Anda di halaman 1dari 4

BAB VI

ANALISIS DARI DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

A. Gejala Klinis

1. Oklusi Tuba et causa Barotrauma


2. Otitis Media Efusa Serosa
Gejala klinis yang paling penting ialah kurangnya pendengaran.
Kadang- kadang terdapat rasa tekanan dalam telinga. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gambaran selaput gendang telinga yang sering
tampak tertarik ke dalam. Bila sukar dinilai, pemeriksaan timpanometri
perlu dilakukan untuk membuktikan adanya tekanan udara yang
menurun atau adanya Ciaran di dalam telinga tengah.
3. Impaksi Serumen
Gejala klinis :
a. Asimtomatik
b. Penurunan pendengaran
c. Nyeri telinga
d. Telinga terasa penuh
e. Telinga berdenging
f. Gatal atau keluar cairan dari liang telinga
g. Vertigo

B. Pemeriksaan Fisik

1. Oklusi Tuba et causa Barotrauma


2. Otitis Media Efusa Serosa
Pemeriksaan fisik generalis sesuai dengan gejala otitis media, termasuk
pengukuran suhu demam, serta pemeriksaan fisik telinga lengkap.
Perlu juga dilakukan pemeriksaan membran timpani dengan
menggunakan otoskop untuk melihat hal-hal berikut:
a. Kontur : normal/retraksi/menonjol
Pada otitis media efusi atau pada otitis media oklusi tuba,
membran timpani akan terlihat retraksi. 
b. Warna : abu-abu/kuning/merah/merah muda/biru
Pada otitis media efusi, membran timpani berwarna kuning atau
biru. 
c. Kejernihan/translusen : translusen/semi berawan/berawan
d. Membran timpani normal adalah translusen dan memantulkan
cahaya, disebut refleks cahaya positif. Pada otitis media,
membran timpani terlihat berawan dan refleks cahaya biasanya
negatif.
3. Impaksi Serumen
pemeriksaan dengan otoskopi atau lampu kepala :
a. Di dalam liang telinga tampak kumpulan serumen berwarna
coklat kehitaman yang bercampur dengan epitel skuamosa yang
biasanya membentuk seperti bola.
b. Liang telinga biasanya normal atau dapat disertai otitis eksterna
c. Penurunan pendengaran bisa berkisar antar 5-40 dB, tergantung
derajat sumbatan serumen di liang telinga.
d. Faktor modifikasi yang perlu diperhatikan karena
mempengaruhi Teknik penatalaksanaan yaitu membran timpani
perforasi, stenosis liang telinga, eksotosis, diabetes melitus,
imunokompromisme, dan dalam terapi antikoagulan.

C. Pemeriksaan Penunjang

1. Oklusi Tuba et causa Barotrauma


2. Otitis Media Efusa Serosa
Pemeriksaan penunjang tidak rutin dilakukan pada otits media.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada otitis media adalah
pemeriksaan otoskop pneumatik, timpanometri, timpanosintesis, dan
pencitraan.
a. Otoskop pneumatik
Pemeriksaan otoskop pneumatic dapat dilakukan untuk melihat
mobilitas membrane timpani dengan hasil normal, meningkat,
menurun, atau tidak bergerak. Membrane timpani seharusnya
bergerak terhadap aplikasi sedikit tekanan positif atau negatif.
b. Timpanometri
Timpanometri bermanfaat untuk menyediakan data kuantitatif
mengenai fungsi structural dan mendeteksi adanya efusi pada
telinga tengah. Gabungan pemeriksaan otoskop pneumatik
dengan timoanimetri akan menghasilkan diagnostic yang lebih
akurat. Hal ini karena timpanometri akan menyediakan data
kuantitaif mengenai fungsi structural dan mendeteksi adanya
efusi pada telinga tengah.
c. Timpanosentesis
Timpanosentesis merupakan prosedur bedah minor untuk
drainsase cairan dari telinga tengah. Cairan ini kemudian akan
dilakukan kultur dan uji sensitivitas antibiotik.
d. Pencitraan
Foto Schuller dan CT scan bermanfaat untuk menilai ada
tidaknya komplikasi otitis media. MRI juga dapat digunakan
jika terdapat kecurigaan komplikasi ke intrakranial.
3. Impaksi Serumen
Pada pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan sebagai
berikut :
a. Otoskopi (penilaian telinga luar dengan alat otoskop), dimana
pada pemeriksaan ini dapat dilihat keberadaan serumen di
dalam liang telinga yang menyumbat sehingga gendang telinga
sulit diamati.
b. Tes penala untuk menilai jenis gangguan pendengaran yang
dialami oleh penderita.
c. Mikroskop atau endoskopi telinga bila diperlukan
d. Audiometri (atas indikasi)

Anda mungkin juga menyukai