Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam perkembangannya, penyempurnaan ejaan Bahasa Indonesia
mengalami berbagai tahap sejak sebelum Sumpah Pemuda tahun 1928 hingga
sekarang. Perkembangan yang dimaksud antara lain adanya penerapan ejaan oleh
Ch.A.Van Ophujsen, atas nama pemerintah Belanda, penetapan Ejaan Republik
Soewandi (1947), Ejaan Pembaharuan Prijono (1957), Ejaan Melindo Slametmuljana
(1959), Ejaan Baru Bahasa Indonesia Anton Moeliono (1967), Ejaan Yang
Disempurnakan I.B.Mantra (1972), yang akhirnya EYD ini disahkan oleh Presiden
Soeharto pada tanggal 17 Agustus 1972. Dan dalam setiap perkembangannya selalu
mengalami pembaharuan di dalamnya.
Ejaan merupakan kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata,
kalimat, dsb) dalam bentuk tulisan dan penggunaan tanda baca. Menurut Tasai
(2002), mengemukakan bahwa ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana
melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana hubungan antar lambang-lambang itu.
Secara teknis, yang dimaksud ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan
pemakaian tanda baca.
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) merupakan seperangkat aturan atau
kaidah penggunaan Bahasa Indonesia dalam konteks resmi, baik lisan maupun
tulisan. Materi utama yang dibahas dalam EYD meliputi kaidah tentang penulisan
huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka diperoleh rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan ejaan dan apa saja macamnya?
2. Bagaimana sejarah perkembangan ejaan bahasa Indonesia?
3. Apa dan bagaimana penulisan huruf yang baik dan benar?
4. Apa dan bagaimana penulisan kata yang sesuai kaidah?
5. Apa dan bagaimana penulisan tanda baca dalam sebuah kalimat?

1
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yakni :
1. Untuk mengetahui pengertian ejaan dan macam-macamnya.
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan ejaan bahasa Indonesia.
3. Untuk mengetahui cara penulisan huruf yang baik dan benar.
4. Untuk mengetahui cara penulisan kata yang sesuai kaidah.
5. Untuk mengetahui cara penulisan tanda baca yang benar dalam sebuah kalimat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Macam-Macam Ejaan


Ejaan merupakan sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana ucapan atau apa
yang dilisankan oleh seseorang ditulis dengan perantaraan lambang-lambang atau
gambar-gambar bunyi. Ejaan merupakan kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-
bunyi (kata, kalimat, dsb) dalam bentuk tulisan dan penggunaan tanda baca. Menurut
Tasai (2002), mengemukakan bahwa ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana
melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana hubungan antar lambang-lambang itu.
Secara teknis, yang dimaksud ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan
pemakaian tanda baca.
Adapun macam-macam ejaan menurut perkembangannya, antara lain :
1. Ejaan Ophujsen (1901)
2. Ejaan Soewandi atau ejaan Republik (1947)
3. Ejaan Pembaharuan Bahasa Indonesia atau Ejaan Prijono-Katoppo (1956)
4. Ejaan Melindo (Melayu Indonesia) (1959)
5. Ejaan Baru Bahasa Indonesia atau Ejaan Bahasa Indonesia LBK ( Lembaga
Bahasa dan Kesusastraan) (1966)
6. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) (1972)

B. Sejarah Perkembangan Ejaan


1. Ejaan Ophujsen (1901)
Ejaan Ophuysen didasarkan atas prakarsa pemerintah Hindia Belanda
menugaskan Charles Adrian van Ophuysen untuk menuliskan bahasa Melayu. Tugas
itu diselesaikannya pada tahun 1901 sejak permulaan usahanya pada tahun 1896.
Sejak tahun 1901 itulah baru timbul keseragaman ejaan untuk menuliskan
bahasa Melayu.
a. Kelebihan Ejaan Ophuysen
1) Berhasil menghindarkan kesulitan penulisan bahasa Melayu dari huruf Arab-
Melayu ke dalam huruf Latin
2) Membantu pemerintah Hindia Belanda dalam menjalankan roda
pemerintahan

3
3) Membantu penyebaran bahasa-bahasa daerah cara yang lebih luas dengan
mencetak buku-buku pelajaran dan buku lain dalam bahasa daerah tersebut
dengan huruf Latin.
b. Kekurangan
1) Terlalu bertegak di atas konsep bahasa Belanda
2) Memasukkan fonem asing ayang bukan merupakan fonem bahasa Melayu
seperti: ain, hamzah, z, f, ch, sj, oe, dl, ts sehingga seringkali timbul cara
penulisan yang salah
Contoh:
- hadir sering dibaca had-lir karena kadang-kadang ditulis hadlir
- hasil sering dibaca hat-sil karena kadang-kadang ditulis hatsil

2. Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik (1947)


Ejaan Republik (edjaan republik) adalah ketentuan ejaan dalam Bahasa
Indonesia yang berlaku sejak 17 Maret 1947. Ejaan ini kemudian juga disebut
dengan nama edjaan Soewandi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala itu. Ejaan
ini mengganti ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Van Ophuijsen yang mulai berlaku
sejak tahun 1901.
Perbedaan-perbedaan antara ejaan ini dengan ejaan Van Ophuijsen ialah:
 huruf 'oe' menjadi 'u', seperti pada goeroe → guru.
 bunyi hamzah dan bunyi sentak yang sebelumnya dinyatakan dengan (') ditulis
dengan 'k', seperti pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat.
 kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti ubur2, ber-main2, ke-barat2-an.
 awalan 'di-' dan kata depan 'di' kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya. Kata depan 'di' pada contoh dirumah, disawah, tidak dibedakan
dengan imbuhan 'di-' pada dibeli, dimakan.
Pada tanggal 19 Maret 1947 ejaan Soewandi diresmikan menggantikan ejaan
van Ophuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi julukan ejaan Republik. Hal-
hal yang perlu diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan itu adalah sebagai
berikut :
a. Huruf oe diganti dengan u, seperti pada guru, itu, umur.
b. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata tak, pak,
maklum, rakjat.

4
c. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti anak2, ber-jalan2, ke-barat2-
an.
d. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun, disamakan dengan
imbuhan di- pada ditulis, dikarang.
o Kebaikan Ejaan Soewandi :
a) Lambang oe diubah dengan u yang lebih sesuai dengan ilmu ejaan umum
b) Menundukkan ucapan kata asing pada kebiasaan ucapan dalam masyarakat
Contoh: hadlir  hadir export ekspor
c) Kata dari bahasa asing tidak disisipi e-pepet Contoh: peraktek praktek
o Kekurangan Ejaan Soewandi :
Tidak membedakan e-taling dengan e-pepet Contoh: seri

3. Ejaan Pembaharuan atau Ejaan Prijono-Katoppo


Ejaan Pembaharuan merupakan penyempurnaan dari ejaan Republik karena
ejaan tersebut terdapat unsur-unsur yang kurang dapat dipertanggungjawabkan.
Ejaan pembaruan merupakan hasil dari E.Katoppo dan Prof. Dr. Prijono.
Pembaharuan ejaan ini mengalami beberapa kesulitan seperti biaya perombakan
mesin tik sehingga ejaan ini tidak diresmikan.
Konsep Ejaan Pembaharuan yang menarik ialah disederhanakannya huruf-
huruf yang berupa gabungan konsonan dengan huruf-huruf tunggal. Atau bersifat
fonemis artinya setiap fonem dalam ejaan itu diusahakan hanya dilambangkan
dengan satu huruf.
Tampak seperti contoh di bawah ini :
1. Gabungan konsonan dj di ubah menjadi j
2. Gabungan konsonan tj di ubah menjadi ts
3. Gabungan konsonan ng di ubah menjadi ŋ
4. Gabungan konsonan nj di ubah menjadi ñ
5. Gabungan konsonan sj di ubah menjadi š
Gunakan vokal ai, au dan oi(di sebut diftong) di tulis berdasarkan pelafalannya yaitu
ay, aw, dan oy.
Misal : satai → satay Harimau → harimaw

5
Amboi → amboy
Serta huruf j, seperti pada kata jang di ubah menjadi y sesuai dengan ejaan Bahasa
Indonesia.

4. Ejaan Melindo (1959)


Melindo ialah akronim dari Melayu-Indonesia. Merupakan ejaan yang
disusun atas kerja sama antara pihak Indonesia Slamet Muljana dan pihak
Persekutuan Tanah Melayu (Malaysia) dipimpin oleh Syed Nasir bin Ismail yang
tergabung dalam Panitia Kerja Sama Bahasa Melayu-Bahasa Indonesia tahun 1959
berhasil merumuskan ejaan yaitu ejaan Melindo.
Awalnya Ejaan Melindo dimaksudkan untuk menyeragamkan ejaan yang
digunakan di kedua negara tersebut. Namun karena pada masa itu terjadi ketegangan
politik antara Indonesia dan Malaysia, Ejaan itupun akhirnya gagal
diresmikan.Sebagai akibatnya pemberlakuaan ejaan itu tidak pernah diumumkan.

5. Ejaan Baru Bahasa Indonesia / LBK (Lembaga Bahasa dan


Kesusastraan)
Ejaan Baru Bahasa Indonesia merupakan hasil dari usaha pembaharuan yang
berasaskan pada dasar pemikiran:
• Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan
• Ejaan Soewandi yang kurang dapat mencerminkan kodrat bahasa Indonesia
Ejaan ini merupakan lanjutan dari rintisan panitia ejaan melindo.
Pelaksananya pun terdiri dari panitia Ejaan LBK (Lembaga bahasa dan
Kasusaatraan, sekarang bernama Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa) juga
dari panitia Ejaan bahasa Melayu yang berhasil merumuskan ejaan yang disebut
Ejaan Baru. Namun lebih dikenal dangan ejaan LBK. Konsep Ejaan ini di susun
berdasarkan beberapa pertimbangan antara lain:
1) Pertimbangan Teknis yaitu pertimbangan yang menghendaki agar setiap fonem
dilambangkan dengan satu huruf.
2) Pertimbangan Praktis yaitu pertimbangan yang menghendaki agar perlambangan
secara teknis itu di sesuaikan dengan keperluan praktis seperti keadaan
percetakan dan mesin tulis.
3) Pertimbangan Ilmiah yaitu Pertimbangan yang menghendaki agar perlambangan
itu mencerminkan studi yang mendalam mengenai kenyataan bahasa dan

6
masyarakat pemakainya.
Perubahan yang terdapat dalam ejaan Baru :
1) Gabungan konsonan dj diubah menjadi j
Misalnya : remadja → remaja djalan → jalan
2) Gabungan konsonan tj diubah menjadi c.
Misalnya : tjakap → cakap batja → baca
3) Gabungan konsonan nj diubah menjadi ny.
Misalnya : Sunji → sunyi Njala → nyala
4) Gabungan konsonan sj diubah menjadi sy.
Misalnya : Sjarat → syarat Sjair → syair
5) Gabungan konsonan ch diubah menjadi kh.
Misalnya : Tachta → takhta Ichlas → ikhlas
6) Huruf j diubah menjadi y
Misalnya : Padjak → pajak Djatah → jatah
7) Huruf e taling dan e pepet penulisannya tidak dibedakan dan hanya ditulis
dengan e/tanpa penanda.
Misalnya : Ségar → segar Copèt →copet
8) Huruf asing f, v, dan z dimasukkan ke dalam sistem ejaan bahasa Indonesia
karena huruf huruf itu banyak digunakan.
Misalnya : Fasih, vakum, zaman.

6. Ejaan Yang Disempurnakan


Secara definisi, Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah sistem
ejaan bahasa Indonesia yang didasarkan pada Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972
yang diresmikan pada tanggal 16 Agustus 1972 oleh Presiden Republik Indonesia.
Pedoman ejaan bahasa Indonesia disebut pedoman umum,karena dasarnya hanya
mengatur hal-hal yang bersifat umum.Namun ada hal-hal lain yang bersifat
khusus,yang belum di atur dalam pedoman itu, yang disesuaikan dengan bertitik
tolak pada pedoman umum itu.
Ejaan Yang Disempurnakan merupakan hasil penyempurnaan dari beberapa
ejaan yang disusun sebelumnya, terutama ejaan Republik yang dipadukan pula
dengan konsep-konsep ejaan Pembaharuan, ejaan Melindo, dan ejaan Baru.

7
a. Perubahan huruf
- Ejaan lama :
Dj → djika, wadjar Tj →tjakap,pertjaja Nj → njata,sunji
Ch → achir, chawatir
- EYD :
J → jika, wajar
C → cakap, percaya Ny → nyata, sunyi Kh → akhir, khawatir
b. Huruf f, v dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing diresmikan
pemakaiannya.
Misalnya : Khilaf, fisik, zakat, universitas
c. Huruf q dan x yang lazim di gunakan dalam bidang ilmu pengetahuan tetap di
gunakan , misalnya pada kata furqan dan xenon.
d. Penulisan di- sebagai awalan di bedakan dengan di yang merupakan kata depan.
Sebagai awalan, di- di tulis serangkai dengan unsur yang menyertainya,
sedangkan di sebagai kata depan ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misal :
Awalan → di- dicuci dibelikan
dilatarbelakangi Kata depan → Di Di kantor
Di belakang Di tanah
e. Kata Ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya.angka dua tidak
digunakan sebagai penanda perulangan.
Misalnya :
Anak-anak, bukan anak2
Bersalam-salaman, bukan bersalam2an Bermain-main, bukan bermain2
f. Yang di atur dalam EYD yaitu :
1) Pemakaian huruf, termasuk huruf kapital dan huruf miring.
2) Penulisan kata
3) Penulisan tanda baca
4) Penulisan singkatan dan akronim
5) Penulisan angka dan lambang bilangan
6) Penulisan unsur serapan.

8
 Kelebihan Ejaan Yang Disempurnakan yakni :
1. Dapat dipertanggungjawabkan dari sudut ilmu ejaan umum
2. Aturan penulisan kata, huruf dan tanda tanya jauh lebih tegas

C. Penulisan Huruf
1. Huruf Besar dan Huruf Kapital
Huruf besar dan huruf kapital digunakan untuk hal-hal berikut :
a. Awal kalimat dan huruf pertama petikan langsung.
Contoh: Dia berangkat ke sekolah. Ibu bertanya,” Mengapa kamu menangis?”
b. Ungkapan yang berhubungan dengan hal keagamaan, kitab suci, nama Tuhan,
termasuk kata gantinya.
Contoh: Allah, Yang Mahakuasa, Islam, Kristen, Alkitab
c. Nama diri, huruf awal gelar kehormatan, keturunan, keagamaan yang diikuti
nama orang.
Contoh: Sultan Hasanudin, Gubernur Joko Widodo, Profesor Samsuri
d. Huruf pertama nama bangsa, suku, bahasa, tahun, bulan, hari, hari raya dan
peristiwa sejarah.
Contoh: bangsa Indonesia, tahun Masehi, hari Senin, hari Kebangkitan Nasional
e. Huruf pertama khas dalam geografi.
Contoh: Danau Towuti, Afrika Selatan, Jalan Surabaya
f. Huruf pertama nama resmi badan, lembaga pemerintahan, ketatanegaraan, dan
dokumen resmi.
Contoh: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dewan Perwakilan Rakyat,
Surat Perintah Sebelas Maret
g. Huruf pertama semua kata utama dalam buku, majalah, surat kabar, dan judul
karangan.
Contoh: Pelajaran Matematika untuk Sekolah Lanjutan Atas, majalah Trubus
h. Singkatan nama gelar dan sapaan, huruf pertama kata petunjuk hubungan
kekerabatan yang dipakai sebagai kata ganti.
Contoh : Dr. Nuril Huda, Kapan Saudara datang?, Silahkan diminum, Mbak!

9
2. Huruf Miring
Huruf miring digunakan untuk hal-hal berikut :
a. Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan.
Contoh: majalah Tempo, harian Kompas. buku Dasar- dasar Penulisan
b. Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
Contoh: Bab ini tidak membicarakan…, Huruf pertama kata abad ialah a
c. Menuliskan istilah ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan
ejaannya.
Contoh: Penataran merupakan kata lain dari upgrading

D. Penulisan Kata
1. Kata Dasar
Kata asli yang belum medapat imbuhan. Kata dasar yang terdapat dalam
kalimat ditulis satu- kesatuan.
Contoh :
 Dia tidak suka marah
 Siapa yang datang ?

2. Kata Turunan
Kata yang diturunkan dari kata dasar asli, bisa disebut kata berimbuhan.
 Imbuhan (awalan dan akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasar. Contoh :
o Pemanas (pe+panas)
o Jawaban (jawab+an)
 Awalan atau akhiran ditulis serangkai denan kata yang mendahului apabila
bentuk dasarnya berupa gabungan kata. Contoh :
o Bersuka ria (ber + suka ria)
o Dimejahijaukan (di + meja hijau + kan)
o Membabi buta (me-N + babi buta)
 Jika bentuk dasarnya berupa kata gabung dan mendapat awalan dan akhiran, kata
ditulis serangkai. Contoh :
o Mengedepankan (me-N + ke + depan + kan)

10
o Mempertanggungjawabkan (me-N + pe + tanggung jawab + kan)

 Jika salah satu unsur kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan ditulis
serangkai. Contoh :
o Pascasarjana
o Prasangka
o Mahasiswa

3. Kata Ulang
Kata dasar yang diulang. Dapat berupa kata ulang murni (sama dengan kata
dasar) dan kata ulang sebagian (berbeda dengan kata dasar). Kata dasar yang berupa
kata ulang ditulis lengkap menggunakan tanda gabung.
Contoh :
- Sepandai-pandai
- Lauk-pauk

4. Gabungan Kata
Kata dasar yang terbentuk dari penggabungan dua kata. Bisa disebut kata
majemuk, kata dasar yang berasal dari gabungan kata yang punya makna tertentu.
 Gabungan kata yang lazim, kata majemuk termasuk istilah khusus bagiannya
ditulis terpisah.
Contoh :
o Sapu tangan
o Mata pisau
o Mata hati
 Gabungan kata termasuk istilah khusus yang menimbulkan salah baca dapat
diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian diantara unsur yang
bersangkutan. Contoh : alat pandang-dengar.
 Gabungan kata yang sudah diangap padu, kata ditulis serangkai.
Contoh :
o Apabila (apa + bila)
o Daripada (dari + pada)

11
o Adapun (ada + pun)

5. Kata Ganti
Kata ganti –ku, -mu dan –nya ditulis dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh :
o Ayahmu orang yang dermawan
o Buku ini miliknya

6. Kata Depan
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya,
kecuali daripada. Contoh :
o Ayah berangkat ke masjid
o Saya dari masjid

7. Kata Sandang
Kata sandang berupa Si dan Sang ditulis secara terpisah dari kata yang
megikutinya. Contoh :
o Si Unyil
o Sang Raja

8. Partikel
a. Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh :
o Bacalah buku itu dengan baik !
o Akankah kita tetap menjadi saudara ?
b. Partikel pun ditulis terpisah dengan kata yang mendahuluinya. Kecuali : adapun,
bagaimanapun, maupun, biarpun, walaupun.
Contoh :
o Sepetak tanah pun aku tak punya.
o Sepucuk surat pun tak datang.
c. Partikel per yang berarti mula, demi, dan tiap dtulis terpisah dari kalimat yang

12
mendampinginya.
Contoh :
o Dia membaca buu itu per bab.
o Dia menggaji karyawannya per hari
9. Angka dan Lambang Bilangan
 Dipakai untuk menyatakan lambang bilangan nomor. Contoh : 1, 2, 3.
 Digunakan untuk ukuran panjang, berat, isi, satuan waktu, nilai uang. Contoh :
o 3 meter kain, 10 kilogram beras, 5 liter.
o Pukul 12.30, 100 dolar, tahun 1962.
o Penulisan lambang bilangan dengan huruf. Contoh : sebelas (11), dua per tiga
(2/3).
 Penulisan kata bilangan tingkat. Contoh :
o Bab III
o Bab tiga
o Bab ke-3
 Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran –an. Contoh :
o Tahun 60-an
o Tahun enam puluhan
 Akta dan Kuitansi, bilangan ditulis dengan kata dan huruf skaligus dalam teks.
Contoh :
o Telah diterima uang sebesar Rp 500.000 (lima ratus ribu rupiah).

E. Penggunaan Tanda Baca


1. Tanda Baca Titik (.)
Ada beberapa kaidah penggunaan tanda baca titik (.). kaidah-kaidah tersebut
dijelaskan sebagai berikut.
a. Tanda baca titik (.) digunakan untuk mengakhiri kalimat yang bukan berupa
kalimat tanya atau kalimat seruan.
Contoh:
1) Saya beragama Islam
2) Kita adalah saudara

13
b. Tanda baca titik (.) digunakan dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
ikhtisar, atau daftar.
Contoh:
1) 4.1 Pembahasan
2) Tabel 10. Rekapitulasi data
c. Tanda baca titik digunakan untuk memisahkan angka jam,menit,dan detik yang
menunjukan jangka waktu.
Contoh:
1) Pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik )
d. Tanda baca titik digunakan diantara nama penulis,judul tulisan yang tidak
berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru,dan tempat terbit dalam daftar
pustaka.
Contoh:
1) Lestariningrum,Dwi.1998.Teknik Menjahit.Malang:Intan.
2) Syamsu,M.2007.Belajar Mengaji.Malang:UIN Press.
e. Tanda baca titik digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang menunjukan jumlah.
Contoh:
1) Tamu yang hadir adalah 24.200 orang.
2) Ayamnya berjumlah 5.500 ekor.
f. Tanda baca titik tidak digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatanya yang tidak menunjukan jumlah.
Contoh:
1) 6 juni adalah tanggal kelahiranya.
2) Dia mendapat gaji setiap tanggal 2.
g. Tanda baca titik tidak digunakan pada akhir judul yang merupakan kepala
karangan atau kapala ilustrasi,tabel,dan sebagainya.
Contoh:
1) KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
2) DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
h. Tanda baca titik tidak digunakan di belakang alamat pengirim surat, nama dan
alamat penerima surat, serta tanggal surat.

14
Contoh:
1) Yth.Rektor UIN Malang Jalan Gajayana 50 Malang
2) Malang,28 Maret 2010

2. Tanda Baca Koma (,)


Kaidah-kaidah penggunaan tanda baca koma (,) adalah sebagai berikut
a. Tanda baca koma (,) digunakan diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilang.
Contoh:
1) Saya membeli kertas,pena,dan tinta
2) Saya suka apel,durian,dan pisang
b. Tanda baca koma (,) digunakan untuk memisahkan kalimat setara, apabila
kalimat setara berikutnya diawali kata tetapi atau melainkan.
Contoh:
1) Ayah suka buah,tetapi ibu tidak
2) Dia tidak kakakku,melainkan sepupuku
c. Tanda baca (,) digunakan apabila anak kalimat mendahului induk kalimat.
Contoh:
1) Jika hari tidak hujan,saya akan datang
2) Atas perhatian Bapak,saya berterima kasih
d. Tanda baca koma (,) digunakan untuk memisahkan anak kalimat jika anak
kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Contoh:
1) Saya tidak akan datang,jika ayah tidak mengijinkan
2) Saya akan memaafkan,jika ia mau bertobat
e. Tanda baca koma (,) digunakan di belakang ungkapan penghubung antar kalimat
yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
1) Dia malas belajar.oleh karena itu,dia tidak naik kelas
2) Dia sudah berstatus mahasiswa .akan tetapi,dia seperti anak-anak

3. Tanda Baca Titik Koma (;)

15
Kaidah-kaidah enggunaan tanda baca titik koma (;) adalah sebagai berikut.
a. Digunakan untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis atau setara.
Contoh:
1) Ayah sedang mengaji; ibu sedang memasak; adik sedang belajar; meraka
sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing
b. Digunakan untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat
majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh:
1) Sore itu kami sekeluarga sibuk dengan pekerjaan kami masing-masing.Ayah
sedang membaca koran; ibu menjahit kayu;saya asyik membersihkan taman
di depan rumah.

4. Tanda Baca Titik Dua (:)


Terdapat beberapa kaidah penggunaan tanda baca titik dua (:) kaidah-kaidah
yang dimaksud dijelaskan sebagai berikut.
a. Tanda baca titik dua (:) digunakan sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian atau perincian. Contoh:
1) Ketua: Ahmad Wijaya, Sekretaris: Siti Tantowi
b. Digunakan di antara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan ayat di
dalam kitab suci, di antara judul dan subjudul,serta nama kata dan penerbit buku
acuan. Contoh:
1) Tempo, I ( 1971 ). 34:7
2) Surat yasin:19

5. Tanda Hubung (-)


Kaidah-kaidah penggunaan tanda hubung (-) adalah sebagai berikut
a. Digunakan untuk merangkaikan se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan
huruf kapital, ke- dengan angka, angka dengan an-, singkatan berhuruf kapital
dengan imbuhan atau kata, dan nama jabatan rangkap. Contoh:
1) se-Indonesia.
2) Hadiah ke-2
3) Mem-PHK-kan
4) Sinar-X
b. Digunakan untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan bahasa asing.

16
Contoh:
1) di-smash
2) di-drill
3) di-carge
4) mem-backup
6. Tanda Pisah (--)
Tanda pisah (--) digunakan di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti
“sampai ke” atau “sampai dengan”. Penulisan tanda baca pisah (--) dinyatakan
dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.
Contoh:
a. 1910-1945
b. Tanggal 15-10 April 1970.

7. Tanda Elipsis (...)


Tanda elipsis digunakan untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau
naskah ada bagian yang hilang.
Contoh:
a. Sebab-sebab kemerosotan akhlak di kalangan mahasiswa ... atau diteliti lebih
lanjut.
b. kata adalah kumpulan huruf yang sudah bermakna lengkap ( Suwono,1999:13)

8. Tanda Kurung ( )
Tanda kurung () digunakan untuk hal-hal sebagai berikut.
a. Digunakan untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Contoh:
1) Lampiran: 1 (satu) bendel
2) ABRI ( Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)
b. Di gunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian pokok
pembicaraan. Contoh:
1) Opera Van Java (acara komedi) cukup menghibur masyarakat
2) Aku ( puisi karya Chairil Anwar ) aalah puisi Angaktan 45.

9. Tanda Tanya (?)


Tanda tanya (?) digunakan pada akhir kalimat tanya, yakni kalimat yang

17
membutuhkan jawaban.
Contoh:
a. Siapa yang pergi ke Bandung ?
b. Dimana kamu membeli tas itu?

10. Tanda Seruan (!)


Tanda seru (!) digunakan sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa
sruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhanya,atau emosi yang kuat.
Contoh:
a. Duduklah!
b. Ambilkan buku itu!

11. Tanda Kurung Siku ([ ])


Tanda kurung siku ([ ]) digunakan untuk mengapit keterangan dalam
kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Contoh:
a. Persamaan kedua proses ini (perbedaanya dibicarakan pada Bab II [lihat halaman
35-38])
b. Konsep tentang pengetahuan (hubunganya dengan konsep ilmu secara umum
[ lihat halaman 124]) juga diterangkan pada Bab III buku ini.

12. Tanda Petik (“...”)


Tanda petik (“...”) ini digunakan untuk meakhiri petikan langsung. Adapun
kaidah penggunaan tanda petik (“...”) yang dumaksud adalah sebagai berikut.
Contoh:
a. Kata Toto,”saya juga berpuasa”.
b. Pesan Ayah, “jangan berani pada ibumu”.

13. Tanda Petik Tunggal (‘...’)


Tanda petik tunggal (‘...’) digunakan untuk mengapit makna, terjemahan, dan
penjelasan kata atau ungkapan asing.
Contoh:
a. Reformasi ‘perubahan’

18
b. Mastery Learning ‘belajar tuntas’

14. Tanda Garis Miring (/)


Tanda garis miring (/) digunakan di dalam menulis nomor surat, nomor pada
alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.

Contoh:
a. Tahun anggaran 2011/2012
b. Semester genap 2012/2013
c. Jalan Kramat III/10 Jakarta

15. Tanda Apostrof (΄)


Tanda penyingkat atau apostrof (΄) ini digunakan untuk menunjukan
penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun. Contoh:
a. Malam΄lah tiba (΄lah = telah)
b. 1 Januari ΄88 (΄88 = 1988)

F. Unsur Serapan
Sampai saat ini Bahasa Indonesia berkembang pesat dari waktu ke waktu.
Dalam perkembangannya, Bahasa Indonesia menerima berbagai unsur dari bahasa –
bahasa lain termasuk dari bahasa asing. Unsur dari bahasa asing tersebut kemudian
diserap ke dalam bahasa indonesia. Contoh kata yang sudah melalui penyerapan,
yaitu :
• Accomodation menjadi Akomodasi
• System menjadi Sistem
• Variety menjadi Varietas
• Scriptie menjadi Skripsi

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Ejaan bahasa Indonesia telah mengalami perkembangan. Perkembangan
tersebut diantaranya ejaan Ophujsen, ejaan Soewandi, ejaan Pembaharuan,
ejaan Melindo, ejaan Baru, dan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
2. Ejaan adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana ucapan atau apa yang
dilisankan oleh seseorang ditulis dengan perantaraan lambang-lambang atau
gambar-gambar bunyi.
3. Ejaan memiliki komponen-komponen penulisan huruf, penulisan kata,
penggunaan tanda baca, serta unsur serapan.
4. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) merupakan seperangkat aturan atau
kaidah penggunaan Bahasa Indonesia dalam konteks resmi, baik lisan
maupun tulisan
5. Penulisan huruf yang terdapat dalam ejaan yaitu penulisan hurf miring dan
huruf kapital.
6. Penulisan kata yang terdapat dalam sebuah ejaan yakni kata dasar, kata ulang,
kata ganti, gabungan kata, dll.
7. Pemakaian tanda baca yang terdapat dalam ejaan diantaranya tanda titik,
tanda koma, tanda seru, tanda tanya, titik dua, tanda petik, tanda miring, dll.
8. Dari penjabaran diatas, ejaan sangat dibutuhkan dalam hal kepenulisan.
Misalnya dalam penulisan karya ilmiah, skripsi, dan thesis.

B. Saran
Demikianlah kaidah-kaidah penulisan huruf, penulisan kata, dan kaidah
penulisan serta penggunaan tanda baca yang berlaku di dalam ejaan yang
disempurnakan dalam bahasa Indonesia berdasarkan uraian di atas. Semoga dapat
bermanfaat bagi pembaca. Penyusun menyadari makalah ini masih banyak
kekurangan, maka penyusun mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
menbangun untuk menyempurnakan makalah ini.

20
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. “Dari Ejaan van Ophujsen hingga EYD”. www.makalahkuliah.com.


Pada 25 Februari 2013.

Fakultas Pertanian UB. 2010. Modul Bahasa Indonesia dan Penulisan Ilmiah.
Malang. Musaba,

Zulkifli. 2012. Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Safioedin, Asis. 1987. Membina Bahasa Indonesia. Bandung: Penerbit Alumni.

Yaqin, M. Zubad Nurul. 2011. Bahasa Indonesia Keilmuan. Malang: UIN-Maliki


Press. Wilyarsa, I

Gusti Agung. 2012. ”Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia”.


www.ejaanindonesia.blogspot.com. Pada 28 Oktober 2021.

21

Anda mungkin juga menyukai