Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN KASUS

GANGGUAN MENTAL LAIN YDK AKIBAT KERUSAKAN


DAN DISFUNGSI OTAK DAN PENYAKIT FISIK (F06.8) +
EPISODE DEPRESIF SEDANG DENGAN GEJALA
SOMATIK (F32.11) + BRAIN METASTASIS TUMOR +
FOCAL TONIC SEIZURE + CA MAMAE SINISTRA +
TUMOR METASTASIS PARU
dr. FERDY HALIM
C 155171003
Pembimbing :
Dr. dr. Saidah Syamsuddin, Sp.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS STASE PSIKIATRI


MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
IDENTITAS PASIEN
NAMA : Ny.S
UMUR: 46 Tahun
ALAMAT: Ds. Langi, Kab.Maros
No.REKAM MEDIK: 704918
TANGGAL MASUK RS: 28 Desember 2020 Pasien dirawat

Didiagnosa Brain
Didiagnosa Ca metastasis ke tulang Tumor Metastasis
Didiagnosa Ca Dilakukan Kemoterapi IV dan Metastasis ke
Mammae paru
Dilakukan operasi Kemoterapi stop
Dilakukan Kemoterapi Oral karena pandemi
pengangkatan
payudara kiri Covid-19

2013 2014 2014-2017 2017 2019 2020 2021


2
KONSULTASI
27 Konsul Pulmonologi

DESEMBER 2020

05
Konsul Radiasi Onkologi

Konsul Bedah Onkologi


JANUARI 2021 Konsul Hematologi Onkologi

08 Konsul PSIKIATRI

JANUARI 2021

3
ANAMNESIS NEUROLOGI Autoanamnesis diperoleh dari Ny.S
Alloanamnesis diperoleh dari Tn.MA / 51 tahun/ petani

Keluhan Utama: Kejang wajah sisi kiri

Kejang wajah sisi kiri sejak 1 minggu lalu, area mata dan sudut mulut tertarik, lidah tergigit tidak
bisa dikontrol, frekuensi 1-2x sehari, durasi 5 menit- 3 jam. ±5 hari lalu diikuti tidak sadarkan
diri, saat bangun pasien masih dapat mengingat kejadian. Saat pertama kali kejang diikuti
wajah sisi kiri tidak dapat digerakkan (mulut mencong, tertarik ke sisi kanan saat tersenyum),
sebelum kejang pasien merasa ada sesuatu yang tidak nyaman pada lidahnya yang tidak dapat
digambarkan, mulut berbusa tidak ada, kaku dan kelojotan, serta mengompol disangkal.
Pasien juga mengeluh tangan sisi kiri kurang berasa/ agak baal, telinga kanan berdenging ±3
bulan. Nyeri kepala, pusing tidak ada, pandangan kabur/ ganda tidak ada, bicara pelo ada,
lemah separuh sisi tubuh sebelah kiri ada.
Alergi obat disangkal. BAB dan BAK normal. Riwayat kejang sebelumnya, demam, maupun
trauma disangkal. Nyeri menelan tidak ada, gangguan penghindu tidak ada, mual muntah tidak
ada. Riwayat konsumsi OAT tidak ada.
Riwayat keluarga menderita kanker disangkal, stroke diakui dialami oleh nenek pasien
Riwayat darah tinggi, sakit jantung, dan gula dalam keluarga pasien disangkal.
4
RIWAYAT PENYAKIT
DAHULU

Tidak ada riwayat psikiatri sebelumnya

Tidak ada riwayat penggunaan zat psikoaktif

Tidak ada riwayat stroke


Tidak ada riwayat hipertensi
Tidak ada riwayat penyakit jantung
Tidak ada riwayat Diabetes
Tidak ada riwayat trauma kepala
Merokok dan minum alkohol disangkal
ANAMNESIS PSIKIATRI

Keluhan Utama: Kurang bersemangat

Pasien kurang bersemangat sejak 2 hari. Pasien mengeluh susah tidur seperti tidak enak perasaan, juga terasa
nyeri kepala. Komunikasi 2 arah dengan pasien baik, cenderung murung, sedih, serta kurang memiliki minat
untuk menonton televisi.
Riwayat kanker payudara tahun 2013, sudah dioperasi pengangkatan payudara sebelah kiri tahun 2014,
dilanjutkan kemoterapi intravena sampai tahun 2017, kemudian diganti kemoterapi oral. Pada tahun 2019
dikatakan kanker sudah metastasis ke tulang belakang. Pasien melakukan apa yang disuruh oleh dokter
meskipun awalnya pasien merasa takut dan sulit menerima, tetapi pasien ingin sembuh sehingga pasien
mengikuti saran dokter untuk operasi dan kemoterapi. Sejak 5 bulan terakhir pasien tidak melakukan kemoterapi
akibat pandemi COVID-19. Menurut keluarga, pasien tidak bersemangat dan kelihatan lemah sejak 4 bulan
terakhir.
Pasien menyangkal kecenderungan untuk bunuh diri. Pasien mengalami kesulitan dalam mengurus rumah
tangga seperti memasak dan mengatur keuangan rumah tangga serta tidak bisa konsentrasi.
Menurut suami pasien, pasien tidak ingin melakukan hubungan suami-istri dan sulit mengambil keputusan
selama 4 bulan terakhir

6
Tanda Vital
Tekanan Darah : 130/ 85 mmHg
PEMERIKSAAN FISIK Frekuensi Nadi : 120 kali per menit, reguler, kuat angkat
Pernapasan : 24 kali per menit
Temperatur : 36,5 oC

STATUS
INTERNUS Kepala : Normosefal, konjungtiva dan sklera normal
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening

Jantung : BJ I/II murni, reguler. Murmur tidak ada.


Pulmo : BP vesikuler, ronki tidak ada,
wheezing tidak ada

Abdomen : Hepar dan lien tidak


ada pembesaran.
Columna Vertebralis : Tidak ada
kelainan, gibbus tidak ada.
7
STATUS NEUROLOGIS

-Kesadaran: Kuantitatif : GCS: E4M6V5


Kualitatif : Compos mentis
-FKL : normal
-RM : kaku kuduk negatif
Kernig sign tidak ada
-Nn. Craniales :
Pupil bundar isokor Ø 2,5 mm / 2,5 mm. Refleks cahaya langsung (RCL) +/+ normal, refleks
cahaya tidak langsung (RCTL) +/+ normal.
-Nn.Craniales lainnya : Parese Nervus VII (Facialis) dan Nervus XII (hipoglossus) sinistra tipe
sentral
-Motorik
P N ↓ K 5 4 T N N RF +2 +2 RP - -
N ↓ 5 4 N N +2 +2 - -
-Sensorik : hemihipestesi sinistra
-Otonom : BAK dan BAB normal
8
DIAGNOSIS DAN
TERAPI

DIAGNOSIS KERJA
● Klinis : Hemiparese sinistra + focal tonic seizure
● Topis : Hemisfer cerebri
● Etiologi : Metastasis brain tumor

TERAPI
-Infus Ringer Laktat 20 tetes/ menit
1. Citicoline 500mg/ 12 jam/ intravena
2. Mecobalamin 1 ampul/ 24 jam/ intravena
3. Ranitidin 50mg/ 12 jam/ intravena
4. Fenitoin 100mg/ 12 jam/ drips dalam Nacl 0,9 % 100cc
selama 30 menit
5. Ketorolac 30mg/ 8 jam/ intravena

9
RIWAYAT KEHIDUPAN
PRIBADI
Lahir di Maros tanggal 1 Februari 1974
Riwayat Kehidupan
Riwayat kelahiran cukup bulan, ditolong oleh bidan.
Prenatal dan Perinatal
Pasien tumbuh dan berkembang seperti anak pada umumnya.

Riwayat Masa Tumbuh kembang pasien seperti anak pada umumnya.


Kanak Awal Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya.
(1-3 tahun) Pasien mendapatkan kasih sayang yang cukup.
Pasien tidak mengalami keterlambatan dalam perkembangannya.

Riwayat Masa Kanak Pasien mulai masuk SDN Malawa


Pertengahan Pasien memiliki cukup banyak teman, baik di sekolah maupun di
(4-11 tahun) lingkungan sekitar rumah.

Riwayat Masa Kanak Setelah tamat SD pasien tidak melanjutkan sekolah ke SMP
Akhir dan Remaja karena masalah biaya. Kegiatan sehari-hari pasien menjual kue,
(12-18 tahun) bermain dengan teman.
RIWAYAT KEHIDUPAN
PRIBADI

Pasien tidak bekerja.


Riwayat Pasien menikah pada tahun 2004 dengan laki-laki pilihanya.
Masa Dewasa Pasien sehari-hari hanya mengurus rumah tangga.

Riwayat Agama Pasien taat beribadah, sehari sholat 5 waktu

Pasien adalah anak kelima dari 6 bersaudara (♂,♂♀,♂,♀,♂).


Hubungan pasien dengan keluarganya cukup baik.
Riwayat Keluarga
Pasien memiliki 2 orang anak.
Riwayat gangguan jiwa dalam keluarga tidak ada.

Situasi Kehidupan Pasien tinggal bersama suami dan 2 orang anaknya.


Sekarang Saat ini pasien sebagai ibu rumah tangga
GENOGRAM

12
PEMERIKSAAN STATUS
MENTAL

Deskripsi Keadaan Fungsi


Umum Afektif Intelektual
1. Penampilan 1. Taraf pendidikan :
1. Mood : depresif
Tampak seorang wanita, 46 tahun, Pengetahuan umum dan
duduk di tempat tidur
2. Afek : hipotimia 3. Here you can describe the reason
kecerdasan sesuai
mengenakan masker, memakai 3. Keserasian : serasi to carry on with the treatment
2. Orientasi
daster batik merah, wajah kesan 4. Empati : dapat dirasakan
sesuai umur, perawakan agak a. Waktu : Baik
gemuk, berambut ikal pendek, b. Orang : Baik
kuku kehitaman c. Tempat : Baik
3. Daya ingat
2. Kesadaran : Baik Gangguan a. Jangka panjang : Kesan Baik
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Persepsi b. Jangka pendek : Kesan Baik
cukup tenang, kontak mata ada, c. Jangka segera : Kesan Baik
verbal ada 4. Konsentrasi dan perhatian :
1. Halusinasi : Tidak ada
kurang
4. Pembicaraan : spontan, lancar, 2. Ilusi : Tidak ada
intonasi biasa 5. Pikiran abstrak : cukup
3. Depersonalisasi dan 4. Here you can describe the
6. Kemampuan reason
menolong diri
2. Here you can describe the reason
5. Sikap terhadap pemeriksa derealisasi : Tidak ada
to carry on with the treatment
to carry on with the treatment
sendiri : Kurang
Kooperatif

13
PEMERIKSAAN STATUS
MENTAL PROSES BERPIKIR

Daya Nilai
Arus pikiran Isi Pikiran
dan Tilikan

a. Norma Sosial : baik


a. Preokupasi : Tidak ada b. Uji daya nilai : baik
a. Produktivitas : kurang c. Penilaian Realitas : baik
b. Gagasan mirip waham :
b. Kontinuitas :relevan d. Tilikan : tilikan 4
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada (Kesadaran bahwa penyakit
tidak ada Pengendalian Impuls : disebabkan oleh sesuatu yang
cukup tidak diketahui di dalam diri
pasien)

Pengendalian Taraf Dapat


Impuls cukup Dipercaya Dapat dipercaya
14
IKTISAR PENEMUAN
BERMAKNA
- Pasien dikonsul dari TS Neurologi dengan keluhan kurang bersemangat sejak 2 hari, nyeri kepala, sering pusing, sakit
pada belakang lehernya. Pasien mengeluh susah tidur seperti tidak enak perasaan.
Komunikasi 2 arah dengan pasien baik, cenderung murung, sedih, serta kurang memiliki minat untuk menonton televisi.
Riwayat kanker payudara tahun 2013, sudah dioperasi pengangkatan payudara sebelah kiri tahun 2014, dilanjutkan
kemoterapi intravena sampai tahun 2017, kemudian diganti kemoterapi oral. Pada tahun 2019 kanker sudah metastasis
ke tulang belakang.
Pasien ingin melanjutkan kemoterapi, namun selama 5 bulan terakhir pasien tidak melakukan kemoterapi akibat pandemi
COVID-19. Pasien tidak bersemangat dan kelihatan lemah sejak 4 bulan terakhir.
Penglihatan gelap serta kejang pada wajah sisi kiri sejak 1 minggu lalu.
Pasien menyangkal adanya kecenderungan untuk bunuh diri, mengalami kesulitan dalam mengurus rumah tangga
seperti memasak dan mengatur keuangan rumah tangga serta tidak bisa konsentrasi. Menurut suami pasien, pasien
tidak ingin melakukan hubungan suami-istri dan sulit mengambil keputusan selama 4 bulan terakhir
-Tampak seorang wanita, 46 tahun, duduk di tempat tidur mengenakan masker, memakai daster batik merah, wajah
kesan sesuai umur, perawakan agak gemuk, berambut ikal pendek, kuku kehitaman. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
cukup tenang, kontak mata ada, verbal ada. Pembicaraan spontan, lancar, intonasi biasa.
Pasien kooperatif. Mood depresif. Orientasi orang, tempat, dan waktu baik, Daya ingat jangka pendek, panjang dan
segera kesan baik. Afek kesan hipotimia, konsentrasi dan perhatian kurang, kemampuan menolong diri sendiri kurang,
produktivitas kurang, pengendalian impuls cukup. Halusinasi dan ilusi tidak ada, arus pikir relevan, kesadaran baik,
hendaya berbahasa tidak ada, pengendalian impuls cukup, penilaian realitas baik.
- Hasil pemeriksaan MRI kepala dengan kontras  adanya tumor metastasis dengan pendarahan intratumoral pada
lobus frontoparietal dextra disertai perifokal edema yang mendesak dan menyempitkan ventrikel lateralis dextra, serta
mengakibatkan herniasi subfalcine sejauh ±0,4cm. Retention cyst sinus maxillaris dextra.
15
DIAGNOSIS AKSIS I
MULTIAKSIAL

-cenderung murung -Adanya perubahan perilaku, gangguan


kognitif, gangguan aktivitas sehari-hari.
-cenderung tidak
-Pemeriksaan fisik defisit neurologis; -Kesulitan -murung,
bersemangat, gangguan kognitif  kesulitan dalam berhitung -tidak bersemangat,
kurang minat berhitung, kesulitan dalam mengambil
keputusan
-Menurunnya -kurang minat dalam
dalam melakukan
-Parese nervus VII dan XII sinistra tipe aktivitas seksual aktivitas selama 4
aktivitas, sentral, -Kesulitan dalam bulan terakhir,
-gangguan kognitif, -Hemiparese sinistra, kejang tonik focal mengatur -sulit tidur
-menimbulkan pada separuh sisi wajah kiri
-Pemeriksaan penunjang  adanya keuangan rumah -afek depresif
penderitaan bagi
massa tumor metastasis dengan tangga -Riwayat Ca mamme
pasien dan pendarahan intratumoral pada lobus -Tidak bisa sejak 2013
hendaya dalam frontoparietal dextra disertai perifokal
konsentrasi, sulit
fungsi sosial, edema yang mendesak dan
menyempitkan ventrikel lateralis dextra, mengambil
pekerjaan dan
serta mengakibatkan herniasi subfalcine keputusan
penggunaan waktu sejauh ±0,4cm serta retention cyst sinus Episode Depresif Sedang
senggang maxillaris dextra Dengan Gejala
Somatik (F32.11)
Gangguan mental YDK
Gangguan Jiwa Gangguan mental organik akibat kerusakan dan disfungsi otak
16
dan penyakit fisik lainnya (F06.8)
DIAGNOSIS
MULTIAKSIAL

•Pasien dikenal sebagai orang yang baik, mudah bergaul, namun belum cukup data yang didapatkan untuk
mengarahkan pasien ke salah satu ciri kepribadian.
AKSIS II

•Metastasis brain tumor


• Focal tonic seizure
•Post mastektomi sinistra ec Ca Mammae sinistra stadium IV+ kemoterapi on treatment
AKSIS III •Tumor metastasis paru

•Stressor psikososial ada  pasien tidak bisa melanjutkan kemoterapi akibat pandemi COVID-19
AKSIS IV

• GAF Scale 60 – 51 (gejala sedang, disabilitas sedang)


AKSIS V
17
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM (27 Desember 2020)

WBC : 12.7 [10^3/uL] SGOT / SGPT: 65 u/l / 21 u/l


RBC : 3.160 [10^6/uL] GDS : 108 mg/dL
HGB : 10.6 [g/dL] Kreatinin : 0.87 mg/dl
HCT : 34.0 [%] Ureum : 30 mg/dl
PLT : 136 [10^3/uL] Natrium : 138 mmol/dl
Kalium : 3.9 mmol/dl PT / APTT : 11.2 / 20,2
Klorida : 104 mmol/dl INR : 1.09

Tumor Marker (5 Januari 2021) Rapid test 27 Desember 2020


CEA >200ng/ml - Antibodi SARS-COV-2 IgM nonreaktif
- Antibodi SARS-COV-2 IgG reaktif
Swab Nasofaring (28 Desember 2020):
- Negatif

18
PEMERIKSAAN EKG (27 Desember 2020)

19
PEMERIKSAAN Pemeriksaan
Imunohistokimia
PENUNJANG (1 September 2015)
-ER Negative
-PR Positive
USG THORAX -HER-2/Neu Positive
(7 Januari 2021)
-Efusi minimal pleura dextra
-Tidak dilakukan
pemasangan thorax
marker pada
hemithorax dextra

Pemeriksaan
histopatologi
(29 Desember 2014)
“Invasif ductal carcinoma
mammae moderate
grade malignancy”

2
0
MRI Kepala
dengan kontras (4 Januari 2021)

Kesan:
-Tumor metastasis dengan
pendarahan intratumoral pada
lobus frontoparietal dextra
disertai perifokal edema yang
mendesak dan menyempitkan
ventrikel lateralis dextra, serta
mengakibatkan herniasi
subfalcine sejauh ±0,4cm
-Retention cyst sinus maxillaris
dextra
21
MSCT Thorax
dengan kontras (8 Januari 2021)

Kesan:
- Gambaran
metastasis tumor
ke paru dan
tulang
- Efusi pleura dextra,
garis fibrotik
pulmo dextra
- hepatosplenomegali

22
PERJALANAN PENYAKIT
(FOLLOW UP)

23
PERJALANAN PENYAKIT
(FOLLOW UP)

2
4
PERJALANAN PENYAKIT
(FOLLOW UP)

25
PERJALANAN PENYAKIT
(FOLLOW UP)

2
6
PERJALANAN PENYAKIT
(FOLLOW UP)

27
PERJALANAN PENYAKIT
(FOLLOW UP)

2
8
PERJALANAN PENYAKIT
(FOLLOW UP)

29
PERJALANAN PENYAKIT
(FOLLOW UP)

3
0
PERJALANAN PENYAKIT
(FOLLOW UP)

31
PROGNOSIS
Ad Fungtionam

Ad malam

Ad Vitam

Dubia ad malam

Ad Sanationam

Ad Malam

32
DISKUSI

1. Gangguan Mental YDK Akibat


Kerusakan dan Disfungsi Otak
dan Penyakit Fisik
2. Depresi
3. Anatomi Otak
4. Tumor Otak Sekunder
5. Tata Laksana

33
DEFINISI
Gangguan Jiwa/ Mental
Kelompok gejala atau perilaku yang secara klinis ditemukan
bermakna dan yang disertai dengan penderitaan (distress)
pada kebanyakan kasus, dan yang berkaitan dengan
Perilaku terganggunya fungsi (disfungsi/hendaya) seseorang

Gangguan Mental Organik

Pikiran Gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit atau


gangguan fisik / kondisi medik yang secara primer
mempengaruhi otak secara fisiologis sehingga terjadi
disfungsi otak, dan penyakit atau kondisi fisik di luar otak
yang secara sekunder atau secara sistemik mempengaruhi
Perasaan
otak secara fisiologis sehingga terjadi disfungsi otak

34
Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan
disfungsi otak dan penyakit fisik

 Adanya penyakit, kerusakan atau disfungsi otak, atau penyakit sistemik yang
diketahui berhubungan dengan salah satu sindrom mental yang tercantum.
 Adanya hubungan waktu (dalam beberapa minggu atau bulan) antara
perkembangan penyakit yang mendasari dengan timbulnya dengan timbulnya
sindrom mental.
 Tidak adanya bukti yang mengarah pada penyebab alternatif dari sindrom
mental ini (seperti pengaruh yang kuat dari riwayat keluarga atau pengaruh
stress sebagai pencetus) dimana gangguan ini tidak mengarah ke delirium
atau demensia

Untuk • Penyakit masih berlangsung hingga sekarang dan menjadi penyebab gejala
diagnosis mental tersebut, atau
perlu • Penyakit tersebut sudah sembuh tapi meninggalkan sequele / cacat dalam
Pembuktian otak pasien sehingga dapat dibuktikan bahwa gejala mentalnya merupakan
akibat dari sequele penyakit dahulu.
35
Gambaran Utama Suatu Gangguan Mental Organik

• Gangguan fungsi kognitif.


Misalnya, daya ingat (memory), daya pikir (intellect), dan daya
belajar (learning)
• Gangguan sensorium.
Misalnya, gangguan kesadaran (consciousness) dan perhatian
(attention)
• Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang persepsi
(halusinasi), isi pikiran (waham / delusi), dan suasana perasaan dan
emosi (depresi, gembira, cemas)

36
DEPRESI
 Untuk episode depresif dari
ketiga tingkat keparahan
Menurut diagnosis gangguan jiwa dari PPDGJ-III,
tersebut diperlukan masa
 gejala utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat) : sekurang-kurangnya 2 minggu
- afek depresif untuk penegakan diagnosis,
- kehilangan minat dan kegembiraan, dan akan tetapi periode lebih
- berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan pendek dapat dibenarkan jika
mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit gejala luar biasa beratnya dan
berlangsung cepat.
saja), dan menurunya aktivitas.
 Kategori diagnosis episode
 Sedangkan gejala lainnya; depresif ringan (F32.0), sedang
a) konsentrasi dan perhatian berkurang, (F32.1), dan berat (F32.2)
b) harga diri dan kepercayaan diri berkurang, hanya digunakan untuk episode
c) gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, depresi tunggal (yang pertama).
d) pandangan masa depan yang suram dan pesimistis, Episode depresif berikutnya
e) gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh harus diklasifikasi di bawah
salah satu diagnosis gangguan
diri, depresif berulang (F33.-).
f) Tidur terganggu,
g) Nafsu makan berkurang

37
Episode Depresi Sedang

Berikut adalah pedoman diagnostik untuk episode depresif sedang


menurut PPDGJ III

 Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pada


episode depresi ringan (F30.0);
 Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya;
 Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu
 Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan
urusan rumah tangga.
 Karakter kelima: F32.10 = Tanpa gejala somatik
F32.11 = Dengan gejala somatik

38
Walter Cannon (1920)  studi sistematik pertama mengenai
hubungan stres dengan penyakit

 Perangsangan sistem saraf otonom  memudahkan organisme untuk respon


“fight or flight”
 Stresor mengaktifkan sistem noradrenergik di otak (paling jelas di locus ceruleus) dan
menyebabkan pelepasan katekolamin dari sistem saraf otonom
 Stresor juga mengaktifkan sistem serotonergik di otak, seperti yang dibuktikan dengan
meningkatnya pergantian serotonin
 Stres meningkatkan neurotransmisi dopaminergik pada jaras mesoprefrontal
 Neurotransmitter asam amino dan peptidergik juga terlibat di dalam respon stres.
 Sejumlah studi menunjukkan  corticotropin- releasing factor (CRF) (sebagai
neurotransmitter, bukan sebagai pengatur hormonal fungsi aksis hipotalamus-hipofisis-
adrenal), glutamat (melalui reseptor N-metil-D-aspartat [NMDA]) dan γ-aminobutiric acid
(GABA)  memainkan peranan penting di dalam menimbulkan respon stres atau
mengatur sistem yang berespon terhadap stres lainnya seperti sirkuit otak dopaminergik
dan noradrenergik.

39
Aaron T.Beck (1979)
 mengemukakan suatu model
depresi yang melihatnya
sebagai pandangan negatif
tentang diri, dunia, dan masa
variabel biologis,
depan. faktor sosial dan
 Melakukan studi untuk aspek psikologis
melakukan strategi
perubahan perilaku dengan
terapi kognitif pada pasien
depresi

Depresi

Kognisi, afek atau


emosi, dan Terapi
perilaku kognitifmembantu

40
ANATOMI OTAK
 Lobus frontalis  tiga komponen utama yaitu
korteks motorik primer, korteks premotorik, dan
regio prefrontalis.
 Korteks motorik primer dan korteks premotorik
 membentuk sistem fungsional untuk
merencanakan dan mengontrol gerakan.
 Korteks prefrontalis terutama berperan untuk
aktivasi kognisi dan pengendalian perilaku.
 Pasien dengan lesi prefrontalis tidak dapat
berkonsentrasi pada satu aktivitas dan sangat
mudah teralihkan oleh stimulus baru.
 Mereka tidak dapat melakukan perencanaan
yang rumit dan tidak dapat memprediksi
kejadian berikutnya atau masalah yang dapat
timbul pada pelaksanaan suatu aktivitas.
 Penurunan dorongan yang jelas dan
berkurangnya spontanitas juga merupakan
manifestasi klinis dari disfungsi prefrontal.

41
Lesi di lobus fronto-orbital

PSEUDO- PSEUDO-
DEPRESIF PSIKOPATIK

Bersifat hipomanik dan


Gangguan perilaku sosial dan
bergerak terus menerus, tidak
seksual yang khas  pasien
dapat menjaga jarak yang
tampak diam, apatis, diam,
pantas dengan orang lain,
dan menunjukkan penurunan
dan hilangnya inhibisi normal.
dorongan yang nyata,
Pada gejala tersebut justru
penurunan minat seksual, dan
pasien menunjukkan
keadaan emosi yang sedikit
peningkatan dorongan dan
atau tidak bervariasi.
minat seksual yang sangat
jelas
42
Tumor Otak Sekunder
(Metastasis)

 Metastasis otak  salah satu komplikasi neurologis pada keganasan


sistemik
 Metastasis otak menempati tumor intrakranial yang paling sering,
melebihi tumor primer.
 Manifestasi klinis metastasis otak bervariasi
 Massa tumor yang makin lama makin membesar dan terjadinya
edema peritumoral akan menyebabkan defisit fokal
 Pada sebagian kecil, akan tejadi perdarahan intratumoral,
hidrosefalus obstruktif, dan embolisasi sel tumor

4
3
Tanda dan Gejala
Metastasis Otak
• Sakit kepala terjadi pada 40-50% pasien. Terjadi jika terdapat tumor multipel dan tumor
Nyeri kepala terletak di fossa posterior dan biasanya memiliki intensitas ringan.
• Jenis sakit kepala dapat berupa sakit kepala tipe tegang (77%) dan migrain (9%).

Defisit neurologis • Defisit neurologis fokal terjadi pada 20-40%. Paling sering diderita hemiparesis.
• Secara keseluruhan defisit fokal bergantung pada lokasi tumor
fokal

• Gangguan kognitif berupa gangguan memori, perubahan mood dan perilaku terjadi pada
Gangguan kognitif 30-35% pasien metastasis otak

Kejang • Kejang terjadi pada 10-20% pasien dengan metastasis otak.

• 5-10% pasien mengalami stroke yang diakibatkan perdarahan intratumoral,


Stroke hiperkoagulasi, invasi/kompresi arteri oleh sel tumor, atau embolisasi sel tumor

44
PATOFISIOLOGI METASTASIS
TUMOR KE OTAK

 Hipotesis "seed and


soil" menjelaskan
peredaran sel tumor
di seluruh tubuh
 Formasi metastasis
merupakan hasil
interaksi antara
microenvironment
organ tertentu
(sebagai "soil") dan
kemampuan invasif
dan adhesif yang
dimiliki oleh sel
kanker itu sendiri
(sebagai "seed")

45
Pemeriksaan Penunjang

Biopsi mencari diagnosis definitif

Pemeriksaan radiologis  MRI dengan kontras modalitas terbaik

 Pada Tl MRI, tumor metastasis menunjukkan lesi hiperintens.


 Tumor dengan ukuran besar biasanya menunjukkan penyangatan perifer
dengan fokus yang tidak menyangat (menunjukkan nekrosis sentral).
 Edema peritumoral pada Tl akan bersifat hipointens Pada T2, tumor akan
terlihat hipointens, sementara edema akan terlihat hiperintens.
 Adanya edema lebih baik dilihat pada sekuens T2.

4
6
TATALAKSANA

Terapi Metastasis Tumor


ke Otak
-Whole brain radiotherapy
Terapi Psikofarmakologi
(WBRT)
Perawatan Suportif
-Pembedahan
-Stereotactic radiosurgery -Golongan SSRI
-Kortikosteroid  Untuk
(SRS) -Golongan Benzodiazepin mengontrol edema
- Kemoterapi sistemik vasogenik peritumoral,
penggunaan deksametason
dari dosis 4-8mg per hari 4-6
minggu
-Antiepilepsi  Fenitoin,
fenobarbital, karbamazepin,
dan okskarbazepin

47
Benzodiazepin (Alprazolam)  memiliki efek
Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) antidepresan yang sama dengan obat trisiklik,
 agen lini pertama terapi depresi, gangguan tetapi tidak efektif pada pasien dengan depresi
obsesif-kompulsif, gangguan panik, depresi berat.
pada lansia dan gangguan akibat penyakit  Benzodiazepin meningkatkan kerja reseptor
medis, serta gangguan mental lainnya. Gamma-Aminobutiric Acid (GABA-A) yang
 Fluoxetine  waktu paruh yang panjang 2-3 membuka saluran klorida dan mengurangi
hari dibanding SSRI lainnya. kecepatan letupan neuronal dan otot.
 SSRI dimetabolisme di hati oleh sitokrom P450 Karena distribusi jaringan yang luas
(CYP) isoenzim CYP 2D6. benzodiazepin memiliki efek sedatif,
 Efek dari SSRI  inhibisi ambilan kembali relaksan otot, dan antikonvulsan.
serotonin tanpa efek pada ambilan kembali  Dosis dapat diberikan 1-1,5mg per hari dan
norepinefrin dan dopamin. dapat ditingkatkan 0,5mg per hari hingga
 Dosis awal pemberian fluoxetine 20mg/hari, dosis maksimal 4mg per hari.
dapat ditingkatkan hingga 40-80 mg/hari.  Efek samping mengantuk dan dapat
 Efek samping pemberian fluoxetine  efek mengakibatkan depresi napas apabila
rebound akibat putus zat, gangguan diberikan bersamaan dengan alkohol.
gastrointestinal sepeti mual, muntah, sakit  Efek toksik aplrazolam dapat
kepala, gejala mirip migraine mengakibatkan kebingungan, slurred
speech, ataksia, hiporefleksia, dispnea

48
TERIMA KASIH
MOHON SARAN DAN
BIMBINGANYA

4
9

Anda mungkin juga menyukai