Anda di halaman 1dari 86

FILA DWI ANGGRIANI (20031008)

UAS KURIKULUM DAN DESAIN PEMBELAJARAN


GBPP SISTEM KOORDINASI
Kompetensi Inti : 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, dan
damai), santun, responsif dan proaktif, dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

Alokasi
Kompetensi Dasar Indikator Materi Kegiatan Penilaian Sumber
Pembelajaran Pembelajaran Belajar
1.1 Mengagumi • Mengagumi ciptaan Sistem • Mendiskusikan Pengamatan 16 jp • Buku PR
keteraturan dan Tuhan Yang Maha Esa Koordinasi mekanisme kerja Sikap Biologi Kelas
kompleksitas ciptaan tentang sistem Manusia sistem koordinasi • Saat XI Semester 2,
Tuhan tentang struktur koordinasi manusia • Sistem Saraf manusia. pembelajaran PT Intan
dan fungsi sel, jaringan, yang berperan dalam dan Sistem • Mengidentifikasi berlangsung Pariwara.
organ penyusun sistem proses kehidupan Endokrin struktur sel saraf. • Saat • Buku PG PR
dan bioproses yang sebagai manifestasi (Hormon) • Melakukan melakukan Biologi Kelas
terjadi pada makhluk rasa syukur atas • Sistem Indra demonstrasi gerak pengamatan XI Semester 2,
hidup. karuniaNya. • Gangguan dan biasa dan gerak • Saat PT Intan
Pengaruh refleks. mengerjakan Pariwara.
NAPZA • Mendiskusikan tugas • Lembar

2.1 Berperilaku ilmiah: • Memiliki karakter terhadap berbagai jenis alat Pengamatan Kerja

teliti, tekun, jujur jujur, bertanggung Sistem indra manusia. Sikap Praktikum

terhadap data dan fakta, jawab, rasa ingin tahu Koordinasi • Melakukan • Saat dan

disiplin, tanggung yang tinggi, dan teliti Manusia demostrasi untuk pembelajaran Lembar

jawab, dan peduli dalam dalam melakukan menentukan letak berlangsung Peng-

observasi dan berbagai kegiatan bintik buta pada • Saat amatan

eksperimen, berani dan praktikum. mata. melakukan Siswa.

santun dalam • Mengidentifikas pengamatan • Alat dan

mengajukan pertanyaan i letak reseptor • Saat bahan yang

dan berargumentasi, pengecap pada mengerjakan digunakan


lidah.
peduli lingkungan, • Menganalisis tugas untuk
gotong royong, bekerja hubungan NAPZA mengiden-
sama, cinta damai, dengan sistem tifikasi
berpendapat secara koordinasi struktur sel
ilmiah dan kritis, manusia. saraf.
responsif dan proaktif • Membuat poster • Alat dan
dalam dalam setiap anti- narkoba. bahan yang
tindakan dan dalam me- digunakan
lakukan pengamatan untuk
dan menentukan
letak reseptor
peng- ecap
pada lidah.
Alokasi
Kompetensi Dasar Indikator Materi Kegiatan Penilaian Waktu Sumber
Pembelajaran Pembelajaran Belajar

percobaan di dalam • Buku referensi:


kelas/ laboratorium Materi
maupun di luar Biologi!
kelas/laboratorium. Volume 7
Tubuh
3.10 Menganalisis • Mampu menjelaskan Tes Tertulis
Manusia, PT
hubungan antara struktur dan fungsi • Pilihan Ganda
Pakar Raya.
struktur jaringan sistem saraf. • Uraian
• Media
penyusun organ pada • Mampu
elektronik
sistem koordinasi dan membedakan gerak
(internet).
mengaitkannya dengan biasa dan gerak
proses koordinasi refleks.
sehingga dapat • Mampu menjelaskan
menjelaskan peran saraf struktur dan fungsi
dan hormon dalam sistem endokrin.
mekanisme koordinasi • Mampu menjelaskan
dan regulasi serta struktur dan fungsi
gangguan fungsi yang sistem indra.
mungkin terjadi pada • Mampu menentukan
sistem koordinasi letak bintik buta pada
manusia melalui studi mata.
literatur, pengamatan, • Mampu menentukan
percobaan, dan letak reseptor pe-
simulasi. ngecap pada lidah.

3.11 Mengevaluasi • Mampu menjelaskan Tes Unjuk Kerja


pemahaman diri tentang gangguan dan pe- • Tes Uji Petik
bahaya peng- gunaan ngaruh NAPZA pada Kerja Prosedur
senyawa psikotropika sistem koordinasi • Rubrik
dan dampaknya manusia.
terhadap kesehatan diri,
lingkungan, dan
masyarakat.
4.11 Menyajikan hasil • Mampu menyajikan Portofolio
analisis tentang laporan hasil Kumpulan
kelainan pada struktur kegiatan praktikum. laporan dan
dan fungsi saraf dan produk
hormon pada sistem
koordinasi yang
disebabkan oleh
senyawa psikotropika
yang menyebabkan
gang- guan sistem
koordinasi manusia dan
melakukan kampanye
antinarkoba pada
berbagai media.

4.12Melakukan kampanye • Mampu berperan Portofolio


anti- narkoba melalui aktif dalam Kumpulan
berbagai bentuk media mengkampanye- kan laporan dan
komunikasi baik di bahaya narkoba produk
lingkungan sekolah menggunakan media
maupun masyarakat. informasi tertentu.
BAHAN AJAR SISTEM KOORDINASI

1. Struktur Sistem Saraf


Neuron atau sel saraf merupakan satuan kerja utama atau bagian dari sistem koordinasi yang berfungsi untuk mengatur aktivitas tubuh melalui
rangsangan listrik secara cepat. Komponen sistem saraf terdiri atas sel saraf, sistem saraf pusat, dan sistem saraf tepi.
Untuk bereaksi terhadap rangsangan, tubuh memerlukan 3 komponen yaitu:
1. Reseptor
2. Sistem saraf
3. Efektor

Gambar 1. Struktur Neuron Sumber: Informazon.com

Berdasarkan fungsinya, sel saraf dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:


a. Neuron sensorik (neuron aferen): Dendritnya berhubungan dengan reseptor dan neuritnya berhubungan dengan dendrit neuron lain. Fungsinya
untuk menghantarkan impuls dari reseptor ke pusat susunan saraf.

b. Neuron motorik (neuron efektor): Dendritnya berhubungan dengan neurit neuron lain dan neuritnya berhubungan dengan efektor atau alat tubuh
pemberi tanggapan terhadap suatu rangsangan. Fungsinya untuk menghantarkan impuls motorik dari susunan saraf ke efektor.
c. Neuron asosiasi: Penghubung antara neuron motorik dan sensorik.

Berdasarkan tempatnya, neuron asosiasi dibedakan menjadi dua, yaitu:


1) Neuron konektor: Merupakan penghubung antara neuron yang satu dan neuron yang lain
2) Neuron ajustor: Merupakan penghubung antara neuron sensorik dan neuron motorik yang terdapat di dalam otak dan sumsum tulang belakang.
Impuls saraf adalah rangsangan/pesan yang diterima oleh reseptor dari lingkungan luar, kemudian dibawa oleh neuron atau serangkaian pulsa elektrik
yang menjalari serabut saraf. Impuls ini akan menyebabkan terjadinya gerakan. Gerakan dibedakan menjadi dua yaitu gerak sadar dan gerak refleks.
Gerak sadar merpakan gerakan yang terjadi karena disengaja atau disadari, sedangkan gerak refleks adalah gerakan yang tidak disengaja atau tidak
disadari.

Impuls akan menyebabkan terjadinya gerakan.


Gerak sadar (disengaja/disadari): impuls reseptor/indra saraf sensoris otak saraf motor efektor/otot
Gerak refleks (tidak disengaja/tidak disadari): Impuls reseptor/indra saraf sensoris
> sumsum tulang belakang saraf motor efektor/otot.

Mekanisme Penghantaran Impuls


Neuron dalam keadaan istirahat memiliki energi potensial membran untuk bekerja mengirim impuls, dalam keadaan istirahat disebut polarisasi
membran.
Adanya impuls menyebabkan membran sel sarafterdepolarisasi.
Akibatnya ada perbedaan muatan sel saraf. perbedaan muatan sel saraf menyebabkan impuls merambat ke sepanjang akson menuju sinapsis.

2. Jenis Sistem Saraf


Sistem saraf bekerja berdasarkan impuls elektrokimia, untuk melayani tubuh dengan berbagai macam cara. Sistem saraf berfungsi sebagai peninjau
bagi tubuh dan pengumpul informasi tentang dunia diluar maupun didalam tubuh kita. Selain itu juga berfungsi sebagai pusat komunikasi umu, pusat
pemetaan strategi, dan sebagai pembuat keputusan dalam segala sesuatu yang dilakukan tubuh.
a. Sistem saraf pusat
Sistem saraf pusat merupakan bagian sistem saraf yang mengkoodinasikan semua fungsi saraf.

Gambar 2. Sistem Saraf Pusat Sumber: hellosehat.com

Sistem saraf pusat berfungsi menerima semua rangsangsaraf dari luar tubuh (eketroseptor) dan dari dalam tubuh (interoseptor). Sistem saraf pusat
juga bertindak sebagai pusat integrasi dan komunikasi.

Sistem saraf pusat terdiri atas:


1. Otak
Otak manusia terdiri atas dua belahan, yaitu otak kiri dan kanan. Otak kiri mengendalikan tubuh bagian kanan. Sebaliknya, otak kanan
mengendalikan tubuh bagian kiri. Otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu otak besar (cerebrum), otak tengah, otak kecil (cerebellum), dan
sumsum lanjutan.

- Otak Besar (cerebrum)


Merupakan bagian terbesar otak dengan permukaan berlipat-lipat. Diduga, semakin banyak lipatannya semakin cerdas seseorang. Serebrum
terdiri atas 2 belahan (hemisfer) yang dipisahkan oleh fisura longitudinal. Kedua hemisfer dihubungkan oleh sejumlah serabut saraf yang
disebut korpus kalosum. Melalui serabut ini, impuls diteruskan dari satu hemisfer ke hemisfer lain.
Otak besar terdiri atas:
(a) Otak depan (lobus frontalis), merupakan pengendali gerakan otot.
(b) Otak belakang (lobus oksipitalis), merupakan pusat penglihatan.
(c) Otak samping (lobus temporalis), merupakan pusat pendengaran.

- Otak Tengah
Terletak di depan otak kecil. Bagian otak tengah adalah lobus optikus yang berhubungan dengan gerak refleks mata. Pada dasar otak tengah
terdapat kumpulan badan sel saraf (ganglion) yang berfungsi untuk mengontrol gerakan dan kedudukan tubuh.

- Otak Depan
Terdiri atas talamus dan hipotalamus. Talamus berfungsi menerima semua rangsang dari reseptor, kecuali bau-bauan, dan meneruskannya
ke area sensorik. Hipotalamus berperan dalam pengaturan suhu tubuh, pengatur nutrisi, pengaturan agar tetap sadar, dan penumbuhan sikap
agresif. Hipotalamus juga merupakan tempat sekresi hormon yang mempengaruhi pengeluaran hormon pada hipofisis.

- Otak Kecil (Cerebellum)


Terletak di depan sumsum lanjutan (medula oblongata). Otak kecil merupakan pusat keseimbangan gerak dan koordinasi gerak otot serta
posisi tubuh. Tepat di bagian bawah serebelum terdapat jembatan varol yang berfungsi menghantarkan impuls otot-otot bagian kiri dan
kanan tubuh. Jembatan varol ini juga menghubungkan otak besar dengan otak kecil.

- Sumsum Lanjutan (Medula Oblongata)


Disebut juga batang otak, merupakan lanjutan otak yang menghubungkan otak dengan sumsum tulang belakang. Fungsinya untuk mengatur
denyut jantung, pelebaran dan penyempitan pembuluh darah, gerak menelan, bersin, bersendawa, batuk, dan muntah. Di sumsum lanjutan
terdapat bagian yang menghubungkan otak dan sumsum tulang belakang yang dinamakan Pons.

2. Sumsum Tulang Belakang (Medula Spinalis)


Terdapat di dalam rongga tulang belakang. Fungsinya sebagai penghubung impuls dari dan ke otak, memberi kemungkinan gerak refleks. Medula
spinalis bagian luar berwarna putih dan bagian dalam kelabu.

Gambar 3. Sumsum Tulang Belakang Sumber: psychologymania.com

b. Sistem Saraf Tepi


Sistem saraf tepi merupakan saraf-saraf yang membawa impuls dari dan ke sistem saraf pusat. sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar dan
sistem saraf tidak sadar.
a) Sistem Saraf Sadar (Saraf Somatis)
Saraf sadar adalah saraf yang rangsangannya disampaikan ke pusat reseptor yaitu kepusat motoris pada serebrum.
Berdasarkan asalnya, sistem saraf tepi terbagi atas saraf kranial dan saraf spinal yang masing-masing berpasangan, serta ganglia (tunggal:
ganglion). Saraf kranial merupakan semua saraf yang keluar dari permukaan dorsal otak. Saraf spinal ialah semua saraf yang keluar dari
kedua sisi tulang belakang. Masing-masing saraf ini mempunyai karakteristik fungsi dan jumlah saraf yang berbeda. Sementara itu, ganglia
merupakan kumpul an badan sel saraf yang membentuk simpul-simpul saraf dan di luar sistem saraf pusat.

Gambar 4. Saraf Kranial Sumber: bangsalsehat.com

b) Sistem Saraf Tidak Sadar (Otonom)


Saraf otonom adalah saraf yang rangsangannya tidak disampaikan ke otak. Sistem saraf otonom mengontrol kegiatan organ-organ dalam.
Berdasarkan sifat kerjanya, saraf otoom dibedakan menjadi dua, yakni:
Gambar 5. Sistem Saraf Simpatik dan Saraf Parasimpatik Sumber: pojokcerdas.com

3. Gangguan pada Sistem Saraf


Sistem saraf pada manusia dapat mengalami kelainan atau penyakit. Penyebabnya dapat berasal dari lingkungan (luar) atau dari dalam tubuh,
antara lain sebagai berikut.
a. Epilepsi, yaitu suatu keadaan, bukan suatu penyakit, serangan muncul jika otak, atau bagian dari otak tiba-tiba berhenti bekerja sebagaimana
mestinya selama beberapa saat.
b. Meningitis merupakan radang selaput otak karena infeksi bakteri atau virus.
c. Ensefalitis merupakan peradangan jaringan otak, biasanya disebabkan oleh virus.
d. Neuritis merupakan gangguan saraf tepi akibat peradangan, keracunan, atau tekanan.
e. Rasa baal (kebas) dan kesemutan, gangguan sistem saraf akibat gangguan metabolisme, tertutupnya aliran darah, atau kekurangan vitamin
neurotropik (B1, B6, dan B12).
f. Epilepsi (ayan) merupakan penyakit serangan mendadak karena trauma kepala, tumor otak, kerusakan otak saat kelahiran, stroke, dan
alkohol.
g. Alzheimer merupakan sindrom kematian sel otak secara bersamaan.
h. Gegar otak merupakan bergeraknya jaringan otak dalam tengkorak menyebabkan perubahan fungsi mental atau kesadaran.
i. Stroke, merupakan penyakit yang timbul karena pembuluh darah di otak tersumbat atau pecah sehingga otak menjadi rusak. Penyebab
penyumbatan ini ialah adanya penyempitan pembuluh darah (arteriosklerosis). Selain itu, bisa juga karena penyumbatan oleh suatu emboli.
Ciri yang tampak dari penderita stroke misalnya wajah yang tak simetris.
j. Amnesia, merupakan gangguan yang terjadi pada otak karena disebabkan goncangan batin atau cidera. Ciri gangguan ini yakni hilangnya
kemampuan seseorang mengenali dan mengingat kejadian masa lampau dalam kurun waktu tertentu.
k. Parkinson, merupakan penyakit yang terjadi karena kekurangan neurotransmiter dopamine pada dasar ganglion. Secara fi sik, penderita ini
memiliki ciri tangan gemetaran saat istirahat, gerak susah, mata sulit berkedip, dan otot kaku sehingga salah satu cirinya adalah langkah kaki
menjadi kaku.
l. Poliomielitis, ialah penyakit yang menyerang neuron-neuron motorik sistem saraf pusat terutama otak dan medula spinalis oleh infeksi virus.
Penderitanya mengalami berbagai gejala seperti panas, sakit kepala, kaki duduk, sakit otot, dan kelumpuhan.
1. Struktur Sistem Hormon
Sistem hormon (endokrin) adalah sekumpulan kelenjar dan organ yang memproduksi hormon, yaitu senyawa organik pembawa pesan kimiawi
di dalam aliran darah menuju sel atau jaringan tubuh.
Sistem endokrin berinteraksi dengan sistem saraf berfungsi mengatur aktivitas tubuh seperti metabolisme, homeostasis, pertumbuhan,
perkembangan seksual dan siklus reproduksi, siklus tidur, serta siklus nutrisi.

Karakteristik Kelenjar Endokrin


1. Tidak memiliki saluran dan menyekresikan hormon langsung ke dalam cairan di sekitar sel.
2. Menyekresi lebih dari satu jenis hormon, kecuali kelenjar paratiroid.
3. Memiliki sejumlah sel sekretori yang dikelilingi banyak pembuluh darah dan ditopang oleh jaringan ikat.
4. Masa aktif kelenjar endokrin dalam menghasilkan hormon berbeda-beda.
5. Sekresi hormon dapat distimulasi atau dihambat oleh kadar hormon lainnya dan senyawa nonhormon dalam darah, serta impuls saraf.
Gambar 6. Kelenjar Penghasil Hormon Sumber: Majalahsains.com

2. Jenis Sistem Hormon


Hormon dihasilkan oleh kelenjar. Kelenjar endokrin (kelenjar buntu) adalah kelenjar yang tidak mempunyai saluran khusus yang menghasilkan
hormon.
Berdasarkan aktivitasnya, kelenjar buntu dibedakan menjadi:
1. Kelenjar yang bekerja sepanjang hayat, misal hormon yang memegang peranan dalam metabolisme.
2. Kelenjar yang bekerja mulai masa tertentu, misal hormon kelamin.
3. Kelenjar yang bekerja sampai masa tertentu saja, misal hormon pertumbuhan, hormon timus.
Berdasarkan aspek macam dan letaknya, kelenjar buntu dibedakan terdiri atas:
1. Kelenjar hipofisis, terletak di dasar otak besar
2. Kelenjar tiroid atau kelenjar gondok, terletak di daerah leher.
3. Kelenjar paratiroid atau kelenjar anak gondok, terletak di dekat kelenjar gondok.
4. Kelenjar epifise.
5. Kelenjar timus atau kelenjar kacangan.
6. Kelenjar adrenal atau suprarenalis, terletak di atas ginjal.
7. Kelenjar pankreas atau pulau-pulau Langerhans, terletak di sebelah bawah lambung (ventrikulus).
8. Kelenjar usus dan lambung.
9. Kelenjar kelamin atau kelenjar gonad, pada wanita terletak di daerah rongga perut, pada pria di dalam buah zakar dalam kantong skrotum.

Berikut adalah kelenjar dan hormon yang dihasilkan:


1) Kelenjar Hipofisis, menghasilkan hormon-hormon, yaitu:
a. Pada lobi anterior (Lobi depan):
1) Hormon somatotrof (STH atau growth hormone), menstimulasi pertumbuhan tubuh.
2) Luteotropic Hormone (LTH) atau prolaktin atau hormon laktogen, merangsang kelenjar susu untuk mensekresikan susu.
3) Thyroid Stimulating Hormone (TSH) atau hormon treotrop, merangsang, sekresi kelenjar tiroid.
4) Adrenocorticotropic Hormone (ACTH) atau hormon adrenotropin, merangsang dan mengendalikan sekresi kelenjar korteks adrenal.
5) Gonadotropic atau hormon kelenjar kelamin

a) Folikel Stimulating Hormone (FSH), terdapat pada wanita dan pria. berfungsi: pada wanita merangsang pertumbuhan folikel dalam
indung telur atau ovarium, dan pada pria untuk memengaruhi proses spermatogenesis.
b) Luteinizing Hormone (LH) atau Interstitial Cell Stimulating Hormone (ICSH), Berfungsi: pada wanita untuk merangsang ovulasi atau
pemasakan sel telur, pada pria untuk merangsang sel interstitial leydig di dalam testis agar menghasilkan testosteron.
b. Pada lobi intermedia (lobi tengah)
Menghasilkan hormon Melanosit Stimulating Hormone (MSH) atau intermedin. Hormon ini berperan dalam mengatur perubahan warna
kulit, yaitu dengan mengatur penyebaran pigmen melanin pada sel sel melanofora kulit.
c. Pada lobi posterior (lobi belakang)
a) Vasopresin untuk mempengaruhi tekanan darah
b) Petresin
c) Oksitosin untuk membantu proses kelahiran
2) Kelenjar Tiroid atau Kelenjar Gondok
Hormon yang dihasilkan yaitu tiroksin, triodotironin, kalsitonin Fungsi:
a. Mempengaruhi metabolisme sel, proses produksi panas, oksidasi di sel-sel tubuh, kecuali sel otak dan sel limfa.
b. Mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan deferensiasi jaringan tubuh.
c. Berpengaruh dalam mengubah tirosin.
3) Kelenjar Paratiroid atau Kelenjar Anak Gondok
Hormon yang dihasilkan yaitu parathormon, berfungsi mengatur pertukaran zat kapur dan fosfor dalam darah.
4) Kelenjar Epifise
Menghasilkan hormon yang fungsinya belum jelas.
5) Kelenjar Timus atau Kelenjar Kacangan
Hormon yang dihasilkan yaitu somatotrof atau hormon pertumbuhan yang berfungsi untuk pertumbuhan.
6) Kelenjar Suprarenalisa atau Kelenjar Anak Ginjal atau Kelenjar Adrenal
a. Bagian kulit menghasilkan:
1) Mineralo-kortikoid, menyerap Na dari darah dan mengatur reabsorpsi air pada ginjal.
2) Gluko-kortikoid, menaikkan kadar gula darah, pengubahan protein menjadi glikogen di hati dan selanjutnya mengubahnya
menjadi glukosa.
b. Bagian dalam menghasilkan: adrenalin dan epineprin Fungsi:
- Memacu aktivitas jantung dan menyempitkan pembuluh darah kulit dan kelenjar mukosa.
- Mengendurkan otot polos batang tenggorok sehingga melapangkan pernapasan.
- Mempengaruhi pemecahan glikogen (glikogenolisis) dalam hati sehingga menaikkan kadar gula darah.
7) Kelenjar Langerhans Hormon yang dihasilkan: Insulin, berfungsi antagonis dengan hormon adrenalin, yaitu untuk mengubah gula menjadi
glikogen di dalam hati dan otot.
8) Kelenjar Usus dan Lambung Kelenjar usus menghasilkan hormon sekretin dan kolesistokinin. Kelenjar lambung menghasilkan hormon
gastrin. Hormon-hormon tersebut berperan dalam merangsang sekresi getah lambung.
9) Kelenjar Kelamin
- Kelenjar kelamin pria (testis) menghasilkan hormon kelamin pria (androgen) dan sel sperma. Androgen yang terpenting adalah testosteron,
yang berfungsi untuk:
a) Mempertahankan proses spermatogenesis.
b) Memberi efek negatif terhadap sekresi LH oleh hipofisis.
- Kelenjar kelamin perempuan (ovarium) menghasilkan sel telur (ovum) dan hormon perempuan yang meliputi:
- Estrogen dihasilkan oleh sel folikel de Graaf.
a) Progesteron dihasilkan oleh korpus luteum, yaitu bekas folikel yang telah
ditinggalkan sel telur.

3. Gangguan pada Sistem Hormon


Sistem hormon dapat mengakibatkan terjadinya gangguan atau kelainan. Pengaruh pola hidup dapat menyebabkan kelainan pada struktur dan
fungsi organ sistem hormon pada manusia. Berikut beberapa gangguan akibat kelebihan maupun kekurangan produksi hormon pada tubuh.
1. Gigantisme, pertumbuhan raksas akibat kelebihan hormon somatotrof
2. Akromegali, pertumbuhan pada ujung-ujung tulang pipa akibat kelebihan hormon somatotrof
3. Kretinisme, kekerdilan diakibatkan kekurangan hormon somatotrof
4. Morbus basedow, meningkatnya denyut jantung, gugup, emosional, peulupuk mata terbuka lebar, dan bola mata melotot (eksoftalmus)
diakbatkan karena kelebihan hormon tiroksin.
5. Mixoedem, kegemukan yang luar biasa serta kecerdasan menurun diakibatkan kelebihan hormon tiroksin
6. Tetanus, kekurangan hormon parathohormon
7. Akromegali, kelebihan hormon somatotrof
8. Diabetes mellitus, kekurangan hormon insulin

1. Struktur dan Jenis Sistem Indra


Sistem indera merupakan salah satu bagian dari sistem koordinasi yang merupakan reseptor atau penerima rangsang. Alat indera merupakan
reseptor yang peka terhadap perubahan lingkungan dan rangsangan.
Setiap reseptor hanya menerima jenis perubahan lingkungan dalam bentuk rangsangan tertentu. Oleh karena itu, reseptor diberi nama menurut
jenis rangsangan yang diterimanya, yaitu sebagai berikut.
- Fotoreseptor, penerima rangsang cahaya.
- Kemoreseptor, penerima rangsang zat kimia.
- Mekanoreseptor, menerima rangsang fisik, misalnya sentuhan.
- Audioreseptor, penerima rangsang suara.
- Termoreseptor, penerima rangsang panas/temperatur.

A. Indra Penglihatan
Mata merupakan indera penglihatan yang bertindak sebagai fotoreseptor yang mampu menerima rangsangan berupa cahaya. Mata manusia
terdiri dari 3 bagian utama yaitu bola mata, tulang orbita dan alat penunjang/ tambahan.
Bola mata terdiri dari tiga lapisan, yaitu:
1) Sklera (tunika fibrosa) merupakan lapisan terluar dari bola mata yang berwarna putih dan tidak bening. Berfungsi untuk mempertahankan
bentuk mata dan melindungi bagian-bagian dalam bola mata
2) Koroid (tunika vaskulosa) merupakan lapisan tengah yang berwarna gelap dan banyak mengandung pembuluh darah dan pigmen. Berfungsi
untuk mencegah pemantulan cahaya yang masuk kedalam bola mata dan mensuplai nutrisi bagi mata berupa kebutuhan makanan dan oksigen
serta pigmen bagi retina mata sehingga mampu menyerap refleksi cahaya pada mata.
3) Retina (tunika nervosa), lapisan terdalam mata yang banyak mengandung sel reseptor cahaya. Ada 2 macam sel reseptor yaitu:
a. Sel kerucut (konus), peka terhadap intensitas cahaya tinggi dan warna. Berfungsi untuk menangkap warna. Sel konus terdiri dari sel yang
peka terhadap warna merah,
biru dan hijau. Sel konus mengandung senyawa iodopsin berupa retinin untuk melihat saat terang.
b. Sel batang (basil), peka terhadap intensitas cahaya lemah dan tidak peka terhadap warna. Sel basil menghasilkan rhodopsin berupa retinin
dan opsin untuk melihat pada saat gelap.

Gambar 7. Anatomi Mata Sumber: Klinikmatanusantara.com

Jalannya rangsang pada mata diawali cahaya yang masuk kedalam bola mata melalui lubang pupil akan menempuh 4 media meliputi cornea,
humor aquous, lensa, dan vitreus sehingga setelah mengalami 4x pembiasan, bayangan dapat jatuh di retina.

B. Indra Pembau
Hidung merupakan indera pembau yang menerima rangsangan zat kimia yang bertindak sebagai kemoreseptor. Reseptor hidung adalah saraf
olfaktori dan terletak pada langit- langit rongga hidung yang peka terhadap molekul bau (odoran). Daerah yang sensitive terhadap rasa bau
terletak di bagian atap rongga hidung dimana terdapat dua jenis se yaitu: sel penyokong berupa sel sel epitel dan sel-sel pembau sebagai reseptor
yang berupa sel-sel syaraf.

Gambar 8. Struktur Indera Pembau Sumber: slideshare.net

Urutan jalan rangsang indera pembau ke otak yaitu bau masuk ke hidung bersama udara inspirasi dan akan diterima oleh sel-sel kemoreseptor
di rongga hidung lalu Reseptor mengirim impuls ke saraf olfaktori untuk diinterpretasikan menjadi bau.

C. Indra Pengecap
Lidah berfungsi sebagai indra pengecap yang biasa dikenal dengan kemoreseptor cair. Reseptor lidah adalah papilla (tonjolan) yang terletak di
permukaan lidah dan di dalamnya terdapat tunas pengecap yang peka terhadap molekul yang dapat larut dalam air liur. Indera pengecap terdapat
pada lidah, Permukaan lidah bersifat kasar karena memiliki tonjolan-tonjolan yang disebut papilla. Papilla yang terdapat pada lidah adalah
papilla filiformis (fili: benang, papilla fungiformis (fungi: jamur) dan papilla sircumvalata (sirkum: bulat).

Gambar 9. Indera Pengecap (Lidah) Sumber: yuksinau.id

D. Indra Peraba
Kulit berfungsi sebagai indra peraba yang biasa dikenal dengan mekanoreseptor atau tangoreseptor.
Kulit memiliki reseptor. Reseptor kulit terdiri dari korpus-korpus pada lapisan epidermis dan dermis yang dapat merasakan berbagai
rangsangan.
1) Reseptor ujung saraf tanpa selaput, terletak pada lapisan epidermis, merasakan sakit/nyeri.
2) Reseptor ujung rambut, terletak di sekitar folikel rambut, merasakan gerakan rambut.
3) Ujung saraf Paccini, merasakan tekanan kuat.
4) Ujung saraf Ruffini, merasakan panas.
5) Ujung saraf Krausse, merasakan dingin.
6) Ujung saraf Meissner, merasakan sentuhan.
7) Diskus Merkel, terletak pada lapisan epidermis, merasakan sentuhan, tekanan ringan, dan sakit/nyeri

Gambar 10. Struktur Kulit Sebagai Indra Peraba Sumber:Pojokcerdas.com

E. Indra Pendengaran
Telinga merupakan indra pendengaran (fonoreseptor) dan sebagai pendeteksi keseimbangan (ekuilibrium). Telinga menerima rangsangan
berupa getaran sehingga disebut fonoreseptor. Reseptor telinga untuk pendengaran adalah organ korti pada koklea, dan untuk keseimbangan
adalah otolith.
Telinga berfungsi untuk menerima gelombang suara. Gelombang suara merupakan suatu perubahan penekanan dan peregangan dari molekul
udara yang disebabkan oleh bergetarnya suatu benda. Kerasnya suara bergantung pada besarnya getaran (amplitudo) dan tinggi nada suara
bergantung pada frekuensi (getaran/detik) dari suatu gelombang.

Gambar 11. Struktur Telinga Sumber: pojokcerdas.com

2. Gangguan pada Sistem Indra


Berbagai aktivitas yang dilakukan oleh tubuh tidak terlepas dari kontrol sistem koordinasi. Adanya pola hidup yang tidak sesuai dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan/kelainan pada sistem tubuh salah satunya pada sistem indra tubuh kita.

a. Gangguan/Kelainan Penglihatan (Mata)


Indra penglihatan dapat mengalami gangguan atau kelainan. Beberapa cacat mata di antaranya adalah sebagai berikut.
1) Miopi (rabun dekat) yaitu cacat mata kerna lensa mata terlalu cekung dan bola mata terlalu panjang. Hal ini dapat dibantu dengan
lensa cekung.

2) Hipermetropi (rabun jauh) yaitu cacat mata karena lensa mata terlalu cembung dan bola mata terlalu pendek (pipih) sehingga banyangan
jatuh dibelakang bola mata. Hal ini dapat dibantu dengan lensa cembung
3) Astigmatisme adalah kecembungan kornea tidak merata sehingga bayangan kabur atau bayngan jatuh diatas retina
4) Presbiopi adalah mata tua yang lensa matanya tidak teratur atau kurang elastis. Akibatnya, ketika melihat jarak dekat maupun jarak jauh,
bayangan yang terbentuk tidak jelas.

b. Gangguan/Kelainan indra Pembau (Hidung)


1) hiposmia yaitu indra penciuman kurang mampu mencium bau
2) Hiperosmia yaitu lebih pekat terhadap bau-bauan
3) Sinusitis yaitu radang tulang-tulang tengkorak disekitar hidung yang berongga dan berisi udara
4) Polip yaitu pembengkakan jaringan yang terjadi di dalam hidung dan mengeluarkan banyak cairan.

c. Gangguan/Kelainan pada Indra Pengecap (Lidah)


1) Hypogeusia yaitu penurunan kemampuan untuk mengidentifikasi rasa manis, asam, pahit, asin.
2) Dysgeusia yaitu suatu kondisi dimana lidah merasakan rasa busuk asin, sensasi rasa tengik, atau logam yang bertahan dalam mulut.

d. Gangguan/Kelainan pada Indra Peraba (Kulit)


1) Luka bakar disebabkan oleh panas, listrik, dan zat-zat kimia
2) Jerawat disebabkan peradangan kelenjar sebasea. Bayak terjadi didaerah wajah, leher, dada dan punggung.
3) Dermatitis yaitu peradangan pada permukaan kulit. Ditandai dengan gatal-gatal merah, bengkak, melepuh, dan berair.
e. Gangguan/Kelainan pada Indra Pendengaran (Telinga)
1) Tuli konduktif adalah gangguan penerimaan suara ke dalam koklea akibat kotoran atau nanah yang memenuhi telinga bagian tengah.
2) Tuli saraf adalah tuli yang terjadi akibat kerusakan pada koklea, organ korti, atau saraf pendengaran.
3) Otitis media yaitu radang yang disebabkan oleh peradangan pada tenggorokan karena adanya saluran eustachius yang
menghubungkan keduaya.
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN SISTEM KOORDINASI

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994), model berarti pola (contoh, acuan, ragam,dan sebagainya). Sesungguhnya model yang dimaksudkan
dalam pembelajaran atau hampir sama yang dikemukakan dalam KBI tersebut. Model pembelajaran, artinya pola atau contoh pembelajaran yang sudah
didesain dengan menggunakan pendekatan atau metode atau strategi pembelajaran yang lain, serta dilengkapi dengan langkah-langkah (sintaks) dan perangkat
pembelajarnnya. Suatu model pembelajaran mungkin terdiri dari satu atau beberapa pendekatan, satu atau beberapa metode, atau perpaduan antara pendekatan
dengan metode. Seorang guru atau peneliti bisa saja merancang suatu model pembelajaran baru, atau memodifikasi model yang sudah ada, atau mengulangi
model yang sudah ada. Beberapa model pembelajaran tersebut akan dibahas berikut ini.

Setelah mempelajari pokok bahasan ini diharpakan Anda dapat:

1) menjelaskan makna hakekat model pembelajaran,

2) menjelaskan perbedaan antara pendekatan, metode dan model pembelajaran,

3) menjelaskan makna atau hakekat pembelajaran kooperatif,

4) mejelaskan perbedaan masing-masing tipe pembelajaran kooperatif yang dibahas padapokok bahasan ini,

5) merancang sebuah model pembelajaran kooperatif dengan memilih sebuah tipe dan topik yang sesuai,

6) merancang sebuah model pembelajaran dengan pendekatan STS dengan memilih sebuahtopik yang sesuai,

7) merancang sebuah model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivistik denganmemilih sebuah topik yang sesuai,

8) merancang sebuah model pembelajaran dengan pendekatan CTL dengan memilih sebuahtopik yang sesuai,
9) merancang sebuah model pembelajaran dengan pendekatan problem solving denganmemilih sebuah topik yang sesuai,

10) merancang sebuah model pembelajaran berbasis masalah (PBI) dengan memilih sebuahtopik yang sesuai,

11) merancang sebuah model pembelajaran langsung (DI) dengan memilih topik yang sesuai.

Model Pembelajaran Kooperatif

Semua model pembelajaran ditandai dengan adanya (1) struktur tugas, (2) struktur tujuan, dan (3) struktur penghargaan. Struktur tugas mengacu
kepada dua hal yaitu cara pembelajaran diorganisasikan dan jenis kegiatan yang dilakukan oleh anak didik di dalam kelas. Struktur tujuan merupakan kadar
saling ketergantungan anak didik pada saat mereka mengerjakan tugas. Ada tiga macam struktur tujuan: (1) individualistik, yaitu juka pencapaian tujuan itu
tidak memerlukan intertaksi dengan orang lain; (2) kompetitif, yaitu anak didik hanyadapat mencapai suatu tujuan jika anak didik lain tidak dapat mencapai
tujuan tersebut (misal seperti pertandingan sepak bola, satu group dikatakan sukses bila group yang lain gagal); dan
(3) kooperatif, anak didik dapat mencapai tujuan hanya jika bekerjasama dengan anak didik lain. Struktur penghargaan (reward) merupakan penghargaan
yang diperoleh anak didik atas prestasinya. Struktur penghargaan ini bervariasi tergantung jenis upaya yang dilakukan, sepertihalnya struktur tujuan, yaitu
penghargaan individualistik, kompetitif dan kooperatif.

Pembelajaran kooperatif bercirikan struktur tugas, tujuan dan penghargaan kooperatif. Dalam penerapan pembelajaran kooperatif, dua atau lebih
individu bekerjasama, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman untuk mencapai suatu tujuan. Ciri-ciripembelajaran kooperatif yang lain adalah: (1) anak
didik bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan bahan pelajaran, (2) kelompok dibentuk dari anak didik yang memiliki kemampuan
tinggi, sedang, dan rendah, (3) bila mungkin, anggota kelompok berasaldari ras, budaya, jenis kelamin berbeda, (4) penghargaan lebih berorientasi kelompok
ketimbang individu.

Roger dan David (1994) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Ada lima unsur yang terdapat dalam
pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) saling ketergantungan positif, (2) tanggungjawab perorangan, (3) tatap muka, (4) komunikasi antar anggota, dan (5)
evaluasi proses kelompok.

Terdapat beberapa variasi dari model pembelajaran kooperatif, namun prinsip dasar dari pembelajaran kooperatif tersebut tidak berubah. Beberapa
variasi model pembelajaran tersebut adalah : (1) Student Teams Achievement Division (STAD), (2) Jigsaw, (3) Group Investigation (GI), dan (4) Think-
Pair-Sshare dan (5 Numbered-Head-Together. Masing-masing model pembelajaran ini akan dijelaskan secara ringkas.

a. Studen Teams Achievement Division (STAD)

STAD dikembangkan oleh Slavin et al. (1994) di Universitas John Hopkins. STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.
Langkah-langkahnya adalah:

1) Setelah dilakukan pretest, siswa dibagi beberapa kelompok belajar yang beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran berdasarkan prestasi,
jenis kelamin, dan sebagainya.

2) Guru menyajikan pelajaran atau presentasi verbal atau teks.

3) Siswa bekerja dalam kelompok menggunakan lembaran kegiatan atau perangkatpembelajaran yang lain untuk menuntaskan menguasai materi
dengan saling membantu.

4) Dilakukan kuis untuk seluruh siswa, dalam kuis mereka bekerja masing-masing, diskor,dan setiap individu diberi skor perkembangan (dibandingkan
dengan skor rata-rata pretest)

5) Point tiap anggota dijumlahkan untuk mendapatkan skor kelompok.

6) Kelompok yang mencapai kriteria tertentu dapat diberi penghargaan


b. Jigsaw

Jigsaw dikembangkan dan diujicobakan oleh Aronson et al. (1978) di Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin et al. Di Universitas John
Hopkins. Langkah-langkahnya adalah:

1) Anak didik dibagi atas beberapa kelompok, tiap kelompok berjumlah 4 anggota yang heterogen

2) Guru memberikan bahan pelajaran yang akan dibahas kepada setiap kelompok. Guru melakukan brainstorming untuk mengaktifkan skemata anak
didik sehingga lebih siap menghadapi pembelajaran

3) Setiap anggota bertanggung jawab mempelajari bagian tertentu atau yang ditugaskan. Misalnya materi yang akan dibahas adalah alat ekskresi
(meliputi: ginjal, hati, paru-paru, dan kulit)

4) Anggota pertama mempelajari ginjal, anggota yang kedua mempelajari hati, anggota ketiga mempelajari paru-paru, dan anggota kempat mempelajari
kulit dari setiap kelompok

5) Setiap anggota kelompok yang mendapat tugas yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok ini disebut kelompok ahli.
Dengan demikian terdapt kelompok ahli: ginjal, hati, paru-paru, dan ahli kulit.

6) Setiap anggota kelompok ahli ini kembali bergabung dengan kelompok asal dan mengajarkan topik yang telah dipelajarinya di kelompok ahli kepada
anggota kelompokaslinya secara bergantian.

7) Guru memberikan kuis secara individu tentang seluruh topik yang sudah dibahas.

8) Point tiap anggota dijumlahkan untuk mendapatkan skor kelompok.


9) Kelompok yang mencapai kriteria tertentu dapat diberi penghargaan

c. Group Investigation (GI)

Model pembelajaran ini dirancang pertama kali oleh Thelan dan dikembangkan oleh Sharan et al. (1984) dari Universitas Tel Aviv. Dalam
penerapan GI ini, guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok dengan jumlah anggota 5- orang yang heterogen. Langkah-langkah yang dikembangkan
Sharan adalah:

1) Pemilhan topik. Anak didik disuruh memilih subtopik khusus dalamm bidang tertentu yang sudah ditetapkan guru.

2) Perencanaan Kooperatif. Guru bersama anak didik merencanakan prosedur pembelajaran,tugas, dan tujuan khusus untuk subtopik yang telah dipilih.

3) Implemntasi. Anak didik menerapkan rencana yang telah dibuat pada tahap kedua. Guru berperan sebagai pembimbing atau fasilitator.

4) Analisisdan Sintesis Anak didik menganalisis, mensintesis informasi yang diperoleh padatahap ketiga, dipersiapkan untuk presentasikan secara menarik
di kelas.

5) Presentasi Hasil Final. Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil bahasannya dalam diskusi kelas.

6) Evaluasi. Guru bersama anak didik mengevaluasi kontribusi kelompok terhadap kerja kelas secara keseluruahan yang membahas aspek yang berbeda
dari topik yang sama. Evaluasidapat berupa penilaian individu atau kelompok.
d. Think-Pair-Share

Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Lyman et al. (1985) dari Universitas Marylan. Langkah-langkahnya adalah:

1) Thinking. Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian anak didik diminta untuk memikirkan pertanyaan atau
isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat

2) Pairing. Guru meminta anak didik berpasangan dengan temannya untuk mendiskusikan sekitar 4-5 menit apa yang telah dipikirkannya pada tahap
pertama.

3) Sharing. Guru meminta kepada pasangan untuk berbagi ide, informasi, pengetahuan atau pemahaman dengan seluruh kelas tentang apa yang telah
mereka diskusikan. Ini dilakukansecara bergiliran pasangan demi pasangan sampai sekitar 25% pasangan mendapatkesempatan.

e. Numbered-Head-Together

Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Kagen (1993). Langkah-langkahnya adalah:

1) Penomoran. Guru membagi anak didik menjadi beberapa kelompok dengan jumlah anggota kelompok 3-5 orang, dan setiap anggota kelompok diberi
nomor 1 sampai 5.

2) Mengajukan pertanyaan. Guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan dibahas. Miasalnya “Apa yang dimaksud dengan cell
cloning?, “Apa contohnya cellcloning?, “Bagaimana mekanisme cell cloning?”
3) Berpikir Bersama. Para anak didik setiap kelompok menyatukan pendapatnya tentang pertanyaan yang diajukan guru.

4) Menjawab. Guru memanggil satu nomor tertentu, kemudian anak didik yang nomornya sama mengancungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab
pertanyaan untuk seluruh kelas

Model Pembelajaran dengan Pendekatan Science Technology and Society

Pendekatan STM merupakan gabungan antara pendekatan konsep, pendekatan keterampilan proses, pendekatan CBSA, pendekatan inkuiri dan
diskoveri, serta pendekatan lingkungan (Susilo1999). Pendekatan STM berangkat dari isu-isu yang berkembang di masyarakat akibat dampak kemajuan sains
dan teknlogi. Filosofi yang mendasari pendekatan STM adalah filosofi konstruktivisme, yaitu siswa menyusun sendiri konsep-konsep di dalam struktur
kognitifnya berdasarkan apa yang telah mereka ketahui sebelumnya. Ada enam (6) ranah yang dikembangkan melalui STM, yaitu: (1) konsep, (2) proses, (3)
kreativitas, (4) sikapdan nilai, (5) penerapan, dan (6) hubungan atau keterkaitan (Yager, 1992).

Berikut ini ditampilkan tahapan (sintaks) pembelajaran STS yang mengacu kepada model konstruktivistik yang dikembangkan Yager (1992).

Tabel Sintaks pembelajaran STS

Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1. Invitasi Memberikan pertanyaan mengenai Anak didik memberi respon


fenomena, permasalahan biologi secara individual atau kelompok
yang relevan untuk merangsang dan mengajukan suatu masalah
rasa ingin tahu dan minat anak atau gagasan yang akan dibahas
didik, untuk mengetahui hal-hal
yang sudah diketahui anak didik
2. Eksplorasi Memberikan tugas agar anak didik Mencari informasi dan data
mendapat informasi yang cukup dengan membaca, observasi,
melaui membaca, observasi, wawancara, berdiskusi,
wawancara, diskusi, mengerjakan merancang
LKS dan sebaginya eksperimen, menganalisis data

3.Eksplanasi dan Memberikan tugas untuk membuat Membuat laporan hasil


Pemecahan laporan dan mempresentasikan penyelidikan, membuat
hasil penyelidikan atau ekperimen kesimpulan dan
secara ringkas mempresentasikan hasil

4. Tindak lanjut Memberikan penjelasan mengenai Memberikan solusi pemecahan


tindakan yang akan diajukan masalah atau membuat
berdasarkan hasil penyelidikan keputusan dan memberikan ide
Model Pembelajaran dengan Pendekatan Konstruktivistik

Pendekatan pembelajaran konstruktivistik pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan
aktif dalam proses pembelajaran. Sebagian besar waktu proses pembelajaran berlangsung dengan berbasis pada aktivitas siswa. Pada dasarnya anak didik
tidak membawa kepala kosong ke sekolah, tapi niscalayalah mereka sudah memiliki pengetahuan atau konsep tentang sesuatu berdasarkan pengalaman
mereka dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin mereka sudah melihat, mendengar, membaca, mengamati suatu hal, sehingga berdasarkan penglihatan,
pendenagaran, pembacaan,pengalaman itu mereka sudah punya konsep tentang hal itu. Misalnya mereka sudah mendengaratau membaca istilah cloning. Cuma
kita belum tahu sampai dimana kebenaran konsep yang mereka miliki. Dengan pembelajaran konstruktivistik, anak didik secara aktif mencoba membangun
sendiri konsep atau pengetahuan itu secara bertahap, mungkin dengan bertanya kepada guru, berdiskusi dengan teman, atau mebaca buku sehingga anak
menemukan konsep yang benar atau hampir benar berdasarkan konsep yang sudah dimilikinya.

Ciri-ciri pembelajaran konstruktivistik vs pembelajaran tradisional (Johnston, 1999) adalah seperti berikut.

Pengajaran Tradisional Pembelajaran Konstruktivistik

1) 1. Berfokus pada 1. Berfokus pada pembelajaran secara


efisiensi mendalam dengan pengalaman yang
relevan

2. Pendekatan utama belajar 2. Menuntut keterlibatan siswa secara


hafalan penuh danaktif belajar

3. Keterampilan diajarkan secara 3. Ketrampilan dikembangkan dalam


berurutan kegiatan belajar yang relevan
Berdasarkan konsep dan ciri-ciri konstruktivistik ini maka diharapkan Anda dapat merancangsebuah model pembelajaran konstruktivistik.

Model Pembelajaran dengan Pendekatan ContextualTteaching and Learning

1 Konsepsi CTL

CTL merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengkaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat
hubungan antara pengetahuan danpenerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warganegara, dan tenaga kerja (U.S. Department of
Education and the National School-to-Work Office yang dikutip oleh Blanchard, 2001)

CTL menekankan pada berpikir tingkat tinggi, transfer pengetahuan lintas disiplin akademik, dan pengumpulan, penganalisisan, pensintesisan informasi dan
data dari berbagai sumber titikpandang (viewpoints) (University of Washington College of Education. 2001).

· Pembelajaran kontekstual berakar pada pendekatan konstruktivis (Brown,1998;Dirkx, Amey, and Haston 1999 dalam Imel, 2000).

· Pada pembelajaran kontekstual, anak didik benar-benar di awali dengan pengetahuan, pengalaman, dan konteks keseharian yang mereka miliki yang
dikaitkan dengan konsep mata pelajaran yang dipelajari di kelas, dan selanjutnya dimungkinkan untuk mengimplementasikan dalam kehidup keseharian
mereka.

· Ungkapan yang tepat untuk ini adalah: Bawalah mereka dari dunia mereka ke dunia kita,kemudian hantarkan mereka dari dunia kita ke dunia mereka
kembali.

· Pembelajaran kontekstual mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Menekankan pada problem solving


2) Mengenal bahwa pengajaran dan pembelajaran perlu terjadi pada berbagai konteks

3) Membantu para siswa dalam belajar bagaimana memonitor belajar mereka sindirisehingga mereka dapat menjadi para pelajar yang teratur
sendiri (self-regulated learners)

4) Mengaitkan mengajaran di dalam berbagai konteks kehidupan siswa

5) Mendorong para siswa belajar satu sama lainnya (belajar bersama)


6) Menggunakan penilaian autentik

· Elemen-elemen kunci CTL


a. Menurut University of Washington (2001)

1) Pembelajaran bermakna

2) Penerapan pengetahuan

3) Berfikir tingkat tinggi

4) Kurikulum berdasarkan standar

5) Responsif terhadap budaya


6) Penilaian autentik
b. Menurut Depdiknas (2002)

1) Belajar berbasis masalah (Problem-Based Learning)

2) Pembelajaran autentik (Authentic Instruction)

3) Belajar berbasis inquiri (InquryBased Learning)

4) Belajar berbasis proyek (Project-Based Learning)

5) Belajar berbasis kerja (Work-Based Learning)

6) Belajar jasa-layanan (Service Learning)

7) Belajar kooperatif (Cooperative Learning)

CTL dan Teori Pembelajaran Konstruktivis

Pendekatan pembelajaran konstruktivis pada dasarnya menekankan pentingnya siswamembangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif dalam
proses pembelajaran. Sebagian besar waktu proses pembelajaran berlangsung dengan berbasis pada aktivitas

siswa. Inquiry-Based Learning dan Problem-Based Learning yang ditekankan pada pendekatan konstruktivis juga disebut sebagai strategi CTL.

7.4.2 Tujuh (7) komponen Pendekatan CTL

1) Konstrktivisme (Constructivism)

· Pengetahuan dibangun sendiri oleh pebelajar sedikit demi sedikit melalui pengalaman nyata

· Dalam pandangan konstruktivis, strategi memperoleh lebih utama dibanding dengan seberapa banyak pebelajar memperoleh dan mengingat
pengetahuan

· Pada dasarnya kita sudah menerapkan filosofi ini ketika kita: menerapkan pembelajaran dalam bentuk pebelajar bekerja, praktek mengerjakan sesuatu,
berlatih secara fisik, menulis karangan, mendemonstrasikan, menciptakan ide, dan sebagainya

2) Menemukan (Inquiry)

Kata kunnci dari pendekatan inquiri adalah pebelajar menemukan sendiri. Siklus inquiri adalahsebagai berikut:

(1) Observasi (Observation)

(2) Bertanya (Questioning)

(3) Mengajukan Jawaban sementara (Hypothesis)


(4) Mengumpulkan data (Data gathering)

(5) Penyimpulan (Conclussion)

3) Bertanya (Questioning)

Bertanya merupakan bagian penting dalam menerapkan pembelajaran berbasis inquiri. Bertanya dapat diterapkan antara pebelajar dengan pebelajar, antara
guru dengan pebelajar, antara pebelajar dengan guru, antara pebelajar dengan orang lain yang didatangkan ke kelas.

4) Masyarakat Belajar (Learning Community)

Masyarakat belajar bisa terbentuk bila komunikasi dalam pembelajaran terjadi dalam bentuk dua dan banyak arah

5) Pemodelan (Modeling)

Model berupa cara atau mekanisme sesuatu, berupa karya atau benda, sehingga dapat ditirupebelajar. Model dapat dari guru, dari pebelajar dan dari
orang lain

6) Refleksi (Reflection)

· Refleksi merupakan cara berpikir (merenung) tentang apa yang baru dipelajari atauberpikir ke belakang apa-apa yang sudah dilakukan di masa
lalu

· Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baruditerima

7) Penilaian autentik (Authentic Assessment)Kharakteristik authentic assessmen adalah:


· Dilaksanakan selama dan sesudah pembelajaran berlangsung

· Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif

· Yang dinilai keterampilan dan penampilan, bukan mengingat fakta

· Berkesinambungan

· Terintegrasi

· Dapat digunakan sebagai feed back

Contoh kegiatan yang dapat dinilai adalah: proyek/kegiatan dan laporan, PR, kuis, karya siswa,presentasi, demonstrasi, jurnal, portofolio, hasil tertulis, karya
tulis.

Kaitan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan CTL

1) Dari isi kompetensi dan penilaian yang digunakan dalam KBK ternyata sejalan dengan apa yang ada pada CTL. Oleh karena itu, pendekatan CTL ini
kelihatannya sangat cocok, bahkan sangat menunjang pelaksanaan KBK.

2) Sebagai salah satu komponen KBK adalah penilaian berbasis sekolah (PBK) dengan prinsip:
1) Penilaian berkelanjutan (ongoing assessment)

2) Pengumpulan kerja pebelajar (portfolio)

3) Hasil karya (product)

4) Penugasan (project)

5) Kinerja (performance)

6) Tes tertulis (paper and pen)

Model Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Solving

Model pembelajaran problem solving ini termasuk model pembelajaran yang sudah tua, tapi sampai sekarang masih termasuk model pembelajaran yang
sangat penting atau sangat dianjurkan digunakan dalam pembelajaran. Karena sudah hasil banyak penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran problem
solving ini dapat mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi anak didik. Sudah banyak variasi pola pembelajaran problem solving ini ditemukan
dariberbagai literatur. Berikut ini akan disajikan berbagai pola proses atau tahapan problemsolving yang dikemukakan oleh berbagai pakar.

Proses ideal Problem Solving menurut Bransford & Stein (1984 dalam Marzano et al.,1988)

1) Identifikasi masalah (Identifying the problem = I)


2) Mendefinisikan masalah (Defining the problem = D)

3) Mengeksplorasi strategi-strategi (Exploring strategies = E)

4) Mengemukakan ide-ide (Acting on ideas = A)

5) Mencari pengaruhnya (Looking for the effects)

Tahapan proses pronlem solving menurut Wisconsin dalam Mc Intosh, 1995):

1) Pengajuan masalah (problem posing)

2) Pendekatan masalah (problem approach)

3) Solusi masalah (problem solution)

4) Komunikasi (communication)
Skema problem Solving ( menurut Karl R. Popper disadur oleh Taryadi, 1989)

1) Problem awal (P1)

2) Solusi tentatif (tentative solution = TS)

3) Error elimination (EE) atau evaluasi dengan tujuan menemukan dan membuang masalah

4) Situasi yang diakibatkan oleh adanya evaluasi kritis atau solusi tentatif terhadap problemawal, sehingga timbul problem baru (P2)

Proses pemecahan masalah secara ilmiah menurut Tek (1998)

1) Menemukan masalah yang butuh pemecahan

2) Mendefinisikan masalah

3) Meneliti kemungkinan solusi atau membuat rancangan gambar atau rancangan suatupenelitian

4) Mempertimbangkan sejumlah solusi atau memilih solusi yang menjanjikan

5) Mengujicoba atau membuat alat.


Urutan Strategi berpikir (mis. Problem Solving) menurut Beyer (1988 dalam Zeidler et al., 1992)

1) Mengenal masalah

2) Menggambarkan (represent) masalah

3) Memilih (devise/choose) rencana solusi

4) Melaksanakan rencana (execute the plan)

5) Mengevaluasi solusi

Tahap-tahap Problem Solving menurut Philippine Education Quarterly (1994)

1) Menggambarkan masalah (represent the problem)

2) Memilih/menemukan rencana solusi (devise/choose solution plan)

3) Melaksanakan rencan (execute the plan)


4) Mengevaluasi solusi (evaluate the solution)

Tahapan Problem Solving menurut Gagne (1985)

1) Penyajian masalah (presentation of the problem), dapat dinyatakan dalam pernyataan verbalatau beberapa sarana (means) yang lain

2) Mendefinisikan masalah, atau membedakan sifat-sifat esensial (essential features) darisituasi

3) Memformulasikan hipotesis, yang dapat diaplikasikan terhadap solusi

4) Pengujian hipotesis (verification of the hypotesis), atau dilakukan secara berturut-turut(successive) sampai menemukan jawaban yang mencapai
solusi.

Proses Problem Solving menurut UNESCO (1986)

1) Indentification of problem (preparation phase)

2) Analysis of problem (limiting phase)

3) Selection of hypothesis (productive phase)

4) Planning investigation (operative phase)


5) Carrying out investigation (active phase)

6) Drawing conclusion (critical phase)

Tahapan Problem Solving menurut Dewey (1910; 1933 dalam Glover & Bruning, 1990)

1) Presentation of the problem

2) Problem definition
3) Development of hypothesis
4) Testing hypotesis
5) Selection of the best hypothesis

Tahapan Problem Solving dalam Biologi Perkembangan Hewan menurut Lufri, (2003)

1) Memahami masalah

2) Merumuskan masalah (dalam bentuk kalimat tanya dan kalimat perintah)

3) Mengajukan beberapa alternatif pemecahan atau solusi masalah

4) Memilih solusi yang paling tepat dan menguraikan rasionalnya sehingga masalah dapat dipecahkan
Tahapan Problem Solving secara heuristic menurut Krulik dan Rudnick (1996)

1) Membaca dan berpikir (read and think)

2) Menyelidiki dan merencanakan (explore and plan)

3) Memilih suatu strategi (select a strategy)

4) Menemukan suatu jawaban (find an answher)

5) Mengambarkan dan menyampaikan (reflect and extend)

Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Di sini dikemukakan dua model tahapan (sintaks) pembelajaran berbasis masalah:

7.6.1 Menurut Greenwald (2000) ada sepuluh (10) tahapan Problem- Based Learning (PBL)atau Problem- Based Instruction (PBI):
1) Menemukan sebuah masalah yang didefinisikan sebagai suatu hal yang kabur (Encounteran ill-defined problem)

2) Meminta para anak didik mengajukan pertanyaan tentang minat yang menimbulkan tekateki (Have students ask questions about what is interesting ,
puzzling, or important to find out(IPF question)

3) Mengejar atau mengikuti temuan masalah (Pursue problem finding)

4) Memetakan temuan dan memprioritaskan sebuah masalah (Map problem finding and prioritize a problem)

5) Meneliti masalah (Investigate the problem)

6) Menganalisis hasil-hasil (Analize results)

7) Mengulangi pernyataan pembelajaran atau menyajikan apa yang telah mereka lakukan (Reiterate learning)

8) Menghasilkan solusi dan rekomendasi (Generate solutions and recommendations)

9) Mengkomunikasikan hasil-hasil (Communicate the results)

10) Melakukan penilaian sendiri. (Conduct self-assessment)

7. 6.2 Sintaks PBI yang dikemukakan oleh Ibrahim dan Nur (2000)
Tabel 2. Sintas Pembelajaran Berbasis MasalahModel Pembelajaran Langsung

Pembelajaran langsung atau direct intruction (DI) mempunyai ciri sebagai berikut: (1) adanya tujuan pembelajaran, (2) adanya pengaruh model terhadap
siswa, (3) adanya prosedur penilaian hasil belajar, (4) adanya sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran, (5) adanya sistem
pengelolaan dan lingkungan belajar.

Istilah lain yang juga sering digunakan untuk model pembelajaran lngsung ini ialah PengajaranAktif (Good & Grows, 1985), Mastery Teaching (Hunter,
1982), dan Explicit Instruction (Rosenshine & Stevens, 1986). Di samping itu, metode yang berhubungan erat dengan model ini adalah metode
kuliah/ceramah dan resitasi (Kardi dan Nur, 2000).
Fase Peran Guru

1. Menyampikan tujuan Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakangpelajaran,


dan mempersiapkan siswa pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar

2. Mendemonstrasikan Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau


pengetahuan atau menyajikan informasi tahap demi tahap
keterampilan

3. Membimbing pelatihan Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan


awal

4. Mengecek pemahaman Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas


dan memberikan umpan dengan baik, memberi umpan balik
balik

5. Memberikan Guru memperiapkan kesempatan melakukan pelatihan


kesempatan untuk lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada
pelatiahn lanjutan dan situasi yang lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.
penerapan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN(RPP)

Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas (SMA)


Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/ Semester : XI MIPA/Genap
Materi Pokok : Sistem Koordinasi
Alokasi Waktu : 8 X 45 Menit (4 X Pertemuan)

A. Kompetensi Inti (KI)

Kompetensi Inti 1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang


dianutnya.
Kompetensi Inti 2 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama,
toleran, damai), santun, responsif dan proaktifdan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagaipermasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
Kompetensi Inti 3 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa
ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan,kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

Kompetensi Inti 4 Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara: efektif, kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif.Dalam ranah konkret dan abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu menggunakan
metoda sesuai dengan kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar (KD)


No. Kompetensi Dasar (KD) No. Kompetensi Dasar (KD)
Menganalisis hubungan antara Menyajikan hasil analisis datadari berbagai sumber (studi literatur, pengamatan,
3.10 struktur jaringan penyusun 4.10 percobaan, dan simulasi)
organ pada sistem koordinasi
dan mengaitkannya dengan
proses koordinasi sehingga pengaruh pola hidup dan kelainan pada struktur dan fungsi organ sistem koordinasi yang
dapat menjelaskan peran saraf menyebabkan gangguansistem saraf dan hormon pada manusia melalui berbagaibentuk media
dan hormon, dan alat indera informasi.
dalam mekanisme koordinasi
dan regulasi serta gangguan
fungsi yang mungkin terjadi
pada sistem koordinasimanusia
melalui studi literatur,
pengamatan, percobaan, dan
simulasi.
C. Indikator Pecanpaian Kompetensi (IPK)

No. Indikator Pecanpaian No. Indikator Pecanpaian


Kompetensi (IPK) Kompetensi (IPK)
3.10.1 Mendeskripsikan struktur dan fungsi 4.9.1 Mendiskusikan pengaruh pola hidup terhadap kelainan pada struktur dan
sel pada system saraf manusia. fungsi organ sistem
koordinasi pada manusia.
3.10.2 Menganalisis mekanisme 4.9.2 Menganalisis pengaruh polahidup terhadap kelainan pada struktur dan fungsi
penghantaran implus. organ sistem
koordinasi pada manusia.
3.10.3 Membedakan susunan sarafpusat 4.9.3 Menyimpulkan pengaruh pola hidup terhadap kelainan pada struktur dan
dan saraf tepi. fungsi organ sistem
koordinasi pada manusia.
3.10.4 Membedakan mekanisme
gerak sadar dan gerak reflex
3.10.5 Mengindentifikasi kelainan
pada system koordinasi
manusia.
3.10.6 Mengaitkan hubungan sistem
saraf dengan sistem indera.
3.10.7 Menunjukkan organ penyusun
sistem indera pada manusia.
3.10.8 Menunjukkan reseptor dari
setiap organ penyusun sistemindera
pada manusia
3.10.9 Mengidentifikasi fungsi dariorgan
penyusun sistem indera
pada manusia.
3.10.10 Menjelaskan mekanisme kerja
dari sistem indera pada
manusia.
3.10.11 Memberikan contoh kelainan yang
dapat mengganggu kerja
dari sistem indera manusia.
3.10.12 Membandingkan prinsip sistem
syaraf dengan prinsip sistem
endokrin.
3.10.13 Menunjukkan organ penyusun
sistem endokrin pada manusia.
3.10.14 Mengidentifikasi berbagai macam
hormon yangdihasilkan oleh kelenjar
endokrin.
3.10.15 Mengidentifikasi fungsi dari
berbagai macam hormon pada
manusia.
3.10.16 Menjelaskan mekanisme kerjadari
sistem endokrin pada
manusia.
3.10.17 Memberikan contoh kelainan yang
dapat mengganggu kerja
dari sistem endokrin manusia.
D. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik menggunakan modelpembelajaran Discoveri dan Problem Based Learning (PBL) peserta
didik dapat menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem koordinasi (saraf, hormone dan alat indera) dalam kaitannya
dengan mekanisme koordinasi dan regulasi serta gangguan fungsi yang dapat terjadi pada sistem koordinasi manusia, dan menyajikan hasil analisis
pengaruh pola hidup terhadap kelainan pada struktur dan fungsi organ sistem koordinasi yang menyebabkan gangguan sistem saraf dan hormon pada
manusia berdasarkan studi literatur, sehingga peserta didik dapat membangun kesadaran akan kebesaran Tuhan YME, menumbuhkan prilaku disiplin,
jujur, aktif, responsip, santun, bertanggungjawab, dan kerjasama.

E. Materi Pembelajaran

 Struktur dan fungsi sel pada sistem koordinasi


 Sistem saraf
 Sistem indera
 Sistem endokrin
 Proses kerja system koordinasi
 Gangguan yang dapat terjadi pada system koordinasi
 Kelainan yang terjadi pada system koordinasi
F. Metode dan Pendekatan Pembelajaran

Metode : Ceramah, Diskusi, dan Tanya jawabPendekatan : Saintifik


Model : Discoveri dan Problem Based Learning (PBL)

G. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran

Media : PPT system koordinasi, kartu make a match Hormon & LKPDAlat : Laptop, papan tulis, spidol, dan proyektor.
Sumber Belajar :
1) Buku Campbell
2) Buku paket biologi kelas 11 kurikulum 2013 revisi
3) Internet / media belajar elektronik
4) Bahan ajar yang telah dibuat.

H. Kegiatan Pembelajaran

1. Pertemuan ke-1
No. Indikator pencapaian kompetensi (IPK)
3.10.1 Mendeskripsikan struktur dan fungsi sel pada system saraf manusia
3.10.2 Menganalisis mekanisme penghantaran implus
3.10.3 Membedakan susunan saraf pusat dan saraf tepi
3.10.4 Membedakan mekanisme gerak sadar dan gerak reflex
3.10.5 Mengindentifikasi kelainan pada system saraf manusia

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasiwaktu (menit)

1) Orientasi
 Guru memberikan salam.
 Guru menanyakan kabar siswa.
 Guru mengkondisikan siswa danberdo’a bersama.

Pendahuluan  Guru mengabsen siswa. 10

2) Apersepsi
Guru memberikan apersepsi, yaitu dengan merangsang
keingintahuan siswa dengan cara memberikan pertanyaan
“Kenapa respon mata (bulu mata) kalian ketika terkena debu
akan langsung berkedip?”
3) Motivasi
 Guru memberikan kata-kata motivasi untuk
menumbuhkan motivasi belajar siswa terkait dengan
kemampuan otak.
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

Guru menjelaskan indikator pembelajaran kemudian


memberikan konsep dasar,petunjuk atau
referensi yang diperlukan dalampembelajaran.

Stimulation (memberi stimulus);


 Melakukan brainstorming dimana peserta didik dihadapkan pada
pengamatan gambar/ video/animasi mekanisme kerjasistem saraf
manusia.
70
Inti

Peserta didik menemukan berbagai masalah dari hasil pengamatan


gambar/video/animasi, misalnya menanya:
- Mengapa kita dapat melihat?
- Apa yang disebut reseptor?
- Apa yang disebut efektor?
- Apa yang disebut saraf sensorik?
- Apa yang disebut saraf motorik?
- Apa yang disebut sistem saraf pusat?

Problem Statement (mengidentifikasimasalah)


 Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah sistem saraf manusia.
 Peserta didik dikelompokkan secara heterogen, masing-masing
mengkaji
lembar kegiatan/aktivitas non-eksperimen.

Data Collecting (mengumpulkan data);


 Peserta didik mendiskusikan hal-hal yang harus dikerjakan,
konsep-konsep yang harus didiskusikan dan pertanyaan-
pertanyaan yang harus dijawab untukmemecahkan masalah.
 Peserta didik berdiskusi dalam kelompok mengumpulkan
informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka
sendiri dalam merumuskan masalah terkait materi dalam lembar
kegiatan/aktivitas belajar.

Verification (memverifikasi);
 Peserta didik menjawab pertanyaan dalam lembar
kegiatan/aktivitas belajar dan menyajikannya dalam bentuk
laporan tertulis.
 Melakukan umpan balik/refleksi dan review mengenai materi
yang telahdikembangkan.
 Peserta didik menjawab pertanyaan/kuis dan mengumpulkan
hasil aktivitas belajarnya.
 Guru memberikan penghargaan padaindividu/kelompok peserta 10
P
didik yang berkinerja baik dan memberikan penugasan untuk
e
mempelajari materipertemuan berikutnya, serta mengucapkan
n
salam penutup .
u
t
u
p
2. Pertemuan ke-2
No. Indikator pencapaian kompetensi (IPK)
3.10.6 Mengaitkan hubungan sistem saraf dengan sistem indera.

3.10.7 Menunjukkan organ penyusun sistem indera pada manusia.

3.10.8 Menunjukkan reseptor dari setiap organ penyusun sistem indera pada
manusia.
3.10.9 Mengidentifikasi fungsi dari organ penyusun sistem indera pada manusia.

3.10.10 Menjelaskan mekanisme kerja dari sistem indera pada manusia.

3.10.11 Memberikan contoh kelainan yang dapat mengganggu kerja dari sistem
indera manusia.
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasiwaktu (menit)

1) Orientasi
 Guru memberikan salam.
 Guru menanyakan kabar siswa.
 Guru mengkondisikan siswa danberdo’a bersama.
 Guru mengabsen siswa.

2) Apersepsi
Memberikan acuan kegiatan pembelajaran yang akan dibahas, yaitu tentang
sistem indera manusia. 10
Pendahuluan

3) Motivasi
 Guru memotivasi dan memberi apersepsi dengan memberi
pertanyaan yang berkaitan dengan topik/subtopik sistem indera
manusia.
 Penyampaian tujuan pembelajaran dengan mengidentifikasi
indikator pembelajaran.
1) Mengamati
 Guru memperlihatkan mediapembelajaran tentang hubungan sistemsaraf
dengan sistem indera.
 Guru merangsang siswa untuk memahami media pembelajaran (PPT)

2) Bertanya
Setelah menunjukkan media pembelajaran, guru merangsang
siswa untuk menanyakan materi yang meliputi :
- Apa saja organ penyusun sistemindera pada manusia?
- Bagaimana reseptor dari setiap organpenyusun sistem indera pada
Inti manusia? 70
- Apa saja fungsi dari organ penyusunsistem indera pada manusia?
- Bagaimana mekanisme kerja dari sistem indera pada manusia?
- Berikan contoh kelainan yang dapatmengganggu kerja dari sistem indera
manusia!
3) Mengumpulkan informasi
- Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok
heterogen, setiap siswa mendapat LKPD sebagai media
pelaksanaan kegiatan belajar.
- Kemudian mengkaji dan menemukan jawaban dari
pertanyaan yang di jabarkan guru diawal kegiatan inti
dengan mengisi LKPD yang guruberikan.
- Guru menginstruksikan siswa secaraberkelompok mencari
jawaban dari berbagai sumber belajar yang ada dan
membuat jawaban masing-masing kedalam LKPD yang
sudah disiapkan.

4) Menalar/diskusi
Guru menginstruksikan pada siswa untuk mendiskusikan
informasi yang didapatkandalam satu laporan kelompok.

5) Mengkomunikasikan
 Guru memanggil nomor kelompok.
 Siswa melaporkan hasil diskusikepada guru dan teman-
teman kelompok lainnya dalam bentuk presentasi.
 Guru mengintsruksikan agar siswa menyimak,
memperhatikan dan memberi tanggapan mengenai apa
yang disampaikan oleh siswa lainnya.
 Guru mengintsruksikan agar siswa untuk mencatat hasil
diskusi.
 Guru membimbing jalannya diskusi dan mengkonfirmasi
dari presentasi siswa.
 Guru memberikan kesempatan pada siswauntuk menanyakan
materi yang belum dipahami.
 Guru dan siswa membahas dan menyimpulkan bersama
mengenai system saraf.
 Guru memberikan evaluasi berupa soal uraian.
Penutup 10
 Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya yaitu system indera.
 Guru memberikan tugas rumah kepada peserta didik untuk
meresume materi berikutnya.
 Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan
hamdalah danmengucapkan salam kepada siswasebagai tanda
penutup.
3. Pertemuan ke-3
No. Indikator pencapaian kompetensi (IPK)
3.10.12 Membandingkan prinsip sistem syaraf dengan prinsip sistem endokrin.
3.10.13 Menunjukkan organ penyusun sistem endokrin pada manusia.
3.10.14 Mengidentifikasi berbagai macam hormon yang dihasilkan oleh kelenjar
endokrin.
3.10.15 Mengidentifikasi fungsi dari berbagai macam hormon pada manusia.
3.10.16 Menjelaskan mekanisme kerja dari sistem endokrin pada manusia.
3.10.17 Memberikan contoh kelainan yang dapat mengganggu kerja dari sistem
endokrin manusia.
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasiwaktu (menit)

1) Orientasi
 Guru memberikan salam.
 Guru menanyakan kabar siswa.
 Guru mengkondisikan siswa danberdo’a bersama.
 Guru mengabsen siswa.

2) Apersepsi
 Memberikan acuan kegiatan pembelajaran yang akan
dibahas, yaitutentang fungsi kelenjar Endokrin.
Pendahuluan  Memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan 10

topik/subtopiksistem endokrin (hormon) manusia.

3) Motivasi
 Guru memotivasi yang berkaitan dengan
topik/subtopik sistem endokrin (hormon) Manusia.
 Penyampaian tujuan pembelajaran dengan
mengidentifikasi indikator pembelajaran.
 Siswa mengamati gambar orang yangmengalami gigantisme dan kretinisme.

 Siswa diberikan pertanyaan oleh guru “Mengapa orang tersebut dapat mengalami kelainan
seperti padagambar?”.

 Siswa diberikan kesempatan untuk berfikir, kemudian dipersilakan untuk menjawab, dan
diberikan penjelasan tentang sistem hormon pada manusia oleh guru.

 Siswa dibagi kembali pada kelompoksebelumnya dan diberikan kesempatanuntuk berdiskusi


serta mengumpulkan informasi dari berbagai sumber.

 Siswa mengisi LKPD yang telah diberikan untuk kerja pribadi dan mengumpulkan satu
kesimpulan dalam laporan kelompok.
Inti 7
0
 Siswa melaporkan hasil diskusi kepada guru dan teman-teman kelompok lainnya dalam bentuk
presentasi.

 Guru mengintsruksikan agar siswa menyimak, memperhatikan dan memberi tanggapan


mengenai apa yang disampaikan oleh siswa lainnya.
 Guru memberikan kesempatan pada siswauntuk menanyakan materi yang belum dipahami.
 Guru dan siswa membahas dan menyimpulkan bersama mengenai system saraf.
 Guru memberikan evaluasi berupa soal uraian.
 Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya yaitu system indera.

Penutup  Guru memberikan tugas rumah kepadapeserta didik untuk meresume materi 1
berikutnya. 0
Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan hamdalah danmengucapkan salam
kepada siswasebagai tanda penutup.
Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan hamdalah danmengucapkan salam
kepada siswasebagai tanda penutup.
4. Pertemuan ke-4
No. Indikator pencapaian kompetensi (IPK)
4.9.1 Mendiskusikan pengaruh pola hidup terhadap kelainan pada struktur dan
fungsi organ sistem koordinasi pada manusia.

4.9.2 Menganalisis pengaruh pola hidup terhadap kelainan pada struktur dan
fungsi organ sistem koordinasi pada manusia.

4.9.3 Menyimpulkan pengaruh pola hidup terhadap kelainan pada struktur dan
fungsi organ sistem koordinasi pada manusia.
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi waktu
(menit)
1) Orientasi
 Guru memberikan salam.
 Guru menanyakan kabar siswa.
 Guru mengkondisikan siswa danberdo’a bersama.
 Guru mengabsen siswa.

2) Apersepsi
 Memberikan acuan kegiatan pembelajaran yang akan dibahas, yaitu
tentang gangguan dan kelainan padasistem koordinasi
Pendahuluan  Memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan topik/subtopik 10

gangguan dan kelainan pada sistem koordinasi.

3) Motivasi
 Guru memotivasi yang berkaitan dengan topik/subtopik gangguan
dan kelainan pada sistem koordinasi
 Penyampaian tujuan pembelajaran dengan mengidentifikasi
indikatorpembelajaran.
Diperlihatkan gambar/foto tentang bahaya rokok

Stimulation (memberi stimulus);


 Guru memanyakan kepada siswa “Apa yang kalian pikirkan tentang
foto/gambar tersebut?”
Inti 70

Problem Statement (mengidentifikasi masalah)


 Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengidentifikasi
sebanyak mungkin pertanyaan yang berkaitan dengan gambar yang
disajikandan akan dijawab melalui kegiatan belajar

Data Collecting (mengumpulkan data);


 Peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan untuk menjawab
pertanyan yang telah diidentifikasi.
Data Processing (mengolah data);
 Peserta didik dalam kelompoknya berdiskusi mengolah data hasil
membaca/pengamatan.

Verification (memverifikasi);
 Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatannya dan memverifikasi
hasil pengamatannya dengan data-data atau teori pada buku sumber.
 Guru membimbing setiap kelompok untuk menyimpulkan hasil diskusi.
 Melakukan umpan balik/refleksi dan review mengenai materi yang telah
dikembangkan.
Penutup  Peserta didik menjawab pertanyaan/kuis dan mengumpulkan hasil 10
aktivitas belajarnya.

 Guru memberikan penghargaan pada individu/kelompok peserta didik


yang berkinerja baik dan memberikan penugasan untuk mempelajari
materipertemuan berikutnya, serta mengucapkan
 salam penutup.
I. Penilaian
1) Pengetahuan (Kognitif) Teknik penilaian : tes tulis Bentuk penilaian : pilihan ganda

2) Keterampilan (Psikomotor)
Teknik penilaian : Penugasan
Bentuk penilaian : Instrumen Penilaian LKPDInstrumen penilaian :

No Nama siswa Aspek yang dinilai Jumlah skor Predikat


. 1 2 3 4 5

Keterangan :

1. Ketepatan waktu dalam mengumpulkan tugas kliping

2. Kesesuaian isi kliping dengan tema yang telah ditentukan


3. Kerapian dalam menyajikan kliping

4. Penampilan dan keindahan kliping

5. Pemaparan isi kliping

Rubrik penilaian :

Kriteria Skor : Kriteria Penilaian :

1 = Sangat kurang 21-15 = A (sangat baik)

2 = Kurang 16-20 = B (baik)


4 = Baik 06-10 = D (belum tuntas, remedial)

5 = Sangat baik 05 = E (tidak tuntas, remedial)

3) Sikap (Afektif)
Teknik penilaian : Observasi
Bentuk penilaian : instrumen penilaian sikapIsntrumen penilaian :

No. Nama Siswa Aspek yang dinilai Jumlah skor Predikat


1 2 3 4 5

Keterangan (disesuaikan dengan metode) :

1. Tidak terlambat mengikuti pelajaran.

2. Mengucapkan salam dan membaca do’a sebelum pembelajaran

3. Santun dalam bertanya dan/atau mengemukakan pendapat.

4. Terbuka menerima kritik dan saran dari orang lain.

5. Perhatian dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.


Rubrik Penilaian :

Kriteria Skor : Kriteria Penilaian :

1 = Sangat kurang 21-15 = A (sangat baik)

2 = Kurang 16-20 = B (baik)

3 = Cukup 11-15 = C (cukup, standar minimal)

4 = Baik 06-10 = D (belum tuntas, remedial)

5 = Sangat baik 05 = E (tidak tuntas, remedial)


4) Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
a. Pembelajaran remedial
Bagi peserta didik yang belum mencapai KKM diberi tugas remidi. Tugas yangdiberikan dapat berupa :
1) Pengulangan kegiatan yang belum dikuasai.
2) Pemberian treatmen khusus yang sifatnya penyederhanaan dari pelaksanaan pembelajaran reguler.

b. Pengayaan
Bagi siswa yang sudah mencapai KKM diberi pengayaan untuk mencari literaturlain yang terbaru tentang materi berikutnya atau berupa
tambahan soal materi system saraf.

Padang, 18 Desember 2021


Mengetahui,

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Drs.Ristiono, M.Pd. Fila Dwi Anggriani

Anda mungkin juga menyukai