Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM GANGGUAN METABOLISME

PEMERIKSAAN HbA1c

PROBANDUS
Nama : Ny. Rindu Nama : Fa’izah Nur N. S
Umur : 32 Tahun
Kelas : 2 A1
Jenis Kelamin : Perempuan
Jenis sampel/kasus : Serum
Tanggal Praktikum : Kamis, 28 Oktober 2021

METODE : Elisa

I. TUJUAN :
Untuk pengukuran kuantitatif in vitro HbA1c dalam serum manusia, plasma dan lisat
eritrosit.

II. PRINSIP :
Pengujian ini menggunakan teknik immunoassay enzim penghambatan kompetitif.
Antibodi monoklonal spesifik untuk HbA1c telah pra-dilapisi ke microplate. Reaksi
penghambatan kompetitif diluncurkan antara biotin berlabel HbA1c dan tidak berlabel
HbA1c (Standar atau sampel) dengan antibodi pra-dilapisi khusus untuk HbA1c. Setelah
inkubasi, konjugat yang tidak terikat dicuci. Selanjutnya, avidin terkonjugasi menjadi
Horseradish Peroxidase (HRP) ditambahkan ke setiap microplate dengan baik dan
diinkubasi. Jumlah konjugat HRP terikat berbanding terbalik dengan konsentrasi HbA1c
dalam sampel. Setelah penambahan larutan substrat, intensitas warna berkembang
berbanding terbalik dengan konsentrasi HbA1c dalam sampel.

III. ALAT dan BAHAN :


Alat : Pembaca pelat mikro dengan filter 450 ± 10 nm, Pipet tunggal atau multi
saluran dengan tip presisi tinggi dan sekali pakai, Tabung Microcentrifuge; Air
deionisasi atau air suling; Kertas penyerap untuk blotting microplate; Wadah untuk
Larutan Cuci; 0.01 mol/L (atau 1×) Phosphate Buffered Saline (PBS), pH7.0-7.2.
Bahan : Reagen, Larutan standart, Sampel darah

IV. CARA KERJA :


1. Siapkan semua reagen, sampel dan standar;
2. Tambahkan 50 μL standar atau sampel ke setiap sumur. Dan kemudian segera
tambahkan 50 μL Reagen Deteksi A yang telah disiapkan.Kocok dan campur.
Inkubasi 1 jam pada suhu 37oC;
| Laporan Prak. Gangguan Metabolisme 2021 |
LAPORAN PRAKTIKUM GANGGUAN METABOLISME

3. Aspirasi dan cuci 3 kali;


4. Tambahkan 100 μL Reagen Deteksi B yang telah disiapkan. Inkubasi 30 menit
pada suhu 37oC;
5. Aspirasi dan cuci 5 kali;
6. Tambahkan Larutan Substrat 90 μL. Inkubasi 10-20 menit pada suhu 37oC;
7. Tambahkan 50 μL Stop Solution. Baca pada 450 nm segera.

V. NILAI NORMAL :
American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan bahwa kadar HbA1c
dinyatakan terkontrol apabila berada < 7% dan tidak terkontrol jika > 7%

VI. HASIL :
7.5%

VII. KESIMPULAN :
Dari pemeriksaan HbA1c dengan metode ELISA terhadap probandus Ny. Rindu didapat
hasil lebih dari normal

| Laporan Prak. Gangguan Metabolisme 2021 |


LAPORAN PRAKTIKUM GANGGUAN METABOLISME

PEMERIKSAAN HbA1c

PROBANDUS
Nama : Ny. Rindu Nama : Fa’izah Nur N. S
Umur : 32 Tahun
Kelas : 2 A1
Jenis Kelamin : Perempuan
Jenis sampel/kasus : Darah EDTA
Tanggal Praktikum : Kamis, 28 Oktober 2021

METODE : HPLC

I. TUJUAN :
a. Untuk kuantitatif penentuan HbA1c dalam darah lengkap.
b. Untuk penggunaan penelitiansaja dan tidak boleh digunakan untuk prosedur
diagnostik.

II. PRINSIP :
Untuk penentuan HbA1c dilakukan lisis sel darah terlebih dahulu. Sampel diinkubasi
pada suhu 37 °C untuk menghilangkan bentuk aldimina yang tidak stabil. Setelah
sentrifugasi supernatan disuntikkan ke dalam sistem HPLC. Pemisahan gradien
melalui HPLC pada suhu 30°C berlangsung selama 5 menit. Kromatogram direkam
oleh detektor UV. Kuantifikasi dilakukan dengan kalibrator darah yang dikirim;
konsentrasi dihitung melalui integrasi ketinggian puncak masing-masing daerah.

III. ALAT dan BAHAN :


Alat: Tabung reaksi 1,5 ml (Eppendorf), Centrifuge, Berbagai pipet, HPLC dengan
detektor UV, Pengocok atau penangas air yang dapat dipanaskan, Pengaduk pusaran
Bahan : Reagen, Larutan standart, Sampel darah EDTA

IV. CARA KERJA :


Persiapan sampel
1. Pipet ke dalam tabung reaksi 1,5 ml:
5l sampel + 1250 l HEM
2. Aduk rata. Biarkan tabung selama 30 menit pada suhu 37°C dan sentrifus
setelahnya pada suhu 10.000 gram selama 2 menit.
3. CAL dan CTRL siap digunakan setelah rekonstitusi.

4. Suntikkan 20 l supernatan untuk kromatografi ke dalam sistem HPLC. NS


| Laporan Prak. Gangguan Metabolisme 2021 |
LAPORAN PRAKTIKUM GANGGUAN METABOLISME

supernatan stabil dalam gelap setidaknya selama 24 jam pada 2-8°C.

Pengaturan kromatografi
bahan kolom : Penukar kation, 3 m
Dimensi kolom : 35 mm x 4,6 mm
Laju aliran : 1,5 ml/menit
Deteksi UV : 415 nm
Volume injeksi : 20 l
Durasi : 5 menit
Suhu : 30°C
Gradien :
1. Langkah 1 : 0 menit (4,5% B)
2. Langkah 2 : 0,8 menit (4,5% B)
3. Langkah 3 : 0,9 menit (100 % B)
4. Langkah 4 : 1,4 menit (100 % B)
5. Langkah 5 : 1,5 menit (4,5% B)
6. Langkah 6 : 5 menit (4,5% B)
Jumlah ELU B pada langkah 1, 2, 5 dan 6 dapat sedikit bervariasi tergantung pada lot
kolom.

Perawatan kolom HPLC


Setelah analisis kolom harus dibilas dengan 20 ml air deionisasi (1 ml/menit) dan
disimpan dalam asetonitril 20% dalam air deionisasi. Sebelum digunakan, sistem harus
diseimbangkan dengan kira-kira. 30 ml ELU A.

V. NILAI NORMAL :
Normal : < 6,5%
Ditingkatkan : 6\,5% - 7,5%
Tinggi : > 7,5% (diabetes)

VI. HASIL :
7.5%

VII. KESIMPULAN :

Dari pemeriksaan HbA1c dengan metode HPLC terhadap probandus Ny. Rindu dapat
dinyatakan tinggi
| Laporan Prak. Gangguan Metabolisme 2021 |
LAPORAN PRAKTIKUM GANGGUAN METABOLISME

PEMERIKSAAN HbA1c

PROBANDUS
Nama : Ny. Rindu Nama : Fa’izah Nur N. S
Umur : 32 Tahun
Kelas : 2 A1
Jenis Kelamin : Perempuan
Jenis sampel/kasus : Darah EDTA
Tanggal Praktikum : Kamis, 28 Oktober 2021

METODE : Enzymatic

I. TUJUAN :
Untuk menghitung rasio HbA1c dari total hemoglobin secara eksklusif

II. PRINSIP :
Konsentrasi HbA1c dan hemoglobin ditentukan secara terpisah dan digunakan untuk
menghitung rasio HbA1c dari total hemoglobin secara eksklusif.

III. ALAT dan BAHAN :


Komponen dan Konsentrasi R1 :
FPOX 100 mm0l/L
Buffer turunan etilen ≥ 0,5

kU/L Komponen dan Konsentrasi R2 :


Glikol 20 mmol/L
Protease ≥ 500 kU/L
Kromogen ≥ 0,05 mmol/L
Turunan etilen glikol < 10%

IV. CARA KERJA :


DiaSys HbA1c net Hemolyzing Solution diperlukan untuk preparasi sampel.
Kalibrator, kontrol dan sampel harus dihemolisis sebelum digunakan. Hemolisat harus
diproses dalam waktu 1 jam setelah produksi. Pemrosesan dalam mode batch
direkomendasikan. Silakan lihat skema pemipetan berikutnya untuk hemolisis manual:
Persiapan
Kalibrator Kalibrator
Kontrol Sampel
Tingkat 1 Tingkat 2

| Laporan Prak. Gangguan Metabolisme 2021 |


LAPORAN PRAKTIKUM GANGGUAN METABOLISME

TruCal HbA1c bersih


16 L - - -
TingkatHbA1c
TruCal 1 bersih
- 50 L - -
Tingkat HbA1c
TruLab 2 bersih

Level 1 dan level 2 / - - 50 L 50 L


contoh
menambahkan
Jaringan HbA1c
1000 L 1000 L 1000 L 1000 L
Hemolysis
Campur danlarutan
biarkan selama 1 menit. Hemolysis selesai setelah 1 menit. Sedikit

kekeruhan tetap ada karena komposisi larutan hemolysis.


V. NILAI NORMAL :
Nilai target yang disarankan untuk HbA1c :
IFCC NGSP
(mmol/mol) (%
Non-diabetes 20 – 42 4) –
Target Terapi <53 6<
Perubahan Terapi >64 7
>
Setiap laboratorium harus memeriksa apakah rentang referensi dapat 8di transfer ke
populasi pasiennya sendiri dan menentukan rentang referensi sendiri jika perlu.
Nilai titik potong HbA1c untuk diagnosis diabetes mellitus:
Menurut American Diabetes Association (ADA): ≥ 6,5% (NGSP) (48 mmol/mol
(IFCC)).
Pasien dengan nilai HbA1c dalam kisaran 5,7 - 6,4% HbA1c (NGSP) atau 39 - 46
mmol/mol HbA1c (IFCC) mungkin berisiko tinggi terkena diabetes.

VI. HASIL :
7.5%

VII. KESIMPULAN :
Dari pemeriksaan HbA1c dengan metode Enzymatic terhadap probandus Ny. Rindu
dapat dinyatakan resiko tinggi

| Laporan Prak. Gangguan Metabolisme 2021 |


LAPORAN PRAKTIKUM GANGGUAN METABOLISME

PEMERIKSAAN HbA1c

PROBANDUS
Nama : Ny. Rindu Nama : Fa’izah Nur N. S
Umur : 32 Tahun
Kelas : 2 A1
Jenis Kelamin : Perempuan
Jenis sampel/kasus : Darah EDTA
Tanggal Praktikum : Kamis, 28 Oktober 2021

METODE : Turbidimetri

I. TUJUAN :
Mengetahui proporsi dan karakteristik penderita DM dengan kadar gula darah
terkontrol dan tidak terkontrol

II. PRINSIP :
Metode ini secara langsung menentukan hemoglobin A1c (HbA1c) dalam darah
lengkap, menggunakan antigen dan antibody reaksi. Total hemoglobin dan HbA1c
bersaing untuk laju absorsi tidak spesifik terhadap partikel lateks (R1). Kapan antibodi
monoklonal HbA1c anti-manusia ditambahkan (R2), kompleks antibodi HbA1c
HbA1c-anti-manusia lateks terbentuk. NS adanya antibodi poliklonal IgG anti-tikus
kambing menyebabkan aglutinasi partikel (kompleks). Jumlah aglutinasi sebanding
dengan konsentrasi HbA1c dalam sampel dan dapat diukur dengan turbidimetri.

III. ALAT dan BAHAN :


Waterbath pada suhu 370 C
Spektrofotometer atau fotometer pada suhu 370 C dengan filter 600 ± 20 nm

IV. CARA KERJA :


Panaskan reagen dan fotometer (tempat kuvet) hingga 370 C
1. Menggunakan air suling, instumen nol pada 600nm
2. Pipet dalam kuvet:
Suspensi Lateks (R1) 0.7 ml

3. Inkubasi 3-5 menit pada 37ͦ C


4. Pipet:
Sampel/kalibrator atau air (kosong) 20 ml

5. Inkubasi 5 menit pada suhu 37 ͦ C


| Laporan Prak. Gangguan Metabolisme 2021 |
LAPORAN PRAKTIKUM GANGGUAN METABOLISME

6. Pipet:
Antibodi (R2) 0.250 ml
7. Aduk rata dan inkubasi pada suhu 37 ͦ C selama 5 menit. Pada akhir
periode ini, baca absorbansi (A) pada 600 nm

V. NILAI NORMAL :
(%) DCCT/NGSP (%) IFCC Derajat Kendali
4.0 – 6.0 2.0 – Non Diabetes
6.0 – 6.5 4.2–
4.2 Sasaran
6.5 – 8.0 4.8–
4.8 Kontrol Yang Baik
>8.0 6.4
>6.4 Tindakan Yang Disarankan

VI. HASIL :
7.5%

VII. KESIMPULAN :
Dari pemeriksaan HbA1c dengan metode Turbidimetri terhadap probandus Ny. Rindu
dapat dinyatakan Kontrol yang baik

| Laporan Prak. Gangguan Metabolisme 2021 |


LAPORAN PRAKTIKUM GANGGUAN METABOLISME

PEMBAHASAN :
Kasus :
Diabetes melitus tipe 2 jauh lebih banyak terjadi daripada diabetes melitus tipe 1.
Berbeda dengan diabetes melitus tipe 1, pankreas pada penderita diabetes melitus tipe 2 masih
dapat menghasilkan insulin. Namun, tubuh malah melawan pengaruh insulin tersebut sehingga
kadar glukosa dalam tubuh menjadi tinggi. Ada banyak faktor resiko untuk penderita diabetes
melitus tipe 2: 1) Usia di atas 45 tahun, 2) Memiliki keluarga (ayah, ibu, atau saudara) yang
terkena diabetes, 3) Kegemukan, 4) Menderita penyakit jantung, 5) Kolesterol tinggi (HDL <
35 mg/dl atau Triglyceride di atas 250 mg/ dl), 6) Ras tertentu termasuk di antaranya Asia
pernah terdiagnosis prediabetes, 7) Jarang berolahraga, 8) Menderita diabetes gestasional, 9)
Pola makan yang tidak sehat, 10) Polycystic ovary disease (adanya berbagai kista kecil pada
rahim yang bisa berpengaruh pada kemampuan seseorang untuk hamil) (Tjahjadi, 2002).
Memang pada dasarnya, perempuan yang sedang mengandung memiliki kadar gula
yang lebih tinggi daripada biasanya karena pengaruh hormon. Meskipun begitu, peningkatan
ini tidak seharusnya membuat seorang ibu hamil menderita diabetes. Pada trimester ketiga,
peningkatan kadar tersebut memang akan meningkatkan resiko mereka terkena diabetes
melitus gestasional (Tjahjadi, 2002).
Pada ibu hamil, hormon tertentu yang dibuat di plasenta membantu pergeseran nutrisi
dari ibu ke janin. Selain itu, ada hormon lain yang berusaha menjaga ibu agar tidak mengalami
kadar gula yang rendah dan bekerja dengan melawan atau menghentikan insulin. Oleh karena
itu, pankreas bekerja dengan menghasilkan lebih banyak insulin (3 kali dari jumlah normal)
untuk mencegah terjadinya kadar glukosa yang berlebihan dalam tubuh. Jika pankreas tidak
sanggup membuat cukup insulin, di sinilah terjadi diabetes melitus gestasional (Tjahjadi,
2002).
Salah satu faktor resiko terkena diabetes melitus gestasional adalah jika memang
pernah mengalami kondisi ini pada kehamilan sebelumnya. Bayi yang dilahirkan lebih besar
daripada bayi pada umumnya. Faktor resiko lain adalah: obesitas pada masa sebelum
kehamilan, terkena pradiabetes, jika pernah melahirkan bayi yang meninggal, riwayat
keluarga dengan diabetes, memiliki air ketuban yang berlebihan, usia di atas 30 tahun, adanya
gula dalam urine, terkena infeksi pada vagina, dan faktor resiko diabetes melitus lainnya
(Tjahjadi, 2002).
Tes hemoglobin terglikosilasi, yang disebut juga sebagai glikohemoglobin, atau
hemoglobin glikosilasi (HbA1c), merupakan cara yang digunakan untuk menilai efek
perubahan terapi 8-12 minggu sebelumnya. Untuk melihat hasil terapi dan rencana perubahan

| Laporan Prak. Gangguan Metabolisme 2021 |


LAPORAN PRAKTIKUM GANGGUAN METABOLISME

terapi, HbA1c diperiksa setiap 3 bulan atau tiap bulan pada keadaan HbA1c yang sangat tinggi
(> 10%). Pada pasien yang telah mencapai sasaran terapi disertai kendali glikemik yang stabil
HbA1C diperiksa paling sedikit 2 kali dalam 1 tahun. HbA1C tidak dapat dipergunakan
sebagai alat untuk evaluasi pada kondisi tertentu seperti: anemia, hemoglobinopati, riwayat
transfusi darah 2-3 bulan terakhir, keadaan lain yang mempengaruhi umur eritrosit dan
gangguan fungsi ginjal (PERKENI, 2015).
HbA1c dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti genetik, hematologi dan faktor lain
yang berkaitan dengan penyakit. Beberapa bentuk glikohemoglobin telah diidentifikasi,
termasuk diantaranya HbA1c, HbA1 (yang terdiri dari HbA1a, HbA1b, HbA1c) dan total
glikohemoglobin (HbA1 dan hemoglobin-glucose adducts lainnya) (Harefa, 2010). HbA1c
tidak dapat digunakan untuk menetapkan diagnosis diabetes. Tetapi sekali diagnosis
ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa darah puasa atau 2 jam sesudah makan, maka HbA1c
penting untuk memantau pengendalian diabetes. Secara umum HbA1c 6,5% dikatakan
terkontrol baik, 7% dikatakan memuaskan dan lebih dari 7,5% dianggap sebagai terkendali
buruk (Soegondo dan Kartini, 2008).
Berdasarkan Kit Insert, pada pemeriksaan HbA1c metode ELISA, Stabilitas kit ELISA
ditentukan oleh tingkat kehilangan aktivitas. Tingkat kerugian kit ini kurang dari 5% dalam
tanggal kedaluwarsa dalam kondisi penyimpanan yang sesuai. Untuk meminimalkan pengaruh
ekstra pada kinerja, prosedur operasi, dan kondisi lab, terutama ruangan suhu, kelembaban
udara, suhu inkubator harus dikontrol secara ketat. Juga sangat disarankan bahwa seluruh
pengujian dilakukan oleh operator yang sama dari awal hingga akhir.
Pada metode turbidimetri, HbA1c adalah produk dari kondensasi ireversibel dari
glukosa dengan residu N-terminal dari -chain of hemoglobin A. Konsentrasi HbA1c secara
langsung sebanding dengan konsentrasi glukosa dalam darah, dan mewakili nilai terintegrasi
untuk glukosa selama sebelumnya 6 sampai 8 minggu. Nilai HbA1c bebas dari hari ke hari
fluktuasi glukosa dan tidak terpengaruh oleh olahraga atau baru-baru ini konsumsi makanan.
Penentuan HbA1c paling biasanya dilakukan untuk evaluasi kontrol glikemik pada pasien
diabetes, meskipun tidak memadai untuk diabetes pengendalian militus. Nilai HbA1 yang
lebih tinggi menunjukkan lebih buruk kontrol glikemik. Proses ini, mencerminkan rata-rata
paparan hemoglobin terhadap glukosa dalam jangka waktu yang lama Titik. HbA1c pada
penderita diabetes biasanya meningkat 2-3 lipat di atas level yang ditemukan pada individu
nomal.
Semua reagen dari Kit Uji HPLC HbA1c ini benar-benar ditujukan untuk penggunaan
penelitian hanya. Test kit dan kolom disatukan. Menggunakan kolom alternatif dapat

| Laporan Prak. Gangguan Metabolisme 2021 |


LAPORAN PRAKTIKUM GANGGUAN METABOLISME

menyebabkan pemisahan yang tidak memadai, menghasilkan hasil tinggi yang salah.
Karakteristik tes yang diberikan mungkin tidak terpenuhi. Jangan menukar komponen HbA1c
HPLC Assay Kit dari lot yang berbeda. Kalibrator dan kontrol mengandung plasma manusia.
Itu diuji dan ditemukan negatifuntuk HBsAg, anti-HIV-1/2, dan anti-HCV. Tidak ada tes yang
dapat menjamin tidak adanya HBsAg atau HIV, dan semua reagen berbasis serum manusia
dalam kit ini harus ditangani seolah-olah mampu menularkan infeksi. Kenakan sarung tangan
sekali pakai saat menangani spesimen atau reagen kit dan cuci tangan dengan seksama
setelahnya. Reagen tidak boleh digunakan melebihi tanggal kedaluwarsa yang tertera pada
label kit.

DAFTAR PUSTAKA:
Perkumpulan Endokrin Indonesia, 2015, Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes
Melitus Tipe 2 Di Indonesia, PB. PERKENI, Jakarta.
Soegondo, Sidartawan, Kartini Sukardji, 2008, Hidup Secara Mandiri dengan Diabetes
Melitus, Kencing Manis, Sakit Gula, Jakarta : FKUI.
Tjahjadi, Vicynthia, 2002, Mengenal, Mencegah, Mengatasi Silent Killer, “DIABETES”,
Semarang : Pustaka Widyamara.

| Laporan Prak. Gangguan Metabolisme 2021 |

Anda mungkin juga menyukai