Anda di halaman 1dari 18

PROJECT-BASED LEARNING:

Inovasi Pembelajaran yang Berorientasi Soft skills

Muh. Rais, S.Pd., MP., MT


Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Negeri Makassar

Disajikan Sebagai Makalah Pendamping dalam


Seminar Nasional Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya
11 Desember 2010
1

PROJECT-BASED LEARNING:
Inovasi Pembelajaran yang Berorientasi Soft skills1
Muh. Rais, S.Pd., MP., MT
Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Negeri Makassar
raismisi@gmail.com

Abstrak

Isu-isu pendidikan soft skills dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan


teknologi kejuruan tidak pernah selesai untuk didiskusikan. Berbagai upaya
dalam menumbuhkan soft skills pebelajar dalam praksis pendidikan terus
dilakukan, mulai dari pelatihan hingga pendidikan yang berbasis peningkatan
nilai-nilai soft skills pebelajar. Salah satu pendekatan dalam praksis pendidikan
adalah melalui Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning).
Pembelajaran berbasis proyek merupakan pendekatan pendidikan yang
berfokus pada kreatifitas berfikir, pemecahan masalah, dan interaksi antara
pebelajar dengan kawan sebaya untuk menciptakan dan menggunakan
pengetahuan baru (Berenfeld, 1996; Marchaim 2001; dan Asan, 2005). Melalui
pembelajaran berbasis proyek, pebelajar akan bekerja di dalam tim,
menemukan keterampilan merencanakan, mengorganisasi, bernegosiasi, dan
membuat konsensus tentang isu-isu tugas yang akan dikerjakan, siapa yang
bertanggungjawab untuk setiap tugas, dan bagaimana informasi akan
dikumpulkan dan dipresentasikan secara ilmiah. Model pembelajaran
berbasis proyek yang dikonstruksi dari prinsip-prinsip pembelajaran
konstruktivis diduga dapat menumbuhkan nilai-nilai yang hendak dibangun
dalam soft skills seperti: pemecahan masalah, kreativitas, inovasi, kerjasama
tim, kemampuan berkomunikasi dan presentasi.

Kata Kunci: Project-based learning, soft skills

A. Pendahuluan
Tuntutan belajar di perguruan tinggi selain menuntut kemampuan
akademik (hard skill), mahasiswa juga dituntut untuk dapat meningkatkan
kemampuan personalnya (soft skills), sehingga siap memasuki dunia kerja
yang sesungguhnya setelah menyelesaikan studi. Pendidikan bidang
keteknikan hendaknya, selain memberikan teori-teori yang cukup, juga perlu
memberikan contoh-contoh pemecahan proyek-proyek nyata dengan
2

memanfaatkan strategi belajar yang mendukung pendidikan bidang


keteknikan. (Purnawan, 2007). Abad pengetahuan saat ini, menginginkan
paradigma belajar yang berorientasi pada proyek, masalah, penyelidikan
(inquiry), penemuan dan penciptaan” (Wilson, 1996; Ardhana, 2000).
Ini berarti memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
mengarungi seluruh ranah pembelajaran (kognitif, afektif, dan psikomotor),
serta mengembangkan seluruh kecerdasannya (emosional, spiritual, sosial,
dan sebagainya). Menurut Dimyati (2000), proses belajar sebagai kegiatan
yang interaktif hendaknya dapat menggarap semua domain kognitif, afektif,
dan psikomotorik sebagai tindak belajar dalam rangka keutuhan pribadi
pebelajar. Kegiatan belajar yang bersifat interaktif diharapkan dapat memberi
kesempatan untuk mengembangkan seluruh ranah dan seluruh kecerdasan
yang kuat bagi pencapaian kompetensi akademik dan personal mahasiswa
dari setiap matakuliah yang diinginkan. Hal ini sejalan dengan pendapat
Munandar (1999) yang mengatakan bahwa kegiatan pendidikan hendaknya
tertuju pada pengembangan kreativitas peserta didik agar kelak dapat
memenuhi kebutuhan pribadi, kebutuhan masyarakat dan kebutuhan negara.
Salah satu strategi pembelajaran yang dapat membantu mahasiswa
agar memiliki kreativitas berfikir, pemecahan masalah, dan interaksi serta
membantu dalam penyelidikan yang mengarah pada penyelesaian masalah-
masalah nyata adalah project-based learning (PBL) atau pembelajaran
berbasis proyek (Thomas, 1999; Esche, 2002; The George Lucas
Educational Foundation, 2005; Turgut, 2008). Project-based learning dapat
menstimulasi motivasi, proses, dan meningkatkan prestasi belajar mahasiswa
dengan menggunakan masalah-masalah yang berkaitan dengan mata kuliah
tertentu pada situasi nyata.
Salah satu hal yang menarik mengapa project-based learning penting
untuk diterapkan adalah ditunjukkan oleh beberapa penelitian yang
mendahuluinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 90% mahasiswa yang
mengikuti proses belajar dengan implementasi project-based learning yakin
dan optimis dapat mengimplementasikan project-based learning dalam dunia
kerja serta dapat meningkatkan prestasi akademiknya (Koch, Chlosta, &
3

Klandt, 2006). Selain itu hasil penelitian survei dari Lasonen, Johanna,
Vesterinen, & Pirkko (2000) menunjukkan 78 % mahasiswa mengatakan
bahwa kurikulum yang berbasis project-based learning dapat membantu
membekali mahasiswa untuk persiapan memasuki dunia kerja, karena
mahasiswa belajar bukan hanya secara teori melainkan praktek di lapangan.
Penelitian Rais (2010) menunjukkan bahwa aktivitas yang terbangun
diantara kelompok proyek berlangsung dengan penuh semangat, mahasiswa
melalui pengamatan terlihat menikmati cara belajar yang dikembangkan
berdasarkan skenario project-based learning. Mahasiswa secara kritis
mengungkapkan ide-ide dalam kelompok kolaboratif, mulai dari
merencanakan sesuatu tentang cara memperoleh pengetahuan, memproses
secara kolaboratif dan bermakna, menyimpulkan, hingga saling tukar
informasi diantara kelompok sebelum kemudian dilakukan presentase
kelompok.
Soft skills merupakan jalinan atribut personalitas baik intra-
personalitas maupun inter-personalitas. Intra-personalitas merupakan
keterampilan yang dimiliki seseorang dalam mengatur dirinya sendiri, seperti
manajemen waktu, manajemen stress, manajemen perubahan, karakter
transformasi, berpikir kreatif, memiliki acuan tujuan positif, dan teknik belajar
cepat (Coates, 2006). Sementara inter-personalitas merupakan keterampilan
berhubungan atau berinteraksi dengan lingkungan kelompok masyarakatnya
dan lingkungan kerjanya serta interaksi dengan individu manusia sehingga
mampu mengembangkan unjuk kerja secara maksimal, kemampuan
memotivasi, kemampuan memimpin, kemampuan negosiasi, kemampuan
presentasi, kemampuan komunikasi, kemampuan menjalin relasi, dan
kemampuan bicara dimuka umum) (Coates, 2006). Keunggulan dari kedua
karakteristik personal ini akan membedakan seseorang dengan orang lain
ketika berinteraksi dalam lingkungannya.
Nilai-nilai yang terkandung dalam soft skil seperti dikemukan
sebelumnya, merupakan nilai yang hendak dicapai yang dapat didekati
dengan menggunakan pendekatan strategi pembelajaran. Integrasi strategi
pembelajaran berbasis proyek dalam upaya menumbuhkan dan memberikan
4

penguatan nilai-nilai soft skills mahasiswa menjadi kajian utama dalam


makalah ini.

B. Pembahasan
1. Konsep Project-Based Learning
Project-based learning merupakan sebuah model pembelajaran
yang sudah banyak dikembangkan di negara-negara maju seperti Amerika
Serikat. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, project b
ased l earning bermakna sebagai pembelajaran berbasis proyek.
Project-based learning adalah sebuah model atau pendekatan
pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui
kegiatan-kegiatan yang kompleks (Cord, 2001; Thomas, Mergendoller, &
Michaelson, 1999; Moss, Van-Duzer, Carol, 1998). Project-based learning
berfokus pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip utama (central) dari suatu
disiplin, melibatkan mahasiswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan
tugas-tugas bermakna lainya, memberi peluang mahasiswa bekerja secara
otonom mengkonstruk belajar mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan
produk karya mahasiswa bernilai, dan realistik (Okudan. Gul E. dan Sarah E.
Rzasa, 2004).
Berbeda dengan model-model pembelajaran tradisional yang
umumnya bercirikan praktik kelas yang berdurasi pendek, terisolasi/lepas-
lepas, dan aktivitas pembelajaran berpusat pada dosen, maka model project-
based learning lebih menekankan pada kegiatan belajar yang relatif berdurasi
panjang, holistik-interdisipliner, perpusat pada pebelajar, dan terintegrasi
dengan praktik dan isu-isu dunia nyata. Dalam project-based learning
mahasiswa belajar dalam situasi problem yang nyata, yang dapat melahirkan
pengetahuan yang bersifat permanen dan mengorganisir proyek-proyek
dalam pembelajaran (Thomas, 2000).
Pembelajaran berbasis proyek adalah suatu pendekatan pendidikan
yang efektif yang berfokus pada kreatifitas berfikir, pemecahan masalah, dan
interaksi antara siswa dengan kawan sebaya mereka untuk menciptakan dan
menggunakan pengetahuan baru. Khususnya ini dilakukan dalam konteks
pembelajaran aktif, dialog ilmiah dengan supervisor yang aktif sebagai
5

peneliti (Berenfeld, 1996; Marchaim 2001; dan Asan, 2005). Berdasarkan


pendapat-pendapat tersebut, project-based learning merupakan strategi
pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan faham pembelajaran
konstruktivis yang menuntut peserta didik menyusun sendiri pengetahuannya
(Doppelt, 2003). Konstruktivisme adalah teori belajar yang mendapat
dukungan luas yang bersandar pada ide bahwa mahasiswa membangun
pengetahuannya sendiri di dalam konteks pengalamannya sendiri (Wilson,
1996). Pendekatan project-based learning dapat dipandang sebagai salah
satu pendekatan penciptaan lingkungan belajar yang dapat mendorong
mahasiswa mengkonstruk pengetahuan dan keterampilan secara personal.
Buck Institute for Education (1999) menyebutkan bahwa project-based
learning memiliki karakteristik, yaitu: (a) mahasiswa sebagai pembuat
keputusan, dan membuat kerangka kerja, (b) terdapat masalah yang
pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya, (c) mahasiswa sebagai
perancang proses untuk mencapai hasil, (d) mahasiswa bertanggungjawab
untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan, (e)
melakukan evaluasi secara kontinu, (f) mahasiswa secara teratur melihat
kembali apa yang mereka kerjakan, (g) hasil akhir berupa produk dan
dievaluasi kualitasnya, dan (h) kelas memiliki atmosfer yang memberi
toleransi kesalahan dan perubahan.
Project-based learning memiliki potensi yang besar untuk membuat
pengalaman belajar yang menarik dan bermakna bagi mahasiswa untuk
memasuki lapangan kerja. Menurut Gaer (1998), di dalam project-based
learning yang diterapkan untuk mengembangkan kompetensi setelah
mahasiswa bekerja di perusahaan, mahasiswa menjadi lebih aktif di dalam
belajar, dan banyak keterampilan yang berhasil dibangun dari proyek di
dalam kelasnya, seperti keterampilan membangun tim, membuat keputusan
kooperatif, pemecahan masalah kelompok, dan pengelolaan tim.
Keterampilan-keterampilan tersebut besar nilainya ketika sudah memasuki
lingkungan kerja. dan merupakan keterampilan yang sukar diajarkan melalui
pembelajaran tradisional.
6

2. Landasan Project Based Learning


Kecenderungan abad XXI ditandai oleh peningkatan kompleksitas
peralatan teknologi, dan munculnya gerakan restrukturisasi korporatif yang
menekankan kombinasi kualitas teknologi dan manusia, menyebabkan dunia
kerja akan memerlukan orang yang dapat mengambil inisiatif, berpikir kritis,
kreatif, dan cakap memecahkan masalah. Hubungan “manusia-mesin” bukan
lagi merupakan hubungan mekanistik akan tetapi merupakan interaksi
komunikatif yang menuntut kecakapan berpikir tingkat tinggi.
Kecenderungan-kecenderungan tersebut mulai direspon oleh dunia
pendidikan di Indonesia, yang semenjak tahun 2000 menerapkan empat
pendekatan pendidikan, yakni (1) pendidikan berorientasi kecakapan hidup
(life skills), (2) kurikulum dan pembelajaran berbasis kompetensi, (3)
pembelajaran berbasis produksi, dan (4) pendidikan berbasis luas (broad-
based education). Orientasi baru pendidikan itu berkehendak menjadikan
lembaga pendidikan sebagai lembaga pendidikan kecakapan hidup, dengan
pendidikan yang bertujuan mencapai kompetensi (selanjutnya disebut
pembelajaran berbasis kompetensi), dengan proses pembelajaran yang
otentik dan kontekstual yang dapat menghasilkan produk bernilai dan
bermakna bagi mahasiswa, dan pemberian layanan pendidikan berbasis luas
melalui berbagai jalur dan jenjang pendidikan yang fleksibel multi-entry-multi-
exit (Depdiknas, dalam Waras, 2007).
Pendidikan berorientasi kecakapan hidup, pembelajaran berbasis
kompetensi, dan proses pembelajaran yang diharapkan menghasilkan produk
yang bernilai, menuntut lingkungan belajar yang kaya dan nyata (rich and
natural environment), yang dapat memberikan pengalaman belajar dimensi-
dimensi kompetensi secara integratif. Lingkungan belajar yang dimaksud
ditandai oleh:
1. Situasi belajar, lingkungan, isi dan tugas-tugas yang relevan, realistik,
otentik, dan menyajikan kompleksitas alami “dunia nyata”;
2. Sumber-sumber data primer digunakan agar menjamin keotentikan dan
kompleksitas dunia nyata;
3. Mengembangkan kecakapan hidup dan bukan reproduksi pengetahuan;
7

4. Pengembangan kecakapan ini berada di dalam konteks individual dan


melalui negosiasi sosial, kolaborasi, dan pengalaman;
5. Kompetensi sebelumnya, keyakinan, dan sikap dipertimbangkan sebagai
prasyarat;
6. Keterampilan pemecahan masalah, berpikir tingkat tinggi, dan
pemahaman mendalam ditekankan;
7. Mahasiswa diberi peluang untuk belajar secara apprenticeship di mana
terdapat penambahan kompleksitas tugas, pemerolehan pengetahuan dan
keterampilan;
8. Kompleksitas pengetahuan dicerminkan oleh penekanan belajar pada
keterhubungan konseptual, dan belajar interdisipliner;
9. Belajar kooperatif dan kolaboratif diutamakan agar dapat mengekspos
mahasiswa ke dalam pandangan-pandangan alternatif; dan
10. Pengukuran adalah otentik dan menjadi bagian tak terpisahkan dari
kegiatan pembelajaran (Simons, dalam Waras, 2007).
Memperhatikan karakteristiknya yang unik dan komprehensif, model
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) cukup potensial
untuk memenuhi tuntutan pembelajaran tersebut. Model Pembelajaran
Berbasis Proyek membantu mahasiswa dalam belajar: (1) pengetahuan dan
keterampilan yang kokoh dan bermakna-guna (meaningful-use) yang
dibangun melalui tugas-tugas dan pekerjaan yang otentik (Cord, 2001; Hung
& Wong, 2000; Myers & Botti, 2000; Marzano, 1992); (2) memperluas
pengetahuan melalui keotentikan kegiatan kurikuler yang terdukung oleh
proses kegiatan belajar melakukan perencanaan (designing) atau investigasi
yang open-ended, dengan hasil atau jawaban yang tidak ditetapkan
sebelumnya oleh perspektif tertentu; dan (3) dalam proses membangun
pengetahuan melalui pengalaman dunia nyata dan negosiasi kognitif
antarpersonal yang berlangsung di dalam suasana kerja kolaboratif.

3. Langkah-langkah dalam Project-Based Learning


Kegiatan workshop project-based learning bagi tutor menurut
Rosenfeld (2001) terdiri dari: (1) membuat pertanyaan yang akan dijadikan
proyek, (2) memilih pertanyaan utama atau menentukan proyek,
8

(3) membaca dan mencari materi yang relevan dengan masalah, (4)
merancang masalah, (5) merancang/ metode yang tepat dalam
memecahkan masalah, (6) menulis proyek proposal, (7) implementasi dan
membuat dokumen tugas, (8) analisis data dan membuat simpulan, (9)
membuat laporan final, (10) mempresentasikan proyek final.
Langkah yang lebih singkat untuk setting mahasiswa menurut
Gabriella (2000) dan Thomas (2000) adalah: Pertama persiapan formulasi
problem (memilih tema proyek, membuat pertanyaan, membuat list, membuat
defenisi, memilih dan memutuskan proyek, memformulasi problem dan
hipotesis). Ini adalah tahapan standar pengantar pembelajaran dimana
informasi dan jadwal dibuat mahasiswa berusaha memahami satu sama lain
dengan memperkenalkan diri dan mengumpulkan harapannya di dalam
keseluruhan aktivitas proyek.
Kedua integrasi, ini merupkan langkah proses yang terdiri dari
sejumlah aktifitas berkenaan dengan persiapan dan langkah penting
pengerjaan suatu proyek.
1. Merancang dan menyiapkan perlengkapan untuk proyek, menentukan
metode, tempat, dan gejala-gejala.
2. Pembentukan kelompok dan pemilihan proyek: mahasiswa diharapkan
untuk memecahkan permasalahan yang dipilih secara jujur dalam
kelompok kecil.
3. Pengumpulan informasi: presentasi ringkas dan diskusi proyek individual,
yang mendukung pengumpulan berbagai pandangan atas proyek.
4. Langkah kerja proyek: langkah kerja merupakan bagian penting dari kerja
kelompok. Adapun hal-hal yang dilihat berkaitan dengan bagaimana
motivasi mahasiswa dalam mengikuti project-based learning, cara
mahasiswa dalam melakukan problem-solving, proses kolaborasi antar
mahasiswa dan dosen, serta kemandirian mahasiswa dalam
menyelesaikan proyek-proyek.
Langkah ketiga adalah Evaluasi (interpretasi dan membuat
perbandingan, menyimpulkan & membuat laporan proyek). Hal-hal yang
disiapkan dalam PBL: kurikulum, perelengkapan proyek, lingkungan fisik,
9

lingkungan sosial, dan interaksi aspek-aspek tersebut. Pola ini menunjukan


bentuk aktivitas dalam melakukan penilaian terhadap mahasiswa. Feedback
membantu dosen dalam menafsirkan penguasaan mahasiswa tehadap
proyek yang telah dikerjakannya.
Langkah project-based learning menunjukkan skenario pembelajaran
yang dijalankan. Menurut Waras (2007), skenario pembelajaran berbasis
proyek dalam Jurusan Teknik Mesin pada mata kuliah Teknologi Produksi
terdiri dari:
1) Tahap 1: identifikasi masalah riil di industri kecil, dalam proses ini
m ahasiswa mengkaji proses perancangan mesin dan
mengidentifikasi masalah yang dihadapi industri kecil yang dikunjungi
untuk diangkat menjadi mata proyek.
2) Tahap 2: perumusan strategi/alternatif pemecahan masalah, hasil dari
tahap ini berupa “artifak” produk teknologi yang akan dihasilkan dari
proyek ini untuk memecahkan masalah, yaitu apa mata proyek yang
ditetapkan, apa yang akan dicapai dari proyek ini, produk apa yang
akan dihasilkan, dan bagaimana cara merealisasikannya.
3) Tahap 3: perancangan produk, Pada tahap ini, proposa l
proyek
dilengkapi dengan rancangan/desain produk berupa alat atau mesin
yang akan dibuat untuk memecahkan masalah. Dalam
perencanaan produk ini mahasiswa melakukan proses kalkulasi
dimensi produk, kekuatan bahan, dan kalkulasi teknik dan biaya yang
kemudian ditampilkan dalam gambar kerja.
4) Tahap 4; proses produksi alat/mesin, dalam tahap ini, m ahasis
wa dalam kelom pok m asing-m asing melakukan proses produksi
alat yang telah didesain dengan basis pekerjaan menggunakan
mesin perkakas. Jadwal dan prosedur kerja dalam tahap proses produksi
dibuat oleh masing-masing kelompok kerja, termuat di dalam proposal
proyek
5) Tahap 5: tahap evaluasi, dalam tahap ini, m ahasis wa m
elakukan uji-coba produk untuk m engetahui unjuk kerj a
alat yang dihasilkan, mengetahui kelebihan dan kelemahannya.
Proses uji- coba ini merupakan bentuk self-evaluation yang menjadi
umpan balik
10

bagi unjuk kerja mereka.


6) Tahap 6: presentasi, pada tahap ini, dimaksudkan untuk
mengkomunikasikan secara aktual kreasi teknologi yang dapat
mengatasi masalah produksi tertentu. Melalui seminar kelas, setiap
kelompok menampilkan karya m ereka. Pada tahap ini, kegiatan
akan mendorong munculnya pertanyaan baru yang dapat memicu
munculnya ide-ide teknologi baru.
Project-based learning sebagai model pembelajaran yang kooperatif
dan akomodatif terhadap kemampuan anak menuju proses berpikir yang
bebas dan kreatif. Implementasi project-based learning ialah pada
keikutsertaan pebelajar dalam memahami realitas kehidupan dari yang
konkret sampai yang abstrak. Realitas kehidupan ini akan menjadi sumber
inspirasi dan kreativitas dalam melakukan analisis dan membangun visi
kehidupan. Thomas (2000) berpendapat bahwa PBL terdiri dari kegiatan
sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Ini adalah tahapan standar pengantar pembelajaran dimana informasi
dan jadwal dibuat. mahasiswa berusaha memahami satu sama lain dengan
memperkenalkan diri dan mengumpulkan harapannya di dalam keseluruhan
aktifitas proyek.
2.Proses PBL
Ini adalah tahapan-utama pembelajaran dan terdiri dari sejumlah
aktifitas berkenaan dengan persiapan dan langkah penting pengerjaan suatu
proyek. Tahap ini meliputi: (a) pembentukan kelompok dan pemilihan proyek,
(b) pengumpulan informasi, dan (c) langkah kerja proyek.
3.Tahap Evaluasi
Pola ini menunjukan bentuk aktifitas di dalam melakukan penilaian
terhadap mahasiswa. Feedback membantu dosen dalam menafsirkan
penguasaan mahasiswa tehadap proyek yang telah dikerjakannya. Lebih
jelas gambaran proses kerja PBL dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
11

Gambar 1: Model Kerja PBL

Belajar berbasis proyek (project-based learning) adalah sebuah model


atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar
kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks (Cord, 2001; Thomas,
Mergendoller, & Michaelson, 1999; Moss & Van-Duzer, 1998). Fokus
pembelajaran terletak pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti dari suatu
disiplin studi, melibatkan mahasiswa dalam investigasi pemecahan masalah
dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberi kesempatan
mahasiswa bekerja secara otonom mengkonstruk pengetahuan mereka
sendiri, dan mencapai puncaknya menghasilkan produk nyata (Thomas,
2000).

F. Integrasi Project Based Learning dengan Kompetensi Soft skills

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rais, dkk (2009), terkait dengan
model pengembangan strategi project-based learning dalam upaya
menumbuhkan sikap kemandirian belajar mahasiswa, motivasi belajar
mahasiswa, dan kemampuan pemecahan masalah yang direpresentasikan
sebagai kecakapan akademik umumnya memiliki nilai skor mean pre test
yaitu sebesar 62,3 dan mean skor post testnya adalah sebesar 81,58.
Perbedaan nilai skor ini menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan
12

yaitu terkait kecakapan akademik (soft skill) yang meliputi kemandirian


belajar mahasiswa, motivasi belajar mahasiswa, dan kemampuan
pemecahan masalah menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hasil ini sekaligus
menegaskan bahwa antara project-based learning dengan soft skills dapat
saling terkait, karena variabel yang hendak diprediksikan dalam project-based
learning dapat diwakili oleh sebagian dari nilai-nilai atau aspek yang
terkandung dalam soft skills.
Soft skills merupakan terminasi sosiologis dalam Emotional
Intelligence Quotient (EQ) seseorang, yang merupakan kemampuan
bagaimana orang-orang berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya,
seperti berkomunikasi, mendengarkan, memberi umpan balik, bekerja sama
dalam sebuah tim, menyelesaikan masalah, berkontribusi dalam rapat, dan
mengatasi konflik (Wikipedia, 2010). Kemampuan mahasiswa
mengitegrasikan soft skills dalam dirinya ditandai dengan kemampuan
bekerjasama, mengambil insiatif, keberanian mengambil keputusan, dan
kegigihan (Wicaksana, 2010).
Sharma (2009), menyebutkan bahwa soft skills adalah seluruh aspek
dari generic skills yang juga termasuk elemen-elemen kognitif yang
berhubungan dengan non-academic skills. Ditambahkan pula bahwa,
berdasarkan hasil penelitian, tujuh soft skills yang diidenfikasi dan penting
dikembangkan pada mahasiswa di pendidikan tinggi, meliputi; keterampilan
berkomunikasi (communicative skills), keterampilan berpikir dan
menyelesaikan masalah (thinking skills and problem solving skills), kekuatan
kerja tim (team work force), belajar sepanjang hayat dan pengelolaan
informasi (life-long learning and information management), keterampilan
wirausaha (entrepreneur skill), etika, moral dan profesionalisme (ethics, moral
and professionalism), dan keterampilan kepemimpinan (leadership skills).
Integrasi kompetensi soft skill melalui strategi project-based learning
dapat dilakukan dengan menyatukan program-program seperti: komunikasi
lisan (oral communications), kerjasama (collaboration), keterampilan
kelompok (team skills), keterampilan presentase (presentation skills),
keterampilan berpikir kritis dan analits (analiytical and critical thinking skills)
13

(Woodward, Sendall, and Ceccucci, 2009). Noll & Wilkins (2005) menyatakan
bahwa soft skills dapat diintegrasikan dalam kurikulum yang mencakup
kecakapan menulis, kecakapan bekerja dalam tim, kecakapan presentase,
mengelola proyek, dan mengembangkan hubungan interpersonal.
Project-based learning sebagai salah satu strategi pembelajaran yang
berusaha memberikan kemandirian bagi mahasiswa dalam bekerja sama,
membentuk tim proyek merumuskan ide dan gagasan secara berkelompok
dan melaporkan gagasan proyek melalui presentase kelompok merupakan
sinergi yang akan menghipotetikkan bahwa aspek-aspek yang terkait dengan
soft skills seperti: kemampuan menyelesaikan masalah, kerjasama,
kepemimpinan, kemampuan merencanakan dan tanggungjawab tim dapat
diwujudkan. Kuncinya adalah dengan memahami makna dan skenario yang
dikonstruksikan oleh strategi project-based learning baik oleh guru, dosen
dan tenaga pengajar lainnya maupun oleh peserta didik (siswa dan
mahasiswa).

G. Penilaian dalam Project Based Learning terkait dengan Soft skills


Mahasiswa

Salah satu bentuk penilaian dalam project-based learning adalah


dengan menggunakan rubrik penilaian. Menurut Stevens & Levi (2005), rubrik
merupakan alat penskoran yang dapat mengukur secara spesifik tugas-tugas
pebelajar dan bermanfaat dalam menjelaskan deskripsi tugas, memberikan
informasi bobot penilaian, memperoleh umpan balik yang cepat dan akurat,
serta penilaian lebih objektif dan konsisten.
Rubrik dalam penilaiannya melihat empat bagian dasar yang akan
mengukur suatu tugas, yaitu 1) deskripsi tugas, 2) skala, 3) dimensi rubrik,
dan 4) deskripsi dari dimensi tugas. Dalam penelitian ini rubrik penilaian
penelitian didesain dengan mengacu pada keempat syarat tersebut (Steven &
Levi, 2005). Skala penilaian digunakan untuk mengukur kagiatan mahasiswa,
misalnya kegiatan pada proses pelaksanaan proyek. Kegiatan pada proses
pelaksanaan proyek dapat berupa unjuk kerja, langkah kerja & keselamatan
kerja, ketepatan waktu praktek, kerjasama tim dalam praktek. Contoh
penilaiannya adalah seperti dalam Tabel 1 berikut:
14

Terampil menggunakan peralatan, penggunaan sangat sesuai 5


dengan SOP alat
Terampil menggunakan peralatan,penggunaan sesuai dengan 4
SOP alat
Unjuk Kerja Terampil menggunakan alat, penggunaan kurang sesuai dengan 3
SOP alat
Kurang terampil menggunakan alat, penggu-naan sangat kurang 2
sesuai dengan SOP alat
Kurang terampil menggunakan alat, penggunaan kurang sesuai 1
dengan SOP alat
Tidak terampil menggunakan alat, penggunaan tidak sesuai 0
dengan SOP alat
Urutan praktek sangat sistematis dan sangat memperhatikan 5
keselatan kerja
Urutan praktek sangat sistematis dan memperhatikan keselamatan 4
kerja
Langkah Kerja & Urutan praktek kurang sistematis dan kurang memperhatikan 3
keselamatan keselamatan kerja
kerja Urutan praktek kurang sistematis dan tidak memperhatikan 2
keselamatan kerja
Urutan praktek tidak sistematis dan kurang memperhatikan 1
keselamatan kerja
Urutan praktek tidak sistematis dan tidak memperhatikan 0
keselamatan kerja
Waktu untuk menyelesaikan praktek sangat tepat, produk selesai 5
Waktu untuk menyelesaikan praktek tepat, produk selesai 4
Ketepatan Waktu Waktu untuk menyelesaikan praktek kurang tepat, produk selesai 3
Praktek Waktu untuk menyelesaikan praktek kurang tepat, produk kurang 2
selesai
Waktu untuk menyelesaikan praktek tidak tepat, produk kurang 1
selesai
Waktu untuk menyelesaikan praktek tidak tepat, produk tidak 0
selesai
Tugas tiap anggota sangat jelas, dan saling kerjasama 5
Kerjasama Tugas tiap anggota jelas, dan saling kerjasama 4
Tim dalam Tugas tiap anggota kurang jelas, dan saling kerjasama 3
Praktek Tugas tiap anggota kurang jelas, dan kurang kerjasama 2
Tugas tiap anggota tidak jelas, dan kurang kerjasama 1
Tugas tiap anggota tidak jelas, dan tidak ada kerjasama 0

C. Penutup
Belajar di perguruan tinggi khususnya bidang pendidikan keteknikan, selain
memberikan teori-teori yang cukup, terkait dengan kecakapan teknikal, juga
dituntut memiliki kemampuan personal yang baik. Kemampuan personal
seperti soft skills merupakan kemampuan yang mutlak dipenuhi individu
pebelajar sebelum dan ketika akan memasuki dunia kerja. Diperlukan
pendekatan strategi pembelajaran yang dapat mensinergikan kecakapan
akademik seperti pemahaman teori dan soft skills (pemecahan masalah,
kemandirian, kerjasama tim, kemandirian, tanggungjawab, kejujuran, dan
kemampuan berkomunikasi menyampaikan ide dan gagasan melalui
15

presentase kelompok proyek). Salah satu strategi pembelajaran yang


ditawarkan adalah pembelajaran berbasis proyek (project-based learning).
Project-based learning menekankan pendidikan yang memberi peluang pada
sistem pembelajaran yang berpusat pada peserta didik/mahasiswa, secara
kolaboratif dan mengintegrasikan masalah-masalah nyata dan praktis,
pengajarannya efektif dalam membangun pengetahuan dan kreatifitas.

D. Daftar Pustaka

Ardhana, W. 2000. Reformasi Pembelajaran Menghadapi Abad Pertengahan.


Makalah disajikan dalam Seminar dan Diskusi Panel Nasional
Teknologi Pembelajaran V, Diselenggarakan oleh Program Studi
Teknologi Pembelajaran Program Pascasarjana Universitas Negeri
Malang bekerja sama dengan Ikatan Profesi Teknologi Pendidikan
Indonesia (IPTPI) Cabang Malang Tanggal 7 Oktober.

Asan, A dan Haliloglu, Z. 2005. Implementing Project Based Learning In


Computer Classroom. The Turkish Online Journal of Educational
Technology – TOJET, volume 4 Issue 3. http://www.tojet.net/articles/
4310.doc.Diakses 3-4-2008

Berenfeld B. (1996). Linking Students to the Info-sphere. Technology Horizon


in Education Journal, 23, 76 - 84.

Buck Institutute for Education. 1999. Project-Based Learning.


http://www.bgsu.edu/organizations/etl/proj.html.

Coates, D.E. 2006. People Skill Traning: Are You Getting a Return on Your
Investmen. Diakses 15 Juli 2010
http://www.2020insight.net/Docs4/PeopleSkills.pdf

Cord, 2001. Contextual Learning Resource. http://www.cord.org. Diakses 3


Desember 2006

Dimyati, M. 2000. Demokratisasi Belajar pada Lembaga Pendidikan dalam


Masyarakat Indonesia Transisional: Suatu Analisis Epistimologi
Keindonesiaan. Makalah disajikan dalam Seminar dan Diskusi Panel
Nasional Teknologi Pembelajaran V. IPTPI Cabang Malang: Malang.

Doppelt, Y. 2003. Implementation and assessment of project-basd learning in


flexible environment. Instructional Journal of Technology and Design
Education. Volume 13 Page 255-272.
16

Esche, S.K. 2002. Project-Based Learning (PBL) in a Course on Mechanisms


and Machine Dynamics. World Transactions on Engineering and
Technology Education. Volume I. No. 2. 201-204. http://www.eng.
monash.edu.au. Diakses 29 Juni 2008.

Gabriella Bodnar dan Judit Hazy. 2000. Experiences of Project-Based Teaching


Applied In The Field of Psychology. Journal Social Management
Science. 2000. Volume VII. Page 173-190

Gaer, S. 1998. What is Project-Based Learning?. http://members.aol.com

Hung, D.W., & Wong, A.F.L. 2000. Activity Theory as a Framework fo Project
Work in Learning Environments. Educational Technology, 40(2), 33-37.

Koch, Chlosta. S, & Klandt. H. 2006. Project Seminar Business Plan


Development-An Analysis Of Integrative Project-Based Project-Based
Entrepreneurship Education. Journal of Asia Entrepreneurship and
Sustainability. Volume II (2). May. Page 1-16.

Lasonen, Johanna, Vesterinen, & Pirkko. 2000. Finland Work-Based Learning in


Vocational Higher Education Programmes: A Finish Case of Project
Learning. Paper Presentation. Institut for Educational Research
University of Jyvakyla. Page 3-18.

Marchaim, U.(2001). High-school Student Research at Migal Science Institute in


Israel. Journal of Biological Education, 35(4), 178

Marzano, R.J. 1992. A Different Kind of Classroom: Teaching with Dimensions of


Learning. Verginia: ASCD.

Munandar, Utami. 1999. Kreativitas dan keberbakatan: Strategi Mewujudkan


Potensi kreatif & Bakat. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Myers, R.J., & Botti, J.A. 2000. Exploring the Environment: Problem-Based
Learning in Action. http: www.cet.edu/research/conference.html.

Noll, C. L., & Wilkins, M. (2002). “Critical Skills of IS Professionals: A Model for
Curriculum Development.” (G. Lowry, Ed.) Journal of Information
Technology Education, 1 (3), 143-154.

Okudan. Gul E. dan Sarah E. Rzasa. 2004. A Project-Based Approach to


Entreprenurial Leadership Education. Journal Technovation. Desember.
Volume XX. Page 1-16.

Purnawan,Yudi. 2007. Deskripsi Model Pembelajaran Berbasis Proyek.


http://www.yudipurnawan.wordpress.com. Diakses 5 Januari 2008.

Rais 2009. Pengembangan Model Project Based Learning: Suatu Upaya


Meningkatkan Kecakapan Akademik Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin
UNM.Laporan Penelitian Tahun I DP2M DIKTI-LEMLIT UNM.
17

Rais 2010. Pengembangan Model Project Based Learning: Suatu Upaya


Meningkatkan Kecakapan Akademik Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin
UNM.Laporan Penelitian Tahun II DP2M DIKTI-LEMLIT UNM.

Rosenfeld, Sherman; Benhur, Yehuda. 2001. Project-Based Learning (PBL) In


Science and Technology: A Case Study of Professional Development.
Journal of Action Research and Professional Development. Volume II.
Page 460-480.

Sharma, A. 2009 Professional Development for Teachers. Diakses tanggal 10


Agustus 2010 http://schoolofeducators.com/2009/02/importance-of-soft-
skills-developmentin-education

Stevens, D. Dannelle & Levi, J. Antonia. 2005. Introduction to Rubrics. Stylus


Publishing. Sterling: Virginia.

The George Lucas Educational Foundation .2005.Instructional Module


ProjectBased Learning. http://www.edutopia.org/modules/PBL
/whatpbl.php Diakses tanggal 27 September 2008.

Thomas, J.W., Margendoller, J.R., & Michaelson, A. 1999. Project-Based


Learning: A. Handbook for Middle and High School Teachers.
http://www.bgsu.edu/organizations/ctl/proj.html.

Thomas, J. W. (2000). A review of research on project-based learning. Retrieved


18 July 2005 from http://www.autodesk.com/foundation

Turgut, Halil. 2008. Prospective Science Teachers’ Conceptualizations About


Project Based Learning. International Journal of Instruction. Volume I.
No. 2. 61-79. http://www.e-iji.net. Diakses 28-6-2008

Waras Kamdi. 2007. Pembelajaran Berbasis Proyek: Model Potensial untuk


Peningkatan Mutu Pembelajaran. http://lubisgrafura.wordpress.com
Diakses tanggal 23-7-2007

Wicaksana. 2010. Soft Skils. Diakses tanggal 10 Agustus 2010


http://iwayan.staff.gunadarma.ac.id

Wikipedia, 2010. Soft Skills. Diakses tanggal 10 Agustus 2010


http://en.wikipedia.org/wiki/Soft_skills

Wilson,G. Brent. 1996. Constructivist Learning Environment Educational


Technology. Publications Englewood Cliffs. New Jersey.

Woodward, Sendall, and Ceccucci. 2009. Integrating Soft Skill Competencies


Through Project-based Learning Across the Information Systems
Curriculum. Proc ISECON 2009, V26 1-13

Anda mungkin juga menyukai