Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN

“BRONCHITIS”

DISUSUN OLEH :

NANI CAHYA NN

NIM 20200305010

DOSEN PEMBIMBING

Ns. RATNA DEWI, S.Kep, M.Kep, Sp.KMB

PROGRAM STUDI NERS ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU


KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN

Bronkitis kronik adalah inflamasi bronkus terus menerus dan peningkatan


progesif pada batuk produktif dan dispnea yang tidak dapat dihubungkan dengan
penyebab spesifik yang ditandai oleh produksi mukus berlebihan di saluran nafas bawah
selama minimal tiga bulan berturut- turut dalam satu tahun.

Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya inflamasi pada
pembuluh bronkus, trakea dan bronkioli. Inflamasi menyebabkan bengkak pada
permukaannya, mempersempit ruang pembuluh dan menimbulkan sekresi dari cairan
inflamasi (Ngastiyah, 2005).
Bronkitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri,
tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas atau bersamaan
dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis,
Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya (Santoso, 2004).
B. ETIOLOGI
1. Rokok

 Rokok adalah penyeebab utama bronkhitis kronik karena secara patologis


rokok berhubungan dengan Hiperplasia kelenjar mokus bronkus dan
metaplasia skuamus epital saluran pernafasan
2. Infeksi

 Infeksi pernafasan saluran pernafasan atas pada penderita bronkitis kronik


hampir selalu menyebabkan kerusakan paru bertambah. Eksaserbasi bronkitis
kronik di sangka paling sering diawali dengan infeksi virus , yang kemudian
menyebabkan infeksi sekunder oleh bakteri yang paling banyak adalah
haemophilus influenzae dan streptococcus pnemonia, Polusi
 Zat – zat kimia yang dapat menyebabkan bronkitis adalah zat- zat pereduksi
seperti O2, zat- zat pengoksidasi sperti N2O, Hidrokarbon, Aldehid, ozon.
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab penyakit tetapi
bila ditambah merokok, resiko akan lebih tinggi.
3. Polusi
 Zat – zat kimia yang dapat menyebabkan bronkitis adalah zat- zat pereduksi
seperti O2, zat- zat pengoksidasi sperti N2O, Hidrokarbon, Aldehid, ozon.
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab penyakit tetapi
bila ditambah merokok, resiko akan lebih tinggi.

C. ANATOMI PATOLOGI
Bronkus merupakan suatu strktur yang terdapat didalam mediastinum.
Bronkus juga merupakan percabangan dari trakhea yang membentuk bronkus utama
kiri dan bronkus utama kanan. Panjangnya kurang lebih 5 cm diameternya 11-19 cm,
dan luas penampangannya 3, 2 cm.
D. PATOFISIOLOGI
Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara yang biasa terdapat di
daerah industri. Temuan patologis utama pada bronkritis kronik adalah hipertropi
kelenjar mukosa bronkus dan peningkatan jumlah sel goblet dengan infiltrasi sel-sel
radang dan edema mukosa bronkus. Pembentukan mukus yang meningkat
mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang di sertai
peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronkhiolus yang kecil
sedemikian rupa sehingga bronkhiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar.

Polusi udara yang terus-menerus juga merupakan predisposisi infeksi rekurens


karena polusi memperlambat aktivitas silia dan vagositosis sehingga timbunan mukus
meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah.

Patogenesis pada kebanyakan bronkitis yang didapat melalui dua mekanisme


dasar:
a. Infeksi bacterial pada bronkus atau paru, kemudian timbul bronkitis. Infeksi pada
bronkus atau paru akan diikuti proses destruksi dinding bronkus daerah infeksi
dan kemudian timbul bronkitis.
b. Obstruksi bronkus akan diikuti terbentuknya bronkitis, pada bagian distal
obstruksi dan terjadi infeksi juga destruksi bronkus.
Temuan patologis utama pada bronkitis kronik adalah hipertrofi kelenjar
mukosa bronkus dan peningkatan jumlah dan ukuran sel-sel goblet, dengan infiltrasi
sel-sel radang dan edema mukosa bronkus.
Pembentukan mukus yang meningkat mengakibatkan gejala khas yaitu batuk
produktif.Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus nampaknya
mempengaruhi bronkiolus kecil sehingga bronkiolus tersebut rusak dan dindingnya
melebar.
Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara yang lazim terjadi di
daerah industri.Polusi udara yang terus-menerus juga merupakan predisposisi infeksi
rekuren karena polusi memperlambat aktivitas silia dan fagositosis, sehingga
timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah
(Wilson dkk, 2002).
Merokok dan Haemophilus influenza
polusi udara dan streptococcus
pneumonai

Interaksi pernafasan
jangka panjang
Infeksi saluran
pernafasan

Iritasi mukosa bronkus dan


proses radang

Hipertrophi dan hiperplasia

Peningkatan produksi sekret

Akumulasi sekret

Resti Mual muntah Penyempitan dan


Bersihan jalan
infeksi penyumbatan bronkus
nafas tidak
efektif
Anoreksia
Alveoli rusak

Perubahan nutrisi kurang dari Kerusakan pertukaran


kebutuhan tubuh gas

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Batuk terutama pada pagi hari pada perorok
 Makin lama batuk makin berat timbul siang maupun malam, penderita
terganggu tidurnya. Bila timbul infeksi saluran nafas, batuk- batuk tambah
berat dan berkurang bila infeksi hilang.
2. Dahak

 Sputumnya putih atau mukoid. Bila ada infeksi, sputumnya menjadi purulen
atau muko purulen dan kental
3 Sesak.

 Sesak timbul terutama pada musim dingin dan kemampuan kerja penderita
berkurang.sesak nafas bertambah apabila timbul infeksi, kadang- kadang
disertai tanda tanda payah jantung kanan, lama kelamaan timbul kor pulmonal
yang menetap.
4. Blue Blotter.

 Pasien ini memperlihatkan gejala berkurangnya dorongan untuk bernafas,


mengalami hipoventilasi dan menjadi hipoksia dan hiperkapnea.
Bronkhitis Kronik terjadi secara bertahap.

Pada merokok dengan usia :

 23-35 tahun kemampuan kerja paru berat


 35-45 tahun batuk produktif
 45-55 tahun sesak nafas, hipoksemia dan perubahan pada spirometri
 55-56 tahun gagal nafas kematian
a. Gejala Awal
Batuk produktif saat bangun tidur

Biasanya dianggap acuh oleh para perokok, karena dianggap batuk karena merokok.

Sesak nafas

b. Gejala Berikutnya
 Kelemahan fisik yang jelas
 Sesak nafas
 Nafas pendek dan penggunaan otot-otot aksesorius saat bernafas
 Sianosis
 Edema kaki, pelebaran vena leher (blue bloater)
 Kesadaran menurun, tremor, hipoksemia hiper kapuca.
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan bronkitis akut secara umum berupa terapi suportif yang berfokus untuk
mengontrol batuk. Hal ini disebabkan karena 90% penyebab penyakit adalah virus.
1. Antibiotik
Penggunaan antibiotik dalam penatalaksanaan bronkitis akut secara berlebihan
telah menjadi isu kesehatan masyarakat selama beberapa dekade. Pada
kenyataannya, sebagian besar bronkitis akut tidak memerlukan antibiotik
karena disebabkan oleh virus. Penggunaan antibiotik yang sampai saat ini
rutin diberikan, seperti erithromycin, doxycycline, atau cotrimoxazole, hanya
memberikan keuntungan yang minimal dan dapat meningkatkan resistensi
pasien terhadap obat tersebut. Meskipun demikian, 80% dokter memberikan
antibiotik pada pasien dengan bronkitis akut.
Beberapa data klinis menyatakan bahwa antibiotik tidak memiliki manfaat
yang signifikan dalam mempercepat durasi penyembuhan dan hanya
memberikan keuntungan yang minimal dibandingkan dengan risiko
penggunaan antibiotik itu sendiri. Terdapat sebuah meta analisis yang
menyatakan bahwa penggunaan antibiotik pada pasien dengan bronkitis akut
secara signifikan menurunkan keluhan batuk, namun tidak didapatkan adanya
perubahan pada keterbatasan aktivitas pasien. The American College of Chest
Physicians  (ACCP) tidak merekomendasikan penggunaan antibiotik rutin
pada pasien dengan bronkitis akut.
Antibiotik dapat diberikan hanya pada bronkitis akut yang disebabkan
oleh Bordetella pertussis. Terapi yang diberikan adalah erythromycin 250
sampai 500 mg, 4 kali dalam sehari. Beberapa pilihan antibiotik yang bisa
diberikan adalah golongan makrolida, seperti clarithromycin dan
azithromycin.
2. Terapi Simtomatik
Beberapa terapi yang umum diberikan pada pasien dengan bronkitis akut
adalah antitusif, ekspektoran, dan medikasi inhaler.
a) Antitusif
Penggunaan antitusif seperti dextromethorphan dan codeine cukup
sering diberikan untuk mengatasi keluhan batuk. Namun, bukti klinis
efektivitas penggunaan codeine dalam penatalaksanaan bronkitis akut
masih sangat terbatas. Didapatkan beberapa studi klinis bahwa
penggunaan codeine tidak berbeda bermakna dengan placebo.
Beberapa studi menyatakan bahwa dextromethorphan tidak efektif
dalam supresi batuk pada anak dengan bronkitis dan lebih memberikan
efek samping berupa sedasi. FDA tidak merekomendasikan pemberian
antitusif pada anak dengan usia di bawah 6 tahun.[7,8,9]
b). Beta-2-agonis
Terapi dengan beta-2-agonis short acting ipratropium bromide dan
teofilin dapat mengontrol keluhan, seperti bronkospasme dan dyspnea
pada pasien bronkitis akut yang mengalami wheezing atau memiliki
riwayat penyakit paru. Namun, penggunaan beta-2-agonis secara rutin
belum direkomendasikan karena studi klinis yang masih terbatas. Pada
sebuah Randomised Control Trial (RCT) didapatkan bahwa pasien
tanpa penyakit paru sebelumnya yang mengalami bronkitis akut tidak
mengalami perbaikan yang signifikan pada keluhan batuk dengan
menggunakan beta-2-agonis.[7,8,9]

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan produksi secret
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan ddengan kerusakan alveoli
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubumgan penumpukan sekret.

H. INTERVENSI
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan produksi secret
 Kriteria Hasil :
 Menunjukan batuk efektif dan meningkatkan pertukaran gas pada
paru-paru.
 Menyebutkan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.
 Pengkajian Fokus
 Kemampuan untuk mempertahankan posisi tegak
 Batuk (produktif, nyeri, efektif)
 Sputum (warna, karakter, jumlah, bau)
 Intervensi:
1. Ajarkan klien tentang metode yang tepat tentang pengontrolan batuk :
a.Nafas dalam dan perlahan saat duduk setengah mungkir.
b. Lakukan pernafasan diafragma
c.Tahan nafas 3-5 detik kemudian secara perlahan keluarkan sebanyak mungkin
melalui mulut. (Sangkar iga bawah dan abdomen harus turun)
d. Lakukan nafas kedua,tahan dan batukan dari dada (bukan dari
belakang mulut / tenggorokan) dengan melakukan dua batuk pendek dan kuat.
2. Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi :
a.Mempertahankan hidrasi yang adekuat meningkatkan masukan cairan 2
sampai 3 Quart / hari bila bukan kontrain dikasi karena penurunan curah
jantung / penyakit ginjal
b. Pertahankan kelembaban adekuat udara yang dihirup.
3. Ajarkan klien tentang metode yang tepat tentang pengontrolan batuk :
a.Nafas dalam dan perlahan saat duduk setengah mungkir.
b. Lakukan pernafasan diafragma
c.Tahan nafas 3-5 detik kemudian secara perlahan keluarkan sebanyak mungkin
melalui mulut. (Sangkar iga bawah dan abdomen harus turun)
d. Lakukan nafas kedua,tahan dan batukan dari dada (bukan dari belakang
mulut / tenggorokan) dengan melakukan dua batuk pendek dan kuat.
4. Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi :
a.Mempertahankan hidrasi yang adekuat meningkatkan masukan cairan 2
sampai 3 Quart / hari bila bukan kontrain dikasi karena penurunan curah
jantung / penyakit ginjal
b. Pertahankan kelembaban adekuat udara yang dihirup.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b. d anoreksia


Tujuan perawatan: pasien menunjukkan nutrisi adekuat

Intervensi:

a. Berikan perawatan oral sesering mungkin, buang sekret, berikan tempat


khusus untuk sekali pakai dan tisu.
b. Auskultasi bunyi usus.
c. Dorong periode istirahat selama 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan
porsi kecil tapi sering.
d. Hindari makanan penghasil gas dan minuman berkarbonat.
e. Hindari makanan yang sangat panas atau sangat dingin.
f. Timbang berat badan sesuai indikasi.

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret


Tujuan perawatan

a. Klien menyatakan pemahaman penyebab


b. Klien dapta mengidentifikasi intervensi untuk mencegah resiko
infeksi
c. Menunjukkan tekhnik, perubahan pola hidup untuk meningkatkan
lingkungan yang aman.
Intervensi:

a. Awasi suhu
b. Kaji pentingnya latihan nafas, batuk efektif, perubahan posisi sering dan
masukkan cairan adekuat
c. Observasi warna, karakter, bau sputum.
d. Tekankan cuci tangan yang benar
e. Awasi pengunjung, berikan masker sesuai indikasi

4. Kerusakan pertukaran gas berhubungan ddengan kerusakan alveoli


Tujuan :

a. Klien menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jarinhgan


adekuat dalam GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasn
b. Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan
Intervensi :

a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan


b. Catat penggunaan otot asesori, nafas bibir, ketidakmampuan
berbicara
c. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi
yang mudah untuk bernafas
d. Kaji secara rutin warna dan kulit membran mukosa
e. Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara dan atau
bunyi tambahan.

CASE

Pasien Tn R 44 tahun diantar istrinya datang ke IGD RS dengan keluhan batuk sejak 5
hari yang lalu dan terus menerus, batuk berdahak dengan warna lendir putih kekuningan
disertai dengan sesak nafas. Pasien mengatakan juga demam sejak 4 hari yang lalu. Awalnya
tidak begitu panas, tapi setelah beberapa hari panasnya semakin tinggi. Tn R merupakan
seorang perokok aktif bila dirumah. Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan data suhu
38,30 C nadi 112x/ menit RR : 45 kali dari aukultasi suara nafas ditemukan ronkhi di kedua
lapang paru. Tn R didiagnosa dengan bronkitis.

5.1. Pengkajian
5.1.1. Riwayat Keperawatan
1. Biodata pasien
Nama : Tn.R
Usia : 44 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Alamat : Surabaya
Agama : Islam
Masuk rumah sakit : 3 Juni 2015
Tanggal pengkajian : 3 Juni 2015
2. Keluhan utama.
Batuk terus – menerus disertai dahak.
3. Riwayat penyakit sekarang.
Tn R mengalami batuk sejak 5 hari yang lalu dan terus menerus, batuk
berdahak dengan warna lendir putih kekuningan disertai dengan sesak nafas
dan panas tinggi sejak 4 hari yang lalu
4. Riwayat penyakit dahulu.
Tidak ditemukan
5. Riwayat penyakit keluarga.
tidak ditemukan.
6. Pemeriksaan Fisik
TD: 110/86 S: 38,3 ºC N:112x/menit RR:45x/menit

A. B1 – B6
1. B1 (Breathing)
a. Pola Napas :
Irama Teratur √ Tidak Teratur
Jenis √ Dispnea Kusmaul Ceyne Stokes
Lain – lain ...
b. Bunyi Napas :
Vesikuler kanan kiri
Wheezing kanan kiri
√ Ronchi √ kanan √
kiri
Melemah kanan kiri
Menghilang kanan kiri
c. Sesak Napas :
Ya Tidak

d. Otot Bantu Napas :
Ya, sebutkan ... √ Tidak
e. Batuk :
Ya Tidak

f. Produksi Sputum :

√ Ya, warna Putih kekuningan Konsistensi Kental


Tidak
g. Pergerakan Dada :
Simetris Asimetris

Tidak
h. Alat Bantu Napas :
Ya, Jenis :... Flow : ...Lpm

√ Tidak
Lain – lain : ...
1. B2 (Blood)
a. Irama jantung :
√ Reguler Irreguler
b. Nyeri Dada :
Ya √ Tidak
c. CRT :

√ < 2 detik >2 detik


d. Distensi Vena Jugular :
Ya √ Tidak
e. Cyanosis :
Ya √ Tidak
f. Lain – lain : ...
2. B3 (Brain)
a. Reflek fisiologi :

√Patella √ triceps √ biceps lain – lain :...


b. Reflek patologis :
Babinsky brudzinky kernig lain – lain :...
c. Keluhan pusing :
Ya tidak

d. Lain – lain :...
e. Penglihatan (mata)
1. Sclera
Anemis Ikterus lain – lain : ...
2. Penglihatan

√ Normal Kabur Kacamata


Lensa Kontak Lain – lain : ...
f. Gangguan pendengaran :
Ya Tidak Jelaskan : ...

g. Penciuman (hidung) :
Tidak Bermasalah tersumbat sekret epistaksis

Gangguan Penciuman :
Ya, jelaskan : ...
h. Pola Tidur :
Normal √ sulit tidur sering bangun
i. Istirahat / tidur : 8 jam / hari
j. Insomnia :
Ya √ Tidak
k. Somnambulisme :
Ya √ Tidak
l. Lain – lain : ...
Pengkajian Nyeri
Pencetus Kualitas Lokasi / Skala waktu Penyebab
radiasi (1-10) nyeri hilang
/ berkurang

3. B4 (Bladder)
a. Kebersihan :

√ Bersih Kotor
b. Urin : Jumlah : - cc/ hr warna : ...
c. Kateter : Jenis: - Mulai : ...
d. Kendung kencing
Membesar : ya √ tidak
Nyeri tekan : ya √ tidak
e. Gangguan :

√ Normal anuria oliguri


Retensi nokturia inkontinensia
Hematuri lain – lain : ...
f. Intake cairan total : 450 cc/hr
g. IWL : - cc/ hr
h. Lain – lain : ...

4. B5 (Bowel)
a. Nafsu makan :
Baik √ menurun frekuensi : ... x/hari
Mual muntah
b. Porsi makan :
Habis √ tidak Ket : ...
c. Diet saat ini : Diet bebas
d. Makanan kesukaan : -
e. Perubahan BB:

√ Tidak ya, kira – kira ... kg/bulan/minggu


f. Alat bantu makan

√ Tidak ada NGT, mulai ...


g. Minum : 450 cc/hari jenis : Air putuh dan susu
Mulut dan tenggorokan
Mulut :
√ Bersih kotor berbau
Mukosa :

√ Lembab kering stomatitis


Tenggorokan
Nyeri telan kesulitan menelan
Pembesaran tonsil lain – lain :..
Abdomen

√ Normal tegang kembung ascites


Nyeri tekan, lokasi ...
Peristaltik : 11 x/menit
Pembesaran hepar :
Ya √ Tidak
Pembesaran lien :
Ya √ tidak
BAB : 1 x/ hari teratur : √ Ya Tidak
Terakhir tanggal : Pagi ini
Hemoroid menela
Konsistensi : ... Bau : ... Warna : ...
Lain – lain :....
Resiko konstipasi
Lain – lain : ...
5. B6 (Bone)
Kekuatan otot : 5 5
5 5
Fraktur :
Ya √ tidak
Dikubitus :

√ Tidak ada ada, lokasi : ..., derajat


Luka

√ Tidak ya, lokasi ... plus : ya tidak


Kulit

√Normal luka memar


Kering gatal – gatal bersisik
Warna kulit
Ikterus sianotik kemerahan
Pucat hiperpigmentasi ptechie
Akral

√ Hangat dingin √ merah

√ Kering lembab/ basah pucat


Turgor :
Baik √ sedang jelek
Odema :

√ Tidak ada ada, lokasi ...


Pemakaian alat bantu :
Traksi gips lokasi : ...
Lokasi : ...
Lain – lain : ...
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium :
- Hb : 12 g/dl
- Leko : 11,9 u/l
- Erit : 4. 50 u/l
- Ht : 40 %
- Trombo : 244 u/l
- Diff : 0,4 / 2,6 / 78,2 / 20 / 4,1 / 5,32
Rontgen :
Bronchitis Akut

8. Analisa data

Masalah
N Data Etiologi
O Keperawatan
1 Perokok pasif

Iritasi jalan napas

Inflamasi

DS : pasien mengatakan batuk
Bronkitis
berdahak sejak 5 hari yang lalu

disertai dengan sesak napas.
Hipertorfi kelenjar Ketidakefektifan
DO :
mucus &
RR : 26 kali/ menit bersihan jalan
peningkatan sel
Nadi : 112kali/ menit
goblet, fungsi silia napas
Ada suara napas ronkhi
menurun
tambahan

Rontgen : Bronchitis acut
Hipersekresi lendir

Batuk produktif

Bersihan jalan napas
tidak efektif
2 DS : pasien mengatakan panas Perokok Pasif Hipertermia
sejak 4 hari yang lalu. ↓
DO : Iritasi jalan napas
Suhu : 38,3o C ↓
Inflamasi

Bronkitis

Proses makrofag

Eksresi mediator
inflamasi
(prostaglandin,
bradikinin, histamin )

Merangsang
hipotalamus

Peningkatan suhu

3 Bakterimia / Viremia Resiko


DO :
pemenuhan
 BB Tidak terukur Metabolisme
DS : kebutuhan Nutrisi
 Pasien mengatakan Malaise
nafsu makan turun
 Nafsu makan

5.2. Diagnosa Keperawatan :


a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sputum
berlebih.
b. Hipertermia berhubungan dengan Proses infeksi.
c. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan Nutrisi berhubungan dengan
nafsu makan menurun

5.3. Intervensi Keperawatan


Diagnosa Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
keperawata sputum berlebih.
n
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24
Tujuan kesulitan bernafas pada pasien akan berkurang

a. periode istirahat yang cukup,tidur sekitar 11 – 13


Kriteria jam.
Hasil b. frekuensi pernapasan 19 – 23 kali/ menit
c. frekuensi nadi 105 kali/ menit.
Intervensi Rasional
1. Auskultasi paru terhadap tanda Lebih awal mengenal tanda ini
peningkatan pembengkakan sangat perlu, sebab pembengkakan
jalan napas, dan kemungkinan biasanya berkembang dengan cepat
obstruksi, termasuk dispnea, dan apat membawa kefatalan.
takipnea, dan mengi, dan kaji
pengeluaramn air liur.
2. Hindari stimulasi langsung Berbagai manipulasi yang ditujukan
pada saluran napas karena pada jaringan napas, dapat
pemakaian tongue depressor, menyebabkan spasme laring dan
apusan kultur, kateter pembengkakan, memungkinkan
pengisapan, atau laringoskop. peningkatan terjadinya obstruksi
komplet.
3. Beri kebebasan pada pasein Posisi horizontal dapat
untuk mengambil posisi yang menyebabkan jaringan memburuk
menyenangkan, namun bukan secara cepat, kemungkinan akan
posisi horizontal. meningkatkan obstruksi komplet.
4. Pantau tanda – tanda vital Untuk mengetahui keefektifan
klien. tindakan dilihat dari TTV klien yang
meliputi TD, RR, HR dan suhu.

Hipertermia yang berhubungan dengan inflamasi.


Diagnosa
keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24
Tujuan pasien akan mempertahan kan suhu tubuh kurang dari
37,8o C
suhu pasien dibawah 37,80 C.
Kriteria Hasil

Intervensi Rasional
1. Pertahankan lingkungan yang Lingkungan dingin akan
dingin. menghilangkan suhu tubuh melalui
panas pancaran.

2. Berikan antipiretik Pemberian obat anripiretik biasanya


( asetaminofen, atau ibuprofen, mengurangi deam secara efektif.
jangan aspirin), sesuai
petunjuk..
3. Pantau suhu tubuh anak setiap Peningkatan suhu tubh secara tiba-
1-2 jam, waspadai bila ada tiba dapat mengakibatkan kejang..
kenaikan suhu secara tiba-tiba.
4. Ambil seidaan sputum untuk Sediaan sputum dapat membanti
dilakukan kultur. mengidentifikasi penyebab.
5. Berikan obat antimikrobiat Daya obat antimicrobial dengan cara
sesuai petunjuk. menyerang organism penyebab.
6. Berikan kompres basah dengan Kompres hangat basah akan
suhu 37o C, bila perlu, untuk mendinginkan permukaan tubuh
mengurangi demam. dengan cara konduksi.
7. Pantau tanda – tanda vital Untuk mengetahui keefektifan
klien. tindakan dilihat dari TTV klien yang
meliputi TD, RR, HR dan suhu.

Resiko Gangguan pemenuhan kebutuhan Nutrisi


Diagnosa
berhubungan dengan nafsu makan menurun
keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24
Tujuan nafsu makan pasien naik sehingga tidak terjadi gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi
Nafsu makan pasien membaik dan meningkat
Kriteria Hasil Tidak terjadi penurunan BB

Intervensi Rasional
Tingkatkan intake makanan melalui: Cara khusus untuk meningkatkan
nafsu makan
a. Mengurangi gangguan dari
lingkungan seperti berisik,
dan lain-lain.
b. Jaga privasi pasien
c. Jaga kebersihan ruangan
(barang-barang seperti
sputum pot, urinal tidak
berada dekat dengan tempat
tidur)
Berikan obat sebelum makan jika
ada indikasi
Jaga kebersihan mulut pasien Mulut yang bersih meningkatkan
nafsu makan
Bantu pasien makan jika tidak Membantu pasien makan
mampu
Sajikan makanan yang mudah Meningkatkan selera makan dan
dicerna, dalam keadaan hangat, intake makan
tertutup, dan berikan sedikit-sedikit
tapi sering
Selingi makan dengan minum Memudahkan makanan masuk
Hindari makanan yang banyak Mengurangi rasa nyaman
mengandung gas
Ukur intake makanan dan Observasi kebutuhan nutrisi
timbang berat badan
Lakukan latihan pasif dan aktif Menambah nafsu makan
Kaji tanda vital, sensori, bising Membantu mengkaji keadaan pasien
usus
Monitor hasil lab, seperti Monitor status nutrisi
glukosa, elektrolit, albumin,
hemoglobin, kolaborasi dengan
dokter

Anda mungkin juga menyukai