Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

GENETIKA

PERKAWINAN MONOHIBRID PADA DROSOPIHILA

Disusun Oleh:

Alfin Nurnafiah (160210103082)

Kelas C/ kelompok 2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2017
I. JUDUL

Perkawinan Monohibrid Pada Drosopihila

II. TUJUAN
1. Mengetahui cara pengembangan Drosophila melanogaster
2. Latihan membuat persilangan monohibrid
3. Menghitung ratio fenotipe keturunan F1 dan F2
III. DASAR TEORI
Mendel merupakan orang pertama yang melakukan percobaan mengenai
perkawinana silang, dimana dinyatakan dalam hukum mendel I dimana merupakan
hukum segresi atau pemisahan alel-alel dari satu gen berpasangan. Pasangan-pasangan
alel saat pembentukan gamet akan memisah secara bebas. Monohibrid merupakan
persilangan yang melibatkan satu sifat beda (monohibrid). Persilangan monohibrid
merupakan persilangan anatara variates-variates induk yang memiliki satu sifat beda.
Pada persilangan alel yang berbeda akan dikalahkan oleh sifat dominan dan sifat yang
dikalahkan merupakan sifat resesif. Percobaan tersebut dilakukan untuk mengetahui
sifat keturunan dari induknya. Sifat keturunan dapat diamatai dengan kasat mata
mengenai ( warna, bentuk, dan ukuran) dinamakan fenotipe. Sifat dasar yang tak
nampak dan bersifat tetep merupakan genotipe ( Suryo. 2012: 7-8)
Ciri morfologi pada Drosophila melonogaster memiliki perbedaan warna
mata,badan, dan posisi sayap. Terdapat ciri morfologi saluran sttrain yaitu: strain se
dimana memiliki warna mata coklat, badan berwarna terang dan memilkiki panjang
sayap seperti pada strain normal. Strain Ro dimana warna mata merah kasar, tubuh
coklat, dan sayap telah memenuhi tubuh. Strain Vg warna mata mrah, tubuh berwarna
coklat dan sayap yang pendek. Strain Dp, dimana warna mata merah cerah, tubuh
kuning kecoklatan , sayap melengkung agak terbuka (Mas’ud, dkk. 2013: 86)
Lalat buah berkembangbiakan dengan mudah karena setiap perkawinan dapat
dihasilkan ratusan anak. Keuntungan lain dari lalat buah yaitu hanya memilki empat
pasang kromosom yang mudah dibedakan di bawah mikroskop cahaya. Terdapat tiga
pasang autosom dan sepasang kromosom seks. Pada lalat betina memiliki pasangan
kromosom homolog X, dan pada lalat jantan terdapat satu kromosom homolog X dan
satu kromosom Y (Campbell. 2008: 311).
Drosophila melanogaster telah banyak diteliti sehingga informasi mengenai
keadaan genetik, perkembangan, perilaku, fisiologi, maupun ekologinya sangat mudah
didapatkan. Selain itu melanogaster memiliki bermacam-macam strain mutan selain
wild type, misalnya mutan white (warna mata putih) dan ebony (warna tubuh hitam)
yang mudah diidentifikasi. D. melanogaster juga cepat berkembang biak, mudah
dipelihara dalam media kultur yang sederhana, dan menghasilkan banyak keturunan
dalam sekali bereproduksi sehingga sangat cocok dijadikan organisme untuk kajian
genetik. Sebagaimana makhluk hidup lain, ekspresi sifat pada D. melanogaster selain
ditentukan oleh faktor genotip juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Sukmawati,
2016: 815).
Karakteristik strain se (sepia) ditunjukkan pada bentuk tubuh sama dengan
Drosophilla melanogaster tipe normal, memiliki perbedaan pada mata facet berwaran
coklat tua. Perbedaan warna mata disebabkan kelain kromosom nomor 3, lokus 26.0.
strain pm (plum) dicirikan bentuk tubuh sama dengan Drosophilla melanogaster tipe
normal, warmata facet berwarna ungu tua. Kelainan tersebut dikarenakan mutasi
kromosoan nomor 2, lokus 54,5 (Husnul, dkk. 2017: 56).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada siklus hidup


lalat buah (Drosophila melanogaster) antara lain suhu, ketersediaan nutrisi, kepadatan
populasi dalam botol dan intensitas cahaya. Drosophila melanogaster mengalami siklus
selama 8-11 hari dalam kondisi ideal. Kondisi ideal yang dimaksud adalah suhu sekitar
25-28°C. Pada suhu ini lalat akan mengalami satu putaran siklus secara optimal.
Sedangkan pada suhu rendah atau sekitar 18 0C, waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan siklus hidupnya relatif lebih lama dan lambat yaitu sekitar 18-20 hari.
Pada suhu 30°C, lalat dewasa yang tumbuh akan steril. Lalat buah lebih menyukai cahaya
remang-remang dan akan mengalami pertumbuhan yang lambat selama berada di tempat
yang gelap. Banyak mutan-mutan lalat buah (Drosophila melanogaster) yang dapat
diamati dengan mata biasa, dalam artian tidak memerlukan alat khusus. Lalat buah
(Drosophila melanogaster) tipe liar mempunyai mata merah, tipe sepia mempunyai mata
coklat tua dan tipe ebony mempunyai tubuh berwarna hitam mengkilap (Oktary,
2015:339-340).
Ciri morfologi pada Drosophila melonogaster memiliki perbedaan warna
mata,badan, dan posisi sayap. Terdapat ciri morfologi saluran sttrain yaitu: strain se
dimana memiliki warna mata coklat, badan berwarna terang dan memilkiki panjang
sayap seperti pada strain normal. Strain Ro dimana warna mata merah kasar, tubuh
coklat, dan sayap telah memenuhi tubuh. Strain Vg warna mata mrah, tubuh berwarna
coklat dan sayap yang pendek. Strain Dp, dimana warna mata merah cerah, tubuh
kuning kecoklatan , sayap melengkung agak terbuka (Mas’ud, dkk. 2013: 86)
Drosophilla melanogaster tipe normal dicirikan dengan mata merah, mata
majemuk berbentuk bulat agak ellips dan mata tunggal (oceli) pada bagian atas
kepalanya dengan ukuran relatif lebih kecil dibanding mata majemuk warna tubuh
kuning kecokelatan dengan cincin berwarna hitam di tubuh bagian belakang. Ukuran
tubuh Drosophilla melanogaster berkisar antara 3-5 mm. Sayap Drosophilla
melanogaster cukup panjang dan transparan. Posisi sayapnya bermula dari thorak, vena
tepi sayap (costal vein) memiliki dua bagian yang terinterupsi dekat dengan tubuhnya.
aristanya pada umumnya berbentuk rambut dan memiliki 7-12 percabangan. Crossvein
posterior umumnya berbentuk lurus, tidak melengkung. Thoraknya memiliki bristle,
baik panjang dan pendek, sedangkan abdomen bersegmen lima dan bergaris hitam
(Hotimah et al: 2017).

IV. METODE PENGAMATAN

4.1 Alat Dan Bahan

4.1.1 Alat :

1. Botol selai
2. Kuas kecil
3. Sumbat busa
4. Selang besar dan kecil
5. Kasa
6. Kertas pupasi

4.1.2 Bahan:

1. Pisang
2. Lalat buah dari berbagai umur
3. Pernipan
4. Tape
5. Gula merah
3.1 PROSEDUR KERJA
a. Cara membuat medium

Mencampur semua bahan yang telah disiapkan dengan ditambah air


kemdian blender sampai benar-benar halus

Memasak hingga mendidih dan sedikit kental

Memasukkan medium dalam botol kultur, setelah medium dalam


keadaan hangat taburi dengan 7 butirpernipan

Menunggu hingga dngin dan memasukkan kertas pupasi

Menutup dengan sumbat spons

b. Cara Inokulasi

Menyiapkan selang kecil yang ujungnya sudah ditutupi dengan kasa

Memasukkan ke dalam selang besar

Menggabungkan selang tadi kemudian memasukkan dalam botol yang


di dalamnya sudah ada lalatbuah
Menyedot lalat dengan menggunkan selang tadi hingga lalat masuk ke
dlam selang besar

Menutup ujung selang besar dan memindahkan lalat ke botol kultur

C. Cara persilangan

Mengambil 2 botol lalat buah kultur bertipe ebony


6.

7.
Memasukkan 2 ekor lalat buah normal jantan dan 2 lalat buah ebony
pada medium yang sudah ada kertas pupasi dan penutupnya dengan
spons

Beri keterangan tentang macam persilangan dan tanggal


8.perislangannya

Menyimpan botol kultur pada tempat yang telah ditentukan dan pada
9.hari ke 7 pindahkan semua parental dan mencatat kapan lalat
pertama muncul

Pada hari kesepuluh membius lalat dan hitung jumlh lalat jantan yang
muncul dan membedakan jenis kelamin lalat juga hitung jumlahnya

Membut daftar data seperti yang ada di modul

CI. HASIL PENGAMATAN

Kel. Jenis Jumlah Fenotipe ∑ F 1 Keterangan


Kelamin
1 Jantan 2 Normal - 2 lalat ebony dan 1
Betina Ebony lalat normal mati pada
2
hari keenam
2 Jantan Normal Lalat jantan mati
Betina Ebony semua hari keempat,
4 hari kelima 1 lalat
-
2 betina ebony mati.
Hari keenam 2 lalat
ebony mati
3 Jantan Normal 2 lalat betina ebony
Betina 2 Ebony 12 mati pada hari kelima,
2 2 1 lalat jantan normal
mati
4 Jantan 2 Normal 1 lalat betina ebony
Betina 2 Ebony - dan 1 lalat jantan
normal mati
5 Jantan 2 Normal Hari ketiga, 1 lalat
-
Betina 2 Ebony betina ebony mati.
6 Jantan 4 Normal 1 lalat jantan normal
-
Betina 2 Ebony mati pada hari kelima

VII. PEMBAHASAN
Dalam praktikum kali ini merupakan praktikum menganai perkawinan
monohibrid pada Drosophila dimana tujuan dari parktikum kali ini yaitu untuk
mengetahui cara mengembangbiakkan Droosophila melanogaster, latihan dalam
membuat persilangan monohibrid dan menghitung rasio fenotip keturunan F1 dan
F2.Tahap awal dilakukan proses pembuatan medium, dalam pembuatan medium
diperlukan beberapa alat, bahan, dan prosedur kerja sebagai berikut, Pisau digunakan
untuk memotong-motong bahan yang akan dihaluskan seperti pisang, gula merah, dan
tape, selanjutnya gunakan blender untuk menghaluskan bahan untuk medium yang
sudah dipotong-potong sebelumnya, panci untuk memasak bahan yang sudah
dihaluskan, pengaduk digunakan untuk mengaduk adonan medium saat dimasak
sehingga jangan sampai medium lengket atau gosong, kompor untuk memasak.
Selanjutnya jika adonan medium tersebut sudah masak maka angkat dan dinginkan
terlebih dakulu. Jika kondisi medium sudah hangat makan masukkan pada botol slai
bekas dan nantinya setiap medium tersebut ditaburi pernipan sebanyak 7 butir.
Selanjutnya letakkan kertas pupasi pada medium tersebut. jika sudah siap maka tutup
permukaan botol dengan spons.
Dalam praktikum ini dibutuhkan suatu medium untuk tempat pertumbuhan dan
perkembangbiakan dari Droosophila melanogaster. Dalam pembuatan medium
diperlukan beberapa bahan, diantara pisang merah, gula merah, tape, pernipan, dan gula
merah. Pisang merupakan salah satu buah yang memilki bau yang harum dan khas,
sehingga pisang ini berufungsi untuk menarik perhatian dari lalat buah itu sendiri, serta
kandungan gizi dan vitaminnya yang sangat baik sebagai nutrisi Drohosophila. Gula
merah merupakan sumber rasa manis pada medium, sedangkan penggunaan tape
singkong berfungsi sebagai sumber karbohidrat dari lalat buah. Kandungan karbohidrat
dan air pada medium digunakan lalat buah untuk sumber energi terhadap aktivitas lalat
buah itu sendiri. Sementara penggunaan pernipan berfungsi untuk menghambat
pertumbuhan mikroorganisme (jamur).
Dalam pengamatan perkembangbiakan lalat buah dibutuhkan kertas pupasi yang
dimana fungsinya sebagai tempat melekatnya pupa sehingga akan mempermudah
dalam pengamatan saat fase tersebut. Selain kertas pupasi penggunakan alat dalam
pembuatan medium yaitu botol perlu dilakukan teknik aseptik agar keadaan botol
tersebut tetep steril saat digunakan sebagai tempat medium/rumah lalat buah. Sterilisasi
dilakukan dengan cara memanaskan botol selai sampai mendidih, proses perebusan
tersebut diharapkan akan membunuh kuman/bakteri yang menempel pada dinding-
dinding botol.
Setelah membuat medium bagi lalat buah selanjutnya dilakukan inokulasi pada
lalat buah dimana siapkan lalat jantan dan betina selanjutnya masukkan pada botol yang
sudah berisi medium tersebut. pemindahan lalat buah dilakukan dengan menyedot lalat
buah menggunakan selang besar yang digabungkan dengan selang kecil yang dikaitkan
dengan kasa. Jika lalat sudah tertangkap maka tinggal masukkan lalat pada botol
medium. Selanjutnya biarkan lalat tersebut tumbuh dan berkembang. Untuk melakukan
persilangan sangatlah mudah dimana dengan memasukkan kedua lalat jantan normal
dan betina ebony pada botol kultur dan selanjutnya mengamati pertumbuhan dan
perkembangbiakan hingga mendapatkan keturunan.
Mendel merupakan orang pertama yang melakukan percobaan mengenai
perkawinan silang, dimana dinyatakan dalam hukum mendel I dimana merupakan
hukum segresi atau pemisahan alel-alel dari satu gen berpasangan. Pasangan-pasangan
alel saat pembentukan gamet akan memisah secara bebas. Monohibrid merupakan
persilangan yang melibatkan satu sifat beda (monohibrid). Persilangan monohibrid
merupakan persilangan anatara variates-variates induk yang memiliki satu sifat beda.
Pada persilangan alel yang berbeda akan dikalahkan oleh sifat dominan dan sifat yang
dikalahkan merupakan sifat resesif. Percobaan tersebut dilakukan untuk mengetahui
sifat keturunan dari induknya. Sifat keturunan dapat diamatai dengan kasat mata
mengenai ( warna, bentuk, dan ukuran) dinamakan fenotipe. Sifat dasar yang tak
nampak dan bersifat tetep merupakan.
Pada percobaan yang dilakukan menggunakan lalat buah Drosophila
melanogaster. Dalam penggunaannya disebabkan oleh beberapa pertimbangan,
diantaranya lalat buah memiliki beberapa keunggulan,sesuai dasar teori yang ada
(Campbell. 2008) lalat buah berkembangbiak dengan mudah karena setiap perkawinan
dapat dihasilkan ratusan anak. Keuntungan lain dari lalat buah yaitu hanya memilki
empat pasang kromosom yang mudah dibedakan di bawah mikroskop cahaya. Terdapat
tiga pasang autosom dan sepasang kromosom seks. Pada lalat betina memiliki pasangan
kromosom homolog X, dan pada lalat jantan terdapat satu kromosom homolog X dan
satu kromosom Y.
Dilihat dari pemeliharaannya, D. Melanogaster sangatlah mudah untuk
dipelihara, murah biaya perawatannya, tidak membutuhkan banyak tempat. Dilihat dari
struktur tubuhnya yang memiliki ukuran kasat mata, tidak berbahaya. Lalat buah juga
memiliki siklus hidup yang pendek 10-15 hari, variatif karena mudah sekali dibedakan
antara warna mata, bentuk bilu, warna tubuh dan bentuk sayap. Pada lalat buah banyak
terdapat banyak mutan, dan selain itu pada lalat jantan tidak terjadi proses pindah silang
sedangkan pada beberapa tumbuhan pindah silang dapat terjadi pada kedua parental.

Lalat buah banyak memiliki mutan sehingga dalam praktium menggunakan lalat
buah, dimana menggunakan mutan lalat eboni. Menurut dasar teori (Sukmawati, 2016)
D. melanogaster memiliki bermacam-macam strain mutan selain wild type, misalnya
mutan white (warna mata putih) dan ebony (warna tubuh hitam) yang mudah
diidentifikasi. Sebagaimana makhluk hidup lain, ekspresi sifat pada D. melanogaster
selain ditentukan oleh faktor genotip juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Selain
itu dalam persilangan monohibrid digunakan pula lalat betina yang perawan hal itu
dikarenakan lalat betina dapat menyimpan sperma dalam spermatecha dalam waktu
yang lama. untukitu maka perlu dilakukan isolasi virgin terlebih dahulu sehingga lalat
betina dapat menyimpan sperma yang kita inginkan.
Lalat buah memiliki perbedaan yang mencolok jika dibandingkan dengan lalat
mutan. Berdasarkan teori yang ada lalat normal memiliki ciri-ciri sebagai berikut,
Drosophilla melanogaster tipe normal dicirikan dengan mata merah, mata majemuk
berbentuk bulat agak ellips dan mata tunggal (oceli) pada bagian atas kepalanya dengan
ukuran relatif lebih kecil dibanding mata majemuk warna tubuh kuning kecokelatan
dengan cincin berwarna hitam di tubuh bagian belakang. Ukuran tubuh Drosophilla
melanogaster berkisar antara 3-5 mm. Sayap Drosophilla melanogaster cukup panjang
dan transparan. Posisi sayapnya bermula dari thorak, vena tepi sayap (costal vein)
memiliki dua bagian yang terinterupsi dekat dengan tubuhnya. aristanya pada umumnya
berbentuk rambut dan memiliki 7-12 percabangan. Crossvein posterior umumnya
berbentuk lurus, tidak melengkung. Thoraknya memiliki bristle, baik panjang dan
pendek, sedangkan abdomen bersegmen lima dan bergaris hitam (Hotimah et al: 2017).
Sedangkan pada lalat mutan berdasarkan dasar teori yang ada (Mas’ud, dkk. 2013)
terdapat beberapa ciri-ciri lalat buah berdasarkan jenis mutan yaitu adanya perbedaan
warna mata,badan, dan posisi sayap. Terdapat ciri morfologi saluran sttrain yaitu:
strain se dimana memiliki warna mata coklat, badan berwarna terang dan memilkiki
panjang sayap seperti pada strain normal. Strain Ro dimana warna mata merah kasar,
tubuh coklat, dan sayap telah memenuhi tubuh. Strain Vg warna mata mrah, tubuh
berwarna coklat dan sayap yang pendek. Strain Dp, dimana warna mata merah cerah,
tubuh kuning kecoklatan , sayap melengkung agak terbuka.
Dalam praktikum dilakukan persilangan monohibrid yaitu persilangan yang
menggunakan 1 sifat beda yang menggunakan lalat mutan jenis eboni. Dalam hasil
praktikum yang sudah dilakukan mendapatan hasil diantarnya pada kelompok 1
persilangan menggunakan 2 lalat jantan normal dan 2 lalat betina ebony dimana
selanjutnya lalat mati dan tidak mendapatkan keturunan. Pada kelompok 2
menggunakan 4 lalat jantan normal dan 2 lalat betina eboni dimana tidak didapatkan
keturunan dan semua lalat mati. Pada kelompok 3 dignakan lalat 2 lalat jantan normal
dan 2 lalat betina eboni dimana menghasilkan keturunan 12 lalat normal dan 2 lalat
eboni. Pada kelompok 4 menggunakan 2 lalat jantan normal dan 2 lalat betina eboni
yang dimana tidak menghasilkan keturunan dan salah satu dari masing-masing lalat
tersebut mati. Pada kelompok 5 menggunakan 2 lalat jantan normal dan 2 lalat betina
eboni dimana tidak didapatkan keturunan. Pada pengamatan yang dilakukan kelompok
6 menggunakan 4 lalat jantan normal dan 2 lalat betina eboni yang tidak menghasilkan
keturunan pula.
Berdasarkan hasil dari percobaaan yang dilakukan ke enam kelompok terlihat
bahwa yang menghasilkan keturunan hanya pada kelompok 3. Percobaan monohibrid
erat kaitannya dengan hukum mendel 1 atau hukum segregasi. Berdasarkan teori yang
ada bahwa persilangan dapat dikatakan kedalam dominansi sempurna dengan
perbandingan fenotip 3 : 1. Hasil yang diperoleh dari percobaan memiliki perbedaan
dengan analisis dari hukum Mendel, dimana didapatkan perbandingan 6:1. Pada
persilangan monohibrid, prinsip segregasi secara bebas dapat dibuktikan dengan
mengawinkan suatu jenis organisme dengan mengamati satu tanda beda pada
organisme tersebut. Persilangan antara generasi F1 dengan F2 akan mengasilkan alel
dominan dengan rasio 3:1.
Dalam genetika, chi-square (chi kuadrat) sering kali digunakan untuk menguji
apakah data yang diperoleh dari suatu percobaan itu sesuai dengan ratio yang
diharapkan atau tidak. Pada suatu percobaan yang telah dilakukan terlihat bahwa data
yang tidak sesuai dengan yang diharapkan (secara teoritis) . Hampir selalu menjadi
penyimpangan. Penyimpangan yang kecil relatif lebih dapat diterima pada
penyimpangan yang besar. Selain itu, apabila penyimpangan tersebut semakin sering
terjadinya dapat dikatakan semakin normal dan cenderung lebih dapat diterima
daripada penyimpangan yang jarang terjadi. Penyimpangan yang pada persilangan
dapat dievaluasi dengan menggunakan analisis X2. Rumus dari Chi square untuk

2
monohibrid dominan penuh adalah x 2=
{| A−H|−0,5 } . Hasil pengamatan dengan
H
persilangan F1 X2 (Chi square) kelompok 3

Keterangan Normal Ebony Jumlah


Jumlah yang diamati (A) 12 2 12
Jumlah yang diharapkan (H) 14 0 14
[A-H] 2 2
[A-H] – 0,5 1,5 1,5
{[A-H] – 0,5}2 2,25 2,25
{[A-H] – 0,5}2
0,16 ∞ 0,16
H
Df = 2 – 1 = 1
Hasil perhitungan telah didapatkan bahwa X2 = 0,16, diamana mendekati 0,15, maka
memiliki nilai kemungkinan 70%. Sehingga X2 hitung lebih besar dari X2 tabel dan data
percobaan dianggap baik atau bermakna.
Faktor penentuan jenis kelamin pada lalat buah dapat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan dan faktor genetik. Faktor genetik meliputi kedewasaan lalat dan kromosom
X. Pada lalat yang sudah dewasa maka akan memiliki kemampuan optimal dalam
memproduksi sel telur, sehingga besar kemungkinan didapatkan keturunan yang
banyak baik jantan maupun betina. Jika dilihat dari faktor genetik kromosom X
berpengaruh terrhadap penentuan jenis kelamin betina, namun kromosom Y tidak
memiliki pengaruh dalam penentuan jenis kelamin. Jenis kelamin jantan pada lalat buah
ditentukan oleh kromosom tubuh (autosom).

Setelah melakukan praktikum terlihat banyak sekali terjadi kegagalan, dari


kegagalan yang terjadi terdapat faktor-faktor pendukung diantaranya yaitu, saat
pemeliharaan lalat buah menggunakan medium terlihat bahwa pada medium sudah
banyak ditumbuhi oleh mikroorganisme (jamur). Seperti yang telah diketahui bahwa
medium merupakan merupakan sumber nutrisi besar bagi pertumbuhan lalat buah,
sehingga dilihat dari faktor tersebut kemungkinan besar nutrisi pada medium telah
banyak digunakan oleh jamur sehingga nutrisi yang seharusnya dibutuhkan oleh lalat
buah berkurang sehingga beberapa bahkan semua lalat buah yang ada dalam botol
tersebut mati. Faktor penyebab kegagalan selanjutnya yaitu kegagalan dalam proses
penyilangan dimana pada kelompok 3 nampak adanya keturunan namun hasil
keturunan yang didapatkan bukan merupakan keturunan yang diinginkan. Terlihat hasil
pengamatan pada kelompok 3 terdapat banyak lalat jantan normal hal tersebut
dikarenakan pada sebelumnya sudah dilakukan pengisisan lalat liar pada medium dan
selanjutnya lalat-lalat liar tersebut tumbuh dan berkembangbiak dalam medium. Setalah
itu dilakukan pelepasan lalat-lalat liar dewasa namun tidak pada larva yang sudah
tumbuh pada medium tersebut. Terlihat pula adanya jenis lalat betina ebony, hal
tersebut bukanlah keturunan yang diinginkan sebab saat proses penyilangan tidak
digunakan lalat buah perawan, sehingga kemungkinan besar lalat yang muncul
merupakan sperma yang sudah ada sebelumnya.Mengingat bahwa lalat betina
mempunyai kemampuan untuk menyimpan sperma dalam spermatecha.

VIII. KESIMPULAN
1. Dalam pengembangbiakan lalat buah terdapat beberapa hal yang harus
diperhatiakan, diantaranya medium dan kondisi dari lingkungannya. Medium
merupakan suatu media yang nutrisi yang diperlukan oleh drosophila, dimana
digunakan bahan-bahan diantaranya tape singkong, gula merah, pisang dan
pernipan untuk menghambat jamur pada botol kultur.Selain itu memerlukan
pula kondisi medium yang steril untuk menghindari kontaminasi jamur.
Perkembangbiakan lalat buah relatif singkat yaitu 5-7 hari.
2. Persilangan monohibrid dilakukan dengan menyilangkan lalat jantan dan lalat
betina dimana terdapat satu sifat beda. Persilangan monohibrid dilakukan
dengan menggunakan lalat betina perawan agar mendapatkan keturunan yang
sesuai dengan yang diinginkan.
3. Persilangan yangdilakukan pada praktikum kali ini rata-rata mendapatkan
hasil yang gagal, namun pada kelompok 3 berhasil yang mempunyai rasio F1
normal: eboni (6:1).

DAFTAR PUSTAKA
Campbell. 2008. Biologi. Jakarta: Erlangga.

Hotimah, Husnul., dkk. 2017. Deskripsi Morfologi Drodophilla melanogaster Normal


(Diptera:Drosophilidae), Strain Sepia dan Plum. Jurnal Ilmu dasar. Vol 18(1): 55-70.

Sukmawati, I. (2016). Fekunditas dan Waktu Perkembangan D melanogaster Strain Wildtype,


White, dan Ebonu Pada Lingkungan Bersuhu Tinggi dan Pemanfaatannya Sebagai
Sumber Belajar Perkuliahan Genetika. Jurnal pendidikan, 1(10), 814-821.
Suryo. 2012. Genetika. Yogyakarta: UGM press.

Oktary, A.P., M. Ridhwan dan Armi. 2015. Ekstrak Daun Kirinyuh (Eupatorium odoratum)
Dan Lalat Buah (Drosophila melanogaster). Jurnal Serambi Akademica. 3(2): 335-342.

Anda mungkin juga menyukai