Anda di halaman 1dari 64

LKP (Laporan Kegiatan Praktikum)

LAPORAN KEGIATAN PRAKTIKUM


IPA DI SD

HASDIN
817527423

UPBJJ MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2021
LEMBAR DATA

DATA MAHASISWA

FOTO

Nama : HASDIN
NIM/ID Lainnya : 817527423
Program Studi : S1 PGSD
Nama Sekolah : UPT SD NEGERI 115 LEMBANG BATU

DATA TUTOR

Nama(Gelar) : MUTMAINNA EKAWATI FOTO


Nip/Id Lainnya : 0930098902
Instansi Asal : UNCP PALOPO
Nomor Hp : 085240427961
Alamat Email : Mutmainna.ekawati12@gmail.com
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : HASDIN


NIM : 817527423
Program Studi : S1/PGSD

Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Kegiatan Praktikum ini merupakan hasil karya
saya sendiri dan saya tidak melakukan plagiarisme atau pengutipan dengan cara-cara
yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam keilmuan. Atas pernyataan ini saya
siap menerima tindakan/sanksi yang diberikan kepada saya apabila dikemudian hari
ditemukan pelanggaran akademik dalam karya saya ini atau ada klaim atas karya saya ini.

Luwu Utara, 10 Desember 2021


Yang membuat pernyataan

HAS
DIN
Praktikum Bimbingan

LAPORAN PRAKTIKUM IPA SD

PDGK4107 MODUL 1

MAKHLUK HIDUP

Nama : HASDIN

NIM : 817527423

UPBJJ/Pokja : Makassar

Judul percobaan: Gerak seismonasti pada tumbuhan putri malu (Mimosa pudica)

I.       Judul praktikum: Gerak pada tumbuhan 

II.    Tujuan praktikum: Untuk mengamati gerak seismonasti pada tumbuhan Putri Malu


(Mimosa pudica)

III.  Dasar teori: Putri malu atau Mimosa pudica merupakan tumbuhan yang berasal dari


Amerika tropis, yang ditemukan pada ketinggian 1200 M diatas permukaan laut. Ciri-ciri
tumbuhan putri malu atau Mimosa pudica adalah daun berupa daun majemuk menyirip
ganda dua yang sempurna. Jumlah anak daun berbentuk memanjang sampai lanset, ujung
runcing, pangkal membundar, tepi rata, permukaan atas dan bawah yang licin, panjang 6-
16 mm, lebar 1-3 mm, berwarna hijau, dan umumnya tepi daun berwarna ungu. Jika daun
disentuh sirip akan melipatkan diri menyirip rangkap.

Sirip terkumpul rapat dengan panjang 4-5,5 cm. Batang bulat, berambut, dan berduri
tempel. Tumbuhan putri malu atau Mimosa pudica memiliki dua macam kepekaan, yakni
terhadap sentuhan (seismonasti) dan terhadap intensitas cahaya matahari atau melakukan
gerakan tidur pada malam hari (niktinasti).

IV.  Alat dan bahan yang digunakan

a.       Alat

1)      Alat Tulis

2)      Sedotan 1 buah

3)      Pot bunga 2 buah

4)      Kamera (Handphone)

5)      Sekrup atau pacul

b.      Bahan

1)      Tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) 2 buah

V.    Cara kerja
1)      Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan

2)     Meletakkan atau menanam tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) di masing-masing pot
dan untuk kegiatan ini dilakukan beberapa hari sebelum penelitian dilakukan

3)   Mengamati perkembangan tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) yang ada pada masing-
masing pot, sebab tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) akan mati ketika berada di
dalam pot

4)   Melakukan pengamatan dan penelitian terhadap gerakan seismonasti pada tumbuhan putri
malu (Mimosa pudica)

5)      Mencatat hasil pengamatan dan penelitian terhadap gerakan seimonasti yang didapatkan

VI. Tabel data pengamatan

Tabel 1.2

Hasil pengamatan seismonasti

No Jenis sentuhan pada daun Reaksi daun putri malu Keterangan


. putri malu (Mimosa (Mimosa pudica)
pudica)
1 Halus Daun putri malu (Mimosa Daun tidak menutup
pudica) yang disentuh atau tidak terjadi
secara halus maka daun reaksi apa-apa
akan menutup sedikit saja.
2 Sedang Daun putri malu (Mimosa Daun akan
pudica) yang disentuh membuka kembali
secara sedang akan setelah 4 menit
menutup dibagian yang berlalu
terkena sentuhan,
sedangkan daun pada
bagian batang yang lain
tidak ikut menutup
3 Kasar Daun putri malu (Mimosa Daun akan
pudica) yang disentuh membuka kembali
secara kasar akan menutup setelah 8 menit
secara sempurna, bahkan berlalu
daun yang ada dibagian
batang lainnya juga ikut
menutup secara sempurna

VII.   Pembahasan: Terdapat tiga reaksi yang berbeda saat daun putri malu (Mimosa pudica)
secara halus, sedang dan kasar. Daun putri malu (Mimosa pudica) akan menutup sedikit
atau bahkan bisa tidak menutup sama sekali apabila di sentuh secara halus, sedangkan
jika daun putri malu (Mimosa pudica) disentuh secara sedang maka daun akan menutup
secara cepat dan sempurna namun hanya daun yang terkena sentuhan saja yang bereaksi
sedangkan daun yang ada dibagian batang yang lainnya tidak bereaksi sama sekali dalam
artian daun tetap utuh terbuka dan tidak menutup.

Yang unik adalah apabila daun putri malu (Mimosa pudica) disentuh secara kasar, maka
seluruh daun yang ada pada bagian batang yang lain pun ikut menutup secara sempurna
tidak hanya daun yang disentuh saja yang menutup sempurna. Dan reaksi ini terjadi
karena adanya getaran di batang putri malu (Mimosa pudica), oleh sebab itulah putri
malu (Mimosa pudica) salah satu tumbuhan yang sangat peka terhadap rangsangan
maupun getaran.

Keras dan halusnya getaran sentuh yang diberikan mempengaruhi kecepatan menutup
daun putri malu. Semakin keras getaran sentuh, maka kecepatan menutup daun putri malu
akan semakin cepat, begitu pula sebaliknya semakin halus getaran sentuh yang diberikan
maka kecepatan menutup daun putri malu akan semakin lambat. Selain itu, luas
permukaan bidang sentuh juga mempengaruhi kecepatan menutup daun putri malu.
Permukaan sentuh yang luas akan menghasilkan gaya yang besar, sehingga akan
meningkatkan kecepatan menutup daun putri malu. Sedangkan semakin kecil luas
permukaan bidang sentuh, maka gaya yang dihasilkan juga semakin kecil. Hal tersebut
menyebabkan kecepatan menutup daun putri malu semakin lambat.

Daun putri malu akan segera menutup setelah disentuh. Daun-daun tumbuhan ini sensitif
dalam tanggapan terhadap sentuhan dan terhadap penambahan temperatur. Daun-daun
akan mengatup dari posisi tegak, hampir seketika setelah menerima rangsang. Hal
tersebut terlihat seperti tanaman putri malu memiliki reflek saraf. Tetapi mekasime itu
adalah gerakan air ke dalam dan keluar sel. Pada pangkal setiap tangkai daun putri malu
dan beberapa tumbuhan polong lainnya, didapati adanya pulvinus, yaitu suatu bonggol
yang mengandung sel-sel besar dengan banyak rongga. 

Untuk tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) pada pot A tidak digunakan sebagai
praktikum dan yang digunakan untuk praktikum adalah tumbuhan putri malu (Mimosa
pudica) pada pot B. Jadi tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) pada pot A sebagai
pelengkap untuk melakukan praktikum.

VIII.       Pertanyaan dan jawaban

A.    Pertanyaan

1)  Mengapa tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) yang diletakkan didalam pot harus
dilakukan pada hari-hari sebelum melakukan penelitian?

2)    Mengapa tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) akan mati setelah dipindahkan dari
habitat aslinya kedalam pot?

3)    Tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) seperti apa yang mesti dipilih untuk bisa
diletakkan kedalam pot? 

B.     Jawaban

1)     Ketika ingin melakukan penelitian terhadap gerakan tumbuhan putri malu
(Mimosa pudica) maka harus dilakukan jauh-jauh hari terlebih dahulu sebagai upaya
untuk mengetahui apakah tumbuhan tersebut dapat hidup kembali seperti halnya pada
habitat aslinya atau tidak. Yang kita inginkan tentulah keberhasilan dalam penelitian,
maka dari itu hal seperti ini atau mempersiapkan objek yang akan diteliti jauh-jauh hari
sebelumnya sangatlah penting.

2)   Tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) akan mati ketika dipindahkan langsung kedalam
pot karena adanya beberapa faktor, diantaranya:
a. Faktor habitatnya, jadi ketika ingin memindahkan tumbuhan putri malu (Mimosa pudica)
dari habitat aslinya kedalam pot maka hal yang harus dipastikan adalah tekstur tanah
yang ada di dalam pot mengandung unsur berpasir dan basah.

b.  Faktor kedua adalah kesalahan saat pengambilan tumbuhan putri malu (Mimosa pudica)
dari habitat aslinya, tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) harus di sekup bersamaan
dengan akar-akarnya ketika ingin memindahkannya kedalam pot, jangan hanya
memindahkan batangnya saja kedalam pot.

c.  Mengambil tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) secara paksa menggunakan tangan
kosong atau benda yang dapat merusak tubuh maupun akarnya.

d.  Meletakkan pot tempat putri malu (Mimosa pudica) ditempat yang kedap udara atau
ditempat yang sangat panas karena sinar matahari, padahal tumbuhannya baru saja
dipindahkan dari habitat aslinya.

3)    Cara memilih tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) yang baik untuk diletakan kedalam
pot, adalah sebagai berikut:

a. Tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) yang masih muda dan batangnya belum menjalar
kemana-mana, dan harus beserta akar-akarnya.

b.    Jangan mengambil tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) yang sudah tua atau rimbun,
apalagi sampai di potong menggunakan pisau.

c.  Jika ingin mengambil tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) yang sudah menjalar, maka
cari lah yang jalaran batangnya masih tidak terlalu panjang dan jangan lupa beserta
akarnya.

d.   Kemudian jika sudah ditemukan, letakkan pot tumbuhan putri malu (Mimosa pudica)
ditempat terbuka, misalnya dibawah pohon yang rindang. Jangan terlalu sering
menyiramnya dengan air serta jangan terlalu lama terkena sinar matahari.  

IX.  Kesimpulan: Terdapat 3 (tiga) reaksi yang berbeda ketika melakukan sentuhan atau


seismonasti terhadap tumbuhan putri malu (Mimosa pudica), apabila di sentuh secara
halus maka daun putri malu (Mimosa pudica) tidak menutup secara sempurna, bahkan
ada juga yang tidak bereaksi apa-apa. Apabila di sentuh secara sedang maka daun putri
malu (Mimosa pudica) akan menutup secara sempurna pada bagian yang terkena
sentuhan, tetapi pada bagian daun putri malu (Mimosa pudica) yang ada di batang lainnya
tidak memberikan reaksi. Kemudian jika di sentuh secara kasar maka seluruh daun yang
ada dibagian batang yang lain pun ikut menutup secara sempurna, ini disebabkan oleh
adanya getaran pada batang putri malu (Mimosa pudica). Selain itu juga terdapat beberap
jeda waktu untuk daun agar bisa membuka kembali, seperti hal nya sentuhan secara halus
0 menit, sentuhan secara sedang memerlukan waktu 4 menit untuk membuka kembali,
dan ketikas sentuhan secara kasar memerlukan waktu yang lumayan lama untuk daun
dapat membuka kembali sekitar 8 menit.

Keras dan halusnya getaran sentuh yang diberikan mempengaruhi kecepatan menutup
daun putri malu. Semakin keras getaran sentuh, maka kecepatan menutup daun putri malu
akan semakin cepat, begitu pula sebaliknya semakin halus getaran sentuh yang diberikan
maka kecepatan menutup daun putri malu akan semakin lambat. Selain itu, luas
permukaan bidang sentuh juga mempengaruhi kecepatan menutup daun putri malu.
Permukaan sentuh yang luas akan menghasilkan gaya yang besar, sehingga akan
meningkatkan kecepatan menutup daun putri malu. Sedangkan semakin kecil luas
permukaan bidang sentuh, maka gaya yang dihasilkan juga semakin kecil.

Jika ingin menanam tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) kedalam pot untuk di
budidayakan adalah dengan memilih tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) yang masih
muda, lalu tekstur tanah yang ada di dalam pot berpasir dan basah, kemudian
meletakannya di tempat terbuka seperti halnya di bawah pohon yang redup.

LAPORAN PRAKTIKUM IPA SD

PDGK4107 MODUL 1

MAKHLUK HIDUP
Nama : HASDIN

NIM : 817527423

UPBJJ/Pokja : Makassar

I. Judul praktikum: Gerak pada tumbuhan

II. Tujuan praktikum: Untuk mengamati gerak niktinasti pada tumbuhan Putri
Malu (Mimosa pudica) 

III. Dasar teori: Tumbuhan sebagai mahluk hidup juga melakukan gerak. Namun,
gerak yang dilakukan oleh tumbuhan tidak seperti yang dilakukan oleh hewan maupun
manusia. Gerakan pada tumbuhan sangat terbatas. Gerakan yang dilakukan oleh
tumbuhan hanya dilakukan pada bagian tertentu. Misalnya bagian ujung tunas, bagian
ujung akar, ataupun pada bagian lembar daun tertentu (Ferdinand, 2003 dalam Rumanta,
2019). 

Nasti adalah gerak bagian tumbuhan yang tidak dipengaruhi oleh rangsang. Gerak ini
disebabkan oleh adanya perubahan tekanan turgor akibat pemberian rangsang. Karena
tidak dipengaruhi oleh arah sehingga tidak ada nasti positif atau negatif.

IV. Alat dan bahan yang digunakan

a. Alat dan bahan

1) Alat Tulis

2) Kardus 1 buah

3) Pot bunga 2 buah

4) Kamera (Handphone)

5) Stopwatch digital

6) Tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) 2 buah

V. Cara kerja

1) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan

2) Memberi tanda A pada pot pertama dan tanda B pada pot kedua

3) Menutup pot B dengan kardus yang kedap cahaya dan membiarkan pot A tetap
terkena cahaya

4) Pot B dibiarkan tertutup dengan kardus kurang lebih selama 30 menit


(perhitungan menggunakan stopwatch digital)
5) Membuka kembali pot B yang tertutup kardus tersebut setelah kurang lebih 30
menit berlalu

6) Mencatat hasil pengamatan dan penelitian terhadap gerakan niktinasti yang


didapatkan

VI. Tabel data pengamatan

Tabel 1.3

Hasil pengamatan Niktinasti


No Pot putri malu (Mimosa Reaksi daun putri malu (Mimosa pudica)
. pudica) Mula-mula ½ jam kemudian
1 Disimpan di tempat terang Terbuka Tetap terbuka
2 Ditutup dengan penutup Terbuka Menutup/tertutup
yang kedap cahaya
3 Setealah pot diletakkan Terbuka Terbuka
kembali ke tempat yang
terang

Foto kegiatan praktikum

VII. Pembahasan: Niktinasi (nyktos = malam) merupakan gerak nasti yang


disebabkan oleh suasana gelap, sehingga disebut juga gerak tidur. Selain disebabkan oleh
suasana gelap, gerak “tidur” daun-daun tersebut dapat terjadi akibat perubahan tekanan
turgor di dalam persendian daun. Pengamatan niktinasti pada tumbuhan putri malu
(Mimosa pudica), dengan menyimpan putri malu di tempat terang atau terbuka dan
membandingkannya dengan putri malu (Mimosa pudica) yang diletakkan di tempat
tertutup atau kedap cahaya. Pada tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) yang berada di
tempat kedap cahaya, daun-daunnya tersebut mulai mengatup.

Ada 2 buah tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) yang digunakan untuk kegiatan
praktek ini, masing-masing pot diberikan label A dan B. Dan pot B lah yang digunakan
sebagai objek dalam percobaan, sedangkan untuk pot A sebagai pembanding dari hasil
percobaan pada pot bagian B.  

Mula-mula kedua tumbuhan putri malu yang ada di dalam pot terbuka karena terkena
cahaya atau sinar matahari, namun setelah 30 menit berlalu tumbuhan putri malu
(Mimosa pudica) yang ada pada pot bagian B yang telah ditutup menggunakan kardus
kedap udara membuat daun-daunnya menutup. Sebagian daun putri malu (Mimosa
pudica) menutup secara sempurna dan sebagiannya lagi tidak menutup secara sempurna
dalam artian daunnya hanya menutup sedikit saja. 

Kemudian reaksi yang di dapatkan setelah tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) yang
ditutup dengan kardus tadi diletakkan ke tempat yang terang atau terkena sinar matahari
secara langsung, maka daun-daun putri malu (Mimosa pudica) tersebut akan membuka
kembali secara sempurna sebagaimana biasanya dan waktu yang digunakan untuk
tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) membuka kembali daunnya sekitar 8 menitan. 

VIII.   Pertanyaan dan jawaban


A. Pertanyaan

1) Apa perbedaan antara niktinasti dengan seismonasti pada percobaan yang telah
dilakukan?

2) Apa yang terjadi dengan pada tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) yang di
letakkan ke tempat terang setelah ditutup dengan kardus? 

B. Jawaban

1) Perbedaan antara niktinasti dengan seismonasti adalah, sebagai berikut:

a. Gerak niktinasti terjadi pada tumbuhan akibat adanya faktor gelap, misalnya daun
putri malu menutup ketika ditutup dengan kardus kedap udara

b. Gerak seismonasti adalah gerak pada tumbuhan akibat adanya rangsangan atau
sentuhan baik secara halus, sedang maupun kasar pada tumbuhan putri malu (Mimosa
pudica).   

2) Tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) yang ditutup dengan kardus kedap udara
akan membuat daun-daunnya menutup, namun setelah pot tumbuhan putri malu  itu
diletakkan kembali ketempat yang terang maka setelah beberapa menit daun-daun
tersebut akan membuka secara sempurna sebagaimana mestinya.

IX. Kesimpulan:

Perbedaan antara niktinasti dengan seismonasti adalah, sebagai berikut:

a. Gerak niktinasti terjadi pada tumbuhan akibat adanya faktor gelap, misalnya daun
putri malu menutup ketika ditutup dengan kardus kedap udara

b. Gerak seismonasti adalah gerak pada tumbuhan akibat adanya rangsangan atau
sentuhan baik secara halus, sedang maupun kasar pada tumbuhan putri malu (Mimosa
pudica).

Tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) yang ditutup dengan kardus kedap udara akan
membuat daun-daunnya menutup, namun setelah pot tumbuhan putri malu  itu diletakkan
kembali ketempat yang terang maka setelah beberapa menit daun-daun tersebut akan
membuka secara sempurna sebagaimana mestinya.

X. dokumentasi Praktikum
Praktikum Mandiri

Praktikum IPA di SD :
Simbiosis parasitisme di lingkungan
sekitar
PDGK4107 MODUL 1

MAKHLUK HIDUP
I. Judul praktikum: Simbiosis parasitisme

II. Tujuan praktikum: Untuk mengidentifikasi simbiosis parasitisme di lingkungan


sekitar

III.  Dasar teori: Dalam suatu ekosistem selalu terjadi hubungan saling


ketergantungan antara makhluk hidup dengan makhluk hidup dan dengan lingkungannya.
Suatu bentuk hubungan yang sangat erat antara satu spesies makhluk hidup dengan
spesies makhluk hidup lainnya yang hidup bersama dalam suatu habitat tertentu yang
disebut simbiosis. Ada 3 jenis simbiosis yang ada di alam, yaitu simbiosis parasitisme,
komensalisme, dan mutualisme. Simbiosisi parasitisme adalah suatu hubungan siantara
dua spesies (organisme), dimana satu spesies mendapatkan keuntungan, sedangkan
spesies lainnya (sering disebut inang) atau dirugikan.

IV. Alat dan bahan yang digunakan

Alat dan bahan 

1) Alat Tulis

2) Lembar pengamatan

3) Lingkungan sekitar (kebun)

 V. Cara kerja

1) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan

2) Pergi ke lingkungan sekitar (kebun) di belakang rumah

3) Melakukan pengamatan terhadap simbiosis yang ada disana, terutama simbiosis


parasitisme

4) Menemukan minimal 5 hubungan yang terjadi

5) Menganalisa mana makhluk hidup yang dirugikan dan mana yang diuntungkan

6) Menulis hasil identifikasi pada table 1.7


VI.        Tabel data pengamatan

Tabel 1.7

Hasil pengamatan simbiosis parasitisme

    Pihak yang dirugikan Pihak yang diuntungkan


Jenis Jenis kerugian Jenis makhluk Jenis
No Jenis hubungan makhluk hidup keuntungan
. parasitisme hidup
1 Benalu (Loranthus) Pohon Makanan Benalu Menyerap
dengan pohon mangga berkurang dan makanan dari
manga bahkan bisa pohon
menyebabkan mangga
bagian batang
mati
2 Kutu putih Tumbuhan Batang dan daun Kutu putih Menghisap
(Pseudococcus) cabe menjadi rusak (Pseudococcus)   cairan pada
dengan tumbuhan bagian daun
cabe dan pucuk
tanaman
3 Belalang dengan Pohon Daun menjadi Belalang Dapat asupan
pohon cabe cabe rusak makanan dari
pohon cabe
4 Keong sawah (Pila Padi muda Batang dan daun Keong Dapat asupan
ampullaceal) dengan rusak, apabila makanan dari
tumbuhan padi muda tenggalam maka batang dan
padi tersebut daun padi
akan mati muda
5 Lembing Padi Pertumbuhan Lembing Dapat asupan
(Scotinophara padi terhambat (Scotinophara makanan dari
coarctata) dengan serta coarctata) menghisap
tumbuhan padi menyebabkan cairan pada
padi menjadi tumbuhan
layu serta mati padi
6 Jamur (Phytophthor Pohon Daun menjadi jamur (Phytophthor Dapat asupan
a capsici) dengan cabe rusak a capsici) makanan dari
pohon cabe daun cabe

Foto Praktikum:
VII. Pembahasan: Simbiosis parasitisme adalah ketergantungan yang terjadi antara
pihak satu mendapatkan keuntungan, sedangkan pihak lain dirugikan. 

1. Benalu (Loranthus) dengan pohon mangga, benalu mendapatkan keuntungan


berupa tempat tinggal serta makanan milik pohon mangga, sedngkan pohon
mangga sendiri dirugikan karena berkurangnya asupan makanannya, bahkan bisa
membuat batang mangga tersebut menjadi mati.
2. Kutu putih (Pseudococcus) dengan tumbuhan cabe, Kutu putih (Pseudococcus)
dapat keuntungan berupa makanan dari cairan pada batang dan daun tumbuhan
cabe yang dihisapnya, sedangkan pohon cabe sendiri dirugikan karena batang dan
daunnya menjadi rusak.
3. Belalang (Caelifera) dengan tumbuhan cabe, belalang (Caelifera) diuntungkan
sebab mendapatkan asupan makanan dari memakan daun tumbuhan cabe,
sedangkan tumbuhan cabe itu sendiri dirugikan karena daunnya menjadi rusak
sehingga kegiatan fotosentises tidak berjalan secara normal.
4. Keong sawah (Pila ampullaceal) dengan tumbuhan padi muda, keong sawah (Pila
ampullaceal) mendapat keuntungan berupa tambahan asupan makanan dari batang
dan daun padi yang masih muda, sedangkan tumbuhan padi muda dirugikan
batang dan daunnya menjadi rusak bahkan dapat menjadikan mati.
5. Lembing (Scotinophara coarctata) dengan tumbuhan padi, Lembing
(Scotinophara coarctata) dapat keuntungan berupa asupan makanan dari hasil
menghisap cairan pada batang padi, sedangkan tumbuhan padi dirugikan karena
kekurangan asupan makanan, bahkan dapat membuat padi menjadi kuning dan
mati.
6. Jamur (Phytophthora capsici) dengan pohon cabe, Jamur (Phytophthora capsici)
mendapat keuntungan berupa asupan makanan daripohon cabe, sedangkan pohon
cabe itu sendiri di rugikan karena daunnya menjadi rusak.    

VIII. Pertanyaan dan jawaban


A. Pertanyaan

1. Di antara hubungan parasitisme yang ditemukan, adakah yang menyebabkan


kematian pada inangnya? Jelaskan!
2. Apakah hubungan antara kutu anjing dengan anjing merupakan hubungan
parasitisme? Jelaskan! 

B. Jawaban

1. Ada, yaitu antara benalu (Loranthus) dengan pohon mangga, tidak jarang batang
atau cabang dari pohon mangga akan mati dan lapuk sebab asupan makan yang
terjadi pada batang atau cabang dari pohon mangga tersebut telah di ambil atau
dihisap oleh benalu. Oleh sebab itu tumbuhan benalu sangat merugikan pohon
yang ditumpanginya untuk hidup, cara agar benalu tidak semakin berkembang
adalah dengan memotong batang atau cabang yang di tumpangi oleh benalu.
Kemudian contoh lainnya adalah hubungan antara Lembing (Scotinophara
coarctata) dengan tumbuhan padi, lembing (Scotinophara coarctata) atau hewan
wiring (bahasa banjar) merupakan hama yang sangat merugikan, baik itu terhadap
tanaman padi maupun terhadap si petani itu sendiri. lembing (Scotinophara
coarctata) sangat sulit untuk diatasi bahkan ada yang mengatakan hama yang satu
ini mempan terhadap pestisida yang digunakan, ia akan hinggap ke batang padi
secara bergerombol lalu menghisap cairan pada batang padi sehingga membuat
tanaman padi menjadi layu menguning dan bahkan mati, selian itu kerugian yang
ditimbulkan oleh hamayang satu ini bagi para petani adalah terancamnya gagal
panen.
2. Hubungan antara kutu anjing dan anjing merupakan hubungan parasitisme, karena
kutu anjing diuntungkan dengan cara menghisap darah anjing. Sedangkan anjing
dirugikan karena darahnya berkurang dan menderita gatal-gatal (penyakit kulit) 

IX. Kesimpulan: Segala jenis hubungan dua individu berbeda spesies yang membuat
satu pihak untung dan pihak lain dirugikan, disebut simbiosis parasitisme. Sifat parasit
yaitu tidak akan membunuh inangnya karena kalau inangnya mati, maka parasitnya juga
akan mati karena kekurangan sumber makanan. Adapun contoh simbiosis parasitisme
yang ditemukan adalah hubungan antara benalu (Loranthus) dengan pohon manga,serta
hubungan antara Lembing (Scotinophara coarctata) dengan tumbuhan padi.
 
X. Daftar pustaka
1) Rumanta, maman dkk. 2019. Praktikum IPA di SD. Tangerang-Selatan:
Universitas Terbuka.
2) https://www.ilmiahku.com/2019/05/laporan-praktikum-simbiosis-
parasitisme.html
Wahyudiansyah  06 Nov, 2020 
https://www.wahyudiansyah.com/2020/11/praktikum-ipa-di-sd--simbiosis-
parasitisme-di-lingkungan-sekitar.html
I. Praktikum : Bimbingan
II. Hari / tanggal : Kamis/ 20 Oktober 2021
III. Judul Praktikum : Siklus Hidup Drosophila melanogaster
IV. Tujuan Praktikum : · Mengamati siklus hidup drosophila melanogaster
· Mengamati struktur morfologi drosophila
melanogaster
· Mengamati perbedaan drosophila jantan dan
betina
V. Landasan Teori :
Drosophila melanogaster merupakan salah satu hewan yang sering digunakan
sebagai model percobaan genetika sejak tahun 1910an. Drosophila melanogaster
berasal dari filum Arthropoda, kelas Insekta, dan Ordo Diptera. Spesies ini di
Indonesia dikenal sebagai lalat buah yaitu jenis lalat yang dapat ditemui di sekitar
buah-buahan yang mulai membusuk. Jenis Drosophila melanogaster yang terdapat di
Indonesia kira-kira ada 600 jenis dan di Pulau Jawa terdapat 120 jenis yang berasal
dari class Dhrosopilidae. Drosophila melanogaster yang sering ditemukan di
Indonesia dan Asia adalah Drosophila melanogaster ananasae, kikawai, malerkotliana,
repleta, hypocausta, dan imigran.
Berikut merupakan klasifikasi dari Drosophila (Borror, 1992):

Gambar 1. Drosophila melanogaster


Kingdom Animalia
Filum Arthropoda
Class Insecta
Ordo Diptera
Family Drosophilidae
Genus Drosophila
Tabel 1. Klasifikasi Drosophila
Ciri umum dari Drosophila melanogaster, antara lain :
1. Memiliki mata majemuk berbentuk bulat agak ellips dan berwarna merah.
2. Memiliki warna tubuh kuning kecoklatan dengan cincin berwarna hitam di
tubuh bagian belakang.
3. Berukuran kecil antara 3-5 mm (jantan dan betina memiliki ukuran yang
berbeda).
4. Urat tepi sayap (costal vein) mempunyai dua bagian yang terinteruptus dekat
dengan tubuhnya.
5. Sungut (arista) umumnya berbentuk bulu, memiliki 7-12 percabangan.
Untuk dapat membedakan Drosophila jantan dengan betina berikut karakteristik
pembeda antara Drosophila jantan dan betina:
Karakteristik Betina Jantan
Ukuran tubuh Lebih besar Lebih kecil
Ukuran sayap Lebih panjang Lebih pendek
Abdomen Ujung abdomen meruncing
Ujung abdomen menumpul
dan warnanya sama dengan warna lebih hitam
Sex-comb Tidak ada Ada pada kaki pertama
Gambar

Gambar 2. Drosophila jantan dan betina


Tabel 2. Perbedaan Drosophila jantan dan betina
Lalat buah (Drosophila melanogaster) baru akan kawin setelah berumur 8 jam.
Dengan demikian, hewan betina sudah dapat bertelur keesokan harinya. Seekor
Drosophila melanogaster betina sanggup menghasilkan sekitar 50-75 butir telur sehari
atau sekitar 400-500 telur dalam 10 hari. Telur tersebut berwarna putih susu,
berbentuk bulat panjang berukuran sekitar 0,5 mm2 .
Gambar 3. Proses perkawinan Drosophila
Metamorfosis pada Drosophila termasuk metamorfosis sempurna, yaitu dari
telur – larva instar I – larva instar II – larva instar III – pupa – imago. Fase
perkembangan dari telur Drosophila melanogaster dapat dilihat lebih jelas pada
gambar di bawah ini.

Gambar 4. Metamorfosis pada Drosophila

Perkembangan dimulai segera setelah terjadi fertilisasi, yang terdiri dari dua
periode. Pertama, periode embrionik di dalam telur pada saat fertilisasi sampai pada
saat larva muda menetas dari telur dan ini terjadi dalam waktu kurang lebih 24 jam.
Dan pada saat seperti ini, larva tidak berhenti-berhenti untuk makan. Periode kedua
adalah periode setelah menetas dari telur dan disebut perkembangan postembrionik
yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu larva, pupa, dan imago (fase seksual dengan
perkembangan pada sayap). Formasi lainnya pada perkembangan secara seksual
terjadi pada saat dewasa.
Telur Drosophila berbentuk benda kecil bulat panjang dan biasanya diletakkan
di permukaan makanan. Betina dewasa mulai bertelur pada hari kedua setelah menjadi
lalat dewasa dan meningkat hingga seminggu sampai betina meletakkan 50- 75 telur
perhari dan mungkin maksimum 400-500 buah dalam 10 hari. (Silvia, 2003). Telur
Drosophila dilapisi oleh dua lapisan, yaitu satu selaput vitellin tipis yang mengelilingi
sitoplasma dan suatu selaput tipis tapi kuat (Khorion) di bagian luar dan di anteriornya
terdapat dua tangkai.tipis. Korion mempunyai kulit bagian luar yang keras dari telur
tersebut.
Larva Drosophila berwarna putih, bersegmen, berbentuk seperti cacing, dan
menggali dengan mulut berwarna hitam di dekat kepala. Untuk pernafasan pada
trakea, terdapat sepasang spirakel yang keduanya berada pada ujung anterior dan
posterior.
Saat kutikula tidak lunak lagi, larva muda secara periodik berganti kulit untuk
mencapai ukuran dewasa. Kutikula lama dibuang dan integumen baru diperluas
dengan kecepatan makan yang tinggi. Selama periode pergantian kulit, larva disebut
instar. Instar pertama adalah larva sesudah menetas sampai pergantian kulit pertama.
Dan indikasi instar adalah ukuran larva dan jumlah gigi pada mulut hitamnya.
Sesudah pergantian kulit yang kedua, larva (instar ketiga) makan hingga siap untuk
membentuk pupa. Pada tahap terakhir, larva instar ketiga merayap ke atas permukaan
medium makanan ke tempat yang kering dan berhenti bergerak. Dan jika dapat
diringkas, pada Drosophila, destruksi sel-sel larva terjadi pada prose pergantian kulit
(molting) yang berlangsung empat kali dengan tiga stadia instar : dari larva instar 1 ke
instar II, dari larva instar II ke instar III, dari instar III ke pupa, dan dari pupa ke
imago.
Selama makan, larva membuat saluran-saluran di dalam medium, dan jika
terdapat banyak saluran maka pertumbuhan biakan dapat dikatakan berlangsung baik.
Larva yang dewasa biasanya merayap naik pada dinding botol atau pada kertas tissue
dalam botol. Dan disini larva akan melekatkan diri pada tempat kering dengan cairan
seperti lem yang dihasilkan oleh kelenjar ludah dan kemudian membentuk pupa.
Saat larva Drosophila membentuk cangkang pupa, tubuhnya memendek,
kutikula menjadi keras dan berpigmen, tanpa kepala dan sayap disebut larva instar 4.
Formasi pupa ditandai dengan pembentukan kepala, bantalan sayap, dan kaki.
Puparium (bentuk terluar pupa) menggunakan kutikula pada instar ketiga. Pada
stadium pupa ini, larva dalam keadaan tidak aktif, dan dalam keadaan ini, larva
berganti menjadi lalat dewasa.
VI. Alat dan Bahan : Alat Bahan
· Botol kaca bening · Lalat buah (Drosophila
· Busa melanogaster)
· Kertas saring · Tape dan pisang ambon
· Pipet · Klorofom
· Plastik
VII. Langkah Kerja :
A. Membuat Medium
1. Haluskan pisang ambon dan tape dengan perbandingan 6:1 menggunakan
blender, sampai pisang dan tape tersebut benar – benar halus dan homogen
2. Setelah halus dan homogen, masukkan campuran pisang ambon dan tape
sebagai medium ke dalam botol kaca bening yang telah disiapkan kira kira
2 – 3 cm dari dasar botol
3. Masukkan kertas saring yang telah dilipat sedemikian rupa ke dalam botol
yang telah berisi medium
4. Semprot salah satu sisi busa dengan alkohol, lalu sumbatkan busa tersebut
pada mulut botol, agar medium tidak terkontaminasi pastikan busa tersebut
tertutup rapat pada mulut botol
5. Lalu simpan botol yang telah berisi medium tesebut di tempat yang kurang
pencahayaannya

B. Menangkap Lalat (Drosophila melanogaster)


1. Siapkan buah yang hampir membusuk
2. Letakkan buah tersebut di tempat yang terdedah, untuk memancing lalat
buah datang
3. Diamkan buah tersebut sampai beberapa jam hingga lalat-lalat buah
berdatangan hinggap di buah tersebut
4. Setelah lalat datang, tangkap lalat-lalat tersebut secara cepat menggunakan
plastik transparan yang cukup besar
5. Lalat-lalat tersebut akan masuk ke dalam plastik tersebut
6. Lalu ambil lalat-lalat tersebut satu per satu menggunakan pipet
7. Setelah lalat berhasil masuk ke dalam lubang pipet, masukkan lalat tersebut
secara hati- hati ke botol kaca bening yang telah berisi medium dan
disumbat busa
8. Selanjutnya lakukan hal yang sama seperti langkah 7 dan 8 sampai berhasil
memindahkan 10 ekor lalat ke dalam botol
9. Setelah lalat-lalat dimasukkan ke dalam botol, letakkan kembali botol
tersebut ke tempat yang minim cahaya tunggu hingga beberapa hari dan
amati siklus hidupnya sampai dihasilkan keturunan pertama
10. Apabila sudah terlihat adanya telur-telur lalat pada permukaan botol, maka
induk lalat harus segera dilepaskan dari botol.
C. Membius lalat
Membius lalat dilakukan setelah didapatkan lalat-lalat keturunan pertama,
berikut cara membiusnya.
1. Buka sumbat busa pada botol, lalu sungkup mulut botol dengan plastik
transparan berukuran cukup besar
2. Tunggu hingga semua lalat dalam botol bergerak ke atas meninggalkan
botol
3. Setelah semuanya bergerak keatas dan masuk ke dalam plastik, masukkan
klorofom menggunakan kapas
4. Tunggu hingga semua lalat berjatuhan
5. Setelah lalat berjatuhan karena terbius, pindahkan lalat-lalat tersebut ke
cawan petri berukuran kecil
6. Lalu hitung jumlah lalat keturunan pertama yang dihasilkan
7. Amati lalat-lalat tersebut menggunakan mikroskop stereo
8. Bedakan morfologi lalat jantan dan lalat betina.

VIII. Hasil Pengamatan :


Tabel 3. Pengamatan siklus hidup lalat buah hingga keturuanan pertama (F1)

Hari /
Fase Gambar Keterangan
tanggal
Kamis Pembuatan
20 Oktober medium
2021
Jumat Menangkap Lalat yang
21 Oktober lalat ditangkap
2021 sebanyak 10
ekor

Sabtu Telur Terlihat bintik


22 Oktober berwarna putih
2021 di permukaan
botol dan di
kertas saring,
diduga bahwa
bintik berwarna
putih ini
merupakan telur
lalat. Telur
yang dihitung
lebih kurang 64
telur

Tabel 4. Pengamatan siklus hidup drosophila dari fase F1 sampai F2

Hari / Fase Gambar Keterangan


tanggal
Minggu F2 F2 yang
31 Oktober drosophila dihasilkan
2021 sebanyak lebih
kurang 36 ekor
dan jumlahnya
semakin
bertambah dari
hari ke hari
Senin Drosophila Lalat kemudian
01 mati mati sedikit
November demi sedikit
2021 akibat medium
sudah terlalu
lama dan tidak
bagus lagi,
morfologi lalat
F2 tidak sempat
diamati dengan
mikroskop

IX. Pembahasan :
Pada tanggal 20 Oktober 2021 praktikum mengamati siklus hidup drosophila
dimulai. Praktikum ini diawali dengan pembuatan medium. Medium yang kami
gunakan yaitu medium yang terbuat dari campuran pisang ambon dan tape dengan
jumlah perbandingan 6:1 yang dihaluskan mengunakan blender. Setelah medium
selesai dibuat dan dimasukkan ke dalam botol kaca bening, botol yang telah berisi
medium disimpan pada ruangan dengan suhu dan cahaya yang cukupPada 22 Oktober
2021 sudah terlihat bintik putih pada sekitar dinding botol kaca, bintik putih ini
merupakan telur dari parental lalat buah. Ketika praktikan menghitungnya, telur yang
ada sekitar 64 buah. Pada 27 Oktober 2021, telur tadi sudah berkembang menjadi
larva instar 2. Larva ini berbentuk menyerupai ulat.
Pada 30 Oktober 2021 lalat-lalat dari F1 ini sudah bertelur akibat melakukan
perkawinan sesamanya secara bebas, hal ini dapat dilihat dengan adanya bintik putih
yang cukup banyak di sekitar dinding botol. Setelah 2 hari kemudian, mulai terlihat
pupa pada bagian kertas saring dan dinding botol. Pada hasil perkawinan F1 ini hanya
sedikit sekali fase yang teramati, fase larva instar 1, larva instar 2 dan larva instar 3
tidak teramati. Pada 01 November 2021, F2 lalat sudah muncul dengan jumlah ynag
cukup banyak yaitu lebih kurang 36 ekor dan jumlahnya semakin bertambah dari hari
ke hari. Praktikan mengamatinya hingga tanggal 2, pada hari itu lalat-lalat mulai
berjatuhan karena mati. Hal ini diakibatkan karena medium di dalam botol sudah
terlalu lama dipakai dan tidak layak lagi digunakan. Sehingga hasil F2 tidak diamati
menggunakan mikroskop karena semua lalat sudah mati.
X. Kesimpulan :
Metamorfosis pada Drosophila termasuk metamorfosis sempurna, yaitu dari
telur – larva instar I – larva instar II – larva instar III – pupa – imago. Namun tidak
semua fase teramati pada praktikum ini mengingat cepatnya perkembangan siklus
hidup drosophila.
Berdasarkan hasil pengamatan, jumlah F1 sebanyak 12 ekor terdiri dari 2 jantan
dan 10 betina. Namun keesokan harinya F1 bertambah hal ini disebabkan karena ada
sisa-sisa telur yang belum berkembang. Ciri yang paling menonjol untul membedakan
lalat jantan dan lalat betina yaitu lalat jantan ukurannya lebih besar daripada lalat
betina.
Jumlah F2 lebih banyak daripada F1 yaitu sebanyak 36 ekor, namun lalat-lalat
tersebut mati sebelum diamati menggunakan mikroskop. Pengamatan dilakukan lebih
dari 3 minggu yaitu selama 24 hari.

XI. Daftar Pustaka :


Adriana, dkk.. 2010. Laporan Praktikum Siklus Hidup Lalat Buah. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.

Anonim. 2016. Drosophila melanogaster. https://id.wikipedia.org. Diakses pada 15


Maret 2016.Hadada, Abdul Wahab. 2009. Pengamatan Siklus Hidup Drosophila
melanogaster. http://id.dokumen.tips. Diakses pada 24 April 2015.

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM IPA DI SD PDGK4107


MODUL 2

MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGANNYA

Nama : HASDIN
NIM 817527423
UPBJJ : Makassar

KEGIATAN PRAKTIKUM 1 : EKOSISTEM

A. Judul Percobaan
Ekosistem Darat

B. Tujuan Percobaan
Membandingkan komponen-komponen yang terdapat pada ekosistem darat
alami dan buatan

C. Alat dan Bahan


1. Alat Tulis
2. Kaca pembesar
3. Barometer
4. Lingkungan sekitar

D. Landasan Teori
1. Ekosistem
Ekosistem merupakan konsep sentral dalam ekologi karena ekosistem
itu terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan lingkungannya. Ekosistem merupakan satuan fungsional dasar
dalam ekologi, mengingat di dalamnya tercakup organisme dan
komponen abiotik yang masing-masing saling memengaruhi.
Ekosistem juga mempunyai ukuran yang beraneka ragam besarnya
bergantung kepada tingkat organisasinya (Irwan, 2007). Ditinjau dari
bentuknya, terdapat dua jenis ekosistem, yaitu ekosistem alami dan
ekosistem buatan.

2. Ekosistem Darat
Ekosistem darat, atau teresterial, adalah semua organisme hidup dan
lingkungan fisiknya pada sebidang tanah tertentu. Ekosistem darat
merupakan komunitas organisme berbasis darat dan interaksi
komponen biotik dengan abiotik di area tertentu. Contoh ekosistem
darat termasuk tundra, taigas, hutan gugur beriklim sedang, hutan
hujan tropis, padang rumput, dan gurun (Sridiandi, 2020).

3. Komponen Biotik dan Abiotik


Komponen biotik adalah segala sesuatu di alam yang bersifat hidup.
Komponen biotik dapat dibagi menjadi produsen, konsumen dan
pengurai. Komponen abiotik adalah segala sesuatu yang bersifat tidak
hidup, tetapi diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup.
Komponen abiotik meliputi faktor-faktor iklim (suhu, udara tekanan,
kelembaban, angin curah hujan) dan faktor-faktor tanah (jenis tanah,
struktur dan tekstur tanah, derajat keasaman atau Ph, kandungan
mineral dan air, serta dalamnya permukaan air tanah). Tanpa adanya
salah satu komponen tersebut, maka keseimbangan ekosistem akan
terganggu.

E. Prosedur Percobaan
1. Menentukan ekosistem darat alami di sekitar tempat tinggal atau
sekolah yang akan kita amati komponen-komponenya.
2. Setelah menemukan tempatnya, kemudian amati komponen-
komponen abiotiknya meliputi suhu udara, pencahayaan, angin, dan
jenis/warna tanah.
3. Untuk mengetahui suhu udara gunakan barometer, sementara untuk
mengetahui keadaan pencahayaan, angin, atau tanah dapat
diperkirakan saja.
4. Mencatat semua data pada Tabel 1.1 dalam Lembar Kerja.
5. Setelah mengamati komponen abiotik, perhatikan komponen
biotiknya. Catatlah semua makhluk hidup yang ada di ekosistem
tersebut.
6. Mulailah mencatat jenis tumbuhan sebagai produsen yang ada di
ekosistem tersebut.
7. Mencatat semua jenis hewan sebagai konsumen yang ada di
ekosistem tersebut, baik yang tetap maupun yang hanya singgah
(hewan terbang).
8. Mengamati secara lebih teliti hewan-hewan kecil yang mungkin
terdapat di dalam tanah/dekat permukaan, atau pada sela-sela
daun/batang. Menggunakan kaca pembesar jika perlu.
9. Mencatat semua data pada Tabel 1.2 dalam Lembar Kerja.
10. Sebagai pembanding, tentukan suatu ekosistem darat buatan yang
ada di sekitar tempat tinggal atau sekolah.
11. Melakukan semua kegiatan dari nomor 2 sampai dengan nomor 8
seperti di atas. Kemudian semua data dicatat pada Tabel 1.3 dan 1.4
dalam Lembar Kerja.
12. Membuat kesimpulan umum tentang perbedaan pada kedua tipe
ekosistem tersebut.

F. Hasil Pengamatan

Tabel 1.1
Komponen Abiotik Ekosistem Darat Alami

N O Komponen Abiotik Kondisi/Keadaan


1 Air Cukup
2 Tanah Subur dan lembab

3 Cahaya Cukup Terang


4 Suhu 32o C
5 Angin Semillir
Tabel 1.2
Komponen Biotik Ekosistem Darat Alami

N O Jenis Tumbuhan Jenis Hewan Pengurai


1 Pohon Jati Semut Cacing Tanah
2 Pohon Mahoni Belalang Jamur
3 Pohon Akasia Capung Rayap
4 Pohon Sengon Kadal Lumut
5 Rumput Kupu-Kupu

Tabel 1.3
Komponen Abiotik Ekosistem Darat Buatan

N O Komponen Abiotik Kondisi/Keadaan


1 Air Cukup
2 Tanah Subur
3 Cahaya Sangat Terang
4 Suhu 32o C
5 Angin Semilir

Tabel 1.4
Komponen Biotik Ekosistem Darat Buatan

N O Jenis Tumbuhan Jenis Hewan Pengurai


1 Pohon Pisang Jangkrik Cacing Tanah
2 Pohon Kopi Lebah Jamur
3 Cabai Jawa Ulat Rayap
4 Pohon Pepaya Katak Lumut
5 Pohon Kakao Ayam

G. Pertanyaan-Pertanyaan
Menurut pendapat Anda, ekosistem manakah yang mempunyai jenis
komponen biotik lebih banyak? Mengapa demikian? Jelaskan secara
singkat!
Jawab :
Ekosistem yang memiliki jenis komponen biotik lebih banyak adalah
ekosistem darat alami. Hal tersebut dikarenakan dalam ekosistem darat
alami pertumbuhan dan perkembangan komponen biotiknya tidak
dikendalikan oleh manusia.
H. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa
setiap ekosistem memiliki komponen biotik dan abiotiknya sendiri.
Kepadatan populasi pada setiap ekosisistem berbeda.

Hubungan timbal balik antara komponen biotik dan komponen abiotik yang
terjadi pada alam, seperti pada hutan, merupakan ekosistem darat alami. Hal
ini sama sekali tidak ada campur tangan manusia. Pertumbuhan komponen
biotiknya tidak dikendalikan oleh manusia.

Hubungan timbal balik antara komponen biotik dan komponen abiotik yang
terjadi di kebun pertanian merupakan ekosistem buatan. Dimana dalam
ekosistem tersebut, terdapat campur tangan manusia. Diantaranya adalah
dalam menentukan jenis komponen biotik dan jumlah populasi komponen
biotiknya.

I. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Jenis komponen pada ekosistem darat alami lebih banyak dibanding
ekosistem darat buatan
2. Ekosistem darat alami proses terjadinya tidak ada campur tangan
manusia, sedangkan pada ekosistem darat buatan terjadi karena
adanya campur tangan manusia.

J. Daftar Pustaka

Djamal Irwan, Z. (2007). Prinsip-prinsip Ekologi Ekosistem, Lingkungan


dan Pelestariannya. Jakarta : Bumi Aksara.

Rumanta, Maman dkk. 2019. Praktikum IPA di SD. Tanggerang Selatan :


Universitas Terbuka.
Sridianti. 2020. https://www.sridianti.com/pengertian-ekosistem-darat.html.
Diakses pada 22 Oktober 2020.

K. Kesulitan yang Dialami : Saran dan Masukan


1. Kesulitan yang Dialami
a. Menemukan ekosistem darat yang belum ada campur tangan
manusia.
b. Keterbatasan alat praktikum seperti kaca pembesar
dan barometer.
c. Mendapatkan foto dokumentasi pada hewan yang aktif bergerak.

2. Saran dan Masukan


a. Untuk menentukan suhu, apabila tidak ada barometer, maka
dapat diperkirakan saja.

3. .
Foto Praktikum Rumput sebagai komponen
6 O Foto Praktikum biotik Deskripsi
pada ekosistem
Foto darat
. Air
alami. sebagai komponen
abiotik pada ekosistem darat
alami.

. Air sebagai komponen


8 abiotik pada ekosistem darat
buatan.
. Tanah sebagai komponen
abiotik pada ekosistem darat
alami.
. Tanah sebagai komponen

9 abiotik pada ekosistem darat


buatan.

1. Pohon Pisang sebagai

1 komponen biotik pada


ekosistem darat buatan.
1
1 3. Cabe Jawa sebagai
komponen biotik pada
ekosistem darat buatan.

14. Pohon Pepaya sebagai


komponen biotik pada
ekosistem darat buatan.

15. Pohon Kakao sebagai


komponen biotik pada
ekosistem darat buatan.

16. Cacing Tanah sebagai


pengurai pada ekosistem
darat alami dan buatan.

17. Rayap sebagai pengurai pada


ekosistem darat alami dan
buatan.
8. Jamur sebagai pengurai pada
ekosistem darat alami dan
buatan.

9. Lumut sebagai pengurai pada


ekosistem darat alami dan
buatan.
LAPORAN PRAKTIKUM IPA : PENGARUH DETERJEN
TERHADAP PERKECAMBAHAN

PENCEMARAN LINGKUNGAN
PENGARUH DETERJEN TERHADAP PERKECAMBAHAN(KACANG HIJAU)
A.                  TUJUAN
Mengamati pengaruh deterjen terhadap perkecambahan kacang hijau

B.                  TEORI DASAR
   Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya pada
tumbuhan berbiji. Dalam tahap perkembangan, embrio didalam biji yang semula berada pada
kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologi yang menyebabkan tumbuhan berbiji
berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal dengan kecambah.
   Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara,
maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut
tahp imbibisi (berarti “minum”). Biji yang menyerap air dari lingkungan sekelilingnya baik dari
tanah maupun udara (dalam bentuk embun/ uap air, efek yang terjadi adalah membesarnya
membesarnya ukuran biji karna sel-sel embrio membesar) dan biji melunak. Proses ini murni
fisik kehadiran air kehadiran air didalam sel mengaktivkan sejumlah enzim perkecambahan awal.
Fitohormon asam absisat menurun kadarnya, sementara giberelin meningkat.
   Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan biji antara lain:
1.  Faktor internal:      
     a. Gen
     b. Hormon
2.  Faktor eksternal:    
     a. Air
     b. cahaya
     c. suhu
     d. nutrisi
     e. ph
     f. ketinggian tempat
     g. O2
     h. CO2
     i. kelembapan
     j. angin
   Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan dan
terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan sabun, deterjen mempunyai
keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh
kesadahan air. Detergen merupakan garam Natrium dari asam sulfonat.

C.                  HASIL PENGAMATAN
Pengaruh deterjen terhadap perkecambahan
Konsentrasi larutan deterjen hari ke-1 (24 jam)
No.
100% 50% 25% 12,5% 6,25% 3,1% Kontrol
1. 3 3 4 6 3 4 0
2. 2 0 4 5 3 0 2
3. 1 3 4 0 3 0 0
4. 1 2 2 0 3 0 4
5. 2 3 2 2 2 2 3
6. 1 3 2 2 4 3 0
7. 1 3 3 2 4 3 0
8. 1 4 2 2 3 4 3
9. 1 2 3 3 2 3 5
10. 0 2 2 3 4 4 5
jml 14 25 28 25 31 26 26
Rata
1,5 2,7 2,8 3,1 3,1 3,25 3,7
-rata
No Konsentrasi larutan deterjen hari ke-2 (48 jam)
100% 50% 25% 12,5% 6,25% 3,1% Kontrol
1. 4 5 7 8 4 6 0
2. 3 0 6 7 4 6 4
3. 2 5 4 0 6 0 0
4. 2 3 4 0 5 0 7
5. 3 3 3 4 6 5 8
6. 3 4 5 4 6 4 5
7. 2 5 3 3 5 5 0
8. 2 5 6 4 4 4 6
9. 1 4 5 5 4 5 6
10. 0 5 4 5 5 6 8
Jml 22 41 46 40 49 49 44
Rata
2,4 4,3 4,6 4,9 4,9 5,12 6,3
-rata

Grafik rata-rata pertumbuhan kacang hijau per konsentrasi pada 24 jam dan 48 jam

D.                  PEMBAHASAN
   Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai berikut: pada hari pertama larutan
deterjen dengan konsentrasi 100% rata-rata panjang akar kecambah 1,5mm dan ada 1 biji yang
tidak mengalami perkecambahan. Larutan 50% rata-rata panjangnya 2,7mm, larutan 25%
2,8mm, untuk larutan 12,5% dan 6,25% rata-rata panjang akarnya sama yaitu 3,1mm. Dan
larutan 3,1% panjangnya 3,25mm. Sementara pada larutan kontrol, dengan menggunakan air
sumur sebagai pembanding, panjang akar mencapai 3,7mm.
   Dihari kedua, setelah 48 jam semua kacang hijau mengalami pertambahan panjang pada
akarnya dari semua jenis larutan. Dimulai dari larutan 100% yang pada hari pertama 1,5mm
menjadi 2,4mm. Larutan 50% dari 2,7mm menjadi 4,3mm dan pada larutan 25% panjangnya
4,6mm. Larutan 12,5% yang semula 3,1mm menjadi 4,9mm begitu juga dengan larutan 6,25%.
Sedangkan larutan 3,1% panjangnya 5,12mm dari 3,25mm. Dan untuk larutan kontrol menjadi
6,3mm.

E.                  KESIMPULAN
   Semakin rendah persentase deterjen dalam air, perkecambahan kacang hijau akan berlangsung
dengan baik. Namun sebaliknya, persentase deterjen semakin tinggi perkecambahan terhambat.

F.                   PERTANYAAN
1.                  Apa fungsi larutan 0 (Kontrol)?
 Jawab :
Fungsi larutan 0 (kontrol) : Sebagai pembanding dengan konsentrasi larutan deterjen dan sebagai
bukti bahwa larutan 0 (kontrol) adalah larutan yang paling baik dalam pertumbuhan karena tidak
mengandung deterjen. 

2.                  Apa kesimpulan apabila pada latutan 0 (kontrol) ada kacang hijau yang mati?
Jawab:
Jika pada larutan 0 (kontrol) ada kacang hijau yang mati, mungkin kacang hijau tersebut bukan
bibit unggul (mandul).

3.                  Mengapa pertumbuhan kacang hijau di dalam gelas piala harus ditutup dengan kertas
timah ?
Jawab:
Untuk mengurangi intensitas cahaya , karena intensitas cahaya sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan kacang hijau. Kacang hijau yang mendapatkan cahaya yang cukup, ukurannya
lebih kecil, jaringan mesofilnya juga lebih kecil, dan pertumbuhannya akan lebih lambat dari
kacang hijau yang tidak mendapat cahaya.
F. Dokumentasi Praktikum
G.                 DAFTAR PUSTAKA
Rumanta, Maman dkk. 2019. Praktikum IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Safitri, Yuanida. 2014. Pengaruh deterjen terhadap perkecambahan kacang hijau, dalam
             http://uxilyunaida.blogspot.com/2014/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html, diakses pada
15                     April 2019
Lembar kerja: Praktikum IPA dasar di SD, dalam
             http://siindonesiacerdas.blogspot.com/2014/06/hasil-pratikum-perkecambahan-ipa-
sd.html,                 diakses pada 15 April 2019
Ike Rahmawati Rohali, laporan praktikum ipa : pengaruh deterjen terhadap perkecambahan
http://ikerachmawatirohali.blogspot.com/2019/04/laporan-praktikum-ipa-pengaruh-deterjen.html di akses
pada 04/11/2021
LAPORAN PRAKTIKUM IPA : UJI KARBOHIDRAT
DOKUMENTASI PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM IPA : UJI LEMAK
LAPORAN PRAKTIKUM IPA : UJI PROTEIN
LAPORAN PRAKTIKUM IPA : GERAK LURUS BERATURAN
(GLB)
LAPORAN PRAKTIKUM IPA : GERAK LURUS BERUBAH
BERATURAN (GLBB)
LAPORAN PRAKTIKUM IPA : LENSA CEMBUNG
LAPORAN PRAKTIKUM IPA : MUATAN LISTRIK

Anda mungkin juga menyukai