Anda di halaman 1dari 8

PENENTUAN TEKANAN DAN WAKTU OPTIMUM DALAM

PEMBUATAN SERBUK TELUR MENGGUNAKAN OVEN VAKUM

Emmanuela Maria Widyanti1, *, Endang Kusumawati1, Agit Fajar Sukmana1,


Zaki Maulana Ahmad Mudzakkir 1
1
Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung
Jln. Gegerkalong Hilir, Ds. Ciwaruga, Bandung 40012
*E-mail: emmanuela25@ymail.com

ABSTRAK
Penelitian tentang pengeringan telur ayam menggunakan oven vakum dilakukan untuk
mendapatkan kondisi terbaik dari serbuk telur, sehingga kualitas tidak berubah. Penelitian
pendahuluan dalam mendapatkan air dalam kesetimbangan, menggunakan metode tray
drying, dilakukan pada suhu 44°C untuk menjaga degradasi protein. Air dalam telur
mencapai kesetimbangan sebesar 4,84%. Penentuan tekanan optimum dilakukan pada
oven vakum, dengan variasi tekanan 80, 160, 240, 320, 400 mbar Absolut, didapatkan
pada 80 mbar Absolut, yaitu terjadi pengurangan massa telur 33,76 g dan kadar air sebesar
4,76%. Variasi waktu pengeringan pada menit ke 40, 80, 120, 160, dan 200, didapatkan
penurunan massa telur pada menit ke 160 sebesar 37,87 g dengan kadar air sebesar 1,12%.
Analisis kadar protein serbuk telur menggunakan spektrofotometri metode biuret,
didapatkan peningkatan 15,37 – 80,66% dan lemak menggunakan ekstraksi soxhlet
terjadi penurunan dari 43,53 - 37,47%. dari menit 80 sampai 160. Penampilan serbuk telur
setelah 25 hari menunjukkan hasil yang baik, karena tidak berubah warna, bau dan fisik.

Kata kunci: Oven vakum, pengeringan, tray drying, spektrofotometri, soxhlet

ABSTRACT
Research has been taken in an oven vacuum to reach stable quality to get the optimum
conditions of egg powder drying. The previous research with 44°C temperature of tray
drying method keeps the number of water content of the egg at 4.84% equals with air-
water content; it’s mean the protein of the egg is stable. The pressure of the vacuum is
gradually increased from 80, 160, 240, 320, and 400 mbar Abs. Moreover, the optimum
result is at 80 mbar Abs. in its condition, the mass of egg is reduced by 33.76 grams, and
the water content 4.76%. Vacuum pressure time given in 40, 80, 120, 160, and 200
minutes. The best result was in 160 minutes that reduced the mass of 37.87 grams in
1.12% of water content. spectrophotometric biuret method used to analyze the powder
egg. Protein increased from 15.37 to 80.66% and decrease of fat 43.53 to 37.47% by
soxhlet extraction method within 80 – 160 minutes. The appearance of the egg powder
still in its condition after 25 days, included color, odor, and shape.

Keyword: Oven vacuum, drying, tray drying, spectrophotometry, Soxhlet

PENDAHULUAN dalam waktu tertentu, karena kadar air


Pengeringan merupakan salah satu dalam batas tertentu mengakibatkan
proses pengawetan bahan makanan, mikroorganisme tidak mudah tumbuh.
karena selain tidak mengubah penampilan (Winarno, 1994). Kualitas bahan makanan
bahan tersebut, juga tahan bila disimpan menurun, apabila proses pengeringan

50
51 Jurnal Fluida Volume 12, No. 2, November 2019, Hlm. 50 - 57

dilakukan tanpa memperhatikan suhu dan Tabel 1. Komposisi Telur Ayam


waktu pengeringan. Kerusakan lain adalah Komposisi Telur Putih Kuning
Utuh Telur Telur
perubahan sifat fisik dan kimia.
Air (%) 73,70 88,57 48,50
Telur terdiri dari tiga komponen Protein (%) 13,00 10,30 16,15
utama, yaitu bagian kulit telur 8-11%, Lemak (g) 11,59 0,03 34,65
putih telur (albumen) 57-65% dan kuning Karbohidrat(g) 0,65 0,65 0,60
telur 27-32% (Bell and Weaver, 2002; Abu (g) 0,90 0,55 1,10
Cunningham, 1976). Kadar air yang tinggi Sumber: (Winarno dan Koswara, 2002)
menyebabkan telur mudah rusak dalam
penyimpanan karena mikroorganisme Struktur Telur
berkembang, maka perlu dilakukan Telur secara fisik diklasifikasikan
penurunan kadar air, sehingga menjadi dalam tiga bagian yaitu cangkang telur
serbuk telur. Kadar air yang rendah, yaitu (eggshell) 12.3%, putih telur (egg white)
5–10% mengakibatakan mikroba tidak 55.8% dan kuning telur (egg yolk) 31.9%
bisa hidup (Winarno, 1994). (Stadelman dan Coteril, 1995). Menurut
Penelitian tentang pengeringan telur Robert, 2004 struktur fisik telur terdiri
belum dilakukan, tetapi beberapa peneliti dari tiga bagian utama yaitu 9-12%
melakukan penelitian pengeringan bahan merupakan cangkang telur (eggshell),
makanan menggunakan oven vakum 60% putih telur (egg white), dan 30-33%
untuk menghindari kerusakan kandungan kuning) telur (egg yolk). Berikut ini
nutrisi dalam bahan tersebut. Beberapa merupakan gambar struktur telur:
penelitian yang ada dilakukan oleh
Yuniarti dkk, 2013, tentang kerusakan
kandungan protein, albumin, lemak
dalam ikan gabus akibat pemanasan pada
suhu tinggi, penelitian ini diambil sebagai
acuan mengingat kandungan yang
dimiliki ikan gabus hampir sama dengan
telur.
Berdasarkan penelitian Yuniarti, Gambar 1. Struktur telur
(Cotterill & Geiger, 1977).
dkk maka dilakukan penelitian
menggunakan tekanan vakum, sedangkan Kerusakan Telur
suhu yang digunakan pada 50°C, Telur rentan mengalami kerusakan
merupakan kondisi pengeringan vakum baik secara fisik, kimia ataupun secara
paling baik berdasarkan kondisi yang biologis. Kerusakan ini bisa diakibatkan
didapatkan oleh Kumaravel, dkk. Dengan pemanasan, penyimpanan terlalu lama
kondisi ini suhu pengeringan tidak terlalu dan kontaminasi mikroba (Stadelman dan
tinggi, sehingga diharapkan penurunan Coteril, 1995). Selain kerusakan alami,
kadar air kesetimbangan tercapai tanpa pengeringan akibat suhu tinggi, dapat
merusak kualitas dari serbuk telur. menurunkan kualitas telur, beberapa
kerusakan selama proses pengeringan
Komposisi Telur yaitu
Beberapa zat nutrisi yang 1. Case Hardening
dikandung telur ayam per 100 g dapat Case hardening merupakan
dilihat pada Tabel 1. masalah dalam proses pengeringan yang
menyebabkan kondisi permukaan bahan
sudah kering, sedangkan bagian dalam
belum kering. Akibatnya permukaan
Emmanuela Maria Widyanti, Penentuan Tekanan dan Waktu Optimum 52
dalam Pembuatan Serbutk Telur Mengunakan Oven Vakum

bahan akan mengeras dan menghambat pengeringan karena air terikat semakin
proses penguapan air pada bagian dalam lama semakin berkurang.
bahan. Masalah ini biasanya terjadi
karena pemanasan yang terlalu cepat. Pengering Vakum
Pencegahan “case hardening” dilakukan Pengering vakum merupakan
dengan membuat suhu pengeringan tidak pengering yang dapat bekerja pada suhu
terlalu tinggi. dan tekanan yang rendah. Alat pengering
2. Denaturasi Protein vakum yang sering digunakan adalah
Denaturasi protein merupakan oven vakum. Prinsip dari pengering
kerusakan protein akibat perubahan vakum adalah mengkondisikan tekanan
struktur karena pengaruh panas, yaitu vakum pada ruang pengeringan sehingga
protein akan kehilangan aktivitas bahan dapat dikeringkan pada suhu
biokimianya meskipun kandungan rendah. Pengeringan digunakan untuk
unsurnya (C, H, O, dan N) umumnya mendapatkan produk dengan kualitas
tidak berubah. Menurut Douglass tinggi, meminimalisir terbuangnya
Baldwin, 2010, kandungan protein dalam aroma, zat aktif dan volatil (mudah
telur akan terdenaturasi pada temperatur menguap), serta memperkecil kerusakan
yang berbeda. nutrisi pada bahan, seperti denaturasi
protein, browning (pencoklatan bahan),
Pengeringan dan reaksi enzimatis.
Pengeringan adalah metode untuk
mengeluarkan air yang terkandung pada Pengaruh Suhu, Tekanan dan Waktu
bahan menggunakan bantuan panas, Pada Pengeringan Vakum
proses ini merupakan salah satu Beberapa produk bahan makanan
pengawetan jika air yang terdapat pada mempunyai temperatur sensitif pada suhu
bahan tersebut mencapai batas yang lebih tinggi dengan waktu
mikroorganisme tidak dapat tumbuh pengeringan yang lama, kondisi tersebut
(Winarno, 1993). Proses pengeringan dapat merusak bahan.
memiliki beberapa kekurangan, Selain sifat fisika dan kimia dari
diantaranya berubahnya kandungan suatu bahan, tekanan juga berpengaruh
bahan dan penurunan kualitas bahan. terhadap proses pengeringan. Tekanan
Beberapa metode pengeringan yang yang rendah akan menurunkan titik didih
diterapkan pada bahan makanan, yaitu dari air sehingga pengeringan dapat
spray drying, freeze drying, vacuum dilakukan pada suhu yang lebih rendah
drying. Dua periode utama pada proses pula.
pengeringan yaitu periode laju Menurut penelitian Yuniarti dkk,
pengeringan konstan (constant rate) dan 2013, berjudul “Pengaruh Suhu
periode laju pengeringan menurun Pengeringan Vakum Terhadap Kualitas
(falling rate) (Henderson dan Perry, Serbuk Albumin Ikan Gabus
1995). Kedua periode utama ini dibatasi (Ophiocephalusstriatus)”, dengan
oleh kadar air kritis. Pada periode pemanasan berlebih pada pengering
pengeringan dengan laju tetap, bahan vakum menyebabkan rusaknya albumin,
mengandung air cukup banyak, protein, dan lemak. Proses pengeringan
mengakibatkan penguapan permukaan yang dilakukan menggunakan variasi
bahan berlangsung dengan laju sebanding suhu pengering vakum 37-53°C. Kadar
dengan laju penguapan pada permukaan albumin dan protein mengalami
air bebas. Semakin sedikit kandungan air peningkatan dari suhu 37- 49°C, namun
pada suatu bahan akan menurunkan laju pada suhu 53°C mengalami penurunan
53 Jurnal Fluida Volume 12, No. 2, November 2019, Hlm. 50 - 57

disebabkan rusaknya kandungan albumin Pembuatan Serbuk Telur


dan protein. Pengamatan kandungan 1. Penentuan Tekanan Optimum
lemak yang terdapat pada bahan Pengeringan telur menggunakan oven
berbanding lurus dengan pengurangan vakum, pada proses ini serbuk telur
kadar air atau semakin banyak air yang yang didapatkan diharapkan
teruapkan, maka semakin sedikit kadar mempunyai kandungan air dalam
lemak yang ada. Mengingat kandungan kesetimbangan dengan udara. Dengan
telur juga memiliki albumin, protein, didapatkan pada kondisi ini
lemak, dan air hampir mirip dengan ikan diharapkan air yang ada dalam serbuk
gabus, maka penelitian Yuniarti dipakai telur tidak lagi menurun, selain itu
sebagai dasar dalam penentuan suhu. kandungan air serendah mungkin
Penelitian Kumaravel, dkk. (2012) yang sehingga mikroorganisme tidak
berjudul “Effect of Oven drying on the tumbuh,
nutritional properties of whole egg and 2. Penentuan Waktu Optimum
its components”, bahwa kondisi suhu Pengeringan Telur dalam Oven
pengering vakum yang baik dilaksanakan Vakum
pada 50°C. Serbuk telur didapatkan pada oven
vakum dengan proses sebagai berikut:
METODE suhu 44°C, tekanan optimum 80
Metodologi penelitian dilakukan mbar Absolut dan variabel waktu
untuk mengetahui tahapan proses dari pengeringan 60, 80, 100, 120, 140, 160
awal, sehingga penentuan tekanan dan menit.
waktu optimum dalam pembuatan serbuk Kondisi optimum dalam
telur dengan oven vakum. Pengujian hasil pengeringan adalah tekanan 80 mbar Abs
mendapatkan serbuk telur sesuai yang dan waktu 160 menit, serta suhu
diharapkan, disamping dapat mengetahui pengeringan 44°C, kondisi tersebut
secara tepat nilai gizi dan kerusakan dari selanjutnya digunakan sebagai variabel
serbuk telur tersebut setelah proses proses pembuatan serbuk telur dan
pengeringan. dilakukan analisis.

Tahap Penelitian Proses Analisis


Proses pembuatan serbuk telur secara Analisis produk sebagai berikut:
keseluruhan adalah sebagai berikut : 1. Proses pengujian kandungan
Perlakuan Awal Telur proteindengan metode
1. Seleksi telur secara manual, sehingga spektrofotometri Biuret
telur yang rusak tidak digunakan, Pengujian sebagai berikut:
meliputi: pemeriksaan dengan senter, a. Pembuatan Pereduksi
pencucian pada suhu 33-35°C, - Melarutkan CuSO 4 dan Na-K
pemecahan kulit, pengadukan dengan Tartrat dalam 50 ml NaOH 0,2 N
sendok dan penempatan dalam wadah - Menambahkan KI, selanjutnya
untuk dikeringkan dengan metode tray melakukan pengenceran dengan
drying. NaOH sampai 100 ml
2. Penentuan Kadar air kesetimbangan b.Pembuatan Larutan Standar
tahap pengeringan telur dilakukan - Memasukkan 0; 0,2; 0,4; 0,6;
dengan metode tray drying pada suhu 0,8; 1 ml protein standar
44°C. Pengamatan dilakukan dengan (5,0 mg/ml)
mengetahui penurunan berat telur - Melarutkan dalam NaCl 0,5 M
setiap 10 menit selama 200 menit. sebanyak 4 ml
Emmanuela Maria Widyanti, Penentuan Tekanan dan Waktu Optimum 54
dalam Pembuatan Serbutk Telur Mengunakan Oven Vakum

- Menambahkan biuret sebanyak dalam kesetimbangan dengan udara, agar


10 ml didapatkan kondisi proses yang tepat dan
- Menyimpan pada suhu ambient sesuai dengan karakteristik bahan yang
selama 30 menit digunakan. Penentuan kadar air
- Mengukur absorbansi menggu- kesetimbangan menggunakan metode
nakan spektrofotometer pada tray drying pada suhu 44°C. Hasil yang
panjang gelombang 540 nm didapatkan yaitu air dalam telur mencapai
c.Pengukuran sampel kesetimbangan dengan udara pada
- Memasukkan 20 mg sampel pada 4,84%,
tabung reaksi
- Melarutkan NaCl 0,5 M sebanyak Penentuan Tekanan Maksimum dalam
4 ml Pengeringan dengan Oven Vakum
- Menambahkan biuret sampai Penentuan tekanan dilakukan
volume 10 ml untuk mendapatkan kondisi terbaik
- Menyimpan pada suhu ambient serbuk telur yang didapatkan, dan tidak
selama 30 menit merusak nilai gizi. Penelitian
- Mengukur absorbansi sampel menggunakan variasi tekanan 80, 160,
menggunakan spektrofotometer 240, 320, dan 400 mbar Absolut. Hasil
pada panjang gelombang 540 nm yang didapatkan dapat dilihat pada
2. Pengujian lemak dengan Ekstraksi gambar 2. dan 3.
Soxhlet
- Mengeringkan labu lemak dalam
oven selama 1 jam
- Mendinginkan labu lemak dalam
desikator selama 15 menit
- Menimbang labu lemak
- Menimbang sampel dan
membungkus dengan kertas saring
- Melakukan ekstraksi
menggunakan Soxhlet pada suhu
80°C dengan solvent heksana Gambar 2. Grafik pengurangan massa vs
- Melakukan destilasi suhu 75°C waktu pengeringan
- Mengeringkan lemak dalam
Soxhlet selama 1 jam pada suhu
100°C
- Mendinginkan lemak dalam
desikator selama 15 menit
- Menimbang berat padatan yang
didapat, sebagai kadar lemak
3. Analisis Organoleptik produk,
terdiri dari: analisis bau, warna
dan tekstur serbuk telur pada
pengamatan 25 hari Gambar 3. Grafik pengurangan massa vs
tekanan

HASIL DAN PEMBAHASAN Dari variasi nilai tekanan tersebut,


Penentuan kondisi proses terbaik tekanan 80 mbar menghasilkan telur yang
pengeringan telur ditentukan dengan kering dan pengurangan massa air
mencari keadaan saat kadar air pada telur terbesar yaitu sebesar 33,76 gram dan
55 Jurnal Fluida Volume 12, No. 2, November 2019, Hlm. 50 - 57

kadar air sebesar 4,76%, sehingga


tekanan operasi yang dipilih adalah 80
mbar. Menurut Astuti, 2008 kondisi
operasi yang dipilih dapat memberikan
pengaruh nyata terhadap kadar air
produk, yang dibuktikan pada
penelitiannya dalam pengeringan bawang
merah dengan tekanan 200 mbar,
didapatkan penurunan kadar air yang
Gambar 5. Grafik pengurangan massa vs
cukup besar yaitu mencapai 56,99% dari waktu pengeringan
kadar air dalam bawang merah sebesar
65% sedangkan menurut Bell dan
Weaver, 2002 telur memiliki kandungan
air sebesar 75,5%, sehingga penentuan
tekanan 80 mbar Absolut dapat diterima,
karena kadar air bawang merah dan telur
hampir sama.

Penentuan Waktu Maksimum dalam


Gambar 6. Grafik kadar air vs waktu
Pengeringan dengan Oven Vakum pengeringan
Waktu pengeringan maksimal
ditentukan berdasarkan percobaan Dari grafik kadar air vs waktu
pendahuluan (tray dryer) yang dilakukan, pengeringan dapat dilihat bahwa produk
yaitu pada saat menghasilkan berat yang dihasilkan dengan waktu
konstan dari telur yang dikeringkan. Suhu pengeringan selama 120, 160 dan 200
yang digunakan dalam penelitian menit memberikan nilai kadar air sebesar
menggunakan oven vakum 44°C. Suhu 4,76%, kurang dari nilai pada tray dryer
ini digunakan berdasarkan sifat telur yang (kadar air kesetimbangan) sebesar
bisa mengalami kerusakan kandungan 4,84%) disebabkan alat pengering vakum
(denaturasi) protein pada suhu diatas yang digunakan memberikan kondisi
60°C (Baldwin, dkk, 2010), juga menurut hampir kedap udara sehingga
Ndife, dkk, 2010 penggunaan suhu menyebabkan tekanan parsial udara jauh
tersebut tidak mempengaruhi sifat fisik, lebih kecil dibandingkan tekanan uap air
fungsional dan gizi. Perbedaan produk pada telur. Menurut Sokhansanj, 1995,
yang dihasilkan ini dapat dilihat pada kandungan air kesetimbangan merupakan
gambar berikut : kandungan air pada tekanan parsial udara
sama dengan tekanan uap air pada
bahan.
Dari percobaan tersebut
didapatkan waktu pengeringan optimum
pada oven vakum sebesar 160 menit dan
Gambar 4. Perbandingan produk serbuk memberikan pengurangan massa air yang
telur paling besar yaitu 37,87 gram dan kadar
air akhir sebesar 1,12%.
Pengurangan massa air pada telur
Berdasarkan hasil yang didapat,
terhadap waktu pengeringan sebagai
kondisi yang digunakan untuk pembuatan
berikut:
serbuk telur ini adalah suhu 44°C,
tekanan 80 mbar dan waktu 160 menit.
Emmanuela Maria Widyanti, Penentuan Tekanan dan Waktu Optimum 56
dalam Pembuatan Serbutk Telur Mengunakan Oven Vakum

Analisis kadar protein dan lemak pada menaikkan hasil yang didapat. Sesuai
serbuk telur penelitian Yuniarti, dkk 2013, penurunan
Kadar protein dalam serbuk telur kadar air berbanding lurus dengan kadar
perlu dipertahankan agar nilai gizi dari lemak, sehingga semakin kering kadar
telur tetap tinggi setelah dilakukan lemak semakin turun. Pengamatan dalam
pengeringan dalam oven vakum. penelitian ini tidak terjadi, tetapi terlihat
Pengujian protein menggunakan metode bahwa kadar lemak dari menit ke 80
Spektrofotometri Biuret dan pengujian sampai 160 terjadi penurunan 43,53 –
lemak menggunakan Ekstraksi Soxhlet. 37,47%.
Hasil yang didapatkan dari analisis
protein dan lemak diperlihatkan pada Analisis Produk Serbuk Telur Setelah
gambar 7. Penyimpanan
Kandungan protein pada telur Pengamatan produk serbuk telur
yang dihasilkan setelah 25 hari dalam
tinggi, yaitu sebesar 12,8 -13,4%/ berat
telur, dengan pengeringan diharapkan penyimpanan plastik tertutup dan kering.
tidak turun. tidak mengalami perubahan, meliputi
penampilan, warna dan bau. Dari kondisi
ini dapat disimpulkan bahwa kandungan
air yang rendah 4, 76% menyebabkan
mikroba tidak tumbuh, sehingga kualitas
dari serbuk telur tidak rusak. Disamping
itu dari produk telur setelah penghilangan
lemak didapatkan serbuk yang berwarna
putih, menunjukkan bahwa kandungan
yang ada pada serbuk telur hanya protein,
Gambar 7. Kurva Kadar Protein vs Waktu bau yang ditimbulkan juga anyir.
Pengeringan
SIMPULAN
Dari grafik terlihat dari menit ke 60 Dari penelitian yang dilakukan
sampai 160 menit terjadi perubahan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
sebesar 15,37-80,66%. Peningkatan Kondisi proses pengeringan
terjadi karena kadar air sudah tidak ada menggunakan oven vakum dilakukan
sehingga memudahkan dalam pada suhu 44°C, tekanan 80 mbar
penyerapan warna saat reduksi Absolut dan waktu 160 menit, yang
menggunakan Cu. Penentuan protein didapatkan dengan menentukan waktu
dengan spektrofotometri metode pengeringan sampai air dalam telur
pereduksi biuret, dengan melihat kadar berada dalam kesetimbangan dengan
protein standar terhadap absorbansi. udara. Kandungan nilai gizi serbuk telur
Kadar lemak diharapkan tidak tidak mengalami kerusakan, hal ini
mengalami penurunan dalam diperlihatkan pada hasi pengujian, kadar
pengeringan, penentuan kadar lemak protein dalam telur setelah mengalami
kurang memberikan hasil yang akurat, pengeringan tidak terdegradasi,
karena dalam penelitian ini penentuan diperlihatkan dari hasil pengamatan dari
kadar lemak dilakukan dengan menit ke 60 - 160 sebesar 15,37-80,66%.
penimbangan padatan secara gravimetri. Sedangkan kandungan lemak dari menit
Kondisi ini berpengaruh karena kadar ke 80 - 160 mengalami penurunan dari
abu, kandungan protein yang terlarut 43,53-37,47%. Penyimpanan telur setelah
dalam pelarut dan kotoran berupa 25 hari tidak mengalami kerusakan secara
endapan ikut terukur, sehingga fisik dan bau.
57 Jurnal Fluida Volume 12, No. 2, November 2019, Hlm. 50 - 57

DAFTAR RUJUKAN Robert, J. R. 2004. Factor affecting eggs


Astuti. 2018. Pengaruh Suhu dan Lama internal quality and eggshell quality
in laying hens. Journal Poultry
Pemanasan dengan Menggunakan
Science, Vol 41: 161-177.
Ekstraktor Vakum terhadap Crude
Albumin Ikan Gabus Stadelman, W. J. & O. J. Cotteril. 1995.
Egg Science and Technology. 4th Ed.
(Ophiocephalus striatus). Jurnal
Food Products Press. An Imprint of
Protein, Vol 15, No.2.
Bell D. & Weaver, G. 2002. Commercial the Haworth Press, Inc. New York
Sokhansanj. 1995. Moisture sorption and
Chicken Meat and Egg, Kluwer
volumetric changes of canola during
Academic Publishers, United States
of America. hydrothermal processing. Journal of
Food Process Engineering, Vol 18
Baldwin, dkk. 2010. Protein, Structure,
No.3
Function, Wiley Online Library.
Cotterill, OJ & Geiger GS. 1977. Egg Winarno. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi
dan Konsumen. PT Gramedia
Product Yield trends from Shell
Pustaka Utama, Jakarta.
Eggs. Poultry Science 56: 1027 –
1031. Winarno, 1994, Sterilisasi Komersial
Produk-produk Pangan. Gramedia
Henderson, S. M., & Perry. R. L. 1976.
Jakarta.
Agricultural Process Engineering
3rd ed. The AVI Publ. Co., Inc, Yuniarti, 2013. Pengaruh Suhu
Pengeringan Vakum Terhadap
Westport, Connecticut, USA.
Kualitas Serbuk Albumin Ikan Gabus
Kumaravel. 2012. Effect of Oven drying
on the nutritional properties of whole (Ophiocephalus striatus).
Universitas Brawijaya, Malang.
egg and its components.
International Jurnal of Food and
Nutrition Science
Ndife, Joel. 2010. Effect of Oven Drying
on The Functional and Nutritional
Properties of Whole egg and Its
Component. International Jurnal of
Food and Nutrition Science, Vol
4(5): 254-257.

Anda mungkin juga menyukai