Disusun oleh :
Kelompok 9
Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan karunia kepada kita. Sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan
waktunya. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas penilaian mata kuliah
teori dan metodologi sejarah.
Kami sangat berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan tentang
macam-macam teori dan aliran sejarah terutama aliran strukturis. Kami sebagai penyusun
tidak pernah lepas dari kesalahan dan kekurangan dalam menyusun makalah ini apabila
terjadi kesalahan pada makalah ini saya meminta maaf sebesar-besarnya.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kmai
harapkan dari para pembaca guna peningkatan kualitas makalah ini dan makalah-makalah
lainnya pada waktu mendatang, sekian terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI……………………………………......................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
1.3. Tujuan..............................................................................................................................2
BAB 2. PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1. Perkembangan Metodologi Strukturis............................................................................3
A. Munculnya Aliran Strukturis.........................................................................................3
B. Agency dan Mentality...................................................................................................4
2.2. Tokoh yang terpengaruh aliran strukturis beserta karyanya...........................................6
A. Clifford Geertz dan Negara Teater................................................................................6
B. Emmanuel Le Roy Ladurie dan Carnival in Romans...................................................8
BAB 3. PENUTUP...................................................................................................................11
3.1. Kesimpulan....................................................................................................................11
3.2. Saran..............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12
ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Secara kategoris terdapat dua bidang ilmu yang kedudukannya berada pada dua
ujung yang berlawanan. Ujung satu ditempati oleh Ilmu Pengetahuan Alam dan ujung yang
lainnya ditempati oleh Ilmu Humaniora. Antara abad 18 smpai 19, sewaktu aliran
rasionalisme memuncak dan mencapai fase positivisme, konsepsi tentang ilmu dipengaruhi
oleh kemajuan ilmu pengetahuan alam yang demikian kuat sehingga ilmu tersebut seakan
punya fungsi normative untuk menjadi “hakim” yang menentukan kriteria seberapa jauh
berbagai cabang ilmu yang lain dapat dikategorikan sebagai science atau ilmu. Kriteria yang
diciptakan untuk menentukan aturan atau hukum, sehingga dapat membuat generalisasi dan
memprediksi masa depan. Berdasarkan kriteria yang ada pada saat itu, ilmu Humaniora
termasuk Ilmu Sejarah dan ilmu humanis lainnya dikategorikan sebagai bukan ilmu karena
tidak mampu merumuskan hukum.
Ilmu sejarah dalam abad ke-20 berada dalam persimpangan jalan. Sejarah sebagai
suatu perkembangan (development) kini banyak ditinggalkan untuk diganti dengan berbagai
metodologi yang menolak perkembangan. Historisisme yang muncul sejak dekade ke-2 abad
ke-20 Ini menolak prekembangan masyarakat, dan menolak kebelakang untuk menemukan
nilai-nilai lama yang dikatakan bisa memantapkan situasi masa kini yang serba berubah dan
tidak menentu; bahkan tidak jarang masa lampau yang dimaksud hanyalah proyeksi dari
keinginan-keinginan subyektif masa kini. Wawasan ini mengingkari peranan manusia sebagai
faktor sejarah, dan memberikan peranan sejarah justru pada tradisi-tradisi itu (baik yang
obyektif maupun yang subyektif).
Hal yang kemudian menjadi perdebatan dikalangan sejarawan sosial berkaitan
dengan persoalan perubahan sosial ialah perbedaan ide tentang fungsi atau struktur pada satu
sisi dan ide tentang peranan manusia selaku aktor pada sisi lainnya dan antara tinjauan
kebudayaan sebagai supra struktur belaka dan kebudayaan sebagai suatu kekuatan yang aktif
dalam sejarah, demikian juga perbedaan pandangan yang menyangkut analisis-analisis yang
diperlukan untuk menjelaskan perubahan sosial itu secara teoritis dan metodologis.
Munculnya pendekatan strukturis pada tahun 1980an adalah merupakan fenomena
baru dalam lapangan metodologi sejarah dan memberi jawaban terhadap berbagai kendala
1
teoritis dan metodologis yang masih ditemukan dalam pendekatan struktural yang selama ini
banyak dianut. Christopher Lloyd, seorang sejarawan ekonomi Inggris, telah
memformulasikan beberapa temuan penelitian yang dilakukan oleh sejumlah ilmuwan seperti
Cliffort Geertz, Emmanuel Le Roy Ladurie, Charles Tilly dan lain-lain serta mengemasnya
menjadi suatu pendekatan baru yang ia namakan dengan pendekatan "Strukturis" yang secara
ontologis didasarkan pada aliran filsafat Realisme.
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan metodologi strukturis dalam sejarah
2. Untuk mengetahui tokoh yang terpengaruh aliran strukturis beserta karyanya
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
lain-lain serta mengemasnya menjadi suatu pendekatan baru yang ia namakan dengan
pendekatan "Strukturis" yang secara ontologis didasarkan pada aliran filsafat Realisme.
Epistemologi realis sebagai reaksi atas epistemologi idealis telah melahirkan suatu
metodologi ilmu sejarah baru yang merupakan perkembangan lebih lanjut baik dari
Postmodernisme maupun strukturalisme. Bahkan dapat dikatakan, bahwa metodologi
baru yang dinamakan pendekatan strukturis itu, mencoba mengatasi kelemahan-
kelemahan yang terkandung dalam metodologi struktural maupun metodologi
individualis. Metodologi individualis(termasuk postinodernisme) temyata tidak sanggup
menjelaskan perubahan sosial dengan baik, sedangkan pendekatan struktural malah
bersifat determinis dan mengabaikan individu sebagai penggerak sejarah seperti
terkandung dalam wawasan sejarah yang asli.2
2
Perkembangan Aliran Strukturis (https://singkatsejarah.blogspot.com/2016/07/perkembangan-aliran-
strukturis.html diakses pada tgl 13 November 2021 pkl 08:10)
3
Agus Mulyana, “Agency dan Mentality: Pendekatan dalam Memahami Perubahan Sosial”, disampaikan pada
Seminar Pendidikan IPS yang diselenggarakan oleh Program Studi IPS Sekolah Pascasarjana Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung 5 Agustus 2006.
4
karena individu-individu melakukan aksi-aksi dalam mencapai interesnya. Apabila
terdapatnya interes yang sama maka akan terbentuklah komunitas.
Struktur sosial yang dimaksud dalam pendekatan strukturis bukanlah
kumpulan manusia yang kongkret, tetapi suatu unit yang memiliki ciri-ciri umum yang
bersifat “emergence” berupa peran-peran, aturan-aturan, pola interaksi, dan pemikiran
(mentalitie). Beberapa konsep penting yang menyangkut ontologi dalam metodologi
structuris adalah struktur sosial yang longgar, “agency” dan mentality. Struktur sosial
dikatakan longgar karena determinisme struktur yang tidak mencakup seluruh
masyarakat. Dalam struktur yang demikian individu-individu tertentu ataupun
keleompok sosial tertentu dalam masyarakat bersangkutan dapat mengambil
langkahlangkah tertentu, baik untuk mempertahankan struktur sosial (“reproduksi”)
ataupun tindakan-tindakan yang mengubah masyarakat (“transformasi”).
“Agency” adalah bagian mutlak dari struktur sosial dan tidak bisa berdiri
sendiri tanpa struktur sosial. Llyod mengemukakan, agency adalah kekuatan otonom dari
suatu struktur sosial. Agency juga adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
bertindak atas nama yang lain, sesuai dengan ketentuan-ketentuan tertentu. Agency
adalah individu atau kumpulan individu yang kongkret yang dapat ditangkap oleh
pancaindera (“observable”).4 Agen memiliki kekuatan untuk bertindak sehingga
membawa hasil yang diinginkan oleh agen. Agen sosial adalah orang-orang
mereproduksi dan mengubah lingkungan struktural sosial mereka, serta mengubah
lingkungan geografis dan ekologis mereka. Agen sosial tidak dibatasi dan dipaksa atas
pilihan dan tindakan dari batasan struktural (ideologis, budaya, sosial, politik) dari
kesadaran dan tindakan.5
“Mentality” mirip dengan “popular culture” dalam masyarakat, yaitu
bagaimana mereka memahami diri mereka sendiri dan dunia mereka dan bagaimana
mereka mengekspresikan diri sendiri melalui agama, ritus-ritus, busana, musik dan
sebagainya.6 'Mentality' tidak dapat dirasakan dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
ekonomi, sosial, dan politik.
Dengan dasar ontologi yang menyatakan struktur sosial yang longgar, maka
dalam pendekatan strukturis perubahan sosial tidak disebabkan oleh struktur sosial
4
Christopher Lloyd, (1993), The Structures of History, Cambridge : Blackwell Publisher, hlm. 93.
5
Gani Nur Pramudyo, Metodologi Strukturisme dalam Penjelasan Sejarah
(https://www.ganipramudyo.web.id/2021/07/metodologi-strukturisme-dalam.html diakses pada tgl 13
November 2021 pkl 08:30)
6
Christopher Lloyd, (1993), The Structures of History, Cambridge : Blackwell Publisher, hlm. 97.
5
lainnya, tetapi perubahan struktur justru disebabkan oleh tindakan-tindakan kongkret dan
observable dari manusia (individu atau kolektifitas) yang dengan sengaja mengubah
peran, aturan, intreraksi berdasarkan pemikiran tertentu. 7 Pendekatan strukturis
merupakan pendekatan yang seolah-olah menggabungkan antara hermenuetika dan
struktur. Dalam pandangan lama beranggapan bahwa antara pendekatan hermenuetika
dan struktural menunjukkan adanya dikhotomi. Hermenuetika tidak menampilkan
struktur dan struktural tidak menampilkan aspek hermenuetika.
Penggunaan hermenuetika dalam metodologi strukturis akan nampak
manakala si peneliti ketika membaca sumber atau masuk terlibat ke dalam objek yang
ditelitinya. Dalam kerja tersebut, peneliti akan melihat komponen “expressed intention”
(pelaku dan pemikirannya, peristiwa) yang merupakan fenomena yang kasat mata, dapat
ditangkap dengan pancaindera. Sedang struktur sosial merupakan “unobservable”, tidak
dapat ditangkap dengan panacaindera. Struktur sosial hanya dapat ditemukan apabila si
peneliti menggunakan teori. Si peneliti melakukan analisis, ketika menampilkan hingga
struktur sosial yang tidak kasat mata (ubobservable). Dengan demikian aspek peristiwa
dengan struktur sosial dalam metodologi strukturis menunjukkan adanya hubungan
dualisme simbiosis.
7
Agus Mulyana, “Agency dan Mentality: Pendekatan dalam Memahami Perubahan Sosial”, disampaikan pada
Seminar Pendidikan IPS yang diselenggarakan oleh Program Studi IPS Sekolah Pascasarjana Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung 5 Agustus 2006.
6
Kenneth Burke dan Suzanne Langer; dan kelima, pengaruh dari teori hermeneutik yang
dikembangkan oleh Ricoeur dan yang lainnya. Berbagai pengaruh aliran pemikiran sosial
yang dipelajarinya itu membuat Geertz memilih sintesis baru dari Ilmu-ilmu Sosial.
Geertz nampaknya menggabungkan hermeneutika dan realisme ilmiah.
Dalam metodologi strukturis, Clifford Geertz termasuk ke dalam kelompok
realisme simbolik. Ontologi realisme simbolik adalah ide sentral Geertz. Hal ini dapat
kita temukan dari metodologi yang digunakan dalam tulisan-tulisannya. Realisme
simbolik mengandung dua arti, yaitu: pertama, bahasa adalah struktur real yang simbolik
yang ada secara independen di luar kesadaran, pemikiran, dan ucapan seseorang;
dan kedua, bahasa sebagai realitas yang simbolik mengandung berbagai strata yang
otonom yang realistis. Realitas sosial tidak seperti realitas alam. Realitas sosial adalah
reproduksi dan transformasi produk dari interaksi sejarah sosial yang ada dalam konteks
sosial dengan pemahaman secara simbolik atau bahasa. Bentuk interaksi sosial timbul
dari sistem relasi sosial yang diorganisir melalui bentuk makna simbolik seperti agama,
ideologi, seni, ilmu pengetahuan, dan hukum.8
Salah satu karyanya yang mengandung dasar ontologi realisme simbolik
adalah Negara: The Theater State in Nineteenth-Century Bali. Dalam buku ini Geertz
membangun kerangka studi sejarah sosial yang ekologis, etnografis, dan sosiologis dari
bentuk perdaban asli Indonesia. Buku tersebut ditulis oleh Geertz dengan menggunakan
pendekatan strukturis. Penggunaan model pendekatan strukturis dalam buku ini dapat
dilihat dalam hal-hal berikut:
Ontologi realisme yang menyatakan bahwa masyarakat terbentuk dalam
sebuah struktur yang longgar (lostly integrated). Dalam struktur yang longgar akan
menunjukkan bahwa perubahan terjadi bukan disebabkan oleh struktur luar, akan tetapi
disebabkan oleh struktur dari dalam yaitu tindakan-tindakan kongkret
dan observable dari manusia (individu atau kolektivitas) yang dengan sengaja mengubah
peran, aturan, dan intreraksi berdasarkan pemikiran tertentu. Struktur yang longgar
nampak sekali pada struktur masyarakat Bali, baik individu maupun kelompok, yang
masing-masing melakukan peran dan tindakan kongkret. Peran dan tindakan ini akan
nampak terutama pada upacara-upacara keagamaan, yang masing-masing memerankan
fungsinya seperti bagaimana peran rakyat, para bangsawan, pendeta, dan raja. Dari
8
Agus Mulyana, Clifford Geertz dan Emmanuel Le Roy Ladurie: Model Pendekatan Strukturis dalam Metodologi
Sejarah (http://sejarah.upi.edu/artikel/dosen/clifford-geertz-dan-emmanuel-le-roy-ladurie-model-
pendekatan-strukturis-dalam-metodologi-sejarah/ diakses pada tgl 13 November 2021 pkl 09:00)
7
tindakan-tindakan dan peran-peran tersebut maka akan terlihatlah apa arti dari “negara
teater”, sebagai sebuah pertunjukkan.
Geertz dengan pendekatan yang hermeneutik berhasil menemukan struktur
sosial pada masyarakat Bali. Struktur sosial yang bersifat emergence ini akan nampak
manakala dilakukan upacara ritual keagamaan. Pada upacara keagamaan inilah peran-
peran, aturan-aturan, pola interaksi, dan pemikiran mentalitas dapat ditemukan. Dengan
pendekatan hermeneutik yang simbolik, Geertz dapat menemukan pemahaman arti
sebuah upacara keagamaan seperti yang ia contohkan dalam upacara ngaben. Dalam
pemikiran akal yang sehat, pembakaran mayat adalah suatu tindakan yang tidak beradab.
Akan tetapi, dengan memahami unsur mentaliteit yang ada pada masyarakat Bali, makna
upacara ngaben ini dapat dipahami secara simbolik.9
Causal mechanism dapat diperoleh dengan ditemukannya struktur sosial.
Dalam causal mechanism akan mempertanyakan mengapa orang Bali melakukan
upacara keagamaan seperti upacara ngaben tersebut. Maka jawabannya dapat ditemukan
dengan mengetahui unsur mentaliteit-nya. Unsur agency dalam karya Geertz dapat
ditemukan yaitu pada peran rakyat, pendeta, bangsawan, dan raja. Raja dalam sebuah
upacara keagamaan berperan sebagai sutradara dan sekaligus juga pemainnya. Begitu
juga rakyat dan kelompok sosial lainnya menjadi pemain dalam pertunjukan upacara
keagamaan. Peran dan tindakan yang dimainkan oleh masing-masing itu menunjukkan
adanya kekuatan dari masing-masing untuk mengubah struktur.10
9
Agus Mulyana, Clifford Geertz dan Emmanuel Le Roy Ladurie: Model Pendekatan Strukturis dalam Metodologi
Sejarah (http://sejarah.upi.edu/artikel/dosen/clifford-geertz-dan-emmanuel-le-roy-ladurie-model-
pendekatan-strukturis-dalam-metodologi-sejarah/ diakses pada tgl 13 November 2021 pkl 09:00)
10
Ibid
8
Modern di The College de France pada tahun 1973. Emmanuel Le Roy Ladurie adalah
seorang ahli sejarah yang menggunakan pendekatan strukturis. Berbeda dengan Geertz,
Ladurie termasuk dalam pendekatan strukturis relasional. Analisis strukturis relasional
menekankan pada struktur sosial tanpa mengabaikan agency. 11
Karya-karya Le Roy Ladurie pada awalnya dipengaruhi kuat oleh sejarah
struktural model Braudel. Studi pertamanya yang menunjukkan sejarah struktur sosial
dan sejarah ekologi dari wilayah, iklimnya dan sejarah agraria adalah The Peasant of
Langedoc yang dipublikasikan pertama kali pada tahun 1966. Buku ini memberikan
studi kuantitatif yang sangat detil mengenai keseluruhan evolusi ekonomi, sosial, dan
kultural dalam periode waktu yang lama. Ia sangat peduli pada kemapanan hubungan-
hubungan antara geografi, ekonomi, struktur sosial, lembaga-lembaga, bentuk-bentuk
kesadaran, dan perjuangan kelas.
Carnival in Romans adalah salah satu karya Le Roy Ladurie yang
menggunakan pendekatan strukturis. Carnival in Romans adalah sebuah perayaan
keagamaan yang biasa dirayakan setiap tahun di Romans, sebuah kota yang berlokasi di
sebelah tenggara Lyons dan salah satu bagian dari Provinsi Dauphine. Pada bulan
Februari 1580, karnaval diselenggarakan dan ada suatu kejadian yang tidak seperti
biasanya yaitu karnaval ini berubah menjadi sebuah pergolakan sosial dengan terjadinya
pembunuhan yang berdarah. Dengan pendekatan strukturis Le Roy Ladurie mencoba
menjelaskan mengapa Carnival in Romans berubah menjadi suatu pergolakan sosial.
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa ontologi realisme yang digunakan dalam
pendekatan strukturis menyatakan struktur yang terbentuk adalah struktur yang longgar.
Dalam struktur yang longgar individu atau kelompok sosial lainnya dapat melakukan
peran atau tindakan yang mampu mengubah struktur sosial.
Struktur yang longgar ditampilkan oleh Le Roy Ladurie dengan melakukan
analisis sosilogis tentang setting desa (rural) dan kota (urban). Strata sosial yang ada di
di Romans ada empat kelas sosial. Kelompok pertama disebut dengan estats. Yang
termasuk dalam kelompok pertama ini adalah pemilik tanah, anggota borjuis
patrician yang hidup sebagai bangsawan, bangsawan-bangsawan yang hidup di kota-kota
dengan tidak membayar pajak dan doktor hukum. Kelompok kedua adalah mercantilie.
Mereka adalah orang-orang yang sukses berdagang, menguasai industri kain lokal, jual
11
Agus Mulyana, Clifford Geertz dan Emmanuel Le Roy Ladurie: Model Pendekatan Strukturis dalam
Metodologi Sejarah (http://sejarah.upi.edu/artikel/dosen/clifford-geertz-dan-emmanuel-le-roy-ladurie-model-
pendekatan-strukturis-dalam-metodologi-sejarah/ diakses pada tgl 13 November 2021 pkl 09:10)
9
beli wol, dan memanage tanah yang dimiliki kaum bangsawan. Ketiga adalah kelompok
pengrajin yaitu pengrajin tekstil (tirai) dan penyuplai makanan. Pengrajin secara
ekonomi tergantung pada pedagang (merchant) yang menjual wol, membeli kain, dan
meminjamkan modal. Kelompok terakhir adalah apa yang disebut dengan plowmen.
Kelompok terakhir ini merupakan kelompok rural-urban. Yang termasuk kelompok ini
bisa petani yang mengerjakan tanah bukan miliknya atau buruh pekerja di kota.
Berbeda dengan Clifford Geertz yang melihat perubahan didasarkan pada
unsur simbolik, Le Roy Ladurie melakukan analisis strukturis yang relasional. Masing-
masing kelompok memainkan peran dan tindakannya masing-masing. Le Roy Ladurie
menyatakan bahwa pergolakan yang terjadi pada karnaval tahun 1580 menunjukkan
dasar perbedaan dari keempat kelompok sosial tersebut.12 Struktur sosial akan nampak
ketika karnaval itu dilakukan. Pada saat karnaval berlangsung, penampilan pakaian
menjadi simbol dari kelas sosial. Pada saat itulah mereka memerankan perannya masing-
masing. Para peserta menggunakan pakaian berbentuk binatang. Kelas atas (Patrician)
menggunakan pakaian dalam bentuk binatang ayam jantan, elang, dan ayam hutan.
Sedangkan kelas bawah (Craftsmen/Plowmen) menggunakan pakaian bentuk binatang
beruang, kambing, kelinci, ayam kebiri, dan keledai.
Agency nampak sekali, baik pada saat sebelum terjadinya pergolakan maupun
pada saat berlangsungnya pergolakan. Agency ini terbentuk dari perkembangan struktur
kota Romans sebagai salah satu pusat industri tekstil. Lahirnya kelompok atas dan bawah
merupakan reproduksi dan transformasi dari perubahan struktur kota Romans terutama
setelah Revolusi Perancis. Reproduksi dan transformasi dari agency nampak betul ketika
terjadi pergolakan. Plowmen, Craftmen, Mercantilie, dan Estats merupakan kekuatan
individu atau kelompok yang menjadi penggerak pergolakan pada saat karnaval di
Romans tahun 1580.
Pergolakan pada saat Carnival in Romans pada tahun 1580 bukanlah suatu
peristiwa yang terjadi begitu saja terlepas dari peristiwa-peristiwa sebelumnya. Peristiwa
ini memiliki kaitan relasional dengan struktur yang ada dan peristiwa yang telah terjadi
sebelumnya. Causal mechanism dapat dicari dengan melihat aspek mentaliteit yang
terbangun pada kelompok masyarakat. Adanya kelas bangsawan yang bebas membayar
pajak dan petani yang wajib membayar pajak, menimbulkan kesadaran (mentalitie) bagi
12
Agus Mulyana, Clifford Geertz dan Emmanuel Le Roy Ladurie: Model Pendekatan Strukturis dalam
Metodologi Sejarah (http://sejarah.upi.edu/artikel/dosen/clifford-geertz-dan-emmanuel-le-roy-ladurie-model-
pendekatan-strukturis-dalam-metodologi-sejarah/ diakses pada tgl 13 November 2021 pkl 09:10)
10
petani untuk melakukan pemberontakan. Selain mentaliteit pada kelas
sosial, mentaliteit pun ada pada unsur agama. Pergolakan pada saat Carnival in
Romans tahun 1580 dapat juga dikatakan adanya konflik berkepanjangan antara
kelompok penganut Kristen Katholik dengan Kristen Protestan.
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Ilmu sejarah dalam abad ke-20 berada dalam persimpangan jalan. Sejarah sebagai
suatu perkembangan (development) kini banyak ditinggalkan untuk diganti dengan berbagai
metodologi yang menolak perkembangan. Historisisme yang muncul sejak dekade ke-2 abad
ke-20 Ini menolak prekembangan masyarakat, dan menolak kebelakang untuk menemukan
nilai-nilai lama yang dikatakan bisa memantapkan situasi masa kini yang serba berubah dan
tidak menentu; bahkan tidak jarang masa lampau yang dimaksud hanyalah proyeksi dari
keinginan-keinginan subyektif masa kini. Wawasan ini mengingkari peranan manusia sebagai
faktor sejarah, dan memberikan peranan sejarah justru pada tradisi-tradisi itu (baik yang
obyektif maupun yang subyektif).
Hal yang kemudian menjadi perdebatan dikalangan sejarawan sosial berkaitan
dengan persoalan perubahan sosial ialah perbedaan ide tentang fungsi atau struktur pada satu
sisi dan ide tentang peranan manusia selaku aktor pada sisi lainnya dan antara tinjauan
kebudayaan sebagai supra struktur belaka dan kebudayaan sebagai suatu kekuatan yang aktif
dalam sejarah, demikian juga perbedaan pandangan yang menyangkut analisis-analisis yang
diperlukan untuk menjelaskan perubahan sosial itu secara teoritis dan metodologis.
Munculnya pendekatan strukturis pada tahun 1980an adalah merupakan fenomena
baru dalam lapangan metodologi sejarah dan memberi jawaban terhadap berbagai kendala
teoritis dan metodologis yang masih ditemukan dalam pendekatan struktural yang selama ini
banyak dianut. Christopher Lloyd, seorang sejarawan ekonomi Inggris, telah
memformulasikan beberapa temuan penelitian yang dilakukan oleh sejumlah ilmuwan seperti
Cliffort Geertz, Emmanuel Le Roy Ladurie, Charles Tilly dan lain-lain serta mengemasnya
menjadi suatu pendekatan baru yang ia namakan dengan pendekatan "Strukturis" yang secara
ontologis didasarkan pada aliran filsafat Realisme.
11
3.2. Saran
Dengan makalah ini saya mengharapkan adanya kritik atau perbaikan dari pembaca
agar menggalih lebih dalam lagi mengenai Macam-macam teori dan aliran sejarah yang ada
dengan mengambarkan referensi yang saya berikan agar memudahkan dalam pencarian
sumber lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyana, Agus. Agency dan Mentality: Pendekatan dalam Memahami Perubahan Sosial.
disampaikan pada Seminar Pendidikan IPS yang diselenggarakan oleh Program Studi IPS
Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung 5 Agustus 2006
Mulyana, Agus. 2017. Clifford Geertz dan Emmanuel Le Roy Ladurie: Model Pendekatan
Strukturis dalam Metodologi Sejarah http://sejarah.upi.edu/artikel/dosen/clifford-geertz-dan-
emmanuel-le-roy-ladurie-model-pendekatan-strukturis-dalam-metodologi-sejarah/ (13
November 2021)
12
13