa peran dari masing-masing pribadi)
c. Lingku laku masa (waktu) berhubungan dengan jangka waktu
d. Lingkup laku ihwal berhubungan dengan objek atau benda

Masyarakat Hukum, Subyek Hukum, Peristiwa Hukum,


Hubungan Hukum dan Obyek Hukum

Masyarakat Hukum
Masyarakat hukum adalah sekelompok orangyang berdiam dalam suatu wilayah tertentu di mana
di dalam kelompok tersebut berlaku serangkaian peraturan yang menjadi pedoman tingkah laku
bagi setiap anggota kelompok dalam pergaulan hidup mereka. Peraturan-peraturan itu dibuat oleh
kelompok itu sendiri dan berlaku bagi mereka sendiri. Peraturan yang dijadikan pedoman tingkah
laku mereka bisa jadi dibuat dengan sengaja oleh anggota kelompok ataupun karena kebiasaan
yang terjadi berulang-ulang hingga dianggap “memang seharusnya demikian”. Masing-masing
kelompok belum tentu memiliki pedoman yang sama.

Subyek Hukum

Subyek hukum adalah segala sesuatu yang dapat memperoleh hak dan kewajiban dari hukum.
Karena hanya manusia yang dapat memperoleh hak dan kewajiban dari hukum, maka manusia
merupakan subyek hukum. Namun, ada pula subyek hukum yang bukan manusia yaitu badan
hukum. Badan hukum adalah organisasi atau kelompok manusia yang mempunyai tujuan tertenu
yang dapat menyandang hak dan kewaijban.

Kewenangan untuk menyandang hak dan kewajiban itu disebut kewenangan hukum. Subyek
hukum orang yang mempunyai kewenangan hukum ada yang dianggap cakap bertindak sendiri,
ada yang dianggap tidak cakap bertindak sendiri. Ini merupakan anggapan hukum yang tidak
memungkinkan adanya bukti lawan Golongan orang yang tidak cakap bertindak disebut juga
personae miserabile. Golongan ini dibagi menjadi tiga, yaitu mereka yang belum cukup umur,
15 Dyah Ayu Saraswati (FHUI 18)
Disclaimer: I do not guarantee what I wrote here is right. Do refer to the actual references that were given by
our lecturers if you find any inconsistencies.
mereka yang diletakkan di Bawah pengampuan atau pengwasan, dan istri yang tunduk pada BW
(dewasa ini istri yang tunduk pada BW dianggap cakap).

Jadi, yang dapat menjadi subyek hukum adalah manusia/orang (natuurlijke persoon) dan badan
hukum (rechts persoon).

Obyek Hukum

Obyek hukum adalah segala sesuatu yang berada dalam pengaturan hukum dan dapat
dimanfaatkan oleh subyek hukum (manusia dan badan hukum) berdasarkan hak dan kewajiban
obyek hukum yang bersangkutan. Jadi, obyek itu harus sesuatu yang pemanfaatannya diatur
berdasarkan jual-beli, sewa-menyewa, waris-mewarisi, perjanjian, dsb.

Menurut pasal 503 KUH Perdata benda dibedakan menjadi dua:


a. Benda berwujud, Ialah segala asesuatu yan gdapat dilihat dan diraba dengan indera manusia.
b. Benda tidak berwujud yaitu semua hak.

Menurut pasal 504 KUH Perdata benda dibedakan menjadi dua:


1. Benda bergerak, yang dibedakan lagi menjadi:
- Benda yang dapat bergerak sendiri (hewan)
- Benda yang dapat dipindahkan (meja, kursi)
- Benda bergerak karena penetapan udnang-undang (hak pakai, sero, bunga yang dijanjikan)
2. Benda tidak bergerak, yang dibedakan lagi menjadi:
- Benda tidak bergerak karena sifatnya (tanah, rumah)
- Benda tidak bergerak karena tujuannya (gambar, kaca, alat percetakan dalam sebuah
gedung)
- Benda tak bergerak karena penetapan undang-undang (hak pakai, hak numpang, hak usaha)

Peristiwa Hukum
Peristiwa hukum adalah peristiwa yang
relevan bagi hukum, yang dapat
dihubungkan dengan akibat hukum,
peristiwa yang mengakibatkan
timbulnya atau lenyapnya hak dan
kewajiban.

Peristiwa hukum daat dibedakan


menjadi dua:
a. Peristiwa hukum karena perbuatan
subyek hukum, yaitu peristiwa
hukum yang terjadi karena akibat
perbuatan subyek hukum. Contoh:
- Peristiwa tentang pembuatan
surat wasiat
16 Dyah Ayu Saraswati (FHUI 18)
Disclaimer: I do not guarantee what I wrote here is right. Do refer to the actual references that were given by
our lecturers if you find any inconsistencies.
- Peristiwa tentang menghibahkan barang
b. Peristiwa hukum yang bukan perbuatan subyek hukum atau peristiwa hukum lainnya, yaitu
peristiwa hukum yang terjadi dalam masyarakat yang tidak merupakan akibat dari perbuatan
subyek hukum. Contoh:
- Kelahiran seorang bayi
- Kematian seseorang
- Kadaluarsa aquisitief (kadaluarsa atau lewat waktu yang menimbulkan hak) dan kadaluarsa
extinctief (kadaluarsa yang melenyapkan kewajiban)

Perbuatan Hukum
Perbuatan hukum adalah perbuatan atu tindakan subyek hukum yang dapat menimbulkan suatu
akibat hukum yang dikehendaki oleh pelaku, msalnya tindakan subyek hukum dalam mengadakan
perjanjian sewa menyewa rumah. Akibat yang timbul dari perbuatan para pihak yang mengadakan
perjanjian tersebut akan menimbulkan hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban yang timbul inilah
yang dimaksud dengan akibat hukum.

Perbuatan hukum dibedakan menjadi dua:


a. Perbuatan hukum bersegi satu (sepihak), contohnya subyek hukum membuat surat wasiat.
b. Perbuatan hukum bersegi dua (timbal balik), contonya perjanjian sewa menyewa rumah.
c. Perbuatan hukum bersegi banyak, contohnya perjanjian yang mengikat banyak pihak di
dalamnya.

Hubungan Hukum
Hubungan hukum ialah hubungan antara dua atau lebih subyek hukum yang diatur oleh hukum.
Dalam hubungan hukum ini hak dan kewajiban pihak yang satu berhadapan dengan hak dan
kewajiban pihak yang lain.

Setiap hubungan hukum mempunyai dua segi: Segi bevoegdheid (kekuasaan/kewenangan atau
hak) dengan lawannya plicht atau kewajiban. Kewenangan yang diberikan oleh hukum kepada
subyek hukum (orang atau badan hukum) dinamakan hak.

Hubungan hukum dibedakan menjadi dua:


1. Hubungan hukum sepihak, yaitu hubungan hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi
masing-masing pihak secara berlawanan.
2. Hubungan hukum timbal balik yaitu hubungan hukum yang dapat menimbulkan hak dan
kewajiban bagi masing-masing pihak yang bersangkutan.

Unsur-unsur hubungan hukum ada tiga, yaitu:


1. Adanya orang-orang yang hak-kewajibannya saling berhadapan.
2. Adanya obyek yang berlaku berdasarkan hak dan kewajiban tersebut.
3. Adanya hubungan Antara pemilik hak dan pengemban kewajiban atau adanya hubungan atas
obyek yang bersangkutan.

17 Dyah Ayu Saraswati (FHUI 18)


Disclaimer: I do not guarantee what I wrote here is right. Do refer to the actual references that were given by
our lecturers if you find any inconsistencies.
Syarat-syarat hubungan hukum adalah:
1. Adanya dasar hukum, ialah peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum
tersebut, dan
2. Timbulnya peristiwa hukum

Akibat Hukum
Akibat hukum adalah akibat yang ditimbulkan oleh peristiwa hukum. Contoh:
a. Timbulnya hak dan kewajiban bagi si pembeli dan penjual rumah merupakan akibat dari
perbuatan hukum jual beli rumah antara pemilik dan pembeli.
b. Dihukumnya seorang pencuri adalah akibat hukum dari perbuatan pencuri tersebut yakni
mengambil barang oran glain tanpa hak atau secara melawan hukum.

Peranan Hukum
Hukum mempunyai peranan sangat besar dalam pergaulan hidup di tengah-tengah masyarakat.
Peranan hukum yang besr itu dapat kita lihat dari ketertiban, ketentraman, dan tidak terjadinya
ketegangan di dalam masyarakat, karena huku mmengatur, menentukan hak dan kewajiban, serta
melindungi kepentingan indiviudu dan kepentingan sosial.

J.F. Glastra Van Loon menyatakan bahwa dalam menjalankan peranannya hukum mempunyai
fungsi yang sangat penting, yaitu:
a. Menertibkan masyarakat dan pengaturan pergaulan hidup.
b. Menyelesaikan pertikaian
c. Memelihara dan mempertahankan tata tertib dan aturan-aturan, jika perlu dengan kekerasan.
d. Memelihara dan mempertahankan hal tersebut.
e. Mengubah tata tertib dan aturan-aturan, dalam rangka penyesuaian denga kebutuhan
masyarakat
f. Memenuhi tuntutan keadilan dan kepastian hukum, dengan cara merealisir fungsi-fungsi di
atas.

Sumber Hukum Positif Materiil dan Formil


Sumber hukum pada hakikatnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sumber hukum materiil dan
formil.

Sumber Hukum Materiil


Sumber hukum materiil adalah faktor-faktor yang turut serta menentukan isi hukum. Faktor-faktor
yang turut serta menentukan isi hukum adalah faktor idiil dan faktor kemasyarakatan. Faktor idiil
adalah patokan-patokan yang tetap mengenai keadilan yang harus ditaati oleh para pembentuk
udanng-undang ataupun para pembentuk hukum yang lain dalam melaksanakan tugasnya. Faktor

18 Dyah Ayu Saraswati (FHUI 18)


Disclaimer: I do not guarantee what I wrote here is right. Do refer to the actual references that were given by
our lecturers if you find any inconsistencies.
kemasyarakatan adalah hal-hal yang benar-benar hidup dalam masyarakat dan tunduk pada
aturan-aturan yang berlaku sebagi petunjuk hidup masyarakat yang bersangkutan.

Termasuk dalam sumber hukum materiil adalah:


• Hubungan sosial
• Kekuatan politk
• Situasi sosial-ekonomi
• Keadaan geografi
• Tradisi (pandangan keagamaan, masyarakat)
• Penelitian ilmiah (kriminologi, dsb.)

Sumber Hukum Formil

Sumber hukum formil adalah sumber hukum dengan bentuk tertentu yang merupakn dasar
berlakunya hukum secara formal. Jadi sumber hukum formal merupakan dasar kekuatan
mengikatnya peraturan-peraturan agar ditaati oleh masyarakat maupun oleh para penegak hukum.
Dengan kata lain, sumber hukum formal tersebut merupakan causa efficient dari hkum.

Termasuk dalam sumber hukum formal ialah:


• Undang-Undang
• Kebiasaan masyarakat adat
• Traktat/Perjanjian internasional (perjanjian yang diadakan antara dua negara atau lebih,
traktat hanya berlaku setelah diratifikasi oleh presiden melalui DPR)
• Yurisprudensi (putusan hakim terhadulu yang telah in kracht (yang sudah ditetapkan
menjadi sebuah aturan) dan dikuti oleh hakim lainnya mengenai masalah yang sama)
• Doktrin (pendapat para ahli hukum)

Di Indonesia, menurut Tap MPR No. III/MPR/2000, sumber hukum dasar nasional adalah
Pancasila, sedangkan tata urutan peraturan perundang-undangan adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Dasar 1945
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
3. Undang-Undang
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
5. Peraturan Pemerintah
6. Keputusan Presiden
7. Peraturan Daerah

Yurisprudensi, Asas Peradilan, Penegakan Hukum, dan


Penemuan Hukum

Yurisprudensi
Yurisprudensi berasalh dari kata jurisprudentia (Bahasa Latin), yang berarti pengetahuan hukum
(“Rechtsgeleerdheid”). Kata yurisprudensi sebagai istilah teknis Indonesia sama artinya dengan
19 Dyah Ayu Saraswati (FHUI 18)
Disclaimer: I do not guarantee what I wrote here is right. Do refer to the actual references that were given by
our lecturers if you find any inconsistencies.
kkata jurisprudentie dalam bahas Belanda dan jurisprudence dalam abhasa Prancis, yaitu
“pengadilan-tetap” atau “hukum-peradilan.”

Kata “jurisprudence” dalam Bahasa Inggris berarti teori ilmu hukum (Algemene Rechtsleer,
General Theory of Law), sedangkan untuk pengertian yurisprudensi dipergunakan istilah case law
atau judge-made law.

Pada dasarnya hakim tidak terikat oleh yurisprudensi, tetapi bila ia menghadapi kaus demikian
hakim akan menggunakan yurisprudensi sebagai dasar pertimbangan keputusannya, bahkan tidak
mustahil jika hakim itu akan mengikuti keputusan hakim terdahulu manakala keputusan itu
dianggap sudah tepat dan adil, sedang kasus yang diperiksanya sama atau hampir sama.

Menurut ketentuan pasal 22 AB jo. Pasal 14 UU No. 14 Tahun 1970 seorang hakim tidak boleh
menolak jika diminta memutuskan perkara, dengan alasan karena belum ada aturan hukumnya,
tetapi justru dia diminta untuk menemukan hukumnya melalui peradilan. Apabila hakim menolak
permintaan itu dikenakan sanksi pidana.

Meskipun pada dasarnya hakim tidak terikat oleh yurisprudensi, etapi bila ia menghadapi kasus
demikian hakim akan menggunakan yurisprudensi sebagai dasar keputusannya, bahkan tidak
mustahil jika hakim mengikuti keputusan hakim terdahulu manaala keputusan itu dianggap sudah
tepat dan adil, sedang kasus yang diperiksanya sama atau hampir sama.

Ada beberapa macam yurisprudensi, yaitu:


a. Yurisprudensi tetap, merupakan keputusan hakim yang terjadi karena rangkaian keputusan
serupa dan dijadikan dasar atau patokan untuk memutuskan suatu perkara (standard
arresten), berdasar UU No. 4 Tahun 2004 atau dalam UU Pokok Kekuasaan Kehakiman.
Yurisprudensi tetap adalah sumber hukum yang tetap dan bersifat yuridis murni.
b. Yurisprudensi tidak tetap, ialah keputusan hakim terdahulu yang tidak sesuai standard
arresten.
c. Yurisprudensi semi yuridis adalah penetapan pengadilan sesuai permohonan seseorang,
contoh: pengangkatan anak, penetapan waris.
d. Yurisprudensi yang bersifat administratif, misalnya surat edaran mahkamah agung. Hanya
bersifat administratif dan mengikat intern di lingkungan peradilan.

Praktik peradilan demikian itu tampak jelas bila kita perhatikan bahwa keputusan pengadilan yan
glebih tinggi selalu menjadi patokan atau diikuti oleh para hakim di pengadilan yang lebih rendah,
apalagi jika keputusan itu dari Mahkamah Agung. Hal demikian adalah wajar oleh karena
pengadilan yan glebih tinggi dapat membatalkan keputusan pengadilan di bawahnya, karena itu
hakim dari pengadilan yang rendah tadi akan menghormati keputusan-keputsan pengadilan di
atasnya.

Dapat dimengerti bahwa hakim adalah pembentuk hukum. Hukum yang diciptakan oleh hakim
berlaku bagi para pihak yang perkaranya diperiksa, jadi berlakunya terhadap kasus konkret.
Perbedaannya dengan hukum yang dibentuk oleh Lembaga legislatif (undang-undang) ialah
bahwa undang-undang berakunya umum dan tidak terbatas pada masalah tertentu yang sudah

20 Dyah Ayu Saraswati (FHUI 18)


Disclaimer: I do not guarantee what I wrote here is right. Do refer to the actual references that were given by
our lecturers if you find any inconsistencies.
konkrit. Dengan kata lain, hakim menghasilkan hukum yang berlakunya terbatas dalam kasus dari
pihak-pihak tertentu.

ASAS-ASAS YURISPRUDENSI
a. Asas precedent sebagaimana dianut oleh negara-negara Anglo-Saxon (seperti kerajaan
Inggris, merika Serikat) berarti bahwa petugas peradilan (hakim) terikat atau tidak boleh
menyimpang dari keputusan-keputusan yang terlebih dahulu dari hakim yang lebih tinggi
atau sederajat tingkatnya. Asas precedent (stare decisis) yang berlaku di negara-negara
Anglo-Saxon didasarkan pada empat faktor, yakni:
1. That the application of the same rule to successive similar cases results in equality of
treatment for all who become before the court,
2. That consistent following of precedents contributes to predictability in future disputes.
3. That the use of established criteria to settle new cases saves time and energy,
4. That adherence to earlier decisions shows due respect to the wisdom and experience
of prior generations of judges.
Terhadap kekangan asas precedent ada pengecualiannya, yaitu antara lain:
1. Apabila keputusan terdahulu diterapkan pada peristiwa yang sedang dihadapi
dipandang plainly unreasonable and inconvenient.
2. Sepanjang mengenai dictum (= whatever else the judges said that was not necessary
to their decision) dengan penejalsan sebagai berikut: Dictum is, never the less,
authority worthy of respect and it would be wrong to assume that it can be disregarded.
It may well be followed by the court in later cases; it is often sufficient to persuade a
lower court, and it may be regarded by lawyers as a reliable basis for counselling. But it
is only persuasive authority and, unlike the holding, is not binding on any court.

b. Asas bebas yang intinya kebalikan dari asas precedent. Berdasarkan asas bebas, maka
petugas peradilan tidak terikat pada keputusan-keputusan hakim yang lebih tinggi maupun
yang sederajat tingkatnya. Asas ini antara lain dianut di Belanda dan Prancis.

Dalam praktiknya, pelaksanaan masing-masing asas tidak sedemikian ketat, sehingga


perbedaan satu sama lain hanyalah pada asasnya saja dan akan menimbulkan hal-hal
yang kuran gbaik apabila dilaksanakan secara konsekuen.

Asas Peradilan

https://www.hukumonline.com/index.php/berita/baca/lt5a7682eb7e074/peradilan-yang-sederhana--
cepat--dan-biaya-ringan
Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 Pasal 2 Ayat (4):
Sederhana mengandung arti pemeriksaan dan penyelesaian perkara dilakukan dengan cara yang
efisien dan efektif. Asas cepat, asas yan gbersifat universal, berkaitan dengan waktu penyelesaian
yang tidak berlarut-larut. Asas cepat in terkenal dengan adagium justice delayed justice denied,
bermakna proses peradilan yang lambat tidak akan memberi keadilan kepada para pihak. Asas
biaya ringan mengandung arti biaya perkara dapat dijangkau oleh masyarakat.

21 Dyah Ayu Saraswati (FHUI 18)


Disclaimer: I do not guarantee what I wrote here is right. Do refer to the actual references that were given by
our lecturers if you find any inconsistencies.

Penegakan Hukum
Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, damai, tetapi dapat terjadi juga karena
pelanggaran hukum. Dalam hal ini hukum yang telah dilanggar itu harus ditegakkan. Melalui
penegakan hukum inilah hukum itu menjadi kenyataan.

Dalam menegakkan hukum ada tiga unsur yang harus selalu diperhatikan, yaitu: kepastian hukum
(Recthssicherheit), kemanfaatan (Zweckmassigkeit), dan keadilan (Gerechtigkeit).

Bagaimana hukumnya itulah yang harus berlaku; pada dasarnya tidak dibolehkan menyimpang:
fiat justitia et pereat mundus (meskipun Dunia ini runtuh, hukum harus ditegakkan). Itulah yang
diinginkan oleh kepastian hukum, yang merupakan perlindungan yustisiabel terhadap tindakan
sewenang-wenang, yang berarti bahwa seseorang akan dapat memperoleh sesuatu yang
diharapkan dalam keadaan tertentu. Adanya kepastian hukum akan mentertibkan masyarakat.

Masyarakat juga mengharapkan manfaat dalam penegakan hukum. Hukum adalah untuk manusia,
maka pelaksanaan hukum atau penegakan hukum harus memberi manfaat bagi masyarakat.
Jangan karena hukumnya ditegakkan, timbul keresahan dalam masyarakat.

Penegakan hukum harus adil, tetapi hukum tidak identik dengan keadilan. Huum bersifat umum,
mengikat setiap orang, bersifat menyamaratakan. Barang siapa mencuri harus dihukum: setiap
orang yan gmencuri harus dihukum, tanpa membeda-bedakan siapa yang mencuri.

Bila dalam menegakkan hukum hanya diperhatikan kepastian hukum saja, unsur-unsur lainnya
dikorbankan. Demikian pula kalau yang diperhatikan hanyalah kemanfaatan, kepastian hukum dan
keadilan dikorbankan, dan begitu selanjutnya.

Dalam menegakkan hukum harus ada kompromi antara ketiga unsur tersebut. Ketiga unsur itu
harus mednapat perhatian secara proporsional. Tetapi dalam praktiknya tidak selalu mudah
mengusahakan kompromi secara proporsional antara ketiga unsur tersebut.

22 Dyah Ayu Saraswati (FHUI 18)


Disclaimer: I do not guarantee what I wrote here is right. Do refer to the actual references that were given by
our lecturers if you find any inconsistencies.
Penemuan Hukum
Undang-undang tidak selalu lengkap atau tidak selalu jelas. Hakim harus mencari hukumnya,
harus menemukan hukumnya. Ia harus melakukan penemuan hukum (rechtsvinding). Penegakan
dan pelaksanaan hukum sering merupakan penemuan hukum dan tidak sekadar penerapan
hukum.

Penemuan hukum lazim diartikan sebagai proses pembentukan hukum oleh hakim atau petugas-
petugas hukum lainnya yang diberi tugas melaksanakan hukum terhadap peristiwa-peristiwa
konkret. Sementara orang lebih suka istilah “pembentukan hukum” karena “penemuan hukum”
menyiratkan seakan-akan hukumnya sudah ada.

Penemuan hukum terutama dilakukan oleh hakim dalam memeriksa dan memutus suatu perkara.
Penemuan hukum oleh hakim ini dianggap yang mempunyai wibawa. Dalam penemuan hukum ini
dikenal adanya aliran progresif dan aliran konservatif. Aliran progresif berpendapat bawha hukum
dan progresi merupakan alat untuk perubahan-perubahan sosial, sedangkan aliran konservatif
berpendapat bahwa hukum dan pengadilan itu hanyalah untuk mencegah kemerosotan moral dan
nilai-nilai lain.

Dalam penemuan hukum, hakim dapat sepenuhnya tunduk pada undang-undang. Penemuan
hukum ini terjadi berdasarkan peraturan-peraturan di luar diri hakim. Pembentuk udnang-undang
membuat peraturan umumnya, sedangkan hakim hanya mengotstatir bahwa undang-undang
dapat diterapkan pada peristiwanya, kemudian hakim menerapkannya menurut bunyi undang-
undang. Dengan demikian, penemuan hukum tidak lain merupakan penarapn udnang-undang
yang secara logis terpaksa sebagai silogisme.

Hakim hanyalah sebagai corong dari undang-undang yang tidak dapat mengubah atau menambah
undang-undang. Demi kepastian hukum kesatuan hukum, dan kebebasan warganya yang
terancam oleh tindakan sewenang-wenang dari hakim, maka hakim harus tunduk pada pembentuk
undang-undangan. Dalam pandangan ini, peradilan tidak lain hanyalah suatu pembentuk
silogisme. Undang-undang merupakan premise major, peristiwa yang konkret merupakan premise
minor, sedangkan putusan hakim merupakan konklusinya.

Penemuan hukum bukan semata-mata hanya penerapan peraturan-peraturan hukum terhadap


peristiwa konkret, tetapi sekaligus penciptaan dan pembentukan hukum. Kegiatan hakim perdata
biasanya menjadi model untuk teori-teori penemuan hukum yang lazim. Sebabnya ialah hakim
perdata dalam penemuan hukum lebih luas ruang geraknya daripada haim pidana, yang dibatasi
oleh Pasal 1 KUHP.

Aliran-Aliran dalam Penerapan Hukum dan Metode Penafsiran

Aliran-Aliran dalam Penerapan Hukum


Keadaan hukum kebiasaan yang kurang menjamin kepastian hukum menimbulkan gagasan untuk
menyatukan hukum dan menuangkan ke dalam sebuah kitab undang-undang (codex), maka

23 Dyah Ayu Saraswati (FHUI 18)


Disclaimer: I do not guarantee what I wrote here is right. Do refer to the actual references that were given by
our lecturers if you find any inconsistencies.
timbullah gerakan kodifikasi. Gerakan kodifikasi ini disertai timbulnya aliran legisme, yaitu aliran
dalam imu pengetahuan dan peradilan yang tidak mengakui hukum di luar undang-undang. Hukum
dan undang-undang itu identik, sedangkan kebiasaan dan ilmu pengetahuan diakui sebagai
hukum kalau undang-undang menunjuknya. Menurut aliran ini, hakim tidak menciptakan hukum.
Aliran ini didasri pandangan Montesquieu yang berpandangan pada negara ideal hakim harus
tunduk pada undang-undang.

Undang-undang ternyata tidak lengkap dan sering tidak jelas. Pada abad ke-19, lahir dua aliran
yang lebih lunak dari legisme, yaitu Mazhab Historis dan Freirechtsschule.

Mazhab historis berpandangan undang-undang tidaklah lengkap. Di samping undang-undang ada


sumber hukum lain, yaitu kebiasaan. Menurut von Savigny hukum itu berdasarkan sistem asas-
asas hukum dan pengertian dasar dari mana untuk setiap peristiwa dapat diterapkan kaidah yang
cocok (Begriffsjurisprudenz). Hakim memang bebas menetapkan undang-undang, tetapi ia
bergerak dalam sistem hukum yang tertutup.

Freirechtsschule memandang bahwa undang-undang masih banyak kekurangan yang harus


dilengkapi atau diisi oleh hakim. Dengan makin melepaskan diri dari sistem, timbullah pandangan
bahwa putusan-putusan itu tidak begitu saja berasal dari undang-undang maupun dari sistem
asas-asas hukum atau pengertian hukum tetapi ada unsur penilaian memegan peranan
(Freirechtbewegung).

(From a German wikipedia translated in English by google) Freirechtsschule (German: free school
of law) is a movement in the jurisprudence of the early twentieth century, which wanted to allow the
judge a "free judicial determination" in the case of loopholes, sometimes even against the law in
force. The free movement wants to push back the binding of the judge to the law in favor of judicial
discretion. Ehrlich's investigations, which form the starting point of the Freirechtschule, are based
on the basic view that the individual case is best decided when the judge can unbiased by general
rules to appreciate the case in its nature ("free judicial determination”). The polemics against the
conceptual jurisprudence, which is so striking for the liberal law school, does not play any role with
Ehrlich. Ehrlich wants to allow free judicial determination only if there is no clear decision of the
law. Ya pokoknya gitu.

Metode Penafsiran
1. Penafsiran gramatikal, yaitu penafsiran berdasarkan pada bunyi undang-undang dengan
pedoman pada arti kata-kata dalam hubungannya satu sama lain dalam kalimat yang dipakai
dalam undang-undang. Penafsiran gramatikal semata-mata hanya berdasarkan pada arti kata-
kata menurut tata bahasa atau kebiasaan dalam penggunaan sehari hari.

Contoh: Pasal 1140 KUH Perdata menentukan bahwa pemilik rumah mempunyai hak
privilege terhadap seluruh perabot rumah yang disewakan, artinya apabila penyewa
menunggak pembayaran uang sewa, dan terjadi penyitaan semua perabot rumah itu, jika
dilelang maka hasil penjualan perabot rumah itu terlebih dahulu digunakan untuk melunasi
tunggakan uang sewa, sisanya baru untuk keperluan lain.

24 Dyah Ayu Saraswati (FHUI 18)


Disclaimer: I do not guarantee what I wrote here is right. Do refer to the actual references that were given by
our lecturers if you find any inconsistencies.
2. Penafsiran historis, yaitu penafsiran yang berdasarkan pada sejarah baik sejarah
terbentuknya undang-undang maupun sejarah hukum dengan menyelidiki asal usul suatu
peraturan dikaitkan dengan suatu sistem hukum yang pernah berlaku atau dengan suatu
sistem hukum asing tertentu.

Contoh: seseorang yang melanggar hukum atau melakukan tindak pidana dihukum denda
Rp 200,00, denda sebesar itu jika diterapkan saat ini jelas tidak sesuai maka harus
ditafsirkan sesuai dengan keadaan harga saat ini.

3. Penafsiran sistematis, yaitu penafsiran yang memperhatikan susunan kata-kata yang


berhubungan dengan bunyi pasal-pasal lainnya baik dalam undang-undang itu sendiri
maupun undang-undang lainnya.

Contoh: Asas monogami yang tercantum dalam pasal 27 KUH Perdata adalah menjadi
dasar pasal-pasal 34, 60, 64, dan 86 KUH Perdata.

4. Penafsiran teleologis (sosiologis), yaitu penfasiran yang memperhatikan tentang tujuan


undang-undang itu, mengingat kebutuhan masyarakat berubah menurut masa atau waktu,
sedang bunyi undang-undang tetap. Singkatnya, walaupun suatu undang-undang tidak sesuai
lagi dengan kebuthan akan tetapi kalau undang-undang itu masih berlaku, maka tetap
diterapkan terhadpa kejadian atau peristiwa masa kini, tetapi pengertiannya disesuaikan
dengan situasi pada saat ketentuan itu diterapkan.

Contoh:
a. Pasal 95 KUH Pidana: “Kapal Indonesia adalah kapal yang menurut undang-undang
memiliki surat-surat untuk dapat berlayar.”
b. Pasal 98 KUH Pidana: “Malam Hari adalah waktu antara matahari terbenam sampai
dengan matahari terbit.”
c. Pasal 101 KUH Pidana: “Ternak berarti hewan yang berkuku satu, hewan yang
memamah biak, dan babi.”

Konstruksi Hukum
Metode konstruksi hukum:

1. Penafsiran analogis yaitu penafsiran dengan memberi ibarat (kias) pada kata-kata tersebut
sesuai dengan asas hukumnya, sehingga suatu peristiwa yang tidak cocok dengan
peraturannya, dianggap sesuai dengan bunyi peraturan itu.

Contoh:

a. Istilah menyambung listrik dianggap sama dengan mengambil aliran listrik.

b. Menjual yang dimaksud dalam pasal 1576 KUH Perdata dianggap sama dengan
membertikan, mewariskan, atau mengalihkan suatu hak pada orang lain.

2. Penafsiran a contrario yaitu penafsiran dengan cara melawankan pengertian antara soal
yang dihadapi dengan masalah yang diatur dalam suatu pasal undang-undang.

Contoh: Dalam pasal 34 KUH Perdata ditentukan bahwa seorang janda dilarang menikah
lagi sebelum lewat 300 hari setelah perkawinan yang terdahulu putus. Ketentuan pasal 34
KUH Perdata tersebut tidak berlaku bagi duda, Karena pasal tersebut tidak menyebut apa-
apa tentang laki-laki.

3. Penghalusan hukum ialah penafsiran dengan cara menyempitkan berlakunya ketentuan


undang-undang karena jika tidak akan terjadi kerugian yang lebih besar.

25 Dyah Ayu Saraswati (FHUI 18)


Disclaimer: I do not guarantee what I wrote here is right. Do refer to the actual references that were given by
our lecturers if you find any inconsistencies.
Contoh: Perbuatan melawan hukum sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 1365 KUH
Perdata adalah sangat luas lingkupnya sehingga pasal tersebut dapat diterapkan terhadap
kasus tertentu yang khusus sifatnya. Jika terjadi suatu peristiwa di mana karena akibat
perbuatan seseorang orang lain menderita rugi, tetapi orang yan gmenderita rugi itu turut
melakukan perbuatan tersebut, maka orang yang menderita rugi itu hanya berhak menuntut
ganti rugi sebagian saja, karena dia juga turut merugikan dirinya sendiri. Menurut Prof. Dr.
Sudikno adalah penyempitan hukum.

Di samping penafsiran-penafsiran tersebut di atas masih ada penafsiran lain yaitu:

a. Penafsiran ekstensif yaitu penafsiran dengan memperluas arti kata-kata dalam peraturan
sehingga suatu persitiwa dapat dimasukkannya.

Contoh: Aliran listrik ditafsirkan sebagai benda.

b. Penafsiran restriktif yaitu penafsiran dengan membatasi arti kata-kata dalam peraturan.

Contoh: Kerugian ditafsirkan tidak termasuk kerugian yang tidak berwujud (imateriil).

c. Penafsiran komparatif yaitu penafsiran dengan cara membandingkan dengan penjelasan-


penjelasan berdasarkan perbandingan hukum, agar dapat ditemukan kejelasan suatu
ketentuan undang-undang.

d. Penafsiran futuristis yaitu penafsiran dengan penjelasan undang-undang dengan berpedoman


pada undang-undang yang belum mempunyai kekuatan hukum.

26 Dyah Ayu Saraswati (FHUI 18)

Anda mungkin juga menyukai