Anda di halaman 1dari 8

Nama : Lucky Herta Vio Handaru

NIM : 19121101

Prodi : D3 Keperawatan/ Semester 4

TUGAS LAB KEPERAWATAN ANAK


Dosen : Tutik Rahayuningsih, S.Kep.,Ns MPH
Tutik Yuliyanti S.Kep., Ns MPH

I. Anamnesa Pada Bayi Dan Anak Dengan Gangguan Eliminasi


A. ANC
1. Pengertian
Pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim (Manuaba, I.B.G, 2001).
2. Tujuan
a. Pengawasan : Kesehatan Ibu, Deteksi dini penyakit penyerta & komplikasi
kehamilan, menetapkan resiko kehamilan (tinggi, meragukan dan rendah)
b. Menyiapkan persalinan à well born baby dan well health mother
c. Mempersiapkan pemeliharaan bayi & laktasi
d. Mengantarkan pulihnya kesehatan ibu optimal
3. Jenis
a. Menurut cara persalinan :
1) Persalinan spontan : Proses lahir bayi dengan tenaga ibu sendiri tanpa
bantuan dan alat, serta tidak melukai ibu dan bayi yang berlangsung kurang
dari 24 jam.
2) Persalinan buatan : Persalinan pervaginaan dengan bantuan alat – alat atau
melalui dinding perut dengan operasi secio caesaria.
3) Persalinan anjuran : Kekuatan yang diperlukan untuk persalinan
ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan seperti pemberian pitocin
atau prostaglandin atau pemecahan ketuban.
b. Menurut usia (tua kehamilan)
a. Abortus : Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 mg atau bayi
dengan berat badan kurang dari 500 g.
b. Partus imaturus : Pengeluaran buah kehamilan antara 22 mg dan 28 mg atau
bayi dengan berat badan antara 500 g dan 999 g.
c. Partus prematurus : Pengeluaran buah kehamilan antara 28 mg dan 37 mg
atau dengan berat badan 1000 g dan 2499 g.
d. Partus matures / aterm : Pengeluaran buah kehamilan antara 37 mg dan 42
mg atau bayi dengan BB 2500 g atau lebih
e. Partus post matures / serotinus : Pengeluaran buah kehamilan setelah 42 mg.
B. INC
1. Pengertian
Rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu.
Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan
progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelepasan plasenta (Varney, 2006 :
672).
2. Tujuan
a. Mengetahui tahap persalinan sebagai acuan penilaian kemajuan persalinan dan
sebagai dasar untuk menentukan rencana perawatan selanjutnya.
b. Mengetahui kelainan – kelainan yang mungkin dapat mengganggu kelancaran
persalinan atau segera mengetahui persalinan berisiko.
c. Memberikan asuhan yang memadai selama persalianan dalam upaya mencapai
pertolongan persalinan yang bersih dan aman dengan memperhatikan aspek
sayang ibu dan sayang bayi.
C. PNC
1. Pengertian
Masa penyesuaian fisik dan fisiologis tubuh kembali mendekati sebelum hamil.
Masa puerpurium atau masa nifas dimulai setelah selesainya partus dan berakhir
setelah kira-kira 6 minggu atau 40 hari, pada periode ini tubuh terus mengalami
perubahan dan pemulihan kembali ke keadaan sebelum hamil.
2. Periode dibagi menjadi tiga periode yaitu :
a. a. Immediately post partum : 4 jam pertama
b. b. Early post partum : Minggu pertama
c. c. Late post partum : Minggu kedua sampai dengan minggu
keenam
3. Nifas juga dibagi dalam 3 periode yaitu :
a. Puerpurium dini : Kepulihan dimana telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-
jalan. Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40
hari.
b. Puerpurium intermedial : Kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang
lamanya 6 – 8 minggu.
c. Remote Puerperium : Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu peralihan mempunyai komplikasi waktu
untuk sehat sempurna bila berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
4. Tujuan :
a. Memantau adaptasi fisiologis dan psikologis
b. Meningkatkan pemulihan fungsi tubuh
c. Meningkatkan istirahat dan kenyamanan
d. Meningkatkan hubungan orang tua dan bayi
e. Meningkatkan peluang merawat bayi
f. Teaching self care dan bayi.
D. Pola Eliminasi Fecal dan Urine
1. Pengertian
Suatu teknik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan dengan pasien
secara langsung atau dengan orang lain yang mengetahui tentang kondisi pasien,
untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan medis ya.
2. Tujuan
a. Untuk mendapatkan data subjektif
3. Prosedur
a. Tahap Pra Interaksi :
1) Melakukan verifikasi data
2) Mencuci tangan
3) Menyiapkan alat
b. Tahap Orientasi :
1) Memberi salam
2) Menanyakan identitas pasien
3) Memperkenalkan diri
4) Menjelaskan tujuan, prosedur, dan kontrak waktu
5) Menanyakan kesiapan pasien
c. Tahap Kerja :
1) Menanyakan bagaimana nafsu makan sebelum dan selama sakit
2) Menanyakan bagaiman pola makan pasien sebelum makan dan selama sakit
3) Menanyakan apakah sedang menjalani diet
4) Menanyakan pasien apakah mengalami penurunan berat badan dalam kurun
waktu 6 bulan terakhir
5) Menanyakan apakah pasien mengalami kesulitan menelan
6) Menanyakan apakah pasien mengalami mual muntah
7) Menanyakan makanan kesukaan pasien
8) Menanyakan apakah pasien sering mengkonsumsi makanan buah-buahan
dan suyur-sayuran
9) Menanyakan apakah pasien sering mengkonsumsi suplemen jenis vitamin
untuk meningkatkan daya tahan tubuh
10) Menanyakan apakah pasien sering mengalami kesulitan penyembuhan luka
11) Menanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita sakit (kencing
manis, hipertensi, kanker, stroke)
12) Menanyakan pola minum pasien sebelum dan selama sakit
13) dokumentasikan

II. Persiapan Anak Dan Bayi Untuk Pemeriksaan Penunjang


A. Barium Enema
1. Pengertian
Memasukkan larutan ke dalam rektum dan colon.
2. Tujuan dan Indikasi
a. Pasien yang mengalami obstipasi berat (Impact stool)
1) Sebagai laxative (memecahkan impact fecal sehingga memudahkan
pengeluarannya)
2) Merangsang peristaltik usus
b. Sebelum pembedahan (elective surgary) terutama bila dilakukan dengan general
anaesthesia (GA)
c. Sebelum pelaksanaan prosedur diagnostik test terutama yang dilakukan pada
area abdomen (colon)
d. Sebelum menjalankan X-Ray khas
e. Sebelum partus yaitu pada kala 1 (enema glycerin).
f. Untuk medikasi lokal atau sistemik.
3. Kontra Indikasi
a. Acutele abdominal pain
b. Infeksi / inflamasi pada colon
4. Prosedur
a. Memasang perlak pengalas di bawah bokong
b. Tempatkan pispot di tempat tidur dalam area yang mudah dijangkau
c. Secara merata lumasi 2 jari tangan pada tangan dominan
d. Dengan perlahan regangkan kedua bokong dengan tangan non-dominan
e. Arahkan pasien untuk menarik nafas panjang dan perlahan keluarkan melalui
mulut
f. Masukkan jari telunjuk ke dalam rektum dan dorong dengan perlahan sepanjang
dinding rektal ke arah umbilikus
g. Secara perlahan lunakkan massa fekal dengan masase daerah sekitarnya.
Arahkan jari ke dalam inti yang mengeras
h. Tarik feses ke bawah ke arah anus. Keluarkan sebagian kecil feses setiap kali
dan buang ke dalam pispot.
i. Secara periodik kaji nadi klien dan observasi tanda keletihan. Hentikan
tindakan bila frekuensi nadi klien menurun atau iramanya berubah.
j. Teruskan membersihkan rektum dan feses dan berikan internal istirahat untuk
klien.
k. Setelah itu, keluarkan jari dan usap kelebihan pelumas dari perineum dan
lepaskan regangan pada bokong.
l. Buang glove yang kotor dan tukar yang baru, kosongkan pispot dan bantu
pasien ke toilet / menggunakan pispot bersih.
m. Posisikan kembali pasien dalam posisi nyaman.
n. Membereskan alat
o. Cuci tangan
p. Evaluasi
q. Pamita
r. Dokumentas
B. USG/ Rontgen Abdomen
1. Pasien melakukan puasa makan (puasa minimal 6 jam sebelum dilakukan
pemeriksaan USG, dan boleh minum air mineral)
2. 1 jam sebelum pemeriksaan pasien diharuskan minum dan tahan BAK/tidak
boleh BAK sampai dilakukan pemeriksaan. Untuk pasien yang menggunakan
kateter harus di klem
3. Untuk USG abdomen lengkap (atas dan bawah) pasien harus puasa makan
minimal 6 dan harus tahan BAK.
4. Catatan : untuk USG abdomen atas pasien tidak dianjurkan tahan BAK. Dan
untuk USG abdomen bawah saja pasien dianjurkan tahan BAK.

III. Pemeriksaan Fisik Pada Sistem Pencernaan Dan Sistem Kemih


A. Colok Dubur/ Rektal Tuse
1. Pengertian
Pemeriksaan colok dubur merupakan pelengkap pemeriksaan fisik abdomen dan
genitalia.
2. Indikasi
a. Pada pria : Pemeriksaan rekto abdominal pemeriksaan prostat dan vesika
seminalis
b. Pada wanita : Pemeriksaan rekto abbominal, pemeriksaan uterus dan adneksa
serta pemeriksaan genitalia pada nullipara.
3. Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah melakukan pemeriksaan colok dubur.
4. Persiapan Alat
a. Tempat tidur periksa
b. Sarung tangan
c. Pelumas
d. Sabun dan air bersih
e. Handuk bersih dan kering
f. Larutan antiseptik
g. Senter
5. Posisi pasien sebagai berikut :
a. Left lateral prone position : Letak miring memudahkan pemeriksa inspeksi dan
palpasi anal dan rektum.
b. Litotomi position : Posisi litotomi biasanya dilakukan pada pemeriksaan rutin
yang tidak memerlukan pemeriksaan anus secara detail.
6. Prosedur
a. Mintalah pasien untuk mengosongkan kandung kemih.
b. Persilahkan pasien untuk berbaring dengan salah satu posisi diatas.
c. Minta pasien untuk menurunkan pakaian dalam celana, hingga regio analis
terlihat jelas.
d. Cuci tangan dan memakai sarung tangan.
e. Menggunakan pelumas secukupnya pada tangan kanan.
f. Inspeksi regio analis, perhatikan apakah ada kelainan.
g. Penderita diminta mengejan , letakkan ujung jari telunjuk kanan pada anal
orifisium dan tekanlah dengan lembut sampai sfingter relaksasi. Kemudian
fleksikan ujung jari dan masukkan jari perlahan-lahan sampai sebagian besar
jari berada di dalam canalis analis.
h. Palpasi daerah kanalis analis, nilailah adakah kelainan atau tidak
i. Pada laki-laki : gunakan prostat di sebelah ventral sebagai titik acuan.
j. Pada wanita : gunakan serviks uteri di sebelah ventral sebagai titik acuan.
k. Menilai tonus sfingter ani
l. Menilai struktur rektum yang lebih dalam
m. Menilai ampula rektim kolaps atau tidal
7. Pemeriksaan khusus :
a. Prostat : Nilai 5 ketiga lobus prostat, fisura mediana, permukaan prostat (halus
atau bernodul), konsistensi (elastis, keras, lembut, fluktuan), bentuk (bulat,
datar), ukuran (normal, hiperplasia, atropi), sensitivitas dan mobilitas.
b. Vesikula seminalis : Normalnya tidak teraba, apabila terdapat kelainan akan
teraba pada superior prostat di sekitar garis tengah. Nilailah distensi,
sensitivitas, ukuran, konsistensi, indurasi dan nodul.
c. Uterus dan adneksa : Periksa dan nilai kavum Douglas pada forniks posterior
vagina.
d. Setelah selesai, keluarkan jari telunjuk dari rektum, perhatikan apakah pada
sarung tangan terdapat sarung tangan bekas feses, darah, dan lendir.
e. Cuci tangan yang masih memakai sarung tangan dengan air mengalir.
f. Buka sarung tangan dan tempatkan pada wadah yang disediakan
g. Bersihkan pasien dengan larutan antiseptik di sekitar regio analis
h. Beritahukan pasien bahwa pemeriksaan sudah selesai dan persilahkan pasien
untuk duduk di tempat yang suda5 disediakan.
i. Dokumentasi
B. Bising
1. Menghantarkan bagian diafragma dan bell stetoskop
2. Meletakkan sisi diafragma Stetoskop tadi di atas kuadran kanan bawah pada area
cecum. Berikan tekanan yang amat ringat. Minta klien agar tidak berbicara.
Mungkin diperlukan 5 menit secara terus menerus untuk mendengar sebelum
pemeriksa menentukan tidak adanya bising usus
3. Dengarkan bising usus dan perhatikan frekuensi dan karakternya
4. Bila bising usus tidak mudah terdengar, lanjutkan pemeriksaan sistematis, dengan
tiap kuadran abdomen
5. Catat bising usus sebagai normal atau terdengar, tidak ada, Hiper aktif atau
hipoaktif
6. Meletakkan bagian bell/Stetoskop di atas aorta, arteri renale, arteri iliaka, dan arteri
femoral
7. Meletakkan bagian bell pada daerah preumbilikal/sekeliling pusat untuk
mendengarkan bising vena (jarang terdengar)

Anda mungkin juga menyukai