(SAP)
MITIGASI BENCANA
AGREGAT DEWASA
OLEH
KELOMPOK 4
1. Nanang Pramayudi 9. Annisa Farhanah
2. Dwi Damyanti Jonathan 10. Ananda Prastuti Sutrisno
3. Tri Ulfa Amelda 11. MimiAgustika sastka
4. Rahayu Maya Sari 12. Reflina Sari
5. Dian Agusti Tanjung 13. Ernisah
6. Azina Fithra Sari 14. Rita Sri Hartati
7. Yolanda Sukarma 15. Soya OdisaAmri
8. Miftahul Jannah 16. Efa Sulastri
PRAKTEK PROFESI
KEPERAWATAN BENCANA
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Mengenai Tas Siaga Bencana
A. Latar Belakang
Menurut Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017, secara
Geografis, Indonesia terletak di antara tiga lempeng tektonik, yaitu Lempeng
Pasifik, Lempeng Hindia-Australia dan Lempeng Eurasia (Pusat Studi Gempa
Nasional, 2017). Kondisi ini menyebabkan Indonesia rentan terhadap bencana
gempa bumi, tsunami, letusan gunung api dan jenis bencana geologi lainnya.
Sedangkan bencana hidrometeorologi berupa kejadian bencana banjir, gelombang
ekstrim, kebakaran lahan dan hutan, kekeringan, dan cuaca esktrim.
Menurut data yang dihimpun dalam Data Informasi Bencana Indonesi
(DIBI)-BNPB, terlihat bahwa dari lebih dari 1.800 kejadian bencana pada periode
tahun 2005 hingga 2015 lebih dari 78% (11.648) kejadian bencana merupakan
bencana hidrometeorologi dan sekitar 22% (3.810) merupakan bencana geologi.
Kejadian bencana kelompok hidrometeorologi berupa kejadian bencana banjir,
gelombang ekstrim, kebakaran lahan dan hutan, kekeringan, dan cuaca esktrim.
Sedangkan untuk kelompok bencana geologi yang sering terjadi adalah gempa
bumi, tsunami, letusan gunung api, dan tanah longsor. Kecenderungan jumlah
kejadian bencana secara total untuk kedua jenis kelompok yang relatif terus
meningkat.
Jumlah kejadian bencana yang disebabkan oleh faktor geologis tidak terlalu
signifikan dibandingkan jumlah kejadian bencana yang disebabkan oleh faktor
hidrometeorologis. Meskipun demikian, bencana geologis, khususnya gempa
bumi dan tsunami pada kenyataannya banyak menimbulkan dampak yang cukup
besar baik dari sisi korban dan kerugian ekonomi. Pengaruh perubahan iklim
juga ikut memberikan kontribusi dalam peningkatan kejadian bencana
hidrometeorologi. Dengan frekuensi kejadian yang banyak, kelompok bencana ini
juga memberikan dampak yang sangat besar terutama pada sektor ekonomi dan
lingkungan, baik dampak langsung kejadian bencana maupun dampak tidak
langsung. Hal ini disebabkan karena bencana datang secara tiba-tiba sehingga
banyak masyarakat yang tidak sempat menyelamatkan harta benda bahkan
nyawanya sendiri.
Gambar 1.1 menunjukan bahwa tiap tahunnya jumlah kejadian bencana
terus meningkat.
Gambar 1.1 Grafik Jumlah Kejadian Bencana 2005 – 2015 (BNPB, 2016)
2 Makanan untuk 3 – 10
3 Obat P3K
6 Radio
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penjelasan selama 20 menit diharapkan sasaran dapat:
a. Menyebutkan pengertian Tas Siaga Bencana
b. Menjelaskan tujuan dari Tas Siaga Bencana
c. Menjelaskan daftar benda yang harus ada dalam Tas Siaga
Bencana.
B. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik
Tas Siaga Bencana
2. Sasaran/Target
Kader Siaga Bencana Devisi Dewasa RW 09 Kelurahan Pasie Nan Tigo
3. Metode
Ceramah
Diskusi
4. Media
Modul
Leaflet
5. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Desember 2021
Waktu : 16.30-16.50 WIB
Tempat : Mushalla
C. Perencanaan Kegiatan
No Waktu Kegiatan Peserta
1. 5 menit Pembukaan :
1. Membuka kegiatan 1. Menjawab salam
dengan mengucapkan
salam pada peserta
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan dari 3. Memperhatikan
penyuluhan
4. Kontrak waktu dengan
peserta 4. Menyetujui
2. 20 menit Pelaksanaan :
1. Menyebutkan pengertian 1. Memperhatikan
dari Tas Siaga Bencana
2. Menjelaskan tujuan dari 2. Memperhatikan
Tas Siaga Bencana
3. Menjelaskan daftar benda 3. Memperhatikan
yang harus ada dalam Tas
Siaga Bencana
4. Mempersilahkan peserta 4. Bertanya
untuk bertanya
5. Menjawab pertanyaan
peserta 5. Mendengarkan
3. 15 menit Terminasi
1. Memberikan motivasi 1. Memperhatikan
dan pujian kepada peserta
yang sudah berpartisipasi
dan memberikan saran
untuk rencana kegiatan
dalam pencegahan
bencana
2. Mengucapkan terima 2. Mendengarkan
kasih kepada peserta
3. Mengucapkan salam 3. Menjawab salam
D. Setting Tempat
Keterangan :
Moderator Observer
Presentator Dokumentasi
Operator Fasilitator
E. Pengorganisasian
Leader : Nanang Pramudi
Co Leader : Dwi Damayanti Jonathan
Moderator : Mimi Agusti Sastika
Presentator : Reflina Sari
Fasilitator : Rita Sri Hartati, Azlina Fitrha Sari
Observer : Yolanda Sukarma, Rita Sri Hartati, Azli
Dokumentasi : Tri Ulfa Amelda, Rahayu Maya Sari
Konsumsi : Ernisah, Sonya Odisa Amri , Efa Sulastri
Perlengkapan : Miftahul Jannah MN, Annisa Farhanah
Operator : Ananda Prastuti Sutrisno
F. Rincian Tugas
1. Leader
Menjelaskan tujuan bermain
Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok
Menjelaksan aturan kegiatan pada dewasa
Mengealuasi perasaan setelah pelaksanaan
2. Co-leader
Membantu leader dalam mengorganisasi anggota
3. Moderator
Membuka dan menutup acara
Memperkenalkan diri
Menetapkan tata tertib acara penyuluhan
Kontrak waktu yang akan digunakan selama penyuluhan
Menjaga kelancaran acara
Memimpin diskusi
Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam penyuluhan
4. Presentator
Menyampaikan pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang akan dilakukan
5. Fasilitator
Bersama leader menjalin kerja sama dalam pelaksanaan kegiatan
penyuluhan
Memotivasi peserta kegiatan dalam penyuluhan
Menjadi contoh dalam kegiatan
Mempertahankan kehadiran peserta
Mencegah gangguan/hambatan terhadap peserta baik luar maupun
dalam
6. Observer
Mencatat dan mengamati respon peserta secara verbal dan non
verbal jalannya kegiatan
Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan prilaku
Mencatat dan mengamati peserta aktif dari kegiatan diskusi
Mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan
7. Dokumentasi
Mendokumentasikan seluruh kegiatan diskusi
Menjalankan absen diskusi
8. Konsumsi
Mempersiapkan konsumsi untuk peserta diskusi
9. Perlengkapan
Menyiapkan semua perlatan yang digunakan selama kegiatan
diskusi
10. Operator
Mengoperasikan media diskusi
G. Evaluasi Proses
a. Evaluasi struktur
Penyelenggaraan dilakukan di Mushalla Darussalam
Alat dan media sesuai dengan bencana
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan
sebelumnya
Peserta yang hadir merupakan Kader Siaga Bencana Devisi
Dewasa RW 09 Kelurahan Pasie Nan Tigo
b. Evaluasi proses
Peserta antusias dalam menyampaikan saran untuk kegiatan yang
akan dilakukan
Peserta mengikuti acara dari awal sampai akhir
Tidak ada peserta yang izin selama acara berlangsung
c. Evaluasi hasil
Diharapkan peserta mampu memahami materi terkait Tas Siaga
Bencana (pengertian, tujuan dan daftar benda yang harus ada dalam
Tas Siaga Bencana) yang telah disampaikan
Diharapkan peserta berperan aktif dalam diskusi
LAMPIRAN MATERI
Tas Siaga Bencana
1. Pengertian Tas Siaga Bencana
Tas siaga bencana adalah tas yang dipersiapkan anggota keluarga untuk
berjaga-jaga apabila terjadi suatu bencna atau kondisi darurat lainnya. Tas ini
dipersiapkan untuk bertahan hidup saat bantuan belum datang. Tas Siaga Bencana
berisi barang-barang pokok dan penting yang wajib ada ketika sebuah bencana
atau kondisi darurat terjadi sesuai kebutuhan.Tas siaga bencana dipersiapkan
untuk berjaga-jaga apabila terjadi suatu bencana atau kondisi darurat lainnya. Tas
siaga bencana ini seharusnya sudah dipersiapkan jauh hari sebelum bencana
terjadi, sehingga ketika bencana datang dan harus melakukan evakuasi,
masyarakat dapat langsung membawanya (BNPB, 2017).
Kesiapsiagaan Kota Padang mengenai kebutuhan yang harus dipersiapkan
oleh masyarakat pada tas siaga bencana. Beliau menyebutkan bahwa kebutuhan
yang harus dipersiapkan oleh masyarakat adalah untuk masa evakuasi 1x24 jam,
karena kemungkinan datangnya bantuan pasca bencana dari pemerintah (BNPB)
dan lembaga kebencanaan seperti PMI, Basarnas, serta lembaga kebencaan
lainnya yaitu selama 1x24 jam masa evakuasi.
I. Latar Belakang
Menurut Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017, secara
Geografis, Indonesia terletak di antara tiga lempeng tektonik, yaitu Lempeng
Pasifik, Lempeng Hindia-Australia dan Lempeng Eurasia (Pusat Studi Gempa
Nasional, 2017). Kondisi ini menyebabkan Indonesia rentan terhadap bencana
gempa bumi, tsunami, letusan gunung api dan jenis bencana geologi lainnya.
Sedangkan bencana hidrometeorologi berupa kejadian bencana banjir, gelombang
ekstrim, kebakaran lahan dan hutan, kekeringan, dan cuaca esktrim.
Menurut data yang dihimpun dalam Data Informasi Bencana Indonesi a
(DIBI)-BNPB, terlihat bahwa dari lebih dari 1.800 kejadian bencana pada periode
tahun 2005 hingga 2015 lebih dari 78% (11.648) kejadian bencana merupakan
bencana hidrometeorologi dan sekitar 22% (3.810) merupakan bencana geologi.
Kejadian bencana kelompok hidrometeorologi berupa kejadian bencana banjir,
gelombang ekstrim, kebakaran lahan dan hutan, kekeringan, dan cuaca esktrim.
Sedangkan untuk kelompok bencana geologi yang sering terjadi adalah gempa
bumi, tsunami, letusan gunung api, dan tanah longsor. Kecenderungan jumlah
kejadian bencana secara total untuk kedua jenis kelompok yang relatif terus
meningkat. Jumlah kejadian bencana yang disebabkan oleh faktor geologis tidak
terlalu signifikan dibandingkan jumlah kejadian bencana yang disebabkan oleh
faktor hidrometeorologis. Meskipun demikian, bencana geologis, khususnya
gempa bumi dan tsunami pada kenyataannya banyak menimbulkan dampak yang
cukup besar dari sisi korban.
Triage sebagai pintu gerbang perawatan korban memegang
peranan penting dalam pengaturan darurat melalui pengelompokan dan
memprioritaskan paien secara efisien sesuai dengan tampilan medis
pasien. Triage adalah perawatan terhadap korban yang didasarkan pada
prioritas korban selama bencana bersumber pada penyakit/ tingkat cedera,
tingkat keparahan, prognosis dan ketersediaan sumber daya. Dengan triage
dapat ditentukan kebutuhan terbesar pasien/korban untuk segera
menerima perawatan secepat mungkin. Tujuan dari triage adalah untuk
mengidentifikasi pasien yang membutuhkan tindakan resusitasi segera,
menetapkan pasien ke area perawatan untuk memprioritaskan dalam
perawatan dan untuk memulai tindakan diagnostik atau terapi.
II. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit, masayarakat mampu memahami
dan mengerti tentang triage khususnya pada orang dewasa.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penjelasan selama 15 menit diharapkan sasaran dapat:
a. Menyebutkan pengertian Triage
b. Menjelaskan tujuan dari Triage
c. Menjelaskan prinsip dari Triage
d. Menjelaskan klasifikasi dari Triage
Menjelaskan katagori sistem triage
Menyebutkan kode warna International dalam triage
Menjelaskan Metode Triage Pada Bencana
Menjelaskan Pelaksanaan Triage Metode S.T.A.R.T
III.Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik
TRIAGE
2. Sasaran/Target
Kader Siaga Bencana Devisi Dewasa RW 09 Kelurahan Pasie Nan Tigo
3. Metode
Ceramah
4. Media
Modul
Leaflet
Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal :
Waktu : 17.00-17.15 WIB
Tempat : Mushalla
I. Perencanaan Kegiatan
No Waktu Kegiatan Peserta
1. 5 menit Pembukaan :
1. Membuka kegiatan 1. Menjawab salam
dengan mengucapkan
salam pada peserta
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan dan
3. Menjelaskan tujuan dari mendengarkan
penyuluhan 3. Memperhatikan
4. Kontrak waktu dengan dan mendengarkan
peserta
4. Menyetujui dan
memberi
tanggapan
2. 20 menit Pelaksanaan :
1. Menyebutkan pengertian 1. Memperhatikan
dari triage dan mendengarkan
2. Menjelaskan tujuan dari
triage 2. Memperhatikan
3. Menjelaskan prinsip dari dan mendengarkan
Triage
4. Menjelaskan klasifikasi 3. Memperhatikan
dari Triage dan mendengarkan
5. Menjelaskan katagori
sistem triage 4. Memperhatikan
6. Menyebutkan kode warna dan mendengarkan
International dalam triage
7. Menjelaskan Metode 5. Memperhatikan
Triage Pada Bencana dan mendengarkan
8. Menjelaskan Pelaksanaan
Triage Metode S.T.A.R. 6. Memperhatikan
9. Melakukan sesi tanya dan mendengarkan
jawab terkait triage
10. Menjawab pertanyaan 7. Memperhatikan
dari peserta dan mendengarkan
8. Memperhatikan
dan mendengarkan
9. Bertanya dan
memberi
tanggapan
10. Mendengarkan
dan
memperhatikan
3. 15 menit Terminasi
1. Memberikan motivasi 1. Memperhatikan
dan pujian kepada peserta dan memberi
yang sudah berpartisipasi tanggapan
dalam kegiatan
penyuluhan 2. Mendengarkan dan
2. Mengucapkan terima memperhatikan
kasih kepada peserta
3. Mengucapkan salam 3. Menjawab salam
Keterangan :
Moderator Observer
Presentator Dokumentasi
Operator Fasilitator
III. Pengorganisasian
Leader : Nanang Pramudi
Co Leader : Dwi Damayanti Jonathan
Moderator : Mimi Agusti Sastika
Presentator : Reflina Sari
Fasilitator :
Observer :
Dokumentasi :
Konsumsi :
Perlengkapan :
Operator :
V. Evaluasi Proses
a. Evaluasi struktur
Penyelenggaraan dilakukan di Mushalla Darussalam
Alat dan media sesuai dengan keperluan penyuluhan
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan
sebelumnya
Peserta yang hadir merupakan Kader Siaga Bencana Devisi
Dewasa RW 09 Kelurahan Pasie Nan Tigo
b. Evaluasi proses
Peserta antusias dalam menyampaikan saran untuk kegiatan yang
akan dilakukan
Peserta mengikuti acara dari awal sampai akhir
Tidak ada peserta yang izin selama acara berlangsung
c. Evaluasi hasil
Sebanyak 90% kader dewasa yang hadir saat penyuluhan
Sebanyak 80% kader dewasa dapat menyebutkan tujuan dari triase
Sebanyak 80% kader dewasa dapat menyebutkan jenis-jenis triase
Sebanyak 30% kader dewasa dapat menentukan triase dengan
benar berdasarkan kasus yang diberikan oleh panitia
LAMPIRAN MATERI
TRIAGE
1. Pengertian Triage
Triage berasal dari kata Perancis yaitu “ Trier “ yang berarti membagi
dalam 3 group. Pertama kala dikenalkan pada awal 1800-an yang ditujukan
untukmemprioritaskan pasien dan memberikan perawatan segera kepada korban
yang terluka parah. Baron Dominique Jean Larrey, seorang ahli bedah pada
pasukan Napoleon, merancang suatu metode evaluasi dan kategorisasi yang cepat
pada pasukan yang terluka dimedan pertempuran dan kemudian mengevakuasi
mereka secepatnya. Pada tahun 1950-1960 triage digunakan diruang gawat darurat
karena 2 alasan yaitu: meningkatkan kunjungan, meningkatkan penggunaan untuk
non urgen.
Triage merupakan suatu sistem yang digunakan dalam mengidentifikasi
korban dengan cedera yang mengancam jiwa untuk kemudian di berikan prioritas
untuk dirawat dan di evakuasi ke fasilitas kesehatan.Triage adalah suatu sistem
seleksi pasien yang menjamin supaya tidak ada pasien yang tidak mendapatkan
perawatan medis. Proses khusus memilah pasien berdasarkan beratnya cedera atau
penyakit : menentukan jenis perawatan gawat darurat serta transportasi.
Triage adalah proses yang berkesinambungan sepanjang pengelolaan. Triage
inisial dilakukan petugas pertama yang tiba. Nilai ulang terus menerus karena
status dapat berubah. Triage adalah pengelompokan korban/pasien berdasarkan
berat ringannya trauma atau penyakit serta kecepatan penanganan atau
pemindahan. Triage adalah suatu proses yang mana pasien digolongkan menurut
tipe dan tingkat kegawatan kondisinya. Triase (Triage) adalah Tindakan untuk
memilah/mengelompokkan korban berdasar beratnya cidera, kemungkinan untuk
hidup, dan keberhasilan tindakan berdasar sumber daya (SDM dan sarana) yang
tersedia.
2. Tujuan Triage
Tujuan triage adalah :
a. Bahwa dengan sumber daya yang minimal dapat menyelamatkan
korban sebanyak mungkin.
b. Untuk menetapkan tingkat atau derajat kegawatan yang memerlukan
pertolongan kedaruratan
c. Agar pasien mendapatkan prioritas pelayanan sesuai dengan tingkat
kegawatannya, dapat menangani korban/pasien dengan cepat, cermat
dan tepat sesuai dengan sumber daya yang ada.
Dengan triage tenaga kesehatan akan mampu :
a. Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada
pasien
b. Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan
pengobatan lanjutan
c. Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses
penanggulangan/pengobatan gawat darurat
3. Prinsip Triage
“Time Saving is Life Saving (respon time diusahakan sependek mungkin), The
Right Patient, to The Right Place at The Right Time serta melakukan yang terbaik
untuk jumlah terbanyak” dengan seleksi korban berdasarkan :
a. Ancaman jiwa mematikan dalam hitungan menit
b. Dapat mati dalam hitungan jam
c. Trauma ringan
d. Sudah meninggal
4. Klasifikasi Triage
Klasifikasi berdasarkan pada :
a. Pengetahuan
b. data yang tersedia
c. situasi yang berlangsung
Prioritas tertinggi
a) Segera, klas 1, berat, emergency
Prioritas tinggi
b) Sekunder, klas 2, sedang dan urgent
Prioritas rendah
c) Dapat ditunda, klas 3, ringan, non urgent
Meninggal
d) Mungkin meninggal, klas 4, klas 0
7. Kode Warna International Dalam Triage :
a) Warna HITAM : Priority 0 (DEAD)
b) Warna MERAH : Priority 1
c) Warna KUNING : Priority 2
d) Warna HIJAU : Priority 3
8. Metode Triage Pada Bencana
Saat ini tidak ada standard nasional baku untuk triase. Metode triase yang
dianjurkan bisa secara METTAG (Triage tagging system) atau sistim triase
Penuntun Lapangan START (Simple Triage And Rapid Transportation).
a) Mettag (Triage tagging system)
Tag Triase
Tag (label berwarna dengan form data pasien) yang dipakai oleh petugas triase
untuk mengindentifikasi dan mencatat kondisi dan tindakan medik terhadap
korban.
Triase dan pengelompokan berdasar Tagging.
Prioritas Nol (Hitam) : Pasien mati atau cedera fatal yang jelas
dan tidak mungkin diresusitasi.
Prioritas Pertama (Merah) : Pasien cedera berat yang
memerlukan penilaian cepat serta tindakan medik dan transport
segera untuk tetap hidup (misal : gagal nafas, cedera torako-
abdominal, cedera kepala atau maksilo-fasial berat, shok atau
perdarahan berat, luka bakar berat).
Prioritas Kedua (Kuning) : Pasien memerlukan bantuan,
namun dengan cedera yang kurang berat dan dipastikan tidak
akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat. Pasien
mungkin mengalami cedera dalam jenis cakupan yang luas
(misal : cedera abdomen tanpa shok, cedera dada tanpa
gangguan respirasi, fraktura mayor tanpa shok, cedera kepala
atau tulang belakang leher tidak berat, serta luka bakar ringan).
Prioritas Ketiga (Hijau) : Pasien degan cedera minor yang
tidak membutuhkan stabilisasi segera, memerlukan bantuan
pertama sederhana namun memerlukan penilaian ulang berkala
(cedera jaringan lunak, fraktura dan dislokasi ekstremitas,
cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas, serta gawat
darurat psikologis).
Prioritas Keempat (Biru) yaitu kelompok korban dengan
cedera atau penyaki kritis dan berpotensi fatal yang berarti
tidak memerlukan tindakan dan transportasi, dan Prioritas
Kelima (Putih)yaitu kelompok yang sudah pasti tewas.
Bila pada Retriase ditemukan perubahan kelas, ganti tag / label
yang sesuai dan pindahkan kekelompok sesuai.
Triase Sistim METTAG.
Pendekatan yang dianjurkan untuk memprioritasikan tindakan atas
korban. Resusitasi ditempat.
b) Start (Simple Triage And Rapid Transportation).
Salah satu metode yang paling sederhana dan umum digunakan
adalah metode S.T.A.R.T atau Simple Triage and Rapid Treatment. Metode
ini membagi penderita menjadi 4 kategori :
Prioritas 1 – Merah
Merupakan prioritas utama, diberikan kepada para penderita yang
kritis keadaannya seperti gangguan jalan napas, gangguan pernapasan,
perdarahan berat atau perdarahan tidak terkontrol, penurunan status
mental
Prioritas 2 – Kuning
Merupakan prioritas berikutnya diberikan kepada para penderita
yang mengalami keadaan seperti luka bakar tanpa gangguan saluran napas
atau kerusakan alat gerak, patah tulang tertutup yang tidak dapat berjalan,
cedera punggung.
Prioritas 3 – Hijau
Merupakan kelompok yang paling akhir prioritasnya, dikenal juga
sebagai ‘Walking Wounded” atau orang cedera yang dapat berjalan
sendiri.
Prioritas 0 – Hitam
Diberikan kepada mereka yang meninggal atau mengalami cedera
yang mematikan.
Pelaksanaan triage dilakukan dengan memberikan tanda sesuai
dengan warna prioritas. Tanda triage dapat bervariasi mulai dari suatu kartu
khusus sampai hanya suatu ikatan dengan bahan yang warnanya sesuai
dengan prioritasnya. Jangan mengganti tanda triage yang sudah ditentukan.
Bila keadaan penderita berubah sebelum memperoleh perawatan maka label
lama jangan dilepas tetapi diberi tanda, waktu dan pasang yang baru.
9. Pelaksanaan Triage Metode S.T.A.R.T
Untuk memudahkan pelaksanaan triage maka dapat dilakukan suatu
pemeriksaan sebagai berikut :
a. Kumpulkan semua penderita yang dapat / mampu berjalan sendiri ke
areal yang telah ditentukan, dan beri mereka label HIJAU.
b. Setelah itu alihkan kepada penderita yang tersisa periksa :
c. Pernapasan :
Bila pernapasan lebih dari 30 kali / menit beri label MERAH
Bila penderita tidak bernapas maka upayakan membuka jalan napas
dan bersihkan jalan napas satu kali, bila pernapasan spontan mulai
maka beri label MERAH, bila tidak beri HITAM.
Bila pernapasan kurang dari 30 kali /menit nilai waktu pengisian
kapiler.
d. Waktu pengisian kapiler :
Lebih dari 2 detik berarti kurang baik, beri MERAH, hentikan
perdarahan besar bila ada.
Bila kurang dari 2 detik maka nilai status mentalnya.
Bila penerangan kurang maka periksa nadi radial penderita. Bila
tidak ada maka ini berarti bahwa tekanan darah penderita sudah
rendah dan perfusi jaringan sudah menurun
e. Pemeriksaan status mental :
Pemeriksaan untuk mengikuti perintah-perintah sederhana
Bila penderita tidak mampu mengikuti suatu perintah sederhana
maka beri MERAH.
Bila mampu beri KUNING.
Setelah memberikan label kepada penderita maka tugas anda
berakhir segera lanjutkan ke penderita berikut.
I. Latar Belakang
Menurut Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017, secara Geografis,
Indonesia terletak di antara tiga lempeng tektonik, yaitu Lempeng Pasifik, Lempeng Hindia-
Australia dan Lempeng Eurasia (Pusat Studi Gempa Nasional, 2017). Kondisi ini
menyebabkan Indonesia rentan terhadap bencana gempa bumi, tsunami, letusan gunung api
dan jenis bencana geologi lainnya. Sedangkan bencana hidrometeorologi berupa kejadian
bencana banjir, gelombang ekstrim, kebakaran lahan dan hutan, kekeringan, dan cuaca
esktrim.
Menurut data yang dihimpun dalam Data Informasi Bencana Indonesi a (DIBI)-
BNPB, terlihat bahwa dari lebih dari 1.800 kejadian bencana pada periode tahun 2005 hingga
2015 lebih dari 78% (11.648) kejadian bencana merupakan bencana hidrometeorologi dan
sekitar 22% (3.810) merupakan bencana geologi. Kejadian bencana kelompok
hidrometeorologi berupa kejadian bencana banjir, gelombang ekstrim, kebakaran lahan dan
hutan, kekeringan, dan cuaca esktrim. Sedangkan untuk kelompok bencana geologi yang
sering terjadi adalah gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, dan tanah longsor.
Kecenderungan jumlah kejadian bencana secara total untuk kedua jenis kelompok yang
relatif terus meningkat. Jumlah kejadian bencana yang disebabkan oleh faktor geologis tidak
terlalu signifikan dibandingkan jumlah kejadian bencana yang disebabkan oleh faktor
hidrometeorologis. Meskipun demikian, bencana geologis, khususnya gempa bumi dan
tsunami pada kenyataannya banyak menimbulkan dampak yang cukup besar dari sisi
korban.
Menurut penelitian ahli kegempaan Kerry Sieh dan Danny Hilman tahun 2011, gempa
berkekuatan 8.9 SR diprediksi akan memicu tsunami dengan ketinggian sampai 10 m dari
permukaan laut. Dari hal tersebut jika tidak diimbangi dengan kesiapsiagaan masyarakat
/
maka akan berdampak pada tingginya jumlah kerugian dari bencana ini baik dari materil
maupun jiwa sehingga perlunya kesiapsiagaan pada masyarakat. Salah satu kesiapsigaan
yang dibutuhkan yakni dengan mempelajari penanganan perawatan luka.
Berdasarkan Data Riskesdas (2013) Proporsi jenis luka atau macam luka akibat trauma di
Indonesia didominasi oleh luka lecet/memar sebesar 70,9%. Korban bencana yang
mengalami luka harus segera dilakukan tindakan perawatan yakni dengan melakukan
perawatan luka dengan tujuan mencegah infeksi atau kondisi luka memburuk sebab
terkontaminasi oleh lingkungan.
a. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit, masayarakat mampu memahami dan
mengerti tentang perawatan luka khususnya pada orang dewasa.
b. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penjelasan selama 15 menit diharapkan sasaran dapat:
Menyebutkan pengertian Perawatan Luka
Menjelaskan tujuan dari Perawatan Luka
Menjelaskan langkah-langkah dari Perawatan Luka
b. Pelaksanaan Kegiatan
a. Topik
PERAWATAN LUKA
b. Sasaran/Target
Kader Siaga Bencana Devisi Dewasa RW 09 Kelurahan Pasie Nan Tigo
c. Metode
Ceramah
d. Media
Modul
Leaflet
e. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Desember 2021
Waktu : 17.45-18.00 WIB
Tempat : Mushalla
/
c. Perencanaan Kegiatan
No Waktu Kegiatan Peserta
1. 3 menit Pembukaan :
1. Membuka kegiatan dengan 1. Menjawab salam
mengucapkan salam pada dan
peserta memperhatikan
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan dan
3. Menjelaskan tujuan dari memperhatikan
penyuluhan 3. Memperhatikan
4. Kontrak waktu dengan peserta dan mendengarkan
4. Menyetujui dan
memberi
tanggapan
2. 10 menit Pelaksanaan :
1. Menyebutkan pengertian dari 1. Memperhatikan
Perawatan Luka dan mendengarkan
2. Menjelaskan tujuan dari 2. Memperhatikan
Perawatan Luka dan mendengarkan
3. Menjelaskan langkah- langkah 3. Memperhatikan
dari Perawatan Luka dan mendengarkan
4. Melakukan sesi tanya jawab 4. Bertanya dan
terkait Perawatan Luka memberi
5. Menjawab pertanyaan dari tanggapan
peserta
5. Mendengarkan
dan
memperhatikan
3. 2 menit Terminasi
1. Memberikan motivasi dan 1. Memperhatikan
pujian kepada peserta yang dan memberi
sudah berpartisipasi dalam tanggapan
kegiatan penyuluhan 2. Mendengarkan dan
2. Mengucapkan terima kasih memberi
/
kepada peserta tanggapan
3. Mengucapkan salam 3. Menjawab salam
dan bubar
d. Setting Tempat
Keterangan :
Moderator Observer
/Presentator Dokumentasi
Operator Fasilitator
e. Pengorganisasian
Leader : Nanang Pramudi
Co Leader : Dwi Damayanti Jonathan
Moderator : Mimi Agusti Sastika
Presentator : Reflina Sari
Fasilitator :
Observer : Yolanda Sukarma
Dokumentasi : Annisa Farhanah, Rahayu Maya Sari
Konsumsi :
Perlengkapan :
Operator :
f. Rincian Tugas
1. Leader
Menjelaskan tujuan kegiatan
Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok
Menjelaksan aturan pada anggota
/
Mengevaluasi perasaan setelah pelaksanaan
2. Co-leader
Membantu leader dalam mengorganisasi anggota
3. Moderator
Membuka dan menutup acara
Memperkenalkan diri
Menetapkan tata tertib acara penyuluhan
Kontrak waktu yang akan digunakan selama penyuluhan
Menjaga kelancaran acara
Memimpin diskusi
Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam penyuluhan
4. Presentator
Menyampaikan pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang akan dilakukan
5. Fasilitator
Bersama leader menjalin kerja sama dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan
Memotivasi peserta kegiatan dalam penyuluhan
Menjadi contoh dalam kegiatan
Mempertahankan kehadiran peserta
Mencegah gangguan/hambatan terhadap peserta baik luar maupun dalam
6. Observer
Mencatat dan mengamati respon peserta secara verbal dan non verbal jalannya
kegiatan
Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan prilaku
Mencatat dan mengamati peserta aktif dari kegiatan diskusi
Mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan
7. Dokumentasi
Mendokumentasikan seluruh kegiatan diskusi
Menjalankan absen diskusi
8. Konsumsi
Mempersiapkan konsumsi untuk peserta diskusi
9. Perlengkapan
Menyiapkan semua perlatan yang digunakan selama kegiatan diskusi
/
10. Operator
Mengoperasikan media diskusi
g. Evaluasi Proses
a. Evaluasi struktur
Penyelenggaraan dilakukan di Mushalla Darussalam
Alat dan media sesuai dengan keperluan penyuluhan
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
Peserta yang hadir merupakan Kader Siaga Bencana Devisi Dewasa RW 089
Kelurahan Pasie Nan Tigo
b. Evaluasi proses
Peserta antusias dalam menyampaikan saran untuk kegiatan yang akan
dilakukan
Peserta mengikuti acara dari awal sampai akhir
Tidak ada peserta yang izin selama acara berlangsung
c. Evaluasi hasil
Sebanyak % kader dewasa yang hadir saat penyuluhan
Sebanyak % kader dewasa dapat menyebutkan tujuan dari perawatan luka
Sebanyak % kader dewasa dapat menyebutkan alat dan bahan untuk
melakukan perawatan luka
Sebanyak % kader dewasa dapat menyebutkan langkah-langkah untuk
melakukan perawatan luka
Sebanyak % kader dewasa dapat mempraktikan cara melakukan perawatan
luka
/
LAMPIRAN MATERI
PERAWATAN LUKA
/
Perdarahan tidak berhenti dengan tekanan langsung atau produk kontrol
perdarahan atau Anda memerlukan tindakan pembebatan (tourniquet).
Bila jari tangan dan kaki menjadi dingin atau berubah warna (menjadi biru
hingga kehitaman) (tanda-tanda pembuluh darah tidak dapat menyuplai darah,
jaringan yang tidak disuplai darah akan mati dan menjadi busuk)
Luka tusuk pada rongga dada atau rongga perut (luka ini berpotensi
menimbulkan luka dalam yang tidak terlihat dan sangat mungkin berkembang
menjadi kondisi infeksi
Luka di leher yang melibatkan jalan napas
Luka yang berpotensi menimbulkan kerusakan permanen
Jenis Luka ini mungkin tidak segera mengancam jiwa namun memiliki
komplikasi umum dan serius. Komplikasi ini dapat menyebabkan kerusakan
jangka panjang atau permanen tanpa perawatan yang tepat. Jenis luka berikut
membutuhkan perawatan di fasilitas medis:
Fraktur terbuka (bagian tulang yang patah yang menembus dari dalam hingga
ke permukaan kulit). Jika patah tulang dikaitkan dengan luka, luka itu berisiko
sangat tinggi untuk mengalami infeksi serius. Luka harus dibersihkan secara
menyeluruh dan dilakukan tindakan pembedahan dalam kondisi steril
mungkin. Cobalah untuk mendapatkan bantuan pelayanan medis dalam waktu
18 jam. Risiko infeksi Anda meningkat semakin lama Anda menunggu.
Luka dengan kemungkinan kerusakan saraf. Apakah area distal ke luka (sisi
jauh dari jantung) mati rasa? Jika jawabannya adalah “YA”, Luka tersebut\
Mungkin telah memutuskan saraf. Pertolongan medis harus segera diberikan
kepada korban.
c. Bersihlan Luka
Terdapat 3 proses dalam tahapan pembersihan luka, yaitu:
Bila terdapat benda asing pada luka cobalah untuk membuangnya. Gunakan
pinset bila tersedia. Bila benda asingnya besar maka sebaiknya jangan dicabut
dan segera cari bantuan medis.
Gunakan sabun dan air untuk luka permukaan (superfisial) atau kapas untuk
area yang sulit dijangkau
Lakukan irigasi
/
d. Tentukan Tindakan Pengobatan Luka
Anda memiliki sekitar 10-12 jam untuk memutuskan apakah akan menutup (menjahit) luka
atau tidak. Risiko infeksi serius seperti abses (bakteri yang terperangkap dan nanah) akan
meningkat secara dramatis jika Anda menutup luka setelah jangka waktu tersebut.
e. Tutup Luka
Jika Anda telah melalui langkah empat di atas dan memutuskan untuk menutup atau menjahit
luka tersebut, Anda memiliki beberapa opsi antara lain:
Lakukan jahitan (hecting),
Staples,
Lem atau selotip, atau
Rambut dan tali (untuk luka di kepala)