Kelompok 2 Keperawatan Kritis
Kelompok 2 Keperawatan Kritis
Dosen pembimbing :
TAHUN 2021
Jurnal Sinaps, Vol. 3, No. 2 (2020), hlm. 1-12
sinapsunsrat@gmail.com
1
Staf, Divisi Neurologi Intervensi, Departemen Neurologi, Rumah Sakit Prof. Dr. R. D. Kandou, Manado,
Indonesia
2,4
Residen, Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Rumah Sakit Prof.
Dr. R. D. Kandou,Manado, Indonesia
3
Staf, Divisi Neurovaskular, Departemen Neurologi, Rumah Sakit Prof. Dr. R. D. Kandou, Manado,
Indonesia
ABSTRAK
Manajemen stroke iskemik akut berupa pemberian rtPA intravena (IV) telah menunjukkan manfaat secara
klinis dan mengubah paradigma penanganan pasien stroke yang akan mengurangi angka kematian dan
kecacatan. Kasus pertama, pria 55 tahun dengan stroke iskemik akut dilakukan trombolisis IV 4 jam 30
menit dari onset gejala stroke akut, terdapat perbaikan klinis skor NIHSS 11 menjadi 7 dalam waktu 37
menit. Kasus kedua, wanita 56 tahun dengan stroke iskemik akut dilakukan trombolisis IV 3 jam 20 menit
dari onset gejala stroke akut, terdapat perbaikan klinis skor NIHSS 8 menjadi 2 dalam waktu 55 menit.
Keluaran kedua pasien berbeda karena berbagai faktor yang berperan. Terapi trombolisis IV dengan rtPA
masih merupakan satu-satunya modalitas terapi trombolisis pada stroke iskemik akut <4,5 jam setelah
onset gejala yang disetujui di Indonesia. Namun karena batasan waktu pemberian, kultur sosial, geografis,
keraguan dokter unit gawat darurat dan berbagai faktor lainnya menyebabkan hanya sedikit pasien stroke
iskemik akut yang diterapi dengan rtPA. Berbagai faktor dapat mempengaruhi keluaran pasien yang
menjalani trombolisis IV salah satunya yang dapat diintervensi ialah kecepatan waktu pemberian dan
suhu tubuh. Optimalisasi penanganan stroke di unit gawat darurat akan berpengaruh pada keluaran pasien
dan dengan menghindari komplikasi yang memperburuk keluaran seperti infeksi oportunistik di rumah
sakit.
ini pemberian agen penghancur gumpalan dan tidak banyak bergerak. Keluhan baru
darah (trombolitik) yang dapat mengurangi pertama kali dialami pasien. Riwayat
kerusakan dari iskemi dengan penyakit dahulu disangkal. Pasien perokok
mengembalikan aliran darah normal. Angka dan peminum alkohol.
perbaikan klinis yang tinggi didapatkan saat Pemeriksaan fisik tekanan darah
aliran darah dikembalikan segera setelah 240/110mmHg, GCS 15, paresis nervus VII
terjadinya penyumbatan. Agen yang paling dan XII UMN kiri, status motorik kekuatan
banyak digunakan, dan telah disetujui otot anggota gerak kiri 1/5, nilai NIHSS
penggunaannya ialah rekombinan tPA (National Institutes of Health Stroke Scale)
(rtPA).3,4 11.
Pemeriksaan CT scan kepala aksial
KASUS I tanpa kontras hasil tidak terdapat lesi
Pria 55 tahun dengan berat badan 80 Kg, hiperdens maupun hipodens dengan kesan
cekat tangan kanan MRS dengan keluhan gambaran CT scan otak normal dengan
kelemahan anggota gerak kiri mendadak Aspects Score sebesar 8-9 [Gambar 1].
yang menetap terjadi 2 jam 45 menit Rontgent toraks AP hasil kardiomegali
SMRS, pasien berbicara tidak jelas namun dengan hipertrofi pada ventrikel kiri
masih dapat dimengerti, wajah kiri miring jantung.
Gambar 1. Gambar CT scan kepala aksial tanpa kontras didapatkan kesan gambaran CT scan otak
normal dengan Aspects Score sebesar 8-9.
Pada laboratorium dan EKG dalam batas trombolisis rtPA IV dengan total dosis
normal. Pasien didiagnosis stroke iskemik 76,5mg (0,9mg/KgBB), komunikasi
akut onset 2 jam 55 menit dengan hipertensi informasi dan edukasi mengenai rencana,
emergensi. Penatalaksanaan dengan risiko, maupun alternatif terapi, meminta
manajemen hipertensi emergensi dan persetujuan pasien, omeprazole 40mg IV/12
2
Jurnal Sinaps, Vol. 3, No. 2 (2020), hlm. 1-12
jam, pemantauan ketat tanda-tanda vital, lewat masa akut paska trombolisis IV,
GCS, pupil, dan NIHSS setiap 15 menit. pasien rawat jalan.
Pada awal prosedur trombolisis
tekanan darah 180/90mmHg dengan KASUS II
nikardipin, NIHSS 11. Pada prosedur Wanita 56 tahun dengan berat badan 55 Kg,
trombolisis menit ke-31 tekanan darah cekat tangan kanan MRS dengan keluhan
160/90 mmHg dengan nikardipin, NIHSS 7. kelemahan anggota gerak kiri mendadak
Pada prosedur trombolisis menit ke-60 yang menetap 1 jam SMRS, pasien
tekanan darah 150/90mmHg dengan mengeluhkan nyeri kepala tertekan di
nikardipin, NIHSS 7. seluruh kepala, sensasi rasa pada tubuh kiri
Perawatan hari ke-3 keluhan berkurang, wajah kiri miring dan tidak
kelemahan anggota gerak kiri, batuk, dan banyak bergerak. Pasien pernah mengalami
demam, tekanan darah 160/100mmHg, kelemahan anggota gerak kiri yang kembali
suhu 38,80C, rhonki kedua lapang paru, sempurna sebanyak 4 kali (usia 37 tahun).
NIHSS 7. Diagnosis kerja CVD stroke Riwayat hipertensi tidak terkontrol.
iskemik hari ketiga paska trombolisis IV, Pada pemeriksaan tekanan darah
hipertensi grade 2, suspek pneumonia. 210/110mmHg, GCS 15, paresis nervus VII
Perawatan hari ke-5 keluhan UMN kiri, status motorik kekuatan otot
kelemahan anggota gerak kiri, batuk anggota gerak kiri 3/5, hipestesi sinistra,
berkurang, NIHSS 9. Diagnosis kerja CVD status otonom normal, NIHSS 8.
stroke iskemik hari kelima paska Pemeriksaan CT scan kepala aksial
trombolisis IV, suspek pneumonia. tanpa kontras hasil tidak terdapat lesi
Pemeriksaan Trans Cranial Doppler (TCD) hiperdens maupun hipodens dengan kesan
pada perawatan hari ke-8 didapatkan aliran gambaran CT scan otak normal dengan
darah normal. Aspects Score sebesar 9 [Gambar 2].
Perawatan hari ke-11 keluhan Pemeriksaan Rontgent toraks anterior
kelemahan anggota gerak kiri, NIHSS 9, posterior didapatkan hasil yang normal.
modified Rankin Scale 3 dan indeks Berthel Pemeriksaan laboratorium dan EKG pasien
30. Diagnosis kerja CVD stroke iskemik dalam batas normal.
3
Jurnal Sinaps, Vol. 3, No. 2 (2020), hlm. 1-12
Gambar 2. Gambar CT scan kepala aksial tanpa kontras didapatkan kesan gambaran CT scan otak
normal dengan Aspects Score sebesar 8.
stroke iskemik akut telah menunjukkan penyakit diabetes yang memiliki kadar gula
manfaat secara klinis dan mengubah darah <50mg/dL atau >400mg/dL. Pasien
paradigma penanganan pasien stroke. usia >80 tahun juga perlu menjadi
Walaupun terdapat banyak perdebatan perhatian, walaupun beberapa studi
mengenai penggunaan rtPA IV pada stroke observasi telah menunjukkan bahwa
iskemik dalam waktu 4,5 jam setelah onset pemberian terapi juga aman dan efektif
stroke, banyak data yang menunjukkan pada pasien usia tua.3
pemberian rtPA IV meningkatkan keluaran Indonesia sendiri terdapat ceklis
pada pasien dengan stroke iskemik akut kriteria trombolisis yang dibuat oleh
secara signifikan dimana mengurangi angka Departemen Neurologi Fakultas
kematian dan kecacatan. Walau Kedokteran Universitas Indonesia Rumah
penggunaan trombolisis terbatas pada risiko Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto
terjadinya pendarahan otak, setelah lebih Mangunkusumo berupa kriteria inklusi:
dari 20 tahun setelah trombolisis IV pada umur >18 tahun, diagnosis klinis stroke
stroke iskemik telah disetujui oleh Food iskemik dengan defisit neurologis, onset <6
and Drugs Administration (FDA), hanya jam, pada CT-scan otak tidak ada
kurang dari 5% pasien dengan stroke perdarahan atau lesi non-stroke. Kriteria
iskemik akut yang mendapatkan terapi ini eksklusi: tidak terdapat riwayat perdarahan
karena sempitnya waktu penanganan yang intrakranial, riwayat diagnosis malformasi
diperbolehkan.1-5 arteri vena atau aneurisma, riwayat bedah
Trombolisis secara umum saraf, cedera kepala berat, riwayat stroke
dikontraindikasikan pada pasien dengan berat dalam 3 bulan terakhir, riwayat
stroke berat (NIHSS >25) dan mengalami perdarahan saluran cerna atau saluran
perubahan awal iskemia yang ekstensif kemih dalam 21 hari terakhir, riwayat
sehingga memiliki risiko pendarahan otak operasi besar atau trauma berat, arterial
sekunder. Trombolisis tidak puncture atau pungsi lumbal dalam 14 hari
direkomendasikan pada pasien dengan terakhir, gejala perdarahan subaraknoid,
tekanan darah tidak terkontrol (tekanan pada pemeriksaan fisik secara klinis
darah >185/110mmHg dengan berbagai mengalami perbaikan singkat atau gejala
terapi).3 minor (NIHSS <5), tekanan darah sistolik
Pedoman di AS merekomendasikan >185mmHg; atau diastolik >110mmHg,
trombolisis IV menggunakan rtPA dalam 3 peradarahan akut atau trauma akut, kejang
jam setelah onset kejadian. Selain saat onset, koma atau penurunan kesadaran
pendarahan otak, batasan lain dari berat, pada pemeriksaan laboratorium
trombolisis ialah pasien stroke dengan pasien dengan riwayat minum obat
5
Jurnal Sinaps, Vol. 3, No. 2 (2020), hlm. 1-12
6
Jurnal Sinaps, Vol. 3, No. 2 (2020), hlm. 1-12
7
Jurnal Sinaps, Vol. 3, No. 2 (2020), hlm. 1-12
perdarahan intrakranial lebih tinggi pada dan jeda waktu pemberian yang diperluas
kelompok yang mendapatkan terapi rtPA hingga 4,5 jam dari onset gejala stroke akut
(2,4% dibandingkan 0,2%; p=0,008). masih memiliki tingkat keamanan dan
Tingkat kematian sama pada kedua efektifitas yang tinggi. Sebagai gambaran,
kelompok (7,7% dibandingkan 8,4%; untuk setiap 100 pasien dengan stroke
p=0,68).10,11,12 iskemik akut yang ditangani dengan
Terdapat berbagai pedoman yang pemberian trombolisis rtPA IV pada waktu
menawarkan berbagai rekomendasi <3 jam dari onset gejala stroke iskemik
pemberian trombolisis IV, saat ini pedoman akut, 32 pasien akan mendapatkan manfaat
secara internasional dimana pemberian dan 3 pasien mengalami komplikasi. Untuk
rtPA IV direkomendasikan dalam jeda setiap 100 pasien dengan stroke iskemik
waktu <4,5 jam untuk pengobatan stroke akut yang ditangani dengan pemberian
iskemik (0,9mg/KgBB, dosis maksimum trombolisis rtPA IV pada waktu 3-4,5 jam
90mg, 10% dari dosis total diberikan dari onset gejala stroke iskemik akut, 16
sebagai bolus awal, sisa 90% diberikan pasien akan mendapatkan manfaat dan 3
dengan pemberian infus selama 60 menit) pasien akan mengalami komplikasi
dan tekanan darah sebelum dan selama [Gambar 3]. Hubungan keluaran fungsional
pemberian terapi <185/110mmHg.14 dengan waktu pemberian trombolisis
Waktu pemberian merupakan hal ditunjukkan oleh NNT. Jika trombolisis
penting dalam perbaikan klinis yang diberikan dalam waktu <90 menit sejak
diharapkan dari terapi trombolisis IV, pada onset maka NNT adalah sebesar 3,5.
berbagai penelitian besar seperti NINDS Sementara jika diberikan dalam waktu
dan ECASS III menunjukkan waktu antara 90 menit - 3 jam NNT meningkat
pemberian yang direkomendasikan ialah menjadi 7, dan jika diberikan dalam waktu
dalam 3 jam setelah onset gejala stroke akut 4,5 - 6 jam NNT menjadi 14.1,3,6,20
Gambar 3. Rasio risiko dan keuntungan dari pemberian plasminogen intravena (rtPA) pada stroke iskemik
akut di onset 0-3 jam dan 3-4,5 jam.6 8
Jurnal Sinaps, Vol. 3, No. 2 (2020), hlm. 1-12
Batasan usia pemberian trombolisis IV lebih tinggi pada hewan percobaan dan
umumnya di usia 80 tahun, namun hanya pada studi klinis. Penurunan suhu pada
sedikit data yang mendukung batasan ini. hewan percobaan terlihat memiliki efek
Berbagai penelitian menunjukkan pasien neuroprotektif. Perburukan klinis dari
berusia lebih tua masih mendapatkan efek iskemi akibat peningkatan suhu tubuh
dan tingkat keamanan yang sama. dihubungkan dengan peningkatan
Trombolisis IV dapat dilakukan pada pasien kebutuhan metabolisme di penumbra,
berusia tua namun dengan risiko kematian meningkatnya permeabilitas sawar otak,
lebih tinggi. Penelitian lainnya akumulasi leukosit intravaskular,
menunjukkan usia sebagai nilai prognosis pembentukan radikal bebas, perubahan
yang memperburuk. Pasien berusia muda awal dari daerah penumbra Iskemik
memiliki prognosa lebih baik setelah menjadi jaringan rusak yang permanen.
3,21,22
trombolisis. Tidak terdapat data yang cukup mengenai
Terdapat bukti yang menunjukkan dampak peningkatan suhu tubuh terhadap
sindrom metabolik dapat mengurangi efek keluaran dari trombolisis dengan
dari trombolisis IV. Perubahan biokimia menggunakan rtPA. Pada penelitian invitro
dan molekuler pada sindrom metabolik menunjukkan peningkatan suhu akan
menunjukkan resistensi terhadap meningkatkan ukuran dari infark, defisit
pemecahan bekuan darah.3 neurologis dan mortalitas pada kasus
Beberapa penelitian menunjukkan emboli arteri serebral media di hewan coba,
bahwa diabetes mengurangi efektifitas dari mengurangi efek dari rtPA yang diberikan
trombolisis dan meningkatkan risiko pada hewan coba. Namun juga terdapat
perdarahan intra serebral dan komplikasi penelitian yang menyatakan bahwa
lainnya. Sebagai contoh, salah satu peningkatan suhu tubuh dapat
penelitian menunjukkan 18% pasien tanpa meningkatkan respon dari trombolisis. Hal
diabetes dan 70% pasien dengan diabetes ini dapat terjadi karena peningkatan reaksi
mengalami keadaan hiperglikemia selama akibat suhu yang berkorelasi dengan
trombolisis IV hal ini merupakan prediktor peningkatan aktivitas enzimatik dari
dari tingkat kematian, pendarahan serebral tromboIisis.26,27,28
dan kecacatan yang berat.25 Pada kasus pertama dan kedua
Peningkatan suhu tubuh merupakan indikasi pemberian trombolisis intravena
suatu faktor prognostik yang buruk pada telah sesuai dengan indikasi dan kriteria
stroke, peningkatan suhu dihubungkan eksklusi maupun inklusi yang ada. Namun
dengan ukuran infark yang lebih besar, terdapat perbedaan klinis keluaran pada
keluaran yang lebih buruk, angka kematian kedua pasien ini yang disebabkan oleh
9
Jurnal Sinaps, Vol. 3, No. 2 (2020), hlm. 1-12
10
Jurnal Sinaps, Vol. 3, No. 2 (2020), hlm. 1-12
JURNAL PENELITIAN
KEPERAWATAN
Volume 5, No. 2, Agustus 2019
Keyakinan Kesehatan dan Persepsi Masyarakat tentang Gangguan Jiwa
Nyeri Pasien Kritis Pada Intervensi Sleep Hygiene Care Di Intensive Care Unit
Strategi Terapi Bermain Mewarnai Gambar Terhadap Stres Hospitalisasi Pada Anak
Usia Prasekolah
Diterbitkan oleh
STIKES RS. BAPTIS KEDIRI
JURNAL PENELITIAN
KEPERAWATAN
Volume 5, No. 2, Agustus 2019
Penanggung Jawab
Aries Wahyuningsih, S.Kep., Ns., M.Kes
Ketua Penyunting
Srinalesti Mahanani, S.Kep., Ns., M.Kep
Sekretaris
Desi Natalia Trijayanti Idris, S.Kep., Ns., M.Kep
Bedahara
Dewi Ika Sari H.P., SST., M.Kes
Penyunting Ahli:
Dr. Titih Huriah, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kom
Penyunting Pelaksana
Aries Wahyuningsih, S.Kep., Ns., M.Kes
Tri Sulistyarini, A.Per Pen., M.Kes
Dewi Ika Sari H.P., SST., M.Kes
Erlin Kurnia, S.Kep., Ns., M.Kes
Dian Prawesti, S.Kep., Ns., M.Kep
Maria Anita Yusiana, S.Kep., Ns., M.Kes
Sirkulasi
Heru Suwardianto, S.Kep., Ns M.Kep
Diterbitkan Oleh:
STIKES RS. Baptis Kediri
Jl. Mayjend Panjaitan No. 3B Kediri
Email: uuptppmstikesbaptis@gmail.com
Link: http://jurnalbaptis.hezekiahteam.com/jurnal
2407-7232
JURNAL PENELITIAN
KEPERAWATAN
Volume 5, No. 2, Agustus 2019
DAFTAR ISI
Keyakinan Kesehatan dan Persepsi Masyarakat tentang Gangguan Jiwa 88-100
Maria Julieta Esperanca Naibili | Erna Rochmawati
Nilai Ankle Brachial Index pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 101-105
Supriyadi | Novita Dewi | Padri Hamzah | Elsen Wulandari Selwir
Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien 106-115
Tuberculosis: Literature Review
Murwanti | Kusbaryanto
Pengaruh Relaksasi Progresif Terhadap Tekanan Darah pada Lansia dengan 125-131
Hipertensi
Dhita Kris Prasetyanti
Nyeri Pasien Kritis pada Intervensi Sleep Hygiene Care di Intensive Care Unit 139-145
Heru Suwardianto | Dyah Ayu Kartika Wulan Sari
Pengaruh Teknik Marmet Sebagai Upaya Menyusui Efektif pada Postpartum 146-151
Primipara
Mas’adah
Strategi Terapi Bermain Mewarnai Gambar Terhadap Stres Hospitalisasi pada 152-160
Anak Usia Prasekolah
Alfeus Hari Wijaya | Kili Astarani | Maria Anita Yusiana
ABSTRAK
Pasien Kritis memiliki banyak keluhan saat dirawat di Icu salah satunya adalah
keluhan nyeri. Pasien kritis mengeluh nyeri dan dapat mengganggu segala respon yang
terjadi pada pasien. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui Gambaran Nyeri Pasien
Kritis dengan Sleep Hygiene Care di Ruang Perawatan Kritis. Desain penelitian adalah
Deskriptif. Populasi penelitian adalah semua pasien kritis di ICU. Sampel penelitian
adalah sebagian pasien kritis yang mendapatkan sleep hygiene care. Teknik sampling
adalah Purposive sampling. Variabel penelitian adalah gambaran nyeri. Instrumen
penelitian menggunakan kuesioner. Data dikumpulkan dan dianalisis menggunakan
metode distribusi. Hasil penelitian didapatkan pasien grimacing (46,6%), restlessness
(39,4%), Tolerating ventilator or movement /Talking in normal tone/no sound (72,9%),
Relaxed (51,8%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa skala nyeri sebagian besar
responden memiliki mild pain (37,6%). Pasien memiliki gambaran nyeri pada pasien
dengan sleep hygiene care yang menunjukkan bahwa masih banyak pasien merasakan
nyeri dan perlu terus dilakukan pengkajian secara terus menerus.
ABSTRACT
Critical patients have many complaints while being treated at Icu, one of which is
pain. Critical patients complain of pain and can interfere with any response that occurs
in patients. The purpose of this study was to determine the description of Critical Patient
Pain With Sleep Hygiene Care in the critical care room. The research design is
descriptive. The study population was all critical patients in the ICU. The sample of this
research is the most critical patients who get sleep hygiene care. The sampling technique
is purposive sampling. The research variable is a picture of pain. The research
instrument used a questionnaire. Data is collected and analyzed using the distribution
method. The results showed grimacing patients (46.6%), restlessness (39.4%), Tolerating
ventilators or movements / Talking in normal tone / no sound (72.9%), Relaxed (51.8%).
The results showed that the pain scale of the majority of respondents had mild pain
(37.6%). Patients have a picture of pain in patients with sleep hygiene care which shows
that there are still many patients feel pain and need to be continuously assessed.
Hasil Penelitian
Tabel 1. Karakteristik Pasien Kritis di ICU Rumah Sakit Baptis Kediri pada Bulan Mei –
Juni 2019 (n=170)
Karakteristik Pasien Kritis ∑ %
Diagnosis
CHF 30 17,6
Syok Hipovolemik 3 1,8
IMA 15 8,8
Gagal Napas 47 27,6
Syok Kardiogenik 17 10,0
DCFC 11 6,5
Syok Septik 6 3,5
CKD 14 8,2
Dengue Shock Syndrome 17 10,0
Cedera otak sedang 6 3,5
TB paru 2 1,2
Hiponatremi 1 0,6
HHF 1 0,6
Jenis Kelamin
Laki-laki 84 49,4
Perempuan 86 50,6
Umur
0-5 tahun 12 7,1
6-11 tahun 5 2,9
26-35 tahun 2 1,2
36-45 tahun 17 10,0
46-55 tahun 31 18,2
56-65 tahun 51 30,0
Hal: 139-145 Nyeri Pasien Kritis pada Intervensi Sleep Hygiene Care di Intensive Care Unit 142
Tabel 2. Indikator Nyeri pada pasien di ICU Rumah Sakit Baptis Kediri pada Bulan Mei
– Juni 2019 (n=170)
Indikator Nyeri ∑ %
Facial Expression
Relaxed, neutral 21 12,4
Tense 70 41,2
Grimacing 79 46,5
Body movements
Absence of movements or normal position 66 38,8
Protection 37 21,8
Restlessness 67 39,4
Compliance with ventilator or Vocalization
Tolerating ventilator or movement /Talking in normal tone/no sound 124 72,9
Coughing but tolerating /Sighing, moaning 37 21,8
Fighting ventilator/ Crying out, sobbing 9 5,3
Muscle tension
Relaxed 88 51,8
Tense, rigid 64 37,6
Very tense or rigid 18 10,6
Tingkat Nyeri
No pain 88 51,8
Mild pain 64 37,6
Moderate pain 18 10,6
Severe pain 5 5,9
JURNAL ILMIAH
ABSTRAK
Sistem endokrin mengendalikan proses tubuh melalui zat kimia, sebagian besar zat kimia
ini disekresi didalam kelenjar. Kelenjar endokrin terletak di seluruh tubuh dan masing-
masing kelenjar mengandung sekelompok sel khusus yang menyekresi hormon langsung
kedalam aliran darah, di edarkan ke seluruh tubuh. Hormon ini bekerja pada jaringan yang
jauh (disebut jaringan target) melalui sinyal endokrin. Klien diabetes sangat beresiko
terhadap kejadian pencegahan cedera kaki kaki diabetik pada penderita diabetes dengan
perawatan kaki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan pasien
diabetes mellitus tipe II dengan praktik perawatan kaki sehari-hari dalam mencegah luka.
Banyaknya masalah yang dihadapi klien diabetes khususnya tentang perawatan kaki dapat
dicegah dan diminimalisir jika klien melakukan pengetahuan dan praktik perawatan kaki
yang tepat. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional
dan jumlah sampel 30 orang. Hasil analisis uji Chi Square menunjukkan adanya hubungan
yang bermakna antara pengetahuan pasien diabetes mellitus tipe II dengan praktik
perawatan kaki dalam mencegah luka (p = 0,020). Pengetahuan sangat penting dalam
tindakan seseorang melakukan praktik perawatan kaki. Cedera kaki diabetik tidak akan
terjadi jika penderita diabetes memiliki pengetahuan dan ingin menjaga serta ingin merawat
kaki secara teratur. Klien diabetes melitus harus menyadari bahwa aktivitas perawatan kaki
merupakan bagian dari kebiasaan hidup sehari-hari. Oleh karena itu, perlu dikembangkan
pendidikan kesehatan tentang perawatan kaki dan pemeriksaan kaki untuk meminimalkan
atau mencegah timbulnya cedera kaki pada penderita diabetes melitus. Sehingga kasus luka
kaki diabetic dapat di cegah sejak dini.
Kata Kunci: Diabetes Mellitus Tipe II, Pengetahuan, Praktik perawatan kaki
ABSTRACT
The endocrine system controls the body's processes through chemicals, most of these
chemicals are secreted in the glands. Endocrine glands are located throughout the body and
each gland contains a special group of cells that secrete hormones directly into the
bloodstream, circulated throughout the body. This hormone acts on distant tissues (called
target tissue) via endocrine signals. Diabetic clients are very at risk for the incidence of
preventing diabetic foot injury in diabetics with foot care. This study aims to determine the
relationship between the knowledge of type II diabetes mellitus patients with daily foot care
practices in preventing wounds. The many problems faced by diabetic clients, especially
regarding foot care, can be prevented and minimized if clients carry out proper foot care
knowledge and practices. This research is a quantitative study with a cross sectional design
and a sample size of 30 people. The results of the Chi Square test analysis showed that there
was a significant relationship between the knowledge of type II diabetes mellitus patients
and the practice of foot care in preventing wounds (p = 0.020). Knowledge is very important
in the actions of a person who practices foot care. Diabetic foot injury will not occur if
people with diabetes have extensive knowledge and want to look after and want to take care
of their feet regularly. Clients with diabetes mellitus must be aware that foot care activities
are part of their daily habits. Therefore, it is necessary to develop health education on foot
care and foot examination to minimize or prevent foot injuries in people with diabetes
mellitus. So that cases of diabetic foot injury can be prevented from an early age.
PENDAHULUAN
Sistem endokrin mengendalikan menderita DM. Jumlah tersebut terus
proses tubuh melalui zat kimia, sebagian meningkat pada tahun 2019, didapatkan
besar zat kimia ini disekresi didalam 415 juta orang di dunia yang menderita
kelenjar. Kelenjar endokrin terletak di DM. Hal ini menunjukan bahwa penderita
seluruh tubuh dan masing-masing kelenjar DM di dunia terus meningkat setiap tahun
mengandung sekelompok sel khusus yang (IDF, 2019). Menurut World Health
menyekresi hormon langsung kedalam Organization (WHO), saat ini terdapat
aliran darah, di edarkan ke seluruh tubuh. 346 juta penderita diabetes mellitus
Hormon ini bekerja pada jaringan yang dimana 80 persennya di Negara
jauh (disebut jaringan target) melalui berkembang (Ayu, 2017).
sinyal endokrin (Rosdhal, Kowalski, Menurut Pusat data dan Informasi
2014). Sel pankreas menghasilkan sebuah Kesehatan 2018 Jumlah penderita DM di
hormon yang disebut insulin untuk Indonesia mencapai 8,4 juta pada tahun
mengatur metabolisme, tanpa hormon ini 2000 dan diperkirakan akan meningkat
glukosa tidak dapat masuk sel tubuh dan menjadi 21,3 juta pada tahun 2030
kadar glukosa darah meningkat. ( Pusdatin, 2018). Pada Tahun 2012 di
Penurunan jumlah, pengurangan, atau Jawa Timur, penyakit diabetes menempati
tidak efektifnya penggunaan insulin urutan kedua setelah hipertensi, dengan
memicu gangguan diabetes mellitus jumlah kasus mencapai 137.427 pada
(Roshdal, Kowalski, 2014). rumah sakit pemerintah tipe B dan C
Diabetes Melitus adalah penyakit (Munali & Kusnanto dkk, 2019).
kronis yang kompleks yang membutuhkan Menurut Media Indonesia Tahun
perawatan medis berkelanjutan dengan 2018 Provinsi DKI Jakarta menjadi salah
strategi pengurangan risiko multi faktor di satu wilayah dengan prevalensi diabetes
luar kontrol glikemik. Pasien yang tertinggi di Indonesia. Berdasarkan hasil
mendapat pendidikan dan dukungan riset kesehatan dasar (Riskesdas)
manajemen mandiri terus menerus sangat 2018 Prevalensi diabetes di Jakarta
penting untuk mencegah komplikasi akut meningkat dari 2,5% menjadi 3,4% dari
dan mengurangi risiko komplikasi jangka total 10,5 juta jiwa atau sekitar 250 ribu
panjang (ADA, 2016). Berdasarkan penduduk di DKI menderita
Internasional Diabetes Federation, diabetes. Seiring dengan meningkatnya
ditemukan 207 juta orang penduduk dunia prevalensi diabetes, maka kemungkinan
sering kali tidak diketahui dan adanya berkomunikasi dengan baik, bersedia
kerusakan kulit maka infeksi akan lebih menjadi responden dan menandatangani
mudah berkembang karena sirkulasi yang Informed Consent.
buruk. Perawatan kaki dan kuku perlu Alat pengumpulan data yang
dilakukan secara rutin untuk mencegah digunakan pada penelitian ini adalah
infeksi, bau kaki, dan cidera jaringan kuesioner. Kuesioner berupa daftar
lunak. Pasien harus patuh dalam pertanyaan yang tersusun dengan baik,
melakukan perawatan kaki untuk ada dalam bentuk isian dan ada dalam
mengurangi resiko terjadinya ulkus pada bentuk check list sehingga responden
kaki (Potter, Perry, 2005). Salah satu tinggal mengisi dan memberi check list
penelitian pada tahun 2012 yang telah pada pilihan jawaban yang sesuai. Data
dilakukan di PKU Muhammadiyah yang dikumpulkan yaitu:
Jogjakarta oleh Arianti yaitu hubungan
antara perawatan kaki dengan resiko ulkus 1. Kuesioner Tentang Pengetahuan
kaki diabetes, hasil yang didapatkan Kuesioner ini digunakan untuk
bahwa perawatan kaki mandiri serta mengukur pengetahuan pasien diabetes
pemilihan dan pemakaian alas kaki yang tentang perawatan kaki dalam mencegah
benar dapat mencegah resiko terjadinya luka. Kuesioner yang digunakan adalah
ulkus (Arianti, 2012). kuesioner yang dibuat oleh Munali (2019)
Berdasarkan fakta tersebut, yang dikembangkan oleh Shiu & Wong
peneliti tertarik untuk melakukan (2011). Jumlah seluruh pertanyaan terdiri
penelitian mengenai hubungan dari 15 item dengan pilihan jawaban yang
pengetahuan pasien diabetes mellitus tipe paling benar. Setiap jawaban yang benar
II dengan praktik perawatan kaki dalam diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi
mencegah luka. nilai 0. Sehingga skor total 15.
Variabel n %
Berdasarkan tabel diatas didapatkan
Praktik
jumlah responden yang melakukan
Baik 15 50.0
praktik perawatan kaki dengan baik
Kurang 15 50.0
berjumlah 15 orang (50,0%). Yang
Jumlah 30 100
melakukan praktik kurang 15 orang .
ARTIKEL PENELITIAN
Penerapan Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Pencernaan
“Gastritis”
Application of Nursing Care with "Gastritis" Digestive System Disorders
Suprapto Suprapto
Prodi DIII Keperawatan Politeknik Sandi Karsa
Artikel info
Artikel history: Abstract
Received; 08 Februari 2020 The purpose of applying nursing care by using a nursing process
Revised; 11 Februari 2020 approach with priority problems meeting the basic needs of pain.
Accepted; 12 Februari 2020 The research method used with the case study approach is designed
descriptively, which in this case study will explain the cases
experienced by patients with gastritis. The results of research from
the results of case studies that people with gastritis will be worse if
he experiences stress. In addition to stress, the entry of air through
the mouth when consuming food can also cause an increasingly
bloated stomach and increased belching frequency. Conclusions
obtained from the main complaints of patients say uluhati like
pricked and felt at mealtime or late eating with the nature of
complaints disappearing arise. The objective data is that the general
condition of the patient is weak, the patient seems to wince The
main nursing diagnoses are pain related to gastric mucosal
irritation, nutritional changes less than the body's needs related to
inadequate intake and the risk of lack of fluid volume associated
with nausea and vomiting. In planning the writer involves the family
in determining the priority of the problem of choosing the right
action in the nursing process of gastritis. Interventions carried out
adjusted to interventions contained in the theory. The
implementation phase is based on a plan that has been prepared by
the author together with the client and family. In evaluating the
nursing process in clients with gastritis always refers to the purpose
of meeting the needs of the client. The results of the evaluation
conducted for three days showed that all problems could be
overcome.
Abstrak.
Tujuan menerapkan asuhan keperawatan dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan dengan prioritas masalah
pemenuhan kebutuhan dasar nyeri. Metode penelitian yang
digunakan dengan pendekatan studi kasus didesain secara
deskriptif, dimana dalam studi kasus ini akan menjelaskan tentang
kasus yang dialami oleh pasien dengan Gastritis. Hasil penelitian
dari hasil studi kasus bahwa penderita gastritis akan menjadi lebih
buruk jika dirinya mengalami stres. Selain stress, masuknya udara
lewat mulut ketika mengkonsumsi makanan juga bisa
menyebabkan perut semakin kembung dan frekuensi sendawa
meningkat. Kesimpulan didapatkan keluhan utama pasien
Suprapto, Application of Nursing Care with "Gastritis" Digestive System Disorders, JIKSH Vol 9 No 1 Juni 2020
25
Suprapto, Application of Nursing Care with "Gastritis" Digestive System Disorders, JIKSH Vol 9 No 1 Juni 2020
26
Sebagai bahan acuan bagi pasien mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang cara
mengontrol Nyeri, ansiestas dan resiko infeksi akibat Trauma Capitis Ringan (Suprapto, 2017)
Gastritis merupakan penyakit yang sering kita jumpai dalam masyarakat. Kurang tahunya cara
penangan yang tepat merupakan salah satu penyebabnya. Gastritis adalah proses inflamasi pada
lapisan mukosa dan sub mukosa pada lambung. Pada orang awam sering menyebutnya dengan
penyakit maag. Masyarakat sering menganggap remeh penyakit gastritis, padahal jika inflamasi
semakin besar dan parah maka lapisan mukosa akan tampak sembab, merah dan mudah berdara.
Diagnosa yang muncul pada gastritis yaitu gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan
peradangan pada Epigastrium; gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari pemenuhan tubuh
berhubugan dengan nafsu makan menurun, mual dan muntah; resiko tinggi kurang volume cairan
berhubungan dengan out put yang berlebihan; kurang pengetahuan tentang penyakitnya
berhubungan dengan ketidaktahuan dan kurang informasi. Proses asuhan keperawatan dilakukan
pada pasien dengan gejala gastritis yang sedang menjalani perawatan di bangsa Melati RSUD
Sragen. Masalah yang paling menonjol dari asuhan keperawatan gastritis yaitu nyeri karena
adanya peradangan pada epigastrium. Prioritas pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien
gastritis yaitu perawat harus mengakali nyeri, dan meminimalis terjadinya faktor-faktor yang
memperparah penyakit yaitu dengan membatasi makanan yang menimbulkan ketidak nyamanan
(Ekowati, 2008)
Metode
Metode penelitian yang digunakan studi kasus didesain secara deskriptif, dimana dalam studi
kasus ini akan menjelaskan tentang kasus yang dialami oleh pasien dengan Gastritis. Fokus pada
masalah nyeri; merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan yang actual atau potensial atau digambarkan dalam hal
kerusakan sedemikian rupa. Instrument studi kasus yang digunakan dalam studi kasus telah diujii
validitas dan reliabilitasnya. Dalam melakukan pengumpulan data, studi kasus harus cermat,
intensif dan komprehensif sehingga didapatkan data yang akurat.
Prosedur pengumpulan data dan istrumen pengumpulan data yang digunakan dalam studi kasus,
diuraikan pada bagian ini. Penyusunan bagian awal instrument dituliskan karakteristik responden:
umur, pekerjaan, social ekonomi, jenis kelamin, dll. Jenis instrument yang sering digunakan pada
ilmu keperawatan diklasifikasikan menjadi 5 bagian; biofisiologis(pengukuran yang berorientasi
pada dimensi fisiologis manusia, baik invino maupun invitro, observasi (terstruktur dan tidak
teratur). Penyajian data disesuaikan dengan desain studi kasus deskriptif yang dipilih. Untuk studi
kasus, data disajikan secara tekstular/narasi dan dapat disertai dengan cuplikan ungkapan verbal
dari subyek penilitian yang merupakan data pendukungnya (Suprapto, 2018)
tahap proses keperawatan sebagai berikut: Pada gastritis yang dialami Tn.H pada keluarga Tn. H,
muncul masalah kesehatan yaitu: 1) Nyeri b/d terputusnya jaringan tulang, dan Resiko perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake kurang, 2) Prioritas diagnosa keperawatan yang
pertama yaitu Nyeri b/d terputusnya jaringan tulang, hal ini dikarenakan scoring atas diagnosa ini
3 1/3, 3) Dalam melaksanakan tugas keperawatan keluarga, Tn. H dan keluarga telah dapat
memenuhi empat tugas yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, keluarga mampu
mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat, keluarga mampu merawat
anggota keluarga yang sakit,dan keluarga sudah menggunakan fasilitas/ pelayanan kesehatan di
masyarakat. Hanya saja keluarga belum mampu memodifikasi lingkungan yang sehat karena
keluarga Tn. H terhalang keterbatasan dana.
Dari teori dan kasus penulis menyimpulkan bahwa dimana teori menjelaskan ada empat masalah
keperawatan yang dapat muncul sedangkan pada kasus hanya ditemukan 3 masalah. Pada teori
menjelaskan masala yang dapat muncul yaitu “ketidakseimbangan nutrisi” sedangkan pada kasus
tidak ditemukan data yang dapat menunjang terjadinya ketidakseimbangan nutrisi.
Sesuai dengan hasil penelitian (Wulansari & Apriyani, 2017) menunjukkan bahwa diagnosis
keperawatan aktual yang dialami pasien adalah : Nausea (100% responden), nyeri akut (91,7%
responden), gangguan pola tidur (58,33% responden, dan gangguan menelan (58,33% responden,
dan gangguan mukosa oral (50% responden). Saran bagi pihak RS adalah menjadikan diagnosis
keperawatan temuan sebagai dasar pembuatan standar asuhan keperawatan bagi pasien dengan
keluhan gastrointestinal yang dirawat di RSD HM Ryacudu Kotabumi Lampung Utara. Sedangkan
rekomendasi bagi peneliti selanjutnya adalah melanjutkan penerapan standar asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan pencernaan.
Menurut (Fadli et al., 2019) evaluasi keperawatan antara teori dan kasus mengacu kepada kriteria
tujuan. Evaluasi masala keperawatan dilakukan dengan melihat perkembangan kondisi atau
respon dari pasien dari tanggal 17-25 Januari 2018, dari tiga diagnosa keperawatan yang
ditemukan dalam kasus semuanya dapat teratasi. Sistem pencernaan merupakan suatu saluran
jalan makanan/nutrisi dari jalan masuk atau input sampai dengan keluaran (ekskresi/eliminasi).
Secara anatomis sistem pencernaan atau sering disebut sistem digestivus atau gastrointestinal
terdiri atas berbagai macam organ dari rongga mulut sampai anus. Keluhan pada pasien
gastrointestinal dapat berkaitan dengan gangguan lokal/intralumen saluran cerna misalnya
adanya ulkus duodeni, gastritis dan sebagainya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh terapi dzikir terhadap intensitas nyeri pada pasien gastritis. Penelitian tersebut
mengunakan desain quasi experiment dengan pendekatan Pre and Post Test Group design.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2018. Pengumpulan data di
Ruang Bedah Rumah Sakit Nene Mallomo Kabupaten Sidrap dilaksanakan setiap pagi mulai
tanggal 2 Juni 2018 sampai dengan 25 Agustus 2018 dengan jumlah sampel sebanyak 45
responden. Hasil penelitian ini diperoleh nilai p=0,000 dengan tingkat kemaknaan p<α (0,05)
yang dimana nilai p<α maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh terapi dzikir terhadap
intensitas nyeri pada pasien gastritis di rumah sakit Nene Mallomo Kabupaten Sidrap.
Menurut (Sari, 2018) gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa
kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Tetapi factor – factor
lain seperti trauma fisik dan pemakaian secara terus menerus beberapa obat penghilang sakit
dapat juga menyebabkan gastritis. Evaluasi dalam dunia keperawatan merupakan kegiatan dalam
menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan guna mengetahui pemenuhan kebutuhan
klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Tujuan : penulisan ini
bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana diagnosa gastritis ditegakkan dan
menilai hubungan diagnosa gastritis dengan bentuk diet terhadap pasien dengan gastritis. Metode
: Metode penulisan kajian ini menggunakan metode analisis observasi terhadap materi penugasan.
Hasil : Berdasarkan hasil analisis terhadap beberapa sumber jurnal yang sesuai dengan materi
penugasan di peroleh bahwa Evaluasi kerap sekali tidak dilakukan karena kurang mampunya
peraat dalam lakukan analisis terhadap asuhan keperawatan serta intervensi yang telah dilakukan
Suprapto, Application of Nursing Care with "Gastritis" Digestive System Disorders, JIKSH Vol 9 No 1 Juni 2020
28
Evaluasi merupakan suatu proses kontinyu yang terjadi saat melakukan kontak dengan pasien dan
penulis menggunakan teori SOAP yaitu S (Subjektif) berisi data pasien melalui anamnesis yang
mengungkapkan perasaan langsung, O (Objektif) berisi data yang ditemukan setelah melakukan
tindakan, dapat dilihat secara nyata dan dapat diukur, A (assasment) merupakan kesimpulan
tentang kondisi pasien setelah dilakukan tindakan dan P (Planning) adalah rancana lanjutan
terhadap masalah yang dialami pasien. Pasien mengatakan nyeri pada ulu hati sudah tidak terasa.
Secara objektif ditemukan keadaan umum pasien mulai membaik, pasien nampak tenang sehingga
dapat disimpulkan bahwa masalah utama teratasi dan intervensi dihentikan karena pasien
diperbolehkan pulang (Taamu, 2018)
Daftar Rujukan
Astuti, A. (2010). Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Keluarga Tn. H Khususnya Tn. H Dengan
Gangguan Pencernaan: Gastritis Di Wilayah Puskesmas Grogol I.
Depkes, R. (1992). Undang Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan. Jakarta: Depkes RI.
Ekowati, P. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Gastritis Di Bangsal Melati Rsud
Sragen.
Fadli, F., Resky, R., & Sastria, A. (2019). Pengaruh Terapi Dzikir terhadap Intensitas Nyeri pada
Pasien Gastritis. Jurnal Kesehatan, 10(2), 169–174.
Hartati, S., & Cahyaningsih, E. (2016). Hubungan Perilaku Makan dengan Kejadian Gastritis pada
Mahasiswa Akper Manggala Husada Jakarta Tahun 2013. Jurnal Keperawatan, 6(1).
Sari, A. D. (n.d.). Evaluasi Proses Keperawatan Pada Pasien Gastritis. 2018.
https://osf.io/preprints/inarxiv/wnzdy/download
Siswandana, D. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Bp. D Dengan Gastritis Erosif Di Rst Dr.
Soedjono Magelang Jawa Tengah.
Suprapto. (2017). Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah (2nd ed.). LP2M Akper Sandi Karsa.
https://isbn.perpusnas.go.id/Account/SearchBuku?searchCat=ISBN&searchTxt=978-602-
50820-2-3
Suprapto, S. (2017). Studi Kasus pada Klien Nn. N dengan Trauma Capitis Ringan Dirawat Unit
Gawat Darurat Rumah Sakit Islam Faisal Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada,
5(1), 25–29.
Suprapto, Application of Nursing Care with "Gastritis" Digestive System Disorders, JIKSH Vol 9 No 1 Juni 2020
29
Suratun, L. (2010). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Gastrointestinal. Jakarta:
Trans Info Media.
Taamu, H. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Gangguan Sistem Pencernaan Gastritis
Di Puskesmas Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi.
Wulansari, P., & Apriyani, H. (2017). Diagnosis keperawatan pada pasien dengan gangguan
pencernaan. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 12(1), 40–45.
Suprapto, Application of Nursing Care with "Gastritis" Digestive System Disorders, JIKSH Vol 9 No 1 Juni 2020
25
ABSTRAK
Latar belakang: Perawat di IGD dituntut untuk selalu menjalankan perannya diberbagai situasi dan kondisi
yang meliputi tindakan penyelamatan pasien secara profesional khususnya pada pasien gawat darurat sistem
kardiovaskuler. Instalasi gawat darurat sebagai gerbang utama penanganan kasus gawat darurat di rumah
sakit memegang peranan penting dalam penyelamatan pasien. Pengetahuan perawat harus selalu
ditingkatkan untuk memenuhi pelayanan prima dalam penanganan kasus gawat darurat sistem
kardiovaskuler. Tujuan : penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan perawat dalam penangan
pasien gawat darurat sistem kardiovaskuler di instalasi gawat darurat rumah sakit umum daerah jayapura.
Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Teknik pengambilan sampel menggunakan total
sampling berjumlah 34 responden, instrumen dalam penelitian ini mengunakan kuesioner berjumlah 25
pernyataan. Hasil penelitian menujukkan bahwa pengetahuan perawat di instalasi gawat darurat rumah
sakit umum daerah jayapura memiliki pengetahuan dengan kategori baik sebanyak 25 responden (73,5%)
dan kategori cukup sebanyak 9 responden (26,5%). Kesimpulan: Penelitian tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan perawat dalam penanganan pasien gawat darurat sistem
kardiovaskuler tergolong baik.
ABSTRACT
Background: Nurses in the emergency room are required to always carry out their roles in various
situations and conditions including the professional rescue of patients, especially in patients with
emergency cardiovascular system. Emergency department as the main gate for handling emergency cases in
hospitals plays an important role in saving patients. Nurse knowledge must always be improved to meet
excellent service in handling cardiovascular emergency cases. Objective: this study was to determine the
knowledge of nurses in the handling of cardiovascular emergency department patients in the emergency
department of the general hospital in jayapura. This research method is descriptive research. The sampling
technique used a total sampling of 34 respondents, the instrument in this study used a questionnaire of 25
statements. The results showed that the knowledge of nurses in the emergency department of the general
hospital in the area of jayapura had knowledge in the good category of 25 respondents (73.5%) and a
sufficient category of 9 respondents (26.5%). Conclusion: The study can be concluded that the level of
knowledge of nurses in handling emergency cardiovascular system patients is quite good.
napas tidak dilakukan (head, tilt chin lift, jaw trust) 1. Karakteristik Responden
serta kolaborasi pemberian obat terkadang Tabel 1. Umur
terlambat. No Umur Frekuensi Presentasi
Berdasarkan latar belakang diatas, maka (tahun) (f) (%)
peneliti akan meneliti tentang “Bagaimana 1 17-25 4 11,8%
Pengetahuan Perawat dalam Penanganan Pasien 2 26-35 14 41,2%
3 36-45 14 41,2%
Gawat Darurat Sistem Kardiovaskuler di Instalasi
4 46-55 2 5,8%
Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Total 34 100%
Jayapura.”
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan dari 34
Metodologi responden dalam penelitian ini ditemukan yang
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif terbanyak responden dengan umur di antra 26-35
yaitu untuk mengambarkan pengetahuan perawat tahun dan 36-45 tahun masing-masing sebanyak 14
dalam penangan pasien gawat darurat sistem responden (41,2%).
kardiovaskuler di IGD RSUD Jayapura. Lokasi
penelitian dilakukan di ruang instalasi gawat Tabel 2. Jenis Kelamin
darurat rumah sakit umum daerah Jayapura dan No Jenis Frekuensi Presentasi
waktu penelitiannya dilaksanakan pada Maret- Juni Kelamin (f) (%)
2019. Variabel penelitian yang digunakan yaitu 1 Laki-laki 26 76,5%
variabel tunggal yaitu pengetahuan perawat dalam 2 Perempuan 8 23,5
penanganan pasien gawat darurat sistem Total 34 100%
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan dari 34
kardiovaskuler di IGD RSUD Jayapura.
responden dalam penelitian ini ditemukan yang
Populasi seluruh perawat PNS dan kontrak
terbanyak responden dengan jenis kelami laki-laki
sebanyak 34 orang yang melakukan penanganan
ada sebanyak 26 responden (76,5%)
pasien gawat darurat sistem kardiovaskuler di IGD
RSUD Jayapura. Teknik pengambilan sampel yang
Tabel 3. Pendidikan
digunakan adalah total sampling. Sampel yang di
No Pendidikan Frekuensi Presentasi
teliti berjumlah 34 orang di ruang IGD RSUD
(f) (%)
Jayapura. Instrumen dalam penelitian 1 SPK 1 2,9%
menggunakan kuesioner. Analisa data dilakukan 2 D3 21 61,8%
dengan mengumpul data yang ada kemudian 3 Keperawatan 12 35,3%
ditabulasi dan disajikan dalam bentuk tabel SI Ners
distribusi frekuensi. Total 34 100%
Tabel 5. Pelatihan yang diikuti suatu hal, sehingga orang tersebut lebih termotivasi
No Pelatihan yang di Frekuensi Presentasi untuk mendapatkan informasi serta mengakses
ikuti (f) (%) berbagai sumber informasi yang ada.
1 Belum Pelatihan 1 2,9% Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil
2 Mengikuti satu 23 67,7% penelitian yang dilakukan oleh Joice Mermy di
pelatihan
IGD BLU RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
3 Mengikuti dua 5 14,7%
pelatihan dengan jumlah responden 31 dimana di dapatkan
4 Mengikuti tiga 2 5,9% hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat
pelatihan pengetahuan baik berjumlah 9 responden (29.0%)
5 Mengikuti empat 1 2,9% dan pengetahuan cukup berjumlah 19 responden
pelatihan (61,3%). (Joice Mermy Laoh, 2014. Karya tulis
6 Mengikuti lima 2 5,9% Ilmiah: Gambaran Pengetahuan Perawat Pelaksana
pelatihan
dalam Penanganan Pasien Gawat Darurat Di Ruang
Total 34 100%
IGDM BLU RSUP. Prof.Dr. R.D. Kandou
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan dari 34 Manado).
responden dalam penelitian ini ditemukan yang Penelitian ini menggambarkan bahwa tingkat
terbanyak responden yang mengikuti satu pengetahuan yang dimiliki responden adalah baik.
pelatihan ada sebanyak 23 responden (67,7%). Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan baik yang
2. Variabel yang Diteliti dimiliki responden dapat dikarenakan oleh masa
Tabel 6. Pengetahuan kerja, karena jumlah responden dengan masa kerja
No Pengetahuan Frekuensi (f) Presentasi (%) > 11 tahun sebanyak 15 responden (44,1%)
1 Baik 25 73,5% sedangkan masa kerja 6-10 tahun sebanyak 8
2 Cukup 9 26,5% responden (23,5%) dan masa kerja 1-5 tahun
3 Kurang 0 0% sebanyak 11 responden (32,4%). Peneliti juga
Total 34 100% berasumsi bahwa pengetahuan baik yang dimiliki
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan dari 34 responden dapat dipengaruhi oleh tingkat
responden dalam penelitian ini yang ditemukan pendidikan di mana pendidikan SI Ners berjumlah
terbanyak responden dengan pengetahuan dalam 12 responden (35,3%), dan juga banyaknya pasien
kategori baik ada sebanyak 25 responden (73,5%). yang masuk ke IGD sedangkan jumlah perawat tak
sebanding dengan perawat yang ada serta fasilitas
Pembahasan yang tidak memadai dimana banyaknya pasien
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di yang memerlukan fasilitas kesehatan seperti
IGD RSUD Jayapura menggambarkan karakteristik monitor EKG, papan resusitasi dan sebagainya
dari 34 responden berdasarkan umur frekuensi tetapi dipakai untuk pasien lainnya.
terbanyak 26-35 tahun dan 36-45 tahun dengan Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan
jumlah masing-masing 14 responden (41,2%). atau kognitif merupakan domain yang sangat
Jenis kelamin responden dengan frekuensi penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
terbanyak laki-laki dengan jumlah 26 responden karena dari pengalaman dan penelitian ternyata
(76,5%). Pendidikan responden dengan frekuensi sikap dan perilaku yang didasari oleh pengetahuan
terbanyak D3 dengan jumlah 21 responden akan lebih langggeng dari pada yang tidak didasari
(61,8%). Masa kerja responden dengan frekuensi oleh pengetahuan. Pengetahuan diperoleh dari
terbanyak > 11 tahun dengan jumlah 15 responden pengalaman, pendidikan, masa kerja dan pelatihan
(44,15). Pelatihan yang diikuti responden dengan yang diikuti, lingkungan, media masa daan lain
frekuensi terbanyak adalah mengikuti satu sebangainya.
pelatihan dengan jumlah 23 responden (67,7%). Pengetahuan perawat dalam penanganan
Bila ditinjau dari pengetahuan responden pasien gawat darurat sistem kardiovaskuler
dalam penanganan pasien gawat darurat sistem sangatlah penting untuk dikuasai karena tidak
kardiovaskuler dalam kategori baik sebanyak 25 mungkin seseorang dapat memberikan tindakan
responden (73,5%) dan kategori cukup sebanyak 9 yang cepat tepat dan akurat kalu tidak menguasai
responden (26,5%). Menurut Notoatmodjo (2010) ilmuny. Keterlambatan dalam semenit saja sangat
pengetahuan lebih tergantung pada paparan mampengaruhi prognosi seseorang karena
informasi yang didapatkan seseorang mengenai kegagalan sistem otak dan jantung selama 4-6menit
29
dapat menyebabkan kematian biologi sementara Asmadi. (2017). Dalam Konsep Dasar
kematian klinis dapat terjadi setelahnya, Rankin A., Keperawatan. Sinar Bahari: Jakarta
et aal. (2013). Bobak, K. Jensen. (2009). Perawatan Gawat
Menurut asumsi penelitian bawah Darurat. Jakarta. EGC
pengetahuan perawat yang bekerja di instalasi Bornout. (2011). Studi Pada Perawat Unit
gawat darurat rumah sakit umum daerah jayapura Perawatan Intensif. Juernal Phronesis. Vol.
lebih banyak memiliki pengetahuan baik 7 No. 2. Jakarta
dikarenakan rata-rata responden memiliki masa Dharma S. (2010). Sistematika Interprestasi
kerja lebih dari 11 tahun sebanyak 15 responden Elektro Kardiogram. Jakarta. EGC
dan rata-rata pendidikan respondennya D3 Darurat. http:// digilib. unimus. ac. id. Diakses
Keperawatan sebanyak 21 dan SI keperawatan 12 pada Kamis tanggal 20 April 2018
responden serta dilihat dari faktor usia para Dewi P. (2016). Pengantar Riset Keperawatan.
responden memiliki umur 26-34 tahun dan 36-45 Jogjakarta. Pustaka Baru Press
tahun merupakan masa dewasa awal dan dewasa Depkes RI. (2009). Kategori Umur. Dalam
akhir di mana masa ini merumakan masa terjadinya http://kategori-umur-menurut-Depkes. html.
kematangan kognitif seseorang sehingga hal ini Diakses pada tanggal 04 desember 2018.
dapat ikutt serta dalam peningkatan seseorang. Faridah VN. Hubungan Pengetahuan Perawat dan
Peran Perawat Sebagai Pelaksanan dalam
Kesimpulan Penanganan Pasien Gawat Darurat dengan
Berdasarkan hasil penelitian menggenai Gangguan Sistem Kardiovaskuler Vol. 2,
Pengetahuan perawat dalam penanganan pasien No. IV, Desember 2013 (diunduh Februari
gawat darurat sistem kardiovaskuler di IGD RSUD 2018)
Jayapura dapat disimpulkan bahwa bahwa dari 34 Ferbiani D. (2018). Konsep Dasar Keperawatan.
responden diperoleh frekuensi umur terbanyak Healthy.
dalam penelitian ini adalah 26-35 tahun dan 36-45 Hasyim, M. Joe P. et aal. (2014). buku Pedoman
tahun masing-masing berjumlah 14 responden Keperawatan. Yogyakart: Indo Prima
(41,2%), responden terbanyak dalam penelitian ini Ideputri. M. E, dkk, 2011. Buku Ajar Metodologi
berjenis kelamin laki-laki berjumlah 26 responden Penelitian Kesehatan. Jogjakarta. Nuha
(76,5%), dari 34 responden dalam penelitin ini Medika.
menunjukkan tingkat pendidikan D3 terbanyak Iskandar Muhamad. (2013). Keperawatan
berjumlah 21 responden (61,8%) dan responden Profesional Hak cipta, Jakarta: In Media
dalam penelitian ini terbanyak memiliki masa kerja Indenesia Heart Association. (2016). Education for
lebih dari 11 tahun berjumlah 15 responden Pantient: Henti Jantung di akses tanggal 10
(44,1%) serta responden dalam penelitian ini yang Maret 2018.
menggikuti pelatihan paling banyak mengikuti satu International Council of Nurse, dalam Konsep
pelatihan berjumlah 23 responden (67,7%). Dasar Keperawatan, 2017. EGC. Jakarta
Pada penelitian ini ditemukan tingkat Jakarta Medikal Service 119 Training Division.
pengetahuan responden kategori baik sebanyak 25 (2013). Yayasan Ambulans Gawat Darurat
responden (73,5%) dan kategori pengetahuan 118 Edisi VI. PT Ambulans Satu Satu
cukup sebanyak 9 responden (26,5%). Dari hasil Delapan.
penelitian dapat disimpulkan bahwa perawat John A. 2010, Perawatan Gawat Darurat
dalam penanganan pasien gawat darurat sistem (Emergency Care). EGC Kamus
kardioavaskuler di IGD RSUD Jayapura sebagian Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2016). diunduh
besar memiliki pengetahuan baik. Hasil ini dilihat April 2019
dari temuan yang didapatkan saat membagikan Krisanty P, dkk. (2011). Asuhan Keperawatan
kuesioner dan dari jawaban kuesioner yang Gawat Darurat. Jakarta Trans Info Media
dibagikan pada responden. Jakarta.
Majid A. (2017). Asuhan Keperawatan pada Pasien
Daftar Pustaka dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler.
Yogyakarta. Pustaka Baru Press
Anonim. (2010). Konsep tentang Citra
Keperawatan dalam Memberi Pelayanan
Kesehatan, Nusa aulia: Bandung
30
Muttaqin A. (2009). Asuhan Keperawatan Klien Saryono. (2014) Metodologi Penelitian. Bandung:
dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler CN Sagung Seto
dan hematologi. Salemba Medika. Sugiayono. (2012). Konsep Dasar Keperawatan.
Muhammad N & Khalid, 2013. Buku Panduan PT. Presentasi Pustaka Karya
Basic Trauma Cardiac lLife Wawan, A & Dewi , M. (2011). Teori dan
Support BTCL. Brigade siaga Becana. Makassar Pengukuran Pengetahuan Sikap dan
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Riset Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha
Kesehatan. Rineke Cipta: Jakarta Medika.
Nursalam. (2001). dalam Konsep Dasar Wellem S, dkk. (2017). Faktor- faktor yang
Keperawatan, 2017. Salemba Medika berhubungan dengan Pengetahuan Perawat
Nur A. (2016). Peran Perawat dalam Identifikasi dalam Menghadapi Cardiac arrest. E-
Dini dan Penatalaksanaan Acute Coronary journal Keperawatan (e-Kp) Vol 5 Nomor
Syndrom 1 Februari 2017
Rab A. (2011). Penanganan Gawat Darurat. Sinar WHF. (2016). Word Heart Federation Februari
Bahari: Jakarta 2016. Diakses tanggal 1 April 2018.
Riset Kesehatan Dasar Keperawatan (2013).
Diakses tanggal 2 April 2018
MONITORING NILAI KRITIS TEKANAN SISTOLIK DAN DIASTOLIK PADA
ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL KRONIK YANG DILAKUKAN
HEMODIALISIS JENIS ARTERIOVENA SHUNT CIMINO
DAN AKSES FEMORAL CEPHALICA
Martono
Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan
77
78 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 6, No 1,Mei 2016, hlm 01-117
usia ≥51 sebesar 59% dan usia termuda 29 tahun dan tertua 77 tahun, yang didominasi
jenis kelamin laki-laki.57% Pasien yang dilakukan hemodialisis baik AV Shunt
maupun akses Dialisis Cephalica Femoral sebagian besar tidak ada perubahan dalam
tekanan sistolik dan diastolik atau menetap.
sebelum, saat proses dan sesudah akhir pasien Gagal Ginjal Kronik yang
dilakukan dialisis. dilakukan dialisis terpasang akses
Berdasarkan hasil survey yang vaskuler arteriovena shunt cimino dan
dilakukan terhadap 30 pasien yang akses femoral cephalica yang dirawat di
dilakukan dialisis dari 15 orang yang unit Hemodialisa Rumah Sakit Umum dr.
menggunakan akses cimino 7 orang Moewardi Surakarta yang berjumlah 44
mengalami kenaikan tekanan darah, 3 sampel dengan teknik pengambilan
orang tidak ada perubahan tekanan darah, sampel menggunakan purposive sampling.
5 orang mengalami penurunan tekanan Uji statistik yang digunakan dalam
darah. Untuk 12 orang yang dilakukan penelitian ini adalah uji diskriptif dengan
hemodialisis menggunakan akses femoral tingkat signifikansi yang dipahami 95 %.
4 orang mengalami kenaikan tekanan
darah, 2 orang tetap, an 6 orang HASIL PENELITIAN
mengalami penurunan. Sedangkan 3 orang Sebaran Umur Responden
yang yang dilakukan hemodialisis akses Dari 44 sampel yang dilakukan
menggunakan double lumen semuanya haemodialisa dapat dijelaskan bahwa
mengalami penurunan tekanan darah. sebagian besar mempunyai umur ≥51
Selain itu, dengan adanya keterbatasan tahun sebesar 26 orang (59%), umur 41
tenaga kesehatan di Ruang haemodialisa sampai 50 tahun sebesar 9 orang (20.5%),
Rumah Sakit Dr Moewardi Surakarta 31 sampai 40 tahun sebesar 8 orang
pengukuran tekanan darah hanya (18.2%) dan yang berumur ≤ 30 tahun
dilakukan pada awal sebelum dialisis saja, sebanyak 1 orang (2.3%). Sebaran umur
dan pada akhir dialisis beberapa pasien dijelaskan pada gambar 1.
tidak diukur kembali tekanan darahnya,
sehingga tidak diketahui apakah ada
kenaikan/ penurunan tekanan darah.
Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan
kajian yang lebih mendalam tentang
deteksi dini nilai kritis tekanan sistolik dan 26
diastolik pada asuhan keperawatan gagal
ginjal kronik yang dilakukan dialisis.
8 9
1
METODE PENELITIAN ≤ 30 31-40 41-50 ≥ 51
Penelitian ini dilakukan dengan tahun tahun tahun tahun
rancangan explanatory research dengan Gambar 1.
pendekatan cross sectional. Disain ini Sebaran Umur Responden
dilakukan untuk menjelaskan gambaran
tindakan dialisis yang dilakukan
Sebaran Jenis Kelamin Responden
pemasangan arteriovena shunt cimino dan
Dari 44 sampel yang dilakukan
akses femoral cephalica terhadap
haemodialisa dapat dijelaskan bahwa
perubahan nilai kritis tekanan sistolik dan
sebagian besar jenis kelamin laki-laki
diastolik pada asuhan keperawatan gagal
sebesar 25 orang (57%), dan perempuan
ginjal kronik yang dilakukan dialisis.
sebesar 19 orang (43%). Sebaran jenis
Populasi penelitian ini adalah semua
kelamin dijelaskan pada gambar 2.
80 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 6, No 1,Mei 2016, hlm 01-117
Akses
Femoral AV Shunt;
Cephalica; 22; 50%
22; 50%
perempuan;
19; 43% laki-laki;
25; 57%
Gambar 4.
Sebaran Jenis Haemodialisa
Sebaran klasifikasi tekanan sistolik dan
diastolik yang dilakukan dialisis
Gambar 2.
Sebaran Jenis Kelamin Dari 44 sampel yang dibagi menjadi
22 kelompok sampel yang dilakukan
dialisis AV Shunt dijelaskan bahwa
Sebaran Tingkat Pendidikan Responden sebaran tekanan sistolik sebelum
Dari 44 sampel yang dilakukan dilakukan dialisis sebagian besar dengan
haemodialisa dapat dijelaskan bahwa kategori hipertensi parah dan hipertensi
sebagian besar tingkat pendidikan SD stadium II masing-masing sebanyak 7
sebesar 19 orang (43.2%), SMA sebesar orang (31.8%), kategori pra hipertensi
15 orang (34.1%), SMP sebesar 7 orang sebanyak 5 orang (22.8%), hipertensi
(15.9%) dan peguruan tinggi sebesar 3 stadium I sebanyak 2 orang (9.1%), dan
orang (6.8%). Sebaran pendidikan normal sebanyak 1 orang (4.5%). Lebih
dijelaskan pada gambar 3. lanjut dijelaskan bahwa klasifikasi
tekanan diastolik pra dialisis sebagian
besar dikategorikan hipertensi stadium II
sebanyak 12 orang (54.5%), normal
sebanyak 5 orang (22.7%), pra hipertensi
sebanyak 4 orang (18.2%), danrendah 1
19 orang (4.6%). Sedangkan tekanan sistolik
15 setelah dilakukan dialisis sebagian besar
normal sebanyak 5 orang (22.7%), pra
7
3 hipertensi, hipertensi parah , hipertensi
stadium I, dan II masing-masing sebesar
Sekolah Sekolah Sekolah Perguruan
Dasar Menengah Menengah Tinggi 4 orang (18.2%). Tekanan diastolik
Pertama Atas
setelah dilakukan dialisis sebagian besar
Gambar 3. normal dan pra hipertensi masing-masing
Sebaran Tingkat Pendidikan
sebesar 6 orang (27.3%), hipertensi
stadim II sebanyak 5 orang (22.7%),
Sebaran Jenis Haemodialisa hipertensi stadium I dan rendah sebesar 2
Dari 44 sampel yang dilakukan orang (9.1%), dan 1 orang (4.5%)
haemodialisa dapat dijelaskan bahwa mengalami hipertensi parah. Sebaran
sebaran jenis haemodialisa AV Shunt klasifikasi tekanan sistolik dan diastolik
maupun akses Femoral Cephalica pra dan post dialisis AV Shunt dijelaskan
masing-masing sebesar 22 orang (50%). pada gambar 5. Sedangkan 22 kelompok
Martono, Monitoring Nilai Kritis Tekanan Sistolik 81
Jenis Kelamin
Sebaran karakteristik jenis kelamin
PEMBAHASAN pada penelitian ini sebagian besar laki-laki
Umur sebesar 57%, dan perempuan sebesar
Sebaran umur pada penelitian ini 43%. Karakteristik ini hampir sama
diperoleh usia termuda 29 tahun dan tertua dengan data dari IRR, (2011) yang
77 tahun. Rentang usia terbanyak malaporkan bahwa di Indonesia, dari 6951
didapatkan pada usia ≥51 tahun yaitu pasien yang dilakukan hemodialisis
sebesar 59%. Hal tersebut sesuai dengan sebagian besar laki-laki sebesar 4180
karakteristik pada pasien dengan penyakit orang laki-laki dan sisanya 2771 orang
gagal ginjal yang dilakukan haemodialisis perempuan. Hal ini juga didukung
di Indonesia, sebagaimana yang telah penelitian sebelumnya yang dilakukan
dilaporkan Indonesia Renal Registry (IRR) Ferry, Cerelia, Eko, (2016) yang
tahun 2011 yaitu sebanyak 89% berumur menjelaskan bahwa dari 71 pasien yang
35-70 tahun dengan kelompok umur dilakukan haemodialisis sebagian besar
terbanyak 45-54 tahun yaitu 27%. Hal didominasi pasien laki-laki sebesar 61%
yang sama juga disampaikan oleh Hanie, dan sisanya 39% pasien perempuan. Dari
Fadli, dan Rudy, (2014) yang menjelaskan perbandingan diatas dapat disimpulkan
bahwa pasien yang dilakukan hemodialisis bahwa laki-laki lebih banyak dilakukan
umur penderita berkisar 22-75 tahun hemodialisis dibandingkan perempuan.
dengan rata-rata 52,39 ±10,39 tahun dan
terbanyak umur 50-59 tahun yaitu sebesar Perubahan tekanan sistole dan diastole
50,86%. Hal ini serupa dari penelitian yang dilakukan hemodialisis
sebelumnya yang dilakukan Ferry, Tekanan sistolik dan diastolik pada
Parlindungan, Ginova, Hamzah, (2014) pasien yang dilakukan haemodialisis AV
yang menjelaskan bahwa subyek yang Shunt sebagian besar kategori menetap
dilakukan hemodialisis sebagian besar dan menurun masing- masing sebesar 8
dengan rerata usia 54.8 tahun. orang (36.4%). Sedangkan pasien yang
Martono, Monitoring Nilai Kritis Tekanan Sistolik 83