Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HAKIKAT PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR

Dosen Pembimbing:
Iva Yuni Listiani, S. Pd., M. Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 2:
Bella Tri Arumsari (1902101086)
Allinda Dwimarta (1902101103)
Taupik Hidayat (1902101108)
Diyah Retno Pangastuti (1902101109)
Amelia Cahya Mahardhika (1902101111)
Isti Nur Afifah (1902101114)

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI MADIUN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah Pengembangan Pembelajaran SAINS di Sekolah Dasar dengan sub materi “Hakikat
Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar”. Kami sangat berharap makalah ini bermanfaat bagi
kami dan para pembaca dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan. Makalah ini
telah disusun semaksimal mungkin dan kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan serta jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Madiun, 25 September 2021

Penulis

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
Daftar Isi......................................................................................................................ii
BAB I...........................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1. 1 Latar Belakang............................................................................................1
1. 2 Rumusan Masalah.......................................................................................1
1. 3 Tujuan.........................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................3
2. 1 Karakteristik IPA........................................................................................3
2. 2 Hakikat SAINS...........................................................................................4
2. 3 Prinsip-Prinsip IPA....................................................................................7
2. 4 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar............................................8
2. 5 Manfaat Hakikat SAINS dalam Pembelajaran IPA..................................11
BAB III......................................................................................................................13
PENUTUP.................................................................................................................13
3. 1 Kesimpulan...............................................................................................13
3. 2 Saran.........................................................................................................13
Daftar Pustaka...........................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di
alam. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis
sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan sistematis, kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip saja. IPA
juga merupakan suatu proses penemuan.
Menurut Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor
20 Tahun 2003 Pasal 37 Ayat 1 bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah
wajib memuat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Apabila ditelaah lebih jauh, IPA
memiliki hubungan erat dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam
kehidupan baik masa kini maupun masa yang akan datang.
IPA merupakan dasar berkembangnya teknologi yang membekali
keterampilan-keterampilan sebagai bekal hidup sesuai zaman yang berlangsung.
Dalam menghadapi suatu masalah atau sedang menekuni suatu kegiatan, IPA
mampu mengungkapkan dasar-dasar logis dan meluruskan berbagai hal secara
ilmiah. IPA mampu membuka wawasan kita untuk berpikir logis mengenai
larangan-larangan, anjuran-anjuran, serta mengetahui segala sesuatu yang telah
diatur dalam ajaran agama. Dengan demikian, IPA sangatlah penting untuk
diajarkan sejak dini kepada generasi penerus bangsa.

1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah dari makalah
ini, yaitu:
a. Bagaimanakah karakteristik IPA?
b. Bagaimanakah hakikat SAINS?
c. Bagaimanakah prinsip-prinsip IPA?
d. Bagaimanakah hakikat pembelajaran IPA di Sekolah Dasar?
e. Apa saja manfaat hakikat SAINS dalam pembelajaran IPA?

1
1. 3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penyusunan
makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui karakteristik IPA
b. Untuk mengetahui hakikat SAINS
c. Untuk mengetahui prinsip-prinsip IPA
d. Untuk mengetahui hakikat pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
e. Untuk mengetahui manfaat hakikat SAINS dalam pembelajaran IPA

2
BAB II
PEMBAHASAN

2. 1 Karakteristik IPA
Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains. Kata
sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti ”saya tahu”. Dalam
bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti pengetahuan. Science
kemudian berkembang menjadi social science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal
dengan ilmu pengetahuan sosial (IPS) dan natural science yang dalam Bahasa
Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA). Dalam kamus Fowler
(1951), natural science didefinisikan sebagai systematic and formulated knowledge
dealing with material phenomena and based mainly on observation and induction
yang diartikan bahwa “ ilmu pengetahuan alam didefinisikan sebagai pengetahuan
yang sistematis dan disusun dengan menghubungkan gejala-gejala alam yang bersifat
kebendaan dan didasarkan pada hasil pengamatan dan induksi ”.
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu memiliki ciri-ciri sebagaimana
disiplin ilmu lainnya. Setiap disiplin ilmu selain mempunyai ciri umum, juga
mempunyai ciri khusus/karakteristik. Adapun ciri umum dari suatu ilmu pengetahuan
adalah merupakan himpunan fakta serta aturan yang yang menyatakan hubungan
antara satu dengan lainnya. Fakta-fakta tersebut disusun secara sistematis serta
dinyatakan dengan bahasa yang tepat dan pasti sehingga mudah dicari kembali dan
dimengerti untuk komunikasi. Sebagai ilmu, IPA memiliki karakteristik yang
membedakannya dengan bidang ilmu lain. Ciri-ciri khusus tersebut dipaparkan
berikut ini:
a. IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan
lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur
seperti yang dilakukan terdahulu oleh penemunya. Contoh: nilai ilmiah
”perubahan kimia” pada lilin yang dibakar. Artinya benda yang mengalami
perubahan kimia, mengakibatkan benda hasil perubahan sudah tidak dapat
dikembalikan ke sifat benda sebelum mengalami perubahan atau tidak dapat
dikembalikan ke sifat semula.
b. IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis,
dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
Perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan
3
fakta saja, tetapi juga ditandai oleh munculnya “metode ilmiah” (scientific
methods) yang terwujud melalui suatu rangkaian ”kerja ilmiah” (working
scientifically), nilai dan “sikapi lmiah” (scientific attitudes).
c. IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara
yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi,
penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian
seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain.
d. IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan dengan bagan-
bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan
observasi, yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi lebih lanjut.
e. IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap. Produk
dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Proses merupakan prosedur
pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi
pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau
penyelidikan, pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi,
pengukuran, dan penarikan kesimpulan. Aplikasi merupakan penerapan
metode atau kerja ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Sikap
merupakan rasa ingin tahu tentang obyek, fenomena alam, makhluk hidup,
serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat
dipecahkan melalui prosedur yang benar.

2. 2 Hakikat SAINS
Secara etimologi, Fisher (1975:5) menyatakan kata sains berasal dari bahasa
Latin, yaitu scientiayang artinya secara sederhana adalah pengetahuan (knowledge).
Kata sains mungkin juga berasal dari bahasa Jerman, yaitu Wissenchaftyang artinya
sistematis, pengetahuan yang terorganisasi. Sains diartikan sebagai pengetahuan
yang secara sistematis tersusun dan bersama-sama dalam satu urutan terorganisasi.
Misalnya, pengetahuan tentang fisika, biologi, dan kimia.
Kata “Sains” bisa diterjemahkan dengan Ilmu Pengetahuan Alam yang berasal
dari kata natural science. Natural artinya alamiah dan berhubungan dengan alam,
sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Sehingga science secara harfiah berarti
ilmu yang mempelajari mengenai alam atau mempelajari peristiwa-peristiwa yang
terjadi di alam (Patta Bundu, 2006: 9).

4
Sund, dkk (1981:40)mendefinisikan IPA merupakan sistem untuk
mengungkap tentang alam semesta melalui kegiatan pengumpulan data dengan
observasi dan melakukan eksperimenyang dibentuk melalui proses inkuiri yang terus-
menerus, yang diarahkan oleh masyarakat yang bergerak dalam bidang sains. Sains
merupakan suatu upaya manusia yang meliputi operasi mental, keterampilan dan
strategi memanipulasi dan menghitung, keingintahuan, keteguhan hati, ketekunan
yang dilakukan oleh individu untuk menyingkap rahasia alam semesta.
Menurut Chiappetta (2010: 109) Ilmu pengetahuan Alam pada hakikatnya
merupakan:
a. Science as a Way of Thinking
IPA sebagai jalan berpikir yang meliputi kepercayaan, keingintahun, imajinasi,
dan alasan.
b. Science as a Way of Investigating
Cara melakukan investigasi meliputi : (1) pengamatan (2) mengumpulkan data (3)
merumuskan hipotesis (4) eksperimen (5) menyimpulkan.
c. Science as a body of knowledge
Merupakan kumpulan pengetahuan yang terdiri dari : (1) Fakta, (2) Konsep, (3)
Hukum dan prinsip, (4) Teori, (5) Model.
d. Science and Interactions with Technology and Society
Memiliki arti bahwa IPA, teknologi, dan masyarakat saling mempengaruhi satu
sama lain, banyak karya ilmiah yang dilakukan oleh ilmuan yang dipengaruhi oleh
masyarakat dan ketersediaan teknologi.
Berdasarkan pendapat para ahli dalam hakikat sains dapat disimpulkan sains
adalah ilmu pengetahuan atau kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori yang
dibentuk melalui proses kreatif yang sistematis melalui inkuiri yang dilanjutkan
dengan proses observasi (empiris) secara terus-menerus; merupakan suatu upaya
manusia meliputi operasi mental, , keterampilan dan strategi memanipulasi dan
menghitung, keingintahuan, keteguhan hati, ketekunan yang dilakukan oleh individu
untuk menyingkap rahasia alam semesta.
Sains pada hakikatnya dapat dilihat dari empat segi, yaitu:
1. Sains sebagai Proses
Pengertian IPA sebagai proses maksudnya adalah bagaimana cara mendapatkan
ilmu pengetahuan tersebut. Pengertian mendapatkan pengetahuan untuk siswa
dapat berupa konsep-konsep yang sedang dipelajarinya. Penekanan dari hakekat
5
IPA sebagai proses adalah pada bagaimana seorang siswa menemukan sendiri apa
yang sedang dipelajarinya. Yang dimaksud menemukan sendiri disini bukan
merupakan berarti konsep yang sedang dipelajarinya adalah murni hasil pemikiran
siswa tersebut. Dalam hal ini, siswa masih tetap mempelajari konsep-konsep yang
sudah ditemukan oleh para ahli IPA, tetapi yang menjadi titik berat adalah
bagaimana urutan-urutan atau tahapan-tahap yang dilakukan siswa pada saat
mempelajari konsep tersebut. Jika siswa dalam memahami suatu konsep sesuai
dengan urutan atau langkah yang seharusnya, maka berarti siswa tersebut telah
memahami hakekat IPA sebagai proses.
2. Sains sebagai Produk
Pengertian IPA sebagai produk maksudnya adalah lebih menekankan pada
memahami apa yang sudah dihasilkan oleh IPA itu sendiri misalnya, prinsip-
prinsip, hukum-hukum, dan rumus-rumus. Usaha pemahaman siswa terhadap
prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan penggunaan rumus-rumus yang berlaku dalam
IPA menunjukkan hakekat IPA sebagai produk. Pemahaman yang dilakukan siswa
terhadap prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan rumus-rumus tidak memerlukan
urutan atau tahapan tertentu. Siswa cukup memahami isi kandungan dari prinsip
atau hukum yang sedang dipelajarinya atau bagaimana caranya menggunakan
rumus untuk memecahkan soal yang sedang dibahasnya.
3. Sains sebagai Sikap/Nilai
Sains diyakini dapat melatih atau menanamkan sikap dan nilai positif dalam diri
siswa. Jujur, dapat bekerja sama, teliti, tekun, hati-hati, toleran, skeptis,
merupakan sikap dan nilai yang dapat terbentuk melalui pembelajaran sains.
Pembelajaran sains yang dapat terlaksana dengan baik, akan dapat membentuk
sikap dan nilai positif dalam diri siswa sebagai bekal yang diperlukannya dalam
mengatasi permasalahan yang dihadapinya dalam kehidupan. Tentunya hal
tersebut dapat tercapai jika pembelajaran sains dipandang sebagai proses tidak
hanya sekedar mempelajari produknya saja. Sains sebagai proses merupakan
langkah-langkah yang ditempuh ilmuwan untuk melakukan penyidikan dalam
rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen,
mengumpulkan data, menganalisis dan akhirnya menyimpulkan. Dari sini tampak
bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains adalah kuantifikasi artinya gejala
alam dapat berbentuk kuantitas.
6
4. Sains sebagai Teknologi
Ariyanro (2018) mengungkapkan bahwa sains dan teknologi adalah suatu bagian
yang tak lepas dari kehidupan manusia dari awal peradaban sampai akhir
kehidupan manusia. Sains dan teknologi terus berkembang seiring perkembangan
peradaban manusia di dunia. Pada hakikatnya, kemajuan sains dan teknologi
adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan ini, karena kemajuan
sains dan teknologi akan berjalan sesuai dengan peningkatan kebutuhan manusia.
Perkembangan sains dan teknologi dalam peradaban manusia tidak hanya
memberikan dampak positif bagi manusia namun juga dapat menimbulkan
dampak negatif.

2. 3 Prinsip-Prinsip IPA
Dalam pilar pendidikan, sains meliputi learning to know, learning to do,
learning to be, learning to live together. Hal ini bermakna bahwa dengan
meningkatkan interaksi siswa dengan lingkungan fisik dan sosialnya diharapkan
siswa mampu membangun pemahaman dan pengetahuan tentang alam sekitarnya.
Agar siswa lebih mudah dalam mempelajari konsep sains yang harus
mengikuti suatu produk, proses, dan prosedur yang sesuai. Hendaknya siswa dibekali
dengan menemukan pengetahuan, itu adalah proses dan prosedur sains. Proses
menyangkut aktivitasnya sedangkan prosedur berperan untuk metode ilmiah yang
digunakan dalam kegiatan penelitiannya. Maka hasil yang akan diperoleh melalui
kegiatan kerja siswa merupakan produk oleh karena itu dibutuhkan prinsip yaitu:
1. Rasa ingin tahu: inilah sebagai motivasi yaitu keinginan yang kuat sebagai
pendorong seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan. Motivasi ada yang
berasal dari dalam atau intrinsik dan ada yang timbul akibat rangsangan dari luar
atau ekstrinsik. Motivasi intrinsik akan mendorong rasa ingin tahu, keinginan
mencoba, mandiri dan ingin mendapatkan kualitas yang berbeda.
2. Pola interaksi sosial: proses aktivitas siswa dalam belajar akan lebih berhasil jika
dikerjakan secara berkelompok. Biasanya dalam kegiatan kelompok siswa tahu
kekurangan dan kelebihannya sehingga tumbuh kesadaran perlunya interaksi dan
kerja sama yang baik.
3. Pengetahuan awal/basic: pada hakekatnya siswa telah memiliki pengetahuan
awal sebagai modal untuk berfikir. Maka, dalam pembelajaran guru perlu
mengetahui pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman apa yang telah dimiliki

7
siswa sehingga kegiatan belajar mengajar tidak berawal dari suatu kekosongan
tapi punya modal yang kuat untuk berfikir sambil bekerja.
4. Penemuan: berangkat daripada kemauan yang besar atas rasa ingin tahu yang
besar sehingga potensial untuk mencari guna menemukan sesuatu. Perlu ada
pengarahan dari guru bila diberi kesempatan untuk mengembangkan potensi
tersebut siswa akan merasa dihargai dalam bekerjasama dengan rekan serta
mampu beraktualisasi diri.
5. Learning by doing: adalah suatu pengalaman yang diperoleh melalui bekerja
merupakan hasil belajar yang tidak mudah terlupakan dan resistensinya kuat.
Untuk itu dalam proses belajar mengajar sebaiknya siswa diarahkan untuk
melakukan kegiatan atau ”Learning by doing” sehingga dapat menggunakan
waktu yang lebih lama dengan fokus pada aktivitas belajar karena tidak ada
istilah bosan.

2. 4 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Kaitannya dengan keseluruhan kurikulum, bahwa terjadinya belajar pada


peserta didik merupakan faktor utama yang paling penting dan harus diperhatikan
dalam pembelajaran IPA. Agar hal ini dapat tercapai, bahasa yang digunakan
hendaknya dapat dimengerti oleh peserta didik dan berkesesuaian dengan teknologi
yang ada, karena di sekitar kita penuh dengan hasil teknologi; dan memperhatikan
tingkat perkembangan kemampuan peserta didik itu sendiri.
Menurut Sumintono (2010) pada dasarnya, pembelajaran IPA sebagai mata
pelajaran di sekolah akan mempunyai dampak yang penting, karena hal ini
berhubungan erat dengan, (1) keberlangsungan umat manusia di dunia ini, khususnya
yang berhubungan dengan pilihan tindakan yang bijak terhadap isu-isu global
(pemanasan global, rekayasa genetik, dll), (2) tuntutan angkatan kerja dalam
lingkungan (knowledge based economy). Kenyataan ini jelas menunjukkan adanya
suatu kebutuhan supaya pendidikan IPA di sekolah haruslah efektif dan relevan bagi
sebagian besar populasi manusia.
Pembelajaran sains pada hakikatnya adalah membelajarkan peserta didik
untuk memahami hakikat sains (proses dan produk serta aplikasinya),
mengembangkan sikap ingin tahu, keteguhan hati, dan ketekunan, serta sadar akan
nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat serta terjadi pengembangan ke arah sikap

8
yang positif. Pembelajaran IPA hendaknya memungkinkan peseta didik untuk
mengembangkan potensi positif pada dirinya; dan membiarkan serta memupuknya
agar bermekaran ‘bunga-bunga’ walaupun berbeda tetapi harmonis satu dengan yang
lainnya.
Jadi, pembelajaran IPA adalah suatu upaya atau proses untuk membelajarkan
siswa untuk memahami hakikat IPA: produk, proses, dan mengembangkan sikap
ilmiah serta sadar akan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat untuk pengembangan
sikap dan tindakan berupa aplikasi IPA yang positif. Pada pembelajaran IPA, keempat
unsur ini diharapkan dapat muncul pada diri peserta didik, sehingga peserta didik
dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami fenomena alam
melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara serta sikap
ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru.
Peran siswa bekerja seperti ilmuwan mengandung arti bahwa dalam proses
pembelajaran IPA menggunakan pendekatan keterampilan proses dasar IPA.
Keterampilan proses IPA digolongkan menjadi dua bagian yaitu keterampilan dasar
dan keterampilan terintegrasi. Pada siswa Sekolah Dasar diharapkan minimal
keterampilan proses dasar IPA wajib dikembangkan dalam proses pembelajaran IPA.
Hal ini disebabkan kemampuan kognitif siswa sekolah dasar yang tidak dapat
dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuwan, sehingga siswa perlu diberikan
kesempatan untuk berlatih keterampilan– keterampilan proses IPA yang disesuaikan
dengan tahap perkembangan kognitif siswa SD.
Hasil belajar yang juga harus dikembangkan dalam pembelajaran IPA adalah
sikap ilmiah siswa. Sikap ilmiah yang dikembangkan diantaranya adalah sikap yang
senantiasa mendahulukan bukti, luwes, kritis, tekun, terbuka, kreatif, teliti dan peka
terhadap lingkungan. Sikap ini tidak hanya dikembangkan selama proses
pembelajaran IPA saja, namun lebih terpenting lagi, sikap ini dikembangkan tidak
hanya sampai pada tahap mengetahui namun sampai pada tahap menerapkan. Dapat
kita contohkan, saat ini hampir semua warga negara mendapatkan pembelajaran IPA,
namun pada kenyataannya hasil belajar yang ditunjukkan belum menunjukkan
keseluruhan hasil belajar yang ingin dicapai. Misalnya setelah peserta didik
mengetahui bahwa tanaman itu sangat berfungsi bagi kehidupan manusia karena dapat
menghasilkan oksigen, maka jika peserta didik tersebut memahami pentingnya
tumbuhan bagi manusia maka secara otomatis peserta didik tersebut tidak akan
merusak tumbuhan yang ada di sekitar tempat tinggalnya dan mungkin akan secara
9
sadar berusaha menanam tanaman bukan melakukan kegiatan seperti menginjak, atau
dengan membuang sampah di dekat tumbuhan tersebut yang mampu merusak
kehidupan tumbuhan tersebut.
Dalam melatihkan keterampilan-keterampilan proses dasar IPA dan sikap
ilmiah, diperlukan suatu pembelajaran yang tidak hanya siswa berperan sebagai
penerima namun siswa harus mengalami sendiri pengalamannya dalam memahami
ilmu tersebut, sehingga pada akhirnya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari- hari
siswa, selain itu pembelajaran IPA juga diarahkan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir siswa melalui permasalahan-permasalahan yang ada dalam
kehidupan siswa. Sehingga siswa terbiasa untuk berpikir dan bersikap ilmiah.
Menurut BSNP (2013) Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri
ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan
bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan
hidup. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian
pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan
keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Piaget dalam Desmita (2011) menyatakan bahwa perkembangan siswa SD
berada pada tahap operasional konkret yang membutuhkan pengalaman dan benda
atau objek secara langsung. Pengalaman langsung memegang peranan penting sebagai
pendorong laju perkembangan kognitif siswa pada tahapan operasional tersebut.
Melalui pengalaman langsung, siswa akan mengalami pembelajaran IPA yang
bermakna dan akan lebih mudah dipahami karena siswa mengalami sendiri apa yang
akan dipelajari.
Tujuan pembelajaran IPA dewasa ini mencakup lima dimensi. Dimensi-
dimensi tersebut secara lebih lanjut diuraikan di bawah ini:
1. Pengetahuan dan pemahaman (scientific information)
Dimensi ini mencakup belajar informasi spesifik seperti fakta, konsep, teori,
hukum dan penyelidikan pengetahuan sejarah IPA.
2. Penggalian dan penemuan (exploring and discovering; scientific processes)
Dimensi ini berhubungan dengan penggunaan proses-proses IPA untuk
mempelajari bagaimana ahli IPA bekerja dan berpikir. Keterampilan yang harus
diajarkan mencakup: mengamati, mendeskripsikan, mengklasifikasi dan
mengorganisasikan, mengkomunikasikan, berhipotesis, menguji hipotesis,
menginterpretasikan data, penggunaan keterampilan psikomotor, dsb.
10
3. Imaginasi dan kreativitas
Dimensi ini berhubungan dengan kemampuan memvisualisasikan atau
menghasilkan gambaran mental, mengkombinasikan objek dan gagasan dengan
cara-cara baru, memecahkan masalah dan teka-teki, serta menghasilkan
ide/gagasan yang tidak biasa.
4. Sikap dan nilai
Dimensi ini mencakup:
a. Pengembangan kepekaan dan penghargaan kepada orang lain
b. Mengekspresikan perasaan dengan cara yang konstruktif
c. Mengambil keputusan dengan didasari oleh nilai-nilai individu, sosial, dan
isu-isu lingkungan
5. Penerapan
Mampu mengidentifkasi hubungan konsep IPA dalam penggunaannya dengan
kehidupan sehari-hari; memahami prinsip-prinsip ilmiah dan teknologi yang
bekerja pada alat-alat rumah tangga; memahami dan menilai laporan-laporan
perkembangan ilmiah yang ditulis pada media massa.

2. 5 Manfaat Hakikat SAINS dalam Pembelajaran IPA

Hakikat sains memiliki peran yang penting dalam pembelajaran IPA dan
kehidupan sehari-hari baik pada guru maupun siswa. Hakikat sains merupakan salah
satu elemen yang penting dalam literasi sains, yang mana menjadi tujuan utama dari
pembelajaran IPA.
DeBoer (1991, 69-70) menyatakan bahwa Komisi Sains yang dipimpin oleh
Otis W. Caldwell beranggotakan 47 orang profesor dalam bidang pendidikan dan
kepala sekolah Lincoln School memberikan rasional dalam kurikulum dan arah sains
dalam pendidikan sesuai dengan yang diinginkan oleh sains agar pencapaian peserta
didik seperti yang diharapkan, yaitu sebagai berikut:
1. Sains merupakan sesuatu yang bernilai dalam hidup sehat karena
pengetahuan masyarakat tentang kebersihan lingkungan dan kesehatan individu
dapat mencegah mewabahnya penyakit dan mengendalikan berjangkitnya suatu
penyakit.
2. Meskipun sains terus melaju ke arah kemajuan, tetapi sains tetap peduli dengan
‘worthy home membership’ melalui pembelajaran tentang fungsi dan

11
keterbatasan listrik, sistem ventilasi, pengoperasian dari berbagai alat di rumah
yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Pelajaran sains bermanfaat untuk keperluan pekerjaan khusus dalam kehidupan
yang umum (misalnya, biologi, fisika, kimia, fisiologi,kesehatan).
4. Berkaitan dengan tujuan kemasyarakatan sains memberikan penghargaan yang
lebih terhadap kerja dan kontribusinya dalam memberikan masyarakat
kemampuan untuk mengambil peran dalam masyarakat.
5. Kontribusi sains dalam pemanfaatan waktu luang, misalnya melalui pemahaman
tentang optik, dan prinsip kimia dalam fotografi, dan pembuatan observasi yang
lebih mendalam tentang alam sambil menjelajahi kawasan atau wilayah atau
negara atau pantai.
6. Studi tentang sains memberikan kontribusi dalam pengembangan etika dan
karakter melalui pemahaman yang mendalam tentang konsep kebenaran dan
kepercayaan terhadap hukum sebab akibat.
Bisa disimpulkan bahwa manfaat hakikat sains dalam pembelajaran IPA di
Sekolah Dasar, diantaranya dapat meningkatkan hasil belajar tentang materi sains,
minat terhadap sains, dan pengambilan keputusan terhadap masalah-masalah yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Jadi pada prinsipnya, pemahaman
tentang hakikat sains sangat diperlukan dalam mewujudkan masyarakat yang
berliterasi sains.

12
BAB III
PENUTUP

3. 1 Kesimpulan
IPA sebagai suatu disipin ilmu memiliki karakteristik umum yaitu merupakan
himpunan fakta serta aturan yang yang menyatakan hubungan antara satu dengan
lainnya. Sedangkan karakteristik khusus dari IPA yaitu 1) IPA mempunyai nilai
ilmiah, 2) IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, 3)
IPA merupakan pengetahuan teoritis yang disusun secara khas, 4) IPA merupakan
satu rangkaian konsep yang saling berkaitan, dan 5) IPA meliputi empat unsur, yaitu
produk, proses, aplikasi dan sikap.
Hakikat Sains yaitu Sains sebagai produk, proses, sikap, dan teknologi.
Sedangkan prinsip-prinsip yang harus diterapkan dalam IPA meliput rasa ingin tahu,
pola interaksi sosial, pengetahuan awal/basic, penemuan, dan learning by doing.
Pembelajaran IPA pada hakikatnya adalah membelajarkan peserta didik untuk
memahami hakikat Sains serta mengembangkan sikap ingin tahu, keteguhan hati,
ketekunan, sadar akan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat serta terjadi
pengembangan ke arah sikap yang positif. Pembelajaran IPA hendaknya memungkin
peserta didik mengembangkan potensi positif dalam dirinya.
Manfaat hakikat sains dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, diantaranya
dapat meningkatkan hasil belajar tentang materi sains, minat terhadap sains, dan
pengambilan keputusan terhadap masalah-masalah yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari. Jadi pada prinsipnya, pemahaman tentang hakikat sains sangat
diperlukan dalam mewujudkan masyarakat yang berliterasi sains.

3. 2 Saran
Kami sebagai penulis menyadari jika makalah ini banyak sekali memiliki
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis sangat
mengharapkan adanya kritik serta saran yang membangun mengenai pembahasan
makalah di atas

13
DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, dkk. 2019 . Hakikat Pembelajaran Sains. Aceh: Sefa Bumi Persada.

Kumala, F. N. 2016. Pembelajaran IPA Sekolah Dasar. Malang: Ediide Infografika.

Mariana, I. M. A., dan Wandy Praginda. 2009. HAKIKAT IPA DAN PENDIDIKAN
IPA. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA).

Septantiningtyas, Niken, dkk . 2020 . Konsep Dasar Sains 1 . Boyolali: Penerbit


Lakeisha

Wedyawati, N., dan Yasinta Lisa. 2019. PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH


DASAR. Yogyakarta: Deepublish.

https://pdfcoffee.com/makalah-pembelajaran-ipa-sd-3-pdf-free.html Diakses pada 24

September 2021

14

Anda mungkin juga menyukai