Remaja berusia 15 tahun dirawat di rumah sakit dengan gejala awal kaki kiri tidak dapat
digerakkan setelah bangun tidur. Sebelum dibawa untuk rawat inap satu hari sebelumnya pasien
mengeluh kesemutan di bagian telapak kaki sampai batas mata kaki akan tetapi tidak
dihiraukan. Keluhan muncul karena pasien habis berolah raga satu hari sebelumnya.
Berdasarkan pemeriksaan awal dokter UGD pasien tidak bisa mengangkat kaki sebelah kirinya
sama sekali dibandingkan dengan kaki kanan, sedangkan ekstermitas atas tanga kiri mengalami
sedikit kelemahan dan tangan kanannya dapat mengangkat secara maksimal. Beberapa therapi
yang diberikan ke pada pasien antara lain citicoline dan piracetam
Seorang laki-laki berumur 50 tahun datang keluhan tangan dan tungkai kiri tidak dapat digerakkan
disertai penurunan kesadaran ±2 jam SMRS. Pasien juga mengalami penurunan kesadaran secara
mendadak. Keluhan seperti ini baru pertama kalinya dialami setelah pasien beraktivitas di kantor.
Setelah di periksa, Pasien di diagnosis memiliki riwayat hipertensi tak terkontrol selama 2 tahun.
Kemudian, pasien diberikan pengobatan spesifik berupa asam traneksamat 1gr/8jam sebagai anti
fibrinolysis dan mencegah terjadinya edem otak dan timbulnya kejang dengan kortikosteroid,
gliserol atau manitol untuk edema, dan valium i.v. pelan-pelan terhadap kejang-kejang dan juga
resusitasi cairan berupa infusan ringer laktat
Intervensi :
Kasus 1
- Kaki kiri tidak dapat digerakkan setelah bangun tidur
- Pasien mengeluh kesemutan di bagian telapak kaki sampai batas mata kaki
Kasus 2
- Tangan dan tungkai kiri tidak dapat digerakkan
- Penurunan kesadaran secara mendadak.
Comparison :
- Kasus 1 : Pasien mengalami gejala satu hari sesudah berolahraga dan diberikan terapi
citicoline dan piracetam
- Kasus 2 : Pasien di diagnosis stroke hemoragic, memiliki riwayat hipertensi tak
terkontrol selama 2 tahun dan diberikan pengobatan spesifik berupa asam traneksamat
1gr/8jam
Outcome :
- Kasus 1
Pengurangan gejala dengan menggunakan cara yang cepat dan tepat.
- Kasus 2
Sebagai anti Fibrinolysis dan mencegah terjadinya edem otak dan timbulnya kejang
dengan kortikosteroid, gliserol atau manitol untuk edema, dan valium i.v. pelan-pelan
terhadap kejang-kejang dan juga resusitasi cairan berupa infusan ringer laktat.
Prognosis cara penanganan yang tepat dan efiesien untuk memenuhi golden period
juvenile stroke
PERTANYAAN KLINIS
Apakah ada cara yang lebih efektif dan efisiensi dalam proses penyembuhan stroke
terutama stroke pada remaja
SUMBER BUKTI
http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/Keperawatan
VALIDASI
- Populasi/Pasien :
Kasus stroke pada remaja saat ini jarang di temui. Factor pencetus stroke pada remaja
belum bisa di tentukan secara pasti karena gejala yang tidak begitu nampak akan tetapi
dengan study kasus ini tenaga Kesehatan mampu mencermati hal-hal apa yang perlu di
perhatikan(Sutejo et al., 2023). Dari hasil study kasus saat ini bahwa ada beberapa
therapi yang diberikan ke pada pasien antara lain citicoline dan piracetam. sedangkan
untuk Stroke Hemoragik, Pengobatan untuk stroke hemoragik dibagi dalam
pengobatan umum dan pengobatan spesifik. si/percernaan dan nutrisi jangan
diabaikan. PengobatanSpesifik meliputi pengobatan kausal
- Intervensi :
- Kasus 1 : Penanganan stroke pada remaja harus tepat dan cepat sehingga capaian yang
akan di capai dapat terlampaui dengan baik. Gejala yang tidak tampak jelas oleh
tenaga kesehatan membuat tenaga kesehatan lebih teliti lagi dengan gejala-gejala yang
akan muncul sehingga dapat menghambat kerusakan jaringan otak dan mengurangi
efek kecacatan pada penderita pasca stroke
Kasus 2 : Dari pemeriksaan neurologis didapatkan : Brudzinsky 1,2 (-), reflek fisiologis
ka +/ki-, dan reflek patologis -/-. Pada skoring menggunakan algoritma gajah mada
pasien mengarah ke stroke hemoragik. Pada pemeriksaan CT-Scan didapatkan kesan
intraventricular hemorhagic. Pasien memiliki riwayat hipertensi tak terkontrol selama
2 tahun. Pasien diberikan terapi berupa manitol dan Kalnex.
- Hasil :
Persamaannya
o Kedua penyakit tersebut memiliki gejala umum yang sama yaitu salah satu
anggota tubuh tidak dapat digerakkan (mati rasa)
Perbedaannya
o Memiliki metode penyembuhan yang berbeda
o Gejala yang dialami pada kasus satu belum terlalu mendetail karena jarang
kasusnya. Berbanding terbalik dengan kasus kedua yang sudah banyak di
masyarakat