Anda di halaman 1dari 11

Peran Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara Pada Era Digitalisasi

Makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan
Dosen Pengampu:
Ibu Dona Sariani, S.Pd.M.Pd

Disusun oleh :

Abror Mardatila (A1A321053)

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Peran Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara
Pada Era Digitalisasi.

Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan
oleh kurangnya ilmu pengetahuan. Namun berkat bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya
makalah ini dapat diselesaikan, walaupun masih banyak kekurangannya. Karena itu, sepantasnya
jika kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dona Sariani, S.Pd.M.Pd sebagai dosen pengampu mata kuliah Filsafat Pendidikan
yang telah memberikan kepercayaan kepada kami untuk membuat makalah ini.
2. Teman-teman yang telah ikut membantu kami dalam penulisan makalah ini.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih memiliki banyak kekurangan
dikarenakan kurangnya ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan penulisan dimasa akan mendatang. Kami
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Jambi,09 Desember 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................5
PENDAHULUAN...........................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................................6
BAB II.............................................................................................................................................7
PEMBAHASAN..............................................................................................................................7
2.1 Pengertian Filsafat Pedidikan.................................................................................................7
2.2 Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara...............................................................................8
2.3 Apa peran penting Filsafat Ki Hajar dewantara pada Era digitalisasi...................................9
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................11
3.1 Kesimpulann........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya manusia sebagai makhluk hidup berpikir dan selalu berusaha
untukmengetahui segala sesuatu, tidak mau menerima begitu saja apa adanya sesuatu itu,
selalu ingintahu apa yang ada dibalik yang dilihat dan diamati. Segala sesuatu yang
dilihatnya, dialaminya,dan gejala yang terjadi di lingkungannya selalu dipertanyakan dan
dianalisis atau dikaji. Ada tigahal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu
keheranan, kesangsian, dan kesadaran atas keterbatasan. Berfilsafat kerap kali didorong
untuk mengetahui apa yang telah tahu dan apa yangbelum tahu, berfilsafat berarti berendah
hati bahwa tidak semuanya akan pernah diketahui dalam kemestaan yang seakan tak
terbatas.

Filsafat memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Setidaknya
ada tiga peran utama yang dimiliki yaitu sebagai pendobrak, pembebas, dan pembimbing.
Pendidikanadalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik
potensi fisik potensicipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat
berfungsi dalam perjalanan hidupnya.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumus masalah pada makalah ini yaitu:

a. Apa yang di maksud dengan filsafat pendidikan


b. Apa itu filsafat pendidikan Ki Hajar dewantara
c. Apa peran penting Filsafat Ki Hajar dewantara pada Era digitalisasi

4
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan Pada Makalah Ini Dapat Di ambil Dari Rumus Masalah dengan
Memaparkan dan menjelaskan agar Dapat menjadi Ilmu yang Bisa di Implementasikan Pada
Pembaca dan Punulis.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat Pedidikan


Pengertian Filsafat, Berasal dari kata Philos, philore (cinta) dan sophos atau sophia
(kebajikan, kebaikan, kebenaran). Ilmu yang mempelajari hakikatsegala sesuatu, Manusia,
Alam dan Tuhan. Berfilsafat berarti berpikir reflektif untuk memperoleh jawaban dari
pertanyaan mendasar (radikal) dan universal. Jawaban tersebut disusun secara sistematis,
diuji secara kritis dan terbuka untuk memperoleh kebenaran yang sesungguhnya (hakiki).
Jawaban terhadap persoalan biasanya tidak pernah selesai, tidak pernah sempurna.

Istilah pendidikan berasal dari kata “didik”, dengan memberinya awalan “pe” dan
akhiran “kan”, mengandung arti “perbuatan” (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan
ini awalnya berasal dari bahasa Yuanani, yaitu “paedagogie”, yang berarti bimbingan yang
diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan
“education” yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa arab istilah ini
sering diterjemahkan dengan “Tarbiyah” yang berarti pendidikan.

Cabang-cabang filsafat yang utama adalah sebagai berikut :

1. Metafisika (ontologi). Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari


hakekat realitas terdalam dari segala sesuatu, baik yang bersifat fisik maupun
yang bersifat non fisik
2. Epistemologi adalah cabang filsafat yang melakukan penelaahan tentang
hakekat pengetahuan manusia. Secara khusus, dalam. epistemologi dilakukan
kajian-kajian yang mendalam tentang hakekat terjadinya perbuatan
mengetahui, sumber pengetahuan, tingkat-tingkat pengetahuan, metode untuk
memperoleh pengetahuan, kesahihan pengetahuan, dan kebenaran
pengetahuan.
3. Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari hakekat nilai. Berdasar
pada pokok penekanannya, aksiologi dapat dibagi menjadi etika (filsafat

6
tentang baik buruk perilaku manusia) atau filsafat moral dan estetika atau
filsafat keindahan.

2.2 Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara


Filsafat pendidikan adalah cabang filsafat yang mempelajari hakekat pendidikan
Filsafat pendidikan memandang kegiatan pendidikan sebagai objek yang perlu dikaji. Ada
banyak defisini mengenai filsafat pendidikan pada tetapi akhirnya semua berpendapat dan
mengajukan soal kaidah-kaidah berpikir filsafat dalam rangka menyelesaikan masalah-
masalah yang ada dalam bidang pendidikan.

Ki Hadjar Dewantara mengajukan beberapa konsep pendidikan untuk mewujudkan


tercapainya tujuan pendidikan, yaitu Tri Pusat Pendidikan:

(1) pendidikan keluarga;

(2) pendidikan dalam alam perguruan;

(3) pendidikan dalam alam pemuda atau masyarakat.

konsep Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan Konsep Ki Hadjar Dewantara pada


sistem among mengatakan bahwa sistem among yang berjiwa kekeluargaan bersendikan 2
dasar, yaitu: pertama, kodrat alam sebagai syarat kemajuan dengan secepatcepatnya dan
sebaik-baiknya; kedua, kemerdekaan sebagai syarat menghidupkan dan menggerakkan
kekuatan lahir dan batin anak agar dapat memiliki pribadi yang kuat dan dapat berpikir serta
bertindak merdeka.

Konsep Ki Hadjar selanjutnya adalah dasar kemerdekaan yang mengandung pengertian


bahwa hal itu sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada manusia dengan memberikan
hak untuk mengatur dirinya sendiri (zelfbeschikkingsrecht) dengan mengingat syarat tertib
damainya (orde en vrede) hidup masyarakat. Menurut Priyo Dwiarso, siswa harus memiliki
jiwa merdeka, dalam arti merdeka lahir, batin serta tenaganya. Jiwa merdeka ini sangat
diperlukan sepanjang jaman agar bangsa Indonesia tidak didikte negara lain. Sistem among

7
melarang adanya hukuman dan paksaan kepada anak didik karena akan mematikan jiwa
merdekanya, mematikan kreativitasnya (Dwiarso, 2010: 6).

Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan adalah usaha kebudayaan yang bermaksud


memberikan bimbingan dalam hidup tumbuhnya jiwa raga anak didik agar dalam garis-garis
kodrat pribadinya serta pengaruh-pengaruh lingkungan, mendapat kemajuan hidup lahir
batin (Ki Suratman, 1987: 11). Kebudayaan adalah buah budi manusia sebagai hasil
perjuangannya terhadap pengaruh alam dan jaman atau kodrat dan masyarakat. Budi adalah
jiwa yang sudah matang, sudah cerdas, oleh karena itu dengan kebudayaan, budi manusia
dapat mencapai 2 sifat istimewa yaitu luhur dan halus, dengan demikian maka segala ciptaan
budi senantiasa mempunyai sifat luhur dan halus juga. Jadi kebudayaan merupakan
suatu proses perkembangan secara dinamis mengenai kemenangan perjuangan hidup
manusia terhadap alam dan jaman.

2.3 Apa peran penting Filsafat Ki Hajar dewantara pada Era digitalisasi
Peran Penting Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantra pada Era Digitalisasi dikan
hendaknya juga memperkuat rasa percaya diri, dann mengembangkan harga diri. Dalam
pemikiran Ki Hajar Dewantara metode yang sesuai dengan sistem pendidikan ini adalah
sistem among, yaitu metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah,
dan asuh. Metode ini secara teknik pengajaran meliputi kepala, hati, dan panca indera.
Sehingga output pendidikan yang dihasilkan adalah peserta didik yang berkepribadian
merdeka, sehat fisik, sehat mental, cerdas, menjadi anggota masyarakat yang berguna, dan
bertanggungjawab atas kebahagiaan dirinya dan kesejahteraan orang lain.Orientasi asas dan
dasar pendidikan dari Ki Hajar Dewantara diupayakan sebagai asas perjuangan yang
diperlukan pada waktu itu. Pengaruh pemikiran pertama dalam pendidikan adalah dasar
kemerdekaan bagi tiap-tiap orang untuk mengatur dirinya sendiri. Bila diterapkan kepada
pelaksanaan pengajaran maka hal itu merupakan upaya di dalam mendidik peserta didik
supaya dapat berperasaan, berpikiran dan bekerja merdeka dmi pencapaian tujuannya dan
perlunya kemajuan sejati untuk diperoleh dalam perkembangan kodrati. Hak mengatur diri
sendiri berdiri bersama dengan tertib, damai dan bertumbuh menurut kodrat. Ketiga hal ini
merupakan dasar alat pendidikan bagi anakanak yang disebut “among metode”, yang salah

8
atu seginya ialah mewajibkan guru-guru sebagai pemimpin yang berdiri di belakang tetapi
mempengaruhi dengan memberi kesempatan anak didik untuk berjalan sendiri. Maka
dengan demikian pendidikan di Indonesia akan tetap dan selalu berproses berdasarkan
semboyan “Ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani”

Manusia merdeka adalah tujuan pendidikan Taman Siswa. Merdeka baik secara fisik,
mental dan kerohanian. Namun kemerdekaan pribadi ini dibatasi oleh tertib damainya
kehidupan bersama dan ini mendukung sikap-sikap seperti keselarasan, kekeluargaan,
musyawarah, toleransi, kebersamaan, demokrasi, tanggungjawab dan disiplin. Sedangkan
maksud pendirian Taman Siswa adalah membangun budayanya sendiri, jalan hidup sendiri
dengan mengembangkan rasa merdeka dalam hati setiap orang melalui media pendidikan
yang berlandaskan pada aspek-aspek nasional. Landasan filosofisnya adalah nasionalistik
dan universalistik. Nasionalistik maksudnya adalah budaya nasional, bangsa yang merdeka
dan independen baik secara politis, ekonomis, maupun spiritual. Universal artinya
berdasarkan pada hukum alam (natural law), segala sesuatu merupakan perwujudan dari
kehendak Tuhan. Prinsip dasarnya adalah kemerdekaan, merdeka dari segala hambatan
cinta, kebahagiaan, keadilan, dan kedamaian tumbuh dalam diri (hati) manusia

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulann
Sebagai suatu telaah kritis, berbagai pemikiran Ki Hadjara Dewantara dalam hal
pendidikan dan kebudayaan memiliki relevansi sebagai suatu solusi dalam menghadapi
era Digitalisasi yang penuh dengan kompleksitas, ketidakpastian, dan ambigu. Pemikiran
dan filosofi KI Hadjar Dewantara mampu apabila diimplementasikan mampu membentuk
pribadi yang kokoh dalam menghadapi berbagai tantangan zaman.

10
DAFTAR PUSTAKA

Bialik, M., Bogan, M. Fadel, C., & Horvathova, M. 2015. Character Education for 21st Century:
What’s Should Student Learn. Massacusetts: Center for Curriculum Redesign

OECD. 2019. The Future of Work: OECD Employment Outlook 2019. Paris: OECD..

https://www.scribd.com/embeds/401639071/content?
start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf

https://jurnal.ugm.ac.id/wisdom/article/view/12614/9075

https://www.coursehero.com/file/21268145/makalah-filsafat/

11

Anda mungkin juga menyukai