Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH RESUSITASI CAIRAN TERHADAP STATUS

HEMODINAMIK MEAN ARTERIAL PRESSURE (MAP) PADA PASIEN


SYOK HIPOVOLEMIK DI IGD RSUD BALARAJA

1Riris Andriati, *2Rita Dwi Pratiwi, 3Dedi Trisutrisno,

1,2
Dosen Jurusan S1 Keperawatan, STIKes Widya Dharma Husada Tangerang
3
Perawat UGD RSUD Balaraja Tangerang
*Email Korespondensi: ritadwipratiwi@wdh.ac.id

ABSTRAK

Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan cairan dengan cepat yang
berakhir pada kegagalan multiorgan. Kematian akibat syok di negara berkembang terjadi pada sekitar 50%
dalam waktu 24 jam pertama setelah tanda-tanda syok timbul. Penatalaksanaan syok hipovolemik yang utama
adalah terapi cairan sebagai pengganti cairan tubuh atau darah yang hilang, sehingga dapat mengembalikan
tanda-tanda vital dan hemodinamik kepada kondisi dalam batas normal. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh resusitasi cairan terhadap status hemodinamik (MAP) pada pasien syok hipovolemik di
IGD RSUD Balaraja Tangerang. Jenis penelitian yang digunakan adalah desain penelitian quasi-eksperimen
dengan rancangan one group pre-test and post-test design. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien
yang mengalami syok hipovolemik. Jumlah sampel sebanyak 25 responden. Teknik sampling yang
digunakan adalah pada penelitian ini adalah accidental sampling. Instrumen pada penelitian ini adalah lembar
observasi dan tensimeter digital. Sedangkan analisis yang digunakan adalah uji parametrik Paired Sample T-
Test, hasil perhitungan nilai significancy 0,000 (p<0,05) dengan selisih -15,4 (IK 95% -9,6 sampai -21,1) dan
IK tidak melewati 0, maka secara statistik terdapat perbedaan rerata MAP yang bermakna sebelum dan
sesudah dilakukan pemberian resusitasi cairan Hasil penelitian menunjukan bahwa terapi resusitasi cairan
dapat meningkatkan status hemodinamik (MAP) pada pasien dengan syok hipovolemik sehingga efektif dalam
upaya meningkatkan status hemodinamik.

Kata kunci : syok hipovolemik, MAP, resusitasi cairan

1
Effect of Fluid Resuscitation on Hemodynamic Status of Mean Arterial
Pressure (MAP) in Hypovolemic Shock Patients in IGD Balaraja
Hospital, Tangerang City

1Riris Andriati, *2Rita Dwi Pratiwi, 3Dedi Trisutrisno,


1,2
Lecturer of Undergraduate Nursing Major, STIKes Widya Dharma Husada Tangerang
3
Nursing In Emergency Room Balaraja Hospital
*Email Korespondensi: ritadwipratiwi@wdh.ac.id

ABSTRACT

Hypovolemic shock is a medical or surgical condition where there is rapid fluid loss leading to
multiorgan failure. Shock deaths in developing countries occur in about 50% within the first 24
hours after signs of shock develop. The main management of hypovolemic shock is fluid therapy as a
replacement for body fluids or blood loss, so as to restore vital signs and hemodynamics to normal
limits. The purpose of this study was to determine the effect of fluid resuscitation on hemodynamic
status (MAP) in hypovolemic shock patients in the ER at Balaraja Hospital, Tangerang. This type of
research is a quasi-experimental research design with one group pre-test and post-test design. The
population in this study were all patients who had hypovolemic shock. The sample size is 25
respondents. The sampling technique used in this study is accidental sampling. The instruments in
this study were the observation sheet and digital tensimeter. While the analysis used was the Paired
Sample T-Test parametric test, the results of the calculation of the significance value of 0.000 (p
<0.05) with a difference of -15.4 (95% CI -9.6 to -21.1) and the CI did not exceed 0. , then
statistically there is a significant difference in mean MAP before and after giving fluid resuscitation.
The results showed that fluid resuscitation therapy can improve hemodynamic status (MAP) in
patients with hypovolemic shock so that it is effective in efforts to improve hemodynamic status.

Keywords : hypovolemic shock, MAP, fluid resuscitation

2
PENDAHULUAN terjadi pada sekitar 9% dari total kematian
di dunia dan di Eropa tercatat 6,9%
Kondisi hipovolemik adalah penyebab
(Gourgiotis et al,2015). Kematian akibat
tersering dari keadaan syok dibandingkan
syok di negara berkembang terjadi pada
dengan sebab yang lain akibat suatu
sekitar 50% dalam waktu 24 jam pertama
trauma/ non trauma yang menyebabkan
setelah tanda-tanda syok timbul (Aseri,
kehilangan sejumlah besar darah atau
2016). Kematian akibat syok hipovolemik
cairan tubuh (ENA, 2017). Syok
di Indonesia diakibatkan karena
hipovolemik sampai saat ini merupakan
perdarahan yang tidak dapat diatasi pada
salah satu penyebab kematian di negara-
kondisi trauma, sedangkan angka kematian
negara dengan mobilitas penduduk yang
non trauma sekitar 28% terjadi pada
tinggi. Angka kematian pada pasien
perdarahan pada proses persalinan
trauma yang mengalami syok hipovolemik
(Napitupulu & Rahardjo, 2015). Provinsi
di rumah sakit dengan tingkat pelayanan
Banten pada tahun 2019 ditemukan 75 ibu,
yang lengkap mencapai 94%. Sedangkan
sedangkan Kabupaten Tangerang
angka kematian akibat trauma yang
ditemukan sebanyak 18 ibu yang
mengalami syok hipovolemik di rumah
meninggal akibat perdarahan (Dinkes Prov.
sakit dengan peralatan yang kurang
Banten, 2019).
memadai mencapai 64% (Diantoro, 2014).
Berdasarkan data dan informasi kesehatan
Menurut Sari (2019) menjelaskan bahwa
Indonesia angka kejadian diare pada tahun
syok hipovolemik merupakan kondisi
2018 ditemukan 7.157.483 kasus,
medis atau bedah dimana terjadi
sementara itu Provinsi Banten ditemukan
kehilangan cairan dengan cepat yang
sebanyak 342.623 kasus (Kemenkes RI,
berakhir pada kegagalan multiorgan. Syok
2019). Angka kejadian diare ternyata
hipovolemik juga dapat terbagi
mengalami penurunan, hal ini dapat dilihat
berdasarkan penyebabnya, yaitu karena
menurut data dari Profil Kesehatan
adanya perdarahan yang disebut juga syok
Provinsi Banten pada tahun 2019
hemoragik dan karena adanya kehilangan
ditemukan sebesar 326.127 kasus. Jika
cairan tubuh atau non hemoragik.
dilihat dari jumlah kasus kejadian diare,
World Health Organization (WHO) Kabupaten Tangerang berada pada urutan
melaporkan bahwa kematian di Amerika terbanyak yaitu sebesar 96.789 kasus
Serikat yang diakibatkan syok akibat (Dinas Kesehatan Provinsi Banten, 2019).
perdarahan tidak terkontrol pada trauma
3
Pasien dengan syok hipovolemik dapat hipovolemik harus segera mendapatkan
dilihat dari status hemodinamiknya dimana penanganan yang cepat, cermat, dan tepat
sering didapati penurunan tekanan darah untuk dapat mencegah kematian
arteri sistemik. Gangguan hemodinamik ini (Hidayatulloh, et al., 2015).
dapat dilihat dari tekanan arteri sistolik
Penatalaksanaan syok hipovolemik
kurang dari 90 mm/Hg atau nilai MAP
meliputi mengembalikan tanda-tanda vital
(Mean Arterial Pressure) kurang dari 70
dan hemodinamik kepada kondisi dalam
mm/Hg, dengan kompensasi takikardi
batas normal. Selanjutnya kondisi tersebut
(Glasgow Coma Scale) (Finferet al., 2015).
dipertahankan dan dijaga agar tetap pada
Mean Arterial Pressure (MAP) adalah kondisi stabil. Penatalaksanaan syok
tekanan rata-rata di arteri pasien selama hipovolemik tersebut yang utama adalah
satu siklus jantung. Hal ini dianggap terapi cairan sebagai pengganti cairan
sebagai indikator yang lebih baik perfusi tubuh atau darah yang hilang. Jika
ke organ vital dari tekanan darah sistolik. ditemukan oleh petugas dokter atau
Selain sebagai salah satu penanda petugas medis, maka penatalaksanaan syok
hemodinamik, fungsi lainnya adalah harus dilakukan secara komprehensif yang
sebagai salah satu penentu berhasilnya meliputi penatalaksanaan sebelum dan di
resusitasi cairan. Penghitungan nilai ini tempat pelayanan kesehatan atau rumah
didapatkan dari rata-rata cardiac output sakit (Amstrong, 2014).
(CO) dikalikan dengan tahanan vaskuler
Penatalaksanaan sebelum maupun ditempat
(SVR), yang dihitung dengan rumus MAP
pelayanan kesehatan harus memperhatikan
= [(TD × 2) + TS]/3 dimana TD yaitu
prinsip-prinsip tahapan resusitasi.
Tekanan Diastole dan TS yaitu Tekanan
Penatalaksanaan syok hipovolemik tidak
Sistole (Perman, 2015).
terlepas dari penerapan algoritma ABC,
Jika syok hipovolemik tidak ditangani dimana perawat gawat darurat berperan
dengan segera dapat mengakibatkan untuk menangani gangguan airway,
hipoksia, penurunan kesadaran karena breathing dan circulation segera. Pada
berkurangnya suplai darah ke otak, pusat layanan kesehatan atau dapat dimulai
kerusakan dan kematian jaringan yang sebelumnya harus dilakukan pemasangan
irreversible dan berakhir dengan kematian infus intravena. Cairan resusitasi yang
oleh karena berkurangnya volume sirkulasi digunakan adalah cairan isotonik NaCl
dalam tubuh. Oleh sebab itu syok 0,9% atau ringer laktat. Pemberian awal

4
adalah dengan tetesan cepat sekitar 20 untuk menekan angka kematian (Holley, et
ml/KgBB pada anak atau sekitar 1-2 liter al., 2016).
pada orang dewasa. Pemberian cairan terus
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu
dilanjutkan bersamaan dengan pemantauan
yang dilakukan oleh Hidayatulloh (2015)
tanda vital dan hemodinamiknya. Jika
menunjukkan bahwa nilai rata-rata MAP
terdapat perbaikan hemodinamik, maka
sebelum resusitasi cairan sebesar 64.43
pemberian kristaloid terus dilanjutnya.
mmHg, sesudah resusitasi cairan nilai rata-
Pemberian cairan kristaloid sekitar 5 kali
rata MAP sebesar 72.65 mmHg. Hasil uji
lipat perkiraan volume darah yang hilang
Wilcoxcon didapatkan nilai signifikansi (p)
dalam waktu satu jam, karena distribusi
0.000 (<0.05), maka dapat disimpulkan
cairan koloid lebih cepat berpindah dari
bahwa ada pengaruh resusitasi cairan
intravaskuler ke ruang intersisial. Jika
terhadappeningkatan MAP pada pasien
tidak terjadi perbaikan hemodinamik maka
syok hipovolemik di IGD RSUD Dr.
pilihannya adalah dengan pemberian
Moewardi Surakarta. Begitu juga dengan
koloid, dan dipersiapkan pemberian darah
hasil penelitian Hastuti (2016) didapatkan
segera (Amstrong, 2014).
hasil pemberian cairan dapat meningkatkan
Pemberian resusitasi cairan dengan jenis nilai MAP.
dan jumlah yang tepat dan cepat
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di
diharapkan dapat meningkatkan status
IGD RSUD Balaraja didapatkan data
sirkulasi dikarenakan terapi cairan dapat
kunjungan pasien IGD RSUD Balaraja
meningkatkan aliran pembuluh darah dan
pada periode Januari – Oktober tahun 2020
meningkatkan cardiac output yang
sebanyak 13.287 pasien, 154 pasien
merupakan bagian terpenting dalam
diantaranya meninggal dunia dalam
penanganan syok (Finfer, 2015). Akan
penanganan medis. Selain itu, masih dalam
tetapi kekeliruan pemberian resusitasi
periode yang sama yaitu pada periode
cairan akan berakibat fatal, maka dari itu
Januari – Oktober tahun 2020, didapatkan
untuk mempertahankan keseimbangan
data pasien yang mengalami syok
cairan diperlukannya input cairan yang
hipovolemik yang ditangani di IGD RSUD
sama untuk mengganti cairan yang hilang,
Balaraja adalah sebanyak 66 pasien.
dan tujuan resusitasi cairan bukan untuk
Menurut informasi dari perawat yang
kesempurnaan keseimbangan cairan,
bertugas di IGD mengatakan bahwa untuk
melainkan tindakan penyelamatan jiwa
menilai terjadinya syok hipovolemik

5
adalah dengan menggunakan sistem triage,
dan melakukan penilaian terhadap kondisi Populasi
airway, breathing dan circulation pasien. Populasi yang digunakan pada penelitian
Jika terdapat kondisi pasien dengan napas ini adalah seluruh pasien yang mengalami
cepat (takipneu), denyut nadi lemah namun syok hipovolemik di Instalasi Gawat
cepat, dan akral teraba dingin, maka Darurat Rumah Sakit Umum Daerah
dicurigai pasien tersebut mengalami Balaraja pada bulan Januari – Oktober
kondisi syok dan selanjutnya melakukan tahun 2020 berjumlah 66 pasien.
pengukuran tekanan darah untuk
menentukan nilai mean arterial pressure Sampel
(MAP) yang sudah ditentukan dengan Sampel dalam penelitian ini adalah
standar SOP yang ada. Adapun berjumlah 25 responden pasien yang
penatalaksanaan yang dilakukan pada datang dan mendapatkan perawatan di IGD
tahap resusitasi cairan menggunakan cairan RSUD Balaraja.
kristaloid berupa cairan isotonik NaCl Tehnik pengambilan sampel pada
0,9% atau ringer laktat dengan pemberian penelitian ini adalah menggunakan tehnik
awal tetesan cepat sekitar 20 ml/KgBB nonprobability sampling dengan metode
pada anak atau sekitar 1-2 liter pada orang accidental sampling.
dewasa. Jika tidak terjadi perbaikan maka
dilakukan pemberian koloid dan Analisis Data
dipersiapkan pemberian darah segera. Analisis univariate dalam penelitian ini
terdiri dari karakteristik responden yaitu
METODE
jenis kelamin dan usia. Variabel
Desain Penelitian
independen (resusitasi cairan) dan variable
Penelitian ini menggunakan metode
dependen (status hemodinamik Mean
penelitian quasi-eksperimen dengan
Arterial Pressure/ MAP).
rancangan one group pre-test and post-test
design.
Analisis bivariate dalam penelitian ini
untuk mengetahui pengaruh resusitasi
Lokasi dan Waktu Penelitian
cairan terhadap status hemodinamik Mean
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di
Arterial Pressure (MAP) pada pasien Syok
Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah
Hipovolemik di IGD RSUD Balaraja.
Sakit Umum Daerah Balaraja pada bulan
Desember 2020 – Januari 2021.
6
HASIL PENELITIAN tahun (15%) dan terdapat 1 pasien pada
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden rentang usia 17 – 25 tahun (4%).
berdasaran Jenis Kelamin di IGD
RSUD Balaraja Tahun 2021 Tabel 3 Analisis pengaruh resusitasi cairan
(n=25) terhadap status hemodinamik
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase % Mean Arterial Pressure (MAP)
Laki-laki 14 56% pada pasien syok hipovolemik di
Perempuan 11 44%
IGD RSUD Balaraja Tahun 2021
TOTAL 25 100%
(n=25)

Rerata Selisih IK
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan sebagian (s.b) (s.b) 95%
Nilai p

MAP
besar kelompok berjenis kelamin laki-laki Sebelum 65,55 15,4 9,6 -
<0,001
Resusitasi (3,60) (12,3) 21,1
yaitu 14 responden (56%), dan sebagian (n=25)
MAP
kecil responden yang mendapat resusitasi Setelah 80,90
Resusitasi (12,6)
(n=25)
cairan adalah berjenis kelamin perempuan

yaitu 11 responden (44%).


Pada tabel 3 pengujian hipotesis
menggunakan uji parametrik paired sample
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden
berdasaran Usia di IGD RSUD T-Test, didapat hasil perhitungan nilai
Balaraja Tahun 2021 (n=25) significancy 0,000 (p<0,05) dengan selisih
Usia Responden Frekuensi Presentase % -15,4 (IK 95% -9,6 sampai -21,1) dan IK
17 – 25 Tahun 1 4%
26 – 45 Tahun 7 28 % tidak melewati 0, maka secara statistik
46 – 64 Tahun 14 56 % terdapat perbedaan rerata MAP yang
>65 Tahun 3 12 %
TOTAL 25 100 % bermakna sebelum dan sesudah dilakukan
pemberian resusitasi cairan. Berdasarkan
Tabel 2 menunjukkan bahwa lebih dari pengolahan data paired sample T Test
setengah jumlah responden berdasarkan didapat hasil nilai sig. (2-tailed) adalah
karakteristik usia yang mendapat resusitasi 0,000<0,05. Hasil ini menunjukan adanya
cairan adalah pada rentang usia 46 – 64 perbedaan yang signifikan antara status
tahun sebanyak 14 responden (56%), hemodinamik Mean Arterial Pressure
kemudian diikuti oleh kelompok dengan (MAP) sebelum dilakukan resusitasi dan
rentang usia 26 – 45 tahun sebanyak 7 setelah dilakukan resusitasi cairan.
responden (28%), sebanyak 3 responden
berada pada rentang usia lebih dari 65

7
PEMBAHASAN berada pada rentang usia lebih dari 65
tahun sebanyak 15%.
Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa
sebagian besar responden berjumlah 14 Berdasarkan hasil pengamatan kelompok
responden dengan presentase (56,0%) umur responden didapatkan sebanyak 14
berada pada kelompok laki-laki. (56,0%) responden adalah kelompok
Sedangkan sebagian responden berjumlah Lansia dengan rentang usia 46-64 Tahun.
11 responden dengan presentase (44,0%) Menurut Potter dan Perry (2005), faktor
berada pada kelompok perempuan. usia lanjut akan mengalami penurunan
elastisitas pembuluh darah sehingga
Dari hasil pengamatan yang dilakukan
tekanan sistolik meningkat. Apabila terjadi
berdasarkan karakteristik responden
perdarahan akan lebih cepat mengalami
menunjukkan bahwa responden yang
penurunan tekanan darah disertai
mengalami syok hipovolemik sebagian
penurunan nilai Mean Arterial Pressure
besar adalah kelompok laki-laki sebanyak
(MAP) karena tubuhnya tidak mampu lagi
14 responden (56%). Menurut Potter dan
untuk mengkompensasi kehilangan darah
Perry (2005) bahwa laki-laki memiliki
dan cairan yang berlebih (Guyton, 2008).
kecenderungan tekanan darah lebih tinggi
setelah pubertas, memungkinkan Peneliti menyimpulkan bahwa pemberian
perdarahan besar yang dialami lebih besar resusitasi cairan secepatnya sangat perlu
karena rongga di tubuh laki-laki lebih diberikan pada pasien syok hipovolemik
besar daripada wanita sehingga cepat dengan kelompok usia lansia agar
mengalami penurunan tekanan darah yang perbaikan kondisi pasien dapat segera
mengindikasikan penurunan nilai Mean terjadi dengan indikasi peningkatan nilai
Arterial Pressure (MAP). Mean Arterial Pressure (MAP) sehingga
pasien dapat terhindar dari risiko kematian
akibat status hemodinamik yang tidak
Berdasarkan Tabel 2 karakteristik segera membaik.
responden berdasarkan usia
dikelompokkan menjadi 4, yaitu responden
dengan rentang usia 17 – 25 tahun Berdasarkan tabel 3, hasil penelitian yang
sebanyak 4%, responden dengan rentang telah dilakukan oleh peneliti maka peneliti
usia 26 – 45 tahun sebanyak 28%, memperoleh data yang merupakan keadaan
responden dengan rentang usia 46 – 64 nyata dengan cara melakukan observasi
tahun sebanyak 56%, dan responden terhadap 25 responden untuk mengetahui
8
pengaruh resusitasi cairan terhadap status Hal penelitian ini sejalan dengan penelitian
hemodinamik Mean Arterial Pressure yang dilakukan oleh Muh Ainun Najib
(MAP) pada pasien Syok hipovolemik. Hidayatulloh, dkk (2016) yang
memaparkan hasil penelitian menunjukkan
Pengujian hipotesis menggunakan uji
pemberian resusitasi cairan dapat
parametrik paired sample T-Test, didapat
meningkatkan nilai mean arterial pressure
hasil perhitungan nilai significancy 0,000
(MAP) sebesar rerata 60% dan terbukti
(p<0,05) dengan selisih -15,4 (IK 95% -9,6
dapat meningkatkan nilai mean arterial
sampai -21,1) dan IK tidak melewati 0,
pressure (MAP).
maka secara statistik terdapat perbedaan
rerata MAP yang bermakna sebelum dan Dina Purnama Sari dkk (2019) pun
sesudah dilakukan pemberian resusitasi membuat sebuah kesimpulan dalam
cairan. Berdasarkan pengolahan data penelitiannya bahwa pemenuhan status
paired sample T Test didapat hasil nilai hemodinamik setelah dilakukan resusitasi
sig. (2-tailed) adalah 0,000<0,05. Hasil ini cairan adalah terdapat perubahan nilai
menunjukan adanya perbedaan yang mean arterial pressure (MAP). Hal ini
signifikan antara status hemodinamik dipengaruhi oleh adanya peningkatan
Mean Arterial Pressure (MAP) sebelum tekanan darah sistol pada responden
dilakukan resusitasi dan setelah dilakukan pertama sebesar 33 mmHg dan pada
resusitasi cairan. Dari data tersebut penulis responden kedua 20 mmHg.
dapat menyimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan dan nyata
terhadap pemberian resusitasi cairan KESIMPULAN DAN SARAN
terhadap status hemodinamik Mean
Kesimpulan
Arterial Pressure (MAP) pada pasien syok
hipovolemik. Sehingga, hasil penelitian ini Setelah melakukan penelitian tentang
mendukung hipotesis sementara penulis pengaruh resusitasi cairan terhadap status
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan hemodinamik Mean Arterial Pressure
dan nyata terhadap pemberian resusitasi (MAP) pada pasien syok hipovolemik di
cairan terhadap status hemodinamik Mean IGD RSUD Balaraja Tahun 2021, maka
Arterial Pressure (MAP) pada pasien syok peneliti dapat menyampaikan kesimpulan
hipovolemik di IGD RSUD Balaraja Tahun sebagai berikut :
2021.
1. Dari hasil penelitian, didapatkan hasil
bahwa jumlah kasus terbanyak pasien
9
yang mengalami syok hipovolemik signifikan antara status hemodinamik
adalah pada kelompok jenis kelamin Mean Arterial Pressure (MAP)
laki-laki yaitu sebanyak 14 responden sebelum dilakukan resusitasi dan
(56%), dan jenis kelamin perempuan setelah dilakukan resusitasi cairan. Dari
sebanyak 11 responden (44%). data tersebut penulis dapat
2. Dari hasil penelitian, didapatkan hasil menyimpulkan bahwa terdapat
bahwa karakteristik responden pengaruh yang signifikan dan nyata
berdasarkan usia yang mendapat terhadap pemberian resusitasi cairan
resusitasi cairan terbanyak adalah pada terhadap status hemodinamik Mean
rentang usia 46 – 64 tahun sebanyak 14 Arterial Pressure (MAP) pada pasien
responden (56%). syok hipovolemik.
3. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan diperoleh hasil bahwa
Saran
seluruh responden memiliki nilai Mean
Arterial Pressure (MAP) dibawah Diharapkan, penatalaksanaan kasus syok
normal (<70 mmHg) sebelum dilakukan hipovolemik melalui intervensi resusitasi
resusitasi cairan dan mengalami cairan dapat segera dilakukan. Hal in
peningkatan nilai Mean Arterial dimaksudkan agar sistem sirkulasi akibat
Pressure (MAP) setelah dilakukan dari volume darah dalam pembuluh darah
resusitasi cairan. yang berkurang dapat segera kembali
4. Hasil penelitian didapatkan bahwa sehingga dapat meningkatkan status
resusitasi cairan berpengaruh terhadap hemodinamik pasien melalui peningkatan
perubahan status hemodinamik Mean tekanan darah dan nilai mean arterial
Arterial Pressure (MAP). Hasil ini pressure (MAP).
menunjukkan bahwa resusitasi cairan
1. Bagi Mahasiswa
memiliki peran kontribusi yang sangat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
penting dalam upaya meningkatkan
menjadi sumber informasi dan menjadi
status hemodinamik pada pasien syok
salah satu referensi penelitian terkait
hipovolemik.
dengan tema resusitasi cairan dan kasus
5. Berdasarkan pengolahan data paired
syok hipovolemik. Hasil penelitian ini
sample T Test didapat hasil nilai sig.
diharapkan mampu menambah
(2-tailed) adalah 0,000<0,05. Hasil ini
wawasan dan meningkatkan
menunjukan adanya perbedaan yang
kemampuan mahasiswa dalam
10
memberikan tatalaksana kasus Arikunto, S. (2016). Prosedur Penelitian:
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
kegawatdaruratan dan manajemen
PT Rineka Cipta.
resusitasi cairan pada kasus syok
Armstrong DJ. (2014). Nursing Practice
hipovolemik.
Hospital and Home. Edinburg:
2. Bagi Instansi Pendidikan Churchill Livingstone.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
Aseri Z. (2015). Vital Indices to be Used
menjadi salah satu sumber pustaka dan inResuscitation of Patients with
Shock in the Emergency
informasi baru untuk menambah
Department Setting. Emergency
wawasan bagi mahasiswa maupun Medicine2:108.doi:10.4172/2165-
7548.1000108. Diakses pada
dosen dalam proses perkuliahan
tanggal 05 Desember 2020.
terutama dalam tatalaksana kasus
Dahlan,S. (2014). Statistik untuk
kegawatdaruratan.
Kedokteran dan Kesehatan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Jakarta: Salmba Medika.
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan
Dewi, E., Rahayu, S. (2010).
hasil penelitian ini dapat menjadi salah Kegawatdaruratan Syok
Hipovolemik. Berita Ilmu
satu sumber dan informasi dan menjadi
Keperawatan. Volume 2 No 2.
salah satu referensi penelitian terkait ISSN 1979-2697. Hal. 93-96.
Diakses pada tanggal 28
dengan tema resusitasi cairan dan kasus
November 2020.
syok hipovolemik. Penelitian ini akan
Diantoro, D.G. (2014). Syok Hipovolemik.
menjadi lebih baik lagi jika dilanjutkan
Purwokerto: RSUD Margono
dengan variabel lain sehingga Soekarjo.
penelitian serupa akan menjadi lebih
Dinkes Prov. Banten. (2019). Profil
baik lagi. Kesehatan Provinsi Banten Tahun
2019. Banten: Dinkes Prov. Banten.

Emergency Nurses Association (ENA).


DAFTAR PUSTAKA (2017). Shock. in:Trauma Nursing
Core CourseProvider Manual.
Andra. (2019). KMB 1 Keperawatan
Medikal Bedah (Keperawatan. Finfer, S. R., Vincent, Jean-Louis & De
Dewasa). Yogyakarta : Nuha Backer, Daniel. (2015). Critical
Medika. Care Medicine: Circulatory Shock.
The New England Journal of
Anggraeni,D.M & Saryono. (2016). Medicine. vol. 18.1726 - 1734.
Metodelogi Penelitian Kualitatif Diakses pada tanggal 12
dan Kuantitatif dalam Bidang November 2020.
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika. Gourgiotis, S., Gemenetzis, G., Kocher,
H.M.,Aloizos, S., Salemis, N.S., &
11
Grammenos,S. (2013). Permissive Hidayatulloh, M.A.N., Supriyadi.,
Hypotension inBleeding Trauma Sriningsih, I. (2015). Pengaruh
Patients: Helpful or Not and Resusitasi Cairan Terhadap Status
When?.Critical Care Nurse; Hemodinamik (MAP) dan Status
Volume 33 Nomor 6. Hal. 8-25. Mental (GCS) PADA Pasien Syok
Diakses pada tanggal 23 Hipovolemik di IGD RSUD dr.
November 2020. Meowardi Surakarta. Naskah
Publikasi. Poltekkes Kemenkes
Gustomi, M.P., Qomariyah. (2018). Semarang. Diakses pada tanggal
Efektifitas Pemberian Cairan 23 Desember 2020.
Kristaloid dan Koloid pada
Pasien SC (Sectio Caesarea) Holley, A., Lukin, W. Paratz, J. Hawkins,
dengan Regional Anastesi T., Boots, R. & Lipman, J. (2016).
terhadap Mean Arterial Goal Directed Resucitation Which
Pressure. Journals of Ners Goals? Haemodynamic Targets.
Community. Volume 09, Ed. 24 vol. 1 Australia: Emergency
Nomor 01. Hal. 106-118. Medicine. Diakses pada tanggal 23
Diakses pada tanggal 19 November 2020.
November 2020.
Junaedi., Sargowo, J., Nasution, T.H.
Hardisman. (2013). Memahami (2016). Shock Index (SI) dan Mean
Patofisiologi dan Asfek Klinis Arterial Pressure (MAP) Sebagai
Syok Hopivolemik Update PrediktorKematian pada Pasien
dan Penyegar. Jurnal Syok Hipovolemik di RSUD
Keshatan Andalas. Volume 2 Gunung Jati Cirebon. Jurnal
No 3. Hal 178-182. Diakses Kesehatan Hesti Wira
pada tanggal 23 Desember Sakti.Volume 4, Nomor 2. Hlm. 45-
2020. 59. Diakses pada tanggal 23
Desember 2020.
Hastono, S. P. (2017). Analisis Data Pada
Bidang Kesehatan. Jakarta: PT. Kementrian Kesehatan Indonesia. (2019).
Raja Grafindo Persada. Data dan Informasi Profil
Kesehatan Indonesia Tahun 2018.
Hastuti, D. (2016). Pengaruh Resusitasi Jakarta: Kemenkes RI.
Cairan Terhadap Peningkatan
MAP(Mean Arterial Pressure) Leksana, E. (2015). Dehidrasi dan Syok.
pada Pasien Syok Hipovolemik. Cermin Dua Kedokteran. Volume
Skripsi. Semarang: Program Studi 42. No. 5. Diakses pada tanggal 16
DIV Keperawatan Medikal Bedah, November 2020.
Poltekkes Semarang. Diakses pada
tanggal 23 November 2020. Majid, A. (2016). Asuhan Keperawatan
Pada Pasien dengan
Hidayat. (2015). Metodelogi Penelitian Gangguan. Kardiovaskular.
Kesehatan. Jakarta: Bineka Cipta. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.

Napitupulu RA., & Rahardjo E. di Instalasi Rawat Darurat RSU dr.


(2015).Analisa Tingkat Soetomo. Media Journal of
Rasionalitas TransfuseDarah pada Emergency. Volume: 2. Nomor 1.
Pelayanan Operasi GawatDarurat
12
Diakses pada tanggal 14 Nomor 6. Diakses pada tanggal
November 2020. 18 Desember 2020.

Notoatmodjo, S. (2018). Metode Penelitian Wijaya, A.S. (2019). Kegawatdaruratan


Kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta. Dasar. Jakarta: TIM.
Winoyo, Y.R.R.D. (2016). Studi
Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian
Penggunaan Terapi Cairan pada
Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Pasien Luka Bakar. Skripsi.
Selemba Medika.
Surabaya: Universitas Airlangga.
Perman. (2015). Initial
EmergencyDepartment Diagnosis World Health Organization (WHO).
and Managementof Adult Patients (2015). The ten leading causes of
with Severe Sepsis andSeptic death in the world 2010 and 2015.
Shock. Scandinavian Journal of
Trauma, Resuscitation and
Emergency Medicine. Volume 20
Nomor 41. Diakses pada tanggal
20 November 2020.

Pudjiadi, A.H. (2017). Resusitasi Cairan :


dari Dasar Fisiologis
hingga Aplikasi Klinis.
Jurnal Sari Pediatri. Vol.
18, No. 5. Hal 409-416.
Diakses pada tanggal 23
November 2020.

Sari. D.P. (2019). Pengelolaan Pasien


Syok Hipovolemik dengan
Pemberian Resusitasi Cairan di
IGD RSUD Tugurejo Semarang.
Naskah Publikasi. Poltekkes
Kemenkes Semarang. Diakses
pada tanggal 23 November
2020.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian


Pendidikan: Pendekatan
Kuantitatif dan Kualitatif, R&D.
Bandung: Alfabeta.
Udeani J, Kaplan LJ, Talavera F, Sheridan
RL, Rice TD, Geibel J. (2015).
Hemorrhagic
Shock.Scandinavian Journal of
Trauma, Resuscitation and
Emergency Medicine. Volume 3

13

Anda mungkin juga menyukai