I. Anamnesa Pada Bayi Dan Anak Dengan Gangguan Eliminasi
A. ANC 1. Pengertian Pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim (Manuaba, I.B.G, 2001). 2. Tujuan a. Pengawasan : Kesehatan Ibu, Deteksi dini penyakit penyerta & komplikasi kehamilan, menetapkan resiko kehamilan (tinggi, meragukan dan rendah) b. Menyiapkan persalinan à well born baby dan well health mother c. Mempersiapkan pemeliharaan bayi & laktasi d. Mengantarkan pulihnya kesehatan ibu optimal 3. Jenis a. Menurut cara persalinan : 1) Persalinan spontan : Proses lahir bayi dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan dan alat, serta tidak melukai ibu dan bayi yang berlangsung kurang dari 24 jam. 2) Persalinan buatan : Persalinan pervaginaan dengan bantuan alat – alat atau melalui dinding perut dengan operasi secio caesaria. 3) Persalinan anjuran : Kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan seperti pemberian pitocin atau prostaglandin atau pemecahan ketuban. b. Menurut usia (tua kehamilan) a. Abortus : Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 mg atau bayi dengan berat badan kurang dari 500 g. b. Partus imaturus : Pengeluaran buah kehamilan antara 22 mg dan 28 mg atau bayi dengan berat badan antara 500 g dan 999 g. c. Partus prematurus : Pengeluaran buah kehamilan antara 28 mg dan 37 mg atau dengan berat badan 1000 g dan 2499 g. d. Partus matures / aterm : Pengeluaran buah kehamilan antara 37 mg dan 42 mg atau bayi dengan BB 2500 g atau lebih e. Partus post matures / serotinus : Pengeluaran buah kehamilan setelah 42 mg. B. INC 1. Pengertian Rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelepasan plasenta (Varney, 2006 : 672). 2. Tujuan a. Mengetahui tahap persalinan sebagai acuan penilaian kemajuan persalinan dan sebagai dasar untuk menentukan rencana perawatan selanjutnya. b. Mengetahui kelainan – kelainan yang mungkin dapat mengganggu kelancaran persalinan atau segera mengetahui persalinan berisiko. c. Memberikan asuhan yang memadai selama persalianan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi. C. PNC 1. Pengertian Masa penyesuaian fisik dan fisiologis tubuh kembali mendekati sebelum hamil. Masa puerpurium atau masa nifas dimulai setelah selesainya partus dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu atau 40 hari, pada periode ini tubuh terus mengalami perubahan dan pemulihan kembali ke keadaan sebelum hamil. 2. Periode dibagi menjadi tiga periode yaitu : a. a. Immediately post partum : 4 jam pertama b. b. Early post partum : Minggu pertama c. c. Late post partum : Minggu kedua sampai dengan minggu keenam 3. Nifas juga dibagi dalam 3 periode yaitu : a. Puerpurium dini : Kepulihan dimana telah diperbolehkan berdiri dan berjalan- jalan. Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. b. Puerpurium intermedial : Kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6 – 8 minggu. c. Remote Puerperium : Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu peralihan mempunyai komplikasi waktu untuk sehat sempurna bila berminggu-minggu, bulanan atau tahunan. 4. Tujuan : a. Memantau adaptasi fisiologis dan psikologis b. Meningkatkan pemulihan fungsi tubuh c. Meningkatkan istirahat dan kenyamanan d. Meningkatkan hubungan orang tua dan bayi e. Meningkatkan peluang merawat bayi f. Teaching self care dan bayi. D. Pola Eliminasi Fecal dan Urine 1. Pengertian Suatu teknik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan dengan pasien secara langsung atau dengan orang lain yang mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan medis ya. 2. Tujuan a. Untuk mendapatkan data subjektif 3. Prosedur a. Tahap Pra Interaksi : 1) Melakukan verifikasi data 2) Mencuci tangan 3) Menyiapkan alat b. Tahap Orientasi : 1) Memberi salam 2) Menanyakan identitas pasien 3) Memperkenalkan diri 4) Menjelaskan tujuan, prosedur, dan kontrak waktu 5) Menanyakan kesiapan pasien c. Tahap Kerja : 1) Menanyakan bagaimana nafsu makan sebelum dan selama sakit 2) Menanyakan bagaiman pola makan pasien sebelum makan dan selama sakit 3) Menanyakan apakah sedang menjalani diet 4) Menanyakan pasien apakah mengalami penurunan berat badan dalam kurun waktu 6 bulan terakhir 5) Menanyakan apakah pasien mengalami kesulitan menelan 6) Menanyakan apakah pasien mengalami mual muntah 7) Menanyakan makanan kesukaan pasien 8) Menanyakan apakah pasien sering mengkonsumsi makanan buah-buahan dan suyur-sayuran 9) Menanyakan apakah pasien sering mengkonsumsi suplemen jenis vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh 10) Menanyakan apakah pasien sering mengalami kesulitan penyembuhan luka 11) Menanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita sakit (kencing manis, hipertensi, kanker, stroke) 12) Menanyakan pola minum pasien sebelum dan selama sakit 13) dokumentasikan
II. Persiapan Anak Dan Bayi Untuk Pemeriksaan Penunjang
A. Barium Enema 1. Pengertian Memasukkan larutan ke dalam rektum dan colon. 2. Tujuan dan Indikasi a. Pasien yang mengalami obstipasi berat (Impact stool) 1) Sebagai laxative (memecahkan impact fecal sehingga memudahkan pengeluarannya) 2) Merangsang peristaltik usus b. Sebelum pembedahan (elective surgary) terutama bila dilakukan dengan general anaesthesia (GA) c. Sebelum pelaksanaan prosedur diagnostik test terutama yang dilakukan pada area abdomen (colon) d. Sebelum menjalankan X-Ray khas e. Sebelum partus yaitu pada kala 1 (enema glycerin). f. Untuk medikasi lokal atau sistemik. 3. Kontra Indikasi a. Acutele abdominal pain b. Infeksi / inflamasi pada colon 4. Prosedur a. Memasang perlak pengalas di bawah bokong b. Tempatkan pispot di tempat tidur dalam area yang mudah dijangkau c. Secara merata lumasi 2 jari tangan pada tangan dominan d. Dengan perlahan regangkan kedua bokong dengan tangan non-dominan e. Arahkan pasien untuk menarik nafas panjang dan perlahan keluarkan melalui mulut f. Masukkan jari telunjuk ke dalam rektum dan dorong dengan perlahan sepanjang dinding rektal ke arah umbilikus g. Secara perlahan lunakkan massa fekal dengan masase daerah sekitarnya. Arahkan jari ke dalam inti yang mengeras h. Tarik feses ke bawah ke arah anus. Keluarkan sebagian kecil feses setiap kali dan buang ke dalam pispot. i. Secara periodik kaji nadi klien dan observasi tanda keletihan. Hentikan tindakan bila frekuensi nadi klien menurun atau iramanya berubah. j. Teruskan membersihkan rektum dan feses dan berikan internal istirahat untuk klien. k. Setelah itu, keluarkan jari dan usap kelebihan pelumas dari perineum dan lepaskan regangan pada bokong. l. Buang glove yang kotor dan tukar yang baru, kosongkan pispot dan bantu pasien ke toilet / menggunakan pispot bersih. m. Posisikan kembali pasien dalam posisi nyaman. n. Membereskan alat o. Cuci tangan p. Evaluasi q. Pamita r. Dokumentas B. USG/ Rontgen Abdomen 1. Pasien melakukan puasa makan (puasa minimal 6 jam sebelum dilakukan pemeriksaan USG, dan boleh minum air mineral) 2. 1 jam sebelum pemeriksaan pasien diharuskan minum dan tahan BAK/tidak boleh BAK sampai dilakukan pemeriksaan. Untuk pasien yang menggunakan kateter harus di klem 3. Untuk USG abdomen lengkap (atas dan bawah) pasien harus puasa makan minimal 6 dan harus tahan BAK. 4. Catatan : untuk USG abdomen atas pasien tidak dianjurkan tahan BAK. Dan untuk USG abdomen bawah saja pasien dianjurkan tahan BAK.
III. Pemeriksaan Fisik Pada Sistem Pencernaan Dan Sistem Kemih
A. Colok Dubur/ Rektal Tuse 1. Pengertian Pemeriksaan colok dubur merupakan pelengkap pemeriksaan fisik abdomen dan genitalia. 2. Indikasi a. Pada pria : Pemeriksaan rekto abdominal pemeriksaan prostat dan vesika seminalis b. Pada wanita : Pemeriksaan rekto abbominal, pemeriksaan uterus dan adneksa serta pemeriksaan genitalia pada nullipara. 3. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah melakukan pemeriksaan colok dubur. 4. Persiapan Alat a. Tempat tidur periksa b. Sarung tangan c. Pelumas d. Sabun dan air bersih e. Handuk bersih dan kering f. Larutan antiseptik g. Senter 5. Posisi pasien sebagai berikut : a. Left lateral prone position : Letak miring memudahkan pemeriksa inspeksi dan palpasi anal dan rektum. b. Litotomi position : Posisi litotomi biasanya dilakukan pada pemeriksaan rutin yang tidak memerlukan pemeriksaan anus secara detail. 6. Prosedur a. Mintalah pasien untuk mengosongkan kandung kemih. b. Persilahkan pasien untuk berbaring dengan salah satu posisi diatas. c. Minta pasien untuk menurunkan pakaian dalam celana, hingga regio analis terlihat jelas. d. Cuci tangan dan memakai sarung tangan. e. Menggunakan pelumas secukupnya pada tangan kanan. f. Inspeksi regio analis, perhatikan apakah ada kelainan. g. Penderita diminta mengejan , letakkan ujung jari telunjuk kanan pada anal orifisium dan tekanlah dengan lembut sampai sfingter relaksasi. Kemudian fleksikan ujung jari dan masukkan jari perlahan-lahan sampai sebagian besar jari berada di dalam canalis analis. h. Palpasi daerah kanalis analis, nilailah adakah kelainan atau tidak i. Pada laki-laki : gunakan prostat di sebelah ventral sebagai titik acuan. j. Pada wanita : gunakan serviks uteri di sebelah ventral sebagai titik acuan. k. Menilai tonus sfingter ani l. Menilai struktur rektum yang lebih dalam m. Menilai ampula rektim kolaps atau tidal 7. Pemeriksaan khusus : a. Prostat : Nilai 5 ketiga lobus prostat, fisura mediana, permukaan prostat (halus atau bernodul), konsistensi (elastis, keras, lembut, fluktuan), bentuk (bulat, datar), ukuran (normal, hiperplasia, atropi), sensitivitas dan mobilitas. b. Vesikula seminalis : Normalnya tidak teraba, apabila terdapat kelainan akan teraba pada superior prostat di sekitar garis tengah. Nilailah distensi, sensitivitas, ukuran, konsistensi, indurasi dan nodul. c. Uterus dan adneksa : Periksa dan nilai kavum Douglas pada forniks posterior vagina. d. Setelah selesai, keluarkan jari telunjuk dari rektum, perhatikan apakah pada sarung tangan terdapat sarung tangan bekas feses, darah, dan lendir. e. Cuci tangan yang masih memakai sarung tangan dengan air mengalir. f. Buka sarung tangan dan tempatkan pada wadah yang disediakan g. Bersihkan pasien dengan larutan antiseptik di sekitar regio analis h. Beritahukan pasien bahwa pemeriksaan sudah selesai dan persilahkan pasien untuk duduk di tempat yang suda5 disediakan. i. Dokumentasi B. Bising 1. Menghantarkan bagian diafragma dan bell stetoskop 2. Meletakkan sisi diafragma Stetoskop tadi di atas kuadran kanan bawah pada area cecum. Berikan tekanan yang amat ringat. Minta klien agar tidak berbicara. Mungkin diperlukan 5 menit secara terus menerus untuk mendengar sebelum pemeriksa menentukan tidak adanya bising usus 3. Dengarkan bising usus dan perhatikan frekuensi dan karakternya 4. Bila bising usus tidak mudah terdengar, lanjutkan pemeriksaan sistematis, dengan tiap kuadran abdomen 5. Catat bising usus sebagai normal atau terdengar, tidak ada, Hiper aktif atau hipoaktif 6. Meletakkan bagian bell/Stetoskop di atas aorta, arteri renale, arteri iliaka, dan arteri femoral 7. Meletakkan bagian bell pada daerah preumbilikal/sekeliling pusat untuk mendengarkan bising vena (jarang terdengar)