Makalah Hakikat Layanan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Makalah Hakikat Layanan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
BERKEBUTUHAN KHUSUS
Oleh :
Kata Pengantar
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, hidayah, dan
bimbingannya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah berjudul “Hakikat
Layanan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus”. Penulisan makalah ini dimaksudkan guna
memenuhi tugas kuliah studi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah mendapatkan bantuan dan bimbingan secara
langsung maupun tidak langsung dari ibu dosen mata kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan
Khusus Inda Novitasari, S. Pd, rekan serta kakak tercinta. Untuk itu, penulis menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu. Semoga Tuhan
memberikan anugerah yang setimpal.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan makalah ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Selanjutnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat memberi tambahan pengetahuan dan
memberikan manfaat bagi kita semua.
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
Konsep pendidikan seperti inilah yang disebut dengan konsep Special Education, yang
melahirkan sistem pendidikan segregasi. Konsep special education dan sistem pendidikan
segregasi lebih melihat anak dari segi kecacatannya (labeling), sebagai dasar dalam memberikan
layanan pendidikan. Oleh karena itu terjadi dikotomi antaran pendidikan khusus (PLB) dengan
pendidikan reguler. Pendidikian khusus dan pendidikan regular dianggap dua hal yang sama
sekali berbeda.
Konsep dan pemahaman terhadap pendidikan anak penyandang cacat terus berkembang, sejalan
dengan dinamika kehidupan masyarakat. Pemikiran yang berkembang saat ini, melihat persoalan
pendidikan anak penyandang cacat dari sudut pandang yang lebih bersifat humanis, holistik,
perbedaan individu dan kebutuhan anak menjadi pusat perhatian. Dengan demikian layanan
pendidikan tidak lagi didasarkan atas label kecacatan anak, akan tetapi didasarkan pada
hambatan belajar dan kebutuhan setiap individu anak. Oleh karena itu layanan pendidikan anak
penyandang cacat tidak harus di sekolah khusus, tetapi bisa dilayani di sekolah regular terdekat
dimana anak itu berada. Cara berpikir seperti ini dilandasi oleh konsep Special needs education,
yang antara lain melatarbelakangi munculnya gagasan pendidikan inklusif.
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui hakikat lyanan bagi anak berkebutuhan khusus
1.3.2 Untuk memahami konsep layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
1.3.3 Mengetahui dan memahami model layanan bagi anak berkebutuhan khusus
1.3.4 Mengetahui pengertian dari pendidikan inklusif serta bagaimana implementasinya
BAB 2 PEMBAHASAN
Gagasan utama mengenai pendidikan inklusif ini menurut Johnsen (2003:181), adalah sebagai
beriku:
Bahwa setiap anak merupakan bagian integral dari komunitas lokalnya dan kelas dan kelompok
reguler.
Bahwa kegiatan sekolah diatur dengan sejumlah besar tugas belajar yang kooperatif,
individualisasi pendidikan dan fleksibilitas dalam pilihan materinya.
Bahwa guru bekerjasama dan memiliki pengetahuan tentang strategi pembelajaran dan
kebutuhan pengajaran umum, khusus dan individual, dan memiliki pengetahuan tentang cara
menghargai tentang pluralitas perbedaan individual dalam mengatur aktivitas kelas.
b.Implementasi Inklusif
Ada beberapa faktor yang harus dipertimbagkan dalam implementasi pendidikan inklusif,
beberapa faktor dimaksud menurut skjorten, Miriam D (2003:52-58) adalah;
1)Kebijakan – hukum- undang-undang – ekonomi, yaitu perlunya ada undang-undang khusus
yang mengakomodasi kepentingan anak berkebutuhan khusus, sertu dukungan dana dalam
implementasinya;
2)Sikap – pengalaman- pengetahuan, yaitu berkenaan dengan pengakuan hak anak serta
kemampuan dan potensinya;
3Kurikulum lokal, reginal, dan nasional;
4Perubahan pendidikan yang potensial, inklusi harus didukung oleh reorientasi di lapangan,
dalam bidang pendidikan guru dan penelitian;
5)Kerjasama lintas sektoral;
6Adaptasi lingkungan, dan
7)Penciptaan lapangan kerja.
•Tenaga Ahli
Tenaga ahli dalam pendidikan ABK sangat diperlukan keberadaannya untuk ikut membantu
pemecahan permasalahan anak dalam bidang non akademik. Tenaga ahli itu meliputi: Dokter
umum, Dokter spesialis, Psikolog, Social worker, maupun tenaga ahli lainnya yang diperlukan.
•Tenaga Administrasi
Untuk kelancaran proses belajar-mengajar perlu dukungan tenaga admistrasi sekolah. Sebagai
tenaga non akademik keberadaannya sangat diperlukan untuk kelancaran tugas-tugas sekolah
secara umum, misalnya keuangan, surat-menyurat, pendataan murid/guru, dan sebagainya.
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari berbagai pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus
adalah anak yang memiliki perbedaan-perbedaan baik perbedaan interindividual maupun
intraindividual yang signifikan dan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungan
sehingga untuk mengembangkan potensinya dibutuhkan pendidikan
Penanganan pendidikan untuk anak-anak ABK dapat berbentuk model segregasi (Contohnya
SLB), kelaskhusus, SDLB, guru kunjung, sekolah terpadu, dan pendidikan inklusi. Sedangkan
Personil/tenaga yang terlibat dalam pelaksanaan pelayanan pendidikan ABK, meliputi: guru,
konselor, tenaga medis, psikolog dan personil lain yang dibutuhkan.
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan kita bisa memberikan layanan bagi Anak
Berkebutuhan Khusus dengan baik dan benar, dan kita bisa memberikan pelayanan terbaik bagi
anak yang berkebutuhan khusus
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, dkk. 2006. Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Upi Press
Http://Www.Scribd.Com/Doc/17387933/Mengenal-Anak-Berkebutuhan-Khusus
http://z-alimin.blogspot.com/2008/03/pemahaman-konsep-pendidikan-kebutuhan.html
Suparno, dkk. 2009. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Universitas Lampung.
Sujiono,Nuraini yuliana.2012.Konsep Dasar Anak Usia Dini.Indeks.s