Anda di halaman 1dari 9

ANAMNESA GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN

Anamnesa/wawancara yang dilakukan meliputi hal berikut:

1) Biodata
tanyakan nama, umur (penting untuk menegetahui angka pravalensi), jenis kelamin,
pekerjaan, (pada beberapa kasus penyakit kulit, banyak terkait dengan factor
pekerjaan, [misalnya, dermatitis kontak alergi]
2) Riwayat Kesehatan
yang harus dikaji meliputi masalah kesehatan sekarang, riwayat penyakit dahulu,
status kesehatan keluarga dan status perkembangan, dalam mengkaji riwayat
kesehatan sekarang, pola PQRST dapat digunakan untuk menanyakan keluhan
klien. Misalnya, pada klien dengan keluhan gatal, dapat dikembangkan
pengkajiannya sebagai berikut.
P : Provocative/paliatif (pencetus)
 Apa penyebab gatal tersebut?
 Apa yang meringankan atau memperberat gatal?

Q : Quality/Quantity (Kualitas)

 Bagaimana gambaran rasa gatal tersebut (seperti membakar, hilang timbul,


atau bercampur nyeri).

R : Region/Radiasi (Lokasi)

 Rasa gatal tersebut terasa dimana? apakah menjalar? jika menjalar sampai
dimana?

S : Severity Scale (tingkat keparahan)

 Berapa lama berlangsungnya dan apakah mengganggu aktivitas sehari-hari?

T : Timing (waktu)

 Kapan pertama kali dirasakan? apakah timbul setiap saat atau sewaktu-
waktu?
Untuk informasi tentang riwayat kesehatan dahulu, dapat diajukan
pertanyaan tentang masalah kesehatan yang pernah dialami, misalnya demam,
penyakit kulit yang pernah diderita, penyakit pernapasan atau pencernaan, riwayat
alergi, dan lain-lain. tentang status kesehatan keluarga, dapat ditanyakan ada
tidaknya anggota keluarga yang menderita gangguan kulit, kapan dimulainya
gangguan itu, dan adakah anggota keluarga yang mempunyai riwayat alergi. Untuk
status kesehatan keluarga, pertanyaannya dapat dikembangkan seputar status
kesehatan lingkungan klien. Bila klien masih berusia muda (anak-anak), hamil, atau
usia lanjut, pertanyaan yang diajukan juga harus berkaitan dengan status
perkembangannya.

Keluhan utama yang biasanya mendorong klien yang mengalami masalah


integument untuk mencari pengobatan adalah nyeri, gatal, kemerahan, kering,
kasar, kulit tidak rata, terkelupas, panas, difungsi kulit, adanya lesi, atau perubahan
dari keadaan normal. Disamping menggali keluhan-keluhan di atas, anamnesis
harus menyelidiki tujuh ciri lesi kulit yang membantu anda membuat diagnosis,
yaitu:

1. Lokasi anatomis, tempat lesi pertama kali timbul, jika perlu di gambar.
2. Gejala dan riwayat penyakit yang berhubungan.
3. Urutan waktu perkembangan perubahan kulit atau gejala sistemik yang
berkaitan.
4. Perkembangan lesi atau perubahan lesi sejak timbul pertama kali.
5. Waktu terjadinya lesi, atau kondisi seperti apa yang menyebabkan lesi.
6. Riwayat pemaparan bahan lain dan pemakaian obat-obatan.
7. Efek terpapar sinar matahari

Dari keluhan utama klien, kita dapat mengkaji lebih dalam untuk mengetahui
riwayat penyakit sekarang agar dapat diperoleh data yang lebih lengkap. perawat
tidak boleh meremehkan apapun keluhan klien dan harus berusaha mengkaji lebih
dalam dan lengkap agar data yang dikumpulkan akurat sehingga permasalahan yang
dihadapi oleh klien betul-betul jelas dan ditunjang oleh data-data yang ada. kita
tidak bias menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan data yang minim atau
“miskin data”. Hal ini penting untuk menghindari kesalahan dalam penentuan
tindakan. Oleh karena itu, perawat harus teliti dalam menanggapi rspons klien.
Misalnya, saat terdapat keluhan nyeri, perawat dapat menanyakan apakah lesi
tersebut terasa nyeri atau gatal. Rasa nyeri atau gatal timbul karena kulit banyak
mengandung saraf. Apabila di temukan lesi kulit, umumnya klien akan mengeluh
nyeri atau gatal. kondisi inflamasi dan edema juga menyebabkan rasa nyeri pada
kulit. Meskipun umum terjadi, rasa gatal (pruritis) disebabkan oleh banyak sekali
kelainan sehingga spesifitasnya dalam diagnosis tidak besar. Pruritis dapat terjadi
pada kelainan setempat, seperti dermatitis kontak. Sedangkan gatal yang tersebar
ke seluruh tubuh, misalnya pada penderita gagal ginjal kronis, terjadi akibat
penumpukan kristal urea kulit.

Kasus kelainan kulit yang tidak disertai rasa nyeri mungkin penting untuk
diagnosis. penyakit kulit yang menyerang berkas neuro vaskuler atau nervus dapat
menyebabkan anastesia atau hilang rasa, misalnya pada kasus plak lepr dan
syangker sifilis. Perawat perlu memberi perhatian khusus pada perkembangan rasa
nyeri dan lesi kulit yang dikeluhkan oleh klien. Misalnya, suatu dermatom mengkin
terasa sangat nyeri beberapa hari sebelum timbulnya vesikel herpes zoster.

Pada keluhan utama berupa lesi, dapat dikembangkan pertanayan tentang


tempat lesi pertama kali terlihat. Lokasi anatomic lesi primer dan tempat lesi
berikutnya memberi petunjuk penting untuk diagnosis. Apakah ada gejala-gejala
lain yang timbul bersama dengan lesi kulit? perhatikan keluhan sistemik/umum
yang dikemukakan klien karena banyak lesi kulit merupakan menifestasi penya\kit
sistemik. Bagaimana perubahan lesi kulit setelah terlihat? catat urutan waktu dan
perkembangan perubahan kulit dan gejala atau tanda sistemik yang berkaitan.
Ajukan beberapa pertanyaan khusus. kapan lesi itu timbul untuk pertama kalinya?
apakah timbul sebagai lesi tunggal dan penyebaran atau semua lesi muncul
serentak? apakah lesi itu timbul tiba-tiba dalam beberapa menit atau secara bertahap
selama beberapa hari atau minggu? bagaimana perubahan lesi kulit tersebut sejak
timbul untuk pertama kalinya. pada beberapa kasus, lesi kulit dapat berubah-ubah
dan berkembang. Minta pasien mengenali lesi kulit secara spesifik ketika anda
melakukan anamnesis.

3) Riwayat Pengobatan atau terpapar zat


tanyakan pada klien obat apa saja yang telah di konsumsi atau pernahkah klien
terpapar fakror-faktor yang tidak lazim. Misalnya, terkena zat-zat kimia atau bahan
iritan lain. Apakah klien mengubah beberapa kebiasaanya? Tanyakan apakah klien
memakai sbun mandi baru, minyak wangi atau kosmetik yang baru. Apakah akhir-
akhir ini klien bekerja atau berada di tempat lain? selidiki adanya pemaparan pada
obat-obaan, bahan toksi, atau kimia. selanjutnya, tanyakan apa yang terjadi jika
ruam tersebut terpapar sinar matahar. banyak kelainan kulit yang terjadi
akibatpengaruh gelombang ultraviolet sinar matahari.

4) Riwayat Pekerjaan atau aktivitas sehari-hari.


kebiasaan dan aktivitas sehari-hari klien perlu ditanyakan. Misalnya bagaimana
pola tidur klien, sebab pola tidur dan istrahat sangat mempengaruhi kesehatan kulit.
jika seseorang kurang istrahat. kulit akan tampak kusam dan tidak berser
lingkungan kerja klien juga perlu di kaji untuk mengetahui apakah klien berkontak
dengan bahan-bahan iritan. bahan iritan tertentu dapat menimbulkan gangguan kulit
pada individu yang tidak tahan terhadap zat tersebut. Disamping itu,perlu juga di
kaji bagaimana gaya hidup klien , apakah klien suka begadang, minum-minuman
keras, olahraga atau rekreas, serta bagaimana pola kebersihandiri klian (mandi, sikat
gigi, dan meng.anti baju.

5) Riwayat psikososial
Keadaan psikologis klien perlu dikaji. stress yang berkepanjangan akan
mempengaruhi kesehatan kulit seseorang, bahkan dapat menimbulkan kelainan
kulit. disamping itu, dengan adanya masalah kulit yang timbul, dapat terjadi
gangguan pada konsep diri klien. Perawat perlu menjalin hubungan yang harmonis
dengan klien agar terbentuk rasa percaya antara klien terhadap perawat, setelah
hubungan rasa saling percaya timbul antara perawat dan klien, pertanyaan yang
lebih mendalam yang berkaitan dengan gnagguan kulit dan konsep diri klien dapat
diajukan. Misalnya, apakah gangguan kulit tersebut mempengaruhi aktivitas sehari-
hari? dengan adanya masalah kulit, apakah mempengaruhi pandangan klien
terhadap tubuhnya? apakah mempengaruhi perannya sebagai mahasiswa, orang tua,
isteri/suami? dan bagaimana perassan klien /keluarga dengan adanya gangguan
kulit tersebut?
PEMERIKSAAN FISIK:

a. Pemeriksaan kulit

Teknik pemeriksaan kulit dapat dilakukan melalui metode inspeksi dan palpasi. Agar data
yang di peroleh dalam pengkajian benar-benar tepat, pengkajian yang harus dengan
pencahayaan yang memada, dan yang tidak kalah penting penglihatan pemeriksa sendiri.
Kulit harus dikaji secara menyeluruh dan tidak terbatas pada lokasi abnormal saja.
perubahan pada kulit dapat bersifat menyeluruh dan setempat.

Pertanyaan yang harus ditanyakan pada klien dengan gangguan kulit:

1. Kapan lesi atau masalah kulit pertama kali muncul? dan bagaimana proses
perkembangannya?
2. Gejala apa yang ditimbulkan dengan adanya lesi tersebut?
3. Jelaskan hal-hal yang meringankan gejala tersebut.
4. Apakah lesi sudah pernah diobati? jika iya, jelaskan.
5. Pernahkah klien mengalami reaksi negative dalam menggunakan obat-obatan atau
bahan tertentu?
6. Apakah klien saat ini sedang menjalani pengobatan?
7. Jelaskan kondisi, makanan, atau bahan-bahan tertentu yang di pakai sebelum timbul
lesi.
8. Apakah klien dan keluarga mempunyai riwayat alergi?
9. Apakah factor lingkungan (cuaca) mempengaruhi timbulnya lesi?
10. Bagaimana kondisi psikologis/emosi klien dalam kurun waktu terakhir?

Perubahan menyeluruh

Sebelum memeriksa setiap lesi, kaji ciri kulit secara keseluruhan, informasi tntang
kesehatan umum klien dapat diperoleh dengan memeriksa turgor, tekstur, dan warna kulit.

Turgor kulit umumnya mencerminkan status hidrasi. Pada klien yang dehidrasi dan lansia,
kulit terlihat kering. Pada klien lansia, turgor kulit mencerminkan hilangnya elastisitas kulit
dan keadaan kekurangan air ekstrasel.

Tekstur kulit pada perubahan menyeluruh perlu dikaji, karena tekstur kulit dapat berubah-
ubah dibawah pengaruh banyak variabel. Jenis tekstur kulit dapat meliputi kasar, kering, atau
halus.
Perubahan warna kulit juga dipengaruhi oleh banyak variabel. Gangguan pada melanin
dapat bersifat menyeluruh atau setempat yang dapat menyebabkan kulit menjadi gelap atau
lebih terang dari pada kulit lainnya. Kondisi tanpa pigmentasi terjadi pada kasus albino. Ikterus
adalah warna kulit yang kekuningkan yang disebabkan oleh endapan pigmen empedu didalam
kulit, sekunder akibat penyakit hati atau hemolisis sel darah mrah, sianosis adalah perubahan
warna kulit menjadi kebiruan; paling jelas pada ujung jari dan bibir. Sianosis ini disebabkan
oleh desaturasi hemoglobin.

Pada teknik palpasi, gunakan ujung jari untuk merasakan permukaan kulit dan
kelembapannya. Tekan ringan kulit dengan ujung jari untuk menentukan keadaan teksturnya.
Secara normal, tekstur-tekstur kulit halus, lembut dan lembut pada anak dan orang dewasa.
Namun, tekstur kulit tidak sama dengan seluruh tubuh. Kulit telapak tangan dan kaki lebih
tebal, sedangkan kulit pada penis paling tipis. Kaji turgor dengan mencubit kulit pada
punggung tangan atau lengan bawah dan lepaskan. Perhatikan seberapa mudah kulit kembali
ke tempat semula. Normalnya, kulit segara kmbali keposisi awal, pada area edema pitting;
tekan kuat area tersebut selama 5 detik dan lepaskan. Catat kedalaman pitting dalam milimeter,
edema +1 sebanding dengan kedalaman 2 mm, edema + sebanding dngan kedalaman 4 mm.

Perubahan Setempat

Mula-mula, lakukan pemeriksaan secara sepintas keseluruh tubuh. selanjutnya, anjurkan


klien untuk membuka pakaiannya dan amati seluruh tubuh klien dari atas ke bawah, kemudian
lakukan pemeriksaan yang lebih teliti dan evaluasi distribusi, susunan, dan jenis lesi kulit.
distribusi lesi dan komposisi kulit sangat bervariasi dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh
lainnya. lesi yang timbul hanya pada daerah tertentu menandakan bahwa penyakit tersebut
berkaitan dengan keistimewaan susunan kulit daerah tersebut. pada daerah kulit yang lembap,
permukaan kulit bergesekan dan mengalami maserasi dan mudah terinfeksi jamur superfisial.
kondisi ini banyak kita jumpai pada daerah aksila, lipatan paha, lipatan bokong, dan lipatan di
bawah kelenjar mammae.

Pada daerah kulit lain yang kaya keratin, seperti siku, lutut dan kulit kepala sering terjadi
gangguan keratinisasi . Misalnya psoriasis, yaitu kelainan kulit bagian epidermis yang
berbentuk plak bersisik.
Mengenai susunan lesi, tanyakan bagaimana pola lesinya. lesi kulit dengan distribusi
speanjang dermatom menunjukkan adanya penyakit herpes zoster. disini, lesi vesikuler timbul
tepat pada daerah distribusi saraf yang terinfeksi. Linearitas merupakan lesi yang berbentuk
garis sepanjang sumbu panjang suatu anggota tubuh yang mungkin mempunyai arti tertentu.
Garukan pasien merupakan penyebab tersering lesi linear. Erupsi karena poison ivy, seperti
dermatitis kontak, berbentuk linear karena iritannya disebabkan oleh garukan yang bergerak
naik turun. peradangan pembuluh darah atau pembuluh limfe dapat menyebabkan lesi linear
berwarna merah. sedangkan parasit skabies dapat membuat liang-liang pendek pada lapisan
epidermis, terutama pada kulit diantara jari-jari tangan, kaki, atau daerah lain yang memiliki
lapisan epidermis, terutama pada kulit di antara jari-jari tangan, kaki, atau daerah lain yang
memiliki lapisan epidermis tipis dan lembap sehingga akan membentuk lesi linear yang khas
berupa garis kebiru-biruan,

Lesi satelit adalah suatu lesi sentral yang besar yang dikelilingi oleh dua atau lebihlesi
serupa tetapi lebih kecil yang menunjukkan asal lesi dan penyebarannya, seperti yang di jumpai
pada melanoma malignum atau infeksi jamur. tapi lesi merupakan ciri penting yang berguna
dalam menegakkan diagnosis. lesi terbatas tegas adalah lesi yang mempunyai batas yang jelas,
sedangkan lesi terbatas tidak tegas adalah lesi kulit yang menyatu tanpa batas tegas dengan
kulit yang normal.

Ruam kulit

Untuk mempelajari ilmu penyakit kulit, mitlsk diperlukan pengetahuan tentang rusm kulit
atau ilmu yang mempelajari ilesi kulit. Ruam kulit dapat berubah pada waktu berlangsungnya
penyakit. Kadang-kadang perubahan ini dapat dipengaruhi oleh keadaan dari luar, misalnya
taruma garukan dan pengobatan yang diberikan, sehingga perubahan tersebut tidak bisa lagi.
Perawat perlu menguasai pengetahuan tentang ruam primer atau ruam sekunder untuk
digunakan sebagai dasar dalam melaksanakan pengkajian serta membuat diagnosis penyakit
kulit secara klinis.

Ruam primer adalah kelainan yang pertama timbul, berbentuk makula, papula, plak,
nodula, vesikula, bula, pustula urtika, dan tumor.

Ruam sekunder adalah kelainan berbntuk skuama, krusta, fisura, erosis, ekskoriasio, ulkus,
dan parut.
Bentuk ruang primer lesi kulit

GAMBARAN KETERANGAN
Makula Makula adalah kelainan kulit yang sama
tinggi denga permukaan kulit, warna berubah
dan berbatas jelas. contoh: petekie
Papula Papula adalah kelainan kulit yang lebih tinggi
dan permukaan kulit , padat, berbatas jelas,
ukuran kurang dari 1 cm. contoh: Dermatitis,
kutil.
Plak Plak adalah kelainan kulit yang melingkar,
menonjol, lesi menonjol lebih dari 1cm.
contoh: fugoides mikosis terlokalisasi.
Nodula Nodula adalah kelainan kulit yang lebih
tinggi dari permukaan kulit, padat, berbatas
jelas, ukurannya lebih dari 1cm. Contoh:
epitrlioma.
Vesikula Vesikula adalah gelembung berisi cairan,
berukurang kurang dari 1 cm. contoh: cacar
air, dermatitis kontak.
Bula Bula adalah sama dengan vesikula, tapi
ukurannya lebih dari 1cm. contoh: luka
bakar.
Pustula Pustula adalah sama dengan vesikula tapi
berisi nanah. contoh: scabies.
Urtika Urtika adalah kelainan kulit yang lebih tinggi
dari permukaan kulit , edema, warna merah
jambu, bentuknya bermacam-macam.
contoh: gigitan serangga.
Tumor Tumor adalah kelainan kulit yang menonjol,
ukurannya lebih besar dari 0,5cm
GAMBARAN KETERANGAN

skuama Skuama adalah jaringan mati dari lapisan tanduk byang


terlepas, sebagian kulit menyerupai sisik. Contohnya :
ketombe, psoriasis.
krusta Krusta adalah kumpulan eksudat atau sekret di atas kulit.
Contoh : impetigo, dermatitis terinfeksi.
fisura Fisura adalah epidermis yang retak, hingga dermis terlihat,
biasanya nyeri. Contoh : sifilis kongenital, kaki atlet.
erosio Erosio adalah kulit yang epidermis bagian atasnya terkelupas.
Contoh : abrasi.
ekskorisio Ekskorisio adalah kulit yang epidermisnya terkelupas, lebih
dalam dari pada erosio.
ulkus Ulkus adalah kulit (epidermis dan dermis) terlepas karena
destruksi penyakit. Pelepasan ini dapat sampai kejaringan
subkutan atau lebih dalam.
parut Parut adalah jaringan ikat yang kemudian terbentuk
menggantikan jaringan dermis atau jaringan lebih dalam yang
telah hilang. Contoh : keloid

Pemeriksaan kulit yang harus dilakukan

1. Lakukan pemeriksaan kulit secara menyeluruh, periksa tekstur elastisitas, warna dan turgor
kulit.
2. Jika terdapat lesi, amati jenis lesi, lokasi, distribusi, ukuran, dan bagaimana permukaan serta
tepi lesi.
3. Periksa bagaimana permukaan kulit yang ada disekitar lesi, apakah ada kemerahan? Adakah
pembengkaka? Jika ada apakah lokal atau menyeluruh.
4. Amati apakah timbul lesi akibat garukan klien.
5. Apakah perubahan temperatur pada daerah lesi baik panas maupun dingin?
6. Jika terdapat sekret pada daerah lesi, perhatikan karakteristik, warna, viskositas, maupun
jumlahnya.
7. Apabila diperlukan data penunjang, konsultasikan untuk melakukan pemeriksaan kulit lain
sesuai dengan ketentuan dan catat hasilnya.

Anda mungkin juga menyukai