Anda di halaman 1dari 9

Penelitian

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KREATIF SISWA


MELALUI PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE DENGAN TEKNIK
MENULIS JURNAL
Gusti Yarmi
e-mail: gustiyarmi@ymail.com
Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP Universitas Negeri Jakarta
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data empirik tentang kegiatan menulis jurnal
menggunakan pendekatan whole language yang dapat meningkatkan kemampuan menulis kreatif pada
siswa kelas VI Sekolah Dasar. Penelitian dilakukan di kelas VI SDN Pondok Kelapa 05 Pagi Duren Sawit,
Jakarta Timur, Agustus sampai Desember 2008 dengan menggunakan metode classroom action research
(Penelitian Tindakan Kelas). Desain intervensi tindakan/rancangan siklus penelitian ini menggunakan
model Kemmis and Taggart. Data dikumpulkan dengan melakukan observasi dan tes keterampilan
menulis. Analisis data penelitian dilakukan dengan: (1) reduksi data, (2) display data, serta (3) kesimpulan,
verifikasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan nilai kemampuan menulis
siswa pada setiap siklus sampai siklus 3, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis
dengan menerapkan kegiatan menulis jurnal yang merupakan salah satu komponen dari pendekatan
whole language dapat meningkatkan kemampuan menulis kreatif siswa.

Kata-kata kunci: pembelajaran menulis, jurnal, pendekatan whole language, menulis kreatif.

IMROVING THE STUDENTS’ CREATIVE WRITING SKILLS THROUGH


WHOLE LANGUAGE APPROACH WITH THE JOURNAL WRITING
TECHNIQUE
Abstract: This study aimed at collecting emperical data of creative writing activities applying whole language
approach to the students of grade 5 of Primary School. The study conducted at SDN, Pondok Kelapa 05 Pagi,
Duren Sawit, East Jakarta, as from August through December 2018, employing classroom action research. The
intervention design of the research adopted the model of Kemmis and Taggard. The data were collected by observation
and test of writing skill. The data were analyzed by reducing and displaying the data for conclusion, verification,
and reflection. The result the resarch showed the improvement of the students’ writing skills in each cycle until the
third cycle, that it can be concluded that writing instruction by journal writing activities as a component of whole
language approach can improve the students’ creative writing skills.

Keywords: writing instruction, journal, whole language approach, creative writing.

proses pertumbuhan melalui banyak latihan. Menu-


PENDAHULUAN lis bukan hanya sekedar menulis tangan atau teknik
Pendahuluan menulis, tetapi menulis dapat berarti memberitahukan
Salah satu kemampuan bahasa yang sangat apa yang telah diketahui dan lebih dari itu menulis
penting dimiliki siswa adalah kemampuan menulis. dapat membantu memahami apa yang telah diketa-
Menurut Sujanto (1988: 60), kegiatan menulis mer- hui. Kemampuan menulis dapat meningkatkan rasa
upakan suatu proses. Menulis bukan hanya berkai- percaya diri dan membantu memunculkan kreativitas.
tan dengan penggunaan tata bahasa dan tanda baca Akan tetapi, kenyataannya kemampuan berba-
melainkan merupakan sebuah proses yang dapat hasa siswa SD belum sesuai dengan yang diharapkan.
mengembangkan kemampuan dalam berpikir din- Hal ini diketahui masih banyaknya kesalahan siswa
amis. Keterampilan menulis menjadi penting untuk dalam berbahasa terutama dalam hal menulis karan-
dimiliki setiap manusia sebagai modal dasar meraih gan. Kesalahan tersebut dapat dilihat pada penggu-
kesuksesan dalam kehidupannya. Seseorang terampil naan ejaan, diksi, kalimat efektif, dan pengembangan
menulis perlu latihan secara berulang-ulang. Hal ini paragraf. Di lain pihak, rendahnya nilai mengarang
dikarenakan keterampilan menulis merupakan suatu dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti siswa, guru,

8 Perspektif Ilmu Pendidikan - Vol. 28 No.1 April 2014


Meningkatkan Kemampuan Menulis ...

media pembelajaran, metode mengajar dan pendeka- Pada hakikatnya, menulis adalah pengutaraan
tan membelajarkan, yang dipilih guru. Berdasarkan sesuatu dengan menggunakan bahasa secara tertulis
wawancara dengan guru-guru SDN Pondok Kelapa (Karsana, 2002: 5). Dengan mengutarakan sesuatu itu
Duren Sawit Jakarta Timur, diperoleh informasi bahwa dimaksudkan menyampaikan, memberitakan, men-
pada waktu pembelajaran mengarang, guru biasanya ceritakan, melukiskan, menerangkan, meyakinkan,
hanya menentukan judul karangan kemudian siswa menjelmakan, dan sebagainya kepada pembaca agar
disuruh mengarang sebanyak satu sampai dua hala- memahami apa yang terjadi pada peristiwa atau
man folio. Hal ini menyebabkan siswa merasa malas suatu kegiatan. Cere (1985: 4) menyatakan menu-
dan terbebani dalam mengikuti pembelajaran men- lis merupakan komunikasi. Selanjutnya dikatakan
garang. Siswa merasa diberi tugas berat yang harus bahwa di dalam komunikasi terdapat empat unsur,
diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan. yaitu menulis merupakan (1) bentuk ekspresi diri;
Faktor lain yang berpengaruh terhadap nilai (2) sesuatu yang umum disampaikan ke pembaca; (3)
mengarang adalah media pembelajaran yang digu- aturan dan tingkah laku; serta (4) menulis merupakan
nakan guru, seperti media gambar ternyata kurang sebuah cara belajar. Sebagai bentuk dari ekspresi diri,
menarik dan sudah usang. Media seperti ini membuat menulis bertujuan untuk mengkomunikasikan, men-
siswa tidak tertarik pada pembelajaran mengarang. Se- yampaikan sebuah ide melewati batas waktu dan
lain itu, guru seringkali enggan untuk memanfaatkan ruang. Artinya, menulis dapat dilakukan kapan saja,
lingkungan sebagai sumber inspirasi bagi siswa dalam dan di mana saja sesuai dengan keadaan yang terdapat
memilih topik atau tema mengarang. Guru jarang dalam diri penulis.
membawa siswanya keluar kelas untuk mengamati Avelrod dan Cooper (1988: 3) menyatakan
suatu objek sebagai tema mengarang. Oleh karena bahwa menulis merupakan suatu proses penemuan
itu, kreativitas siswa tidak berkembang, siswa merasa yang kompleks dan membuat seseorang dapat belajar
jenuh kalau pembelajaran mengarang karena hanya mengatur waktu. Menulis merupakan sebuah refleksi
dilakukan di dalam kelas saja tanpa adanya variasi dalam diri seseorang yang tumbuh melalui suatu
dalam kegiatan belajar mengajarnya. proses. Seseorang yang dapat menulis dengan baik,
Keadaan di atas jika tidak segera diatasi akan tentunya telah melalui berbagai latihan yang terus
menyebabkan kegiatan menulis karangan menjadi menerus. Dengan latihan secara berkesinambungan
momok bagi siswa. Pembelajaran yang dilaksanakan ditambah dengan adanya kegemaran seseorang
belum mengoptimalkan siswa aktif dalam menulis terhadap menulis akan berimplikasi kepada hasil
dan sering melakukan kegiatan menulis. Artinya menulisnya.
bagaimana kegiatan menulis menjadi budaya bagi Tarigan (1985: 21) yang menyitir pendapat Lado
siswa. Akan tetapi, pembelajaran masih lebih mem- mengemukakan bahwa menulis adalah menuliskan
prioritaskan pada penguasaan kaidah menulis secara lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu
teoretis. Pembelajaran menulis yang lebih menekankan bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang
pada teori ini menyebabkan siswa bosan dan tidak lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut
tertarik menulis. Di samping itu, kegiatan menulis ku- kalau memahami bahasa dan grafik tersebut.
rang menekankan yang sesungguhnya, yaitu melatih Menyoroti dari sisi lain, Akhadiah (1992: 2)
siswa untuk mengekspresikan atau mengungkapkan mengemukakan bahwa menulis merupakan kemam-
gagasan secara kreatif melalui tulisan. Kegiatan menu- puan kompleks yang menuntut sejumlah pengeta-
lis lebih ditekankan rapi atau tidaknya tulisan siswa. huan dan keterampilan. Jadi, dapat dijelaskan bahwa
Ditambah lagi topik-topik yang akan ditulis siswa dalam mencapai taraf mampu menulis diperlukan
kurang didasarkan pada apa yang dialami siswa tetapi berbagai syarat yang mendukung. Kegiatan menulis
dibatasi oleh topik atau tema yang diberikan guru. membutuhkan suatu kemampuan yang cermat dan
Hal ini mengakibatkan siswa kesulitan menuangkan terintegrasi dalam mengorganisasikan tulisan.
ide-idenya atau kurang tertantang dengan topik yang Selanjutnya pengertian kreatif menurut Sil-
diberikan tersebut. berman (1996: 9) artinya memiliki daya cipta dan
Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan kemampuan berkreasi. Agar tercipta generasi yang
pembatasan masalah di atas, rumusan masalah da- kreatif dalam arti mampu menghasilkan sesuatu
lam penelitian ini adalah “Bagaimana meningkatkan untuk kepentingan dirinya dan orang lain, guru
kemampuan menulis kreatif pada siswa Kelas VI SD perlu menciptakan kegiatan-kegiatan belajar yang
melalui kegiatan menulis jurnal dengan pendekatan beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat ke-
whole language?” mampuan siswa. Menurut Semiawan (1999: 66), daya

Perspektif Ilmu Pendidikan - Vol. 28 No. 1 April 2014 9


Meningkatkan Kemampuan Menulis ...

kreatif tumbuh dalam diri seseorang dan merupakan Santosa (2004:12), yaitu Pertama, praktik terlebih
pengalaman yang paling mendalam dan unik bagi dahulu dan teori belakangan, artinya dalam kegiatan
seseorang. Untuk menimbulkan daya kreatif tersebut menulis tidak harus dimulai dengan pemahaman
diperlukan suasana kondusif yang menggambarkan kaidah-kaidah menulis. Akan tetapi, sebaiknya siswa
kemungkinan tumbuhnya daya tersebut. diberi kesempatan untuk menulis dan kaidah dapat
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disampaikan dalam proses. Kedua, menulis sambil
dideskripsikan bahwa menulis ialah sarana pengung- ”bercanda”, artinya menulis harus dilaksanakan da-
kapan diri melalui tulisan. Menulis bukan sekedar lam suasana yang menyenangkan dan tidak membuat
kegiatan motorik tetapi juga melibatkan mental ses- siswa tertekan. Ketiga, kegiatan menulis memerlukan
eorang. Menulis merupakan salah satu media untuk umpan balik, artinya agar kemampuan menulis siswa
berkomunikasi. Melalui tulisan, seseorang dapat meningkat, maka dosen rumpun Bahasa Indonesia
menyampaikan makna, ide, pikiran dan perasaan- sebaiknya memeriksa tulisan siswa dan memberikan
nya melalui rangkaian kata-kata tertulis. Menulis umpan balik bagian-bagian mana yang masih harus
merupakan kemampuan yang dapat dipelajari dan diperbaiki.
perlu dilatih, karena sebuah keterampilan yang akan 2. Pendekatan Whole Language
semakin terampil bila sering berlatih. Whole Language adalah suatu pendekatan yang
Lebih lanjut dapat dideskripsikan pendapat menyajikan pembelajaran bahasa secara utuh, tidak
dari beberapa ahli tersebut bahwa kemampuan menu- terpisah-pisah. Weaver dalam Santoso (2004: 35)
lis kreatif adalah kesanggupan atau kekuatan yang menyatakan bahwa pada dasarnya whole language mer-
dimiliki oleh individu untuk mencipta, berkreasi, men- upakan suatu fungsi yang mengajarkan peserta didik
gorganisasikan ide atau pesan secara tertulis sehingga secara alami. Pembelajaran bahasa dengan pendekatan
orang lain dapat memahami isinya. whole language menenggelamkan peserta didik ke da-
Leonhardt dalam Pinoza (2002: 22-27) meru- lam suatu lingkungan yang penuh dengan rangsan-
muskan sepuluh alasan mengapa gemar menulis itu gan-rangsangan berbahasa. Dengan whole language,
penting, yaitu (1) rasa suka terhadap suatu kegiatan peserta didik belajar bahasa dengan penggunaan
merupakan prasyarat untuk keberhasilan di bidang literatur yang sebenarnya dan pengalaman menulis
apapun, demikian pula halnya dalam menulis; (2) yang bermakna. Pendekatan whole language didasari
hanya peserta didik yang suka menulis saja yang akan oleh paham kontruktivisme yang menyatakan bahwa
menulis dengan sering dan teliti - hal yang dibutuh- peserta didik membentuk sendiri pengetahuannya
kan untuk menjadi penulis ulung; (3) hanya peserta melalui peran aktifnya dalam belajar secara utuh dan
didik yang gemar menulis dan banyak menulis secara terpadu. Peserta didik akan termotivasi untuk belajar
mandiri, yang akan mengembangkan irama dan gaya jika melihat bahwa yang dipelajarinya itu diperlukan.
pribadi; (4) hanya peserta didik yang terbiasa menulis Oleh sebab itu, pendidik (dosen/guru) berkewajiban
mandiri sajalah yang akan belajar cara menulis dengan untuk menyediakan lingkungan yang menunjang agar
fokus yang tajam dan jelas; (5) peserta didik harus peserta didik dapat belajar dengan baik.
sering dan bebas menulis (serta membaca), supaya Para siswa, belajar bahasa dalam kelas yang
prigel (sangat terampil), dalam menggunakan struktur menerapkan whole language dari keseluruhan ke ba-
kalimat yang kompleks dan benar secara tata bahasa; gian-bagian lebih ditekankan. Belajar dimulai dari
(6) peserta didik yang menikmati tulis-menulis jarang hal-hal yang konkret ke abstrak. Pengajaran didasar-
menunda-nunda menyerahkan makalah/laporan kan pada transaksional/teori transformasi dalam
yang ditugaskan; (7) peserta didik yang suka menulis, membaca. Pengajaran dikaitkan dengan teori psikologi
dan sering menulis untuk iseng, juga lebih memahami gestalt. Belajar bahasa didasarkan pada pengalaman
hal-hal yang dibacanya; (8) peserta didik yang gemar dan relevansi personal. Siswa menggunakan bahasa
menulis (dan membaca) menjadi siswa yang mudah untuk tujuan personal, merupakan kekuatan dari
unggul dalam hampir semua mata pelajaran; (9) dalam yang memotivasi siswa. Di lain pihak, peng-
peserta didik dengan kebiasan menulis pribadi yang hargaan dari luar tidak diberikan sebagai ganjaran
mandiri mempunyai cara yang mudah untuk menga- terhadap perilaku siswa.
tasi trauma emosional; serta (10) penulis yang prigel Ciri-ciri kelas yang menerapkan whole language
dan fasih mempunyai keunggulan luar biasa dalam adalah adanya pusat konferensi, yaitu tempat peserta
sebagian besar bidang pekerjaan. didik mendiskusikan hasil pelaksanaan tugas, tersedi-
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan anya perpustakaan kelas, pusat publikasi hasil karya
dalam pembelajaran menulis yang dikemukakan peserta didik dan tempat peserta didik membaca den-

10 Perspektif Ilmu Pendidikan - Vol. 28 No.1 April 2014


Meningkatkan Kemampuan Menulis ...

gan rasa aman dan nyaman (Santosa, 2004: 25). Hal ini
dimaksudkan bahwa suasana belajar di sekolah dibuat
METODE PENELITIAN
sedemikian rupa sehingga mirip suasana belajar di Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data
rumah. Lingkungan dipenuhi dengan bahasa yang empirik tentang kegiatan menulis jurnal menggu-
ditulis oleh guru dan siswa. Pengelompokan siswa ber- nakan pendekatan whole language yang dapat mening-
sifat luwes dan seringkali dibentuk berdasarkan minat katkan kemampuan menulis kreatif pada siswa kelas
siswa, sehingga tercipta kerjasama dan kolaborasi. VI Sekolah Dasar.
Dengan demikian dapat dituliskan kerangka Tempat dilaksanakannya penelitian di kelas
berpikir. Menulis kreatif adalah kemampuan seseo- VI SDN Pondok Kelapa 05 Pagi Duren Sawit Jakarta
rang dalam mengungkapkan ide, gagasan, dan isi hati Timur. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus
untuk mengisahkan rangkaian peristiwa yang bersum- sampai dengan bulan Desember 2008.
ber dari objek yang ada di sekitar kehidupannya seh- Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan
ingga berbentuk cerita sebenarnya maupun cerita fiksi (action research). Penelitian tindakan merupakan pene-
yang disusun menurut aturan kejadiannya (kronologi) litian yang bertujuan untuk memperbaiki efektivitas
dengan menggunakan struktur bahasa yang mudah dan efisiensi praktik pendidikan, termasuk dalam tipe
dipahami sehingga pembaca dapat mengambil hikmah penelitian tindakan teknikal. Selain itu, Elliot dalam
dari cerita tersebut. Dengan demikian, siswa sekolah Hopkins (1993: 45) mengemukakan bahwa penelitian
dasar diharapkan mampu menulis hasil pengamatan tindakan dapat didefinisikan sebagai suatu studi
suatu objek ataupun hasil imajinasinya sendiri dalam tentang situasi sosial dengan maksud untuk mening-
bentuk menulis kreatif secara runtut dengan memper- katkan kualitas melalui tindakan. Dengan demikian,
hatikan urutan kejadian secara kronologis. penelitian tindakan merupakan suatu cara untuk
Seseorang terampil menulis karangan memerlu- melakukan perbaikan praktik-praktik pembelajaran
kan latihan yang berulang-ulang. Karena keterampilan di kelas atau praktik-praktik pendidikan di sekolah.
menulis itu merupakan suatu proses melalui banyak Dalam penelitian tindakan terdapat dua aktivi-
latihan. Pembelajaran mengarang diberikan kepada tas yang dilakukan secara simultan, yaitu aktivitas tin-
siswa dengan mengenalkan lingkungan yang kaya dakan (action) dan aktivitas penelitian (research) (Tim
melalui kegiatan berbahasa. Dengan menciptakan Pelatih PTK UNY, 1999: 29). Kedua aktivitas tersebut
pembelajaran yang demikian, guru dapat menggu- dapat dilakukan oleh orang yang sama atau berbeda
nakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik yang bekerja sama secara kolaboratif. Mengacu pada
mengembangkan kemampuan berbahasa, dalam hal pendapat tersebut, maka penelitian tindakan ini di-
ini bahasa tulis, yaitu mengarang. golongkan sebagai penelitian tindakan kolaboratif,
Pada pembelajaran whole language, guru me- sehingga pelaksanaan penelitiannya mengupayakan
nekankan cara berpikir mengenai bagaimana siswa adanya kerjasama yang baik antara peneliti dan guru
belajar bahasa, baik lisan maupun tulisan. Siswa SD sebagai pelaksana aktivitas tindakan dan anggota
memiliki kekuatan, kesanggupan, dan keinginan peneliti lain sebagai observer aktivitas penelitian.
untuk belajar. Siswa adalah individu yang kreatif, Adapun metode yang digunakan dalam pene-
mampu menyusun, menciptakan, dan menemukan litian ini adalah metode classroom action research (Pe-
pemecahan terhadap berbagai persoalan secara aktif nelitian Tindakan Kelas). Desain intervensi tindakan/
jika diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan rancangan siklus penelitian ini menggunakan model
yang sesuai dengan kemampuannya. Dalam kegiatan Kemmis and Taggart. Adapun prosedur kerja dalam
menulis jurnal, siswa diberi kewenangan untuk ber- penelitian tindakan menurut Kemmis and Taggart
tanggung jawab terhadap apa yang mereka paparkan dalam Kusumah dan Dedi (2000: 21), pada dasarnya
dan mendapat dukungan penuh dalam mengembang- merupakan suatu siklus yang meliputi tahap-tahap:
kan dan memenuhi tujuan pembelajaran. Dengan (a) perencanaan (plan), (b) tindakan (act), (c) observasi
demikian, kemampuan menulis kreatif siswa semakin (observe), dan (d) refleksi (reflect), kemudian dilanjut-
meningkat. kan dengan perencanaan ulang (replanning), tindakan,
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis observasi, dan refleksi untuk siklus berikutnya, begitu
yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Dengan seterusnya membentuk suatu spiral.
menerapkan kegiatan menulis jurnal dengan pendeka- Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas
tan whole language maka kemampuan menulis kreatif VI SDN Pondok Kelapa 05 Pagi Duren Sawit Jakarta
siswa SDN Pondok Kelapa 05 Pagi Duren Sawit Jakarta Timur yang sedang mengikuti mata pelajaran Bahasa
Timur akan meningkat. Indonesia, berjumlah 55 orang. Peran peneliti dalam

Perspektif Ilmu Pendidikan - Vol. 28 No. 1 April 2014 11


Meningkatkan Kemampuan Menulis ...

penelitian tindakan ini adalah sebagai pemimpin ing data tentang pemantauan tindakan adalah nontes,
perencanaan (planner leader). Sebagai pemimpin yakni dengan menggunakan pengamatan (observasi).
perencanaan tindakan dalam penelitian ini, maka Sebagaimana telah dikemukakan bahwa pengamatan
pada prapenelitian, peneliti melakukan pengamatan dilakukan oleh kolaborator. Pengamatan dilakukan se-
terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa cara langsung dengan dibantu menggunakan kamera
SDN Pondok Kelapa 05 Pagi Duren Sawit Jakarta dan handycam.
Timur, kemudian membuat perencanaan tindakan Teknik pengumpulan data yang digunakan
yang didiskusikan dengan guru dan anggota peneliti untuk menjaring data penelitian (research) adalah tes
lain sebagai kolaborator. keterampilan menulis. Tes digunakan untuk menjaring
Setelah tindakan menulis jurnal menggunakan data tentang kemampuan menulis kreatif siswa.
pendekatan whole language diharapkan agar kemam- Untuk menguji keabsahan data dilakukan den-
puan menulis kreatif meningkat dan tidak mengala- gan triangulasi. Triangulasi dilakukan dengan sumber,
mi kesulitan. Siswa menulis dengan memanfaatkan yaitu membandingkan apa yang dilakukan informan
lingkungan sekitar sebagai objek tulisannya. Kemam- dengan pendapat orang lain.
puan menulis kreatif yang diharapkan setelah selesai Analisis data penelitian dilakukan dengan
tahapan penelitian adalah rerata nilai siswa secara menggunakan analisis sebagaimana dikemukakan
keseluruhan adalah 7,0, sesuai dengan KKM (Kriteria Miles dan Huberman, yakni melalui tahapan: (1) re-
Ketuntasan Minimal) yang ditentukan sekolah, dengan duksi data, (2) display data, serta (3) kesimpulan, veri-
persentase jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 7,0 fikasi, dan refleksi. Pada tahap reduksi data, data-data
adalah minimal 70%. Hasil intervensi tindakan yang yang telah terkumpul dideskripsikan, dipilah-pilah
diharapkan dari hasil pengamatan tentang pelaksa- berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, menyeleksi
naan tindakan perbaikan yang dilakukan baik dari sisi data yang relevan dan data yang tidak relevan.
siswa maupun guru adalah dengan rerata minimal 3,0
dengan nilai tertinggi 4,0. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data dibedakan dalam dua jenis, yaitu (1) data Siklus 1
pemantauan tindakan (action), dan (2) data peneli- Pada siklus I dilaksanakan sebanyak dua per-
tian (research). Data pemantauan tindakan (action) temuan. Pertemuan pertama pada hari Rabu, 5 No-
merupakan data yang digunakan untuk mengontrol vember 2008 dan pertemuan kedua pada hari Jum’at,
kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana. Se- 8 November 2008. Pada siklus ini, peneliti telah melak-
mentara data penelitian (research) adalah data tentang sanan rancangan pembelajaran dengan menerapkan
variabel penelitian, yakni kemampuan menulis kreatif pendekatan whole language melalui kegiatan menulis
siswa SD Kelas VI. Data yang terkumpul digunakan jurnal. Adapun proses yang dilakukan guru adalah
untuk keperluan analisis data penelitian sehingga di- pada kegiatan pagi sebelum siswa memulai pembela-
peroleh gambaran peningkatan kemampuan menulis jaran inti, setiap siswa mengikuti kegiatan pagi. Pada
dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. kegiatan pagi tersebut siswa diminta menulis jurnal
Adapun sumber data pemantau tindakan ada- dengan topik yang telah ditentukan guru. Setelah
lah pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Indone- menulis jurnal, setiap siswa mempresentasikan hasil
sia pada siswa SD. Sementara sumber data penelitian tulisannya di hadapan teman-temannya. Siswa yang
adalah siswa kelas VI SDN Pondok Kelapa 05 Pagi lain diminta menanyakan tenatang isi artikel yang
Duren Sawit Jakarta Timur yang sedang menempuh telah dibuat siswa. Berdasarkan catatan observasi pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia. waktu kegiatan pembelajaran dan dengan memeriksa
Instrumen yang digunakan untuk pemantauan hasil tulisan siswa, tim peneliti melakukan diskusi dan
tindakan pada dasarnya adalah instrumen yang di- evaluasi. Diskusi dan evaluasi mengenai pelaksanaan
gunakan untuk pengamatan tentang tindakan yang pembelajaran dan hasil menulis kreatif pada siklus I
dilakukan dalam penelitian ini. Instrumen ini berben- bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan
tuk lembar observasi dan catatan lapangan. Sementara menulis kreatif siswa.
instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan Adapun perolehan nilai menulis kreatif pada
data penelitian merupakan instrumen berbentuk tes siklus I dalam tabel 1.
menulis jurnal.
Adapun teknik yang digunakan dalam menjar- Tabel 1. Nilai Siswa Menulis Kreatif Siklus I

No. Nilai Banyaknya siswa Persentase


1. < 7,0 40 72,73%

12 Perspektif Ilmu Pendidikan - Vol. 28 No.1 April 2014


Meningkatkan Kemampuan Menulis ...

secara aktif dalam pembelajaran bermakna; siswa


No. Nilai Banyaknya siswa Persentase
2. ≥ 7,0 15 27,27%
berani mengambil resiko dan bebas bereksperimen;
Jumlah 55 100,00%
dan siswa mendapat balikan positif baik dari guru
maupun temannya.
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa nilai Kegiatan pembelajaran pada pertemuan per-
siswa dalam menulis kreatif masih rendah, yakni siswa tama siklus II baru menghasilkan penulisan pokok-
yang memperoleh nilai ≥ 7,0 baru mencapai 15 orang pokok pikiran berdasarkan pengamatan terhadap
atau 27,27% dari seluruh siswa. Berdasarkan perolehan situasi lingkungan sekolah. Pertemuan kedua kegiatan
nilai pada siklus I, maka dapat ditarik kesimpulan siswa adalah mengembangkan pokok-pokok pikiran
bahwa: (1) kemampuan siswa dalam menulis kreatif menjadi kerangka karangan dan selanjutnya dikem-
masih rendah; (2) struktur kalimat, pilihan kata, dan bangkan menjadi sebuah karangan yang utuh.
susunan paragraf dalam mengungkapkan ide dan ga- Pada tahap pengamatan, Tim peneliti men-
gasan sesuai dengan tema karangan masih bernuansa gamati proses pembelajaran menulis kreatif menggu-
seragam; serta (3) penggunaan huruf besar/kecil, dan nakan pendekatan whole language. Media yang digu-
kesalahan tanda baca masih banyak. Dengan demiki- nakan adalah seluruh media yang ada di lingkungan
an, maka penelitian tindakan kelas perlu dilanjutkan sekolah, karena tema yang diambil adalah ‘lingkungan
ke siklus berikutnya sampai memenuhi target yang sekolahku’. Kolaborator mengamati tindakan guru
diharapkan. dalam menyampaikan pelajaran, aktivitas siswa dalam
Siklus II melakukan diskusi, dan proses menulis kreatif, peng-
Perencanaan tindakan pada siklus II dalam pe- gunaan media, dan mengamati hasil tulisan siswa.
nelitian ini disusun berdasarkan masalah yang hendak Berdasarkan catatan observasi pada waktu
dipecahkan, yaitu upaya meningkatkan kemampuan kegiatan pembelajaran dan dengan memeriksa hasil
menulis kreatif pada siswa kelas VI SDN Pondok Ke- tulisan siswa, tim peneliti melakukan diskusi dan
lapa 05 Pagi Duren Sawit Jakarta Timur. evaluasi. Diskusi dan evaluasi mengenai pelaksanaan
Pada tahap ini, peneliti merancang tentang pembelajaran dan hasil menulis kreatif pada siklus II
waktu penelitian, rencana pembelajaran, skenario tin- bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan
dakan, strategi pembelajaran, metode mengajar, dan menulis kreatif siswa.
media pembelajaran. Di samping itu juga menyiapkan Adapun perolehan nilai menulis kreatif pada
instrumen untuk pengamatan guru dan instrumen siklus II dalam tabel 2.
penilaian menulis kreatif siswa. Rencana tindakan
Tabel 2. Nilai Siswa Menulis Kreatif Siklus II
pada siklus II adalah pembelajaran menulis kreatif
menggunakan pendekatan whole language dengan tema Banyaknya
No. Nilai Persentase
karangan tentang ‘lingkungan sekolahku’. siswa
Siklus II dilaksanakan sebanyak dua pertemuan. 1. < 7,0 27 49,09%

Pertemuan pertama pada hari Rabu, 19 November 2008 2. ≥ 7,0 28 50,91%

dan pertemuan kedua pada hari Jum’at, 21 November Jumlah 55 100,00%

2008. Pada tahap ini, Tim peneliti melaksanakan tin- Berdasarkan tabel dan diagram di atas, terli-
dakan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah hat bahwa nilai siswa dalam menulis kreatif masih
yang tertera dalam skenario rencana tindakan. Pem- di bawah target yang ditetapkan, yakni siswa yang
belajaran pada siklus II dilakukan sebanyak dua kali memperoleh nilai ≥ 7,0 baru 28 orang atau 50,91%.
pertemuan, setiap pertemuan membutuhkan waktu Berdasarkan perolehan nilai pada siklus II, maka
selama dua jam pelajaran yaitu 2 x 35 menit. dapat ditarik kesimpulan bahwa: (1) kemampuan
Tema pembelajaran pada siklus II adalah ten- siswa dalam menulis kreatif masih di bawah target
tang ‘lingkungan sekolahku’, tindakan yang dilakukan yang direncanakan; (2) struktur kalimat, pilihan kata,
guru adalah dengan menerapkan pendekatan whole dan susunan paragraf dalam mengungkapkan ide dan
language dalam pembelajaran mengarang dengan gagasan sesuai dengan tema karangan masih belum
tahap-tahap: mengamati lingkungan sekolah; siswa kreatif; serta (3) penggunaan huruf besar/kecil, dan
belajar melalui model lingkungan sekolah; siswa kesalahan tanda baca masih ada. Dengan demikian,
diajak ke luar kelas, mengamati dan mencatat semua maka penelitian tindakan kelas perlu dilanjutkan
hal yang menarik perhatiannya sesuai dengan tingkat ke siklus berikutnya sampai memenuhi target yang
kemampuannya; siswa berbagi tanggung jawab dalam diharapkan.
pembelajaran melalui belajar kooperatif; siswa terlibat

Perspektif Ilmu Pendidikan - Vol. 28 No. 1 April 2014 13


Meningkatkan Kemampuan Menulis ...

Siklus III karena tema yang diambil adalah ‘warung sekolahku’.


Perencanaan tindakan pada siklus III dalam pe- Kolaborator mengamati tindakan guru dalam men-
nelitian ini disusun berdasarkan masalah yang hendak yampaikan pelajaran, aktivitas siswa dalam melaku-
dipecahkan, yaitu upaya meningkatkan kemampuan kan diskusi, dan proses menulis kreatif, penggunaan
menulis kreatif pada siswa kelas VI SDN Pondok Ke- media, dan mengamati hasil tulisan siswa.
lapa 05 Pagi Duren Sawit Jakarta Timur. Berdasarkan catatan observasi pada waktu
Pada tahap ini, peneliti merancang tentang kegiatan pembelajaran dan dengan memeriksa hasil
waktu penelitian, rencana pembelajaran, skenario tulisan siswa, tim peneliti melakukan diskusi dan
tindakan, strategi pembelajaran, metode pembelaja- evaluasi. Diskusi dan evaluasi mengenai pelaksanaan
ran, dan media pembelajaran. Di samping itu juga pembelajaran dan hasil menulis kreatif pada siklus III
menyiapkan instrumen untuk pengamatan guru dan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan
instrumen penilaian menulis kreatif siswa. Rencana menulis kreatif siswa.
tindakan pada siklus III masih pembelajaran menu- Adapun perolehan nilai menulis kreatif pada
lis kreatif menggunakan pendekatan whole language siklus III dalam tabel 3.
dengan tema karangan tentang ‘warung sekolahku’.
Tabel 3. Nilai Siswa Menulis Kreatif Siklus III
Siklus III dilaksanakan sebanyak dua per-
temuan. Pertemuan pertama pada hari Rabu, 26 No. Nilai Banyaknya siswa Persentase
November 2008 dan pertemuan kedua pada hari 1. < 7,0 15 27,30%

Jum’at, 28 November 2008. Pada tahap ini tim peneliti 2. ≥ 7,0 40 72,70%

melaksanakan tindakan pembelajaran sesuai dengan Jumlah 55 100,00%

langkah-langkah yang tertera dalam skenario rencana


tindakan. Pembelajaran pada siklus III juga dilaku- Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa nilai
kan sebanyak dua kali pertemuan, setiap pertemuan siswa dalam menulis kreatif sudah melampaui target
membutuhkan waktu selama dua jam pelajaran yaitu yang telah ditetapkan, yakni banyaknya siswa yang
2 x 35 menit. memperoleh nilai ≥ 7,0 sudah mencapai 40 orang atau
Tema pembelajaran pada siklus II adalah ten- sudah mencapai 72,70% dari target 70,00%.
tang ‘warung sekolahku’, tindakan yang dilakukan Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa nilai
guru adalah dengan menerapkan pendekatan whole siswa dalam menulis kreatif sudah melampaui target
language dalam pembelajaran mengarang dengan yang ditetapkan, yakni siswa yang memperoleh nilai
tahap-tahap: mengamati warung sekolah, siswa ≥ 7,0 sudah mencapai 72,70%. Berdasarkan perolehan
belajar melalui model warung sekolah, siswa diajak nilai pada siklus III, maka dapat ditarik kesimpulan
ke luar kelas, mengamati dan mencatat semua hal bahwa: (1) kemampuan siswa dalam menulis kreatif
yang menarik perhatiannya sesuai dengan tingkat sudah sesuai target yang direncanakan; (2) struktur
kemampuannya, misalnya apa saja yang dijual di kalimat, pilihan kata, dan susunan paragraf dalam
warung sekolah, berapa harga untuk masing-masing mengungkapkan ide dan gagasan sesuai dengan tema
barang, siapa yang mengelola kantin, siswa berbagi karangan sudah kreatif; serta (3) penggunaan huruf
tanggung jawab dalam pembelajaran melalui belajar besar/kecil, dan kesalahan tanda baca sudah dapat
kooperatif, siswa terlibat secara aktif dalam pembela- diatasi. Dengan demikian, maka penelitian tindakan
jaran bermakna, siswa berani mengambil resiko dan kelas tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya
bebas bereksperimen, serta siswa mendapat balikan karena sudah memenuhi target yang diharapkan.
positif baik dari guru maupun temannya. Apabila dilihat kenaikan penilaian dari siklus
Kegiatan pembelajaran pada pertemuan per- I sampai siklus III, maka akan terlihat seperti pada
tama siklus III baru menghasilkan penulisan pokok- tabel 4 berikut ini.
pokok pikiran berdasarkan pengamatan terhadap Tabel 4. Perolehan Nilai Menulis Kreatif Persiklus
situasi lingkungan sekolah. Pertemuan kedua kegiatan
No. Nilai Siklus ke- Persentase
siswa adalah mengembangkan pokok-pokok pikiran
1. ≥ 7,0 I 27,27%
menjadi kerangka karangan dan selanjutnya dikem-
2. ≥ 7,0 II 50,91%
bangkan menjadi sebuah karangan yang utuh.
3. ≥ 7,0 III 72,70%
Pada tahap pengamatan, tim peneliti mengama-
ti proses pembelajaran menulis kreatif menggunakan Pada tabel di atas, terlihat bahwa persentase
pendekatan whole language. Media yang digunakan kenaikan nilai menulis kreatif dari siklus I ke siklus II
adalah seluruh media yang ada di warung sekolah, mencapai 23,64%. Adapun persentase kenaikan dari

14 Perspektif Ilmu Pendidikan - Vol. 28 No.1 April 2014


Meningkatkan Kemampuan Menulis ...

siklus II ke siklus III mencapai 21,79%. dapat meningkatkan kemampuan menulis kreatif
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa ke- siswa dari siklus ke siklus. Tindakan dilakukan dalam
mampuan siswa dalam menulis kreatif setiap siklus- tiga siklus karena untuk meningkatkan keterampilan
nya terjadi peningkatan. Peningkatan kemampuan menulis tidak bisa dalam waktu yang singkat. Artinya
menulis kreatif terjadi karena melalui pendekatan sebagai sebuah keterampilan menulis kreatif memerlu-
whole language, siswa melakukan pengamatan, siswa kan latihan yang kontekstual dan kontinu. Persentase
belajar melalui model yang ada di sekitar kelas, sekitar kenaikan nilai menulis kreatif dari siklus I ke siklus II
lingkungan sekolah, dan warung sekolah. Siswa juga mencapai 23,64%. Adapun persentase kenaikan dari
tidak selalu belajar di dalam kelas, pada siklus II, siklus II ke siklus III mencapai 21,79%.
siswa diajak ke luar kelas, mengamati dan mencatat Apabila ditinjau dari rerata nilai kemampuan
semua hal yang menarik perhatiannya sesuai dengan menulis kreatif, pada siklus I mencapai 6,1; rerata
tingkat kemampuannya, misalnya apa saja yang ada siklus II mencapai 6,9; dan siklus III mencapai 7,5.
di lingkungan sekolah, apa saja yang ada di warung Hasil ini menandakan bahwa kriteria ketuntasan min-
sekolah, berapa harga untuk masing-masing barang, imal yang ditetapkan di sekolah baik dari sisi rerata
siapa yang mengelola kantin, siswa berbagi tanggung maupun banyaknya siswa yang memperoleh skor 7,0
jawab dalam pembelajaran melalui belajar kooperatif, sebanyak minimal 70% telah tercapai. Ketercapaian
siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran bermak- peningkatan skor menulis kreatif tersebut karena
na, siswa berani mengambil resiko dan bebas berek- guru melaksanakan pembelajaran menggunakan
sperimen, dan yang paling penting, siswa mendapat pendekatan whole language. Pendekatan whole language
balikan positif baik dari guru maupun temannya, menyebabkan siswa belajar bahasa dari keseluruhan
sehingga akan memperkaya proses kreativitas siswa ke bagian-bagian, belajar dimulai dari hal-hal yang
dalam menulis. konkret ke abstrak, sehingga berdampak pada kekua-
Pembahasan tan dari dalam yang memotivasi siswa untuk belajar.
Pembelajaran menulis dengan pendekatan Guru harus memperhatikan lingkungan kelas
whole language melatih siswa dalam menulis secara agar belajar bahasa melalui pendekatan whole language
alamiah dan terpadu. Dalam pelaksanaan pembelaja- dapat berhasil secara optimal, antara lain: suasana
ran menulis yang ditekankan bukan hanya pengem- belajar di sekolah seperti suasana belajar di rumah,
bangan menulisnya saja tetapi empat kemampuan lingkungan dipenuhi dengan bahasa yang ditulis
berbahasa dikembangkan secara terpadu. Dengan oleh guru dan siswa, fokus penekanan pada topik dan
mengembangkan kemampuan berbahasa yang lain, tema, pengelompokan bersifat luwes dan seringkali
akan berdampak pada kemampuan menulis siswa. dibentuk berdasarkan minat siswa, kelas mendorong
Ketika pengembangan menulis sebagai fokus, siswa terciptanya kerjasama dan kolaborasi, guru sebagai
tidak hanya dilatih menulis tetapi dapat diawali den- fasilitator, guru memberi kesempatan pada siswa
gan kegiatan membaca, menyimak, atau mengamati untuk menentukan pilihan, guru menekankan pent-
objek tertentu. Selain itu, pengembangan kemampuan ingnya mencoba dan mengambil hal-hal yang penuh
menulis dilakukan secara alamiah dan berpusat pada tantangan.
siswa. Untuk menstimulasi kemampuan menulis, Di samping itu, siswa juga dipersiapkan untuk
siswa betul-betul ditenggelamkan dalam budaya sering merencanakan kegiatan belajar mereka sendiri,
membaca dan menulis yang alamiah dan nyata sep- siswa memilih topik menurut selera mereka, siswa
erti halnya menulis jurnal. Kelas yang menerapkan sering membantu siswa lain baik dalam aktivitas
whole language kaya dengan tulisan dan bahan bacaan. membaca maupun menulis. Siswa menggunakan
Siswa dilatih untuk menulis yang lebih ditekankan bahasa untuk mempelajari tentang bahasa mereka,
pada menumbuhkan siswa senang menulis. Jadi, dan siswa didorong untuk lebih banyak berpartisipasi
dalam pembelajaran menulis dengan pendekatan dalam kegiatan diskusi.
whole language tidak langsung ditekankan pada siswa
menguasai kaidah-kaidah menulis yang benar, tetapi PENUTUP
menciptakan suasana bagaimana siswa senang dulu
menulis. Penekanan kaidah menulis ditekankan be- Kesimpulan
lakangan. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian ini
Jadi, dapat diketahui berdasarkan temuan di dapat diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran
atas, terlihat bahwa dengan menggunakan pendekatan menulis dengan menerapkan kegiatan menulis jurnal
whole language dalam pembelajaran menulis kreatif yang merupakan salah satu komponen dari pendeka-

Perspektif Ilmu Pendidikan - Vol. 28 No. 1 April 2014 15


Meningkatkan Kemampuan Menulis ...

tan whole language dapat meningkatkan kemampuan


menulis kreatif siswa kelas VI SDN Pondok Kelapa
DAFTAR PUSTAKA
No 05 Pagi Duren Sawit. Hal ini ditandai dengan
Akhadiah dkk., (1992). Pembinaan kemampuan menulis
adanya peningkatan nilai kemampuan menulis siswa
bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo,
pada setiap siklus. Pada siklus III hasil yang dicapai
Avelrod, R.B. and Charles R. Cooper., (1998). Guide to
melampaui target, yaitu sebanyak 40 orang siswa atau
writing. New York: Saint Martin’s Press.
70% siswa memperoleh nilai di atas 7,0.
Cere, Anne Roggles, (1995). Writing and learning. New
Selain itu, dalam proses pembelajaran terlihat
York: McMillan Publishing Company.
siswa menjadi lebih aktif dan antusias. Kegiatan
Karsana, A. (2002). Keterampilan menulis. Jakarta:
menulis juga menjadi kegiatan yang menyenangkan
Karunika.
dan bukan merupakan kegiatan yang sulit bagi siswa.
Pinoza, L. (2002). Komposisi bahasa Indonesia. Jakarta:
Hal ini disebabkan dengan pendekatan whole language
Diksi Insan Mulia.
pembelajaran menulis dilakukan secara kontekstual
Santosa, P. (2004). Materi dan pembelajaran bahasa Indo-
dan alami. Apa yang akan ditulis siswa berasal dari
nesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
siswa dan sesuai dengan apa yang diketahui dan
Semiawan, C & Munandar, U. (1987). Memupuk bakat
dipahami siswa.
dan kreativitas siswa sekolah menengah. Jakarta:
Saran
Gramedia Pustaka Utama.
Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian di
Sujanto. (1988). Keterampilan berbahasa membaca – menu-
atas dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
lis – berbicara untuk kuliah dasar umum bahasa
(1) untuk meningkatkan keterampilan menulis kreat-
Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
if siswa, guru dapat menerapkan pendekatan whole
Tarigan. (1985). Menulis sebagai salah satu keterampilan
language, serta (2) dalam pembelajaran menulis guru
berbahasa. Bandung: Rosda Karya.
harus lebih banyak melatih siswanya menulis melalui
latihan menulis secara kontekstual dan kontinu.

16 Perspektif Ilmu Pendidikan - Vol. 28 No.1 April 2014

Anda mungkin juga menyukai