Anda di halaman 1dari 11

MUSYARAKAH

Dosen Pengampu :
Bapak : Hidayat Darussalam,M.E.Sy

Disusun Oleh :
Ika Hermalia Putri (2011120050)
Riskon Aji (2011120046)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU


PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
TAHUN 2021

I
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-NYA sehingga
makalah Fiqih Muamalah bisa diselesaikan sesuai dengan waktu yang
direncanakan, makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas dari bapak Hidayat
Darussalam. Shalawat dan salam Semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah
SAW beserta keluarganya.Aamiin.
Di dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari berbagai kesulita-kesulitan
dalam menyelesaikannya. Namun berkat bantuan yang maha kuasa dan dari
semua pihak serta dengan usaha yang semaksimal mungkin sehingga Makalah ini
dapat diselesaikan dengan baik.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan baik dari isi maupun dari tata cara penulisan untuk itu kami masih
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dimasa
yang akan datang Akhir kata semoga bermanfaat bagi kita semua.

Bengkulu,23 November 2021

Penulis

II
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................................I
Kata Pengantar ..............................................................................................................II
Daftar Isi .......................................................................................................................III
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang ...................................................................................................1
B. Rumusan Masalh ................................................................................................1
C. Tujuan ..................................................................................................................1
BAB II Pembahasan
A. Pengertian Musyarakah ....................................................................................2
B. Rukun dan Syarat Musyarakah ........................................................................3
C. Landasan Hukum atau dalil Musyarakah .......................................................4
BAB III Penutup
A. Kesimpulan ..........................................................................................................7
Daftar Pustaka

III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Musyarakah dimaksudkan sebagai pembiayaan khusus untuk modal kerja,
dimana dana dari bank merupakan bagian dari modal usaha nasabah dan
keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang
disepakati.Padahal musyarakah dalam fiqih, kontribusi prosentase modal
yang diberikan jumlahnya harus sama antara pelaku akad
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Musyarakah menurut ulama,bahasa dan estimologi?
2. Apa saja rukun dan syarat musyarakah?
3. Apa yg menjadikan landasan diperbolehkanny musyarakah?
C. Tujuan
Memberikan pemahama mengenai pengertian musyarakah,syarat
dan rukun musyarakah serta landasan hukum atau dalil yg
memperbolehkan musyarak

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Musyarakah
Istilah lain dari Musyarakah adalah Syarikah atau Syirkah.
Musyarakah menurut bahasa berarti “al-ikhtilath” yang artinya campur
atau percampuran. Maksud dari percampuran yakni seseorang
mencampurkan hartanya dengan harta orang lain sehingga antara bagian
yang satu dengan lainnya sulit untuk dibedakan.1
Secara Etimologis, Musyarakah adalah pengabungan, percampuran
atau serikat.Musyarakah berarti kerjasama kemitraan atau dalam Bahasa
inggris disebut patnership2. Adapun beberapa pendapat ulama fiqh yang
memberikan definisi Syirkah antara lain,Menurut ulama Malikiyah,
musyarakah adalah pemberian izin kepada kedua mitra kerja untuk
mengatur harta atau modal bersama. Maksudnya, setiap mitra memberikan
izin kepada mitranya yang lain untuk mengatur harta keduanya tanpa
kehilangan hak untuk melakukan hal itu. Menurut ulama Hambali,
musyarakah adalah persekutuan hak atau pengaturan harta. Menurut ulama
Syafi’i, musyarakah adalah tetapnya hak kepemilikan bagi dua orang atau
lebih sehingga tidak terbedakan antara hak pihak yang satu dengan pihak
yang lain. Menurut ulama Hanafi, musyarakah adalah transaksi antara dua
orang yang bersekutu dalam modal dan keuntungan.3
Menurut pemakalah,berdasarkan pengertian Musyarakah diatas
Musyarakah adalah kerjasama antara dua orang atau lebih dalam suatu
usaha tertentu dimana para pihak masingmasing memberikan konstribusi
dana secara bersama-sama dalam keuntungan dan kerugian ditentukan
sesuai perjanjian yang telah di sepakati.

1
Rahmat Syafei, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm 183.
2
Mardani, Hukum Bisnis Syariah, (Jakarta:Prenadamedia Group, cet ke-1, 2014), hlm
142.
3
Syafi’I Rahmat, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hal. 184-186

2
B. Rukun dan Syarat Musyarakah
1. Rukun Musyarakah
Rukun musyarakah adalah sesuatu yang harus ada ketika
musyarakah itu berlangsung. Ada perbedaan pendapat terkait dengan
rukun musyarakah. Menurut ulama Hanafi rukun musyarakah hanya
ada dua yaitu ijab (ungkapan penawaran melakukan perserikatan) dan
qabul (ungkapan penerimaan perserikatan). Jika ada yang
menambahkan selain ijab dan qabul dalam rukun musyarakah seperti
adanya kedua orang yang berakad dan objek akad menurut Hanafi itu
bukan termasuk rukun tetapi termasuk syarat. Adapun menurut
Abdurrahman Al-Jaziri rukun musyarakah meliputi dua orang yang
berserikat, shigat serta objek akad musyarakah baik itu berupa harta
maupun kerja.
Adapun menurut jumhur ulama rukun musyarakah sama dengan
apa yang dikemukakan oleh Al- Jaziri,jika dikaitkan dengan pengertian
rukun yang sesungguhnya maka sebenarnya pendapat Al-Jaziri atau
jumhur ulama lebih tepat sebab di dalamnya terdapat unsur-unsur
penting bagi terlaksananya musyarakah yaitu dua orang yang
bersarikat dan objek musyarakah4. Maka dapat kita simpulkan bahwa
Rukun dari Musyarakah yang harus dipenuhi dalam transaksi ada
beberapa, yaitu sebagai berikut:
a. Pelaku akad, para mitra usaha
b. Objek akad, yaitu modal (mal),
c. Shighar, yaitu Ijab dan Qabul
d. Nisbah keuntungan (bagi hasil) 5.
2. Syarat Musyarakah
Adapun mengenai syarat-syarat Musyarakah menurut Idris Ahmad
adalah:

4
Nawawi Ismail, Fikih Muamalah Kelasik dan Kontemporer, (Bogor : Ghalia Indonesia,
2012), hal 148.
5
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Pres, 2013), hlm 52.

3
a. Mengeluarkan kata-kata yang menunjukkan izin masing-
masing anggota serikat kepada pihak yang akan mengendalikan
harta serikat,
b. Anggota serikat itu saling mempercayai, sebab masing-masing
mereka adalah wakil dari yang lain,
c. Mencampurkan harta sehingga tidak dapat dibedakan hak
masing-masing, baik berupa mata uang maupun bentuk yang
lain
C. Landasan Huku atau Dalil Musyarakah
Musyarakah merupakan akad yang diperbolehkan, musyarakah juga
memiliki kedudukan yang sangat kuat dalam Islam. Sebab keberadaannya
diperkuat oleh Al-Qur’an, hadits serta ijma ulama.
a. Al-Qur’an
Adapun beberapa yang menjadi dasar hukum musyarakah antara
lain:
 Surah al-Nisa ayat 12
Artinya: “....Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari
seorang, maka mereka bersama-sama dalam bagian yang sepertiga itu”
6

 Surah Shad Ayat 24


Artinya: Dia (Dawud) berkata, “Sungguh, dia telah berbuat zalim
kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk (ditambahkan)
kepada kambingnya. Memang banyak di antara orangorang yang
bersekutu itu berbuat zalim kepada yang lain, kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan kebajikan; dan hanya sedikitlah
mereka yang begitu.” Dan Dawud menduga bahwa Kami mengujinya;
maka dia memohon ampunan kepada Tuhannya lalu menyungkur
sujud dan bertobat. 7

6
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Bandung: Diponegoro, 2010),
Q. S. An-Nisa ayat 12, hlm 79.
7
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Bandung: Diponegoro, 2010),
Q. S Shad ayat 24, hlm 454

4
Dalam surat An-Nisa (4) ayat 12, pengertiaan syirkah adalah
bersekutu dalam memiliki harta yang diperoleh dari warisan.
Sedangkan dalam surat shad (38) ayat 24, lafal alkhutha diartikan
syirkah, yakni orang-orang yang mencampurkan harta mereka untuk
dikelolah bersama.8
b. Hadis
Dari Abu hurairah, ia merafa’akannya kepada Nabi, beliau
bersabdah: sesungguhnya Allah berfirman: Aku adalah pihak ketiga
dari dua orang yang berserikat, selagi, salah satunya tidak menghianati
temannya, Apabila berkhianat kepada temannya, maka saya akan
keluar dari antara keduannya, (Riwayat Abu Dawud).9
Dari As-Saibi Al-Makhzumi R.A, bahwa sesungguhnya ia adalah
sekutu Nabi sebelum Nabi diutus. Kemudian ia datang pada hari
pembebasan kota Mekkah maka Nabi Bersabdah: “Selamat datang
kepada saudaraku dan teman serikatku”. Riwayat Ahmad, Abu Dawud
dan Ibnu Majah.10
Dari beberapa hadis tersebut jelas bahwa musyarakah merupakan
akad yang dibolehkan oleh syara, bahkan dalam hadis yang ketiga
dijelaskan bahwa musyarakakah merupakan akad yang sudah
dilaksanakan sebelum Islam datang. Setelah Islam datang, kemudian
akad tersebut diterpkan sebagai akad yang berlaku dan dibolehkan
dalam Islam.
c. Ijma’
Ibnu Qudamah dalam kitabnya, al Mughni, telah berkata: “kaum
muslimin telah berkonsensus terhadap legitimasi masyarakat secara
global walau terdapat perbedaan pendapat dalam beberapa elemen
darinya.11
8
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2010) hlm 342.
9
Imam Az-Zabidi, Ringkasan Shahih Al-Bukhari, (Bandung: Mizan Pustaka cet ke-1,
2008), hlm 454.
10
Mahmudatus Sa’diyah, Fiqih Muamalah II (Teori dan Praktek), (Jawa Tengah:
UNISNU PRESS, 2019), hlm 176
11
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari teori ke praktek, (Jakarta: Gema
Insani, cet ke-1, 2010) hlm 91.

5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpilan

6
Musyarakah adalah kerjasama antara dua orang atau lebih dalam
suatu usaha tertentu dimana para pihak masingmasing memberikan
konstribusi dana secara bersama-sama dalam keuntungan dan kerugian
ditentukan sesuai perjanjian yang telah di sepakati.
Rukun dari Musyarakah yang harus dipenuhi dalam transaksi ada
beberapa, yaitu sebagai berikut:
 Pelaku akad, para mitra usaha
 Objek akad, yaitu modal (mal),
 Shighar, yaitu Ijab dan Qabul
 Nisbah keuntungan (bagi hasil)
Adapun mengenai syarat-syarat Musyarakah menurut Idris Ahmad
adalah:
d. Mengeluarkan kata-kata yang menunjukkan izin masing-
masing anggota serikat kepada pihak yang akan mengendalikan
harta serikat,
e. Anggota serikat itu saling mempercayai, sebab masing-masing
mereka adalah wakil dari yang lain,
f. Mencampurkan harta sehingga tidak dapat dibedakan hak
masing-masing, baik berupa mata uang maupun bentuk yang
lain

Landasan Hukum atau Dalil musyarakah terdapat pada Al-Quran


(an-nisa:12 dan shad : 24),hadis dan ijma’ para ulama

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2010).

7
Imam Az-Zabidi, Ringkasan Shahih Al-Bukhari, (Bandung: Mizan Pustaka cet
ke-1, 2008).
Mahmudatus Sa’diyah, Fiqih Muamalah II (Teori dan Praktek), (Jawa Tengah:
UNISNU PRESS, 2019).
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari teori ke praktek, (Jakarta: Gema
Insani, cet ke-1, 2010)
Nawawi Ismail, Fikih Muamalah Kelasik dan Kontemporer, (Bogor : Ghalia
Indonesia, 2012).
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Pres, 2013).

Anda mungkin juga menyukai