Anda di halaman 1dari 154

 

1  
 
  2  
 
  3  
 
  4  
 
  5  
 
  6  
 
GAMBARAN UMUM IDENTIFIKASI
DAN ASESMEN ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS

Saudara! Dalam rangka menyambut program pemerintah dalam


penyelenggaraan pendidikan inklusi, Anda sebagai guru di sekolah umum perlu
dibekali dengan berbagai pengetahuan tentang ABK.

ABK akan mencapai hasil belajar yang optimal di sekolah apabila guru mampu
mengidentifikasi karakteristik ABK sebelum mengembangkan pembelajaran.
baik karakteristik umum maupun khusus. Karakteristik umum berupa
pengetahuan tentang sejumlah kelebihan yang dimiliki ABK, sedang
karakteristik khusus ialah data yang dimiliki setiap anak di kelas. Data tersebut
dapat diperoleh guru baik dari hasil identifikasinya maupun diterima dari
identifikator profesional

Pada Unit ini Anda akan diajak mencermati, cara mengidentifikasi dan
melakukan asesmen ABK, sehingga Anda akan diantarkan untuk dapat
mencapai indikator sebagai berikut.

Kemampuan yang diharapkan setelah Anda menyelesaikan Unit


ini adalah agar mampu menjelaskan Pelayanan dan cara
melakukan identifikasi dan asesmen dengan indikator
1. Menjelaskan hakekat identifikasi dan asesmen
2. Menjelaskan tujuan identifkasi
3. Mengidentifikasi hubungan identifikasi dan asesmen anak
berkebutuhan khusus
4. Mendiskripsikan Sasaran identifikasi dan petugas identifikasi
5. Menjelaskan teknik identifikasi
6. Menjalaskan cara melaksanakan identifikasi
7. Menjelaskan Tindak Lanjut Kegiatan Identifikasi :
.
  7  
 
A. KONSEP DASAR IDENTIFIKASI DAN ASESMEN

1. Pengantar

Praktek mengidentifikasi merupakan tugas untuk berobservasi mengadakan


asesmen di sekolah Inklusif atau SLB yang ditunjuk.Setelah mengidentifikasi
pembaca mengadakan simulasi case conference untuk menindaklanjuti praktek
identifikasi. Praktek asesmen dengan menggunakan format asesmen non
formal di SD atau SLB yang ditunjuk. Untuk memperdalam kajian dalam unit
ini, Anda juga diminta untuk mengerjakan latihan-latihan yang disediakan.
Dengan demikian usai mengikuti kajian ini Anda akan memiliki pengetahuan
dan ketrampilan dalam memberikan pelayanan identifikasi dan asesmen anak
berkebutuhan khusus.

Substansi pada subunit buku dua ini akan memberikan penjelasan kepada
Anda untuk mengkaji hakekat identifikasi dan asesmen yang terjadi dalam
kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar Inklusi. Praktek mengidentifikasi
merupakan tugas untuk berobservasi mengadakan asesmen di Sekolah Inklusif
atau SLB yang ditunjuk. Setelah mengidentifikasi pembaca mengadakan
simulasi case conference untuk menindaklanjuti praktek identifikasi. Praktek
asesmen dengan menggunakan format asesmen non formal di SD atau SLB
yang ditunjuk.

Setelah mempelajari sub unit ini diharapkan pembaca dapat indikator

• Menjelaskan hakikat identifikasi dan asesmen


• Menjelaskan tujuan identifikasi,
• Menjelaskan hubungan identifikasi dan asesmen ABK,
• Menjelaskan sasaran identifikasi dan petugas identifikasi,
• Menjelaskan tehnik dan pelaksanaan identifikasi

  8  
 
1. Definisi Identifikasi ABK

Identifikasi merupakan kegiatan awal yang mendahului proses asesmen.


Identifikasi adalah kegiatan mengenal atau menandai sesuatu, yang dimaknai
sebagai proses penjaringan atau proses menemukan kasus yaitu menemukan
anak yang mempunyai kelainan/masalah, atau proses pendektesian dini
terhadap anak berkebutuhan khusus.

Menurut Swassing ( 1985 ), identifikasi mempunyai dua konsep yaitu konsep


penyaringan ( screening ) dan identifikasi aktual (actual identifikcation). Menurut
Wardani(1995) dalam Munawir Yusuf,M,Psi) , identifikasi merupakan langkah
awal dan sangat penting untuk menandai munculnya kelainan atau kesulitan
pada anak bekebutuhan khusus. Istilah identifkasi anak dengan kebutuhan
khusus dimaksudkan sebagai usaha orang tua, guru, maupun tenaga
kependidikan lainnya untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami
kelainan/penyimpangan pertumbuhan/ perkembangan (phisik, intelektual,
social, emosional/tingkah laku) dibandingkan dengan anak normal seusianya.

Mengidentifikasi masalah berarti mengidentifikasi suatu kondisi atau hal yang


dirasa kurang baik. Masalah pada anak ini diperoleh dari keluhan-keluhan
orang tua dan keluarganya, keluhan guru, dan bisa didapat dari pengalaman-
pengalaman lapangan, Seperti dikatakan oleh Norman D.Sundberg (2002)
dalam Tin Suharmini ( 2005).”Gathering informastion to be used for treatment
(parents teachers,and physician) provide data on the childs functioning”.
Identifikasi dapat dilakukan oleh orang-orang yang dekat (sering
berhubungan/bergaul) dengan anak, seperti orang tuanya, pengasuhnya,
gurunya, dan pihak-pihak lain. Sedangkan langkah berikutnya, adalah
asesmen. Bila diperlukan asesmen dapat dilakukan oleh tenaga profesional,
seperti dokter, psikolog, neurolog, orthopedagog, therapis, dan lain-lain.

2. Definisi Asesmen ABK

  9  
 
Asesmen merupakan kegiatan profesional yang dilakukan secara khusus
menentukan diagnosa dari gangguan atau kelainan yang dialami seseorang.
Menurut Lenner (1988 ) asesmen didefinisikan sebagai proses pengumpulan
informasi tentang seseorang anak yang akan digunakan untuk membuat
pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan keadaan anak. Dalam
konteks pendidikan , Hargrove dan Poteet ( 1984 ) menempatkan asesmen
sebagai salah satu dari tiga aktivitas penting di bidang pendidikan bahkan
mengawali dari aktifitas yang lain, ialah (1) asesmen (2) diagnostik (3)
preskriptif. Dengan demikian maka asesmen dilakukan untuk menegakkan
diagnosis, dan berdasarkan diagnosis tersebut dilakukan langkah berikutnya
ialah preskrepsi, yakni perencanaan program pendidikan.

Menurut Salvia dan Ysseldyke seperti dikutip oleh Lerner (1988:54) dalam
Dr.Mulyono Abdurrahman (1995), dalam kaitannya dengan upaya
penanggulangan kesulitan belajar, asesmen dilakukan untuk lima keperluan,
yaitu untuk (1) penyaringan (screening ), (2) pengalihtanganan (referral), (3)
klasifikasi (classification), (4) perencanaan pembelajaran ( instructional
planning), dan (5) pemantauan kemajuan belajar (monitoring pupil progress).

Khususnya bagi penyandang kelainan penglihatan Asesmen mempunyai fungsi


yang lebih luas, ialah untuk pengobatan, pemberian bantuan dan juga untuk
perencanaan pendidikan. Kegiatan ini harus melibatkan tenaga profesional,
seperti dokter atau tenaga medis, dan atau petugas optic. Jika ditemukan
adanya gejala klinis mengenai tanda-tanda adanya penyakit pada organ mata,
baik yang secara fungsional telah mengganggu yang ditemukan tersebut
secara klinis tidak merupakan suatu penyakit, mungkin memerlukan bantuan
alat optic atau kaca mata yang sesuai. Karena bisa terjadi setelah dilakukan
tindakan medis maupun non medis dapat mengfungsikan kembali
penglihatannya dengan baik, tetapi tidak sedikit anak yang memang mengalami
kelainan penglihatan sehingga tidak memungkinkan lagi untuk menggunakan
fungsi penglihatan secara baik. Hasil dari asesmen dapat membantu membuat
keputusan tentang pemecahan permasalahan pada pembelajaran. ( Wallace,
Larsen & Elksmin,1992),Yeseldyke and Marston ( 1988 ) dalam Kauffam &
Hallahan (2000).

  10  
 
Dijelaskan lebih jauh bahwa hasil asesmen akan menjadi bahan yang penting
untuk merencanakan pendidikan yang sesuai bagi mereka. Disinilah fungsi
asesmen bagi anak khususnya dibidang pendidikan. Tujuan utama dari suatu
asesmen dalam pendidikan adalah untuk memperoleh informasi yang relevan
dalam pembuatan keputusan dalam rangka pemilihan tujuan dan sasaran
pembelajaran, strategi pembelajaran,dan program penempatan yang tepat.

Latihan

1. Jelaskan mengapa sebelum asesmen perlu dilakukan kegiatan identifikasi?


2. Jelaskan mengapa guru harus melakukan identifikasi?
3. Jelaskan fungsi asesmen dalam merencanakan pendidikan?

3. Tujuan identifikasi ABK

Substansi pada subunit ini akan memberikan penjelasan tujuan identifikasi ABK
di Sekolah Dasar. Untuk itu diharapkan Anda dapat mencermati dengan baik
mengenai uraian dan ilustrasi yang ada. Selain itu diharapkan pula untuk
membaca berbagai referensi lain yang relevan dengan konteks bahasan.
Dengan demikian, usai mengikuti pembelajaran ini Anda diharapkan mampu
menjelaskan tujuan melakukan identifikasi anak berkebutuhan khusus di
Sekolah Dasar. Kegiatan identifikasi sifatnya masih sederhana dan tujuannya
lebih ditekankan pada menemukan (secara kasar) apakah seorang anak
tergolong anak dengan kebutuhan khusus atau bukan.

Tujuan identifikasi adalah untuk menghimpun informasi apakah seorang anak


mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, intelektual, social, emosional,
dan/atau sensoris neurologis) dalam pertumbuhan/perkembangannya
dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya (anak-anak normal), yang
hasilnya akan dijadikan dasar untuk penyusunan program pembelajaran sesuai
dengan keadaan dan kebutuhannya.Menurut Swassing (1985 ) dalam Moch
Sholeh Y.A Ichrom,Ph.D , tujuan prosedur identifikasi adalah :

  11  
 
a. Merumuskan definisi
b. Menentukan spesifikasi
c. Menentukan prosedur
d. Menempatkan anak
Sedangkan menurut Rice (1985),tujuan identifikasi adalah untuk:
a. Menjabarkan karakteristik
b. Merancang niminasi
c. Menentukan alat tes dan penjaringan data
d. Mereview kasus dan menentukan program.
e. Melakukan reevaluasi.
Dalam rangka pendidikan inklusi, kegiatan identifikasi ABK dilakukan untuk
lima keperluan, yaitu: (1) penjaringan (screening), (2) pengalihtanganan
(referal), (3) klasifikasi, (4) perencanaan pembelajaran, dan (5) pemantauan
kemajuan belajar. Kegiatan identifikasi sifatnya masih sederhana dan tujuannya
lebih ditekankan pada menemukan (secara kasar) apakah seorang anak
tegolong anak berkebutuhann khusus atau bukan. Maka biasanya identifikasi
dapat dilakukan oleh orang-orang yang dekat (sering berhubungan/bergaul)
dengan anak, seperti orang tuanya, pengasuh, guru dan pihak lain yang terkait
dengannya. Sedangkan langkah selanjutnya, yang sering disebut asesmen,
dan bila diperlukan dapat dilakukan oleh tenaga profesional, seperti dokter,
psikolog, neurolog, orthopedagog, therapis, dan lain-lain. Identifkasi akan
dilanjutkan dengan asesment, yang hasilnya akan dijadikan dasar untuk
penyusunan progam pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan
ketidakmampuannya.

4. Hubungan Identifikasi dengan Asesmen ABK

Identifikasi secara sederhana dapat diartikan sebagai kegiatan penjaringan


sedangkan asesmen dapat diartikan sebagai kegiatan penyaringan.
Penjaringan mempunyai sifat yang masih kasar, dan sederhana. Sementara
penyaringan lebih bersifat halus, rinci dan kompleks. Perbedaan lain yang

  12  
 
dapat dilihat adalah, identifikasi tujuannya sekedar untuk mengenali gejala-
gejala tidak untuk diagnosis, sedangkan asesmen tujuannya untuk menegakkan
diagnosis. Hubungan antara identifikasi dan asesmen dapat dijelaskan apabila
dikaitkan dengan keseluruhan proses aktivitas pendidikan.Dalam kaitan itu
maka Lewis dan Doorlag (1987 ) dalam menggambarkan proses pendidikan
khusus bagi anak-anak berkelainan,mengajukan model sebagai berikut :

Identify  Student  with  Special  Needs  

Assesment  Special  Needs  

Plan  Education  Program   Communicate  &  


Coordinate  with  
Implement  Education  Program   other  Professionals  
and  parents  

Evaluate  Educational  Program  

Sumber: Lewis,Rena B, dan Doorlag, Donals H, Teaching Special Student in the


Mainstream, 1987 :17 dalam Drs.Munawir Yusuf,M.Psi

Identifikasi anak berkebutuhan khusus diperlukan agar keberadaan mereka


dapat diketahui sedini mungkin. Selanjutnya, dapat diberikan program
pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan mereka, baik penanganan medis,
terapi, dan pelayanan pendidikan untuk mengembangkan potensi mereka .
Untuk dapat mengidentifikasi ABK, guru di sekolah reguler memerllukan
pengetahuan tentang berbagai jenis dan tingkat kelainan anak, diantaranya
adalah kelainan fisik, mental, intelektual, sosial dan emosi. Selain jenis kelainan
tersebut terdapat anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
atau sering disebut sebagai anak yang memiliki kecerdasan dan bakat luar
biasa. Masing- masing memiliki ciri dan tanda – tanda khusus atau karakteristik
yang dapat digunakan oleh guru untuk mengidentifikasi anak dengan
kebutuhan pendidikan khusus.

  13  
 
Di bawah ini adalah model yang dapat untuk menjelaskan hubungan antara
identifikasi dan asesmen adalah model dari McLoughlin dan Lewis (1981),
sebagai berikut :

Screning  &  Identifikasi  

Referal  

Assesment  
Formal Informal

Decision  Making  

Legal Instruction
Program  Design  

Evaluasi  

Annual  Review  

Sumber : McLughlin,James dan Lewis,Rena B,Assessing Special Students 1981:12

Seorang guru menemukan siswa yang tidak bisa menulis pada kelas awal,
setelah didekati ternyata siswa tersebut tidak bisa menggerakkan tangannya
untuk menulis. Guru melakukan asesmen awal dengan melakukan tes untuk
menulis dipapan tulis, ternyata gerakan tanganpun sangat kaku, ia
membawanya keruang khusus berdiskusi dengan guru pembimbing khusus
atau guru yang ditugaskan untuk melakukan asesmen. Setelah dilakukan
asesmen menulis ternyata siswa tersebut mengalami kekakuan pada jari-
jarinya, sehingga guru membutuhkan konsultasi pada seseorang yang lebih
profesional untuk mengidentifikasi apakah siswa tersebut membutuhkan
dengan kebutuhan pendidikan khusus.

  14  
 
5. Bagaimana Melakukan Identifikasi.

Setelah Anda mempelajari hakekat identifikasi dan asesmen serta memahami


tujuan identifikasi serta hubungan identifikasi dan asesmen untuk ABK,
selanjutnya setalah mengikuti uraian ini diharapkan Anda memiliki kompetensi
untuk melakukan identifikasi anak berkebutuhan khusus.

5.1. Sasaran Identifikasi


Sasaran identifikasi ABK adalah seluruh anak usia pra-sekolah dan usia
sekolah dasar. Sedangkan secara khusus (operasional), sasaran identifikasi
anak dengan kebutuhan khusus adalah:
• Anak yang sudah bersekolah di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;
• Anak yang akan masuk ke Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;
• Anak yang belum/tidak bersekolah karena orangtuanya merasa anaknya
tergolong ABK sedangkan lokasi SLB jauh dari tempat tinggalnya;
sementara itu, semula SD terdekat belum/tidak mau menerimanya;
• Anak drop-out SD/Madrasah Ibtidaiyah karena factor akademik.

5.2. Petugas Identifikasi


Untuk mengidentifikasi seorang anak apakah tergolong anak dengan kebutuhan
khusus atau bukan, dapat dilakukan oleh: Guru kelas; orang tua anak;
dan/atau tenaga professional terkait.

5.3. Alat identifikasi


Secara sederhana ada beberapa aspek informasi yang perlu mendapatkan
perhatian dalam pelaksanaan identifikasi. Berikut ini adalah contoh alat
identifikasi sederhana untuk membantu guru dan orang tua menemukenali
anak yang memerlukan layanan pendidikan khusus, antara lain sebagai berikut

1. Form 1 : Informasi riwayat perkembangan anak


2. Form 2 : informasi/ data orangtua anak/wali siswa
3. Form 3 : informasi profil kelainan anak (AI-ALB)

  15  
 
Dari ketiga informasi tersebut secara singkat dijelaskan sebagai berikut.

Informasi riwayat perkembangan anak


Informasi riwayat perkembangan anak adalah informasi mengenai keadaan
anak sejak di dalam kandungan hingga tahun-tahun terakhir sebelum
masuk SD/MI.. Informasi ini penting sebab dengan mengetahui latar
belakang perkembangan anak, mungkin kita dapat menemukan sumber
penyebab problema belajar.
Data orang tua/wali siswa
Selain data mengenai anak, diperlukan juga data orang tua/wali siswa
sekurang-kurangnya mencakup informasi mengenai identitas orang
tua/wali, hubungan orang tua-anak, data sosial ekonomi orang tua, serta
tanggungan dan tanggapan orang tua/ keluarga terhadap anak. Identitas
tersebut meliputi umur, agama, status, pendidikan, pekerjaan pokok,
pekerjaan sampingan, dan tempat tinggal. Data mengenai tanggapan orang
tua antara lain persepsi orang tua terhadap anak, kesulitan yang dirasakan
orang tua terhadap anak yang bersangkutan, harapan orang tua dan
bantuan yang diharapkan orang tua untuk anak yang bersangkutan.
Informasi mengenai profil kelainan anak (AI – ALB)
Informasi mengenai gangguan/kelainan anak sangat penting, sebab dari
beberapa penelitian terbukti bahwa anak-anak yang prestasi belajarnya
rendah cenderung memiliki gangguan/kelainan penyerta. Survei terhadap
696 siswa SD dari empat provinsi di Indonesia yang rata-rata nilai rapornya
kurang dari 6,0 (enam, nol), ditemukan bahwa 71,8% mengalami disgrafia,
66,8% disleksia, 62,2% diskalkulia, juga 33% mengalami gangguan emosi
dan perilaku, 31% gangguan komunikasi, 7,9% cacat / kelainan anggota
tubuh, 6,6% gangguan gizi dan kesehatan, 6% gangguan penglihatan, dan
2% gangguan pendengaran (Balitbang, 1996) dalam Identifikasi Anak
Berkebutuhan Khusus,Direktorat PSPLB,2006

  16  
 
Tanda-tanda kelainan atau gangguan khusus pada siswa perlu diketahui guru.
Karena kelainan pada diri anak, secara langsung atau tidak langsung, dapat
menjadi salah satu faktor timbulnya problema belajar.

Rangkuman

o Identifkasi anak berkebutuhan khusus merupakan suatu usaha


seseorang (orang tua, guru, maupun tenaga kependidikan lainnya) untuk
mengetahui apakah seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan
(phisik, intelektual, social, emosional/tingkah laku) dalam pertumbuhan/
perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya
(anak-anak normal).
o Asesmen dilakukan untuk lima keperluan, yaitu untuk (1) penyaringan
(sreening ), (2) pengalihtanganan (referral), (3) klasifikasi (classification),
(4) perencanaan pembelajaran ( instructional planning), dan (5)
pemantauan kemajuan belajar anak (monitoring pupil progress).
o Hasil dari assessmen dapat membantu kita memutuskan tentang
pemecahan permasalahan pada pembelajaran siswa dan jika
permasalahan itu diidentifikasi maka kita akan dapat melakukannya.
o Sasaran identifikasi adalah Anak yang sudah bersekolah di Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah; Anak yang akan masuk ke Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah; Anak yang belum/tidak bersekolah karena
orangtuanya merasa anaknya tergolong anak dengan kebutuhan khusus
sedangkan lokasi SLB jauh dari tempat tinggalnya; sementara itu,
semula SD terdekat belum/tidak mau menerimanya; Anak yang drop-out
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah karena factor akademik.
o Petugas Identifikasi adalah Guru kelas; Orang tua anak; dan/atau
Tenaga professional terkait
o Alat identifikasi terdiri tiga format yang berkaitan dengan Form 1Informasi
riwayat perkembangan anak ,Form 2 : informasi/ data orangtua anak/wali
siswa dan Form 3 : informasi profil kelainan anak (AI-ALB). Format
tersebut akan disampaikan dalam lampiran.

  17  
 
Soal Formatif 1

1. Untuk mengenal atau menandai munculnya kelainan atau kesulitan anak


apakah anak mengalami kelainan disebut :
A. Identifikasi dan penjaringan
B. Pelayanan Asesmen
C. Identifikasi anak
D. Identifikasi anak berkebutuhan khusus

2. Proses penjaringan atau proses menemukan anak apakah mempunyai


kelainan/masalah, atau proses pendeteksian dini terhadap anak disebut :
A. PPI
B. Asesmen
C. Identifikasi
D. Identifikasi dan asesmen

3. Prosedur merumuskan definisi, menentukan spesifikasi, menentukan


prosedur dan menempatkan anak adalah prosedur didalam……
A. Tujuan identifikasi
B. Tujuan asesmen
C. Tujuan program pembelajaran individual
D. Tujuan identifikasi dan asesmen

4. Di bawah ini adalah tujuan identifikasi anak berkebutuhan khusus kecuali


A. Penjaringan ( sreening )
B. Pengalihtanganan
C. asesmen
D. Klasifikasi

5. Hubungan antara identifikasi dan asesmen adalah :


A. sebagai kegiatan mencari kelemahan dan kekuatan
B. mencari klasifikasi
C. menentukan masalah
D. kegiatan penjaringan dan penyaringan

6. Diantara pernyataan berikut ini, manakah yang paling tepat sebagai definisi
asesmen,
A. proses mengumpulkan informasi dengani berbagai tes, mengenai

  18  
 
kemampuan anak
B. proses mengumpulkan informasi tentang anak berkebutuhan
khusus
C. proses pengumpulan informasi sistematis dalam upaya perencanaan
dan implementasi pembelajaran
D. proses pengumpuan informasi mengenai penyimpangan prilaku
anak berkebutuhan khusus

7. Berikut ini adalah langkah yang lebih spesifik dalam melaksanakan


asesmen anak berkebutuhan khusus di sekolah , kecuali :
A. menentukan cakupan dan tahapan keterampilan yang akan diajarkan
B. menetapkan perilaku yang akan diases
C. menentukan instrumen tes
D. memilih aktivitas evaluasi

8. Guru di sekolah dapat menafsirkan atau menentukan jenis layanan yang


diperlukan anak berkebutuhan khusus, dengan terlebih dahulu...............
A. menentukan kompetensi yang harus dikuasai anak
B. membandingkan kemampuan nyata dan kemampuan ideal
C. memeriksa hasil asesmen
D. mendiskusikan bersama staf yang lain

9. Sasaran identifikasi anak berkebutuhan khusus adalah :


A. Anak yang akan masuk ke Sekolah Dasar/Mdrasah Ibtidaiyah
B. Anak yang rajin belajar
C. Anak yang taat pada peraturan
D. Anak yang akan dimasukkan sekolah non regular

10. Untuk mengidentifikasi dan menemukenali anak yang memerlukan layanan


khusus diperlukan data dengan cara:
A. Informasi perkembangan anak mengenai keadaan anak sejak di dalam
kandungan hingga tahun-tahun terakhir.
B. Informasi dari guru dan para therapys
C. Informasi profil kelainan anak, riwayat perkembangan dan informasi
data orang tua
D. Pengumpulan data yang lengkap

  19  
 
B. ASESMEN SEBAGAI DASAR PENYUSUNAN PROGRAM PEMBELAJARAN
INDIVIDUAL BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Pendahuluan

Salah satu karakteristik dalam penyelenggaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan


khusus (ABK) yaitu berorientasi kepada kebutuhan anak. Layanan pendidikan lebih
ditekankan kepada layanan individual. Layanan pendidikan seperti ini, sebetulnya merupakan
bentuk penghargaan dari heterogenitas yang dialami anak berkebutuhan khusus. Dalam
upaya memahami kebutuhan ABK, seorang guru selalu membutuhkan data yang akurat
berkenaan dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi setiap anak didiknya. Untuk dapat
menggali data dan informasi tentang kebutuhan dan masalah yang dihadapi ABK, guru dapat
melakukannya melalui kegiatan yang disebut dengan asesmen.

Asesmen dapat dipandang sebagai upaya yang sistematis untuk mengetahui kemampuan,
kesulitan, dan kebutuhan ABK pada bidang tertentu. Data hasil asesmen dapat dijadikan
bahan dalam penyusunan program pembelajaran secara individual. Sehubungan dengan itu,
asesmen harus menjadi kompetensi bagi seluruh guru khususnya dalam menangani ABK.

Berkenaan dengan asesmen merupakan kompetensi bagi guru pada di sekolah


terutama yang menangani ABK, maka pada bahan belajar mandiri 1 ini akan dibahas tentang
1) konsep dasar dan ruang lingkup asesmen, 2) prosedur pengembangan instrumen asesmen,
3) prosedur pelaksanaan asesmen.

Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi bahan belajar mandiri ini meliputi:

1. 1. Konsep Dasar Asesmen dan Ruang Lingkup Asesmen bagi Anak Berkebutuhan
Khusus
2. 2. Prosedur Pengembangan Instrumen Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus
3. 3. Prosedur Pelaksanaan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus

Petunjuk Belajar

Agar Anda dapat memahami isi bahan belajar mandiri ini dengan baik, perhatikan1ah petunjuk

  20  
 
mempelajari bahan belajar mandiri ini sebagai berikut:

1. Bacalah keseluruhan materi dalam bahan belajar mandiri ini secara cepat dan tepat,
berusaha mengerti secara keseluruhan materi bahan belajar mandiri ini
2. Sesudah itu mulailah membaca setiap kegiatan belajar secara lebih teliti dengan berusaha
memahami, mencari dan menemukan setiap konsep yang diuraikan
3. Bila ada bagian yang tidak atau kurang Anda mengerti maka berilah tanda dan catat dalam
buku catatan Anda untuk dapat Anda tanyakan pada waktu ada tatap muka
4. Setelah Anda pelajari dengan hati-hati setiap bagian dari bahan belajar mandiri ini,
cobalah lakukan evaluasi sendiri hasil belajar Anda dengan cara membuat pertanyaan
sendiri dan berusaha menjawab sendiri
5. Buatlah kesimpulan dalam kata-kata Anda sendiri dari keseluruhan bahan yang Anda baca
dalam bahan belajar mandiri ini
6. Akhirnya kerjakanlah latihan dan tes formatif yang tersedia

  21  
 
C. KONSEP DASAR

RUANG LINGKUP ASESMEN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Melalui kegiatan pembelajaran ini pembaca diperkenalkan dengan konsep dasar dan
ruang lingkup asesmen bagi anak berkebutuhan khusus (ABK). Pembahasan difokuskan pada
pentingnya asesmen dalam pendidikan bagi ABK, fungsi dan tujuan pelaksanaan asesmen.

A. TUJUAN
Dengan mempelajari kegiatan pembelajaran ini diharapkan pembaca memiliki
pengetahuan tentang konsep dasar dan ruang lingkup asesmen anak berkebutuhan
khusus. Secara khusus pembahasan ini bertujuan agar pembaca mampu:

1. Menjelaskan pengertian asesmen ABK


2. Menjelaskan tujuan pelaksanaan asesmen dalam pendidikan ABK.
3. Menjelaskan ruang lingkup asesmen ABK.
B. POKOK BAHASAN

1. Pengertian asesmen ABK


2. Tujuan pelaksanaan asesmen dalam pendidikan ABK
3. Ruang lingkup asesmen ABK
C. INTISARI BACAAN

1. Pengertian Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus


Asesmen berasal dari bahasa Inggris to assess (kk: menaksir); Assessment (kb:
taksiran). Istilah menaksir mengandung makna deskriptif atau menggambarkan sesuatu,
sehingga sifat atau cara kerja asesmen sangat komprehensif. Artinya utuh dan
menyeluruh.

Banyak para ahli pendidikan yang mengemukakan tentang definisi asesmen


diantaranya: Wallace & Longlin (1979) mengemukakan bahwa asesmen merupakan suatu
proses sistematis dengan menggunakan instrumen yang sesuai untuk mengetahui perilaku
belajar, penempatan, dan pembelajaran. Rosenberg (1982) mengemukakan bahwa
asesmen merupakan suatu proses pengumpulan informasi yang akan digunakan untuk
membuat pertimbangan dan keputusan yang berkaitan dengan pembelajaran anak.
Sedangkan menurut Robert M. Smith (2002)

  22  
 
Asesmen adalah suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim
untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan anak, yang mana hasil keputusannya dapat
digunakan untuk menentukan layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar
untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran. Ahli pendidikan lainnya McLoughlin
&Lewis (1986) mengemukakan bahwa, asesmen adalah proses yang sistematis dalam
mengumpulkan data seorang anak yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan
kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang
sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan informasi tersebut, guru akan dapat menyusun
program pembelajaran yang bersifat realistis sesuai dengan kenyataan yang obyektif.

Menurut Fallen & Umansky (1988) asesmen adalah proses pengumpulan data
untuk tujuan pembuatan keputusan dan menerapkan seluruh proses pembuatan
keputusan tersebut, mulai diagnosa paling awal terhadap problem perkembangan sampai
penentuan akhir terhadap program anak. Sedangkan menurut Fried Mangungsong 1(995)
asesmen adalah suatu proses yang dilakukan untuk mengumpulkan informasi, data-data
yang berkaitan dalam membantu seseorang mengambil keputusan yang berkaitan dengan
masalah pendidikan. Adapun menurut Lidz (2003) asesmen merupakan proses
pengumpulan informasi untuk mendapatkan profil psikologis anak, yang meliputi gejala
dan intensitasnya, kendala-kendala yang dialami, kelebihan dan kelemahannya, serta
peran pendukung yang dibutuhkan anak. Lerner, (1988:54) mendefinisikan bahwa
asesmen merupakan suatu proses pengumpulan informasi tentang seorang siswa yang
akan digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan
pembelajaran siswa tersebut. Selanjutnya dikemukakan bahwa:Asesmen merupakan
kegiatan/proses mengidentifikasi atau mengumpulkan fakta/data/evidence kemudian
membandingkan fakta tersebut dengan suatu parameter atau ukuran tertentu dengan
tujuan tertentu. Untuk mendapatkan fakta/data/evidence tersebut dibutuhkan suatu alat
ukur/metode, dan kegiatan tersebut dilakukan oleh satu atau sekumpulan pengukur.
http://www.ab-cons.com/articles.htm1 2004

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa asesmen adalah:

a. Proses sistematis yang bersifat komprehensip,


b. Berupa informasi (data/fakta/evidence) untuk mengetahui gejala dan intensitasnya,
kendala-kendala yang dialami, serta kelemahan dan kekuatan anak,
c. Adanya pembanding informasi tersebut dengan suatu parameter/ukuran dengan

  23  
 
menggunakan instrumen,
d. Adanya pelaku “asesor” (melibatkan tim)yang mengumpulkan informasi,
e. Digunakan untuk menyusun suatu program pembelajaran yang dibutuhkan anak yang
bersifat realistis, sesuai dengan kenyataan secara objektif.
Dalam konteks pendidikan asesmen berfungsi untuk melihat kemampuan dan
kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang
sesungguhnya dibutuhkan dalam pembelajarannya. Dengan perkataan lain, asesmen
digunakan untuk menemukan dan menetapkan di mana letak masalah yang dihadapi serta
apa yang menjadi kebutuhan belajar seorang anak. Berdasarkan informasi itulah seorang
guru akan dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realistis dan obyektif
atau sesuai dengan kenyataan tentang anak tersebut.

Moh. Amin (1995) mengemukakan tentang perlunya asesmen dalam pendidikan


bagi ABK didasari oleh beberapa pertimbangan sebagai berikut:

Pertama, pada dasarnya tindakan asesmen merupakan tindak lanjut dari kegiatan
deteksi. Pada kegiatan deteksi semata-mata hanya berusaha menemukan atau
menelusuri keadaan perkembangan anak yang sehingga akhirnya dapat diduga bahwa
anak tersebut diklasifikasikan sebagai anak berkebutuhan khusus. Dengan demikian
dalam kegiatan deteksi tidak dibicarakan mengenai tindak lanjut atau bagaimana
pelaksanaan pembelajarannya.

Kedua, perbedaan individual. Anak berkebutuhan khusus memiliki perbedaan-


perbedaan individual, baik perbedaan yang bersifat inter individual maupun perbedaan
yang bersifat intra individual. Perbedaan inter individual, yaitu perbedaan kemampuan ABK
dengan teman-temannya yang ABK. Misalnya: diberikan pelajaran berhitung dengan
materi yang sama kepada dua orang anak tunagrahita yang berada pada tingkat
ketunagrahitaan yang sama. Ternyata dalam penyelesaian tugasnya, kedua anak tersebut
berbeda kecepatannya, yang mengakibatkan adanya perbedaan materi berhitung bagi
masing-masing anak tersebut. Adapun perbedaan intra individual, yaitu perbedaan
kemampuan pada diri ABK itu sendiri. Dia memiliki kemampuan dalam satu bidang
tertentu, akan tetapi ia mengalami kesulitan yang tergolong berat dalam bidang yang
lainnya. Untuk mengetahui kemampuan dan kesulitan tersebut diperlukan tindakan atau
kegiatan asesmen.

Di lapangan, asesmen dan evaluasi (penilaian) sering menjadi samar dan

  24  
 
digunakan secara tidak tepat. Evaluasi dan asesmen merupakan dua hal yang memiliki
kemiripan, namun keduanya sangat berbeda.

Perbandingan Asesmen dan Evaluasi

Komponen Asesmen Evaluasi

Pelaksanaan Sebelum, saat, akhir pembelajaran, Saat dan akhir pembelajaran

dan terus bergulir tanpa henti (dynamics assessment)

Konten (instrumen) Didasarkan kepada masalah dan Didasarkan pada materi yang

kemampuan yang dimilki anak telah diberikan

Tujuan

Untuk melihat kondisi anak saat itu baik

kemampuan, kesulitan, maupun kebutuhan Untuk mengukur seberapa

belajarnya. jauh materi dapat


diserap/dikuasai anak

2. Tujuan Pelaksanaan Asesmen dalam pendidikan ABK


Pada dasarnya tujuan utama dilakukannya asesmen adalah untuk memperoleh
informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan
program pembelajaran bagi anak yang bersangkutan. Moh.Amin (1995) mengemukakan
bahwa tujuan dilakukannya asesmen berkaitan erat dengan waktu mengadakannya.
Kegiatan asesmen yang dilakukan setelah ditemukan bahwa seseorang itu ABK atau
setelah kegiatan deteksi, maka asesmen diperlukan untuk:

a. Menyaring kemampuan ABK; hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan anak

  25  
 
dalam setiap aspek. Misalnya: bagaimana kemampuan bahasanya, kemampuan
kognitifnya, kemampuan geraknya, atau kemampuan penyesuaian dirinya..
b. Keperluan pengklasifikasian, penempatan, dan penemuan program pendidikan ABK
c. Menentukan arah atau tujuan pendidikan serta kebutuhan ABK. Tujuan pendidikan
ABK pada dasarnya sama dengan tujuan pendidikan pada umumnya. Mengingat
kemampuan dan kebutuhan mereka berbeda-beda dan perbedaan tersebut
sedemikian rupa, sehingga perlu dirumuskan tujuan khusus yang disesuaikan dengan
kemampuan dan kebutuhan tersebut.
d. Mengembangkan program pendidikan yang diindividualisasikan yang dikenal dengan
IEP (Individualized Educational Program). Dengan data yang diperoleh sebagai hasil
asesmen dapatlah diketahui kemampuan dan ketidakmampuan ABK. Kemampuan dan
ketidakmampuan menjadi dasar untuk mengembangkan kemampuan berikutnya.
Dengan demikian program yang dikembangkan akan sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan setiap anak
e. Menentukan strategi, lingkungan belajar, dan evaluasi pengajaran.
McLoughlin & Lewis (1986) mengemukakan bahwa sekurang-kurangnya ada lima
keperluan mengapa kita melakukan asesmen, yaitu untuk: screening (penyaringan), referal
(pengalihtanganan), perencanaan pembelajaran, memonitor kemajuan siswa, dan evaluasi
program. Sedangkan menurut Robb, Benardoni, dan Johnson (1972) dalam Robert M.
Smith, ada beberapa tujuan mengapa seseorang melakukan asesmen, yaitu:

a. Menyaring dan mengidentifikasi anak


b. Membuat keputusan tentang penempatan anak
c. Merancang program individualisasi pendidikan
d. Memonitor kemajuan anak secara individual
e. Mengevaluasi keefektifan program

Selanjutnya Sunardi & Sunaryo (2006) mengemukakan bahwa secara umum


asesmen bermaksud untuk:

a. Memperoleh data yang relevan, objektif, akurat, dan komprehensif tentang kondisi
anak saat ini.
b. Mengetahui profil anak secara utuh, terutama permasalahan dan hambatan belajar
yang dihadapi, potensi yang dimiliki, kebutuhan-kebutuhan khususnya, serta daya
dukung lingkungan yang dibutuhkan anak

  26  
 
c. Menentukan layanan yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan
khususnya dan memonitor kemajuannya
Adapun menurut Bomstein dan Kazdin (1985), asesmen bertujuan untuk:

a. Mengidentifikasi masalah dan menyeleksi target intervensi


b. Memilih dan mendesain program treatmen
c. Mengukur dampak treatmen yang diberikan secara terus menerus
d. Mengevaluasi hasil-hasil umum dan ketepatan dari terapi

3. Ruang Lingkup Asesmen Pendidikan ABK

Pada dasarnya asesmen pendidikan terutama difokuskan pada berbagai bidang


pelajaran di sekolah, baik faktor yang mempengaruhi prestasi di sekolah seperti bidang
akademik, bahasa, dan keterampilan sosial maupun faktor lingkungan. Faktor lingkungan
dapat dipertimbangkan bersama dengan analisis strategi belajar dan perilaku belajar siswa
yang dapat diamati dan dapat diukur. Sebagaimana dikemukakan oleh McLoughlin &
Lewis (1986:3) bahwa:Educational assessment focuses mainly on the many areas of
learning in school, as well as any other factor affecting school achievement. Academic,
language, and social skills are examined. Environmental factors may also be considered,
along with analyzing the student’s observable and measurable learning behavior and
learning strategies.

Penyelenggaraan pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus, secara garis besar


asesmen dapat dikelompokkan menjadi dua (Yusuf, M.2005), yaitu: asesmen akademik,
dan asesmen perkembangan. Asesmen akademik menekankan pada upaya mengukur
pencapaian prestasi belajar siswa. Pada asesmen akademik aspek yang diases adalah
bidang-bidang kemampuan dan keterampilan akademik seperti keterampilan membaca,
menulis, dan berhitung atau matematika. Sedangkan asesmen perkembangan
mengutamakan pada aspek-aspek yang berkaitan dengan keterampilan prasyarat yang
diperlukan untuk keberhasilan bidang akademik. Adapun aspek-aspek yang diases dapat
berupa perkembangan kognitif, yang meliputi: aspek bahasa dan komunikasi, persepsi,
konsentrasi, dan memori; perkembangan motorik, perkembangan social, dan
perkembangan emosi..SedangkanHarwell, (1982) mengemukakan bahwa aspek-aspek
perkembangan yang perlu diases khususnya bagi anak berkesulitan belajar, mencakup:
a) Gangguan motorik, b)Gangguan persepsi c)Gangguan perhatian/atensi d) Gangguan

  27  
 
memori e)Hambatan dalam orientasi ruang/arah, f)Hambatan dalam perkembangan
bahasa, g)Hambatan dalam pembentukan konsep, dan h)Mengalami masalah dalam
perilaku.

D. LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan Anda


mengerjakan latihan berikut ini.

1. Rumuskan pengertian asesmen menurut Anda !


2. Jelaskan ruang lingkup asesmen !

E. RANGKUMAN

1. Asesmen adalah proses pengumpulan informasi tentang anak yang akan dijadikan
bahan pertimbangan dalam penyusunan program yang sesuai dengan kebutuhani
anak tersebut.
2. Perbedaan yang mencolok antara ABK menuntut guru anak berkebutuhan khusus
untuk berkarya nyata dan lebih kreatif dalam mengembangkan kurikulum.
3. Di lapangan, asesmen dan evaluasi (penilaian) sering menjadi samar dan digunakan
secara tidak tepat. Evaluasi dan asesmen merupakan dua hal yang memiliki
kemiripan, namun keduanya sangat berbeda.
4. Ruang lingkup asesmen pendidikan meliputi aspek perkembangan dan aspek
akademik.

F. TES FORMATIF

Petunjuk: Pilihlah salah satu option yang dianggap paling benar!

1. Suatu kegiatan untuk menggali informasi tentang kemampuan anak dalam menguasai
suatu materi pelajaran yang telah dipelajarinya, dimaknai sebagai kegiatan …
a. Asesmen
b. Evaluasi
c. Diagnostik
d. Preskriptif

  28  
 
2. Secara konten (instrumen) kegiatan asesmen pada dasarnya adalah …

a. Cenderung menghasilkan informasi yang mengarah pada pelabelan


b. Dilaksanakan pada saat dan akhir pembelajaran
c. Didasarkan pada materi yang telah diberikan
d. Didasarkan kepada masalah dan kemampuan yang dimilki anak
3. Kegiatan asesmen berbeda dengan kegiatan diagnostik. Kegiatan diagnostik adalah …

a. Cenderung menghasilkan informasi yang mengarah pada pelabelan


b. Dilaksanakan pada saat dan akhir pembelajaran
c. Didasarkan pada materi yang telah diberikan
d. Untuk mengukur seberapa jauh materi dapat diserap/dikuasai anak
4. Kegiatan asesmen bertujuan untuk:

a. Untuk menghasilkan informasi yang mengarah pada pelabelan


b. Untuk melihat kemampuan, kesulitan, maupun kebutuhan belajarnya.
c. Didasarkan pada materi yang telah diberikan
d. Untuk mengukur seberapa jauh materi dapat diserap/dikuasai anak

5. Berikut ini adalah karakteristik kegiatan asesmen perkembangan, kecuali …

a. Menekankan pada upaya mengukur pencapaian prestasi belajar siswa


b. Mengases keterampilan pre-requisite bidang akademik
c. Mengases keterampilan prasyarat bidang akademik
d. Mengases perilaku adaptif siswa

6. Berikut ini adalah karakteristik kegiatan asesmen akademik, kecuali …

a. Menekankan pada upaya mengukur pencapaian prestasi belajar siswa


b. Mengases bidang-bidang kemampuan akademik
c. Mengases bidang keterampilan akademik, seperti calistung
d. Mengases perkembangan persepsi siswa

7. Evaluasi dan asesmen merupakan dua hal yang memiliki kemiripan, namun keduanya
sangat berbeda. Perbedaan tersebut terletak terutama pada …
a. Evaluasi cenderung menghasilkan informasi yang mengarah pada pelabelan
b. Asesmen dilaksanakan pada saat dan akhir pembelajaran

  29  
 
c. Asesmen didasarkan pada materi yang telah diberikan
d. Evaluasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh materi dapat dikuasai anak

8. Pelaksanaan asesmen dilakukan sebelum, saat, akhir pembelajaran, dan terus bergulir
tanpa henti, dimaknai sebagai …
a. Dynamics assessment
b. Academicassessment
c. Developmental assessment
d. Educationalassessment

9. Anak berkebutuhan khusus memiliki perbedaan-perbedaan individual. Perbedaan


kemampuan ABK dengan teman-temannya yang ABK, dimaknai sebagai istilah …
a. Perbedaan intra individual
b. Perbedaan ekstra individual
c. Perbedaan inter individual
d. Perbedaan kontra individual

10. Adapun perbedaan kemampuan pada diri ABK itu sendiri, dimaknai sebagai ….
a. Perbedaan intra individual
b. Perbedaan ekstra individual
c. Perbedaan inter individual
d. Perbedaan kontra individual

Kunci Jawaban:

1. a 6. d

2. d 7. d

3. a 8. a

4. b 9. c

5. a 10.a

  30  
 
G. BALIKAN DAN TINDAK LANJUT

Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif yang terdapat di
bagian akhir bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian
gunakan rumus tingkat penguasaan, yaitu jumlah jawaban Anda yang benar dibagi 10
kemudian dikalikan dengan 100%. Dengan demikian Anda akan memperoleh presentase
tingkat penguasaan Anda. terhadap materi Kegiatan Belajar Adapun arti tingkat
penguasaan yang Anda capai adalah sebagai berikut:

90% - 100% = baik sekali

80% - 89% = baik

70% - 79% = cukup

<70% = kurang

  31  
 
D. PROSEDUR PENGEMBANGAN INSTRUMEN

ASESMEN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Melalui kegiatan pembelajaran ini pembaca diperkenalkan dengan prosedur


pengembangan instrumen asesmen bagi anak berkebutuhan khusus (ABK). Pembahasan
difokuskan pada bagaimana langkah-langkah penyusunan instrumen asesmen bagi ABK.

A. TUJUAN

Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini diharapkan pembaca dapat menyusun


dan mengembangkan instrumen asesmen bagi anak berkebutuhan khusus. Secara khusus
pembahasan ini bertujuan agar pembaca mampu:

1. Menjelaskan langkah-angkah penyusunan instrumen asesmen ABK.


2. Mengembangkan butir instrumen asesmen ABK.

B. POKOK BAHASAN

1. Langkah-langkah penyusunan instrumen asesmen.


2. Pengembangan instrumen asesmen

C. INTISARI BACAAN

1. Langkah-langkah penyusunan instrumen asesmen.


Guna mendapatkan data yang akurat dari siswa yang akan diases diperlukan
instrumen yang memadai. Rochyadi & Alimin (2005) mengemukakan bahwa ada beberapa
langkah yang harus ditempuh guru dalam penyusunan instrumen asesmen. Langkah
penyusunan instrumen yang dimaksud adalah: 1) menetapkan aspek dan ruang lingkup
yang akan diases, 2) menetapkan ruang lingkup, yaitu memilih komponen mana dari
bidang yang akan diases, 3) Menyusun kisi-kisi instrumen asesmen, dan 4)
Mengembangkan butir soal berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. Berikut penjelasan
masing-masing langkah:

a. Memahami aspek dan ruang lingkup yang akan diases.Merujuk kepada ruang lingkup
asesmen dalam pendidikan bagi ABK, guru seyogyanya memiliki pemahaman yang
komprehensif tentang bidang yang akan diaseskan. Asesmen hanya akan bermakna,

  32  
 
jika guru/asesor mengetahui organisasi materi, jenis keterampilan yang akan
dikembangkan, serta tahap-tahap perkembangan anak. Untuk lebih memperjelas
pembahasan mengenai ruang lingkup akan diambil contoh salah satu ruang lingkup
asesmen perkembangan, yaitu: ‘keterampilan kognitif dasar’. Untuk memahami aspek-
aspek apa saja yang termasuk dalam keterampilan kognitif dasar, maka guru harus
mengetahui konsep atau pengertian keterampilan kognitif dasar itu sendiri.
Keterampilan kognitif dasar merupakan suatu keterampilan prasyarat untuk
mempelajari bidang akademik, khususnya dalam aritmetika. Merujuk pada teori
perkembangan kognitif dari Piaget (1965) yang mengemukakan bahwa seorang siswa
dikatakan siap untuk belajar matematika khususnya aritmetika, apabila ia telah
menguasai empat keterampilan kognitif dasar, yang meliputi: klasifikasi, ordering
dan/atau seriasi, korespondensi, dan konservasi.
Berdasarkan teori tersebut, guru/asesor dapat mempelajari masing-masing dari
keempat komponen keterampilan kognitif dasar tersebut. Selanjutnya dari tiap-tiap
komponen dikembangkan menjadi sub-sub komponen. Dari setiap subkomponen
tersebut dapat dijabarkan lagi ke dalam sub-sub komponen yang lebih kecil yang
memuat indikator-indikator yang akan dijadikan landasan dalam pembuatan butir-butir
soal dalam instrumen asesmen tersebut. Untuk memberikan gambaran yang
komprehensif tentang ruang lingkup bidang yang akan diases, penyajian materi dalam
bentuk matriks, bagan, tabel, atau daftar dapat membantu pemahaman guru/asesor
dalam rangka menyusun instrumen asesmen yang dimaksud.

b. Menetapkan ruang lingkup, yaitu memilih komponen mana dari bidang yang akan
diases
Langkah selanjutnya adalah memilih komponen/subkomponen mana dari
keseluruhan komponen bidang tersebut untuk ditetapkan sebagai
komponen/subkomponen yang akan diaseskan. Apakah guru memilih salah satu
komponen dari bidang keterampilan kognitif dasar tersebut, misalnya komponen
klasifikasi, atau memilih dua komponen, yaitu klasifikasi dan ordering, misalnya.
Setelah guru/asesor menetapkan atau memilih komponen mana yang akan diases,
langkah selanjutnya adalah menyusun kisi-kisi instrumen asesmen tentang komponen
yang dipilih/ditetapkan dari keseluruhan komponen bidang yang akan diases.
c. Menyusun kisi-kisi instrumen asesmen
Langkah berikutnya adalah menentukan instrumen asesmen dari

  33  
 
keterampilan/subketerampilan tertentu, guru/asesor seyogyanya membuat kisi-kisi
instrumen. Kisi-kisi ini bertujuan untuk mempermudah dalam membuat soal atau tugas-
tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.

Kegiatan paling penting dalam membuat kisi-kisi instrumen ini adalah


pemahaman secara komprehensif tentang keterampilan/subketerampilan yang telah
dipilih/ditetapkan untuk diaseskan, baik pengertiannya maupun ruang lingkupnya.
Tidak ada peraturan yang baku mengenai penyusunan kisi-kisi ini, namun berdasarkan
pengalaman penulis, untuk memudahkan dan memberikan gambaran yang
menyeluruh sebaiknya disusun dalam sebuah table atau daftar. Tabel kisi-kisi ini yang
berisi kolom-kolom: 1) keterampilan, 2) subketerampilan, dan 3) indikator

d. Mengembangkan butir soal berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat


Setelah menyusun kisi-kisi instrumen, langkah selanjutnya adalah
mengembangkan butir-butir soal tentang keterampilan/subketerampilan dari kisi-kisi
yang telah dibuat sebelumnya. Sama halnya dengan penyusunan kisi-kisi,
pengembangan butir soal dapat dibuat dalam bentuk daftar atau tabel. Butir-butir soal
dikembangkan berdasarkan indikator-indikator yang telah dijabarkan dari
subkomponen/subketerampilan yang telah dipahami baik pengertiannya maupun ruang
lingkupnya.

2. Pengembangan Instrumen Asesmen.


Kegiatan dalam mengembangkan instrumen asesmen ada beberapa prosedur atau
strategi yang dapat dipilih, yaitu asesmen formal dan asesmen informal. Asesmen formal
dilakukan dengan menggunakan tes baku yang dilengkapi dengan petunjuk pelaksanaan
tes, kunci jawaban, cara menafsirkan hasilnya, dan alternatif penanganan anak yang
bersangkutan. Penyusunan asesmen formal memerlukan keahlian tinggi, waktu yang
lama, dan biaya yang besar, karena harus didasarkan atas validitas tertentu, memerlukan
perhitungan reliabilitas , dan tiap butir soal perlu dikalibrasi untuk mengetahui daya
pembeda dan derajat kesulitannya. Karena penyusunan instrumen asesmen formal tidak
mudah, maka tidak mudah pula untuk menemukan instrumen asesmen formal tersebut.
Oleh karena itu para ahli di bidang pendidikan bagi ABK umumnya mempercayai bahwa
asesmen informal merupakan cara yang terbaik untuk memperoleh informasi tentang
penguasaan anak Berbagai observasi tentang perilaku anak sehari-hari dalam
menyelesaikan tugasnya atau hasil tes bidang tertentu yang dibuat oleh guru berdasarkan

  34  
 
kurikulum dapat menyajikan informasi yang sangat berharga sebagai landasan pelayanan
pengajaran bagi ABK. Yusuf, M (2005) mengemukakan beberapa jenis asesmen informal
yang dapat digunakan guru, seperti: observasi, analisis sampel kerja, inventori informal,
daftar cek, skala penilaian, wawancara, dan kuesioner.

Observasi, adalah suatu strategi pengukuran dengan cara melakukan pengamatan


langsung terhadap perilaku siswa, misalnya keterampilan sosial, keterampilan akademik,
dan kebiasaan belajar. Adapun teknik yang dapat digunakan berupa: event recording
(catatan berdasarkan frekuensi kejadian), duration recording (mencatat perilaku
berdasarkan lamanya kejadian), interval time sample recording (mencatat hasil amatan
berdasarkan interval waktu kejadian). Agar pelaksanaan observasi ini efisien dan akurat,
perlu diperhatikan hal-hal berikut: 1) tentukan perilaku yang akan diamati, 2) perilaku harus
dapat diamati dan diukur, 3) tentukan waktu dan tempat, 4) sediakan form catatan, dan 5)
cara pengukuran

Analisis sampel kerja, merupakan jenis pengukuran informal dengan


menggunakan sample pekerjaan siswa, misalnya hasil tes, karangan, karya seni, respon
lisan. Ada beberapa tipe analisis sample kerja, yaitu: analisis kesalahan dari suatu tugas
dan analisis respon, baik respon yang benar maupun yang salah

Analisa Tugas, lebih banyak digunakan untuk pengukuran maupun perencanakan


pengajaran. Analisa tugas merupakan proses pemisahan, pengurutan, dan penguraian
sebuah komponen penting dari semua tugas. Analisa tugas umumnya digunakan dalam
bidang menolong diri sendiri. Misalnya tugas menyetrika baju/dari tahapan-tahapan yang
dilakukan anak

Infentori Informal, biasanya digunakan untuk melihat prestasi siswa dalam bidang
akademik. Meskipun demikian dapat pula digunakan untuk mengukur aspek-aspek non
akademik, seperti kebiasaan dan perilaku social. Inventory informal memberikan jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya lebih umum, seperti sejauh mana
kemampuan membaca siswa? Dari pertanyaan umum ini dijabarkan ke dalam beberapa
bagian yang dapat diuji, seperti dalam pengenalan atau pemahaman bacaan.

Daftar Cek, biasanya digunakan untuk meneliti perilaku siswa di dalam kelas, atau
patokan-patokan perkembangan. Daftar cek dapat juga untuk mengetahui apa yang sudah
dicapai pada masa lalu, kinerja siswa di luar sekolah, kurikulum yang sudah dicapai dan

  35  
 
sebagainya.

Skala penilaian, memungkinkan diperolehnya informasi tentang opini dan


penilaian, bukan laporan perilaku yang dapat diamati. Misalnya sikap terhadap suatu
obyek, persepsi anak mengenai pengasuhan orang tua, konsep diri anak dan sebagainya.

Kuisioner, biasanya berupa instrumen tertulis, sedangkan wawancara dilakukan


secara lisan. Keduanya dapat disusun secara sistematis atau secara terbuka. Wawancara
dan kuisioner merupakan salah satu teknik asesmen yang cukup tepat untuk menghimpun
informasi seseorang termasuk informasi masa lalu, seperti pengalaman masa kecil,
kebiasaan di rumah, sejarah perkembangan anak dan sebagainya.

Berdasarkan beberapa strategi/teknik dalam melakukan asesmen seperti tersebut


di atas, dapat disusun suatu skala pengukuran terhadap aspek tertentu. Selanjutnya Yusuf
M.(2005) mengemukakan bahwa ada beberapa kriteria yang dapat digunakan sebagai
acuan dalam pengembangan skala pengukuran:

1. Aspek apa yang akan diukur


2. Rumuskan definisi konsep dan operasional
3. Sebutkan indiktor dari aspek yang diukur
4. Susun daftar pertanyaan
5. Pilih tehnik/strategi yang akan digunakan.

D. LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan Anda


mengerjakan latihan berikut ini.

1. Sebutkan dan jelaskan langkah-langkah penyusunan instrumen asesmen !


2. Buatlah contoh instrumen asesmen untuk salah satu aspek akademik !

E. RANGKUMAN

1. Membuat instrumen merupakan pekerjaan rutin guru dalam keseluruhan rangkaian


proses pembelajaran yang dilakukan setiap guru.
2. Langkah-langkah penyusunan insnstrumen asesmen adalah :
a. Memahami aspek dan ruang lingkup yang akan diasesmen

  36  
 
b. Menetapkan ruang lingkup asesmen
c. Menyusun kisi-kisi instrumen asesmen
d. Menyusun instrumen asesmen berdasarkan kisi-kisi.

F. TES FORMATIF

Petunjuk: Pilihlah option berikut yang Anda anggap paling benar!

1. Berikut ini adalah prosedur asesmen informal, kecuali …


a. Analisis sampel kerja
b. Observasi
c. Wawancara
d. Tes baku
2. Para guru/asesor khususnya di Indonesia jarang menggunakan instrumen asesmen
formal, karena instrumen tersebut …
a. Instrumen asesmen formal sulit digunakan
b. Instrumen asesmen formal sulit diperoleh
c. Instrumen asesmen formal tidak ada di Indonesia
d. Instrumen asesmen formal tidak dapat dibuat oleh guru
3. Strategi pengukuran dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap perilaku
siswa, adalah strategi pengukuran melalui ….
a. Observasi
b. Analisis sampel kerja
c. Inventori informal
d. Daftar cek
4. Untuk memperoleh informasi tentang masa lalu anak atau sejarah perkembangan
anak, instrumen asesmen yang tepat digunakan adalah ...
a. Kuesioner
b. Observasi
c. Wawancara
d. Angket
5. Untuk mengukur karangan siswa atau karya seni, akan lebih tepat jika menggunakan
instrumen …
a. Analisis sample kerja

  37  
 
b. Kuesioner
c. Angket
d. Wawancara
6. Interview adalah jenis instrumen yang biasa digunakan melalui…
a. Lisan
b. Tertulis
c. Perbuatan
d. Praktek
7. Teknik observasi berupa catatan berdasarkan frekuensi kejadian, merupakan teknik
jenis
a. event recording
b. duration recording
c. interval time sample recording
d. interval recording
8. Berikut kriteria yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan skala
pengukuran, kecuali ...
a. Merumuskan definisi konsep
b. Merumuskan definisi operasional
c. Menjabarkan indiktor dari aspek yang diukur
d. Menyusun kunci jawaban
9. Teknik observasi berupa catatan perilaku berdasarkan lamanya kejadian, merupakan
teknik observasi jenis …
a. event recording
b. duration recording
c. interval time sample recording
d. interval recording
10. Teknik observasi berupa catatan hasil amatan berdasarkan interval waktu kejadian,
adalah teknik observasi jenis …
a. event recording
b. duration recording
c. interval time sample recording
d. interval recording

  38  
 
Kunci Jawaban:

1. d 6. a
2. b 7. a
3. a 8. d
4. c 9. b
5. a 10. C

G. BALIKAN DAN TINDAK LANJUT

Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif yang terdapat di
bagian akhir bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian
gunakan rumus tingkat penguasaan, yaitu jumlah jawaban Anda yang benar dibagi 10
kemudian dikalikan dengan 100%. Dengan demikian Anda akan memperoleh presentase
tingkat penguasaan Anda. terhadap materi Kegiatan Belajar Adapun arti tingkat
penguasaan yang Anda capai adalah sebagai berikut:

90% - 100% = baik sekali

80% - 89% = baik

70% - 79% = cukup

<70% = kurang

Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih Anda dapat mengikuti
ujian akhir semester (UAS)., tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%,
Anda harus mengulang kegiatan belajar ini terutama bagian yang belum anda kuasai

  39  
 
E. PROSEDUR PELAKSANAAN ASESMEN

BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Melalui kegiatan pembelajaran ini pembaca diperkenalkan dengan prosedur


pelaksanaan asesmen bagi anak berkebutuhan khusus (ABK). Pembahasan difokuskan pada
kapan, dimana, dan bagaimana asesmen dilakukan.

A. TUJUAN

Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini diharapkan pembaca dapat


melaksanakan asesmen bagi anak berkebutuhan khusus. Secara khusus pembahasan ini
bertujuan agar :

1. Pembaca dapat menjelaskan metode dan teknik asesmen.


2. Pembaca dapat menjelaskan prosedur pelaksanaan asesmen.

B. POKOK BAHASAN

1. Metode dan teknik asesmen


2. Prosedur pelaksanaan asesmen.

C. INTISARI BACAAN

1. Metode dan Teknik Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus


Seperti telah diuraikan di atas bahwa metode atau cara yang dapat digunakan dalam
melaksanakan asesmen antara lain:

a. Observasi, pengamatan yang dilakukan terhadap cara belajar siswa, tingkah laku yang
muncul pada saat siswa belajar, dan sebagainya
b. Tes atau evaluasi hasil belajar, diperoleh dengan cara memberikan tes pada setiap
bidang pengajaran.
c. Wawancara, dilakukan terhadap orang tua, atau keluarga, dan siswa.
Sedangkan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diharapkan melalui
metode di atas adalah:

  40  
 
a. Ceklis, yaitu memberikan tanda pada bagian-bagian yang telah ditentukan pada
pedoman sesuai dengan kemampuan anak.
b. Skala nilai, yaitu bentuk penilaian yang mengarah pada kemampuan atau prestasi
belajar siswa.
Adapun bentuk laporan hasil pelaksanaan asesmen dapat berupa:

a. grafik, yaitu untuk menggambarkan posisi setiap siswa dalam tiap-tiap bidang
pengajaran
b. Data kualitatif, yaitu deskripsi singkat tentang kemampuan siswa dalam belajar untuk
setiap bidang studi
c. Data kuantitatif, yaitu data berupa angka. Supaya tidak menyesatkan, data kuantitatif
ini hendaknya selalu diiringi dengan data kualitatif.
Ada beberapa persyaratan dalam menentukan metode asesmen, yaitu :

a. Autentik, perilaku nyata dalam setting nyata


b. Konvergen, sumber informasi yang beragam
c. Kolaborasi, dilakukan bersama, terutama sekali dengan pengasuh
d. Equity, mampu mengakomodasi kebutuhan khusus anak
e. Sensivitas, dapat memasukan materi yang cukup untuk perencanaan keputusan
f. Kongruen, ada kesamaan prosedur yang diterapkan, baik dalam pengembangan
maupun evaluasinya.
Terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan di dalam melakukan asesmen
sebagaimana Mary, A.Falvey, (1986) mengemukakan tentang kapan, dimana, dan
bagaimana asesmen itu dilakukan.Untuk menentukan program pembelajaran yang
relevan dan fungsional bagi anak, asesmen seyogyanya dilakukan secara terus
menerus (kontinyu). Dengan cara ini asesmen dapat memfasilitasi belajar anak dan
keterampilan yang diperoleh dari hasil belajar akan menjadi fungsional

Melihat bagaimana perilaku anak, asesmen hendaknya dilakukan dalam


situasi alamiah (seperti di rumah, di dalam kelas, di kantin, di asrama, dsb. di mana
anak tinggal). Proses asesmen pada situasi alamiah ini penting untuk melihat perilaku
nyata anak dalam berbagai ragam situasi/lingkungan.

Metode dan teknik harus menjadi pertimbangan di dalam melakukan


asesmen. Beberapa teknik dapat digunakan dalam melakukan asesmen, di
antaranya: observasi, wawancara, tes, dan inventori. Namun demikian, observasi dan

  41  
 
wawancara yang mendalam banyak membantu menggali kemampuan, masalah, dan
kebutuhan anak. Observasi sangat berguna untuk melihat kemampuan dan
keterampilan anak dalam situasi/lingkungan yang alamiah. Perilaku itu muncul tanpa
ada intervensi dan manipulasi dari guru. Melalui lembar observasi guru hanya
menandai atau menceklis setiap perilaku yang muncul (mis.: tidak pernah, kadang-
kadang, sering, atau sering sekali), sehingga akan tampak perilaku yang menjadi
masalah pada anak tersebut. Data yang dikumpulkan dari kegiatan observasi
mungkin berkaitan erat dengan manusia, material, atau benda, dan berbagai situasi
yang berhubungan dengan anak. Berdasarkan hasil observasi, guru dapat
mengembangkan program pengembangngan perilaku yang bersifat negatif ke arah
perilaku yang bersifat positif.

2. Prosedur Pelaksanaan Asesmen :


Sebagaimana telah dijelaskan mengenai ruang lingkup materi keterampilan yang
akan diases, asesmen juga pada akhirnya akan menentukan apa yang akan diajarkan
kepada siswa secara individu. Dan bagaimana cara guru mengajar siswa sehingga
memperoleh kemajuan yang optimal. Pada hakikatnya guru mempunyai tugas untuk
membantu individu agar dapat belajar secara baik dan memperoleh hasil yang optimal
(sesuai dengan kemampuannya). Oleh karena itu, dalam merencanakan program
pengajaran, guru hendaknya memperhatikan perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh
siswa baik yang bersifat inter individual maupun yang bersifat intra individual. Hal ini
sangat penting bagi ABK yang perbedaan individualnya sangat nampak. Perbedaan-
perbedaan itu dapat diketahui melalui kegiatan asesmen.Untuk menentukan apa yang
harus diajarkan kepada siswa secara individu, ada beberapa langkah/urutan yang
harus diperhatikan. Mercer & Mercer (1989:38) menyarankan sebagai berikut: 1)
Determine scope and sequence of skills to be taught, 2) decide what behavior to
asses, 3) select an evaluation activity, 4) administer the evaluation device, 5) record
the student’s performance, 6) determine the specific short- and long range
instructional objectives.
Pernyataan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut, Pertama, menentukan skop
atau bidang dan urutan keterampilan yang akan diajarkan. Untuk dapat melaksanakan
hal ini dengan efektif, maka guru harus memahami tingkatan kemampuan siswa dalam
bidang-bidang pengajaran tertentu. Hal ini perlu dilakukan mengingat kemampuan
antara siswa yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Guru umumnya dapat

  42  
 
mengetahui dengan jelas keterampilan-keterampilan yang telah dikuasai oleh siswa
dan keterampilan yang perlu dikuasainya. Melalui analisis tugas biasanya guru dapat
mengidentifikasi keterampilan siswa sampai kepada bagian-bagian yang terkecil.
Kedua, Memilih tingkah laku yang akan dinilai. Penilaian tingkah laku dimulai dari
tingkat yang paling global sampai pada tingkat yang paling spesifik. Tingkah laku
global yaitu penggradasian materi kurikulum yang melibatkan tingkah laku siswa dalam
rentang keterampilan yang luas. Misalnya dalam bidang membaca meliputi:
keterampilan mengenal huruf dan kata, pemahaman kata, dan mungkin pemahaman
wacana. Sedangkan tingkah laku yang spesifik mengacu pada penentuan secara
langsung tujuan pengajaran, misalnya: siswa perlu belajar bunyi vokal pendek.
Ketiga, memilih kegiatan evaluasi. Dalam hal ini guru perlu mempertimbangkan
apakah kegiatan itu untuk menilai rentang keteampilan umum atau untuk menilai
keterampilan khusus. Apabila penilaian tentang rentang keterampilan dibutuhkan maka
hal itu umumnya dilakukan tidak secara kontinyu. Misalnya dua kali dalam setahun.
Akan tetapi penilaian keterampilan khusus sebaiknya bersifat kontinyu yang hasilnya
dapat digunakan untuk merencanakan berikutnya.
Keempat, pengadministrasian alat evaluasi. Pengadministrasian alat evaluasi
biasanya diperlukan untuk penilaian awal. Kegiatan ini meliputi identifikasi bidang
masalah, pencatatan pola kesalahan, penilaian keterampilan tertentu. Setelah
penilaian awal dilaksanakan dan tujuan-tujuan pengajaran ditentukan, maka
selanjutnya guru juga perlu menentukan prosedur untuk memonitoring kemajuan.
Kelima, pencatatan penampilan siswa. Ada dua jenis penampilan siswa yang
harus dicatat oleh guru, yaitu penampilan pekerjaan pada sehari-hari yang biasanya
dicatat dengan aktivitas buatan guru; dan penguasaan keterampilan secara
keseluruhan yang biasanya dicatat dalam bagan-bagan atau format kemajuan setiap
individu yang telah disediakan untuk keperluan tersebut.
Keenam, penentuan tujuan pengajaran khusus jangka pendek dan jangka
panjang. Tujuan yang baik adalah tujuan yang dapat mengamati tingkah laku yang
terjadi dan menggambarkan kriteria penilaian yang berhasil. Contoh: tujuan jangka
pendek memberi materi berupa huruf-huruf konsonan seperti: b, c, d, e, f, g dan
seterusnya. Tujuan jangka panjang memberikan materi berupa rangkaiana huruf vokal
dan konsonan, siswa dapat menyebutkan 90% fonem yang benar. Dalam hal ini yang
penting adalah bahwa tujuan jangka pendek hendaknya langsung memberi kontribusi
terhadap pencapaian tujuan jangka panjang.

  43  
 
D. LATIHAN

Guna memperdalam pemahaman anda mengenai materi di atas, silakan Anda


mengerjakan latihan berikut ini.

1. Kapan asesmen dilakukan ?


2. Dimana asesmen dilakukan?
3. Bagaimana asesmen dilakukan ?

E. RANGKUMAN

Metode atau cara yang dapat digunakan dalam melaksanakan asesmen antara lain:
Observasi, pengamatan yang dilakukan terhadap cara belajar siswa, tingkah laku yang
muncul pada saat siswa belajar, dan sebagainya; tes atau evaluasi hasil belajar, diperoleh
dengan cara memberikan tes pada setiap bidang pengajaran; dan wawancara, dilakukan
terhadap orang tua, atau keluarga, dan siswa.

Terdapat beberapa langkah/prosedur pelaksanaan asesmen, yaitu menentukan


bidang skop dan urutan keterampilan yang akan diajarkan, memilih tingkah laku yang akan
dinilai, memilih kegiatan evaluasi, pengadministrasian alat evaluasi, pencatatan
penampilan siswa, dan penentuan tujuan pengajaran jangka panjang dan jangka pendek.

F. TES FORMATIF

Petunjuk: Pilihlah option berikut yang dianggap paling benar!

1. Berdasarkan hasil asesmen, guru menentukan apa yang harus diajarkan kepada siswa
secara individu. Langkah pertama yang dilakukan adalah ...
a. Determine scope and sequence of skills to be taught
b. Decide what behavior to asses
c. Select an evaluation activity
d. Administer the evaluation device
2. Dalam prosedur pelaksanaan asesmen, penilaian tingkah laku dimulai dari tingkat yang
paling global sampai pada tingkat yang paling spesifik. Tingkah laku global, adalah ...
a. Penggradasian materi kurikulum yang melibatkan tingkah laku siswa dalam
rentang keterampilan yang luas
b. Mengacu pada penentuan tujuan pengajaran jangka pendek

  44  
 
c. Mengacu pada penentuan tujuan pengajaran jangka panjang
d. Pengadministrasian alat evaluasi
3. Pengadministrasian alat evaluasi dalam prosedur pelaksanaan asesmen biasanya
diperlukan untuk penilaian awal. Kegiatan ini meliputi berikut ini, kecuali ...
a. Identifikasi bidang masalah
b. Pencatatan pola kesalahan
c. Penilaian keterampilan tertentu
d. Memonitoring kemajuan siswa
4. Determine scope and sequence of skills to be taught, dalam urutan/langkah-langkah
menentukan apa yang akan diajarkan kepada siswa, artinya adalah ...
a. Memilih tingkah laku yang akan dinilai
b. Memilih kegiatan evaluasi
c. Menentukan tujuan pembelajatan
d. Menentukan bidang dan urutan keterampilan yang akan diajarkan
5. Dalam urutan/langkah-langkah menentukan apa yang akan diajarkan kepada siswa,
langkah memilih tingkah laku yang akan dinilai, merupakan urutan ...
a. Determine scope and sequence of skills to be taught
b. Decide what behavior to asses
c. Select an evaluation activity
d. Administer the evaluation device
6. Pernyataan tujuan pembelajaran jangka panjang yang tepat adalah …
a. Siswa dapat menyebutkan 90% fonem yang benar
b. Siswa dapat membaca lima kata dengan ketetapan 100%
c. Siswa dapat menyusun lima uang logam berdasarkan urutan nilai terkecil ke
nilai yang paling besar
d. Siswa dapat menggerakkan sikat gigi ke arah kiri dan kanan tepat pada
permukaan gigi

7. Record the student’s performance, dalam prosedur pelaksanaan asesmen, artinya


guru/asesor melakukan kegiatan ...

a. Memilih tingkah laku yang akan dinilai


b. Memilih kegiatan evaluasi
c. Mencatat penampilan siswa
d. Menentukan bidang dan urutan keterampilan yang akan diajarkan

  45  
 
8. Determine the specific short instructional objectives dalam prosedur pelaksanaan
asesmen, artinya guru/asesor melakukan kegiatan ...
a. Memilih tingkah laku yang akan dinilai
b. Memilih kegiatan evaluasi
c. Menentukan tujuan pembelajatan jangka pendek
d. Menentukan tujuan pembelajaran jangka panjang
9. Seorang guru melakukan observasi melalui daftar cek. Dalam prosedur pelaksanaan
asesmen, guru tersebut sedang melakukan kegiatan …
a. Determine scope and sequence of skills to be taught
b. Record the student’s performance
c. Select an evaluation activity
d. Administer the evaluation device
10. Penentuan tujuan pembelajaran dilakukan guru setelah kegiatan …
a. Decide what behavior to asse
b. Select an evaluation activity
c. Administer the evaluation device
d. Record the student’s performance

Kunci Jawaban:

1. a 6. a
2. a 7. c
3. d 8. c
4. d 9. b
5. b 10. d

G. BALIKAN DAN TINDAK LANJUT

Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif yang terdapat di
bagian akhir bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian
gunakan rumus tingkat penguasaan, yaitu jumlah jawaban Anda yang benar dibagi 10
kemudian dikalikan dengan 100%. Dengan demikian Anda akan memperoleh presentase
tingkat penguasaan Anda. terhadap materi Kegiatan Belajar Adapun arti tingkat
penguasaan yang Anda capai adalah sebagai berikut:

  46  
 
90% - 100% = baik sekali

80% - 89% = baik

70% - 79% = cukup

<70% = kurang

Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih Anda dapat mengikuti
ujian akhir semester (UAS)., tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%,
Anda harus mengulang kegiatan belajar ini terutama bagian yang belum anda kuasai

  47  
 
F. ASESMEN PERKEMBANGAN

Pendahuluan

Dilihat dari aspek-aspek perkembangannya, setiap anak memiliki ragam yang berbeda-
beda antara satu dengan yang lain. Meskipun demikian secara umum para ahli sepakat
bahwa ada pola-pola perkembangan yang cenderung sama dan berlaku bagi sebagian besar
manusia. Jika ada aspek perkembangan anak yang berjalan di luar pola umum tersebut,
mereka dapat dikategorikan mengalami perbedaan atau kelainan perkembangan. Perbedaan
itu ada yang sifatnya lebih lamban atau lebih cepat dari kebanyakan anak-anak lain yang
sebaya.

Untuk kepentingan pendidikan bagi ABK, ada beberapa aspek perkembangan yang
perlu mendapatkan perhatian secara khusus terutama bagi para guru PLB. Ketidak pahaman
atas aspek-aspek perkembanganini,menyebabkan kesulitan dalam pelayanan pendidikan
yang tepat bagi mereka. Gangguan pada aspek-aspek perkembangan anak, akan berimplikasi
pada kelancaran perkembangan akademik anak, seperti keterampilan membaca, menulis,
maupun berhitung.

Menurut Harwell (1982) ada beberapa aspek perkembangan anak yang perlu diases
jika mereka dijumpai mengalami kesulitan belajar termasuk ABK, yaitu: gangguan motorik,
gangguan persepsi, gangguan atensi/perhatian, gangguan memori, hambatan dalam orientasi
ruang, arah/spatial, hambatan dalam perkembangan bahasa, hambatan dalam pembentukan
konsep, dan mengalami masalah dalam perilaku. Pendapat tersebut mengacu pada teori
psikologi pendidikan yang mengatakan bahwa ada tiga tingkatan dalam belajar, yaitu: (1)
tingkatan motorik (doing level), (2) tingkatan persepsi (matching level), dan (3) tingkatan
konseptual (categorization level).

Sejalan dengan Harwell, Abdurahman (2001) menjelaskan tentang pentingnya


pemahaman atas adanya anak dengan kesulitan belajar yang berhubungan dengan
perkembangan. Kesulitan belajar perkembangan ini mencakup gangguan motorik dan
persepsi, kesulitan bahasa dan komunikasi, dan kesulitan dalam penyesuaian sosial.

Mengacu kepada beberapa batasan dan pendapat para ahli tersebut, maka dapat
diberi batasan bahwa asesmen perkembangan adalah proses penghimpunan informasi secara

  48  
 
sistematis dan professional terhadap aspek-aspek perkembangan anak yang diduga secara
signifikan berpengaruh terhadap prestasi akademik. Aspek-aspek perkembangan tersebut
dapat berupa perkembangan kogninif/kecerdasan, motorik, persepsi, atensi, memori, spatial,
bahasa dan komunikasi, perilaku adaptif, dan lain-lain.

Informasi asesmen tersebut digunakan sebagai suatu alat pengambilan keputusan


berkaitan dengan program pembelajaran yang akan diberikan kepada anak yang
bersangkutan, sehingga dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Mary
A. Malfey (1986) mengemukakan bahwa asesmen perkembangan digunakan untuk melihat
urutan dan tahap perkembangan anak yang dapat membantu guru dalam memahami tingkat
dan kemampuan belajar anak.

Untuk mengetahui aspek-aspek apa saja yang diperlukan dalam asesmen


perkembangan bagi ABK, maka pada bahan belajar mandiri 2 ini akan dibahas mengenai
asesmen perkembangan kognitif dasar, perkembangan bahasa dan komunikasi, asesmen
perkembangan motorik, dan asesmen perkembangan persepsi.

Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi bahan belajar mandiri ini meliputi:

1. Asesmen Perkembangan Kognitif


2. Asesmen Perkembangan Bahasa dan Komunikasi
3. Asesmen Perkembangan Motorik
4. Asesmen Perkembangan Persepsi

Petunjuk Belajar

Agar anda dapat memahami isi bahan belajar mandiri ini dengan baik, perhatikanlah
petunjuk mempelajari bahan belajar mandiri ini sebagai berikut:

1. Bacalah keseluruhan materi dalam bahan belajar mandiri ini secara cepat dan tepat,
berusaha mengerti secara keseluruhan materi bahan belajar mandiri ini
2. Sesudah itu mulailah membaca setiap kegiatan belajar secara lebih teliti dengan berusaha
memahami, mencari dan menemukan setiap konsep yang diuraikan

  49  
 
3. Bila ada bagian yang tidak atau kurang Anda mengerti maka berilah tanda dan catat dalam
buku catatan Anda untuk dapat Anda tanyakan pada waktu ada tatap muka
4. Setelah Anda pelajari dengan hati-hati setiap bagian dari bahan belajar mandiri ini,
cobalah lakukan evaluasi sendiri hasil belajar Anda dengan cara membuat pertanyaan
sendiri dan berusaha menjawab sendiri
5. Buatlah kesimpulan dalam kata-kata Anda sendiri dari keseluruhan bahan yang And abaca
dalam bahan belajar mandiri ini
6. Akhimya kerjakanlah latihan dan tes formatifyang tersedia

Asesmen Perkembangan Kognitif

Melalui kegiatan pembelajaran 1 ini pembaca diperkenalkan dengan pembuatan kisi-


kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen asesmen keterampilan kognitif dasar .
Pembahasan difokuskan pada penetapan ruang lingkup keterampilan kognitif dasar,
menyusun kisi-kisi instrumen, mengembangkan butir-butir instrumen berdasarkan kisi-kisi
yang telah dibuat, serta bagaimana menganalisis hasil asesmen keterampilan kognitif dasar.

A. TUJUAN

Dengan mempelajari kegiatan pembelajaran 1 ini diharapkan pembaca mampu


membuat kisi-kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen asesmen keterampilan
kognitif dasar. Secara khusus pembahasan ini bertujuan agar pembaca mampu:

1. Menetapkan ruang lingkup asesmen keterampilan kognitif dasar


2. Menyusun kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan kognitif dasar
3. Mengembangkan butir-butir instrumen asesmen keterampilan kognitif dasar
berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat
4. Menganalisis hasil asesmen keterampilan kognitif dasar

B. POKOK BAHASAN

1. Penetapan ruang lingkup asesmen keterampilan kognitif dasar


2. Penyusunan kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan kognitif dasar
3. Pengembangan butir-butir instrumen asesmen keterampilan kognitif dasar
4. Menganalisis hasil asesmen keterampilan kognitif dasar

  50  
 
C. INTISARI BACAAN

1. Penetapan ruang lingkup asesmen keterampilan kognitif dasar


Paling tidak pada masa lalu untuk mengajarkan suatu konsep bidang akademik
seperti membaca, menulis, dan matematika, hampir tidak pernah dilakukan pengecekan
apakah siswa yang akan mempelajari konsep tersebut sudah siap atau belum. Padahal
mengajarkan sesuatu kepada siswa yang sudah siap, hasilnya akan lebih baik daripada
kepada mereka yang belum siap. Dalam hal-hal tertentu siswa yang terpaksa harus belajar
sesuatu, padahal ia sendiri belum siap untuk memahaminya, bisa merusak perkembangan
mental anak. Ibarat seorang bayi yang belum siap berjalan dipaksa untuk bisa berjalan.

Asesmen keterampilan kognitif dasar merupakan salah satu jenis asesmen yang
digunakan untuk menggali informasi tentang keterampilan kognitif dasar yang harus
dikuasai siswa sebelum siswa yang bersangkutan mempelajari bidang akademik secara
formal, misalnya membaca, menulis, dan matematika. Adapun tujuan asesmen
keterampilan kognitif dasar dalam bahasan ini adalah untuk untuk menghimpun data atau
informasi tentang aspek-aspek perkembangan keterampilan kognitif dasar yang meliputi
keterampilan mengklasifikasikan, keterampilan mengurutkan obyek satu persatu dan atau
menyusun obyek dari yang terkecil sampai yang terbesar atau sebaliknya, keterampilan
dalam korespondensi, dan keterampilan dalam konservasi. Dengan mengetahui
keterampilan kognitif dasar anak baik yang telah dikuasai maupun yang belum dikuasai
anak, dapat membantu guru dalam memahami perkembangan anak, khususnya dalam
keterampilan kognitif dasar.

Piaget (1965) dalam Mercer & Mercer (1989:188) mengemukakan bahwa seorang
siswa dikatakan siap untuk belajar akademik khususnya aritmetika, apabila ia telah
menguasai empat keterampilan kognitif dasar, yang meliputi: klasifikasi, ordering dan/atau
seriasi, korespondensi, dan konservasi. Berikut uraian dari masing-masing keterampilan
kognitif dasar.

Mengklasifikasikan, adalah suatu kemampuan mengelompokkan obyek


berdasarkan karakteristik yang dimiliki obyek tersebut, misalnya: warna, bentuk, atau
ukuran. Klasifikasi merupakan salah satu kegiatan intelektual dasar untuk memahami
lambing-lambang bilangan yang meliputi persamaan dan perbedaan. Klasifikasi dilakukan

  51  
 
dengan cara mengkategorikan obyek-obyek berdasarkan karakteristik yang dimilikinya.
Dengan demikian karakteristik obyek seperti warna, bentuk dan ukuran harus diketahui
siswa sebelum mereka mengelompokkannya. Seorang anak yang belum mampu
mengkategorikan obyek berdasarkan ciri-cirinya maka ia akan sulit untuk mempelajari
bilangan.

Mengurutkan (Ordering) adalah suatu kemampuan yang dikuasai anak dalam


menyusun dan menghitung setiap obyek hanya satu kali secara berurutan, sehingga
terdapat proses keteraturan. Kemampuan ordering mengantarkan siswa dalam menguasai
keterampilan membilang. Sedangkan menyeri (Seriation) merupakan kemampuan
mengurutkan susunan obyek-obyek berdasarkan karakteristik ukurannya, atau
merangkaikan obyek secara berturut-turut berdasarkan ukurannya, misalnya dari yang
terkecil sampai yang terbesar, dari yang terpendek sampai yang terpanjang atau
sebaliknya. Seriation merupakan kemampuan dasar untuk mampu membandingkan,
memahami lambang sama dengan, tidak sama dengan, lebih kecil, dan lebih besar.
Kemampuan seriation menghantarkan pada pemahaman sifat transitif urutan (jika a = b; b
= c; maka a = c; jika a < b; b < c; maka a < c)

Korespondensi; adalah kemampuan yang menunjuk pada adanya suatu konsep


bahwa jumlah atau nilai sesuatu obyek akan sama sekalipun memiliki karakteristik yang
berbeda. Artinya siswa memiliki persepsi bahwa suatu obyek akan memiliki nilai yang
sama sekalipun karakteristik obyek tersebut berbeda, misalnya: satu baju dan satu celana.
Kedua karakteristik obyek tersebut berbeda, namun kedua obyek memiliki nilai atau jumlah
yang sama. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menjodohkan atau memasang-
masangkan benda.

Konservasi bilangan, menunjuk pada adanya persepsi bahwa jumlah anggota


suatu kelompok obyek akan tetap sekalipun terjadi perubahan posisi atau tempat.

Keempat komponen keterampilan kognitif dasar di atas merupakan prasyarat


(prerequisite) untuk dapat belajar matematika khususnya bidang aritmetika. Untuk
mengetahui apakah siswa telah memiliki keempat komponen kognitif dasar tersebut atau
belum maka guru/asesor perlu melakukan tes yang meliputi keempat unsur keterampilan
kognitif dasar tersebut. Dalam hal ini guru/asesor memerlukan instrumen tes yang tepat
sehingga dapat memperoleh data yang akurat.

  52  
 
2. Penyusunan Kisi-kisi Instrumen Asesmen Keterampilan kognitif dasar

Untuk menentukan instrumen asesmen keterampilan kognitif dasar, guru/asesor


seyogyanya membuat kisi-kisi instrumen secara menyeluruh baik dalam salah satu
komponen tertentu maupun seluruh komponen dari kognitif dasar. Kisi-kisi ini bertujuan
untuk mempermudah dalam membuat soal atau tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh
siswa.

Setelah guru/asesor memahami secara komprehensif tentang keterampilan kognitif


dasar baik pengertiannya maupun ruang lingkupnya, maka dengan mudah guru/asesor
membuat tabel kisi-kisi yang berisi kolom-kolom: 1) keterampilan, 2)
subketerampilan, dan 3) indikator . Untuk lebih jelasnya, berikut contoh tabel kisi-kisi
instrumen keterampilan keterampilan kognitif dasar .

Contoh Tabel Kisi-kisi Instrumen

Keterampilan Keterampilan Kognitif Dasar

Keterampilan Sub keterampilan Indikator

Keterampilan 1. Klasifikasi • Mengelompokkan obyek berdasarkan warna


• Mengelompokkan obyek berdasarkan bentuk
kognitif dasar
• Mengelompokkan obyek berdasarkan ukuran
2. Ordering & • Mengurutkan obyek berdasarkan pola ukuran bentuk

Seriation • Mengurutkan obyek berdasarkan pola ukuran warna

• Menghitung setiap obyek satu kali secara berurutan

• Menyusun obyek berdasarkan ukuran panjang-pendek

• Menyusun obyek berdasarkan ukuran besar-kecil

3. Korespondensi • Memasangkan/menjodohkan dua kelompok obyek


dengan jumlah yang sama tetapi memiliki
karakteristik yang berbeda
• Memasangkan/menjodohkan tiga kelompok obyek
dengan jumlah yang sama tetapi memiliki karakteristik

  53  
 
yang berbeda
4. Konservasi • Menentukan jumlah anggota dalam kelompok obyek
tertentu
setelah terjadi perubahan posisi/tempat
• Menentukan panjang suatu obyek tertentu setelah
terjadi perubahan posisi/tempat
• Menentukan berat suatu obyek tertentu
setelah terjadi perubahan posisi/tempat

3. Pengembangan Butir-butir Instrumen Asesmen Keterampilan Kognitif dasar

Setelah menyusun kisi-kisi instrumen keterampilan kognitif dasar (seperti contoh di


atas), langkah selanjutnya adalah mengembangkan butir-butir instrumen keterampilan
kognitif dasar dari kisi-kisi yang telah dibuat sebelumnya. Sama halnya dengan
penyusunan kisi-kisi, pengembangan butir soal dapat dibuat dalam bentuk daftar atau
tabel. Butir-butir soal dikembangkan berdasarkan indikator-indikator yang telah dijabarkan
dari subkomponen keterampilan kognitif dasar yang telah dipahami baik pengertiannya
maupun ruang lingkupnya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan ilustrasi berikut ini.

Contoh Tabel Pengembangan Butir Instrumen Asesmen

Klasifikasi (Keterampilan kognitif dasar)

Indikator Butir-butir Instrumen Keterangan

Mengelompokkan obyek • Anak diminta untuk mengelompokkan obyek Dikata kan berhasil jika

berdasarkan warna berdasarkan warna yang sama masing-masing


• Anak diminta untuk mengelompokkan dua
tugas dapat diselesai kan
warna dari obyek yang ditunjukkan
• Anak diminta untuk mengelompokkan tiga dengan

warna dari obyek yang ditunjukkan tepat/ benar seba nyak 3X


• Anak diminta untuk mengelompokkan empat
berturut-turut
warna dari obyek yang ditunjukkan
Mengelompokkan obyek • Anak diminta untuk mengelompokkan obyek
berdasarkan bentuk yang sama

  54  
 
berdasarkan bentuk • Anak diminta untuk mengelompokkan
bentuk lingkaran dari obyek yang ditunjukkan
• Anak diminta untuk mengelompokkan
bentuk segi empat dari obyek yang ditunjukkan
• Anak diminta untuk mengelompokkan bentuk
segi tiga dari obyek yang ditunjukkan
• Anak diminta untuk mengelompokkan bentuk
segi panjang dari obyek yang ditunjukkan

Mengelompokkan obyek • Anak diminta untuk mengelompokkan obyek


berdasarkan Ukuran yang berukuran kecil dari obyek yang
ditunjukkan
• Anak diminta untuk mengelompokkan obyek
berukuran sedang dari obyek yang ditunjukkan
• Anak diminta untuk mengelompokkan obyek
berukuran besar dari obyek yang ditunjukkan

Berdasarkan butir-butir soal yang telah dikembangkan, guru/asesor selanjutnya


membuat lembar kerja siswa (LKS). LKS ini berisi soal atau tugas-tugas yang harus
dikerjakan oleh siswa yang akan diases. Dalam hal ini guru/asesor dituntut untuk terampil
membuat pertanyaan-pertanyaan atau tugas-tugas yang relevan dengan informasi-
informasi yang akan digali dari siswa yang bersangkutan. Ada beberapa aspek yang perlu
diperhatikan dalam membuat butir-butir soal ataupun LKS, diantaranya adalah pertanyaan
atau tugas hendaknya diberikan dalam kalimat yang sederhana, jelas, tidak berbelit-belit
sehingga tidak membingungkan siswa yang sedang diases. Faktor kejelasan ini sangat
penting dan sangat mempengaruhi cara kerja siswa, dan dari kerja siswa itulah
guru/asesor akan memperoleh informasi yang diharapkan. Jika terjadi ketidakjelasan
dalam tugas, maka siswa tidak akan bekerja sesuai dengan yang diharapkan. Ini berarti
informasi yang digalipun tidak relevan, yang pada gilirannya kekuatan dan kelemahan,
serta kebutuhan siswapun tidak dapat diketahui. Untuk lebih jelasnya, perhatikan ilustrasi
berikut ini.

  55  
 
Contoh Lembar Kerja Siswa (LKS) Keterampilan kognitif dasar

Identitas Siswa

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Kelas :

Sekolah :

Alamat Rumah :

Hasil
Butir Instrumen Keterangan
1 2 3

• Anak diminta untuk mengelompokkan obyek


berdasarkan bentuk yang sama
• Anak diminta untuk mengelompokkan
bentuk lingkaran dari obyek yang ditunjukkan
• Anak diminta untuk mengelompokkan
bentuk segi empat dari obyek yang ditunjukkan
• Anak diminta untuk mengelompokkan bentuk
segi tiga dari obyek yang ditunjukkan
• Anak diminta untuk mengelompokkan bentuk
segi panjang dari obyek yang ditunjukkan

• Anak diminta untuk mengelompokkan obyek


yang berukuran kecil dari obyek yang
ditunjukkan
• Anak diminta untuk mengelompokkan obyek
berukuran sedang dari obyek yang ditunjukkan
• Anak diminta untuk mengelompokkan obyek
berukuran besar dari obyek yang ditunjukkan

  56  
 
4. Pelaksanaan dan Analisis Hasil Asesmen Keterampilan Kognitif Dasar

Pada umumnya dalam pelaksanaan asesmen keterampilan kognitif dasar, para


guru/asesor menggunakan teknik

tes dan observasi. Kegiatan asesmen ini dilakukan dengan jalan mengamati setiap
tingkah laku anak sesuai dengan urutan yang tercantum dalam butir instrumen. Hal-hal
yang perlu dipersiapkan dalam melakukan asesmen keterampilan kognitif dasar, selain
mempersiapkan alat/instrumen asesmen yang telah dibuat, guru/asesor mempersiapkan
alat-alat peraga sesuai dengan apa yang dikehendaki dalam butir-butir instrumen asesmen
yang akan digunakan. Semua jawaban dan perilaku siswa selama proses asesmen
dicatat, untuk memperoleh hasil yang akurat. Seorang anak dikatakan memiliki
kemampuan tertentu jika masing-masing tugas dapat diselesaikan dengan tepat/ benar
sebanyak tiga kali berturut-turut. Teknik pencatatan dapat dilakukan melalui ceklis dan
untuk mencatat perilaku anak yang dianggap berkaitan dengan materi asesmen dapat
dilakukan melalui catatan yang bersifat deskriptif.

Setelah melakukan asesmen, proses selanjutnya adalah menganalisis hasil


jawaban siswa. Menganalisis hasil asesmen keterampilan kognitif dasar artinya membuat
deskripsi dari hasil jawaban siswa tentang keterampilan kognitif dasar, kemudian
menginterpretasikannya, sehingga guru/asesor dapat membuat kesimpulan. Kesimpulan
yang diperoleh berwujud suatu penemuan kemampuan keterampilan kognitif dasar yang
telah dimiliki siswa, kelemahan atau kesulitan yang dialami siswa dalam kemampuan
keterampilan kognitif dasar. Berdasarkan kekuatan dan kelemahan atau kesulitan siswa
tentang keterampilan kognitif dasar tersebut, maka asesor dapat menemukan kebutuhan
belajar siswa. Apakah siswa tersebut sudah siap untuk mengikuti pelajaran akademik atau
masih memerlukan program latihan keterampilan kognitif dasar. Berdasarkan kesimpulan
yang dibuat, guru/asesor membuat rekomendasi. Rekomendasi dibuat dalam rangka
penyusunan program pembelajaran bagi siswa yang bersangkutan. Oleh karena itu,
rekomendasi ditujukan kepada guru kelas atau guru bidang studi dan kepada orang tua
sebagai anggota tim Program Pembelajaran Individual (PPI) untuk menentukan tujuan
pembelajaran keterampilan kognitif dasar atau bidang akademik bagi siswa yang
bersangkutan.

D. LATIHAN

  57  
 
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan Anda
mengerjakan latihan berikut ini.

Berdasarkan Kisi-kisi instrumen assesmen keterampilan kognitif dasar yang


dicontohkan:

• Pilih salah satu komponen Keterampilan kognitif dasar

• Buatlah butir-butir soal/instrumen dalam tabel

• Tetapkan kriteria keberhasilan

• Buatlah LKS dari tiap butir soal

Petunjuk Jawaban Latihan

Sebelum Anda membuat kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan kognitif dasar,


sebaiknya Anda pahami terlebih dahulu materi keterampilan kognitif dasar dan ruang
lingkupnya. Berdasarkan pemahaman Anda itulah Anda dapat membuat subkomponen
serta indikator-indikator komponen keterampilan kognitif dasar.

E. RANGKUMAN

Asesmen keterampilan kognitif dasar merupakan salah satu jenis asesmen yang
digunakan untuk menggali informasi tentang keterampilan kognitif dasar yang harus
dikuasai siswa sebelum siswa yang bersangkutan mempelajari matematika yang
sesungguhnya. Terdapat beberapa prasyarat di mana seorang siswa dikatakan sudah siap
untuk belajar aritmetika, apabila ia sudah menguasai empat keterampilan dasar, yaitu:
keterampilan klasifikasi, urutan, pasangan, dan konservasi. Untuk mengetahui apakah
siswa sudah memiliki keterampilan prasyarat atau belum, maka guru perlu melakukan tes.
Hasil tes yang diperoleh dapat dijadikan sebagai landasan dalam rangka melakukan
proses pembelajaran selanjutnya. Bagi siswa yang memiliki semua keterampilan yang
disyaratkan dapat diberikan pelajaran aritmetika secara formal. Sementara bagi mereka
yang belum memiliki keempat keterampilan yang disyaratkan, tentunya mereka masih
memerlukan latihan-latihan yang disebut dengan readiness programm (program kesiapan).
Program tersebut hendaknya benar-benar ditanamkan kepada siswa, karena merupakan
landasan bagi pelajaran aritmetika selanjutnya.

  58  
 
F. TES FORMATIF

Petunjuk: Pilihlah salah satu option yang dianggap paling benar!

1. Keterampilan kognitif dasar bagi seorang anak merupakan kemampuan di bawah ini,
kecuali:

a. Prerequisite dalam pembelajaran akademik


b. Prasyarat dalam pembelajaran akademik
c. Kemampuan yang harus dikuasai anak sebelum mempelajari bidang akademik
d. Kemampuan anak dalam mengelompokkan sesuatu obyek

2. Seorang anak mampu menunjukkan setiap obyek hanya satu kali secara berurutan
dan beraturan dari obyek yang ditunjukkan. Auak tersebut telah memiliki keterampilan

a. Klasifikasi
b. Ordering
c. Seriasi
d. Korespodensi

3. Seorang anak mampu menyusun obyek secara berurutan dari tang terkecil sampai
yang terbesar atau sebaliknya dari obyek yang ditunjukkan, anak tersebut telah
memiliki kemampuan

a. Klasifikasi
b. Ordering
c. Seriasi
d. Konservasi

4. Salah satu kegiatan intelektual dasar untuk memahami persamaan dan perbedaan
adalah keterampilan:

a. Klasifikasi
b. Seriasi
c. Korespodensi

  59  
 
d. Konservasi

5. Kemampuan menjodohkan topi dan kepala merupakan salah satu kegiatan


keterampilan kognitif dasar jenis

a. Klasifikasi
b. Seriasi
c. Korespondensi
d. Konservasi

6. Seorang anak memiliki kemampuan tentang adanya persepsi bahwa jumlah anggota
suatu kelompok obyek akan tetap sekalipun terjadi perubahan posisi atau tempat
merupakan keterampilan kognitif dasar jenis

a. Klasifikasi
b. Seriasi
c. Korespondensi
d. Konservasi

7. Keterampilan seriasi sangat penting dalam pembelajaran matematika, karena


merupakan dasar untuk kemampuan di bawah ini, kecuali

a. Membandingkan
b. Mengkategorikan
c. Lebih besar dan lebih kecil
d. Sama dengan dan tidak sama dengan

8. Pada saat seorang guru/asesor membuat deskripsi dari hasil jawaban siswa
mengenai keterampilan kognitif dasar, kemudian menginterpretasikannya, maka
asesor tersebut sedang melakukan proses …

a. Membuat butir-butir soal instrumen keterampilan kognitif dasar


b. Membuat analisis hasil asesmen keterampilan kognitif dasar
c. Membuat kesimpulan asesmen matematika

  60  
 
d. Membuat rekomendasi hasil asesmen matematika

9. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil asesmen keterampilan kognitif dasar


dimanifestasikan dalam bentuk

a. Penguasaan siswa tentang keterampilan kognitif dasar


b. Kelemahan siswa tentang keterampilan kognitif dasar
c. Kesulitan siswa tentang keterampilan kognitif dasar
d. Kekuatan, kelemahan, dan kebutuhan siswa tentang keterampilan kognitif dasar

10. Rekomendasi tentang hasil asesmen keterampilan kognitif dasar sebaiknya


ditujukan kepada orang tua siswa, karena Orang tua merupakan

a. Anggota tim dewan sekolah


b. Anggota tim komitee sekolah
c. Anggota tim program pembelajaran individual
d. Anggota masyarakat sekolah
Kunci Jawaban:

1. d 6. d
2. b 7. b
3. c 8. b
4. a 9. d
5. c 10. c

G. BALIKAN DAN TINDAK LANJUT

Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif yang terdapat di
bagian akhir bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian
gunakan rumus tingkat penguasaan, yaitu jumlah jawaban Anda yang benar dibagi 10
kemudian dikalikan dengan 100%. Dengan demikian Anda akan memperoleh presentase
tingkat penguasaan Anda. terhadap materi Kegiatan Belajar Adapun arti tingkat
penguasaan yang Anda capai adalah sebagai berikut:

90% - 100% = baik sekali

  61  
 
80% - 89% = baik

70% - 79% = cukup

<70% = kurang

Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih Anda dapat mengikuti
ujian akhir semester (UAS)., tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%,
Anda harus mengulang kegiatan belajar ini terutama bagian yang belum anda kuasai

Asesmen Perkembangan Bahasa

Melalui kegiatan pembelajaran 2 ini pembaca diperkenalkan dengan pengetahuan


mengenai penyusunan kisi-kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen asesmen
perkembangan bahasa. Pembahasan difokuskan pada penetapan ruang lingkup
perkembangan bahasa, menyusun kisi-kisi instrumen perkembangan bahasa,
mengembangkan butir-butir instrumen berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat, serta
bagaimana menganalisis hasil asesmen perkembangan bahasa

A. TUJUAN

Dengan mempelajari kegiatan pembelajaran 2 ini diharapkan pembaca mampu


membuat kisi-kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen Asesmen perkembangan
bahasa. Secara khusus pembahasan ini bertujuan agar pembaca mampu:

1. Menetapkan ruang lingkup asesmen perkembangan bahasa


2. Menyusun kisi-kisi instrumen asesmen perkembangan bahasa
3. Mengembangkan butir-butir instrumen asesmen perkembangan bahasa berdasarkan
kisi-kisi yang telah dibuat
4. Melaksanakan dan menganalisis hasil asesmen perkembangan bahasa

B. POKOK BAHASAN

a. Penetapan ruang lingkup asesmen perkembangan bahasa


b. Penyusunan kisi-kisi instrumen asesmen perkembangan bahasa
c. Pengembangan butir-butir instrumen asesmen perkembangan bahasa berdasarkan
kisi-kisi yang telah dibuat
d. Melaksanakan dan menganalisis hasil asesmen perkembangan bahasa

  62  
 
C. INTISARI BACAAN

1. Penetapan ruang lingkup asesmen perkembangan bahasa

Yang dimaksud dengan asesmen perkembangan bahasa dalam bahasan ini adalah
proses penghimpunan informasi secara sistematis dan professional terhadap aspek-aspek
perkembangan bahasa anak yang diduga secara signifikan berpengaruh terhadap prestasi
akademik anak yang bersangkutan. Adapun tujuan asesmen perkembangan bahasa
dalam bahasan ini adalah untuk menghimpun data atau informasi tentang aspek-aspek
perkembangan bahasa yang meliputi kemampuan memahami makna kata, kemampuan
untuk mengekspresikan diri secara verbal, dan kemampuan dalam pelafalan (artikulasi),
sehingga dapat membantu guru dalam memahami tingkat dan kemampuan belajar
bahasa anak. Untuk itu, perlu dijelaskan ruang lingkup kemampuan berbahasa seseorang.

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia dalam mengadakan


hubungan dengan sesamanya. Moh. Amin (2005) mengemukakan bahwa kemampuan
berbahasa seseorang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kemampuan berbahasa
pasif (reseptif) dan kemampuan berbahasa aktif (ekspresif). Yang dimaksud kemampuan
berbahasa pasif ialah kemampuan memahami pikiran, perasaan, dan kehendak orang lain.
Sedangkan kemampuan berbahasa aktif adalah kemampuan untuk menyatakan pikiran,
perasaan, dan kehendak sendiri kepada orang lain. Dengan demikian, penguasaan yang
satu bersifat menerima dan penguasan yang lain bersifat menyampaikan. Berdasarkan
media yang digunakan maka kemampuan berbahasa dikelompokkan menjadi dua
kelompok, yaitu lisan dan tulisan. Sehingga jika digambarkan maka akan menjadi empat
kelompok, seperti yang dapat dilihat pada bagan berikut:

Media

Kemampuan Lisan Tulisan

Aktif Berbicara Menulis

  63  
 
Pasif Mendengarkan Membaca

Secara umum perkembangan bahasa digambarkan oleh Myklebust (Sutjihati,1995)


yang meliputi: tahap inner language, receptive language, dan expresive language.

Inner language adalah aspek bahasa yang pertama berkembang, Muncul kira-kira
pada usia 6 bulan. Karakteristik perilaku yang muncul pada tahap ini adalah pembentukan
konsep-konsep sederhana, seperti anak mendemonstrasikan pengetahuannya tentang
hubungan sederhana antara satu obyek dengan obyek yang lainnya. Tahap berikut dari
perkembangan inner language adalah anak dapat memahami hubungan-hubungan yang
lebih kompleks dan dapat bermain dengan mainan dalam situasi yang bermakna. Contoh
menyusun perangkat pada rumah-rumahan. Bentuk yang lebih kompleks dari
perkembangan inner language adalah mentransformasikan pengalaman ke dalam simbol
bahasa.

Receptive language. Setelah inner language berkembang, maka tahap berikutnya


adalah munculnya receptive language. Pada kira-kira usia 8 bulan, anak mulai mengerti
sedikit-sedikit tentang apa yang dikatakan orang lain kepadanya. Anak mulai merespon
apabila namanya dipanggil, dan mulai sedikit mengerti perintah, menjelang kira-kira 4
tahun anak lebih menguasai kemahiran mendengar, dan setelah itu proses penerimaan
(receptive process) memberi perluasan kepada sistem bahasa verbal. Terdapat hubungan
timbal balik antara inner language dengan receptive language. Perkembangan inner
language melewati fase pembentukan konsep-konsep sederhana menjadi tergantung
kepada pemahaman dan receptive language.

Expresive language. Aspek terakhir dari perkembangan bahasa adalah bahasa


expresive. Menurut Myklebust expresive language berkembang setelah pemantapana
pemahaman. Bahasa ekspresif anak muncul kira-kira satu tahun.

Perkembangan bahasa erat kaitannya dengan perkembangan kognisi. Keduanya


mempunyai hubungan timbal balik. Bagi mereka yang memiliki perkembangan kognisinya
terhambat, maka perkembangan bahasanya juga akan terhambat.

Secara potensial setiap anak termasuk ABK memiliki perasaan, pikiran, dan

  64  
 
kehendak yang dapat dikemukakan, akan tetapi pada ABK, misalnya pada anak
tunagrahita seringkali di saat ia mau menyatakan sesuatu mengalami kesulitan. Apabila
kita amati dalam pembicaraan-pembicaraan anak tunagrahita, selain kata-kata yang tidak
jelas, intonasinya yang datar, dan seringnya mereka mengulang-ngulang kata juga
susunan kalimat-kalimatnya yang sering terbalik-balik.

Hambatan yang berkaitan dengan kemampuan berbahasa pada ABK dapat terlihat
dalam penguasaan kosakata, jumlah kosakata yang dikuasai, penguasaan gramatikal
bahasa, seperti struktur kalimat, dan sebagainya. Hambatan yang terjadi akan mempersulit
siswa untuk menangkap instruksi maupun memahami dan menangkap isi teks bacaan.

Berikut daftar perkembangan bahasa dari usia 12 bulan sampai dengan 7 tahun
yang diadopsi dari Moh.Amin, 1995:84-118

Perkembangan Bahasa Anak Usia 12 bulan - 7 Tahun

Diadopsi dari Moh.Amin, (1995:84-118)

Usia Perkembangan Bahasa

12 bulan Mengucapkan 3 kata atau lebih, mis: “dede mimi susu”

(1 tahun) Memberikan reaksi suara terhadap mainan atau suara

Memperhatikan dan memberikan reaksi terhadap pembicaraan yang


panjang

Memberikan reaksi verbal terhadap beberapa perintah

Memberikan mainannya ketika diminta

13 – 14 bulan Kacau dalam mengucapkan kata-kata

Menggunakan lima kata atau lebih dengan arti yang tetap

Bersuara, menunjuk, dan memberikan mimik dalam usahanya meraih

  65  
 
benda-benda

Nampak mengerti perasaan orang yang bicara

Tertarik pada gambar-gambar yang diberi nama selama kurang lebih 2


menit

15 – 16 bulan Menggunakan 7 kata atau lebih dengan pengertian yang tetap (dengan
mimik)

Lebih sering menggunakan konsonan, t, d, w, dan h

Melaksanakan perintah verbal, memilih dan mengambil sesuatu dari


orang lain

Mengenal dan ingat terhadap benda-benda dan gambar-gambar yang


diberi nama

Mengenal nama berbagai bagian tubuh

17 – 18 bulan Menunjukkan mata, hidung, dan telinga

Mengulang kata-kata yang didengarnya

Memahami pertanyaan sederhana

Melaksanakan dua perintah yang berurutan mengenai benda-benda


seperti bola dsb

Membuat asosiasi dan mengingat kata-kata berdasarkan pada kategori


(misalnya: makanan, binatang, dsb)

Mulai bicara tanpa bantuan gerak

19 – 20 bulan Meniru kalimat yang terdiri dari dua/tiga kata

Meniru sesuatu yang terdapat di lingkungan ketika bermain

Jika disuruh, dapat menunjukkan bagian-bagian badan, bagian-bagian


pakaian pada gambar besar

  66  
 
Tepat dalam memberikan reaksi terhadap kata-kata seperti: duduklah,
berhenti dsb

Mengerti perintah yang mengandung kata panggilan seperti: berikan


padanya! Ayo kemari! Dsb

21 – 22 bulan Menggabungkan dua kata yang mengandung perbedaan arti seperti:


“ibu datang”

Mengikuti dua/tiga perintah sederhana yang berhubungan

Mengenal banyak benda dan gambar waktu disebut namanya

23 –24 bulan Sekali-kali menggunakan kalimat yang terdiri dari 3 kata

Menunjuk kepada diri sendiri dengan namanya

Memilih satu kata (seperti: sisir) dari lima atau enam kata yang
disebutnya

Mempelajari nama binatang dari buku

25 – 27 bulan Biasanya menggunakan kalimat-kalimat yang terdiri dari 2/3 kata serta
merupakan kata panggilan, kata kerja, dan kata benda

Sering menggunakan kata panggilan dengan tepat

Memilih gambar-gambar tingkah laku (misal: makan, lari, duduk, dsb)

Dapat disuruh menunjukkan bagian-bagian kecil dari tubuh

Meminta sesuatu dengan menyebutkan namanya

Memberikan reaksi terhadap gambar dengan dua kata (perkembangan


bahasa nampak dari panjang reaksi terhadap gambar atau alat
permaianan)

27 – 30 bulan Mengulang menyebut dua bilangan atau lebih, mengerti arti kata “satu”

Mengerti ukuran (misalnya: kecil,besar, dsb)

  67  
 
Mengenal nama dan gambar (umumnya benda)

Mengerti konsep berdasarkan fungsi

Dapat menyebut sekurang-kurangnya satu warna

30 – 33 bulan Mengerti kata kerja dan kebanyakan kata sifat

Menjawab dengan tepat pertanyaan “kamu laki-laki atau perempuan?”

Membicarakan gambar buatannya sendiri

33 – 36 bulan Mengikuti tiga perintah sederhana

Mengerti arti di atas, di bawah, di depan, belakang, dsb

Menggunakan bunyi-bunyi, t, n, k, g,ng, pada kata (menjelang 2,5 tahun


menguasai 27 bunyi)

3 tahun Mengucapkan bunyi huruf y, f, v, dalam kata-kata

Mengulang tiga kata

Menggunakan kalimat yang terdiri dari empat kata

Senang berbisik dan memberikan reaksi pada bisikan

Menerangkan jenis kelamin, menyebut nama lengkap dan menerangkan


peristiwa secara sederhana

4 tahun Menjawab pertanyaan sederhana

Mengucapkan sh, zh, th, dalam kata-kata

Menggunakan kalimat yang kompleks

Berkomunikasi untuk menghubung-hubungkan pengalaman dan


mencari pengetahuan yang diperlukannya

Membuat kesalahan artikulasi terhadap bunyi konsonan l, r, s, t, sh, ch,


j, atau th; menguasai bunyi: b, p, m, w, dan h

  68  
 
Mengenal warna

Mengetahui 4-5 kata depan seperti: di atas, di bawah, di depan, di


belakang

Memberikan reaksi terhadap gambar dengan lima kata

5 tahun Mengetahui banyak lawan kata

Menghitung benda sampai 10

Mengulang 4 bilangan

Memberikan definisi benda-benda berdasarkan kegunaan seperti:


garpu, pensil, gunting, dsb

Membuat kekeliruan artikulasi

6 tahun Menguasai bunyi huruf: f,v,s, dan z

Memberikan respon terhadap gambar dengan 7 kata

Menanti gilirannya yang tepat dalam pembicaraan

Memberi dan menerima keterangan

7 tahun Menjawab pertanyaan mengenai persamaan, misalnya:”apakah


persamaan

kedua benda ini?”

2. Penyusunan kisi-kisi dan pengembangan butir instrumen asesmen


perkembangan bahasa

Setelah ruang lingkup materi perkembangan bahasa dipetakan, langkah


selanjutnya adalah menyusun instrumen asesmen dalam bentuk pedoman observasi yang
bersifat kualitatif. Pedoman observasi ini dapat dibuat berdasarkan urutan perkembangan
bahasa anak, dapat pula dibuat berdasarkan ruang lingkup kemampuan berbahasa anak.
Sebagai ilustrasi berikut ini akan diberikan contoh instrumen asesmen perkembangan

  69  
 
bahasa bagi anak usia 2 tahun- 3 tahun, sebagai berikut.

Contoh Instrumen Asesmen Perkembangan Bahasa

Anak Usia 2 tahun - 3 tahun

No Hasil
Komponen yang diamati Keterangan
1 2 3

1. Biasanya menggunakan kalimat-


kalimat yang terdiri dari 2/3 kata serta
merupakan kata panggilan, kata kerja,
dan kata benda

2. Sering menggunakan kata panggilan dengan


tepat

3. Memilih gambar-gambar tingkah laku (misal:


makan, lari, duduk, dsb)

4. Dapat disuruh menunjukkan bagian-bagian


kecil dari tubuh

5. Meminta sesuatu dengan menyebutkan


namanya

6. Memberikan reaksi terhadap gambar dengan


dua kata (perkembangan bahasa nampak dari
panjang reaksi terhadap gambar atau alat
permaiann)

7. Mengulang menyebut dua bilangan atau lebih,


mengerti arti kata “satu”

8. Mengerti ukuran (misalnya: kecil,besar, dsb)

9. Mengenal nama dan gambar (umumnya

  70  
 
benda)

10 Mengerti konsep berdasarkan fungsi

11 Dapat menyebut sekurang-kurangnya satu


warna

12 Mengerti kata kerja dan kebanyakan kata sifat

13 Menjawab dengan tepat pertanyaan “kamu


laki-laki atau perempuan?”

14 Membicarakan gambar buatannya sendiri

15 Mengikuti tiga perintah sederhana

16 Mengerti arti di atas, di bawah, di depan,


belakang, dsb

17 Menggunakan bunyi-bunyi, t, n, k, g,ng, pada


kata (menjelang 2,5 tahun menguasai 27
bunyi)

18 Mengucapkan bunyi huruf y, f, v, dalam kata-


kata

19 Mengulang tiga kata

20 Menggunakan kalimat yang terdiri dari empat


kata

21 Senang berbisik dan memberikan reaksi pada


bisikan

22 Menerangkan jenis kelamin, menyebut nama


lengkap dan menerangkan peristiwa secara
sederhana

  71  
 
IDENTITAS SISWA

Nama :

Jenis Kelamin :

Tempat dan tanggal lahir :

Sekolah :

Kelas/Semester :

Asesmen Perkembangan Bahasa

1. Kosa kata

…………………………………………………………………………………….

2.Bahasa reseptif (Kemampuan memahami makna kata yang didengar}

……………………………………………………………………………………

3. Bahasa ekspresif, misalnya kefasihan dalam pengenalan kata (kemampuan


mengekspresikan diri secara verbal)

……………………………………………………………………………………..……
………………………………………………………………………………

4. Pelafalan (Kemampuan melafalkan kata secara jelas)

……………………………………………………………………………………

5.Kemampuan menguraikan kata (Kemampuan menguraikan kata menurut


bunyi)

  72  
 
…………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

Dan seterusnya.

3. Melaksanakan dan Menganalisis Hasil asesmen Perkembangan Bahasa

Setelah instrumen (pedoman observasi) tersusun secara sistematis, guru dapat


melakukan kegiatan asesmen dengan jalan mengamati setiap ucapan atau pernyataan
anak yang berkaitan dengan perkembangan bahasa sesuai dengan urutan yang tercantum
dalam instrumen. Hasil pengamatan dari setiap aspek perkembangan bahasa dicatat
langsung pada lembar pedoman observasi/instrumen. Hasil pengamatan tersebut
merupakan data kualitatif yang menggambarkan kondisi perkembangan bahasa anak
secara obyektif.

Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis hasil observasi pada setiap aspek
perkembangan bahasa anak, sehingga dapat ditemukan dalam aspek mana anak tersebut
mengalami kelemahan, dan pada aspek perkembangan bahasa apa yang dianggap cukup
baik. Berdasarkan hasil analisis ini, langkah berikutnya yang ditempuh guru adalah
menentukan tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan upaya menstimulasi
perkembangan bahasa yang terhambat. Tujuan pembelajaran ini merupakan landasan
dalam pengembangan program stimulasi perkembangan bahasa.

Apabila masalah yang berkaitan dengan stimulasi perkembangan bahasa ini ada
dalam kurikulum, maka hasil analisis tadi diselaraskan dengan materi yang terdapat pada
kurikulum dengan jalan membandingkan setiap aspek perkembangan bahasa hasil
asesmen dengan butir-butir yang terdapat dalam kurikulum atau GBPP.

D. LATIHAN

1. Sejak kapan kemampuan berbahasa lisan mulai terbentuk ?


2. Bagaimanakah caranya untuk mengetahui kemampuan anak dalam membedakan
bunyi?
3. Bagaimanakah caranya untuk mengetahui kemampuan anak dalam memahami arti

  73  
 
kata ?
4. Buatlah instrumen asesmen untuk kemampuan berbahasa lisan !

E. RANGKUMAN

1. Kemampuan berbahasa seseorang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu


kemampuan pasif dan kemampuan aktif
2. Kemampuan mendengarkan dan berbicara melibatkan kemampuan penguasaan
fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik.
3. Tujuan asesmen kemampuan berbahasa adalah untuk memperoleh informasi tentang
kemampuan dan hambatan dalam perkembangan bahasa anak
4. Dalam pelaksanaan asesmen kemampuan berbahasa perlu mempertimbangkan tiga
faktor, yaitu bentuk tes, suasana yang alamiah, dan waktu pelaksanaan.

F. TES FORMATIF

Petunjuk: Pilihlah option berikut yang dianggap paling benar!

1. Kemampuan memahami apa yang dikatakan orang lain, disebut …

a. Kemampuan berbahasa pasif


b. Kemampuan berbahasa aktif
c. Kemampuan berbahasa ekspresif
d. Kemampuan berbahasa lisan

2. Kemampuan menyatakan maksud sendiri melalui bahasa lisan, merupakan kemampuan


...

a. Kemampuan berbahasa pasif


b. Kemampuan berbahasa aktif
c. Kemampuan berbahasa ekspresif
d. Kemampuan berbahasa lisan

3. Menulis karangan merupakan kemampuan berbahasa yang bersifat …

a. Aktif melalui lisan


b. Pasif melalui lisan

  74  
 
c. Aktif melalui tulisan
d. Pasif melalui tulisan

4. Membaca novel merupakan kemampuan berbahasa yang bersifat ...

a. Aktif melalui lisan


b. Pasif melalui lisan
c. Aktif melalui tulisan
d. Pasif melalui tulisan

5. Berpidato merupakan kemampuan berbahasa yang bersifat ...

a. Aktif melalui lisan


b. Pasif melalui lisan
c. Aktif melalui tulisan
d. Pasif melalui tulisan

6. Mendengarkan syair lagu merupakan kemampuan berbahasa …

a. Aktif melalui lisan


b. Pasif melalui lisan
c. Aktif melalui tulisan
d. Pasif melalui tulisan

7. Aspek bahasa yang pertama berkembang pada seorang anak adalah aspek ...

a. Inter language
b. Inner language
c. Receptive language
d. Expresive language

8. Seorang anak mulai merespon jika dipanggil namanya. Anak tersebut mulai
mengembangkan aspek ...

a. Inter language
b. Inner language
c. Receptive language

  75  
 
d. Expresive language

9. Pada umumnya bahasa ekspresif seorang anak muncul pada usia kira-kira ….

a. enam bulan
b. delapan bulan
c. satu tahun
d. empat tahun

10. Kemampuan menyusun perabot rumah-rumahan pada seorang anak merupakan


bentuk yang lebih kompleks dari perkembangan …

a. Inter language
b. Inner language
c. Receptive language
d. Expresive language

Kunci Jawaban:

1. a 6. b
2. b 7. b
3. c 8. c
4. d 9. c
5. a 10.b

G. BALIKAN DAN TINDAK LANJUT

Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif yang terdapat di
bagian akhir bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian
gunakan rumus tingkat penguasaan, yaitu jumlah jawaban Anda yang benar dibagi 10
kemudian dikalikan dengan 100%. Dengan demikian Anda akan memperoleh presentase
tingkat penguasaan Anda. terhadap materi Kegiatan Belajar Adapun arti tingkat
penguasaan yang Anda capai adalah sebagai berikut:

90% - 100% = baik sekali

  76  
 
80% - 89% = baik

70% - 79% = cukup

<70% = kurang

Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih Anda dapat mengikuti
ujian akhir semester (UAS)., tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%,
Anda harus mengulang kegiatan belajar ini terutama bagian yang belum anda kuasai

Asesmen Perkembangan Motorik

Melalui kegiatan pembelajaran ini pembaca diperkenalkan dengan pengetahuan


tentang penyusunan kisi-kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen asesmen
perkembangan motorik. Pembahasan difokuskan pada penetapan ruang lingkup
perkembangan motorik, menyusun kisi-kisi instrumen perkembangan motorik,
mengembangkan butir-butir instrumen berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat, serta
bagaimana menganalisis hasil asesmen perkembangan motorik

A. TUJUAN

Dengan mempelajari kegiatan pembelajaran ini diharapkan pembaca mampu


membuat kisi-kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen Asesmen perkembangan
motorik. Secara khusus pembahasan ini bertujuan agar pembaca mampu:

1. Menetapkan ruang lingkup asesmen perkembangan motorik

2. Menyusun kisi-kisi instrumen asesmen perkembangan motorik

3. Mengembangkan butir-butir instrumen asesmen perkembangan motorik berdasarkan


kisi-kisi yang telah dibuat

4. Menganalisis hasil asesmen perkembangan motorik

B. POKOK BAHASAN

1. Penetapan ruang lingkup asesmen perkembangan motorik

2. Penyusunan kisi-kisi instrumen asesmen perkembangan motorik

  77  
 
3. Pengembangan butir-butir instrumen asesmen perkembangan motorik berdasarkan
kisi-kisi yang telah dibuat

4. Menganalisis hasil asesmen perkembangan motorik

C. INTISARI BACAAN

1. Penetapan ruang lingkup asesmen perkembangan motorik

Yang dimaksud dengan perkembangan motorik adalah kemampuan dalam


melakukan gerak, baik yang bersifat gerakan kasar, gerakan halus, dan keseimbangan.
Asesmen perkembangan motorik adalah suatu proses penghimpunan informasi secara
sistematis dan profesional terhadap aspek-aspek perkembangan motorik anak yang
diduga secara signifikan berpengaruh terhadap prestasi akademik. Adapun tujuan
asesmen perkembangan dalam bahasan ini adalah untuk mengetahui informasi tentang
aspek-aspek perkembangan motorik anak yang meliputi aspek motorik kasar, motorik
halus, dan aspek keseimbangan. Asesmen perkembangan motorik ini dapat membantu
guru dalam memahami tingkat kemampuan motorik anak.

Dari pengertian di atas dapat ditentukan bahwa ruang lingkup perkembangan


motorik, meliputi ;

a. Kemampuan untuk melakukan gerakan kasar (gross motor).

b. Kemampuan untuk melakukangerakan halus (fine motor).

c. Kemampuan dalam keseimbangan (balance).

Kemampuan gerakan kasar adalah gerak tubuh yang menggunakan sebagian


besar otot-otot atau sekumpulan otot besar dan biasanya memerlukan tenaga. Duduk,
merangkak, berdiri, berjalan, mengambil, menarik, mendorong, naik/turun tangga,
berjingkrak, melompat, menendang, mengendarai, melempar, dan menangkap merupakan
contoh-contoh gerakan kasar. Sedangkan kemampuan motorik halus ialah kemampuan
gerak yang hanya menggunakan otot-otot tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil
yang membutuhkan koordinasi gerak dan daya konsentrasi yang baik. Contoh-contoh
gerakan halus, seperti: memegang benda kecil antara ibu jari dan telunjuk, menunjuk
benda dengan jari telunjuk, menyortir benda sesuai dengan bentuknya, mencoret dengan
jari, menjelujur, memutar benda, merangkai kalung-kalungan, membalik halaman buku,

  78  
 
menggunakan satu tangan secara tetap, menebalkan garis lurus, atau lengkung, mewarnai
bentuk-bentuk geometri, merobek kertas, menyusun benda menurut besar kecilnya,
panjang pendeknya, menggunting, memotong, menulis, dan sebagainya.

Berikut daftar perkembangan motorik dari usia 12 bulan sampai dengan 9 tahun
yang diadopsi dari Moh.Amin, 1995:84-118.

Perkembangan Motorik Anak Usia 12 bulan – 9 Tahun

Diadopsi dari Moh.Amin (1995:84-118)

Usia Anak Perkembangan Motorik

12 bulan Berusaha tegak dengan berlutut

(1 tahun) Berjalan dengan berpegang sebelah tangan

Merangkak bebas

13 – 14 bulan Berdiri sebentar

Berjalan mundur satu dua langkah

Bergoyang-goyang mengikuti irama musik

15 –16 bulan Berjalan beberapa langkah

Berlutut sendiri

Jatuh terduduk

Merangkak atau memanjat tangga

Tegak berdiri dan berjalan

Membungkuk dan tegak kembali

17 – 18 bulan Berjalan sendiri tanpa dibantu

  79  
 
Menaiki tangga dengan berpegangan

Duduk sendiri

Menendang bola

Menarik alat main sambil berjalan mundur

Menaiki rintangan

19 – 20 bulan Berusaha berjalan di atas garis lurus (sampai kira-kira tiga


meter dengan 1-3 kali membuat kesalahan)

Mampu dan mau bermain dengan alat yang menyerupai


tongkat

Memasukkan pasak ke dalam lubangnya (yang mempunyai


garis tengah kira-kira 1,5 cm)

21 - 22 bulan Naik tangga sambil berpegang dengan satu pegangan

Turun tangga dengan dipegang sebelah tangan

Berjongkok waktu bermain

Berdiri diatas satu kaki dengan bantuan

Berjalan mundur

25 – 27 bulan Dapat berlari

Naik dan turun tangga tanpa berganti kaki

Menyepak bola atas perintah

Bangun miring, melompat dari bawah dengan satu kaki

2, 5 tahun Berjalan dengan ujung jari kaki

Melompat dengan dua kaki bersama-sama

Mencoba berdiri di atas satu kaki

  80  
 
Berdiri dengan dua kaki di atas balok keseimbangan tanpa
bantuan

Berjalan mengikuti garis yang dibuat pada lantai, kadang-


kadang melompat.

3 tahun Berlari denga jari kaki

Mengendarai sepeda roda tiga

Naik tangga dengan kaki berganti-ganti

Melompat dengan dua kaki

Berdiri dengan satu kaki

Berjalan mundur dengan mudah

3, 5 tahun Berdiri dengan satu kaki selama 3-5 detik

Kurang koordinasi gerak: jatuh, takut

Berjalan pada balok keseimbangan dengan dua langkah


berganti-ganti atau lebih

Berlari menghindari rintangan/halangan

4 tahun Berdiri dengan satu kaki selama 5-10 detik

Berganti ganti naik turun tangga dengan satu kaki

Melompat di atas benda setinggi 15 cm

5 tahun Meloncat dengan satu kaki (kaki berganti-ganti)

Berjalan mengikuti garis yang dibuat pada lantai dengan


kaki dan tumit

Berlari, naik kursi dan meja

Gemar berbaris

  81  
 
Melompat dari sesuatu dengan ketinggian 30 cm

6 tahun Sangat aktif, tingkah lakunya konstan

Keseimbangan badan aktif dalam permainan (meloncat)

Melompat setinggi 30 cm dan jatuh dengan jari kaki

Berdiri pada salah satu kaki dengan mata tertutup

Melempar jauh

7 tahun Lebih berhati-hati dalam bergerak

Melakukan kegiatan berbeda-beda

8 tahun Gerak tubuh lebih berirama dan lebih indah

Dapat menilai sikap orang lain

9 tahun Lebih mampu mengontrol kecepatan

Tertarik pada kesehatannya sendiri dan senang


mengangkat sesuatu

Sering kaku dalam sikapnya

2. Penyusunan kisi-kisi dan pengembangan butir instrumen asesmen


perkembangan motorik

Setelah menetapkan ruang lingkup asesmen perkembangan motorik, langkah


selanjutnya adalah menyususn instrumen asesmen perkembangan motorik. Asesmen ini
dibuat dalam bentuk pedoman observasi yang bersifat kualitatif.

Contoh Kisi-kisi Instrumen Asesmen Perkembangan Motorik Kasar

Anak Usia 4-6 Tahun

  82  
 
No

Komponen yang diamati Kemampuan Keterangan

1 2 3

1 Berdiri dengan satu kaki selama 5-10 detik

2 Berganti ganti naik turun tangga dengan satu


kaki

3 Melompat di atas benda setinggi 15 cm

4 Meloncat dengan satu kaki (kaki berganti-ganti)

5 Berjalan mengikuti garis yang dibuat pada lantai


dengan kaki dan tumit

6 Berlari, naik kursi dan meja

7 Gemar berbaris

8 Melompat dari sesuatu dengan ketinggian 30


cm

9 Sangat aktif, tingkah lakunya konstan

10 Keseimbangan badan aktif dalam permainan


(meloncat)

11 Melompat setinggi 30 cm dan jatuh dengan jari


kaki

12 Berdiri pada salah satu kaki dengan mata


tertutup

13 Melempar jauh

Contoh :

  83  
 
Identitas Anak

Nama : .........................................................................

Jenis kelamin : .........................................................................

Tempat dan tanggal lahir : .........................................................................

Sekolah : .........................................................................

Kelas/Semester : .........................................................................

a. Kemampuan dalam melakukan gerakan kasar (gross motor) :


.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
..........

b. Kemampuan dalam melakukan gerakan halus (fine motor) :


.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
..........

c. Kemampuan dalam melakukan keseimbangan tubuh :


.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.........

3. Melaksanakan dan Menganalisis Hasil Asesmen Perkembangan Motorik

Sama halnya dengan asesmen perkembangan bahasa, asesmen perkembangan


motorik dilakukan dengan jalan mengamati setiap tingkah laku/ gerak kasar maupun gerak
halus, maupun keseimbangan tubuh anak sesuai dengan urutan yang tercantum dalam
instrumen. Hasil pengamatan dari setiap aspek perkembangan motorik dicatat langsung
pada lembar pedoman observasi/instrumen. Hasil pengamatan tersebut merupakan data
kualitatif yang menggambarkan kondisi perkembangan motorik anak secara obyektif.

  84  
 
Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis hasil observasi pada setiap aspek
perkembangan motorik anak, sehingga dapat ditemukan dalam aspek mana anak tersebut
mengalami kelemahan, dan pada aspek perkembangan motorik apa yang dianggap cukup
baik. Berdasarkan hasil analisis ini, langkah berikutnya yang ditempuh guru adalah
menentukan tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan upaya menstimulasi
perkembangan motorik yang terhambat. Tujuan pembelajaran ini merupakan landasan
dalam pengembangan program stimulasi perkembangan motorik anak yang
bersangkutan.

D. LATIHAN

1. 1. Buatlah instrumen asesmen untuk pekembangan motorik !

E. RANGKUMAN

1. Perkembangan motorik adalah kemampuan dalam melakukan gerak.

2. Kemampuan gerak meliputi kemampuan gerak kasar, gerak halus, dan keseimbangan.

3. Instrumen asesmen disusun berdasarkan ruang lingkup perkembangan motorik.

F. TES FORMATIF

Petunjuk: Pilihlah option berikut yang dianggap paling benar!

1. Seorang anak diminta untuk berjalan mengikuti pola lantai. Sehubungan dengan
asesmen perkembangan motorik, maka kegiatan tersebut bertujuan untuk mengukur

a. Motorik kasar

b. Motorik halus

c. Fine motor

d. Balancing

2. Seorang anak diminta untuk melompat dengan satu kaki. Sehubungan dengan
asesmen perkembangan motorik, maka kegiatan tersebut bertujuan untuk mengukur

  85  
 
a. Motorik kasar

b. Motorik halus

c. Fine motor

d. Balancing

3. Menangkap dan melempar bola merupakan contoh butir soal untuk mengukur ...

a. Motorik kasar

b. Motorik halus

c. Fine motor

d. Balancing

4. Contoh butir soal untuk mengukur fine motor dapat dilakukan melalui ...

a. Mengangkat kaki
b. Mengayunkan tangan
c. Menyusun kubus
d. Berjalan ditempat
5. Untuk mengukur keseimbangan tubuh anak, kita dapat mengukurnya melalui …

a. Berjalan bebas tanpa bantuan


b. Berjalan ditempat
c. Berjalan sambil mengayunkan tangan
d. Berjalan santai
6. Untuk mengukur keterampilan gross motor seorang anak dapat dilakukan melalui ….

a. Merangkai mute
b. Mewarnai bidang geometri
c. Memegang pensil
d. Melempar bola
7. Menggunakan alat tulis merupakan salah satu contoh butir soal untuk mengukur … ...

a. Motorik kasar
b. Motorik halus

  86  
 
c. Fine motor
d. Balancing
8. Berjalan pada suatu garis lurus merupakan salah satu contoh butir soal untuk
mengukur keterampilan …

a. Motorik kasar
b. Motorik halus
c. Fine motor
d. Balancing
9. Kegiatan di bawah ini merupakan alat untuk mengukur fine motor, kecuali …

a. Memungut benda secara bebas

b. Memungut benda sesuai dengan irama

c. Menangkap bola

d. Merangkai benada-benda

10. Meminta anak duduk dan berdiri di tempat, merupakan salah satu butir soal untuk
mengukur keterampilan …. …

a. Motorik kasar

b. Motorik halus

c. Fine motor

d. Balancing

Kunci Jawaban:

a. 11. d 6. d
b. 12. d 7. b
c. 13. a 8. d.
d. 14. c 9. c
e. 15. c 10. a

G. BALIKAN DAN TINDAK LANJUT

  87  
 
Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif yang terdapat di
bagian akhir bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian
gunakan rumus tingkat penguasaan, yaitu jumlah jawaban Anda yang benar dibagi 10
kemudian dikalikan dengan 100%. Dengan demikian Anda akan memperoleh presentase
tingkat penguasaan Anda. terhadap materi Kegiatan Belajar Adapun arti tingkat
penguasaan yang Anda capai adalah sebagai berikut:

90% - 100% = baik sekali

80% - 89% = baik

70% - 79% = cukup

<70% = kurang

Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih Anda dapat mengikuti
ujian akhir semester (UAS)., tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%,
Anda harus mengulang kegiatan belajar ini terutama bagian yang belum anda kuasai

  88  
 
Asesmen Perkembangan Persepsi

Melalui kegiatan pembelajaran 4 ini pembaca diperkenalkan dengan pembuatan kisi-


kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen asesmen perkembangan persepsi.
Pembahasan difokuskan pada penetapan ruang lingkup perkembangan persepsi, menyusun
kisi-kisi instrumen perkembangan persepsi, mengembangkan butir-butir instrumen
berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat, serta bagaimana menganalisis hasil asesmen
perkembangan persepsi

A. TUJUAN

Dengan mempelajari kegiatan pembelajaran 4 ini diharapkan pembaca mampu


membuat kisi-kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen Asesmen perkembangan
persepsi. Secara khusus pembahasan ini bertujuan agar pembaca mampu:

1. Menetapkan ruang lingkup asesmen perkembangan persepsi

2. Menyusun kisi-kisi instrumen asesmen perkembangan persepsi

3. Mengembangkan butir-butir instrumen asesmen perkembangan berdasarkan kisi-kisi


yang telah dibuat

4. Menganalisis hasil asesmen perkembangan persepsi

B. POKOK BAHASAN

1. Penetapan ruang lingkup asesmen perkembangan persepsi

2. Penyusunan kisi-kisi instrumen asesmen perkembangan persepsi

3. Pengembangan butir-butir instrumen asesmen perkembangan berdasarkan kisi-kisi


yang telah dibuat

4. Menganalisis hasil asesmen perkembangan persepsi

C. INTISARI BACAAN

1.Penetapan Ruang Lingkup Asesmen Perkembangan Persepsi

Asesmen perkembangan persepsi merupakan suatu proses pengumpulan


informasi mengenai aspek-aspek perkembangan persepsi seorang anak yang diperlukan

  89  
 
sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan suatu program pembelajaran
akademik, seperti membaca, menulis dan matematika.

Tujuan asesmen perkembangan persepsi dalam bahasan ini dimaksudkan untuk


menghimpun informasi tentang tahap perkembangan persepsi anak yang dapat membantu
guru dalam memahami kemampuan persepsi anak yang meliputi persepsi auditoris, visual,
dan persepsi heptik.

Asesmen perkembangan persepsi hanya akan bermakna, jika guru mengetahui


materi keterampilan yang dikembangkan, dan tahap-tahap perkembangan anak. Dengan
demikian pemahaman yang jelas tentang konsep dasar perkembangan persepsi pada ABK
merupakan dasar yang penting untuk dapat melaksanakan asesmen secara tepat bagi
mereka, sehingga perlu dijelaskan hakikat perkembangan persepsi Anak Berkebutuhan
Khusus. Jika tidak, pelaksanaan asesmen perlu dipertanyakan.

Persepsi berasal dari istilah bahasa Inggris "Perception" artinya tanggapan atau
penerimaan langsung dari sesuatu; daya memahami atau menanggapi sesuatu; serapan;
proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya. Secara definisi
Lerner, (1988:282) mengemukakan bahwa persepsi merupakan proses memahami dan
menginterpretasikan informasi sensoris atau yang berhubungan dengan pancaindra, atau
kemampuan intelek untuk menyarikan makna dari data yang diterima oleh berbagai indra".
Dengan demikian untuk memahami proses persepsi terlebih dahulu harus dipahami apa
yang disebut dengan pengindraan.

Rochyadi & Alimin (2005) mengemukakan bahwa pengindraan sebetulnya


merupakan proses fisiologis. Apa yang diindra selanjutnya ditransfer ke otak dan
membentuk sebuah gambaran. Namun demikian, hasil pembentukan di otak tidak
selamanya memberi gambaran seperti apa yang diindranya. Misalnya, seorang anak
diminta untuk mengamati huruf /d/, di samping huruf tersebut berderet huruf-huruf seperti.
/p/, /b/, /d/, /a/. Apabila anak dapat menunjukkan huruf /d/ pada deretan huruf-huruf tadi,
maka proses persepsi telah terjadi karena ada penafsiran yang sama. Tetapi jika yang
ditunjuk adalah huruf /a/, maka yang terjadi hanya proses pengindraan. Sebetulnya anak
melihat huruf /d/, tetapi apa yang dilihatnya tidak membentuk gambaran yang benar.
Secara fisiologis ia tidak mengalami gangguan penglihatan, akan tetapi ia tidak dapat
menafsirkan obyek yang dilihat dan inilah yang dimaksud mengalami gangguan persepsi.

  90  
 
Sebagian ABK ada yang mengalami gangguan persepsi dan ada yang tidak.
Mereka yang mengalami gangguan persepsi dapat dipastikan akan mengalami masalah
yang lebih berat dibanding dengan mereka yang tidak mengalami gangguan persepsi.
Dampak yang paling nyata dari gangguan persepsi ini sering kali dirasakan guru ketika
mereka belajar membaca, menulis, berhitung, atau di dalam memahami orentasi ruang
maupun arah. Persepsi merupakan keterampilan yang dapat dipelajari, maka proses
pembelajaran dapat memberikan darnpak langsung terhadap kecakapan perseptual.

Adapun ruang lingkup bidang perkembangan persepsi terdiri dari tiga komponen
besar (Abdurahman, M. 1995) yaitu: (1) persepsi auditoris yang meliputi kesadaran
fonologis, diskriminasi auditoris, ingatan auditoris, urutan auditoris, dan perpaduan
auditoris; (2) persepsi visual, yang meliputi hubungan keruangan, diskriminasi visual,
diskriminasi bentuk dan latar, visual closure, mengenal obyek, dan (3) persepsi heptik
yang meliputi persepsi taktil dan kinestetik. Berikut penjelasan singkat mengenai masing-
masing jenis persepsi.

Persepsi Auditoris, adalah kemampuan untuk memahami atau


menginterpretasikan segala sesuatu yang didengar. Persepsi ini mencakup kemampuan:

(l) Kesadaran fonologis adalah kesadaran bahwa bahasa dapat dipecah ke dalam kata,
sukukata, dan fonem (bunyi huruf).

(2) Diskriminasi Auditoris; Kemampuan mengingat perbedaan antara bunyi-bunyi fonem


dan mengidentifikasi kata-kata yang sama dengan kata-kata yang berbeda.

(3) Ingatan Auditoris; kemampuan untuk menyimpan dan mengingat sesuatu yang
didengar.

(4) Urutan Auditoris; kemampuanmengingat urutan hal-hal yang disarnpaikan secara lisan

(5) Perpaduan Auditoris; Kemampuan memadukan elemen-elemen fonem tunggal atau


berbagai fonem menjadi suatu kata yang utuh

Persepsi Visual, merupakan kemampuan untuk memahami atau


menginterpretasikan segala sesuatu yang dilihat. Persepsi visual mencakup kemampuan
berikut:

(l) Hubungan keruangan menunjuk pada persepsi tentang posisi berbagai obyek dalam

  91  
 
ruang.

(2) Diskriminasi visual menunjuk pada kemampuan membedakan suatu obyek dari obyek
yang lain.

(3) Diskriminasi bentuk-Iatar menunjuk pada kemampuan membedakan suatu obyek dari
latar belakang yang mengelilinginya.

(4) Visual closure menunjuk pada kemampuan mengingat dan mengidentifikasi suatu
obyek, meskipun obyek tersebut tidak diperlihatkan secara keseluruhan.

(5) Mengenal obyek menunjuk pada kemampuan mengenal sifat berbagai obyek pada saat
mereka memandangnya.

Sedangkan persepsi heptik menunjuk pada kemampuan mengenal berbagai obyek


melalui modalitas taktil (perabaan) dan kinestetik (gerak).

(l) Persepsi taktil; berkaitan dengan sentuhan atau rabaan; atau kemampuan mengenal
berbagai obyek melalui meraba; mis. mengidentifikasi angka yang ditulis di punggung,
membedakan permukaan kasar dari yang halus, mengidentifikasi jari mana yang
digunakan untuk meraba

(2) Persepsi kinestetik; (a) perasaan yang sangat kompleks yang ditimbulkan oleh
rangsangan di otot, urat, dan pergelangan; (b) mempunyai daya menyadari gerakan
otot; misalnya kesadaran posisi, rasa tubuh tentang kontraksi otot, tegangan, dan
relaksasi adalah beberapa contoh dari persepsi kinestetik.

2. Penyusunan Kisi-kisi Instrumen Asesmen Perkembangan Persepsi

Berdasarkan ruang lingkup materi perkembangan persepsi di atas, langkah


selanjutnya adalah menyusun kisi-kisi instrumen asesmen. Sebelum menyusun kisi-kisi
instrumen asesmen perkembangan persepsi, Anda perlu menetapkan perilaku yang akan
diases terlebih dahulu. Dalam hal ini Anda memilih komponen-komponen apa saja yang
akan diaseskan dari bidang perkembangan persepsi tersebut. Misalnya, sebagai contoh
kita menetapkan dan memilih komponen "Persepsi auditoris". Dengan demikian
pengetahuan kita dipusatkan pada bagaimana menggali informasi tentang kemampuan
anak dalam memahami atau menginterpretasikan segala sesuatu yang didengarnya.

  92  
 
Sebagaimana Anda pelajari dalam ruang lingkup bidang perkembangan persepsi,
kemampuan persepsi auditoris terdiri dari lima kemampuan atau keterampilan, yaitu:
kesadaran fonologis, diskriminasi auditoris, ingatan auditoris, urutan auditoris, dan
perpaduan auditoris. Dengan demikian Anda dituntut untuk memahami secara mendalam
tentang sub-sub komponen tersebut, sehingga Anda mampu menjabarkannya dalam
bentuk indikator-indikator yang lebih operasional.

Setelah Anda memahaminya, langkah selanjutnya adalah menyusun kisi-kisi


instrumen asesmen perkembangan persepsi auditoris baik dalam bentuk tabel maupun
daftar. Pada dasamya tidak ada ketentuan berapa kolom yang kita perlukan, namun yang
paling penting kolom-kolom tersebut harus memuat tiga aspek, yaitu: kolom komponen
keterampilan yang akan diases, kolom ruang lingkup atau sub-sub komponen dari
komponen ketrampilan yang akan diases, serta kolom indikator-indikator yang akan mampu
menggali kemampuan atau keterampilan dari sub-sub komponen tadi. Sebagai ilustrasi,
Anda perhatikan tabel kisi-kisi instrumen asesmen persepsi auditoris berikut ini.

Contoh Tabel Kisi-kisi Instrumen Asesmen Persepsi Auditoris

Komponen Sub-komponen Indikator

1. a. Kesadaran 1.a.1 Identifikasi bunyi vokal diakhir


Perkembanga fonologis
1.a.2 Identifikasi bunyi vokal diawal
n Persepsi
Auditoris 1.a.3 Identifikasi bunyi konsonan-vokal diakhir

1.a.4 Identifikasi bunyi konsonan-vokal diawal

1.a.5 Identifikasi bunyi kons-vokal-kons diakhir

1.a.6 Identifikasi bunyi kon-vokal-kons diawal


b. Diskriminasi
1.b.1 Membedakan bunyi keras-lemah, jauh-
Auditoris
dekat, tinggi-rendah, cepat-lambat,
foreground-kegaduhan

1.b.2 Identifikasi bunyi akhir yang sama

  93  
 
1.b.3 Identifikasi bunyi akhir yang hampir sama

1.b.4 Identifikasi bunyi akhir yang berbeda

c. Ingatan 1.c.1 mengingat suara binatang


Auditoris
1.c.2 mengingat suara teman sekelas

1.c.3 mengingat suara anggota keluarga

1.c.4 mengingat suara alat-alat musik

1.c.5 mengingat suara alat-alat transportasi


d. Urutan
1.d.1 Melakukan dua perintah lisan secara
Auditoris
berurutan

1.d.2 Melakukan tiga perintah lisan secara


berurutan

1.d.3 Melakukan empat perintah lisan secara


berurutan

1.e.1 Perpaduan antara bunyi vokal a dengan i,


e. Perpaduan
misalnya pada kata “kain dan main”
Auditoris
1.e.2 Perpaduan antara bunyi vokal a dengan u,
seperti pada kata “lauk atau baud”

1.e.3 Perpaduan antara bunyi vokal a dan o atau


sebaliknya dan sebagainya.

3. Pengembangan Butir-butir Instrumen Asesmen Perkembangan Persepsi

Setelah menyusun kisi-kisi instrumen perkembangan persepsi (seperti contoh di


atas: persepsi auditoris), langkah selanjutnya adalah mengembangkan butir-butir
instrumen perkembangan persepsi auditoris dari kisi-kisi yang telah dibuat sebelumnya.
Sama halnya dengan penyusunan kisi-kisi instrumen asesmen perkembangan yang
lainnya, pengembangan butir soal perkembangan persepsi dapat dibuat dalam bentuk

  94  
 
daftar atau tabel. Butir-butir soal dikembangkan berdasarkan indikator-indikator yang telah
dijabarkan dari subkomponen keterampilan/kemampuan, yang kemudian dibuat lembar
kerja siswa (LKS). Dalam hal ini guru/asesor dituntut untuk terampil membuat pertanyaan-
pertanyaan atau tugas-tugas yang relevan dengan informasi-informasi yang akan digali,
yaitu kemampuan dalam perkembangan persepsi dari seorang siswa . Ada beberapa
aspek yang perlu diperhatikan dalam membuat butir-butir soal ataupun LKS, diantaranya
adalah pertanyaan atau tugas hendaknya diberikan dalam kalimat yang sederhana, jelas,
tidak berbelit-belit sehingga tidak membingungkan siswa yang sedang diases. Faktor
kejelasan ini sangat penting dan sangat mempengaruhi cara kerja siswa, dan dari kerja
siswa itulah guru/asesor akan memperoleh informasi yang diharapkan. Jika terjadi
ketidakjelasan dalam tugas, maka siswa tidak akan bekerja sesuai dengan yang
diharapkan. Ini berarti informasi yang digalipun tidak relevan, yang pada gilirannya
kekuatan dan kelemahan, serta kebutuhan siswapun tidak dapat diketahui. Untuk lebih
jelasnya, perhatikan contoh ilustrasi berikut ini.

Tabel Contoh Pengembangan Butir Instrumen Asesmen

Perkembangan Persepsi Auditoris

Indikator Butir-butir Instrumen Keterangan

1.a.1 (1.a.1.a) Tunjukkan gambar mana yang bunyi Dikatakan


Identifikasi akhirnya terdengar bunyi (a) dari gambar berhasil jika
bunyi vokal bunga, sapi, mobil masing-masing
diakhir tugas dapat
(1.a.1.b) Tunjukkan gambar mana yang bunyi
diselesai kan
akhirnya terdengar bunyi (i) dari gambar
dengan
buku, babi, bola
tepat/benar
(1.a.1.c) Tunjukkan gambar mana yang bunyi sebanyak 3X
akhirnya terdengar bunyi (u) dari gambar berturut-turut
buku, babi, bola

.(1.a.1.d) Tunjukkan gambar mana yang bunyi

  95  
 
akhirnya terdengar bunyi (e) dari gambar
sapi, beca, cabe

(1.a.1.e) Tunjukkan gambar mana yang bunyi


akhirnya terdengar bunyi (o) dari gambar
1.a.2 sate, garpu, teko
Identifikasi
bunyi vokal
diawal

(1.a.2.a) Tunjukkan gambar mana yang bunyi


awalnya terdengar bunyi (a) dari gambar
buku, babi, bola

(1.a.2.b) Tunjukkan gambar mana yang bunyi


awalnya terdengar bunyi (i) dari gambar buku,
babi, sate

(1.a.2.c) Tunjukkan gambar mana yang bunyi


awalnya terdengar bunyi (u) dari gambar
buku, babi, bola

.(1.a.2.d) Tunjukkan gambar mana yang bunyi


awalnya terdengar bunyi (e) dari gambar sapi,
beca, cabe

(1.a.2.e) Tunjukkan gambar mana yang bunyi


awalnya terdengar bunyi (o) dari gambar bola,
garpu, teko

  96  
 
Contoh Lembar Kerja Siswa (LKS) Perkembangan Persepsi

Identitas Siswa

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Kelas :

Sekolah :

Alamat Rumah :

Hasil
Butir Instrumen

(1.a.1.a) Tunjukkan gambar mana yang bunyi akhirnya


terdengar bunyi (a) dari gambar di bawah ini!

4. Pelaksanaan dan Menganalisis Hasil Asesmen Perkembangan Persepsi

Sama halnya dengan asesmen perkembangan yang lainnya, asesmen


perkembangan persepsi dilakukan dengan jalan mengamati setiap tingkah laku/jawaban
tentang kemampuan anak dalam mempersepsi suatu obyek baik melalui pendengaran,
penglihatan, maupun secara heptik. Tentu saja pelaksanaan asesmen tersebut harus
sesuai dengan urutan yang tercantum dalam instrumen. Hasil pengamatan dari setiap
aspek perkembangan persepsi dicatat langsung pada lembar pedoman
observasi/instrumen. Ada hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam melakukan asesmen
perkembangan persepsi, selain mempersiapkan alat/instrumen asesmen yang telah
dibuat, guru/asesor mempersiapkan alat-alat peraga sesuai dengan apa yang dikehendaki
dalam butir-butir instrumen asesmen yang akan digunakan. Semua jawaban dan perilaku

  97  
 
siswa selama proses asesmen dicatat, untuk memperoleh hasil yang akurat. Seorang anak
dikatakan memiliki kemampuan persepsi tertentu jika masing-masing tugas dapat
diselesaikan dengan tepat/ benar sebanyak tiga kali berturut-turut. Teknik pencatatan
dapat dilakukan melalui ceklis dan untuk mencatat perilaku anak yang dianggap berkaitan
dengan materi asesmen dapat dilakukan melalui catatan yang bersifat deskriptif. Hasil
pengamatan tersebut merupakan data kualitatif yang menggambarkan kondisi
perkembangan persepsi anak secara obyektif.

Setelah guru/asesor melakukan asesmen berdasarkan instrumen asesmen yang


telah disusun, maka guru/asesor melakukan analisis terhadap jawaban siswa. Dalam
melaksanakan asesmen perkembangan persepsi, umumnya guru/asesor menggunakan
teknik

tes dan observasi. Semua jawaban dan perilaku anak dicatat dan hasilnya dianalisis.

Menganalisis hasil asesmen perkembangan persepsi artinya membuat deskripsi


dari hasil jawaban siswa, kemudian menginterpretasikannya, sehingga guru/asesor dapat
membuat kesimpulan. Kesimpulan yang diperoleh berwujud suatu penemuan kemampuan
persepsi yang telah dimiliki siswa, kelemahan atau kesulitan yang dialami siswa dalam
mempersepsi obyek baik melalui penglihatan, pendengaran, maupun secara heptik.
Akhirnya dalam kesimpulan tersebut dapat ditemukan kebutuhan persepsi apa yang perlu
dikembangkan siswa. Berdasarkan kesimpulan yang dibuat, guru/asesor m

embuat rekomendasi. Rekomendasi dibuat dalam rangka penyusunan program


pembelajaran pengembangan persepsi. Oleh karena itu, rekomendasi ditujukan kepada
guru kelas atau guru bidang studi dan kepada orang tua sebagai anggota tim Program
Pembelajaran Individual (PPI).. Dalam rekomendasi memuat aspek-aspek: 1) Identifikasi
Siswa, 2) Deskripsi Singkat Analisis Hasil asesmen, dan 3) Alternatif tindakan
pembelajaran yang disarankan yang ditujukan kepada Tim PPI untuk menentukan tujuan
pembelajaran perkembangan persepsi bagi siswa yang bersangkutan.

D. LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan Anda


mengerjakan latihan berikut ini.

  98  
 
Buatlah kisi-kisi instrumen assesmen perkembangan persepsi:

• Pilih salah satu komponen Perkembangan Persepsi

• Buatlah butir-butir soal/instrumen dalam tabel

• Tetapkan kriteria keberhasilan

• Buatlah LKS dari tiap butir soal

Petunjuk Jawaban Latihan

Sebelum Anda membuat kisi-kisi instrumen asesmen perkembangan persepsi, sebaiknya


Anda pahami terlebih dahulu materi perkembangan persepsi dan ruang lingkupnya.
Berdasarkan pemahaman Anda itulah Anda dapat membuat subkomponen serta indikator-
indikatornya.

E. RANGKUMAN

Persepsi merupakan proses memahami dan menginterpretasikan informasi


sensoris (berhubungan dengan .pancaindra), atau kemampuan intelek untuk menyarikan
makna dari data yang diterima oleh berbagai indra". Dengan demikian untuk memahami
proses persepsi terlebih dahulu harus dipahami apa yang disebut dengan pengindraan.

Adapun ruang lingkup bidang perkembangan persepsi terdiri dari tiga komponen
besar, yaitu: (1) persepsi auditoris yang meliputi kesadaran fonologis, diskriminasi
auditoris, ingatan auditoris, urutan auditoris, dan perpaduan auditoris; (2) persepsi visual,
yang meliputi hubungan keruangan, diskriminasi visual, diskriminasi bentuk dan latar,
visual closure, mengenal obyek, dan (3) persepsi heptik yang meliputi persepsi taktil dan
kinestetik.

Untuk mengembangkan butir-butir instrumen asesmen perkembangan persepsi,


guru/asesor hendaknya membuat kisi-kisi instrumen asesmen perkembangan persepsi
berdasarkan ruang lingkup kemampuan/keterampilan perkembangan persepsi. Yang
selanjutnya guru/asesor membuat lembar kerja siswa berdasarkan butir-butir instrumen
asesmen yang telah disusun. Akhirnya guru/asesor menganalisis hasil jawaban siswa.

Menganalisis hasil asesmen perkembangan persepsi artinya membuat deskripsi

  99  
 
dari hasil jawaban siswa, kemudian menginterpretasikannya, sehingga guru/asesor dapat
membuat kesimpulan dan rekomendasi terutama ditujukan kepada anggota tim PPI.

F. TES FORMATIF

Petunjuk: Pilihlah salah satu option yang dianggap paling benar!

1. Proses memahami dan memaknai obyek yang diterima oleh berbagai indra,
merupakan arti dari

a. Persepsi

b. Perkembangan persepsi

c. Persepsi Auditoris

d. Persepsi Visual

2. Seorang anak mampu menunjukkan gambar yang bunyi akhirnya terdengar bunyi (a)
dari gambar yang ditunjukkan. Auak tersebut telah memiliki persepsi

a. Auditoris

b. Visual

c. Kinestetik

d. Taktil

3. Seorang anak mampu membedakan bunyi keras-lemah atau bunyi jauh-dekat. Anak
tersebut telah memiliki persepsi

a. Kesadaran fonologis

b. Diskriminasi auditoris

c. Ingatan Auditoris

d. Urutan auditoris

4. Kemampuan membedakan suatu obyek dari obyek yang lain merupakan persepsi.

a. Diskriminasi visual

  100  
 
b. Diskriminasi bentuk dan latar

c. Visual closure

d. Mengenal obyek

5. Kemampuan mengingat dan mengidentifikasi suatu obyek, meskipun obyek tersebut


tidak diperlihatkan secara keseluruhan, merupakan makna dari

a. Hubungan keruangan

b. Diskriminasi visual

c. Diskriminasi bentuk dan latar

d. Visual closure

6. Kemampuan mengenal berbagai obyek melalui meraba, merupakan persepsi

a. Auditoris

b. Visual

c. Taktil

d. Kinestetik

7. Kesadaran posisi, adalah beberapa contoh dari persepsi

a. Auditoris

b. Visual

c. Taktil

d. Kinestetik

8. Pada saat seorang guru/asesor membuat deskripsi dari hasil jawaban siswa tentang
perkembangan persepsi, kemudian menginterpretasikannya, maka asesor tersebut sedang
melakukan proses …

a. Membuat butir-butir soal instrumen

  101  
 
b. Membuat analisis hasil asesmen

c. Membuat kesimpulan

d. Membuat rekomendasi

9. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil asesmen dimanifestasikan dalam bentuk

a. Kemampuan siswa

b. Kelemahan siswa

c. Kesulitan siswa

d. Kekuatan, kelemahan, dan kebutuhan siswa

10. Rekomendasi sebaiknya ditujukan kepada orang tua siswa, karena Orang tua
merupakan

a. Anggota tim dewan sekolah

b. Anggota tim komitee sekolah

c. Anggota tim program pembelajaran individual

d. Anggota masyarakat sekolah

Kunci Jawaban:

1. a 6. c

2. a 7. d

3. b 8. b

4. a 9. d

5. d 10. c

G. BALIKAN DAN TINDAK LANJUT

Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif yang terdapat di

  102  
 
bagian akhir bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar,
kemudian gunakan rumus tingkat penguasaan, yaitu jumlah jawaban Anda yang
benar dibagi 10 kemudian dikalikan dengan 100%. Dengan demikian Anda akan
memperoleh presentase tingkat penguasaan Anda. terhadap materi Kegiatan
Belajar Adapun arti tingkat penguasaan yang Anda capai adalah sebagai berikut:

90% - 100% = baik sekali

80% - 89% = baik

70% - 79% = cukup

<70% = kurang

Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih Anda dapat mengikuti ujian
akhir semester (UAS)., tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus
mengulang kegiatan belajar ini terutama bagian yang belum anda kuasai.

  103  
 
G. ASESMEN AKADEMIK

Pendahuluan

Sebagaimana diuraikan pada bagian terdahulu, sebagaimana McLoughlin & Lewis


(1986:3) mengemukakan bahwa pada dasarnya asesmen pendidikan terutama difokuskan
pada berbagai bidang pelajaran di sekolah, baik faktor yang mempengaruhi prestasi di
sekolah seperti bidang akademik, bahasa, dan keterampilan sosial maupun faktor lingkungan.
Faktor lingkungan dapat dipertimbangkan bersama dengan analisis strategi belajar dan
perilaku belajar siswa yang dapat diamati dan dapat diukur.

Dalam penyelenggaraan pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus, secara garis


besar asesmen dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: asesmen akademik, dan asesmen
perkembangan. Asesmen akademik menekankan pada upaya mengukur pencapaian
prestasi belajar siswa. Pada asesmen akademik aspek yang diases adalah bidang-bidang
kemampuan dan keterampilan akademik seperti bahasa, sains, dan matematika. Sedangkan
asesmen perkembangan mengutamakan pada aspek-aspek yang berkaitan dengan
keterampilan prasyarat yang diperlukan untuk keberhasilan bidang akademik. Adapun aspek-
aspek yang diases dapat berupa perkembangan kognitif, yang meliputi: aspek bahasa dan
komunikasi, persepsi, konsentrasi, dan memori; perkembangan motorik, perkembangan
social, dan perkembangan emosi.

Untuk keperluan penulisan bahan belajar mandiri 3 ini, pembahasan kegiatan


pembelajaran asesmen akademik hanya mencakup pada tiga bidang keterampilan akademik
dasar yang terangkum dalam istilah 3R’s, yaitu Reading, Writing, and Aritmethics.

Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi bahan belajar mandiri ini meliputi:

1. Asesmen Membaca

2. Asesmen Menulis

  104  
 
3. Asesmen Matematika/Berhitung

Petunjuk Belajar

Agar anda dapat memahami isi bahan belajar mandiri ini dengan baik, perhatikan1ah
petunjuk mempelajari bahan belajar mandiri ini sebagai berikut:

1. Bacalah keseluruhan materi dalam bahan belajar mandiri ini secara cepat dan tepat,
berusaha mengerti secara keseluruhan materi bahan belajar mandiri ini
2. Sesudah itu mulailah membaca setiap kegiatan belajar secara lebih teliti dengan berusaha
memahami, mencari dan menemukan setiap konsep yang diuraikan
3. Bila ada bagian yang tidak atau kurang Anda mengerti maka berilah tanda dan catat dalam
buku catatan Anda untuk dapat Anda tanyakan pada waktu ada tatap muka
4. Setelah Anda pelajari dengan hati-hati setiap bagian dari bahan belajar mandiri ini,
cobalah lakukan evaluasi sendiri hasil belajar Anda dengan cara membuat pertanyaan
sendiri dan berusaha menjawab sendiri
5. Buatlah kesimpulan dalam kata-kata Anda sendiri dari keseluruhan bahan yang And abaca
dalam bahan belajar mandiri ini
6. Akhimya kerjakanlah latihan dan tes formatif yang tersedia

Kegiatan Pembelajaran 1 Asesmen Keterampilan Membaca

Melalui kegiatan pembelajaran 1 ini pembaca diperkenalkan dengan pengetahuan


tentang bagimana pembuatan kisi-kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen asesmen
keterampilan membaca. Pembahasan difokuskan pada penetapan ruang lingkup materi
keterampilan membaca, menyusun kisi-kisi instrumen, mengembangkan butir-butir instrumen
berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat, serta bagaimana melaksanakan dan menganalisis
hasil asesmen keterampilan membaca

A. TUJUAN

Dengan mempelajari kegiatan pembelajaran 1 ini diharapkan pembaca mampu


membuat kisi-kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen asesmen keterampilan
membaca. Secara khusus pembahasan ini bertujuan agar pembaca mampu:

1. Menetapkan ruang lingkup asesmen keterampilan membaca


2. Menyusun kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan membaca

  105  
 
3. Mengembangkan butir-butir instrumen asesmen keterampilan membaca berdasarkan
kisi-kisi yang telah dibuat
4. Melaksanakan dan menganalisis hasil asesmen keterampilan membaca

B. POKOK BAHASAN

1. Penetapan ruang lingkup asesmen keterampilan membaca


2. Penyusunan kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan membaca
3. Pengembangan butir-butir instrumen asesmen keterampilan membaca berdasarkan
kisi-kisi yang telah dibuat
4. Pelaksanaan dan menganalisis hasil asesmen keterampilan membaca

C. INTISARI BACAAN

1. Penetapan Ruang Lingkup Asesmen Keterampilan Membaca

Membaca merupakan aktivitas auditif dan visual untuk memperoleh makna dari
symbol berupa huruf atau kata. Sunardi & Muchlisoh (1997) mengemukakan bahwa
aktivitas ini meliputi dua proses, yaitu proses decoding, juga dikenal dengan istilah
membaca teknis atau permulaan, dan proses pemahaman. Membaca teknis adalah proses
pemahaman atas hubungan antara huruf (grafim) dengan bunyi (morfem) atau
menterjemahkan kata-kata tercetak menjadi bahasa lisan atau sejenisnya. Mengucapkan
baik dalam hati maupun bersuara, misalnya kata “Ibu tidur” yang tercetak merupakan
proses membaca teknis. Sedangkan pemahaman merupakan proses menangkap makna
kata-kata yang tercetak. Pada waktu melihat tulisan “Ibu tidur,” pembaca akan mengetahui
bahwa yang tidur bukan ayah dan bahwa Ibu dalam tulisan itu tidak sedang makan.

ABK yang mengalami kesulitan membaca harus ditangani sedini mungkin sehingga
masalahnya tidak semakin membesar. Langkah penanganan anak-anak ini meliputi tahap
asesmen dan tahap intervensi pembelajaran. Asesmen keterampilan membaca yang
dimaksud dalam bahasan ini adalah suatu proses dalam memperoleh data tentang
keterampilan seorang siswa dalam melakukan aktivitas membaca, baik dalam hal
ketepatan membaca maupun dalam memahami isi teks yang dibacanya, sebagai bahan
bagi guru dalam menyusun program dan intervensi pembelajarannya.

  106  
 
Adapun tujuan utama dari asesmen keterampilan membaca adalah untuk
mengetahui kondisi keterampilan membaca siswa saat ini, khususnya dalam aspek
ketepatan membaca dan pemahaman terhadap isi teks yang dibacanya sebagai bahan
untuk menyusun suatu program pembelajaran yang diprediksi sejalan dengan kebutuhan
siswa yang bersangkutan.

Untuk dapat mengadakan asesmen dan menyusun program yang baik, guru perlu
mengetahui secara umum organisasi materi keterampilan membaca dan jenis-jenis
keterampilan yang terkait. Seperti dijelaskan sebelumnya, materi membaca meliputi
keterampilan membaca teknis dan membaca pemahaman.

Membaca teknis adalah proses decoding atau mengubah symbol-simbol tertulis


berupa huruf atau kata menjadi system bunyi. Proses ini juga sering disebut pengenalan
kata. Dalam proses membaca teknis, ada beberapa keterampilan yang dipersyaratkan
(Sunardi, 1997:3), yaitu: keterampilan konfigurasi, analisis konteks, penguasaan kosakata
pandang, analisis konteks, dan analisis struktural. Secara operasional, proses membaca
teknis atau pengenalan kata menuntut kemampuan sebagai berikut (Sunardi, 1997:5) : a)
mengenal huruf kecil dan besar pada alfabet, b) mengucapkan bunyi (bukan nama) huruf,
terdiri dari konsonan tunggal (b, d, h, k, ..), vokal (a, i, u, e,…), konsonan ganda (kr, gr, tr,
…), diftong (ai,oi,au, …), c) menggabungkan bunyi membentuk kata, d) variasi bunyi (/u/
pada pukul, /o/ pada toko), e) menerka kata dalam menggunakan konteks, f)
menggunakan analisis struktural untuk identifikasi kata (kata ulang, kata majemuk,
imbuhan).

Adapun komponen-komponen membaca pemahaman (Sunardi, 1997:5) meliputi:


pengembangan kosakata, pemahaman literal, pemahaman inferensial, membaca kritis,
dan apresiasi. Selanjutnya dikemukakan bahwa secara operasional, membaca
pemahaman menuntut kemampuan berikut: a) mengingat pokok pikiran wacana tertulis, b)
mengingat urutan kejadian atau pendapat, c) mencari jawaban atas pertanyaan rinci isi
wacana tertulis, d) mengikuti petunjuk tertulis, e) mencari hubungan sebab akibat, f)
membuat kesimpulan berdasarkan wacana tertulis, g) mengetahui kejanggalan isi wacana,
h) mengenal materi faktual atau fiktif, i) memanfaatkan daftar isi dan indeks buku, j)
membaca table, diagram, peta, k) memanfaatkan berbagai makna dari satu kata.

2. Penyusunan Kisi-kisi dan Pengembangan butir Instrumen Asesmen


Keterampilan Membaca

  107  
 
Untuk mengetahui secara pasti jenis kesulitan yang dialami siswa, pada dasarnya
ada dua macam prosedur, yaitu melalui asesmen formal dan informal. Asesmen formal
dilakukan dengan tes baku yang dilengkapi dengan petunjuk pelaksanaan tes, kunci
jawaban, cara menafsirkan hasilnya, dan alternatif penanganan siswa yang bersangkutan.
Sayangnya, di Indonesia tes semacam itu belum dikembangkan. Oleh karena itu, para
guru harus mengandalkan asesmen informal. Yang perlu diketahui adalah jika dilakukan
dengan benar, hasil asesmen informal tidak kalah keterpercayaannya dari hasil asesmen
formal. Terdapat berbagai macam prosedur asesmen informal yang dapat digunakan,
diantarnya melalui observasi guru/asesor. Berikut dikemukakan salah satu contoh ceklis
pengamatan membaca dari Ekwall yang diadopsi oleh Sunardi (1997:14).

No Pengamatan ke-
Perilaku Membaca
1 2 3

1 Membaca dengan mengeja

2 Pemenggalan tidak tepat

3 Pengucapan tidak benar

4 Penghilangan bunyi/kata

5 Mengulang-ulang

6 Terbalik

7 Menambahkan unsur bunyi

8 Mengamati dengan bunyi lain

9 Tidak mengenal kosa kata pandang

10 Menerka-nerka kata

11 Tidak mengenal bunyi konsonan

12 Tidak mengenal bunyi vokal

  108  
 
13 Tidak mengenal konsonan/vokal
ganda
14
Kemampuan analisis structural lemah
15
Tidak mampu memanfaatkan konteks

16 Tingkat pemahaman rendah

17 Penguasaan dalam memanfaatkan


konteks
18
Kurang mampu mengingat isi bacaan
19
Jawaban tidak terstruktur secara baik
20
Tidak mampu mencari informasi tertentu
21
Tidak mampu membaca sepintas
22
Banyak salah ejaan pada jawaban

23 Lambat dalam membaca

24 Membaca cepat tetapi tidak


tepat/banyak salah

Membaca sambil berbisik


25
Tidak menguasai abjad
26

3. Pelaksanaan dan Menganalisis Hasil Asesmen Keterampilan Membaca

Untuk menentukan tingkat kemampuan membaca seorang siswa, hasil proses


asesmen harus dapat dimanfaatkan untuk menyusun program pembelajaran bagi siswa
yang bersangkutan. Guru/asesor dapat mengadakan observasi harian secara teliti untuk
mengumpulkan informasi tentang kesulitan membaca siswa. Pengamatan dapat dilakukan

  109  
 
dalam berbagai kegiatan belajar, misalnya pada waktu membaca bersuara, mengerjakan
tugas di kelas, mengerjakan tes, mengikuti pelajaran, kegiatan rekreatif, dan sebagainya.
Aspek yang dapat diamati juga bervariasi, misalnya minat dan motivasi terhadap
membaca, kemampuan membaca teknis, dan membaca pemahaman.

Hasil pengamatan harus didokumentasikan secara sistematis, sehingga mudah


untuk disimpulkan. Salah satu cara untuk mendokumentasikan hasil observasi adalah
cheklis seperti yang dikembangkan oleh Ekwall (Sunardi, 1997:14) sebagaimana yang
dapat dilihat pada kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan membaca di atas, ceklis ini
memuat 26 pernyataan yang berupa deskripsi perilaku membaca anak yang mengalami
kesulitan belajar membaca. Butir no 1 s/d 16 adalah jenis kesalahan membaca teknis, butir
nomor 17 s/d 22 adalah kesalahan membaca pemahaman, sedangkan butir 23 s/d 26
merupakan jenis kesalahan umum. Untuk memastikan bahwa satu jenis kesulitan dialami
oleh seorang siswa harus dilakukan tiga kali pengamatan, dengan pengertian bahwa
setiap kali pengamatan tidak harus mengidentifikasi semua jenis kesalahan di atas. Pada
waktu mengamati setiap ditemukan satu jenis kesalahan, misalnya ucapan tidak
sempurna, maka pada kolom pengamatan ke … baris pengucapan tidak benar diberi tanda
K untuk berkesulitan, M jika siswa menunjukkan kemajuan, atau B jika anak sudah tidak
menunjukkan kesulitan sama sekali.

D. LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan Anda


mengerjakan latihan berikut ini.

Buatlah Kisi-kisi instrumen assesmen membaca:

• Pilih salah satu komponen keterampilan membaca

• Buatlah butir-butir soal/instrumen keterampilan membaca dalam tabel

• Tetapkan kriteria keberhasilan keterampilan membaca

• Buatlah LKS dari tiap butir soal dalam asesmen keterampilan membaca

Petunjuk Jawaban Latihan

Sebelum Anda membuat kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan membaca, sebaiknya


Anda pahami terlebih dahulu materi keterampilan membaca dan ruang lingkupnya.

  110  
 
Berdasarkan pemahaman Anda itulah Anda dapat membuat subkomponen serta indikator-
indikator keterampilan membaca khususnya bagi siswa ABK.

E. RANGKUMAN

Asesmen keterampilan membaca merupakan suatu proses dalam memperoleh


data tentang keterampilan seorang siswa dalam melakukan aktivitas membaca, baik dalam
hal ketepatan membaca maupun dalam memahami isi teks yang dibacanya, sebagai
bahan bagi guru dalam menyusun program dan intervensi pembelajarannya.

Tujuan utama dari asesmen keterampilan membaca adalah untuk mengetahui


kondisi keterampilan membaca siswa saat ini, khususnya dalam aspek ketepatan
membaca dan pemahaman terhadap isi teks yang dibacanya.

Secara umum organisasi materi keterampilan membaca meliputi keterampilan


membaca teknis dan membaca pemahaman.

Membaca teknis adalah proses decoding atau proses pengenalan kata atau
mengubah simbol-simbol tertulis berupa huruf atau kata menjadi system bunyi. Adapun
komponen-komponen membaca pemahaman meliputi: pengembangan kosakata,
pemahaman literal, pemahaman inferensial, membaca kritis, dan apresiasi.

Terdapat berbagai macam prosedur asesmen informal yang dapat digunakan,


diantarnya melalui observasi guru. Guru dapat mengadakan observasi harian secara teliti
untuk mengumpulkan informasi tentang kesulitan membaca siswa. Pengamatan dapat
dilakukan dalam berbagai kegiatan belajar.. Aspek yang dapat diamati juga bervariasi,
misalnya minat dan motivasi terhadap membaca, kemampuan membaca teknis, dan
membaca pemahaman. Hasil pengamatan harus didokumentasikan secara sistematis,
sehingga mudah untuk disimpulkan.

F. TES FORMATIF

Petunjuk: Pilihlah salah satu option yang dianggap paling benar!

1. Ditemukan seorang siswa mampu memaknai teks yang dibacanya melalui kata-
katanya sendiri. Siswa tersebut memiliki tingkat keterampilan membaca …

a. Teknis

  111  
 
b. Permulaan

c. Decoding

d. Comprehensive

2. Dibawah ini merupakan proses decoding dalam membaca, kecuali …

a. Pengenalan kata

b. Membaca permulaan

c. Membaca teknis

d. Membaca lanjutan

3. Memahami dan mengingat informasi secara tersurat pada wacana termasuk ke dalam

a. Pengembangan kosakata

b. Pemahaman literal

c. Pemahaman inferensial

d. Apresiasi

4. Hal yang berkaitan dengan kepekaan emosi dan estetik siswa atas materi wacana,
adalah komponen membaca pemahaman jenis …

a. Pengembangan kosakata

b. Pemahaman literal

c. Pemahaman inferensial

d. Apresiasi

5. Seorang siswa dapat membaca kata-kata dengan mudah tanpa berpikir lagi, siswa
tersebut diduga memiliki keterampilan …

a. Konfigurasi

b. Analisis konteks

  112  
 
c. Penguasaan kosakata pandang

d. Analisis fonik

6. Siswa yang memahami kaitan antara bunyi dan huruf pada kata, diduga telah memiliki
keterampilan …

a. Konfigurasi

b. Analisis konteks

c. Penguasaan kosakata pandang

d. Analisis fonik

7. Kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan dari informasi yang tersurat


berdasarkan intuisi dan pengalamannya merupakan keterampilan …

a. Pengembangan kosakata

b. Pemahaman literal

c. Pemahaman inferensial

d. Apresiasi

8. Pengenalan bentuk huruf atau kata secara global, misalnya kata buku lebih panjang
dari kata aku, memerlukan keterampilan …

a. Konfigurasi

b. Analisis konteks

c. Penguasaan kosakata pandang

d. Analisis fonik

9. Memberikan pengalaman bermakna , seperti menyediakan berbagai buku atau


memperkenalkan siswa dengan lingkungan baru dapat membantu siswa dalam
mengembangkan keterampilan an …

a. Pengembangan kosakata

  113  
 
b. Pemahaman literal

c. Pemahaman inferensial

d. Apresiasi

10. Kemampuan dalam menggabungkan bunyi dalam membentuk kata memerlukan


keterampilan …

a. Konfigurasi

b. Analisis konteks

c. Penguasaan kosakata pandang

d. Analisis fonik

Kunci Jawaban:

1. d 6. d

2. d 7. c

3. b 8. a

4. d 9. a

5. c 10. d

G. BALIKAN DAN TINDAK LANJUT

Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif yang terdapat di
bagian akhir bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar,
kemudian gunakan rumus tingkat penguasaan, yaitu jumlah jawaban Anda yang
benar dibagi 10 kemudian dikalikan dengan 100%. Dengan demikian Anda akan
memperoleh presentase tingkat penguasaan Anda. terhadap materi Kegiatan
Belajar Adapun arti tingkat penguasaan yang Anda capai adalah sebagai berikut:

  114  
 
90% - 100% = baik sekali

80% - 89% = baik

70% - 79% = cukup

<70% = kurang

Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih Anda dapat mengikuti
ujian akhir semester (UAS)., tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah
80%, Anda harus mengulang kegiatan belajar ini terutama bagian yang belum anda
kuasai

Asesmen Keterampilan Menulis

Melalui kegiatan pembelajaran 2 ini pembaca diperkenalkan dengan pengetahuan


tentang pembuatan kisi-kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen asesmen keterampilan
menulis. Pembahasan difokuskan pada penetapan ruang lingkup, menyusun kisi-kisi
instrumen, mengembangkan butir-butir instrumen berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat, serta
bagaimana menganalisis hasil asesmen keterampilan menulis

A. TUJUAN

Dengan mempelajari kegiatan pembelajaran 2 ini diharapkan pembaca mampu


membuat kisi-kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen asesmen keterampilan
menulis. Secara khusus pembahasan ini bertujuan agar pembaca mampu:

1. Menetapkan ruang lingkup asesmen keterampilan menulis


2. Menyusun kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan menulis
3. Mengembangkan butir-butir instrumen asesmen keterampilan menulis
berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat
4. Melaksanakan dan menganalisis hasil asesmen keterampilan menulis
B. POKOK BAHASAN

1. Penetapan ruang lingkup asesmen keterampilan menulis


2. Penyusunan kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan menulis
3. Pengembangan butir-butir instrumen asesmen keterampilan menulis berdasarkan

  115  
 
kisi-kisi yang telah dibuat
4. Pelaksanaan dan menganalisis hasil asesmen keterampilan menulis

C. INTISARI BACAAN

1. Penetapan Ruang Lingkup Asesmen Keterampilan Menulis

Yang dimaksud dengan asesmen keterampilan menulis adalah suatu proses


dalam memperoleh informasi tentang penguasaan atau keterampilan menulis yang telah
dimiliki siswa saat ini serta untuk menemukan kesulitan hambatan dalam mempelajari
keterampilan menulis yang dialaminya. Adapun tujuan asesmen keterampilan menulis
untuk mengetahui gambaran secara menyeluruh keterampilan menulis apa yang telah
dikuasai siswa dan keterampilan menulis apa yang belum dikuasai siswa. Dengan
demikian hasil asesmen akanmenjadi landasan bagi penyusunan program pembelajaran
menulis siswa yang bersangkutan. Untuk dapat melakukan asesmen keterampilan menulis
dengan baik , maka perlu pemahaman tentang pengertian keterampilan menulis.

Terdapat beberapa pendapat tentang pengertian menulis. Lerner (1985)


mengemukakan bahwa menulis adalah menuangkan ide ke dalam suatu bentuk visual.
Tarigan (1986) menjelaskan bahwa menulis adalah melukiskan lambing-lambang grafis
dari bahasa yang dipahami oleh penulisnya maupun orang-orang lain yang menggunakan
bahasa yang sama dengan penulis tersebut. Sedangkan Hargrove & Poteet (1984)
mengemukakan bahwa menulis merupakan penggambaran visual tentang pikiran,
perasaan dan ide dengan menggunakan symbol-simbol system bahasa penulisnya untuk
keperluan komunikasi atau mencatat. Dari sekian banyak pendapat di atas Mulyono
Abdurahman (1996:192) menyimpulkan bahwa menulis merupakan: (1) salah satu
komponen system komunikasi, (2) penggambaran pikiran, perasaan, dan ide ke dalam
bentuk lambing-lambang bahasa grafis, dan (3) dilakukan untuk keperluan mencatat dan
komunikasi.

Seperti halnya dalam asesmen keterampilan membaca, untuk dapat mengadakan


asesmen keterampilan menulis dan menyusun program yang baik, guru perlu mengetahui
secara umum organisasi materi keterampilan menulis dan jenis-jenis keterampilan yang
terkait. Pada dasarnya materi keterampilan menulis mencakup empat keterampilan, yaitu
(Sunardi,1997): (1) keterampilan pra menulis, (2) keterampilan menulis permulaan,

  116  
 
(3) keterampilan mengeja, dan (4) keterampilan menulis lanjutan (mengarang).

Sebagaimana dikemukakan oleh Sunardi (1997:4) keterampilan pra menulis


mencakup: (a) meraih, meraba, memegang, dan melepas benda, (b) mencari perbedaan
dan persamaan berbagai benda, bentuk, warna, bangun, dan posisi, (c) menentukan arah
kiri, kanan, atas, bawah, depan, dan belakang. Sedangkan keterampilan menulis dengan
tangan (permulaan) meliputi: (a) Memegang alat tulis, (b) Menggerakkan alat tulis (atas-
bawah,kiri-kanan,melingkar), (c) Menyalin huruf, kata, kalimat dengan huruf balok, (d)
Menulis namanya dengan huruf balok, (e) Menyalin huruf balok dari jarak jauh, (f)
Menyalin huruf, kata, kalimat dengan tulisan bersambung, dan (g) Menyalin tulisan
bersambung dari jarak jauh. Adapun keterampilan mengeja mencakup: (a) Mengenal huruf
abjad, kata, (b) Mengucapkan kata yang diketahuinya, (c) Mengenal
perbedaan/persamaan konfigurasi kata, (d) Mengasosiasikan bunyi dengan huruf, (e)
Mengeja kata, (f) Menemukan aturan ejaan kata, dan (g) Menuliskan kata dengan ejaan
yang benar. Selanjutnya Moh.Amin (1995) mengemukakan bahwa keterampilan menulis
lanjut atau ekspresif (mengarang) meliputi: (a) Reproduksi, (b) Deskripsi (uraian), (c)
Ciptaan dan (d) Karangan Penjelasan.

Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam membuat karangan reproduksi, siswa


menceriterakan kembali karangan yang telah dibuat oleh orang lain. Siswa tidak perlu
menyebutkan kembali semua kata yang terdapat pada teks bacaan aslinya. Siswa boleh
menggantinya dengan kata-kata yang dipilihnya dan boleh membuang bagian-bagian
yang dianggap kurang penting atau menambahkan bagian-bagian yang dianggapnya lebih
memperjelas maksud karangan. Karangan reproduksi ini penting, karena: 1) mengimbangi
gagasan yang belum dapat siswa susun sendiri sehingga memberikan kesempatan
berlatih menyatakan pikiran, perasaan, dan kehendak sekalipun mereka belum dapat
menyusunnya sendiri. 2) waktu mereproduksikan karangan orang lain, siswa melihat
bagaimana cara orang lain menyusun perasaan, pikiran dan kehendak.

Pada karangan uraian (deskripsi) siswa berlatih mengemukakan sesuatu


sebagaimana adanya. Disini siswa sudah tidak hanya menyatakan kembali pikiran,
perasaan, dan kehendak orang lain lagi, melainkan merumuskan kenyataan-kenyataan
menjadi kata-kata dan kalimat. Misalnya tentang apa yang dilakukannya sebelum pergi
sekolah, apa yang dilihatnya di jalan, dan sebagainya. Jenis karangan ini lebih sulit dari
pada karangan reproduksi. Disamping harus merumuskan kenyataan menjadi kata-kata

  117  
 
dan kalimat, dalam karangan ini siswa harus juga menentukan dari mana akan memulai
dan di mana akan berakhir.

Dalam karangan ciptaan, siswa harus merumuskan pikiran, perasaan, dan


kehendak yang tidak dirumuskan dahulu oleh orang lain. Kenyataan-kenyataan mungkin
masih dipergunakannya sebagai bahan, akan tetapi harus diberinya warna baru. Dalam
membuat karangan ciptaan, siswa harus merumuskan apa yang sebenarnya sedang tidak
terjadi. Misalnya membuat surat permisi karena sakit padahal dalam keadaan sehat,
menyatakan apa yang akan dikerjakannya kalau sudah besar padahal masih kanak-kanak,
dan sebgainya.

Dalam karangan penjelasan, siswa menjelaskan mengapa sesuatu dikerjakan atau


harus dikerjakan, bagaimana cara mengerjakan pekerjaan itu, dan sebagainya. Judul
karangan ada yang menarik minat siswa ada juga yang tidak. Judul menarikpun ada yang
sukar dikarang apalagi yang tidak menarik. Menurut hasil penelitian hal-hal yang menarik
perhatian anak usia 7-10 tahun ialah pengalaman pribadi, peristiwa-peristiwa yang
berkaitan dengan perubahan musim, dongeng, permainan, hal-hal yang berkenaan
dengan anak dan orang tuanya, hal-hal mengenai binatang, dan ceritera tentang orang-
orang istimewa atau terkenal. Selanjutnya hal-hal yang menarik perhatian anak usia 11
tahun atau lebih ialah pengalaman sendiri, pengalaman pergi dan petualangan, olah raga
dan kelakuan di luar ruang kesusasteraan, ceritera binatang, kehidupan di rumah, hobi,
peristiwa-peristiwa hangat, cerita orang-orang ternama, dan khayal.

Adapun hal-hal yang jarang menarik perhatian anak adalah pembicaraan mengenai
kesehatan, kemasuarakatan, kenegaraan, penjelasan-penjelasan tentang peribahasa dan
kata-kata mutiara, penjelasan-penjelasan yang sering mengenai benda-benda seperti
payung, kaos kaki, dan sebagainya.

2. Penyusunan Kisi-kisi Instrumen Asesmen Keterampilan Menulis

Berdasarkan ruang lingkup materi keterampilan menulis yang telah dikemukakan


sebelumnya, maka langkah selanjutnya adalah menyusun kisi-kisi instrumen asesmen
keterampilan menulis/ Dengan pengetahuan guru tentang ruang lingkup materi
keterampilan menulis, guru dapat dengan mudah menyusun kisi-kisi tersebut baik dalam
bentuk daftar atau tabel. Berikut dikemukakan contoh kisi-kisi instrumen keterampilan
menulis berdasarkan ruang lingkup materi sebagaimana diuraikan di atas.

  118  
 
Contoh tabel Kisi-kisi Instrumen asesmen Keterampilan Menulis

Komponen Ruang lingkup Penjabaran Materi

Keterampilan Menulis Pra Menulis (a) Meraih, meraba, memegang, dan


melepas benda

(b) Mencari perbedaan/persamaan


berbagai obyek,bentuk, warna, ukuran

(c) Orientasi ruang dan arah (kiri-


kanan, atas-bawah, depan belakang)

Menulis Permulaan (a) Memegang alat tulis

(b) Menggerakkan alat tulis (atas-


bawah,kiri-kanan,melingkar)

(c) Menyalin huruf, kata, kalimat


dengan huruf balok

(d) Menulis namanya dengan huruf


balok

(e) Menyalin huruf balok dari jarak


jauh

(f) Menyalin huruf, kata, kalimat


dengan tulisan bersambung

(g) Menyalin tulisan bersambung dari


jarak jauh

  119  
 
Keterampilan (a) Mengenal huruf abjad, kata
Mengeja (misalnya,dari namanya sendiri)

(b) Menuliskan kata yang diketahuinya

(c) Mengenal perbedaan/persamaan


konfigurasi/bentuk kata

(d) Mengasosiasikan bunyi dengan


huruf

(e) Mengeja kata

(f) Menemukan aturan ejaan kata

(g) Menuliskan kata dengan ejaan


yang benar

Keterampilan (a) Reproduksi


Mengarang
(b) Deskripsi (uraian)

(c) Ciptaan

(d) Penjelasan

  120  
 
Selain yang dikemukakan di atas, guru dapat pula membuat kisi-kisi instrumen
asesmen keterampilan menulis berdasarkan kurikulum yang berlaku saat ini. Berikut
dikemukakan contoh kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan menulis berdasarkan KTSP
PP No.22 dan 23 Tahun 2006.

Contoh Kisi-kisi Instrumen Asesmen Keterampilan Menulis

(Kls 1/Smt 1 SD/MI Berdasarkan KTSP PP No.22 dan 23 Tahun 2006)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator

1. Menulis 1.1 1. Meniru gerakan


permulaan dengan Mempersiapkan
2. Menulis di udara
menjiplak, diri untuk belajar
menebalkan, dasar-dasar 3. Menebalkan bentuk
mencontoh, menulis benda
melengkapi, dan (Melemaskan
4. Menirukan gerakan
menyalin otot tangan)
(naik, turun, berkelok)

5. Membentuk gambar
benda

6. Menebalkan
gambar

1.2. Menebalkan 1. Menebalkan huruf


berbagai bentuk
2. Menebalkan kata
gambar, bentuk
huruf, dan kata 3. Melengkapi
suku kata menjadi
kata

1.3. Mencontoh 1. Menebalkan huruf

  121  
 
huruf, kata, atau 2. Mencontoh tulisan
kalimat huruf dengan
sederhana dari menyalin
buku atau papan
3. Mencontoh tulisan
tulis
kata dengan menyalin

4. Mencontoh tulisan
kalimat sederhana
dengan menyalin

5. Melengkapi kata
dengan huruf yang
tepat

6. Melengkapi kalimat
sesuai dengan
gambar

1.4. Menebalkan 1. Menulis huruf


gambar, dengan rapi
mencontoh
2. Menulis dan
huruf, kata, atau
menyalin kata dengan
kalimat
rapi
sederhana
3. Melengkapi kalimat

1.5. Mencontoh 1. Menebalkan dan


huruf, kata, atau mencontoh kalimat
kalimat
2. Mencontoh kalimat
sederhana dari
buku atau papan 3. Melengkapi kata
tulis

  122  
 
4. Melengkapi kalimat

5. Menyusun kalimat
acak

1.6 menyalin 1. Menulis kata sesuai


kalimat gambar
sederhana
2. Menyalin kalimat
dengan huruf
lepas 3. Melengkapi kalimat

3. Pengembangan Butir-butir Instrumen Asesmen Keterampilan Menulis

Sama halnya dengan penyusunan instrumen asesmen-asesmen keterampilan


lainnya, setelah menyusun kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan menulis maka
langkah selanjutnya adalah mengembangkan butir-butir soal instrumen asesmen
keterampilan menulis. Dan kisi-kisi yang telah disusun akan menjadi landasannya.
Pengembangan butir soal dapat dibuat dalam bentuk daftar atau tabel. Butir-butir soal
dikembangkan berdasarkan indikator-indikator yang telah dijabarkan dari subkomponen
keterampilan menulis yang telah dipahami baik pengertiannya maupun ruang lingkupnya.
Pada dasarnya untuk keterampilan menulis, terkecuali asesmen keterampilan pra menulis,
asesmen yang paling praktis adalah menganalisis sampel hasil tulisan siswa. Disarankan
paling tidak tiga sample tulisan siswa, yaitu tulisan dalam kondisi normal, tulisan terbaik,
dan tulisan tercepat (Sunardi, 1997:7) Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh ilustrasi
berikut ini.

Contoh Pengembangan Butir Soal Asesmen Keterampilan Pra Menulis

Identitas Siswa

Nama :

Tempat/tgl lahir :

  123  
 
Jenis Kelamin :

Kelas/Semester :

Sekolah :

Hasil
Pokok
Butir Soal
Bahasan 1 2 3

1. Pra 1.a.1 Siswa diminta untuk mengambil


menulis obyek-obyek kecil yang disediakan
asesor/guru
a. Meraih,
meraba, 1.a.2 Siswa diminta untuk meraba obyek-
memegang, obyek kecil yang disediakan asesor/guru
dan
1.a.3 Siswa diminta untuk memegang
melepaska
obyek-obyek kecil yang disediakan
n benda
asesor/guru

1.a.4 Siswa diminta untuk


melepas/menjatuhkan/membuang obyek-
obyek kecil yang disediakan asesor/guru

Contoh Pengembangan Butir Soal Asesmen Keterampilan Mengeja

IDENTITAS SISWA

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

  124  
 
Kelas :

Sekolah :

Tugas a. a.Mengenal huruf abjad,


kata
1. Tulislah namamu sendiri!

Kondisi normal

SAMPEL
TULISAN
Tulisan terbaik

Tulisan tercepat

  125  
 
Contoh Pengembangan Butir Soal Asesmen Keterampilan Mengarang

IDENTITAS SISWA

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Kelas :

Sekolah :

Tugas (karangan reproduksi): Tulislah apa yang kamu pahami dari teks bacaan
yang tersedia di bawah ini! (Guru/asesor menyediakan teks bacaan sesuai
dengan tingkat/kelas siswa yang bersangkutan)

1. 4. Pelaksanaan dan Analisis Hasil Asesmen Keterampilan Menulis


Seperti yang dikemukakan sebelumnya bahwa untuk keterampilan menulis,
terkecuali asesmen keterampilan pra menulis, asesmen yang paling praktis adalah
menganalisis sampel hasil tulisan siswa. Oleh karena itu prosedur pelaksanaan asesmen
keterampilan menulis yang pertama adalah meminta sampel hasil tulisan siswa. Ada tiga
hal yang perlu diperhatikan sebelum siswa melakukan tugas yang diminta, yaitu: a)
berikan pengarahan yang jelas, b) berikan LKS, dan c) bubuhkan identitas siswa. Kedua,
Guru/asesor mengamati proses menulis siswa. Ada beberapa komponen yang dapat
diamati dalam pelaksanaan asesmen keterampilan menulis (Sunardi, 1997), di antaranya:
Memegang pensil dengan benar, Arah menulis (dari kiri ke kanan), Posisi kertas/buku,
Posisi duduk siswa, Jarak mata dengan kertas/buku, Kondisi siswa saat menulis (tegang,
frustrasi, emosional), Sikap yang ditunjukkan siswa (negatif, bosan, mengganggu ). Untuk
lebih jelasnya perhatikan tabel pengamatan proses menulis siswa berikut ini.

  126  
 
Hasil

Komponen yang diamati Tepat Ket.


Kurang Tidak
tepat tepat

1. 1. Memegang pensil
dengan benar
2. 2. Arah menulis (dari kiri
ke kanan)
3. 3. Posisi kertas/buku
4. 4. Posisi duduk siswa
5. 5. Jarak mata dengan
kertas/buku
6. 6. Kondisi siswa saat
menulis (tegang, frustrasi,
emosional)
7. 7. Sikap yang ditunjukkan
siswa (negatif, bosan,
mengganggu )

Langkah selanjutnya adalah menganalisis sample hasil tulisan siswa. Adapun


aspek-aspek yang dianalisis antara lain adalah bentuk huruf/kata, ukuran, letak dan
proporsi huruf, konsistensi jarak antar huruf, konsistensi tebal-tipis huruf, konsistensi
tegak-miring huruf, dan kecepatan dalam menulis. Adapun aspek-aspek untuk
menganalisis hasil asesmen keterampilan mengarang, diantaranya adalah aspek
kelancaran, kosakata, struktur dan tanda baca, dan isi karangan yang meliputi: ketepatan,
kekayaan ide, dan organisasi.

1. D. LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan Anda
mengerjakan latihan berikut ini.

  127  
 
Buatlah Kisi-kisi instrumen assesmen menulis:

• Pilih salah satu kelas dan semester yang ada pada kurikulum SD
• Buatlah butir-butir soal/instrumen asesmen keterampilan menulis dalam tabel
• Tetapkan kriteria keberhasilan keterampilan menulis
• Buatlah LKS dari tiap butir soal keterampilan menulis

Petunjuk Jawaban Latihan

Sebelum Anda membuat kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan menulis, sebaiknya


Anda pahami terlebih dahulu materi keterampilan menulis untuk tingkat Sekolah Dasar dan
ruang lingkupnya. Berdasarkan pemahaman Anda itulah Anda dapat membuat
subkomponen serta indikator-indikatornya.

E. RANGKUMAN

Secara garis besar organisasi materi keterampilan menulis mencakup empat


keterampilan besar, yaitu: keterampilan pra menulis, keterampilan menulis permulaan,
keterampilan mengeja, dan keterampilan menulis lanjutan (mengarang). Terdapat empat
jenis karangan, yaitu karangan reproduksi, karangan uraian, karangan ciptaan, dan
karangan penjelasan.

Ada beberapa hal yang dapat diamati pada saat pelaksanaan asesmen
keterampilan menulis, di antaranya adalah: Memegang pensil dengan benar, arah menulis
(dari kiri ke kanan), posisi kertas/buku, posisi duduk siswa, jarak mata dengan kertas/buku,
kondisi siswa saat menulis (tegang, frustrasi, emosional), sikap yang ditunjukkan siswa
(negatif, bosan, mengganggu).

F. TES FORMATIF

Petunjuk: Pilihlah option di bawah ini yang dianggap paling benar!

1. Seorang siswa memiliki kemampuan menulis dengan tangan. Artinya siswa tersebut
telah menguasai keterampilan …
a Pra menulis
b Menulis permulaan

  128  
 
c Keterampilan mengeja
d Keterampilan mengarang

2. Siswa mampu menceriterakan kembali karangan yang telah dibuat oleh orang lain
dengan kata-katanya sendiri. Siswa tersebut terampil dalam membuat karangan …
a Reproduksi
b Uraian
c Penjelasan
d Ciptaan
3. Siswa mampu mendeskripsikan sesuatu yang dilihatnya. Siswa tersebut terampil
dalam membuat karangan …
a Reproduksi
b Uraian
c Penjelasan
d Ciptaan

4. Memberikan materi keterampilan “membuat surat ijin untuk tidak sekolah” kepada
siswa, adalah bentuk latihan dalam keterampilan mengarang jenis …
a Reproduksi
b Uraian
c Penjelasan
d Ciptaan

5. Berdasarkan hasil penelitian, anak usia 7-10 tahun lebih tetarik dengan hal-hal berikut,
kecuali …
a Pengalaman pribadi
b Hal yang berkenaan dengan anak dan orang tua
c Mengenai binatang
d Kemasyarakatan

6. Sedangkan anak usia 11 tahun atau lebih, mereka lebih tertarik dengan judul-judul
karangan
a Petualangan
b Kesehatan

  129  
 
c Kenegaraan
d Kemasyarakatan

7. Seorang siswa mampu menjelaskan mengapa sesuatu itu dikerjakan atau harus
dikerjakan secara tertulis. Siswa tersebut telah memiliki kemampuan dalam menulis
karangan …
a Reproduksi
b Uraian
c Penjelasan
d Ciptaan

8. Baik anak usia 7-10 tahun, maupun anak usia 11 tahun atau lebih, mereka sama-
sama tertarik dengan judul-judul karangan di bawah ini, kecuali …
a Pengalaman pribadi
b Cerita orang-orang ternama
c Mengenai binatang
d Kemasyarakatan

9. Keterampilan pra menulis, merupakan kemampuan … dalam pelajaran menulis


a Pre requisite
b Dengan sendirinya anak dapat melakukannya
c Setiap anak dapat melaluinya tanpa belajar
d Menulis permulaan

10. Pada kelas-kelas permulaan, pengajaran menulis dipusatkan pada keterampilan di


bawah ini, kecuali …
a Mengenal huruf
b Mengenal kata
c Menyalin kata
d Mengarang

Kunci Jawaban:
1. b 6. a
2. a 7. c

  130  
 
3. b 8. d
4. d 9. a
5. d 10. d

G. BALIKAN DAN TINDAK LANJUT


Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif yang terdapat di
bagian akhir bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian
gunakan rumus tingkat penguasaan, yaitu jumlah jawaban Anda yang benar dibagi 10
kemudian dikalikan dengan 100%. Dengan demikian Anda akan memperoleh presentase
tingkat penguasaan Anda. terhadap materi Kegiatan Belajar Adapun arti tingkat
penguasaan yang Anda capai adalah sebagai berikut:

90% - 100% = baik sekali

80% - 89% = baik

70% - 79% = cukup

<70% = kurang

Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih Anda dapat mengikuti
ujian akhir semester (UAS)., tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%,
Anda harus mengulang kegiatan belajar ini terutama bagian yang belum anda kuasai.

  131  
 
Asesmen Keterampilan Matematika

Melalui kegiatan pembelajaran 3 ini pembaca diperkenalkan dengan pengetahuan


tentang pembuatan kisi-kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen asesmen keterampilan
matematika . Pembahasan difokuskan pada penetapan ruang lingkup asesmen keterampilan
matematika, menyusun kisi-kisi instrumen, mengembangkan butir-butir instrumen berdasarkan
kisi-kisi yang telah dibuat, serta bagaimana menganalisis hasil asesmen keterampilan
matematika

A. TUJUAN
Dengan mempelajari kegiatan pembelajaran ini diharapkan pembaca mampu membuat
kisi-kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen asesmen keterampilan matematika. Secara
khusus pembahasan ini bertujuan agar pembaca mampu:

1. Menetapkan ruang lingkup asesmen keterampilan matematika


2. Menyusun kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan matematika
3. Mengembangkan butir-butir instrumen asesmen keterampilan matematika
berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat
4. Melaksanakan dan Menganalisis hasil asesmen keterampilan matematika

B. POKOK BAHASAN
1. Penetapan ruang lingkup asesmen keterampilan matematika
2. Penyusunan kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan matematika
3. Pengembangan butir-butir instrumen asesmen keterampilan matematika berdasarkan
kisi-kisi yang telah dibuat
4. Pelaksanaan dan Menganalisis hasil asesmen keterampilan matematika

C. INTISARI BACAAN
1. Penetapan Ruang Lingkup Asesmen Keterampilan Matematika
Untuk mendapatkan data yang akurat tentang kondisi siswa yang diases,
diperlukan instrumen yang memadai. Instrumen yang memadai akan diperoleh, jika
guru/asesor memiliki pemahaman yang komprehensif tentang bidang yang akan
diasesmennya.

Asesmen matematika yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah suatu

  132  
 
proses perolehan data atau informasi tentang penguasaan keterampilan matematika
seorang siswa sebagai bahan dalam menyusun suatu program pembelajaran.

Tujuan utama dari asesmen matematika adalah untuk mengetahui kondisi


penguasaan keterampilan matematika seorang anak pada saat itu, baik keterampilan
yang telah dikuasainya maupun yang belum dikuasainya sebagai dasar untuk
menyusun program pembelajaran yang diprediksi sejalan dengan hambatan dan
kebutuhan belajar anak tersebut.

Untuk membuat asesmen bidang matematika, guru/asesor seyogyanya


memahami secara komprehensif ruang lingkup serta unsur-unsur pembelajaran
matematika; sequence atau urutan materi, serta tahapan belajar matematika. Terdapat
beberapa jenis pengelompokkan bidang matematika yang diberikan pada jenjang
pendidikan dasar, di antaranya: pengelompokkan menurut isi (content) materi dan
berdasarkan hasil belajar yang diharapkan. (1) berdasarkan isi (content) materi, dan (2)
berdasarkan hasil belajar yang diharapkan.

Berdasarkan isi (content) materi, matematika dapat dibagi menjadi tiga bagian
besar, yaitu: Aritmetika, geometri, dan pengukuran. Aritmetika adalah pengetahuan
tentang bilangan. Dali S.Naga (1980:1) mengemukakan bahwa aritmetika adalah
cabang matematika yang berkenaan dengan sifat, hubungan-hubungan bilangan nyata
dengan perhitungan terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian.. Penggunaan abjad dalam aritmetika … disebut aljabar (1980:29). Materi
utama dalam aritmetika adalah bilangan dan operasi bilangan atau komputasi yang
biasa disebut operasi hitung.

Bilangan adalah suatu idea; sifatnya abstrak. Bilangan bukan simbol atau
lambang dan bukan pula lambang bilangan atau angka. Bilangan memberikan
keterangan mengenai banyaknya anggota suatu obyek. Bilangan menyatakan suatu
nilai yang bisa diartikan sebagai jumlah atau banyaknya sesuatu. Karena itu bilangan
baru berwujud apabila dihubungkan dengan obyek. Misalnya: “tiga buku”, “lima pensil”,
dsb. Terdapat berbagai jenis atau macam bilangan. Diantara bilangan-bilangan
tersebut yang dipelajari pada jenjang pendidikan dasar meliputi bilangan asli, bilangan
cacah, bilangan pecahan, dan bilangan bulat.

Adapun istilah operasi hitung berasal dari kata Operation yaitu pengerjaan,

  133  
 
operasi hitung adalah pengerjaan hitung. Terdapat empat operasi hitung dasar atau
operasi hitung utama dalam aritmetika, yaitu: penjumlahan, pengurangan, perkalian,
dan pembagian. Penjumlahan merupakan operasi pokok yang menjadi dasar untuk
memahami operasi lainnya; Pengurangan merupakan invers atau kebalikan dari dari
operasi penjumlahan; Perkalian dimaknai sebagai penjumlahan berulang, sedangkan
pembagian merupakan invers atau kebalikan dari operasi perkalian. Sedangkan
geometri adalah cabang matematika yang berkenaan dengan titik dan garis (Aleks
Maryunis, 1989:24). Titik adalah pernyataan tentang posisi yang tidak memiliki panjang
dan lebar, sedangkan garis hanya dapat diukur panjangnya.

Aspek-aspek geometri yang dipelajari pada jenjang pendidikan dasar meliputi


aspek bidang atau bangun datar dan bidang atau bangun ruang. Bidang datar yaitu
bangun yang dapat kita bayangkan sebagai sesuatu yang datar seperti permukaan
cermin, permukaan meja, dan sebagainya. Bidang datar memiliki sifat-sifat: a) tidak
mempunyai batas, b) berdimensi dua, artinya mempunyai panjang dan lebar, c)
mempunyai arah lebih dari dua arah, dan d) tidak mempunyai tebal. Pada dasarnya
bangun datar ini dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu bangun bersisi lurus dan
bangun bersisi lengkung.

Bangun bersisi lurus terdiri dari: a) segi tiga (siku-siku, tumpul, dan lancip),
b) segi empat yang meliputi jajaran genjang (persegi panjang, belah ketupat, segi
empat sama sisi), trapesium (siku-siku, sebarang, sama kaki), dan laying-layang, c)
segi lima, d) segi enam, dan e) segi banyak. Bangun bersisi lengkung terdiri dari
lingkaran, elips, dan bangun lain.

Adapun bangun ruang menunjuk pada bidang yang memiliki tiga dimensi, yaitu
panjang lebar, dan tinggi. Jika suatu bangun tidak seluruhnya terletak dalam bidang,
maka bangun itu disebut bangun ruang. Sebuah batu bata, kita bungkus dengan kertas
kemudian keluarkan batunya tanpa merusak pembungkusnya. Pembungkus itu
merupakan contoh suatu bangun ruang. Bangun ruang dibentuk oleh daerah segi
banyak yang disebut sisi. Ada bermacam-macam bangun ruang, di antaranya prisma,
kerucut, piramida, kubus, silinder, dan bola.

Sedangkan berdasarkan hasil belajar yang diharapkan, matematika dapat dibagi


menjadi dua dimensi yaitu dimensi kualitatif dan dimensi kuantitatif.

  134  
 
Rochyadi & Alimin (2005) mengemukakan bahwa dimensi kuantitatif merupakan
pemahaman tentang konsep, prinsip dan keterampilan matematika yang diperoleh
siswa melalui pembelajaran, tanpa dikaitkan dengan aplikasi sosialnya.

Pemahaman suatu konsep atau prinsip matematika menunjuk pada pemahaman


dasar yang dicapai melalui proses identifikasi yang meliputi konsep bilangan, operasi
hitung dasar dan dasar-dasar geometri.

Keterampilan matematika, merupakan kemampuan melakukan komputasi atau


mengaplikasikan konsep yang telah dipahami dalam waktu yang relatif singkat dengan
cara dan hasil yang benar. Pada dimensi kuantitatif, hasil pembelajaran siswa belum
mencapai yang sesungguhnya, karena apa yang dipelajarinya belum dapat difungsikan
dalam kehidupannya. Sedangkan dimensi kualitatif merupakan kemampuan siswa
dalam mengaplikasikan konsep, prinsip dan keterampilan yang diperolehnya dalam
memecahkan persoalan (problem solving) matematika secara nyata di dalam
kehidupan mereka, sehingga konsep, prinsip dan keterampilan tersebut menjadi
fungsional & bermakna di dalam kehidupan siswa tersebut.

Operasionalisasi dari dimensi kualitatif ini diwujudkan dalam bentuk soal cerita.

2. Penyusunan Kisi-kisi Instrumen Asesmen Keterampilan Matematika


Untuk memperoleh data yang akurat tentang kemampuan matematika seorang
ABK, seorang guru/asesor memerlukan instrumen asesmen matematika baik yang
bersifat formal maupun informal. Seperti dijelaskan pada awal kegiatan pembelajaran
bahwa asesmen formal memerlukan keahlian yang tinggi, waktu yang lama, dan biaya
yang sangat besar untuk memperoleh validitas dan reliabilitas yang tinggi yang
kemudian dikalibrasi untuk menentukan daya pembeda atau suatu derajat kesulitan
instrumen tersebut. Karena penyusunan instrumen asesmen formal tidak mudah, maka
tidak mudah pula untuk menemukan instrumen asesmen formal ini. Untuk
menanggulangi masalah ini, para ahli ABK mempercayai bahwa asesmen informal
yang dibuat oleh para guru merupakan cara yang terbaik untuk memperoleh informasi
tentang ABK. Demikian halnya mengenai kemampuan dalam keterampilan
matematika.

Dalam penyusunan kisi-kisi instrumen asesmen informal matematika,


guru/asesor dapat menggunakan isi (content) materi matematika secara berurutan dari

  135  
 
yang termudah sampai yang tersukar atau dari yang terendah sampai yang tertinggi
atau dari yang sederhana ke yang paling kompleks. Jika tidak, guru/asesor dapat pula
menyusunnya berdasarkan materi kurikulum yang berlaku. Berdasarkan kurikulum
yang berlaku saat itu, akan memungkinkan untuk diketahuinya sampai sejauh mana
siswa menguasai materi matematika, sehingga guru/asesor dapat menentukan tingkat
performance siswa tentang penguasaan matematika saat ini. Sebagai gambaran,
perhatikanlah contoh kisi-kisi instrumen matematika berikut ini.

Contoh Kisi-kisi Instrumen Asesmen Keterampilan Matematika

(Kls 1/Smt 1 SD/MI Berdasarkan KTSP PP No.22 dan 23 Tahun 2006)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator

BILANGAN 1.1. Membilang banyak 1. Menyatakan banyak


benda (0-9) benda dari sekumpulan
1.Melakukan penjumlahan
benda
dan pengu rangan bilangan
2. Membandingkan dua
sampai 20
kumpulan benda melalui
istilah lebih banyak, lebih
sedikit atau sama banyak
1.2. Mengurutkan 1. Menentukan urutan
banyak benda (Bagian kumpulan benda dari yang
pertama 0-9) kecil ke yang besar dan
sebaliknya
2. Membaca lambang
bilangan
3. Menuliskan lambang
bilangan
4. Membilang loncat
5. Mengurutkan
sekelompok bilangan
6. Menentukan bilangan
yang tidak diketahui dalam

  136  
 
suatu urutan bilangan

1.3. Melakukan 1. Menentukan jumlah dua


penjumlahan dan kumpulan benda
pengurangan bilangan 2. Membaca dan
sampai 20 (bagian menggunakan lambang ”+,-,
pertama) =” dalam pengerjaan hitung
sampai dgn 9
3. Menentukan hasil
penjumlahan dua bilangan
dengan hasil sampai 9
4. Menyatakan kalimat
penjumlahan dua bilangan
dengan hasil yang sudah
ditentukan
5. Menentukan hasil
pengurangan dua bilangan
dengan hasil sampai 9
6. Menunjukkan bilangan
0 melalui pengurangan
dengan bilangan yang sama
7. Menyatakan kalimat
pengurangan dari
penjumlahan
8. Menyelesaikan soal
campuran

1.4. Membilang banyak 1. Menyatakan banyak


benda (bagian kedua benda dari sekumpulan
>9 s/d20) benda
2. Membandingkan dua
kumpulan benda melalui

  137  
 
istilah lebih banyak, lebih
sedikit atau sama banyak

1.5. Mengurutkan 1. Membaca dan menulis


banyak benda lambang bilangan sampai 20
2. Membuat pola bilangan
dengan membilang loncat

1.6. Melakukan 1. Menghitung


penjumlahan dan penjumlahan dua bilangan
pengurangan bilangan dengan hasil jumlah sampai
sampai 20 (bagian 20
kedua) 2. Menghitung
penjumlahan tiga bilangan
dengan hasil sampai 20
3. Menghitung
penjumlahan dengan cara
bersusun
4. Menghitung
pengurangan dua bilangan
(bilangan 2 angka dengan 1
angka sampai 20)
5. Menentukan hasil
operasi hitung campuran
penjumlahan dan
pengurangan hasil sampai
dengan 20

1.7. Menyelesaikan 1. Menyatakan masalah


masalah yang berkaitan sehari-hari yang terkait

  138  
 
dengan penjumlahan dengan penjumlahan hasil
dan pengurangan sampai dengan 20
sampai 20 2. Menyelesaikan masalah
sehari-hari dalam
penjumlahan tiga bilangan 1
angka
3. Menyatakan masalah
sehari-hari yang terkait
dengan pengurangan hasil
sampai dengan 20

GEOMETRI DAN PENGU 2.1. Menentukan waktu 1. Menunjukkan konsep


KURAN (pagi, siang, malam) waktu dalam kegiatan
hari, dan jam (secara sehari-hari yang berkaitan
2. Mengguna kan
bulat) dengan pagi, siang, sore,
pengukuran waktu dan
dan malam hari
panjang
2. Membaca dan
menuliskan waktu pukul ...
dari gambar yang ditunjukka
jarum jam (secara bulat)
2.2. Menentukan lama 1. Menunjukkan konsep
suatu kejadian waktu kegiatan sehari-hari
yang lama atau yang
sebentar

2.3. Mengenal panjang 1. Menunjukkan benda-


suatu benda melalui benda yang panjang atau
kalimat sehari-hari yang pendek
(pendek, panjang) dan 2. Membandingkan
membanding kannya panjang atau pendek suatu
benda

  139  
 
2.4. Menyelesaikan 1. Menceritakan kegiatan sehari-hari
masalah yang berkaitan yang berhubungan dengan jam sehari
dengan waktu dan (dari bangun sampai tidur kembali)
panjang 2. Mengenal hubungan hari dengan
minggu
3. Mengukur jarak suatu benda
dengan satuan ukuran tidak baku
(jengkal, depa, langkah, kaki)

3. Mengenal beberapa 3.1. Mengelompokkan 1. Menemukan ciri-ciri bangun ruang


bangun ruang berbagai bangun ruang sederhana (balok, prisma, tabung, bola,
sederhana (balok, dan kerucut)
prisma, tabung, bola, 2. Menggambar dan membuat model
dan kerucut) bangun ruang sederhana
3. Mengklasifikasikan bentuk-bentuk
bangun ruang
1. Mengurutkan benda-benda bangun
ruang dari yang terbesar sampai yang
3.2. Menentukan urutan
terkecil atau sebaliknya.
benda-benda ruang
yang sejenis menurut
besarnya.

3. Pengembangan Butir-butir Instrumen Asesmen Keterampilan Matematika


Langkah selanjutnya adalah mengembangkan butir-butir instrumen matematika
dari kisi-kisi yang telah dibuat. Sama halnya dengan penyusunan kisi-kisi asesmen
akademik yang lainnya, pengembangan butir soal asesmen keterampilan matematika
dapat dibuat dalam bentuk daftar atau tabel. Butir-butir soal asesmen matematika
dikembangkan berdasarkan indikator-indikator yang telah dijabarkan dari
subkomponen keterampilan matematika. Yang paling esensial di dalam
mengembangkan butir soal asesmen matematika adalah dengan mempertimbangkan
dua faktor, yaitu tahapan belajar siswa dan hasil belajar yang diharapkan. Tahapan
belajar siswa meliputi tahap konkret, semi konkret, dan tahap abstrak. Sedangkan hasil

  140  
 
belajar yang diharapkan dari siswa meliputi tingkat dimensi kualitatif, yaitu siswa
mampu mengaplikasikan konsep, prinsip dan keterampilan yang diperolehnya di
dalam kelas ke dalam situasi nyata di dalam kehidupan mereka. Dengan demikian
konsep, prinsip dan keterampilan matematika tersebut menjadi fungsional & bermakna
bagi siswa di dalam kehidupan sehari-hari. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh
ilustrasi berikut ini.

Contoh Pengembangan Butir Soal Asesmen Matematika

(Kls 1/Smt 1 SD/MI Berdasarkan KTSP PP No.22 dan 23 Tahun 2006)

Kemampuan

Pokok Bahasan Butir Soal Konkret Semi Abstrak


Konkret

BILANGAN 1.1.1.a. Hitunglah berapa


banyak benda yang ada
pada tiap-tiap kumpulan
1.1 Membilang benda di bawah ini! (bobot
banyak benda = 5)

1.1.1.
Menyatakan
banyak benda
dari
sekumpulan
benda (0-9)

1.1.2.
Membandingka
n dua kumpulan
benda melalui
istilah lebih

  141  
 
banyak/lebih
sedikit/sama
banyak (0-9)

4. Pelaksanaan dan Analisis Hasil Asesmen Keterampilan Matematika


Secara garis besar prosedur pelaksanaan asesmen keterampilan matematika
dilakukan dalam dua tahap (Rochyadi & Alimin,2005). Pertama, asesmen dilakukan
secara klasikal, dan kedua, dilakukan secara individual. Pada tahap pertama ditujukan
untuk menjaring siswa-siswa mana saja yang diduga mengalami masalah dalam
penguasaan keterampilan matematika. Berdasarkan hasil asesmen pada tahap
pertama ini akan ada tiga kemungkinan penguasaan keterampilan yang dimiliki siswa.
(1) mereka yang benar-benar telah sampai kepada pemahaman keterampilan
matematika, yaitu mereka yang mampu menyelesaikan persoalan matematika secara
aplikatif. Siswa yang ada pada kelompok ini akan diposisikan sebagai independen level
(menunjukkan angka persentase 75% ke atas). (2) mereka yang telah memiliki
keterampilan matematika dalam dimensi kuantitatif, tetapi gagal dalam dimensi
kualitatifnya. Kelompok ini akan diposisikan pada instruction level (menunjukkan angka
persentase 50%-75% ) (3) mereka yang benar-benar gagal dalam menyelesaikan
penguasaan keterampilan matematika dimensi kuantitatif dan dikelompokkan pada
posisi frustration level(menunjukkan angka persentase di bawah 50%).

Sedangkan pada tahap kedua, asesmen dilakukan secara individual. Tahap ini
ditujukan bagi mereka yang telah diposisikan sebagai instructional level dan frustration
level. Proses asesmen tahap kedua ini lebih berfungsi untuk menelusuri hambatan-
hambatan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika yang
diajukan. Pada tahap ini pula akan diketahui apakah hambatan siswa tersebut
berkaitan dengan tahapan belajar siswa atau berkaitan dengan fakta kesalahan dalam
memecahkan soal, atau berkaitan dengan kecenderungan strategi yang digunakan
dalam memecahkan soal-soal matematika. Ada dua hal yang perlu dicatat dalam
pelaksanaan asesmen pada tahap ini, yaitu: pertama, mencatat hal-hal yang dilakukan
siswa pada saat menyelesaikan soal-soal yang diberikan serta alasan-alasan siswa
mengapa ia menyelesaikan soal dengan cara yang demikian. Kedua mencatat hasil
kerja siswa.

  142  
 
Langkah selanjutnya adalah menganalisis hasil kerja siswa yang kemudian
ditafsirkan dan ditarik kesimpulan dalam wujud penguasaan matematika, kesulitan
matematika yang dihadapi siswa, serta kebutuhan belajar siswa tentang matematika.
Berdasarkan kesimpulan tersebut, guru/asesor membuat rekomendasi yang ditujukan
kepada guru kelas, atau guru bidang studi, atau kepada orang tua yang selanjutnya
hasil asesmen ini akan dijadikan sebagai landasan dalam membuat program
pembelajaran matematika bagi siswa yang bersangkutan.

D. LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan Anda
mengerjakan latihan berikut ini.

Buatlah Kisi-kisi instrumen assesmen keterampilan matematika:

• Pilih salah satu komponen keterampilan matematika


• Buatlah butir-butir soal/instrumen keterampilan matematika dalam tabel
• Tetapkan kriteria keberhasilan keterampilan matematika
• Buatlah LKS dari tiap butir soal dalam asesmen keterampilan matematika

Petunjuk Jawaban Latihan

Sebelum Anda membuat kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan matematika, sebaiknya


Anda pahami terlebih dahulu materi matematika dan ruang lingkupnya. Berdasarkan
pemahaman Anda itulah Anda dapat membuat subkomponen serta indikator-indikator
keterampilan matematika khususnya bagi siswa ABK.

E. RANGKUMAN
Pada dasarnya ruang lingkup pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan
dasar dapat dikelompokkan berdasarkan isi (content) materi dan berdasarkan hasil belajar
yang diharapkan. Berdasarkan isi (content) materi, matematika dapat dibagi menjadi tiga
bagian besar, yaitu: Aritmetika, geometri, dan pengukuran. Sedangkan berdasarkan hasil
belajar yang diharapkan dikelompokkan menjadi dua dimensi, yaitu dimensi kuantitatif dan
dimensi kualitatif.

Ada dua tahap dalam pelaksanaan asesmen keterampilan matematika. Pertama,


asesmen dilakukan secara klasikal yang berfungsi untuk menjaring para siswa yang

  143  
 
diduga mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika. Berdasarkan hasil asesmen
pada tahap pertama ini akan ada tiga kemungkinan penguasaan keterampilan yang dimiliki
siswa, yaitu yang akan diposisikan sebagai independen level, atau instruction level, atau
pada posisi frustration level. Kedua, dilakukan secara individual yang lebih berfungsi untuk
menelusuri hambatan-hambatan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal-soal
matematika yang diajukan. Terdapat dua hal yang perlu dicatat selama melaksanakan
asesmen matematika, yaitu pencatatan proses dan hasil asesmen sebagai bahan untuk
menganalisis hasil kerja siswa sebelum penarikan kesimpulan yang pada akhirnya dibuat
rekomendasi yang ditujukan kepada guru maupun orang tua siswa yang bersangkutan.

F. TES FORMATIF
Petunjuk: Pilihlah salah satu option yang dianggap paling benar!

1. Dibawah ini merupakan ruang lingkup materi pembelajaran matematika pada jenjang
pendidikan dasar berdasarkan kontennya, kecuali:

a. Aritmetika
b. Geometri
c. Pengukuran
d. Problem solving

2. Seorang siswa mampu menyelesaikan soal penjumlahan di bawah 10 dalam soal


cerita dari soal yang diberikan. Siswa tersebut telah memiliki keterampilan matematika
dalam tingkat …
a. Dimensi kuntitatif
b. Dimensi kualitatif
c. Dua dimensi
d. Dimensi operasi hitung

3. Seorang siswa mampu menyelesaikan soal perkalian “5 x 9” tanpa menggunakan alat


bantu. Siswa tersebut berada pada tahap belajar …
a. Konkret
b. Semi konkret
c. Semi abstrak
d. Abstrak

  144  
 
4. Seorang siswa mampu menyelesaikan soal penjumlahan “7 + 6” melalui abakus biji.
Siswa tersebut berada pada tahap belajar …
a. Konkret
b. Semi konkret
c. Semi abstrak
d. Abstrak

5. Kemampuan belajar seorang siswa yang berada pada tahap semi konkret, ia mampu
menyelesaikan soal-soal …
a. Penjumlahan dengan menggunakan lidi
b. Penjumlahan dengan menggunakan gambar
c. Penjumlahan dengan menggunakan tally
d. Penjumlahan dengan angka

6. Ditemukan seorang siswa yang benar-benar mampu menyelesaikan persoalan


matematika yang diberikan secara aplikatif dalam pelaksanaan asesmen keterampilan
matematika pada tahap pertama. Siswa yang bersangkutan dapat diposisikan pada
tingkat …
a. Independen level
b. Instructional level
c. Frustration level
d. Individual level

7. Pelaksanaan asesmen keterampilan matematika tahap kedua berfungsi untuk …


a. Menjaring siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar matematika
b. Mengetahui tingkat penguasaan siswa dalam keterampilan matematika
c. Menelusuri hambatan-hambatan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal-soal
matematika
d. Mengetahui tingkat kegagalan siswa dalam keterampilan matematika

8. Dalam menganalisis hasil pekerjaan siswa, ditemukan angka persentase 75% ke atas.

  145  
 
Tingkat penguasaan keterampilan matematika siswa yang bersangkutan diposisikan pada

a. Independen level
b. Instructional level
c. Frustration level
d. Individual level

9. Pelaksanaan asesmen keterampilan matematika tahap kedua, pada dasarnya


diperuntukkan bagi mereka yang berada pada posisi di bawah ini, kecuali:
a. Independen level
b. Instructional level
c. Frustration level
d. Mereka yang menunjukkan angka presentase < 75%

10. Pengadministrasian data pada asesmen keterampilan matematika tahap kedua lebih
bersifat kualitatif, karena itu pada tahap ini asesor dituntut untuk melakukan hal di bawah
ini , kecuali:
a. Mencatat hasil jawaban yang telah diselesaikan siswa
b. Mencatat alas an yang diberikan siswa pada setiap penyelesaian soal matematika
c. Mencatat cara kerja siswa dalam menyelesaikan setiap soal-soal matematika
d. Menghitung skor presentase pencapaian siswa

Kunci Jawaban:

1. d 6. a
2.b 7. c
3.d 8. a
4.a 9. a
5.b 10. d

G. BALIKAN DAN TINDAK LANJUT


Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif yang terdapat di

  146  
 
bagian akhir bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian
gunakan rumus tingkat penguasaan, yaitu jumlah jawaban Anda yang benar dibagi 10
kemudian dikalikan dengan 100%. Dengan demikian Anda akan memperoleh presentase
tingkat penguasaan Anda. terhadap materi Kegiatan Belajar Adapun arti tingkat
penguasaan yang Anda capai adalah sebagai berikut:

90% - 100% = baik sekali

80% - 89% = baik

70% - 79% = cukup

<70% = kurang

Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih Anda dapat mengikuti
ujian akhir semester (UAS)., tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%,
Anda harus mengulang kegiatan belajar ini terutama bagian yang belum anda kuasai

  147  
 
DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman Mulyono, (1995), ProgramPendidikan Individual, Pelatihan Inservice Guru SLB,


Jakarta: Depdikbud

Abdurahman Mulyono, (2001), Pendidikan bagi Anak berkesulitan Belajar, Jurusan PLB UNJ
Jakarta.

Abdurahman Mulyono & Estiningsih, E.(1997) Menangani Kesulitan Belajar Berhitung, Jakarta:
Depdikbud

Amin, Moh. (1995), Ortopedagogik anak tunagrahita, Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

Astati (1995), Terapi Okupasi, Bermain, dan Musik untuk Anak Tunagrahita, Jakarta:
Depdikbud

Depdiknas (2006), Standar Isi, Standar kompetensi Lulusan, dan Panduan Penyusunan KTSP
Sekolah Dasar, Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan-Dikti

Hallahan, D.P. dan Kauffman, J.M. (1994), Exceptional children, Introduction to special
Education, allyn Bacon, Boston.

Hargove, Linda J & Poteet, James A. (1984), Assesment in Special Education, The Education
Evaluation, New Jersey, Prentice Hall, Inc.

Hargove, Linda J and Poteet, James A (1984), Assesment children, introduction to special
education, Boston : Alyn Bacon

Harwell, Joan M, How to Diagnose and Correct Learning Disabilities in the Classroom, New
York: Parker Publishing, Co,Inc.

Johnson, Berit & Skjorten, Miriam,D (2003) Pendidikan Kebutuhan Khusus: Sebuah
Pengantar, Menuju Inklusi, Buku No.1, Bandung: Program Pascasarjana-UPI

  148  
 
Lerner, Janet,W. (1989) Learning Disabilities, Teories, Diagnosis, and teaching Strategies,
USA: Houghton Mifflin Company

McLoughlin,James,A. & Lewis, Rena,B (1981) Assessing Special StudentsStrategies and


Procedures, USA: Merril Publishing Company

McLoughlin,James,A. & Lewis, Rena,B (1986)Assessing Special Students (2nd) USA: Merril
Publishing Company

Mercer Cecil D & Mercer, Ann,R (1989), Teaching student with Learning Problems, , USA:
Merill Publishing Company
Mercer, Cecil d & Lewis (1977), Children and Youthwith Learning Disabilities, London, Charles
and Merril Publishing company.

Mason, H. & McCall, S. (Eds.). (1999). Visual Impairment: Access to Education for Children
and Young People. Part II. London: David

Myers, . Patricia (1986) Methods for Learning disorder, New York: John Wiley and Sons

Rochyadi & Alimin, Z (2005) Pengembangan Program Individual Bagi Anak Tunagrahita,
Jakarta: Depdiknas

Rochyadi & Soendari (2001) Tingkat Penerapan dan pemahaman Program Individualisasi
Pendidikan (IEP) Oleh Guru-guru SLB di Kodya Bandung, Jakarta: Proyek
Pengkajian danPenelitian Ilmu Pengetahuan, Dikti

Simeonson, Rune J. (1990), Psychological and Developmental Assesment of Special Children


Printed in the United State Of America.

Soendari, T (1 996), Penerapan Program Individualisasi dalam Pengajaran Berhitung bagi


Anak Luar Biasa, (Makalah disajikan dalam P2M pada Guru-guru SLB di Kodya
Bandung).

  149  
 
Soendari, T (1999) Asesmen Keterampilan Matematika, Terjemahan, Sumber asli:Mercer
Cecil D & Mercer, Ann,R (1989),Teaching student with Learning Problems,
Chapter 6, hal 1987-218 “Assessing Math Skills”, USA: Merill Publishing
Company

Suaheri, HN. (1987) Ortodidaktik Anak Tunagrahita III, Jurusan PLB- FIP- IKIP Bandung

Suherman, Yuyus, (2005). Adaptasi Pembelajaran Siswa ABK. Bandung, Rizqi Press.

Sutjuhati, S.T.(1995) Psikologi Anak Luar Biasa, Jakarta: Depdikbud

Sunardi & Muchlisoh (1997) Menangani Kesulitan Belajar Membaca, Jakarta: Depdikbud

Sunardi & Muchlisoh (1997) Menangani Kesulitan Belajar Menulis, Jakarta: Depdikbud

Yusuf, Munawir, dkk (1997), Mengenal Siswa Berkesulitan Belajar, Jakarta: Depdikbud

Yusuf, Munawir (2005), Asesmen perkembangan pada anak tunagrahita, Jakarta :


Departemen Pendidikan Nasional.

  150  
 
Lampiran Form
Isian Form 1
INFORMASI PERKEMBANGAN ANAK
(Diisi oleh Orang tua)
Petunjuk :

Isilah daftar berikut pada kolom yang tersedia sesuai dengan kondisi anak yang
sebenarnya. Jika ada yang kurang jelas, konsultasikan kepada guru kelas tempat anak
Bapak/Ibu bersekolah.

A. Identitas Anak :

1. Nama : ..............................................
2. Tempat dan tanggal lahir/umur : ..............................................
3. Jenis kelamin : ..............................................
4. Agama : ..............................................
5. Status anak : ..............................................
6. Anak ke dari jumlah saudara : .......................................
7. Nama sekolah : ..............................................
8. Kelas : ..............................................
9. Alamat : ..............................................

B. Riwayat Kelahiran :
1. Perkembangan masa kehamilan : ..............................................
2. Penyakit pada masa kehamilan : ..............................................
3. Usia kandungan : ..............................................
4. Riwayat proses kelahiran : ..............................................
5. Tempat kelahiran : ..............................................
6. Penolong proses kelahiran : ..............................................
7. Gangguan pada saat bayi lahir : ..............................................
8. Berat bayi : ..............................................
9. Panjang bayi : ..............................................
10. Tanda-tanda kelainan pada bayi : ..............................................

C. Perkebangan Masa Balita :

1. Menetek ibunya hingga umur : ...................................................


2. Minum susu kaleng hingga umur : ...................................................
3. Imunisasi (lengkap/tidak) : ..................................................
4. Pemeriksaan/penimbangan rutin/tdk : ..............................................
5. Kualitas makanan : ..................................................
6. Kuantitas makan : ..................................................
7. Kesulitan makan (ya/tidak) : ..................................................

  151  
 
D. Perkembangan Fisik :

1. Dapat berdiri pada umur : ....................................................


2. Dapat berjalan pada umur : ....................................................
3. Naik sepeda roda tiga pada umur : ...................................................
4. Naik sepeda roda dua pada umur : ....................................................
5. Bicara dengan kalimat lengkap : ....................................................
6. Kesulitan gerakan yang dialami : ....................................................
7. Status Gizi Balita (baik/kurang) : ....................................................
8. Riwayat kesehatan (baik/kurang) : ....................................................
9. Penggunaan tangan dominan : …………………………………………..
E. Perkembangan Bahasa :

1. Meraba/berceloteh pada umur : .................................................


2. Mengucapkan satu suku kata yang bermakna kalimat (mis.Pa berarti bapak)
pada umur : ....................................
3. Berbicara dengan satu kata bermakna pada umur : ..........................
4. Berbicara dengan kalimat lengkap sederhana pada umur : …………….
F. Perkembangan Sosial :

5. Hubungan dengan saudara : .............................................................


6. Hubungan dengan teman : .............................................................
7. Hubungan dengan orangtua : .............................................................
8. Hobi : .............................................................
9. Minat khusus : .............................................................

F. Perkembangan Pendidikan :

1. Masuk TK umur : .............................................................


2. Lama Pendidikan di TK : .............................................................
3. Kesulitan selama di TK : .............................................................
4. Masuk SD umur : .............................................................
5. Kesulitan selama di SD : .............................................................
6. Pernak tidak naik kelas : ..............................................................
7. Pelayanan khusus yang pernah diterima anak: ...................................
8. Prestasi belajar yang dicapai : ............................................................
9. Mata Pelajaran yang dirasa paling sulit : .........................................
10. Mata Pelajaran yang dirasa paling disenangi : ....................................
11. Keterangan lain yang dianggap perlu : ................................................

Diisi Tanggal,…………………

Orang tua,

( …………………………….. )

Isian Form 2

  152  
 
DATA ORANG TUA/WALI SISWA
(Diisi orang tua/wali siswa)
1. Nama : ............................................
2. SD/MI : ...........................................
3. Kelas :............................................

A.Identitas Orang tua/wali


Ayah :

1. Nama Ayah : ...............................................................................


2. Umur : ...............................................................................
3. Agama : ...............................................................................
4. Status ayah : ................................................................................
5. Pendidikan Tertinggi : ................................................................................
6. Pekerjaan Pokok : ................................................................................
7. Alamat tinggal : ................................................................................
Ibu :

1. Nama Ibu : ...............................................................................


2. Umur : ................................................................................
3. Agama : ...............................................................................
4. Status Ibu : ...............................................................................
5. Pendidikan Tertinggi : ...............................................................................
6. Pekerjaan Pokok : ...............................................................................
7. Alamat tinggal : ...............................................................................
Wali :

1. Nama : …………………………………………………….
2. Umur : ………………………...………………………….
3. Agama : …………………………………………………….
4. Status perkawinan : ..........…………………………………………….
5. Pend. Tertinggi : ………………...………………………………….
6. Pekerjaan : …………………………………………………….
7. Alamat : …………………………………………………….
8. Hubungan Keluarga : …………………………………………………….

B. Hubungan Orang tua – anak

1. Kedua orang tua satu rumah : .................................................................


2. Anak satu rumah dengan kedua orang tua : .............................................
3. Anak diasuh oleh salah satu orang tua : ..................................................
4. Anak diasuh wali/saudara : .................................................

C. Sosial Ekonomi Orangtua

  153  
 
1. Jabatan formal ayah di kantor (jika ada) : ................................................
2. Jabatan formal ibu di kantor (jika ada) : ...............................................
3. Jabatan informal ayah di luar kantor (jika ada) : .....................................
4. Jabatan informal ibu di luar kantor (jika ada) : ..............................................
5. Rata-rata penghasilan (kedua orangtua) perbulan : .......................................

D.Tanggungan dan Tanggapan Keluarga

1. Jumlah anak : .............................................................................


2. Ysb. Anak yang ke : .............................................................................
3. Persepsi orang tua terhadap anak ysb. : .......................................................
4. Kesulitan orang tua terhadap anak ysb.: ......................................................
5. Harapan orang tua terhadap pendidikan anak ysb. : .................................
6. Bantuan yang diharapkan orang tua untuk anak ysb.: ................................

Diisi tanggal :……………….

Orang tua/wali Murid

( ………………….……… )

  154  
 

Anda mungkin juga menyukai