Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH LAPORAN TUTORIAL KELOMPOK 2

ANTENATAL CARE

Dosen Mata Kuliah :


Susanti Suhartati, SST., M.Kes

Disusun Oleh Kelompok 2 :


1. Quratul A’en : 11194861911014
2. Ranti :11194861911015
3. Santi : 11194861911016
4. Sarah Nabila : 11194861911017
5. Sariyani : 11194861911018
6. Sylvia Indahsari : 11194861911019
7. Siska Purwita Sari : 11194861911020
8. Susi Ernawati : 11194861911022
9. Uni Destri : 11194861911023
10. Yoelva Giovanny E.S : 11194861911024
11. Yulanda Esteriani : 11194861911025
12. Yulia Nurul Ummy.G : 11194861911026
13. Yuni Kristin : 11194861911027

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2020
A. SKENARIO 3
Seorang perempuan berusia 25 tahun, G4 P0 A3, dengan usia
kehamilan 28 minggu, datang ke IGD Rumah Sakit dengan keluhan
keluar darah dari kemaluan berwarna merah segar, tanpa disertai nyeri
pada perut. Pasien tidak mengalami trauma atau benturan sebelumnya.
Berdasarkan anamnesa diketahui pada usia kehamilan 10 minggu pasien
mengalami perdarahan dari kemaluannya berwarna merah segar disertai
rasa mules. Saat itu dokter mengatakan kehamilan masih dapat
dipertahankan dan menyarankan pasien untuk tirah baring hingga
beberapa hari setelah perdarahan berhenti. Berdasarkan hasil USG saat
ini, didapatkan plasenta janin berada di SBR.

1. Hasil Langkah 1
Klasifikasi Terminologi
a. G4 P0 A3 : Gravida (G) yaitu jumlah kehamilan yang dialami
wanita. Para/Partus (P) yaitu jumlah kehamilan yang diakiri
dengan kelahiran janin yang memenuhi syarat untuk
melangsungkan kehidupan. Abortus (A) yaitu jumlah kelahiran
yang diakhiri dengan aborsi spontan atau terinduksi pada usia
kehamilan sebelum 20 minggu atau memiliki berat kurang dari
500gram.
b. Usia kehamilan 28 minggu : Lama kehamilan yang masuk dalam
trimester II.
c. IGD RS : Salah satu bagian di dalam sebuah rumah sakit yang
menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit
dan cedera, yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya.
d. Keluar darah dari kemaluan berwarna merah segar
e. Nyeri pada perut : Merupakan gejala yang bisa disebabkan oleh
berbagai penyakit, dari yang paling ringan hingga relatif serius
f. Pasien : Seseorang yang menerima perawatan medis
g. Usia kehamilan 10 minggu : Lama kehamilan yang masuk dalam
trimester I
h. Dokter : Lulusan pendidikan kedokteran yang ahli dalam hal
penyakit dan pengobatannya.
i. Kehamilan masih dapat dipertahankan : Kondisi janin di dalam
kandungan masih dalam keadaan baik sehingga kehamilan masih
dapat terus dipertahankan
j. Tirah Baring : Perawatan kedokteran yang melibatkan
berbaringnya pasien di tempat tidur untuk suatu jangka yang
sinambung
k. perdarahan berhenti : Berhentinya darah yang keluar dari jalan
lahir
l. USG : Sebuah teknik diagnostik pencitraan menggunakan suara
ultra yang digunakan untuk mencitrakan organ internal dan otot,
ukuran mereka, struktur, dan luka patologi, membuat teknik ini
berguna untuk memeriksa organ.
m. Plasenta janin berada di SBR : Kondisi ketika ari-ari atau plasenta
berada di bagian bawah rahim, sehingga menutupi sebagian atau
seluruh jalan lahir

2. Hasil Langkah 2
Identifikasi Masalah
a. Apakah penyebab keluarnya darah dari kemaluan yang berwarna
merah segar, tanpa disertai nyeri pada perut pada usia kehamilan 10
minggu dan 28 minggu?
b. Bagaimana cara bidan mengetahui keluarnya darah tanpa disertai
nyeri?
c. Bagaimana pengaruh riwayat abortus 3 kali dengan keluhan
sekarang?
d. Mengapa dokter menyarankan harus tirah baring ?
e. Bagaimana cara dokter menyarankan pasien untuk tirah baring?
f. Bagaimana cara dokter mengetahui plasenta janin berada di SBR?
3. Hasil Langkah 3
Analisis Masalah Menjawab pertanyaan di atas
a. Apakah penyebab keluarnya darah dari kemaluan yang berwarna
merah segar, tanpa disertai nyeri pada perut pada usia kehamilan 10
minggu dan 28 minggu?
1) Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada
segmen bawah rahim (SBR) sehingga menutupi seluruh
atau sebagian dari ostium uteri internum (OUI).
2) Klasifikasi plasenta previa dapat didasarkan pada terabanya
jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu
tertentu. Disebut plasenta previa totalitas jika seluruh
pembukaan jalan lahir tertutup oleh jaringan plasenta,
plasenta previa marginalis jika tepi jaringan plasenta tepat
berada ditepi pembukaan jalan lahir. Plasenta yang letaknya
abnormal pada segmen bawah uterus tetapi belum sampai
menutupi pembukaan jalan lahir disebut sebagai plasenta
letak rendah. Tapi jaringan plasenta tertarik kira-kira 3-4
cm di atas pinggir jalan pembukaan, sehingga tidak teraba
pada pembukaan jalan lahir.
3) Etiologi
Perdarahanan antepartum yang disebabkan oleh plasenta
previa umumnya terjadi pada triwulan ketiga karena saat itu
segmen bawah uterus lebih mengalami perubahan berkaitan
dengan semakin tuanya kehamilan, segmen bawah uterus
akan semakin melebar, dan serviks mulai membuka.
Perdarahan ini terjadi apabila plasenta terletak diatas ostium
uteri interna atau dibagian bawah segmen rahim.
Pembentukan segmen bawah rahim dan pembukaan
ostiuminterna akan menyebabkan robekan plasenta pada
tempat perlekatannya.
4) Faktor risiko
a) Usia
Usia optimal yang aman bagi ibu untuk hamil dan
melahirkan adalah diantara 20-35 tahun. Pada usia <20
tahun organ reproduksi seorang wanita belum siap untuk
menerima kehamilan demikian juga dengan jaringan
endometriumnya. Ketidaksiapan jaringan endometrium
inilah yang dapat mengakibatkan jaringan plasenta akan
melebar diri untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin,
sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium uteri
internum (Trianingsih, I, dkk, 2015).Sementara itu pada
usia >35 tahun ibu hamil beresiko terjadinya plasenta
previa karena adanya penuaan uterus, sehingga terjadi
seklerosis pembuluh darah arteri kecil dan arteriole
mometrium yang menyebabkan aliran darah ke
endometrium tidak merata sehingga endometrium
menjadi kurang subur dan plasenta tumbuh dengan luas
permukaan yang lebih besar, untuk mendapatkan aliran
darah yang adekuat, yang akhirnya menyebabkan
terjadinya plasenta previa (Hartono, F, dkk, 2011).
b) Paritas
Paritas lebih dari satu mempertinggi resiko terjadinya
plasenta previa karena dalam kehamilan plasenta
mencari tempat yang paling subur untuk berimplantasi.
Pada kehamilan pertama fundus merupakan tempat yang
subur dan tempat favorit untuk plasenta berimplantasi,
tetapi seiring bertambahnya frekuensi kehamilan
kesuburan pada fundus akan semakin berkurang
(Trianingsih, I, dkk, 2015).Paritas 1-3 merupakan paritas
paling aman bila di tinjau dari kasus kematian ibu.
Paritas lebih dari 3 dapat menyebabkan angka kematian
ibu tinggi (Herawati, T, dkk, 2016)
c) Riwayat SC
Pada operasi seksio caesarea dilakukan sayatan pada
dinding uterus sehingga dapat mengakibatkan perubahan
atropi pada desidua dan berkurangnya vaskularisasi.
Kedua hal tersebut dapat mengakibatkan aliran darah ke
janin tidak cukup dan mengakibatkan plasenta mencari
tempat yang lebih luas dan endometrium yang masih
baik untuk berimplantasi yaitu di segmen bawah rahim
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium
uteri internum, demikian pula dengan bekas operasi,
kuretase dan manual plasenta (Trianingsih, I, dkk, 2015).
d) Riwayat Kuretase
Endometrium yang cacat akibat riwayat kuretase
menyebabkan keadaan endometrium kurang baik
sehingga plasenta tumbuh meluas dan menutupi ostium
uteri internum,keadaan ini menyebabkan zigot mencari
tempat implantasi yang baik seperti ostium uteri
internum. Tindakan operatif yang dilakukan baik vacuum
aspiration (VA) dan dilatation and sharp curettage
meningkatkan terjadinya adhesi sehingga pada dinding
endometrium akan menghambat pertumbuhan plasenta
meluas menutupi ostium uteri internum untuk memenuhi
kebutuhan janin
5) Diagnosis
a) Gejala klinis
Gejala utama berupa perdarahan pada kehamilan setelah
28 minggu atau pada kehamilan trimester III yang
bersifat tanpa sebab (causeless), tanpa nyeri (painless),
dan berulang (recurrent).
b) Palpasi abdomen
Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih
rendah dan bagian terbawah janin belum turun, biasanya
kepala masih floating.
c) Pemeriksaan inspekulo
Tujuannya adalah untuk mengetahui asal perdarahan,
apakah perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum
atau dari kelainan cervix dan vagina.
d) Penentuan letak plasenta tidak langsung
Dapat dilakukan dengan radiografi, radioisotop dan
ultrasonografi. Akan tetapi pada pemerikasaan radiografi
clan radioisotop, ibu dan janin dihadapkan pada bahaya
radiasi sehingga cara ini ditinggalkan. Sedangkan USG
tidak menimbulkan bahaya radiasi dan rasa nyeri dan
cara ini dianggap sangat tepat untuk menentukan letak
plasenta.
e) Penentuan plasenta secara langsung
Pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat
menimbulkan perdarahan banyak. Pemeriksaan harus
dilakukan di meja operasi. Perabaan forniks. Mulai dari
forniks posterior, apa ada teraba tahanan lunak (bantalan)
antara bagian terdepan janin dan jari kita.
Pemeriksaanmelalui kanalis servikalis. Jari di masukkan
hati-hati kedalam OUI untuk meraba adanya jaringan
plasenta.
6) Penatalaksanaan
Menurut Sukarni. I,. Sudarti (2014), penatalaksanaan
plasenta previa yaitu:
a) Konservatif
Dilakukan perawatan konservatif bila kehamilan kurang
37 minggu, perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb
masih dalam batas normal), tempat tinggal pasien dekat
dengan rumah sakit (dapat menempuh perjalanan dalam
1 menit). Perawatan konservatif berupa:
(1)Istirahat
(2)Pemberian hematinik dan spasmolitik untuk
mengatasi anemia
(3)Memberikan antibotik bila ada indikasi
(4)Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit. Bila selama 3
hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan
perawatan konservatif maka lakukan mobilisasi
bertahap. Pasien dipulangkan bila tetap tidak ada
perdarahan. Bila timbul perdarahan segera bawa ke
rumah sakit dan tidak boleh melakukan senggama.
b) Penanganan aktif
Penanganan aktif bila perdarahan banyak tanpa
memandang usia kehamilan, umur kehamilan 37 minggu
atau lebih, anak mati. Penanganan aktif berupa
persalinan pervaginam dan persalinan per
abdominal.Penderita di persiapkan untuk pemeriksaan
dalam diatas meja operasi. (double set up)yakni dalam
keadaan siap operasi. Bila pemeriksaan dalam
didapatkan:
a) Plasenta previa margnalis
b) Plasenta previa letak rendah
c) Plasenta previa lateralis atau marginalis dimana janin
mati dan serviks sudah matang, kepala sudah masuk
pintu atas panggul dan tidak ada perdarahan atau
hanya sedikit maka lakukan amniotomi yang diikuti
dengan drips oksitosin pada partus pervaginam, bila
gagal drips (sesuai dengan protap terminasi
kehamilan). Bila terjadi perdarahan banyak lakukan
seksio caesarea.
7) Komplikasi
a) Anemia dan syok hipovolemik karena pembentukan
segmen rahim terjadi secara ritmik, maka pelepasan
plasenta dari tempat melekatnya diuterus dapat berulang
dan semakin banyak dan perdarahan yang terjadi itu
tidak dapat dicegah.
b) Akibat plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim dan sifat segmen ini yang tipis mudahlah jaringan
trofoblas dengan kemampuan invasinya menorobos ke
dalam miometrium bahkan sampai ke perimetrium dan
menjadi sebab dari kejadian plasenta inkreta bahkan
plasenta perkreta.
c) Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya
pembuluh darah sangat potensial untuk robek disertai
dengan perdarahan yang banyak. Oleh karena itu harus
sangat berhati-hati pada semua tindakan manual ditempat
ini misalnya pada waktu mengeluarkan anak melalui
insisi pada segmen bawah rahim ataupun waktu
mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio
plasenta.
d) Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering
terjadi. Hal ini memaksa lebih sering diambil tindakan
operasi dengan segala konsekuensinya.
e) Kehamilanprematur dan gawat janin sering tidak
terhindarkan karena tindakan terminasi kehamilan yang
terpaksa dilakukan dalam kehamilan belum aterm.
f) Solusio plasenta
g) Kematian maternal akibat perdarahan
h) Disseminated intravascular coagulation (DIC)
i) Infeksi sepsis
b. Bagaimana cara bidan mengetahui keluarnya darah tanpa disertai
nyeri?
Diketahui melalui anamnesa langsung (keluhan yang dirasakan ibu)
pada ibu hamil tersebut dan dilakukan pemeriksaan inspekulo
untuk menilai warna darah ibu yang keluar.
c. Bagaimana pengaruh riwayat abortus 3 kali dengan keluhan
sekarang?
Riwayat abortus atau keguguran dapat pula menjadi penyebab
plasenta previa karena vaskularisasi yang berkurang dan perubahan
atropi pada desidua akibat persalinan lampau sehingga aliran darah
ke plasenta tidak cukup dan memperluas permukaannya sehingga
dapat menutupi jalan lahir (Maesaroh, 2016). Namun Plasenta
bertumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu dapat dengan
jelas diterangkan. Vaskularisasi yang berkurang atau perubahan
atropi akibat persalinan yang lalu dapat menyebabkan plasenta
previa, tidak selalu benar. Memangapabila aliran darah ke plasenta
tidak cukup maka plasenta yang letaknya normal sekalipun akan
memperluas permukaannya sehingga mendekati atau menutupi
pembukaan jalan lahir.
d. Mengapa dokter menyarankan harus tirah baring ?
Pada umumnya ibu hamil dianjurkan melakukan tirah baring
jika memiliki kondisi kronis tertentu atau kondisi kehamilan yang
berisiko. Berikut ini hal yang membuat ibu hamil dianjurkan untuk
tirah baring:
1) Preeklampsia
Ibu hamil yang memiliki tekanan darah tinggi atau
preeklapmsia
2) Kontraksi prematur
Calon ibu yang berkontraksi secara teratur sebelum
minggu ke-37 kehamilan atau menunjukkan tanda-tanda
persalinan dini, umumnya memerlukan tirah baring untuk
mencegah terjadinya kelahiran prematur atau
mempersiapkan persalinan hingga waktunya aman.
3) Kehamilan kembar
Ibu yang mengandung janin kembar juga dianjurkan
untuk tirah baring karena kehamilannya lebih berisiko. Ini
dapat membantu ibu beristirahat agar kehamilannya
berjalan dengan aman.
4) Perdarahan pervaginam
Pendarahan vagina dapat terjadi karena plasenta letak
rendah (plasenta previa) atau terlepasnya plasenta dari
rahim sebelum waktunya (solusio plasenta). Hal ini
membuat ibu harus melakukan tirah baring karena
dikhawatirkan akan membahayakan kehamilannya. Karena
solusio plasenta adalah kondisi gawat darurat maka,
sebaiknya langsung ke Rumah Sakit.
5) Masalah serviks atau leher rahim
Adanya masalah pada serviks, seperti serviks yang lemah
atau memendeknya serviks sebelum waktunya dapat
mendatangkan risiko kelahiran prematur pada bayi. 
6) Ketuban pecah dini
Keluarnya air-air merembes dari vagina dapat menjadi
indikasi ketuban pecah dini (sebelum waktunya), hal ini
dapat menyebabkan infeksi dan membahayakan janin.
Karena adanya robekan pada selaput yang membungkus
janin maka untuk mencegah robekan lebih besar maka ibu
hamil harus tirah baring total sitasi .
Tirah baring dianggap bermanfaat untuk ibu hamil karena
dapat mengurangi tekanan pada rahim dan pada jantung sehingga
mampu meningkatkan sirkukasi ke rahim. Namun tak hanya tirah
baring saja, perawatan medis untuk berbagai kondisi tersebut juga
harus dilakukan.
e. Bagaimana cara dokter menyarankan pasien untuk tirah baring?
Tirah baring terbagi mejadi dua:
1) Tirah baring ringan, yaitu ibu hamil hanya perlu
mengurangi tingkat aktivias yang biasa dilakukannya. Ibu
masih bisa menjalankan sejumlah aktivitas fisik yang
ringan, serta berjalan-jalan di sekitar rumah maupun
menyiapkan makanan yang mudah sitasi .
2) Tirah baring total, yaitu ibu tidka diizinkan bekerja maupun
melakukan pekerjaan rumah tangga. Dokter hanya
menganjurkan ibu untuk beristirahat total dengan tetap
berada dalam posisi duduk dan berbaring. Dalam keadaan
ini ibu dapat membaca buku, menonton tv atau mengobrol.
Bahkan di ebebrapa kasus, buang air besar atau kecil juga
hars dilakukan di atas kasur menggunakan pispot sitasi.
f. Bagaimana cara dokter mengetahui plasenta janin berada di SBR?
Melalui pemeriksaan USG dan USG transvaginal maka akan
didapatkan hasil:
1) Tipe 1 (plasenta letak rendah), plasenta di SBR dan tidak
mencapai OUI.
2) Tipe 2 (plasenta previa marginalis) tepi palsenta mencapai tepi
OUI ketika pembukaan lengkap.
3) Tipe 3 (plasenta previa persialis) sebagian plasenta menutupi
OUI.
4) Tipe 4 (plasenta previa totalis) plasneta menutup seluruh OUI
sitasi.
g. Bagaimana pencegahan agar abortus tidak berulang kembali?
1) Menjaga pola makan sehat dengan gizi seimbang
2) Konsumsi vitamin dan mineral yang disarankan untuk ibu
hamil
3) Menjaga berat badan ideal
4) Menghindari rokok, minuman alkohol, dan narkoba
5) Menerima vaksin sesuai saran dokter untuk mencegah infeksi
6) Sebaiknya, bagi wanita yang mempunyai riwayat keguguran
berulang, melakukan pemeriksaan TORCH
4. Hasil Langkah 4
Dibuat Skema
a. Keluarnya darah berwarna merah segar tanpa disertai nyeri pada
kehamilan 10 minggu disebabkan oleh penembusan villi koreales
ke dalam desidua, pada saat implantasi ovum. Perdarahan
implantasi biasanya sedikit, warnanya merah, cepat berhenti, dan
tidak disertai mules-mules. Sedangkan pada perdarahan pada usia
28 minggu disebabkan oleh plasenta previa yang terjadi secara
progresif dan berulang karena proses pembentukan segmen
bawah rahim. Faktor risikonya berupa meliputi hamil usia tua,
multiparitas, kehamilan ganda, merokok selama masa kehamilan,
janin laki-laki, riwayat aborsi, riwayat operasi pada uterus,
riwayat plasenta previa pada kehamilan sebelumnya dan IVF.
b. Dengan seringnya terjadinya abortus, maka kemungkinan besar
akan terjadi abortus berulang pada kehamilan berikutnya jika tidak
diketahui penyebab terjadinya abortus, penyebab 2 kali partus
prematurus atau lebih, dan penyebab kematian janin dalam
kandungan atau kematian perinatal (Kurniawan, 2015). Abortus
akan dilakukan kuretage yang mengakibatkan perlukaan pada
dinding endometrium uterus (rahim) sehingga dapat mengganggu
vaskularisasi pada desidua sehingga kesuburan pada dinding
endometrium semakin berkurang, sedangkan dalam kehamilan
plasenta akan berusaha mencukupi kebutuhan janin sehingga pada
dinding endometrium yang kurang subur plasenta akan
memperluas diri menjadi menutupi sebagian atau seluruh ostium
uteri internum.
c. Penatalaksanaan plasenta previa
Perdarahan karena Plasenta Previa

Klasifikasi Etiologi
pada triwulan ketiga karena saat itu segmen
 Plasenta previa totalis
bawah uterus lebih mengalami perubahan
 Plasenta previa parsialis berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan,
segmen bawah uterus akan semakin melebar,
 Plasenta previa margnalis dan serviks mulai membuka pada triwulan
 Plasenta previa letak rendah ketiga karena saat itu segmen bawah uterus
lebih mengalami perubahan berkaitan dengan
semakin tuanya kehamilan, segmen bawah
uterus akan semakin melebar, dan serviks
mulai membuka melebar, dan serviks mulai
Faktor Resiko Diagnosis

 Umur  Gejala Klinis


 Paritas  Palpasi abdomen
 Riwayat SC  Pemeriksaan Inspekulo
 Riwayat Kuratese  USG

Penatalaksaan

 Dilakukan perawatan konservatif bila kehamilan kurang 37


minggu, perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb
masih dalam batas normal).
 Penanganan aktif berupa persalinan pervaginam dan
persalinan per abdominal.Penderita di persiapkan untuk
pemeriksaan dalam diatas meja operas
5. Hasil Langkah 5
Learning Objective
Susunlah persoalan-persoalan yang belum bisa diselesaikan dalam
diskusi tersebut menjadi tujuan pembelajaran kelompok
a. Mahasiwa mengetahui konsep dasar plasenta previa dan cara
penangannya.
b. Mengetahui pengaruh abortus berulang dengan kehamilan sekarang
dan cara pencegahannya
c. Mahasiswa mengetahui tentang cara melakukan tirah baring

6. Hasil Langkah 6
Mencari referensi teori baik dari jurnal maupun buku mengenai
kehamilan dengan plasenta previa
a. Kehamilan adalah masa yang dinantikan oleh setiap pasangan
yang sudah menikah. Namun, sekitar 5% dari pasangan yang
mencoba hamil akan mengalami dua keguguran yang berurutan,
dan sekitar 1% pasangan akan mengalami ≥ 3 keguguran yang
berurutan (Prawirohardjo, 2015).
b. Keguguran atau abortus spontan adalah kejadian produk
konsepsi keluar sebelum usia gestasi 20 minggu yang terjadi
tanpa unsur kesengajaan (Kuntari, Wilopo, & Emilia, 2015).
c. Abortus spontan menjadi komplikasi kehamilan yang umum
terjadi dan penyebabnya sangat bervariasi serta masih sering
diperdebatkan (Prawirohardjo, 2015). Abortus spontan diduga
sering disebabkan oleh abnormalitas uterus, gangguan hormon
dan imunologi, infeksi, dan kelainan kromosom (Kilicci,
Bayram, & Eren, 2015).
d. Penatalaksanaan plasenta previa.
Menurut Sukarni. I,. Sudarti (2014), penatalaksanaan plasenta
previa yaitu:
c) Konservatif
Dilakukan perawatan konservatif bila kehamilan kurang 37
minggu, perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih
dalam batas normal), tempat tinggal pasien dekat dengan rumah
sakit (dapat menempuh perjalanan dalam 1 menit). Perawatan
konservatif berupa:
(5)Istirahat
(6)Pemberian hematinik dan spasmolitik untuk mengatasi
anemia
(7)Memberikan antibotik bila ada indikasi
(8)Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit. Bila selama 3 hari
tidak terjadi perdarahan setelah melakukan perawatan
konservatif maka lakukan mobilisasi bertahap. Pasien
dipulangkan bila tetap tidak ada perdarahan. Bila timbul
perdarahan segera bawa ke rumah sakit dan tidak boleh
melakukan senggama.
d) Penanganan aktif
Penanganan aktif bila perdarahan banyak tanpa memandang usia
kehamilan, umur kehamilan 37 minggu atau lebih, anak mati.
Penanganan aktif berupa persalinan pervaginam dan persalinan
per abdominal.Penderita di persiapkan untuk pemeriksaan dalam
diatas meja operasi. (double set up)yakni dalam keadaan siap
operasi. Bila pemeriksaan dalam didapatkan:
d) Plasenta previa margnalis
e) Plasenta previa letak rendah
f) Plasenta previa lateralis atau marginalis dimana janin mati
dan serviks sudah matang, kepala sudah masuk pintu atas
panggul dan tidak ada perdarahan atau hanya sedikit maka
lakukan amniotomi yang diikuti dengan drips oksitosin pada
partus pervaginam, bila gagal drips (sesuai dengan protap
terminasi kehamilan). Bila terjadi perdarahan banyak lakukan
seksio caesarea.
Indikasi untuk melakukan seksio caesarea adalah:
a) Plasenta previa totalis
b) Perdarahan banyak tanpa henti
c) Presentase abnormal
d) Panggul sempit
e) Keadaan serviks tidak menguntungkan (belum matang)
f) Gawat janin
7. Hasil Langkah 7
Sharing Information
a. Mahasiswa mampu menjelaskan

B. Referensi (minimal 3 buku & 2 jurnal pada 5 tahun terakhir)


Kilicci, C., Bayram, B., & Eren, S. 2015. Homocystein Levels in Early
Spontaneous Abortus. Medwell Journal. 4 (3), 222-6
Kuntari, T., Wilopo, S. A., & Emilia, O. 2015. Determinan Abortus di
Indonesia.Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Vol. 4, No. 5, April
2015
Prawirohardjo, Sarwono.2015.Ilmu Kebidanan.Jakarta : PT Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai