Anda di halaman 1dari 4

6.

Pencegahan dan Penanggulangan Malaria


a) Pencegahan Malaria
Setidaknya ada sembilan langkah mencegah penyakit malaria oleh Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia:
1) Tidur memakai kelambu anti nyamuk
Penggunaan kelambu berinsektisida menjadi
salah satu cara efektif mencegah terjadinya
penyakit malaria. Menurut WHO (2007)
penggunaan kelambu berinsektisida di beberapa
negara di Benua Afrika telah berhasil
menurunkan angka kesakitan malaria rata-rata
50%, menurunkan angka kelahiran bayi dengan
berat badan kurang rata-rata 23%, menurunkan
angka keguguran pada kehamilan pertama
sampai keempat sebesar 33%, menurunkan
angka parasitemia pada plasenta dari seluruh
kehamilan sebesar 23%.
2) Menebarkan ikan pemakan jentik
Jika memiliki tempat penampungan air seperti
kolam, sebaiknya ditebarkan ikan pemakan jentik nyamuk. Ikan pemakan jenitik
harus disiapkan di kolam untuk menghindari lingkungan yang banyak nyamuk.
Sebarkan ikan dalam kolam, jangan sampai nyamuk jadi dewasa,
3) Memakai Obat Anti Nyamuk, Mengolesi badan dengan obat anti nyamuk
(repelen)
Untuk mencegah gigitan nyamuk, bisa menggunakan losion antinyamuk. Pilih
losion berbahan lembut, seperti picaridin dan minyak lemon eukaliptus. Setelah
mengoleskan losion antinyamuk, jangan lupa untuk mencuci tangan agar losion
tersebut tidak tertelan atau menimbulkan iritasi pada mata. Selain itu, hindari
penggunaan losion pada anak di bawah usia 3 tahun, ibu hamil, dan ibu menyusui,
serta hindari penggunaannya di area wajah. Tidak hanya losion antinyamuk, juga
bisa menggunakan minyak telon dan minyak kayu putih. Kandungan dan aroma
yang dimiliki kedua jenis minyak tersebut dapat menjauhkan diri dari gigitan
serangga tersebut.
4) Membersihkan Lingkungan, Selokan, lumut
Tak hanya di dalam rumah, menjaga kebersihan lingkungan di sekitar rumah juga
penting dilakukan guna mencegah gigitan nyamuk. Oleh karena itu, sapu halaman
rumah setiap hari serta pangkas rumput dan tanaman secara rutin. Jika memiliki
bak penampungan air (untuk mandi atau minum), maka sebaiknya ditutup dan
hanya dibuka saat digunakan.
5) Memasang kawat kasa
Memasang kawat kasa pada ventilasi rumah dapat mencegah masuknya nyamuk.
6) Menimbun genangan air, sarang nyamuk
Genangan air merupakan tempat ideal bagi nyamuk untuk bertelur dan
berkembang biak. Oleh karena itu, pastikan tidak ada air yang menggenang
dengan cara menutup wadah atau benda, seperti ember, kaleng bekas, dan sampah
plastik. Untuk tempat penampungan air, seperti tangki air dan bak mandi, bisa
ditaburkan larvasida agar jentik nyamuk tidak berkembang biak.
7) Menjauhkan kandang ternak dari rumah
An. maculatus mempunyai sifat utama zoofilik atau lebih menyukai darah
binatang karena lebih banyak ditemukan di kandang dan sekitarnya, meskipun
juga ditemukan menggigit manusia baik di dalam maupun di luar rumah.
8) Tidak menggantung kain/pakaian yang bekas pakai
Kain atau pakaian bekas pakai yang digantung dapat menjadi tempat hinggap
nyamuk.
9) Apabila keluar rumah pada malam hari sebaiknya memakai pakaian tertutup
(lengan panjang)
Nyamuk malaria lebih aktif di malam hari. Hindari aktivitas dekat perairan
(danau, sawah, sungai) di malam hari, terutama di daerah endemis malaria. Jika
harus, gunakan pakaian tertutup (lengan panjang, sarung).
b) Penanggulangan Malaria
Untuk mengatasi malaria, pada pertemuan Sixtieth World Health Assembly tanggal 14-23
Mei 2007 telah disepakati komitmen global tentang eliminasi malaria setiap negara dan
merekomendasikan bagi negara-negara yang endemis malaria memperingati Hari Malaria
Sedunia setiap tanggal 25 April. Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja
dalam menuju eliminasi malaria serta meningkatkan kepedulian dan peran aktif masyarakat
dalam penanggulangan dan pencegahan malaria.
Tujuannya untuk meningkatkan kemitraan dalam mencapai eliminasi malaria di Indonesia.
Selain itu juga untuk meningkatnya kesadaran para mitra untuk berperan aktif dalam
eliminasi malaria, meningkatnya komitmen para penentu kebijakan di Pusat dan Daerah
untuk melakukan eliminasi malaria, serta meningkatnya kemitraan dalam kegiatan eliminasi
malaria.
Sebagai upaya eliminasi penyakit malaria, kementrian kesehatan menyusun strategi yang
terdiri dari:
1) Akselerasi
Strategi akselerasi dilakukan secara menyeluruh di wilayah endemis tinggi malaria,  yaitu
Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, dan NTT. Kegiatan yang dilakukan adalah
kampanye kelambu anti nyamuk masal, penyemprotan dinding rumah di seluruh desa dengan
API > 40%, dan penemuan dini-pengobatan.
2) Intensifikasi
Strategi intensifikasi merupakan upaya pengendalian di luar Kawasan Indonesia timur seperti
di daerah tambang, pertanian, kehutanan, transmigrasi, dan pengungsian. Kegiatan yang
dilakukan adalah pemberian kelambu anti nyamuk di daerah beresiko tinggi, penemuan dini
pengobatan tepat, penyemprotan dinding rumah pada lokasi KLB Malaria, dan penemuan
kasus aktif.
3) Eliminasi
Strategi eliminasi dilakukan pada daerah endemis rendah. Kegiatan yang dilakukan adalah
penemuan dini pengobatan tepat, penguatan surveilans migrasi, surveilans daerah yang rawan
perindukan vektor (reseptif). Penemuan kasus aktif (Mass Blood Survey), dan penguatan
rumah sakit rujukan.
c) Kerja Sama Lintas Sektor Untuk Mengendalikan Malaria
Peringatan Hari Malaria Sedunia (HMS) tahun 2010 diharapkan dapat lebih meningkatkan
advokasi, edukasi dan sosialisasi kepada semua stakeholder dan masyarakat sehingga
eliminasi malaria dapat segera dicapai. Mengingat malaria merupakan masalah yang komplek
terkait dengan aspek penyebab penyakit (parasit), lingkungan (fisik dan biologis) dan nyamuk
sebagai vektor penular maka eliminasi malaria harus dilaksanakan secara bersama dengan
para mitra terkait dan menjadi bagian integral dari pembangunan nasional.
1) Forum Gebrak Malaria
Di Indonesia upaya pemberantasan malaria melalui kemitraan dengan seluruh
komponen masyarakat ini dikenal sebagai Gerakan Berantas Kembali Malaria
(Gebrak Malaria), dicanangkan oleh Menteri Kesehatan pada 8 April 2000 di Kupang,
Nusa Tenggara Timur. Lebih lanjut, Indonesia bertekad untuk melakukan eliminasi
malaria pada 2030, sesuai dengan Keputusan Menkes No.293/Menkes/SK/IV/2009
tanggal 28 April 2009 tentang Eliminasi malaria di Indonesia.

Untuk mengeliminasi malaria, pelaksanaan Gebrak Malaria di berbagai daerah harus


dilaksanakan secara intensif dan komprehensif dengan melibatkan berbagai sektor,
keahlian, organisasi profesi dan organisasi kemasyarakatan terkait sebagai mitra.
Untuk itu, maka di tingkat pusat akan segera dibentuk Forum Nasional Gerakan
Berantas Kembali (Gebrak) Malaria.

Forum Nasional Gebrak Malaria merupakan forum koordinasi lintas program dan
lintas sektor yang bertugas membantu Menteri Kesehatan melalui Direktorat untuk
merumuskan berbagai kebijakan dan strategi dalam menggerakkan kegiatan
pengendalian malaria, serta menggalang kemitraan dengan berbagai stakeholder
terkait menuju tercapainya eliminasi malaria tahun 2030. Forum ini terbagi menjadi
enam komisi, yaitu Komisi Diagnosis dan Pengobatan Malaria; Komisi Laboratorium;
Komisi Penilaian Eliminasi; Komisi Pengendalian Faktor Risiko; Komisi Kemitraan;
dan Komisi Operasional Riset.

Secara umum, Forum Nasional Gebrak Malaria memiliki tugas untuk melakukan
kajian ilmiah tentang pelaksanaan diagnosis dan pengobatan malaria terkini guna
merekomendasikan strategi dan pedoman penatalaksanaan kasus malaria yang efektif
dan aman; melakukan kajian ilmiah tentang kualitas laboratorium dan pemeriksaan
malaria serta merekomendasikan hasilnya; melakukan advokasi dan sosialisasi
ditingkat pusat dan daerah untuk meningkatkan kemitraan dan komitmen; melakukan
telaah terhadap hasil penilaian tim monitoring eliminasi di Kabupaten/Kota atau
Provinsi dan mengusulkan kepada Menteri Kesehatan untuk memperoleh sertifikat
bebas malaria tingkat wilayah dan kepada WHO untuk tingkat nasional apabila
memenuhi persyaratan; melakukan telaah kebijakan pengendalian vektor malaria dan
faktor risiko lainnya; serta merumuskan, memfasilitasi dan menggerakkan kerjasama
lintas program dan lintas sektor.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam upaya penanggulangan malaria, diantaranya


diagnosis malaria harus dikonfirmasi secara mikroskopis atau dengan Uji Reaksi
Cepat yang disebut Rapid Diagnostic Test (RDT); pengobatan menggunakan
Artemisinin Combination Therapy (ACT); pelatihan petugas kesehatan dalam
manajemen program malaria, tatalaksana kasus terkini, dan pemeriksaan parasit
malaria; penemuan aktif penderita; penatalaksanaan kasus dan pengobatan;
pengendalian vektor; Pos Malaria Desa (Posmaldes); serta penyediaan sarana seperti
mikroskop, RDT, bahan laboratorium, dan obat-obatan (ACT).

Sebagai bentuk komitmen para kepala daerah untuk bersama-sama mengeliminasi


malaria, saat ini telah dibentuk malaria center di beberapa derah. Saat ini, malaria
center sudah terbentuk di Kab. Tikep, Kab. Halmahera Selatan, Kab. Halmahera
Barat, Kab. Halmahera Tengah, Kota Ternate, Kab. Halmahera Timur dan Kab. Sula
Kepulauan, Provinsi Maluku Utara. Selain itu, terdapat pula di Kab. Mandailing
Natal, Provinsi Sumatera Utara dan di Provinsi Kepulaun Bangka Belitung.

2) Memperkuat Desa Siaga dengan Pos malaria Desa (Posmaldes)


Pos Malaria Desa (Posmaldes) adalah wadah pemberdayaan masyarakat dalam
pencegahandaan penanggulangan malaria yang dibentuk dari, oleh, dan untuk
masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan.
Posmaldes mempunyai dua tujuan besar yakni tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umumnya dalah menurunkan angka kesakitan malaria dan kematian terutama
di daerah yang jauh dari jangkauan pelayanan kesehatan (daerah sulit). Sedangkan
tujuan khususnya adalah menampung seluruh kegiatan yang dilakukan oleh
masyarakat dalam penanggulangan malaria agar apat terlaksana secara terencana,
terarah, terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan sehingga dapat memberi hasil
optimal dalam penemuan dan pengobatan penderita serta pencegahan penularan
malaria (Dinkes, 2004).
Posmaldes tidak didirikan pada semua daerah melainkan ada syarat dimana suatu
daerah menjadi tempat berdirinya Posmaldes. Syarat pendirian posmaldes meliputi
berada pada desa atau dusun yang endemis malaria tinggi, daerahnya sulit
memperoleh pelayana dari unit pelayanan kesehatan (Puskesmas) karena transportasi
sulit dan diutamakan untuk masyarakat marginal atau miskin (Dinkes, 2004)

Anda mungkin juga menyukai