Anda di halaman 1dari 61

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH EDUKASI KESESHATAN TERHADAP PENGETAHUAN


LANSIA TENTANG PERILAKU PERAWATAN DIRI PASCA STRUK DI RS
STOKE CENTER MAKASSAR

diajukan untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) dalam


program Studi Ilmu Keperawatan pada Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan
(STIK) Famika Makassar

OLEH:

ALEN ANSYARI A.G


NIM. 117 371617

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIK) FAMIKA
MAKASSAR

1
SURAT PERNYATAAN

Saya bersumpah bahwa proposal penelitian ini adalah hasil karya

sendiri dan belum pernah dibuat dan dikumpulkan oleh orang lain untuk

memperoleh gelar dari berbagai jenjang pendidikan di Perguruan Tinggi

manapun.

Sungguminasa, 22 April 2020


Yang menyatakan,

ALEN ANSYARI A.G


NIM. 117 37161

2
HALAMAN PERSETUJUAN

PROPOSAL
ii

PENGARUH EDUKASI KESESHATAN TERHADAP PENGETAHUAN


LANSIA TENTANGPERILAKUPERAWATAN DIRI PASCA STRUK DI RS
STOKE CENTER MAKASSAR TAHUN 2020

Disusun dan diajukan oleh :

ALEN ANSYARI A.G


NIM. 117 371617

Disetujui dan dipertahankan di hadapan tim penguji proposal.

Sungguminasa, 22 April 2020

Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing ll

DR.Yudit Patiku, S.Si,S.Kep,Ns,M.kes. Ns.Muh Syarul Alam,


S.Kep.M.Kes
NIDN. 0916096903 NIDN. 0930078901

3
KATA PENGANTAR
iii
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

atas berkat dan rahmat-Nya jualah sehingga peneliti dapat menyelesaikan

Skripsi ini dengan judul “PENGARUH EDUKASI KESEHATAN TERHADAP

PENGETAHUANLANSIA TENTANG PERILAKUPERAWATAN DIRI

PASCA STROKE DI RS STROKE CENTER MAKASSAR”.

Proposal ini dibuat untuk memenuhi syarat dalam melakukan

penelitian guna menyelesaikan studi pada program studi S1 Keperawatan

pada Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Famika Makassar.

Peneliti menyadari bahwa proposal ini dapat selesai karena adanya

bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa terima kasih tak terhingga

kepada kedua orang tua dan saudara-saudaraku atas segala dukungan, doa

dan kasih sayang yang tak pernah pupus, serta penghormatan yang sebesar-

besarnya kepada :

a. DR. Oichida, selaku Ketua Yayasan Fani Mitra

Karya Makassar.

b. Ns. Yudit Patiku, S.Si, S.Kep, M.Kes, selaku

Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan (STIK) FAMIKA Makassar.

c. Ns. Rahman, S.Kep. selaku pembimbing I, dan

Ns. Wahyuni, S.Kep, selaku pembimbing II, yang telah banyak

iv
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing peneliti

selama penyusunan proposal ini.

d. Seluruh dosen dan staf STIK Famika Makassar,

selaku pendidik dan pembimbing dalam penyelesaian tugas dan

kewajiban baik teori maupun praktek selama pendidikan di STIK FAMIKA

Makassar.

e. Rekan-rekan mahasiswa Angkatan 2016 dan

semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan proposal ini

yang tidak dapat peneliti sebutkan namanya satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, dengan lapang dada peneliti menerima kritikan dan saran

yang konstruktif demi sempurnanya proposal ini.

Akhirnya peneliti mengucapkan terima kasih atas segala kebaikan dan

bantuan yang diberikan semoga mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan

Yang Maha Esa.

Sungguminasa, 22 April 2020

Peneliti,

ttd

5
(ALEN ANSYARI A.G)
NIM : 117 371

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL-------------------------------------------------------------------- i
v
SURAT PERNYATAAN-------------------------------------------------------------- ii

HALAMAN PERSETUJUAN-------------------------------------------------------- iii

KATA PENGANTAR ----------------------------------------------------------------- iv

DAFTAR ISI----------------------------------------------------------------------------- vi

DAFTAR LAMPIRAN----------------------------------------------------------------- viii

BAB I PENDAHULUAN -------------------------------------------------------- 1

A. Latar Belakang-------------------------------------------------------- 1

B. Rumusan Masalah--------------------------------------------------- 5

C. Tujuan Penelitian----------------------------------------------------- 5

D. Manfaat Penelitian--------------------------------------------------- 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ------------------------------------------------- 7

A. Tinjauan Umum Tentang Tentang Edukasi Kesehatan ---- 8

B. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan Lansia

Pasca Stroke---------------------------------------------------------- 13

C. Tujuan Umum Tentang Stroke ---------------------------------- 25

BAB III KERANGKA KERJA PENELITIAN --------------------------------- 38

6
A. Kerangka Konseptual Penelitian--------------------------------- 38

B. Klasifikasi Variabel Dan Devinisi Penelitian ------------------- 39

C. Hipotesis Penelitian-------------------------------------------------- 40

BAB IV METODE PENELITIAN ------------------------------------------------ 41


vi
A. Rencana Penelitian-------------------------------------------------- 41

B. Populasi dan Sampel------------------------------------------------ 41

C. Pengumpulan Data dan Analisa Data--------------------------- 42

D. Etika Penelitian------------------------------------------------------- 45

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii
7
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian

Lampiran 2 : Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 4 : Instrumen Penelitian

viii

8
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke merupakan penyakit tidak menular yang merupakan salah

satu masalah di seluruh dunia. Menurut World Health Organization,

jumlah kematian tahunan akibat penyakit kardiovaskular diproyeksikan

akan meningkat dari 17 juta pada tahun 2008 menjadi 25 juta pada tahun

2030. Salah satu penyakit akibat kardiovaskuler tersebut adalah stroke

(Cecep, 2018).

Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bahwa 15

juta orang di seluruh dunia menderita stroke setiap tahun. Dari jumlah

tersebut, 5 juta orang meninggal dan 5 juta lainnya menjadi cacat

permanen (World Health Organization, 2018). Di Indonesia, prevalensi

kejadian stroke cenderung meningkat, dimana pada tahun 2013 diperoleh

angka kejadian stroke 7,0 permil meningkat menjadi 10,9 permil pada

tahun 2018. Sedangkan di Provinsi Sulawesi Selatan, pada tahun 2013

sebesar 7,9 permil penderita stroke, meningkat menjadi sekitar 10 permil

pada tahun 2018 (Kemenkes RI, 2018).

9
Peningkatan prevalensi stroke tidak dapat dipisahkan dari

meningkatnya harapan hidup masyarakat. Peningkatan harapan hidup

akan membawa dampak semakin besarnya populasi dalam risiko Strok

10
Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013,

penyakit stroke tertinggi pada kelompok umur ≥75 tahun sebesar 43,1% dan

prevalensi yang memiliki gejala stroke sebesar 67,0%. Penderita stroke yang

memiliki pendidikan rendah sebesar 16,5% maupun orang yang memiliki

gejala stroke sebesar 32,8%. Penderita stroke di kota lebih tinggi dari desa,

baik prevalensi yang menderita stroke (8,2%) maupun berdasarkan orang

yang memiliki gejala stroke (12,7%) (Kemenkes RI, 2013).

Pasca stroke bisa dikatakan sebagai masa yang paling sulit bagi

penderita pasca stroke, mereka akan mengalami kecacatan dan

ketidakmampuan dalam beraktivitas seperti sedia kala. Salah satunya

adalah ketidakmampuan untuk melakukan perawatan diri (Self Care).

Menurut Orem, et al (2001) dalam Ismatika (2017) self care (perawatan

diri sendiri) adalah aktivitas dan inisiatif oleh individu itu sendiri dalam

memenuhi serta mempertahankan kehidupan, kesehatan dan

kesejahteraan. Dalam hal pasien pasca stroke akan sering mengalami

keputusasaan sampai depresi karena orang-orang disekitarnya sering

menganggap bahwa dirinya tidak mampu melakukan apapun terutama

dalam hal Self care.

Adapun dalam proses rehabilitasi pasien pasca stroke, perawat

akan memberikan health education pada pasien untuk membantu

mengembalikan fungsi motorik yang terganggu akibat stroke. Dalam hal

ini diharapkan pasien pasca stroke mampu melakukan aktivitas dan self

11
care secara mandiri untuk mencegah terjadinya ketergantuan akibat

kecacatan setelah stroke (Ismatika, 2017).

Dengan memberikan edukasi yang benar kepada penderita stroke

dan memberdayakan keluarga mengenai perawatan diri (Self Care) dapat

membantu mengoptimalkan pemulihan secara komprehensif. Sedangkan

dalam meningkatkan perilaku perawatan diri (Self Care) perlu diberikan

edukasi terkait pentingnya self efficacy (keyakinan) pada diri penderita

stroke (Ismatika, 2017).

Menurut Notoatmodjo (2010), mengatakan bahwa health education

dapat meningkatkan pengetahuan dalam melakukan hidup sehat.

pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Karena dalam

pengalaman dan penelitian, ternyata perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari

oleh pengetahuan. Sedangkan sikap adalah suatu sidroma atau kumpulan

gejala dalam merespon stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan

pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain. Sikap

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan

merupakan pelaksanaan motif tertentu.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cecep, dkk (2018)

menyimpulkan bahwa edukasi kesehatan terbukti berpengaruh dalam

meningkatkan tingkat pengetahuan pasien dan keluarganya mengenai

12
stroke, kesiapan, peran keluarga pengasuh pasien stroke, dukungan

psikologis, dan persiapan perawatan pasien stroke di rumah. Sedangkan

hasil penelian yang dilakukan oleh Prabawati (2014) yaitu ada pengaruh

pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan dan sikap pada

kelompok eksperimen, sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada

pengaruh dengan nilai pengetahuan dan sikap. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Abadi (2015) diperoleh kesimpulan bahwa pemberian

health education mempunyai pengaruh peningkatan pengetahuan

keluarga tentang penatalaksanaan stroke pasca hospitalisasi. Hasil

penelitian ismawati, dkk (2017) menyatakan bahwa ada hubungan antara

self efficacy dengan perilaku self care pasien pasca stroke.

Berdasarkan data penderita stroke di RS Stroke Center Makassar,

diperoleh lansia penderita stroke data pada tahun 2017 sebanyak 116

kasus, tahun 2018 sebanyak 123 kasus, dan tahun 2019 sebanyak 150

kasus. Berdasarkan data tersebut di atas, diperoleh gambaran bahwa

terjadinya peningkatan penderita stroke dari tahun ke tahun di RS Stroke

Center Makassar. Penyebab kenaikan tingkat penderita stroke tersebut

adalah dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan tentang perilaku

perawatan diri antara lain perilaku merokok, minum alkohol, pola makan

yang salah dan kurang berolahraga.

Berdasarkan kenyataan tersebut maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “pengaruh health education terhadap

13
pengetahuan lansia tentang perilaku perawatan diri pasca stroke di RS

Stroke Center Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka dapat

dirumuskan masalah penelitian yaitu apakah ada pengaruh health

education terhadap pengetahuan lansia tentang perilaku perawatan diri

pasca stroke di RS Stroke Center Makassar ?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh health education terhadap

pengetahuan lansia tentang perilaku perawatan diri pasca stroke di RS

Stroke Center Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Menilai pengetahuan lansia tentang perilaku perawatan diri sebelum

di lakukan edukasi kesehatan pasca stroke di RS Stroke Centre

Makassar.

b. Untuk mengukur pengetahuan lansia tentang perilaku perawatan

diri pasca stroke di RS Stroke Centre Makassar.

14
c. Untuk menentukan pengaruh edukasi kesehatan terhadap

pengetahuan Lansia tentang perilaku perawatan diri pasca stroke di

RS Stroke Centre Makassar.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi atau bahan masukan

bagi ilmu keperawatan dalam hal perilaku perawatan diri pada lansia

penderita pasca stroke ketika berada di rumah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

1) Hasil penelitian dapat menambah pengetahuan peneliti tentang

perawatan diri pasien pasca stroke ketika di rumah.

2) Diharapkan kepada peneliti selanjutnya yang ingin mengangkat

tentang merawat pasien stroke sebaiknya melakukan penelitian

dengan variabel yang berbeda seperti sikap keluarga tentang

perawatan pasien stroke.

b. Bagi Institusi

Diharapkan bagi STIK FAMIKA Makassar agar bisa

dijadikan sebagai salah satu acuan pembelajaran pada mahasiswa

yang berhubungan dengan penyakit stroke. Dan diharapkan bagi

mahasiswa agar lebih mengetahui dan memahami perilaku

perawatan diri pada lansia yang telah menderita stroke.

c. Bagi Pihak RS Stroke Center Makassar.

15
Diharapkan pihak Rumah Sakit dapat memberikan

penyuluhan dan meningkatkan motivasi kepada keluarga pasien

maupun keluarga pasien tentang perilaku perawatan diri pasca

stroke.

d. Bagi Pasien/Keluarga

Sebagai bahan informasi yang sangat berharga dalam

melakukan perawatan diri pasca stroke saat berada di rumah.

16
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Health Education

1. Pengertian

a. Menurut Entjang yang dikutip oleh Ayustri(2014), pendidikan

kesehatan adalah proses membuat orang mampu meningkatkan

kontrol dan memperbaiki kesehatan individu. Kesempatan yang

direncanakan untuk individu, kelompok atau masyarakat agar

belajar tentang kesehatan dan melakukan perubahan-peubahan

secara suka rela dalam tingkah laku individu.

b. Menurut Wood yang dikutip oleh Ayustri(2014), pendidikan

kesehatan merupakan sejumlah pengalaman yang memberikan

berpengaruh menguntungkan baik secara kebiasaan, sikap dan

pengetahuan yang ada hubungannya dengan kesehatan

perseorangan, masyarakat dan bangsa.

c. Menurut Notoatmodjo(2010), pendidikan kesehatan adalah upaya

untuk mempengaruhi, dan atau mempengaruhi orang lain, baik

individu, kelompok, atau masyarakat, agar melaksanakan perilaku

hidup sehat. Sedangkan secara operasional, pendidikan kesehatan

merupakan suatu kegiatan untuk memberikan dan atau

17
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek masyarakat dalam

memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. 

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan merupakan domain yang akan

dituju dari pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan memiliki

beberapa tujuan antara lain pertama, tercapainya perubahan perilaku

individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara

perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta peran aktif dalam upaya

mewujudkan derajat kesehatan yag optimal. Kedua, terbentuknya

perilaku sehat pada individu, keluarga dan masyarakat yang sesuai

dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan social sehingga

dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian. Ketiga, menurut

WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk mengubah perilaku

perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan

(Mubarak, 2009).

Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu

menerapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri, mampu

memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya,

dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan

dukungan dari luar, dan mampu memutuskan kegiatan yang tepat

guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan

masyarakat (Mubarak, 2009).

18
Jadi tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk memperoleh

pengetahuan dan pemahaman pentingnya kesehatan untuk

tercapainya perilaku kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat

kesehatan fisik, mental dan sosial, sehingga produktif secara ekonomi

maupun sosial.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Kesehatan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan kesehatan, yaitu :

a. Input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok,

masyarakat)dan pendidik (pelaku pendidikan).

b. Prosesadalah upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi

orang lain.

c. Outputadalah melakukan apa yang diharapkan atau

perilaku(Ayustri, 2014).

4. Faktor-Faktor Yang Menghambat Pendidikan Kesehatan

Faktor-faktor yang menghambat pendidikan kesehatan, yaitu :

a. Faktor internal, seperti diri sendiri, keluarga, dan motivasi.

b. Faktor eksternal, seperti pengaruh lingkungan, pengaruh iptek, dan

pengaruh budaya(Ayustri, 2014).

5. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat

pencegahan, yaitu :

a. Promosi kesehatan (Health Promotion)

19
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan misalnya

dalam kebersihan perorangan, perbaikan sanitasi lingkungan,

pemeriksaan kesehatan berkala, peningkatan gizi dan kebiasaan

hidup sehat.

b. Perlindungan khusus (Specific Protection)

Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan untuk

meningkatkan kesadaran masyarakat. Misalnya tentang pentingnya

imunisasi sebagai cara perlindungan terhadap penyakit pada anak

maupun orang dewasa. Program imunisasi merupakan bentuk

pelayanan perlindungan khusus.

c. Diagnosa dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and

Prompt Treatment)

Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena

rendahnya tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan

kesehatan dan penyakit yang terjadi di masyarakat. Keadaan ini

menimbulkan kesulitan mendeteksi penyakit yang terjadi di

masyarakat, masyarakat tidak mau periksa dan diobati

penyakitnya. Kegiatan pada tingkat pencegahan ini meliputi

pencarian kasus, penyembuhan dan pencegahan berlanjutnya

proses penyakit, pencegahan penyebaran penyakit menular, dan

pencegahan komplikasi.

20
d. Pembatasan cacat (Disability Limititato)

Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena

masyarakat sering didapat tidak mau melanjutkan pengobatannya

sampai tuntas aau tidak mau melakukan pemeriksaan dan

pengobatan penyakit secara tuntas atau tidak mau melakukan

pemeriksaan dan pengobatan penyakit secara tuntas. Hal ini terjadi

karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat akan

kesehatan dan penyakitnya. Pada tingkat ini kegiatan meliputi

perawatan untuk menghentikan penyakit, pencegahan komplikasi

lebih lanjut, mengatasi kecacatan dan mencegah kematian.

e. Rehabilitasi (Rehabilitation)

Pada tingkat pendidikan kesehatan diperlukan karena

setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, seseorang mungkin

menjadi cacat. Untuk memulihkan kecacatannya itu diperlukan

latihan-latihan. Untuk melakukan suatu latihan yang baik dan benar

sesuai program yang ditentukan, diperlukan adanya pengertian dan

kesadaran dari masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ada

rasa malu dan takut tidak diterima untuk kembali ke masyarakat

setelah sembuh dari suatu penyakit atau mungkin masyarakat tidak

mau menerima anggota masyarakat lainnya yang baru sembuh dari

suatu penyakit(Ayustri, 2014).

21
B. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan Lansia Tentang Perilaku

Perawatan DiriPasca Stroke

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengideraan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,

hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu

penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Karena dalam

pengalaman dan penelitian, ternyata perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).

2. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Bloom, secara garis besar pengetahuan dibagi dalam 6

(enam) tingkatan, yaitu :

1) Tahu(know)

Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat

peristilahan, definisi, kata-kata, gagasan, pola, urutan, metodologi,

prinsip dasar, dan sebagainya.

2) Memahami (comprehension)

22
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi(aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi tersebut secara benar.

4) Analisis(analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi /suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di

dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama

lain.

5) Sintesis(synthesis)

Sintesis merujuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi(evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek (Riyanto,

2013).

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

a. Pendidikan

23
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik

formal maupun formal) dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan

adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang

atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pengajaran dan pelatihan.

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan

dimana seseorang dengan pendidikan tinggi, orang tersebut akan

semakin luas pula pengetahuannya. Namun seseorang dengan

pendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah

pula, karena pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan

formal, akan tetapi dapat juga diperoleh dari pendidikan nonformal.

b. Informasi atau media massa

Informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui.Informasi

tersebut dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, baik itu

melalui media elektronik maupun media cetak.

c. Sosial budaya dan ekonomi

Status ekonomi seeseorang akan menentukan tersedianya

suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga

status social ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

d. Lingkungan

24
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu,

baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam

individu yang berada dalam lingkungan tersebut.

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara

mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam

memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.

f. Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola piker seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya

tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya

semakin membaik (Riyanto, 2013).

4. Pengukuran Tingkat Pengetahuan.

Pengukuran bobot pengetahuan ditetapkan sebagai berikut :

a. Bobot I: Tahap tahu dan pemahaman.

1) Tahu(know)

Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat

peristilahan, definisi, kata-kata, gagasan, pola, urutan,

metodologi, prinsip dasar, dan sebagainya.

2) Memahami(comprehension)

25
Memahami diartikan suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

b. Bobot II: Tahap tahu, paham, aplikasi dan analisis.

1) Tahu(know)

Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat

peristilahan, definisi, kata-kata, gagasan, pola, urutan,

metodologi, prinsip dasar, dan sebagainya.

2) Memahami(comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi(aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi tersebut secara benar.

4) Analisis(analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi /suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi

masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada

kaitannya satu sama lain.

c. Bobot III: Tahap tahu, paham, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi.

1) Tahu(know)

26
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat

peristilahan, definisi, kata-kata, gagasan, pola, urutan,

metodologi, prinsip dasar, dan sebagainya.

2) Memahami(comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi(aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi tersebut secara benar.

4) Analisis(analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi /suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi

masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada

kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis(synthesis)

Sintesis adalah kemampuan untuk menghubungkan

bagian-bagian menjadi bentuk keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi(evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

objek (Riyanto, 2013).

27
Dalam membuat kategori tingkat pengetahuan jika yang diteliti

masyarakat umum, yaitu :

a. Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya > 50%.

b. Tingkat pengetahuan kategori kurang baik jika nilainya <50%

(Riyanto, 2013).

5. PerilakuPerawatan Diri Pasca Stroke

a. Definisi

Menurut Orem, et al (2001) dalam Ismatika (2017)self care

(perawatan diri sendiri) adalah aktivitas dan inisiatif oleh individu itu

sendiri dalam memenuhi serta mempertahankan kehidupan,

kesehatan dan kesejahteraan. Dalam hal pasien pasca stroke akan

sering mengalami keputusasaan sampai depresi karena orang-

orang disekitarnya sering menganggap bahwa dirinya tidak mampu

melakukan apapun terutama dalam hal Self care.

b. Aktifitas Perawatan Diri Pasca Stroke

Menurut penelitian Fadlulloh, S.et al. (2014) dalam Ismawati

(2017), beberapa aktivitas pada pasien pasca stroke yang

memerlukan bantuan orang lain meliputi kebersihan diri, mandi,

toilet, menaiki tangga, memakai pakaian, mengontrol BAK,

berpindah tempat, dan berpindah dari kursi ke tempat tidur.

28
Beberapa hal yang berkaitan dengan lingkungan rumah juga

perlu mendapat perhatian kita. Lingkungan yang baik bagi para

penderita stroke ketika mendapatkan pengobatan dan perawatan di

rumah adalah sebagai berikut :

1) Kamar tidur dekat dengan kamar mandi atau WC agar mudah

untuk dijangkau.

2) Adanya pegangan di kamar mandi yang digunakan.

3) Menyediakan alat bantu komunikasi jika diperlukan, misalnya

adalah dengan menyediakan kertas serta pena di dekat pasien.

4) Menyediakan alat bantu berjalan atau berpindah tempat bagi

pasien stroke seperti halnya kursi roda ataupun tongkat

(walker).

5) Menyediakan dan mendekatkan barang-barang yang sering

digunakan seperti buku-buku atau telepon.

6) Menyediakan alas kaki yang nyaman yang memudahkan untuk

leluasa dalam berjalan (Admin, 2019).

Cara lain yang harus dilakukan di rumah untuk memberikan

perawatan pada keluarga penderita sroke, yaitu :

1) Posisi tempat tidur dan terapi fisik untuk stroke.

Tempat tidur ideal untuk pasien stroke adalah tempat

tidur yang padat dengan bagian kepala cukup keras untuk

menopang berat ketika disandarkan. Membalikkan pasien dari

29
satu sisi ke sisi lainnya dan mengubah posisi lengan dan

tungkai setiap 2 jam. Pijatlah tungkai yang lumpuh 1-2 kali

sehari. Menopang tungkai yang lemah dengan bantal. Dan ini

pula merupakan bagian dari cara merawat pasien stroke

(Admin, 2019).

2) Cek level kolesterol dan tekanan darah

Sebisa mungkin selalu cek kadar kolesterol serta

tekanan darah penderita. Usahakan untuk mengecek secara

rutin supaya dapat mengetahui kondisi terkini penderita. Jangan

sampai terlupakan dan tau-tau terjadi serangan kedua.

Usahakan agar penderita hanya mengkonsumsi makanan-

makanan bernutrisi yang rendah lemak dan mengandung

banyak vitamin maupun mineral.

3) Melatih pasien mandiri 

Bantulah penderita berjalan kembali dengan cara

menuntun dan berdiri disisi yang lemah. Hindari penggunaan

alat bantu kecuali jika dianjurkan oleh fisioterapis. Sehingga

penderita dapat selalu aktif dan rutin melatih kemampuan

fisiknya. Dengan demikian maka pasien akan dapat cepat pulih.

4) Meningkatkan rasa percaya diri pasien

Salah satu perawatan stroke ringan yang efektif yaitu

dengan meningkatkan rasa percaya diri penderita. Perlakukan

30
mereka dengan cara yang sama seperti sebelumnya. Sehingga

penderita tidak merasa minder dan semangat untuk sembuh.

5) Selalu berkomunikasi

Berikan motivasi kepada pasien sehingga otomatis dapat

membangun komunikasi yang baik. Dukung kesembuhan

penderita dan beri semangat untuk rajin berobat. Sehingga

penderita merasa bahagia. Perasaan dan mood bisa jadi

merupakan penyebab penyakit stroke secara tidak langsung.

6) Mencegah terulangnya stroke

Salah satu cara merawat orang stroke di rumah yaitu

dengan mencegah terulangnya penyakit. Caranya dengan

memberi asupan makanan yang tidak mengandung lemak serta

mengingatkan untuk selalu meminum obat dari dokter. Jangan

sampai konsumsi obat terlewatkan, supaya obat akan tetap

efektif dalam meringankan gejala stroke.

7) Usahakan dekat dengan kamar mandi

Pastikan adanya pegangan di kamar mandi yang

digunakan oleh penderita. Sehingga penderita tidak kesusahan

saat buang air. Suasana yang nyaman dapat mempercepat

kesembuhan penyakit.

8) Atur posisi tidur

31
Pasien yang belum dapat bergerak sendiri sebaiknya

diposisikan dengan nyaman. Posisi tangan dan kaki yang lemah

sebaiknya diganjal dengan bantal. Hal ini akan memperlancar

arus balik darah ke jantung dan mencegah terjadinya bengkak

pada tangan dan kaki.

Untuk membalik pasien di tempat tidur, orang yang

merawat harus menyelipkan lengan mereka di bawah tubuh

penderita stroke dan menarik pasien ke arah mereka. Jika

pasien sudah berputar, bukalah dan kencangkan sprei di

bawahnya. Punggung pasien diperiksa untuk melihat tanda-

tanda dekubitus. Karena dengan pasien yang terbaring lemah di

tempat tidur dalam jangka waktu lama akan bisa menimbulkan

tanda-tanda dekubitus termasuk tanda dekubitus pasien stroke.

9) Sediakan alat bantu berjalan 

Jika diperlukan, sebaiknya sediakan alat bantu berjalan.

Sehingga penderita dapat beraktivitas secara mandiri. Aktivitas

ini merupakan salah satu cara menyembuhkan stroke yang

lebih cepat.

10)Sediakan alas kaki yang nyaman 

Penderita stroke yang susah beraktivitas tentu

membutuhkan kenyamanan yang lebih tinggi. Karena itu

sediakan alas kaki yang cukup nyaman. Sehingga peredaran

32
darah tetap lancar dan tidak semakin memburuk. Pastikan alas

kaki juga tidak licin untuk menghindari jatuh dan terjadi gejala

gegar otak ringan. Hal ini akan memicu komplikasi penyakit

yang lainnya.

11)Mengaktifkan anggota tubuh yang lemah

Anjurkan pasien untuk beraktivitas menggunakan bagian

tubuh yang masih lemah. Pastikan kegiatan tersebut tetap

berada di bawah pengawasan(Friska AD, 2017).

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Perawatan Diri

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku self care menurut

middle range theory of chronic illness yaitu: pengalaman dan

keterampilan, motivasi, keyakinan dan nilai budaya, confidence

(keyakinan) meliputiself efficacy, self esteem, kebiasaan,

kemampuan fungsional dan kognitif, dukungan sosial, serta fasilitas

(Ismatika, 2017).

d. Upaya Mencegah Keputusasaan Pasca Stroke

Upaya untuk mencegah keputusasaan pada pasca stroke

menurut Riegel (2012) dalam Ismatika (2017), adalah dengan

memiliki suatu Self efficacy (keyakinan) yang besar. Self Efficacy

adalah keyakinan individu terhadap kemampuannya melakukan

33
suatu bentuk perilaku yang spesifik dan tetap melakukan sebuah

perilaku walaupun terdapat rintangan.

Self efficacyini sangat penting karena dapat mempengaruhi

perilaku seseorang terutama perilaku self care. Apabila pasien

pasca stroke memiliki keyakinan yang besar dan kuat dalam

melakukan self care (perawatan diri), maka akan membantu

pemulihan motorik dan kepercayaan diri pasien pasca stroke

sehingga pasien pasca stroke akan berusaha melakukan self care

dalam kesehariannya (Ismatika, 2017).

Peran perawat dalam aplikasi teori self care Orem adalah

membantu meningkatkan kemampuan pasien untuk mandiri pada

area klinis yang akan meningkatkan kualitas hidup saat pasien

berada pada area komunitas.Dengan pemahaman yang benar dan

memberdayakan keluarga dan pasien memiliki derajat kesehatan

yang optimal. Perawat-perawat yang bertugas di tempat rehabilitasi

pasca stroke sangat berperan aktif meningkatkan self efficacy

pasien pasca stroke yang mempengaruhi peningkatan self care

(Ismatika, 2017).

C. Tinjauan Umum Tentang Stroke

1. Pengertian

34
Menurut Lumbantobing (2013) stroke merupakan gangguan

peredaran darah di otak. Stroke juga dikenal dengan cerebro-vascular

accident dan Brain Attack. Stroke berarti pukulan (to strike) yang tejadi

secara mendadak dan menyerang otak. Gangguan peredaran darah di

otak dapat berupa iskemia yaitu aliran darah berkurang atau terhenti

pada sebagian daerah di otak. Sedangkan gangguan peredaran darah

lainnya adalah terjadinya perdarahan di otak karena dinding pembuluh

darah robek.

Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak

terganggu atau berkurang akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau

pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Tanpa darah, otak

tidak akan mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi, sehingga sel-sel

pada sebagian area otak akan mati. Kondisi ini menyebabkan bagian

tubuh yang dikendalikan oleh area otak yang rusak tidak dapat

berfungsi dengan baik (Siwi, 2019).

2. Klasifikasi Stroke

Stroke secara luas diklasifikasikan menjadi dua yaitu:

a. Stroke Iskemik/Non Hemoragik

80% kasus stroke berasal dari proses iskemik dan

disebabkan oleh sumbatan trombotik atau tromboembolik pada

arteri. Lokasi tersering asal bekuan darah yaitu arteri serebral

35
ekstrakranial, jantung (fibrilasi atrial, penyakit katup mitral,

thrombus ventricular kiri), arteri kecil yang mempenetrasi pada otak

(stroke lakunar), dan plak arkus aorta. Stroke iskemik dibagi

menjadi atetotrombosis arteri besar, emboli otak, stroke lakunar,

dan hipoperfusi sistemik. Stroke iskemik biasanya berupa defisit

neurologis fokal sesuai dengan distribusi pembuluh darah tunggal.

Temuan dapat bervariasi, dan mungkin terdapat perburukan

progresif atau berkurangnya fungsi neurologis dalam pola seperti

tangga. Muntah dan berkurangnya kesadaran jarang terjadi.

b. Stroke Hemoragik

Stroke dapat dibedakan secara mudah menjadi perdarahan

subaraknoid, perdarahan intraserebral, dan perdarahan

subdural/ektradural berdasarkan gambaran klinis dan CT scan.

Perdarahan subaraknoid adalah perdarahan yang menunjukkan

gejala nyeri kepala hebat mendadak, terhentinya aktivitas, dan

muntah tanpa tanda-tanda neurologis fokal. CT scan menunjukkan

darah dalam rongga subaraknoid dan sisterna serebri, serta cairan

spinal selalu mengandung darah. Perdarahan intraserebral

menunjukkan gejala neurologis fokal. Nyeri kepala, muntah, dan

menurunnya kesadaran sering terjadi pada perdarahan yang lebih

luas, CT scan dan MRI menunjukkan hematoma di dalam otak.

Sedangkan perdarahan subdural dan ektradural biasanya

36
disebabkan trauma kepala. Lesi terjadi diluar otak, baik didalam

(subdural) maupun di luar (ekstradural) dura mater (Goldszmidt,

2011).

3. Faktor Risiko

Faktor risiko stroke dibagi menjadi dua yaitu faktor risiko mayor

(kuat) dan faktor resiko minor (lemah).

a. Faktor resiko yang lemah (minor) terdiri dari : kadar lemak yang

tinggi di dalam darah, hematokrit tinggi, kegemukan, kadar asam

urat tinggi, kurang aktivitas fisik/olahraga, dan fibrinogen tinggi.

b. Faktor risiko yang kuat berarti besar pengaruhnya terhadap

kemungkinan menderita stroke. Faktor risiko yang kuat adalah

sebagai berikut:

1) Hipertensi

Seseorang yang mengalami hipertensi dan tidak

mendapatkan pengobatan dan pengontrolan secara teratur

(rutin), maka hal ini dapat membawa penderita kedalam kasus-

kasus serius bahkan menyebabkan kematian. Tekanan darah

tinggi yang terus-menerus menyebabkan jantung seseorang

bekerja ekstra keras yang pada akhirnya kondisi ini berakibat

terjadinya kerusakan pada pembuluh darah jantung, ginjal, otak

dan mata. Penyakit hipertensi ini merupakan penyebab umum

terjadinya stroke dan serangan jantung (heart attack).

37
2) Penyakit Jantung

Penyakit jantung merupakan faktor risiko terjadinya

stroke. Penyakit jantung yang dimaksud seperti infark miokard,

elektrokardiogram abnormal, penyakit katup jantung, dan gagal

jantung kongesif.

3) Adanya manifestasi aterosklerosis secara klinis

Stroke dapat terjadi jika sudah ada manifestasi

aterosklerosis secara klinis yaitu adanya gangguan pembuluh

darah koroner (angina pectoris) dan gangguan pembuluh darah

karotis (terdapat bising di karotis), dan lain-lain seperti

klaudikasio intermiten, denyut nadi di perifer tidak ada.

4) Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit dimana

kadar glukosa didalam darah tinggi. Penyakit ini di Indonesia

juga dikenal dengan penyakit kencing manis yang

prevalensinya semakin meningkat. Diabetes mellitus ini apabila

tidak dikendalikan maka dapat menyebabkan terjadinya

perubahan serius pada jantung, syaraf, ginjal dan mata.

5) Pernah Mengalami Stroke

6) Merokok (Lumbantobing, 2013).

38
4. Patofisiologi

Hingga saat ini patofisiologi stroke merupakan studi yang

sebagian besar didasarkan pada serangkaian penelitian, terhadap

berbagai proses yang saling terkait, meliputi kegagalan energi,


Ca2+
hilangnya homeostasisionsel, asidosis, peningkatan kadar sitosolik,

eksitotoksisitas, toksisitas dengan radikal bebas, produksi asam

arakidonat, sitotoksisitas dengan sitokina, aktivasi sistem komplemen,

disrupsi sawar darah otak, aktivasi sel glial dan infiltrasileukosit.

Pusat area otak besar yang terpapar iskemia akan mengalami

penurunan aliran darah yang dramatis, menjadi cedera dan memicu

jenjang reaksi seperti lintasaneksitotoksisitas yang berujung kepada

nekrosis yang menjadi pusat area infark dikelilingi oleh penumbra/zona

peri-infarksi. Menurut morfologi, nekrosis merupakan bengkak seluler

akibat disrupsi inti sel, organel, membran plasma, dan disintegrasi

struktur inti dan sitoskeleton.

Di area penumbra, apoptosis neural akan berusaha dihambat

oleh kedua mekanisme eksitotoksik dan peradangan, oleh karena sel

otak yang masih normal akan menginduksi sistem kekebalan turunan

untuk meningkatkan toleransi jaringan otak terhadap kondisi iskemia,

agar tetap dapat melakukan aktivitas metabolisme. Protein khas CNS

seperti pancortin-2akan berinteraksi dengan protein modulator aktin,

Wiskott-Aldrich syndrome protein verprolin homologous-1 (WAVE-1)

39
dan Bcl-xL akan membentuk kompleks protein mitokondrial untuk

proses penghambatan tersebut.

Riset terkini menunjukkan bahwa banyak neuron di area

penumbra dapat mengalami apoptosis setelah beberapajam/hari

sebagai bagian dari proses pemulihan jaringan pasca stroke dengan 2

lintasan, yaitu lintasan ekstrinsik dan lintasan intrinsik.

Iskemia tidak hanya mempengaruhi jaringan parenkima otak,

namun berdampak pula kepada sistem ekstrakranial. Oleh karena itu,

stroke akan menginduksi imunosupresi yang dramatis melalui aktivasi

berlebih sistem saraf simpatetik, sehingga memungkinkan terjadinya

infeksibakterial seperti pneumonia (Wikipedia, 2019).

5. Gejala Stroke

Setiap bagian tubuh dikendalikan oleh bagian otak yang

berbeda-beda, sehingga gejala stroke tergantung pada bagian otak

yang terserang dan tingkat kerusakannya.Gejala atau tanda stroke

bervariasi pada setiap orang.Namun, umumnya stroke muncul secara

tiba-tiba.

Ada tiga gejala utama stroke yang mudah untuk dikenali, yaitu:

a. Wajah akan terlihat menurun pada satu sisi dan tidak mampu

tersenyum karena mulut atau mata terkulai.

40
b. Tidak mampu mengangkat salah satu lengannya karena terasa

lemas atau mati rasa. Tidak hanya lengan, tungkai yang satu sisi

dengan lengan tersebut juga mengalami kelemahan.

c. Ucapan tidak jelas, kacau, atau bahkan tidak mampu berbicara

sama sekali meskipun penderita terlihat sadar(Siwi, 2019).

Beberapa gejala dan tanda stroke lainnya, yaitu:

a. Mual dan muntah.

b. Sakit kepala hebat yang datang secara tiba-tiba, disertai kaku pada

leher dan pusing berputar (vertigo).

c. Penurunan kesadaran.

d. Sulit menelan (disfagia), sehingga mengakibatkan tersedak.

e. Gangguan pada keseimbangan dan koordinasi.

f. Hilangnya penglihatan secara tiba-tiba atau penglihatan

ganda(Siwi, 2019).

6. Diagnosis

Bila menemui gejala-gejalastroke, segera ke rumah sakit untuk

mendapat penanganan. Untuk menentukan jenis penanganan yang

paling tepat bagi stroke, dokter akan mengevaluasi jenis stroke dan

area otak yang mengalami stroke.

Sebagai langkah awal diagnosis, dokter bertanya kepada

pasien atau anggota keluarga pasien tentang beberapa hal, yang

meliputi:

41
a. Gejala yang dialami, awal munculnya gejala, dan apa yang sedang

pasien lakukan ketika gejala tersebut muncul.

b. Jenis obat-obatan yang sedang dikonsumsi.

c. Apakah pasien pernah mengalami cedera di bagian kepala.

d. Memeriksa riwayat kesehatan pasien dan keluarga pasien terkait

penyakit jantung, strokeringan (TIA), dan stroke.

Kemudian, dokter melakukan pemeriksaan fisik pasien secara

keseluruhan, yang biasanya diawali dengan memeriksa tekanan

darah, detak jantung, dan bunyi bising abnormal di pembuluh darah

leher dengan menggunakan stetoskop.

Selanjutnya, dokter melakukan pemeriksaan lanjutan, antara

lain tes darah, CT scan, MRI, elektrokardiografi, USG doppler karotis,

dan ekokardiografi(Siwi, 2019).

7. Pengobatan

Penanganan khusus terhadap pasien stroke dilakukan oleh

dokter saraf, tergantung pada jenis stroke yang dialami pasien.

Apakah stroke disebabkan gumpalan darah yang menghambat aliran

darah ke otak (stroke iskemik), atau disebabkan perdarahan di dalam

atau di sekitar otak (stroke hemoragik).

a. Pengobatan stroke iskemik. Penanganan awal akan berfokus untuk

menjaga jalan napas, mengontrol tekanan darah, dan

mengembalikan aliran darah. Penanganan tersebut dapat

42
dilakukan dengan cara penyuntikan rtPA (recombinant tissue

plasminogen activator), obat antiplatelet, obat pengencer darah

(antikoagulan), obat antihipertensi, obat statin, serta pelaksanaan

operasi endarterektomi karotis dan angioplasti.

b. Pengobatan strokehemoragik. Pada kasus stroke hemoragik,

penanganan awal bertujuan untuk mengurangi tekanan pada otak

dan mengontrol perdarahan. Ada beberapa bentuk pengobatan

terhadap stroke hemoragik, antara lain dengan mengonsumsi obat-

obatan dan operasi.

c. Pengobatan TIA (Transient Ischemic Attack). Pengobatan TIA

bertujuan untuk mengendalikan faktor risiko yang dapat memicu

timbulnya stroke, sehingga dapat mencegah stroke. Dokter akan

memberikan obat yang meliputi obat antiplatelet atau obat

antikoagulan, obat kolesterol, serta obat antihipertensi, tergantung

dari faktor risiko yang dimiliki pasien. Dalam beberapa kasus,

prosedur operasi endarterektomi karotis diperlukan jika terdapat

penumpukan lemak pada arteri karotis(Siwi, 2019).

8. Komplikasi Stroke

Stroke dapat menyebabkan munculnya berbagai masalah

kesehatan lain atau komplikasi, dan sebagian besar komplikasi

tersebut dapat membahayakan nyawa. Beberapa jenis komplikasi

yang mungkin muncul, antara lain:

43
a. Deep vein thrombosis. Sebagian orang akan mengalami

penggumpalan darah di tungkai yang mengalami kelumpuhan.

Kondisi tersebut dikenal sebagai deep vein thrombosis. Kondisi ini

terjadi akibat terhentinya gerakan otot tungkai, sehingga aliran di

dalam pembuluh darah vena tungkai terganggu. Hal ini

meningkatkan risiko untuk terjadinya penggumpalan darah. Deep

vein thrombosis dapat diobati dengan obat antikoagulan.

b. Hidrosefalus. Sebagian penderita strokehemoragik dapat

mengalami hidrosefalus, yakni komplikasi yang terjadi akibat

menumpuknya cairan otak di dalam rongga otak (ventrikel). Dokter

bedah saraf akan memasang sebuah selang ke dalam otak untuk

membuang cairan yang menumpuk tersebut.

c. Disfagia. Kerusakan yang disebabkan oleh stroke dapat

mengganggu refleks menelan, akibatnya makanan dan minuman

berisiko masuk ke dalam saluran pernapasan atau mengalami

aspirasi(Siwi, 2019).

9. Pencegahan

Langkah utama untuk mencegah stroke adalah menerapkan

gaya hidup sehat. Selain itu, kenali dan hindari faktor risiko yang ada,

serta ikuti anjuran dokter. Beberapa cara yang dilakukan untuk

mencegah stroke, antara lain:

a. Menjaga pola makan.

44
Terlalu banyak mengonsumsi makanan asin dan berlemak

dapat meningkatkan jumlah kolesterol dalam darah dan risiko

menimbulkan hipertensi yang dapat memicu terjadinya stroke.

Hindari konsumsi garam yang berlebihan. Konsumsi garam yang

baik adalah sebanyak 6 gram atau satu sendok teh per hari.

Makanan yang disarankan adalah makanan yang kaya akan lemak

tidak jenuh, protein, vitamin, dan serat. Seluruh nutrisi tersebut bisa

diperoleh dari sayur, buah, biji-bijian utuh, dan daging rendah

lemak seperti dada ayam tanpa kulit.

b. Olahraga secara teratur.

Olahraga secara teratur dapat membuat jantung dan sistem

peredaran darah bekerja lebih efisien. Olahraga juga dapat

menurunkan kadar kolesterol dan menjaga berat badan serta

tekanan darah pada tingkat yang sehat.

c. Berhenti merokok.

Risiko stroke meningkat dua kali lipat jika seseorang

merokok, karena rokok dapat mempersempit pembuluh darah dan

membuat darah mudah menggumpal. Tidak merokok berarti juga

mengurangi risiko berbagai masalah kesehatan lainnya, seperti

penyakit paru-paru dan jantung.

d. Hindari konsumsi minuman beralkohol.

45
Minuman keras mengandung kalori tinggi. Jika minuman

beralkohol dikonsumsi secara berlebihan, maka seseorang rentan

terhadap berbagai penyakit pemicu stroke, seperti diabetes dan

hipertensi. Konsumsi minuman beralkohol berlebihan juga dapat

membuat detak jantung menjadi tidak teratur.

e. Hindari penggunaan NAPZA.

Beberapa jenis NAPZA, seperti kokain dan

methamphetamine, dapat menyebabkan penyempitan arteri dan

mengurangi aliran darah(Siwi, 2019).

46
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep Penelitian

Stroke merupakan istilah yang digunakan untuk menamakan sindroma

hemiparesis atau hemiparalisis akibat adanya kerusakan yang terjadi pada

pembuluh darah otak (serebrovaskuler). Angka kematian stroke tertinggi

pada kelompok usia lansia.

Upaya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan

masyarakat tentang stroke dapat dilakukan dengan melakukan edukasi

kesehatan mengenai stroke. Edukasi dapat dilakukan dengan metode

ceramah/penyuluhan. Melalui ceramah dapat disampaikan secara jelas dan

menyeluruh mengenai materi edukasi yang ingin disampaikan. Adanya

ceramah diharapkan mampu meningkatkan perilaku masyarakat yang disertai

peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan untuk melakukan pencegahan

stroke yaitu dengan cara pola hidup sehat dan pemeriksaan kesehatan

secara rutin. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat digambarkan

kerangka konsep sebagai berikut:

47
.

Adapun kerangka konsep pada penelitian ini adalah :

Pengetahuan lansia
Edukasi kesehatan
Keterangan :

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Penghubung Antara Variabel

B. Klasifikasi Variabel & Defenisi Operasional

1. Klasifikasi Variabel

a. Variabel Independen : Edukasi kesehatan

b. Variabel Dependen : Pengetahuan lansia

2. Defenisi Operasional

a. Pemberian edukasi adalah suatu proses penyampaian bahan atau

materi kepada kelompok perlakuan melalui pemberian ceramah yang

dilanjutkan dengan edukasi secara personal yang bertujuan untuk

mencapai perubahan perilaku perawatan terkait pasca stroke.

b. Perubahan perilaku terkait stroke adalah hasil dari berbagai macam

pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang

terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan untuk

perawatan diri yang diukur dengan pemberian pretest dan posttest.

48
Kriteria objektif

Baik : Bila responden menjawab pertanyaan dengan nilai

>75%

Kurang : Bila responden menjawab pertanyaan dengan nilai

<75%

C. Hipotesis penelitian

Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada pengaruh edukasi kesehatan terhadap pengetahuan

lansia tentang perilaku perawatan diri pasca stroke di RS Stroke Centre.

49
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian pra

eksperimen dengan pendekatan pre-post test design. Yaitu, menilai

responden sebelum dilakukan tindakan dan menilai responden setelah

dilakukan tindakan, dapa tdilihat pada bagan berikut :

Pre test x Post test

Keterangan :

Pre test : Penilaian sebelum tindakan edukasi

X : Tindakan edukasi

Post test : Penilaian setelah tindakan edukasi

B. Populasi dan sampel

1. Populasi

50
Populasi merupakan keseluruhan objek yang diteliti,

populasi dalam penelitian ini adalah lansia pasca stroke di RS Stroke

Centre Dengan jumlah populasi sebanyak 20 lansia.

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari objek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi. Jumlah sampel dalam penelitian ini

adalah lansia pasca stroke di RS Stroke Centre.Teknik sampling yang

digunakan adalah Total sampling dengan criteria penelitian adalah:

a. Kriteriainklusi

1) lansia pasca stroke

2) lansia pasca stroke yang bersedia menjadi responden

b. Kriteria ekslusi

1) lansia yang tidak memiliki riwayat stroke

2) lansia yang tidak bersedia menjadi responden

C. Pengumpulan data dan analisa data

1. Instrument penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti

menggunakan lembar kuesioner yang disusun secara terstruktur

berdasarkan teori dan berisikan pertanyaan yang harus dijawab

responden .Kuesioner menggunakan skala likert, Pernyataan disusun

51
dengan skala Likert yang dimodifikasi dari 5 pilihan menjadi 4 pilihan

yaitu skor 4=SS (sangat setuju), skor 3=S (setuju), skor 2=TS (tidak

setuju), skor 1=STS (sangat tidak setuju).

2. Tempat dan waktu penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di di RS Stroke Centre.Penelitian ini

dilakukan padabulan Mei-juni 2020.

3. Pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu:

1) Data primer

Data primer yaitu data yang diambil secara langsung dari

objek yang akan diteliti/responden berdasarkan dari lembaran

kuesioner. Pretest dilakukan terhadap semua responden sebelum

dilakukan intervensi berupa ceramah yang dilanjutkan dengan

pemberian edukasi secara personal. Pretest dilakukan untuk

mengetahui pengetahuan, sikap, tindakan dasar/awal dari

responden.

Posttest setelah intervensi Posttest dilakukan setelah

intervensi pada responden baik. Posttest pada perlakuan dilakukan

untuk melihat peningkatan perilaku, untuk melihat konsistensi

pengetahuan dan sikap setelah menerima edukasi kesehatan

52
berupa ceramah yang dilanjutkan dengan pemberian edukasi

secara personal tentang stroke.

2) Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang diambil dari instansi tempat

penelitian yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

4. Pengolahan dan Rencana Analisa Data

a. Pengolahan Data

Adapun pengolahan data melalui tahap sebagai berikut :

1) Data diedit atau dicek kembali atau dikoreksi kembali untuk

melengkapi data yang mungkin masih kurang atau ada data yang

tidak lengkap.

2) Data dikoding atau diberikan kode pada opsion-opsion yang

sudah lengkap untuk memudahkan dalam menganalisis data.

3) Data ditabulasi atau dikelompokkan dalam bentuk tabel,

kemudian dilanjutkan dengan analisa data.

b. Analisa Data

1) Analisis univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variable dari hasil

penelitian. Analisis ini menghasilkan distribusi dan persentase

dari tiap variabel yang diteliti.

2) Analisis bivariat

53
Analisis data dilakukan dengan melakukan uji normalitas

dengan Kolmogorov-Smirnov, analisis bivariat dilakukan untuk

melihat hubungan variable lindependen dengan variable

dependen dengan menggunakan uji statistic yaitu Uji T

Dependen Berpasangan, yaitu uji statistic parametric yang

digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata dua kelompok data

yang dependent

Analisis data karakteristik responden dilakukan dengan uji

Chi- square untuk mengetahui ada-tidaknya perbedaan

karakteristik yang signifikan antara kelompok kontrol dan

perlakuan.

D. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapat rekomendasi

dari institusi dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi atau

lembaga tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan, maka

kegiatan penelitian ini dimulai dengan menekankan masalah etika yang

meliputi:

a. Lembar persetujuan (Informed Consent)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang

akan diteliti yang memenuhi criteria inklusi dan disertai judul

penelitian dan manfaat penelitian. Bila responden menolak, maka

54
peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak–hak

responden.

b. Tanpa nama (Anonymity)

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan

kode.

c. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan

hanya kelompok

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, Hanugrah, Wantonoro (2015). Pengaruh Pemberian Health


Education Terhadap Pengetahuan Keluarga Tentang
Penatalaksanaan Pasca Stroke Di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta. Skripsi Publikasi. STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta.

Admin. (2019). Perawatan Pasca Stroke Di Rumah. Blog Keperawatan.


Diakses melalui https://askep-net.blogspot.com/2019/02/perawatan-
pasca-stroke-di-rumah.html. Pada tanggal 9 Februari 2020.

Ayustri, Rista. (2014). Health Education. Diakses melalui http://ristaayustri.


blogspot.com/2014/08/health-education.html. Pada tanggal 9 Februari
2020.

Cecep, dkk. (2018). Pengaruh Edukasi Kesehatan Terhadap


Pengetahuan Pasien Stroke dan Keluarga: Peran, Dukungan, dan
Persiapan Perawatan Pasien Stroke di Rumah. Diakses melalui
http://journal.poltekkes-mks.ac.id/ojs2/index.php/
mediakesehatan/article/view /662. Pada tanggal 16 September 2019

55
Friska AD. (2017). 10 Cara Merawat Orang Stroke Di Rumah Dengan
Benar. Diakses melalui https://spesialissaraf.com/cara-merawat-orang-
stroke-di-rumah. Pada tanggal 7 Februari 2020.

Goldszmidt, J.A., dan Caplan, R.L., (2011). Esensial Stroke. Jakarta, EGC.

Hidayat, Aziz Alimul. (2012). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan


Ilmiah. Jakarta, Salemba Medika.

Ismatika, Umdatus Soleha. (2017). Hubungan Self Efficacy Dengan


Perilaku Self Care Pasien Pasca Stroke Di Rumah Sakit Islam
Surabaya. Jurnal Ilmiah Kesehatan Volume 10 Nomor 2. Fakultas
Keperawatan dan Kebidanan, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Hasil Utama


Riskesdas 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan kesehatan
Kemenkes RI, Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Hasil Utama


Riskesdas 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan kesehatan
Kemenkes RI, Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Potret Sehat Indonesia


Dari Riskesdas 2018. DIPUBLIKASIKAN. Diakses melalui
http://www.depkes. go.id/article/print/18110200003/potret-sehat-
indonesia-dari-riskesdas-2018.html. Pada tanggal 8 Februari 2020.

Lumbantobing, S.M. (2013). Stroke Bencana Peredaran Darah. Jakarta,


Badan Penerbit FKUI.

Mubarak, dkk. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas 2; Teori dan Aplikasi


dalam Praktek dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan
Komunitas, Gerontik dan Keluarga. Jakarta, Sagung Seto.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Promosi Kesehatan, Teori dan
Aplikasinya. Jakarta, Rineka Cipta.

Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penulisan Ilmiah.


Jakarta, Medika Salemba.

Prabawati, Yan Ari. (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan


Metode Ceramah Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Ibu Rumah
Tangga Tentang Pencegahan Stroke Di Kelurahan Pucangsawit
Jebres. Naskah publikasi. Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

56
Riyanto, Agus Budiman. (2013). Pengetahuan dan Sikap dalam penelitian.
Kapita selekta kuesioner. Jakarta, Medika Salemba.

Situru, Aimal. (2017). Sulsel Tercatat Sebagai Daerah Dengan Prevalensi


Stroke Nasional Tertinggi. Wartasulsel.Net. Diakses melalui
http://wartasulsel.net/2017/10/29/sulsel-tercatat-sebagai-daerah-
dengan-prevalensi-stroke-nasional-tertinggi. Pada tanggal 8 Februari
2020.

Siwi, Scientia Inu Kirana Enwa. (2019). Stroke. Diakses melalui


https://www.honestdocs.id/stroke-pengertian-jenis-gejala-stroke.Pada
tanggal 7 Februari 2020.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung, Alfabeta.

Wikipedia. (2019). Stroke. Diakses melalui https://id.wikipedia.org/wiki/Strok.


Pada tanggal 7 Februari 2020.

World Health Organization. (2018). Adherence To Long-Term Therapies:


Evidence For Action. Sabaté E, ed. Geneva: World Health
Organization.

57
KUESIONER

pengaruh edukasi kesehatan terhadap pengetahuan lansia tentang

perilaku perawatan diri pasca stroke di RS Stroke Centre

Lembar kuesioner yang diisi oleh subjek dan kategori jawaban Identitas

responden

Nama :

Jenis kelamin :

Umur :

Pendidikan :

Pekerjaan terakhir :

Pilihlah jawaban dari pernyataan-pernyataan di bawah ini di tempat yang

telah disediakan dengan memberi tanda cek (√)

58
Keterangan:

SS : Sangat setuju (bila saya sangat setuju dengan pernyataan yang

diajukan)

S : Setuju (bila saya cenderung setuju dengan pernyataan yang

diajukan)

TS : Tidak setuju (bila saya cenderung tidak setuju dengan pernyataan

yang diajukan)

STS : Sangat tidak setuju (bila saya sangat tidak setuju dengan

pernyataan yang diajukan)

PERNYATAAN

NO PERTANYAAN SS S TS STS
1 Stroke terjadi karena penyumbatan atau pecahnya
pembuluh darah di otak.
2 Stroke merupakan penyakit yang dapat dicegah
3 Orang yang stress pasti terserang stroke
4 Kelumpuhan seluruh badan akibat stroke dapat
disembuhkan
5 Makanan bersantan dan sering dihangatkan
menyebabkan naiknya kolesterol
6 Kacang-kacangan dan jeroan menyebabkan asam
urat meningkat
7 Hanya karena kadar lemak dan gula tidak
terkontrol pasti stroke
8 Hanya dengan menjaga berat badan, resiko
penyakit diabetes dan kolesterol menurun
9 Mengurangi konsumsi minuman keras, akan
mencegah penyakit darah tinggi
10 Dengan menjaga pola makan yang sehat, maka
penyakit kolesterol dan diabetes dapat dihindari
11 Tidak merokok mengurangi resiko stroke
12 Mengatur porsi makan dapat menghindari resiko
stroke

59
13 Pengetahuan tentang cara mengontrol tekanan
darah, kolesterol, dan asam urat akan menurunkan
resiko terserang stroke
14 Penyuluhan dan informasi tertulis tentang pola
hidup sehat membantu mengurangi resiko stroke
15 Orang kurus, kadar kolesterolnya pasti rendah dan
tidak mungkin terserang stroke.
16 Berolahraga rutin dan teratur mengurangi resiko
serangan stroke
17 Dengan melakukan pemeriksaan rutin terhadap
tekanan darah, gula darah, kolesterol, dan asam
urat dapat mencegah serangan stroke
18 Kegiatan posyandu lansia membantu meningkatan
kualitas hidup, terutama untuk mencegah resiko
stroke
19 Dengan mengurangi garam, kemungkinan
serangan darah tinggi pada usia yang semakin tua
akan semakin kecil
20 Melakukan perawatan diri dan menjaga pola
makan bisa terhindar dari stroke

60
61

Anda mungkin juga menyukai