Laporan Praktikum Enzim 1 Ekstraksi Enzim Amilase Dari Kecambah Kacang Hijau Kelompok 1
Laporan Praktikum Enzim 1 Ekstraksi Enzim Amilase Dari Kecambah Kacang Hijau Kelompok 1
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknologi Enzim Industri
Dosen Pengampu: Shinta Maharani, S.TP., M.Sc.
Disusun Oleh:
Kelompok 1
Annisa Jihan Hasheena (1401965)
Armand Dimas Cantona (1401583)
Dessy Chintya Ernande (1405974)
Lani Meita Indah Furi (1401071)
Nadya Nanda Mutiara (1405514)
Nur Walimah Utami (1403422)
ABSTRAK
Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis dalam
suatu reaksi kimia organik, salah satu enzim yaitu enzim amilase yang mampu
mengkatalis proses hidrolisa pati untuk menghasilkan molekul lebih sederhana seperti
glukosa, maltosa, & dekstrin. Untuk mendapatkan ekstrak enzim amilase kasar, dapat
dilakukan melalui proses penyaringan kecambah kacang-kacangan. Misal, kandungan
enzim amilase yang tinggi terkandung pada kecambah kacang hijau. Jurnal ini akan
membahas tentang pengaruh perbandingan berat kecambah dan pelarut yang digunakan
dalam ekstraksi enzim amilase dengan menggunakan metode Dinitrosalicylic (DNS),
DNS yakni suatu senyawa yang mampu menyerap radiasi gelombang elektromagnetik
pada λ 540 nm dengan kuat. Hasil yang didapat dari persamaan y = bx + a, dengan
ditunjukkan x = 0,0299. Itu menunjukkan sebagai gula tereduksi.
Kata Kunci: Enzim Amilase, Ekstraksi, DNS, Buffer, dan Aktivitas Enzim.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
ABSTRACT
Sumber enzim dapat diperoleh dari tanaman, hewan dan mikroorganisme. Salah
satu enzim pemecah pati adalah enzim α-amilase. Amilase merupakan enzim yang
penting dalam bidang pangan dan bioteknologi. Amilase merupakan enzim yang
mengkatalisis reaksi hidrolisis pati menjadi gula‐gula sederhana. Amilase mengubah
karbohidrat yang merupakan polisakarida menjadi maltosa (alfa dan beta) ataupun
glukosa (gluko amilase). Amilase dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti tanaman,
binatang dan mikroorganisme. Saat ini sejumlah enzim amilase telah diproduksi secara
komersial. Penggunaan mikroba dianggap lebih prosepektif karena mudah tumbuh,
cepat menghasilkan dan kondisi lingkungan dapat dikendalikan (Nur Hidayat, 2008).
Produksi enzim amilase dapat menggunakan berbagai sumber karbon. Contoh‐contoh
sumber karbon molase, tepung jagung, tepung tapioka, dan sebagainya. Dalam produksi
enzim amilase dengan menggunakan mikroba, pengendalian terhadap faktor lingkungan
adalah sangat penting karena dalam produksinya, mikroba dipengaruhi berbagai hal,
seperti suhu dan lama inkubasi, pH awal, jumlah inokulum dan faktor yang berpengaruh
lainnya yang dapat diperoleh melalui eksperimen. Jenis mikroba juga berpengaruh
terhadap jumlah enzim yang dihasilkan. Enzim ini sangat berperan dalam industri
pembuatan roti dan sirup. Enzim amilase banyak terdapat pada kecambah kacang-
kacangan. Enzim α-amilase dalam biji dibentuk pada waktu awal perkecambahan oleh
asam giberilik. Asam giberilik adalah suatu senyawa organik yang sangat penting dalam
proses perkecambahan suatu biji karena bersifat sebagai pengontrol perkecambahan
tersebut.
Pemilihan kacang hijau sebagai sumber enzim α-amilase karena dalam bentuk
kecambah mengandung tokoferol (pro vitamin E) 936,4 ppm, fenolik 11,3 ppm.
Senyawa tersebut merupakan antioksidan yang sangat penting terhadap kesehatan
terutama balita. Senyawa fenolik dengan antioksidan lainnya pada konsentrasi rendah
dapat melindungi bahan pangan tersebut dari kerusakan oksidatif. Selain itu, kacang
hijau memiliki kelebihan dari segi ekonomis dan agronomis dibandingkan dengan
tanaman kacang-kacangan lainnya.
Uji aktivitas α-amilase dengan asam dinitro salisilat (DNS) didasarkan pada
prinsip reaksi reduksi – oksidasi. DNS (asam 3,5-dinitrosalisilat) merupakan senyawa
aroma yang akan bereaksi dengan gula pereduksi maupun komponen pereduksi lainnya.
Metode DNS digunakan untuk menentukan total gula pereduksi dalam sampel yang
mengandung karbohidrat. Dalam metode DNS digunakan alat spektrofotometer untuk
mengukur nilai absorbansi sampel (Lehninger AL, 1997). DNS berfungsi sebagai
oksidator akan tereduksi membentuk asam 3-amino-5-nitrosalisilat. Reaksi ini berjalan
dengan suasana basa yang apabila terdapat gula pereduksi pada sampe maka larutan
DNS yang awalnya berwarna kuning akan bereaksi dengan gula pereduksi.
Metode DNS atau metode TRS (Total Raducing Sugar) bertujuan untuk
menentukan kandungan gula pereduksi yang tersisa dari hasil fermentasi sehingga dapat
diketahui kadar alkohol yang terbentuk. Glukosa merupakan gula pereduksi karena
memiliki gugus aldehida sehingga dapat dioksidasi menjadi gugus karboksil. Pada
metode ini, gugus aldehida pada glukosa akan dioksidasi oleh asam 3,5-dinitrosalisilat
menjadi gugus karboksil dan menghasilkan asam 3-amino-5-nitrosalisilat, reaksi ini
berlangsung pada kondisi basa dan suhu tinggi sekitar 90-100°C. Senyawa ini memiliki
serapan maksimum pada 510 nm bila diukur absorbansinya dengan menggunakan
spektrofotometer.
Reagen DNS (3,5 dinitro salicilic acid) merupakan suatu reagen yang digunakan
untuk mendeteksi adanya gula pereduksi dalam sampel disakarida maltosa hasil dari
hidrolisis substrat pati oleh enzim amilase. Penentuan aktivitas enzim amilase
ditentukan dari banyaknya gula pereduksi yang terbentuk hasil hidrolisis pati oleh
enzim amilase. Penentuan kada gula pereduksi (maltosa) dapat dilakukan dengan
dengan menggunakan analisa gula pereduksi yaitu mereaksikan gula pereduksi dengan
reagen DNS (3,5 dinitroaliclic acid) dimana pada suasana basa, gula pereduksi
akan mereduksi DNS menjadi Asam 3-amino-5-dinitrosalisilat yang dapat
menyerap dengan kuat radiasi gelombang elektromagnetik pada panjang gelombang
tertentu. Semakin banyak gula pereduksi maka semakin banyak Asam 3-
amino-5-dinitrosalisilat yang terbentuk. Adanya senyawa yang terbentuk
tersebut ditandai dengan adanya perubahan warna kuning menjadi merah jingga.
Adanya perubahan warna tersebut menandakan bahwa telah terjadi reaksi
enzimatis yaitu dengan adanya enzim amilase yang mampu merombak pati
menjadi gula pereduksi. Semakin banyak gula pereduksi yang terbentuk
menunjukkan bahwa semakin tinggi aktivitas enzimamilase untu memecah substrat
pati menjadi gula pereduksi. Tingginya aktivitas enzim amilase ditandai dengan
perubahan warna sampel yang semakin pekat dari sebelumnya
Absorbansi enzim tersebut bisa dilihat dari kurva standar yang telah dibuat.
Kurva standar merupakan kurva yang dibuat dari sederetan larutan standar yang masih
dalam batas linieritas sehingga dapat diregresilinierkan. Kurva standar berfungsi
biasanya digunakan untuk menunjukkan besarnya konsentrasi larutan sampel dari hasil
pengukuran sehingga konsetrasi sampel larutan bisa diperoleh dengan mudah melalui
kurva standar. Kurva standar menunjukkan hubungan antara konsentrasi larutan
(sumbu-x) dengan absorbansi larutan (sumbu-y). Dari kurva standar akan dihasilkan
suatu persamaan yang diregresilinierkan, yaitu persamaan y = mx + c, dengan m:
kemiringan garis, dan c: konstanta.
Teknik ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan bersih, baik
untuk zat organik atau anorganik, untuk analisis makro maupun mikro. Selain untuk
kepentingan analisis kimia, ekstraksi juga banyak digunakan untuk pekerjaan preparatif
dalam bidang kimia organik, biokimia, dan anorganik di laboratorium. Tujuan ekstraksi
ialah memisahkan suatu komponen dari campurannya dengan menggunakan pelarut.
METODOLOGI PENELITIAN
Blanko 0, 373
1:8 0,028 0,009
-0,018 -0,041
1:6 -0,013 -0,053
-0,031 -0,036
1 : 10 -0,034 0,052*
-0,011 0,056*
1 : 12 -0,038 -0,038
-0,046 -0,045
*data yang digunakan yaitu : 0,052 dan 0,056
Amilase adalah golongan glikosida hidrolase, enzim pengurai pati ini dapat
dipilah ke dalam dua kelompok yang secara khas menghidrolisis ikatan (1) 1,6 antar
rantai-rantai dan (2) memutus ikatan 1,4 antar satuan glukosa pada rantai lurus. Pati
mentah, tidak rusak (tidak tergelatinisasi) dan tidak rentan terhadap aktivitas β-amilase.
Sebaliknya, α-amilase dapat menyerang granul pati utuh secara perlahan-lahan.
Dari hasil praktikum, hanya diperoleh nilai absorbansi pada konsentrasi 1:10 pada menit
( A s−a ) ( 0,054−(−0,0649) )
ke-10 sebagai berikut G s= = =0,0299 mg/ml
b 3,9732
KESIMPULAN
Dali, Seniwati., Rugaiyah Arfah., Abdul Karim dan Abd. Rauf Patong. 2013.
Karakterisasi Enzim Amilase Dari Isolat Bakteri Termofilik Bacillus Substilis.
Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin, Makassar.
Dewi, Chandra, dkk. 2005. Produksi Gula Reduksi oleh Rhizopus oryzae dari Substrat
Bekatul. Bioteknologi 2 (1): 21-26. Jurusan Biologi FMIPA. UNS. Surakarta.
Erina, Henny. Kajian Biomedik Enzim Amilase dan Pemanfaatannya Dalam Industri.
[online]. http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Article-28838-7-Henny-
BiomedikUSU.pdf [diakses pada 17 April 2016].
Lim Chai Teo M-L. 2013. Analysis of in vitro Digestibility of Starches and
Microcapsules: Evaluation of Retention and Release of Folic Acid in the
Fortification of Food. Thesis. RMIT University.
Lehninger, AL. 1997. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Mutia, M., dkk. Isolasi dan Karakterisasi Enzim Amilase dari Akar Rimpang
Alang-alang. Jurnal Publikasi. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Hasanuddin
Makassar.
Ramadhan, Haries. 2010. Pengaruh Konsentrasi Etanol, Suhu dan Jumlah Stage Pada
Ekstraksi Oleoresin Jahe (Zingiber officinale rosc) secara Batch pdf. UNDIP
Semarang.
Rahmansyah, I Made. 2003. Optimasi Analisis Amilase Dan Glukanase Yang Diekstrak
dari Miselium Pleurotus Ostreatus Dengan Asam 3,5 Dinitrosalisilat. Berk.
Penel. Hayati: 9 (7-12). LIPI Bogor.
Suarni & Patong, R. 2007. Potensi Kecambah Kacang Hijau sebagai Sumber
Enzim Amilase. Jurnal Publikasi. Vol.7(3). Hal.332-336.
1. LAMPIRAN PERHITUNGAN
Kadar Gula Reduksi Awal/menit ke-0 (mg/ml)
( Ak−a)
Gk=
b
0−0,064
Gk=
3,973
Gk=0
mg μmol
0,0299 x 10 x 1000 x 1ml
ml mmol
mg
10 menit x 0,1ml x 342
ml
299
=¿0,87 43
342 Konsentras Rata-Rata
i Absorbansi
2. 0 0 KURVA STANDAR
MALTOSA
0.04 0.0615
0.08 0.22
0.12 0.3865
0.16 0.557
0.20 0.738
0.24 0.92
1
0.9
f(x) = 3.97 x − 0.06
0.8 R² = 0.99
0.7
0.6
0.5
0.4 Linear ()
0.3
0.2
0.1
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
3. LAMPIRAN GAMBAR