PELANGGARAN-PELANGGARAN KODE ETIK PERIKLANAN IKLAN SABUN LIFEBUOY
1) Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) menilai Iklan Lifebuoy versi “Mother Holding Child” melanggar ketentuan dalam Etika Pariwara Indonesia (EPI). Dalam iklan tersebut, terdapat karakter yang digambarkan seolah-olah sebagai praktisi kesehatan.Seperti diketahui, di dalam EPI diatur bahwa iklan dilarang menggunakan karakter yang seolah-olah ditampilkan sebagai dokter, perawat, farmasis, laboratoris dan pihak-pihak lain yang mewakili profesi kesehatan beserta segala atribut yang berkonotasi dengan profesi kesehatan.Pernyataan ini disampaikan Ketua Badan Pengawas Periklanan PPPI, Ridwan Handoyo dalam forum mediasi antara kantor pengacara Lubis-Santosa & Maulana yang mewakili PT. Reckitt Benckiser dengan sembilan stasiun TV, Selasa, 11 Januari 2011 . Sebelumnya, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat menerima aduan dari PT. Reckitt Benckiser, produsen sabun Dettol, mengenai iklan sabun Lifebuoy yang dinilai melanggar ketentuan. Irfan Arifin, dari kantor pengacara Lubis-Santosa & Maulana menyampaikan bahwa iklan Lifebuoy tersebut melanggar Keputusan Menteri Kesehatan No. 386/1994 dan Etika Pariwara Indonesia. Menurut Irfan, walaupun kantornya tidak menampik memiliki kepentingan terkait pengaduan ini karena mewakili produsen pesaing Lifebuoy, namun perlu dicatat bahwa ada kepentingan publik yang lebih luas yaitu pelanggaran Keputusan Menteri Kesehatan yang juga melarang peragaan tenaga kesehatan atau karakter lainnya seolah-olah merepresentasikan profesi tenaga kesehatan. “Untuk itu, dalam pelanggaran ini, masyarakatlah yang sesungguhnya dirugikan”, kata Irfan dalam forum yang dipimpin oleh Dadang Rahmat Hidayat, Ketua KPI Pusat. Judhariksawan, Anggota bidang Kelembagaan KPI Pusat menyampaikan apresiasinya kepada pihak pengadu karena jarang sekali kasus-kasus seperti ini diadukan. “Jarang ada kasus seperti ini diadukan, saya apresiasi jika ini atas nama publik. Ada hal normatif yang dilanggar. PPPI mengatakan ini melanggar EPI. tentunya KPI akan mempelajari sebagai bahan apa yang akan kita tempuh untuk langkah selanjutnya, ini akan kita plenokan terlebih dahulu”, kata Judha. 2) Sabun mandi Lifebuoy menggambarkan kebiasaan warga Bitobe, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang kurang kesadaran terhadap hidup bersih, dalam sebuah iklan berjudul `5 Tahun Bisa untuk NTT`. Bahkan dalam iklan itu disebutkan, satu dari empat balita di NTT meninggal karena diare. Di akhir iklan, Pandji Pragiwaksono, yang menjadi bintang iklannya berpesan `Agar Mereka Bisa Merayakan Ulang Tahun kelima dan seterusnya`. Namun, belakangan ini muncul sejumlah protes dari warga NTT karena iklan tersebut. Mulai dari warga biasa hingga gubernur daerahnya melihat iklan tersebut menyudutkan NTT. Seolah semua NTT hidup dalam kesusahan dan tidak sadar gaya hidup sehat. Pengiklan dituding menjual kemiskinan demi kepentingan komersialnya. Bagaimana menurut ahli branding soal iklan yang diributkan tersebut? Menurut Ahli Branding, Silih Agung Wasesa, sebenarnya tak ada yang salah dalam iklan tersebut. Semua tertulis sesuai fakta dan pesan. Menurut Silih, dalam iklan satu menit dua detik itu juga sudah memenuhi etika program. "Ajakannya juga bagus. Ada data, fakta, dan kesimpulan masalah yang menjadi ajakan. Penyebutan desanya pun jelas, termasuk sumber datanya," ujar Silih saat dihubungi Liputan6.com, Senin (2/12/2013). Namun, iklan sabun mandi Lifebuoy itu menjadi masalah karena mengangkat bagian belakang alias keburukan provinsi NTT. Jadi semacam mengungkap keburukan masyarakat NTT. Selain itu, penyebutan `5 Tahun Bisa untuk NTT` akan lebih enak jika `5 tahun bisa untuk Bitobe NTT. "Biar tidak terjadi generalisasi," katanya. Selain itu, lanjut Silih, mungkin pihak Lifebuoy lupa bahwa kemiskinan dan kematian balita adalah tanggung jawab gubernur sehingga akan lebih baik kalau secara khusus Lifebuoy menggandeng Pemuda NTT. "Jadi, selain Pandji dimunculkan juga gubernur NTT, misalnya untuk mengajak masyarakat indonesia membangun warga desa Bitobe untuk mencegah kematian balita," katanya.