Anda di halaman 1dari 37

BAB V

PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER ORDER n


DENGAN KOEFISIEN KONSTAN

5.1. PD Linier Order Dua


Bentuk umum
a2 ( x) y '' + a1 ( x) y ' + a0 ( x) y = 0 (5.1)

Dengan asumsi a2 ( x)  0 pada suatu interval   x   , maka PD di atas dapat


ditulis dalam bentuk standar.
y' '+ P( x) y'+q( x) y = 0 ,
dimana P(x) dan Q(x) kontinu pada interval tersebut.

Prinsip superposisi
Jika y1 ( x) dan y2 ( x) adalah dua penyelesaian PDL homogen (1), maka untuk
sebarang konstanta c1 dan c2 , fungsi

y( x) = c1 y1 ( x) + c2 y2 ( x)
juga merupakan penyelesaian. Fungsi y(x) dikatakan sebagai kombinasi linier dari
y1 ( x) dan y2 ( x) .
Definisi. Jika setiap penyelesaian PDL homogen (5.1) dapat dinyatakan sebagai
suatu kombinasi linier dari y1 ( x) dan y2 ( x) , maka y( x) = c1 y1 ( x) + c2 y2 ( x)
dimana c1 dan c2 sebarang konstanta, disebut penyelesaian umum dari (5.1).

Contoh 5.1.1 :
Fungsi y1 = e3x dan y2 = e2x merupakan penyelesaian dari y ' '−5 y '+6 y = 0 , sehingga

y = c1e 3 x + c2 e 2 x juga merupakan penyelesaian PD tersebut.


Definisi 5.1.1 :
Himpunan fungsi  f1 ( x), f 2 ( x),..., f n ( x) dikatakan bergantung linier pada suatu

interval I jika dan hanya jika terdapat konstanta k1 , k 2 ,..., k n yang tidak semuanya

nol, sehingga k1 f1 ( x) + k 2 f 2 ( x) + ... + k n f n ( x) = 0, x  I . Jika tidak bergantung

linier maka dikatakan bebas linier.

Contoh 5.1.2 :
Fungsi-fungsi x, cos x , dan sin( x − 2 ) bergantung linier, karena persamaan

k1 x + k 2 cos x + k 3 sin( x − 2 ) = 0 dipenuhi oleh k1= 0, k2 = k3 = 1.

Contoh 5.1.3 :
Fungsi e3x dan e2x bebas linier, karean k1e 3 x + k 2 e 2 x = 0 hanya dipenuhi oleh

k1 = k 2 = 0 .

Teorema 5.1.1 :
Jika a2 ( x), a1 ( x) , dan a 0 ( x) merupakan fungsi-fungsi kontinu pada suatu interval

I dan a2 ( x)  0 pada I, maka PDL a2 ( x) y '' + a1 ( x) y ' + a0 ( x) y = 0 mempunyai

dua penyelesaian bebas linier pada I, y1 ( x) dan y2 ( x) . Lebih lanjjut jika suatu

y1 ( x) dan y2 ( x) adalah dua penyelesaian bebas linier, dan jika y (x) adalah

penyelesaian dari PDL a2 ( x) y '' + a1 ( x) y ' + a0 ( x) y = 0 , maka terdapat dengan

tunggal konstanta c1 dan c2, sehingga y( x) = c1 y1 ( x) + c2 y2 ( x) .

Dengan demikian penyelesaian umum suatu PDL akan memuat konstanta


sebarang.

Definisi 5.1.2 :
Dua buah penyelesaian y1 ( x) dan y2 ( x) dikatakan himpunan penyelesaian
fundamental jika setiap penyelesaian dari PDl dapat diekspresikan sebagai
kombinasi linier dari y1 ( x) dan y2 ( x) .
Selanjutnya jika { y1 ( x) , y2 ( x) } adalah himpunan penyelesaian fundamental dari
PDL order dua, maka y( x) = c1 y1 ( x) + c2 y2 ( x) disebut penyelesaian umum dari
PDL, dimana c1 dan c2 adalah konstanta sebarang.

Contoh 5.1.4 :
Himpunan {e 2 x , xe 2 x } adalah himpunan penyelesaian fundamental dari PDL
y' '−4 y'+4 = 0 .
Jika pada PDL diberikan kondisi awal y ( x0 ) = y 0 dan y ' ( x0 ) = y 0 ' , maka akan

diperoleh suatu nilai bagi konstanta c1 dan c2, dan penyelesaian yang memenuhi
kondisi awal ini biasa disebut penyelesaian khusus dari PDL.

Contoh 5.1.5 :
PDL y' '−4 y'+4 = 0 mempunyai penyelesaian umum y = c1e 2 x + c 2 xe 2 x . Jika

diberikan kondisi awal y(0) = 2 dan y ' (0) = −2 , maka diperoleh penyelesaian

khusus y = 2e 2 x − 6 xe 2 x .

Latihan 5.1 :
Untuk nomor 1 – 5 tunjukkan bahwa y1 ( x) dan y2 ( x) memenuh PDL yang
diberikan. Bentuklah y3 = c1 y1 + c 2 y 2 kemudian tunjukkan bahwa y 3 juga

penyelesaian PDL tersebut.


1. y ' '−7 y '+12 y = 0, y1 = e 3 x , y 2 = e 4 x .

2. y' '+2 y'+2 y = 0, y1 = e − x sin x, y 2 = e − x cos x .


3. y' '+ y = 0, y1 = sin x, y2 = cos x .

4. y ' '−2 y '+ y = 0, y1 = e x , y 2 = (1 + x)e x .

5. y ' '−4 y'+4 y = 0, y1 = e 2 x , y 2 = xe 2 x .


Untuk soal nomor 6 – 10 tentukan apakah himpunan fungsi-fungsi yang diberikan
bebas linier atau bergantung linier pada interval yang diberikan.
6. {x, x 3 }, −   x   .

7. {x, e − x }, −   x   .

8. {x, sin x}, −   x   .

9. {x, xe − x , x 2 e − x }, −   x   .
 
10. {sin x, sin 2 x, sin 3x}, − x .
2 2
Untuk nomor 11 – 14 tunjukkan bahwa y1 dan y2 merupakan penyelesaian PD,
kemudian tentukan penyelesaian yang memenuhi kondisi awal yang diberikan.
11. y ' '+6 y'+5 y = 0, y(0) = 0, y' (0) = 3, y1 = e − x , y 2 = e −5 x .

12. y' '+4 y = 0, y(0) = 1, y' (0) = −1 , y1 = cos 2x, y2 = sin 2x .

13. xy ' '− y' = 0, y (1) = 1, y ' (1) = −2, y1 = 1, y 2 = x 2 .

14. x 2 y ' '− xy '+ y = 0, y(1) = 1, y ' (1) = −1 , y1 = x, y 2 = x ln x .

15. Tunjukkan bahwa jika y1 dan y2 merupakan himpunan penyelesaian

fundamental dari PDL y '' + P( x) y ' + q( x) y = 0 , maka y 3 = y1 + y 2 dan

y4 = y1 − y2 juga merupakan hinpunan penyelesaian fundamental PDL


tersebut.

5.2. Penyelesaian PDL Homogen Order Dua


Penyelesaian PD homogen dapat diperoleh dengan mengasumsikan y = emx
merupakan penyelesaian PD homogen : a y"+b y '+c y = 0 . Selanjutnya dengan
mensubstitusikan penyelesaian tersebut dan turunannya ke dalam PD didapatkan :
emx(am2 + bm+ c) = 0.
Karena emx  0 , x , maka am2 + bm+ c = 0 dan disebut persamaan
karakteristik dari PD. Akar persamaan karakteristik dari PD adalah

− b  b 2 − 4ac
m1.2 = .
2a

Kemungkinan nilai m1 dan m2 bergantung dari nilai D = b 2 − 4ac , yaitu :


1. Jika D > 0 maka m1  m2 ( Akar real dan berbeda )
2. Jika D = 0 maka m1 = m2 ( Akar real dan sama )
3. Jika D < 0 maka m1 , m2 merupakan bilangan kompleks ( imajiner )

1. Akar Karakteristik Real dan Berbeda


Misal persamaan karakteristik dari PD : a y"+b y '+c y = 0 merupakan bilangan real
dan berbeda, m1  m2. Maka y 1 = e m1x dan y 2 = e m2 x merupakan penyelesaian bebas
linear dari PD homogen tersebut. Penyelesaian umum PD dituliskan :
y = c1 e
m1 x
+ c 2 e m2 x
Sedangkan penyelesaian khusus PD dapat ditentukan dengan mencari nilai dari c1
dan c2 dari nilai awal yang diberikan.

Contoh 5.2.1 :
Diketahui PD : y "−5 y '+6y = 0. Tentukan :
a. Penyelesaian umum PD
b. Penyelesaian khusus PD jika nilai awal y(0) = 1 dan y ‘ ( 0 ) = 0.
Penyelesaian :
a. Persamaan karakteristik PD : m2 - 5m + 6 = 0 = 0 mempunyai akar m = 3
dan m = 2. Penyelesaian umumnua adalah y = c1e3x + c2 e2x
b. Substitusi nilai awal ke dalam penyelesaian umum dan turunan
pertamanya didapatkan c1 = -2 dan c2 = 3. Jadi penyelesaian khusus PD,
y = −2 e3x + 3e2x

2. Akar Karakteristik Real dan Sama.


Misal persamaan karakteristik dari PD : a y"+b y '+c y = 0 merupakan
bilangan real dan sama, m penyelesaian umum PD yaitu : y = c1emx + c2 x emx

Contoh 5.2.2 :
Diketahui PD : y "−y = 0. Tentukan :
a. Penyelesaian umum PD
b. Penyelesaian khusus PD jika y(0) = 1 dan y ‘(0) = -1
Penyelesaian :
a. Akar persamaan karakteristik PD, m = 1. Penyelesaian umum , y = c1ex + c2 x ex
b. Penyelesaian khusus PD, y =ex − 2 x ex

3. Akar Karakteristik Kompleks


Misal akar karakteristik PD : a y"+b y '+c y = 0 kompleks :
m = p + iq dan m = p - q i , maka penyelesaian umum PD dituliskan :
y = c1 e p+iq x + c2 e p−iq x
Menggunakan rumus Euler : eiy = cos y + i sin y , didapatkan penyelesaian umum
PD :

y = epx (\c1 cos qx + c2 sin qx)

Contoh 5.2.3 :
Diketahui PD, y "+ 4 y = 0 . Tentukan :
a. Penyelesaian umum PD
b. Penyelesaian khusus PD jika y(0) = 1 dan y ‘(0) = -3
Penyelesaian :
a. Akar persamaan karakteristik PD, m =  3 i. Didapatkan p = 0 dan q = 3.
Penyelesaian umum PD, y =c1 cos 3x +c2 sin 3x .
b. Substitusikan nilai awal ke dalam penyelesaian umum dan turunannya,
didapatkan c1 = 1 dan c2 = -1. Penyelesaian khusus PD, y = cos 3x −sin3x

Latihan 5.2 :
( Nomor 1 sd 5 ) Tentukan penyelesaian umum PD berikut.
1. y "+5 y'−6 y = 0
2. y"+ 4 y'+4 y = 0
3. y"+ 2 y'+5 y = 0
4. y "+2 y '+8y= 0
5. 3y "+4 y '+9y = 0
( Nomor 6 sd 10 ) Tentukan penyelesaian khusus PD berikut.
6. y "−4 y '−5y = 0 ; y(0) = 0 , y '(0) = −1
7. y" − y = 0 ; y(0) = 1 , y ' (0) = 0
8. y" + 4 y = 0 ; y(0) = 1 , y '(0) = −1
9. y "−6 y '+9 y = 0 ;y(0) = 1, y '(0) = 0
10. y "−4 y '+7y = 0 ; y(0) = −1 , y '(0) = 0

5.3 PD Linier Order n


Bentuk umum :
an ( x) y ( n) + an−1 ( x) y ( n−1) + ... + a0 ( x) y = f ( x) ,

Diasumsikan ai (x) kontinu pada suatu interval I dan a n ( x)  0 .

Sering ditulis L[ y] = f ( x)
atau
[an ( x) D n + an−1 ( x) D n−1 + ... + a1 ( x) D + a0 ( x)] y = f ( x)
Notasi L dinamakan differential operator, dan D disebut derivative operator,
d
D= .
dx
PD linier homogen order n,
L[y] = 0
mempunyai n penyelesaian bebas linier, y 1 ( x), y 2 ( x),..., y n ( x) pada I. Jika y(x)

adalah penyelesaian PD linier homogen, maka terdapat konstanta c1 , c2 ,..., cn

sehingga
y ( x) = c1 y1 ( x) + c2 y 2 ( x) + ... + cn y n ( x) .

Ke-n penyelesaian y 1 ( x), y 2 ( x),..., y n ( x) dikatakan himpunan penyelesaian

fundamental dari L[y] = 0.


Wronskian
Misalkan fi(x) fungsi yang didefinisikan pada suatu interval I.
Jika determinan ( selanjutnya dinamakan Wronskian)
f 1 ( x) f 2 ( x) ... f n ( x)
f1' ( x) f 2' ( x) ... f n' ( x)
W [ f 1, f 2 ,..., f n ] = 0
   
( n −1) ( n −1)
f 1 ( x) f 1 ( x)  f n( n −1) ( x)

Untuk paling sedikit satu nilai x pada interval I, maka himpunan fungsi
 f1 ( x), f 2 ( x),..., f n ( x) bebas linier pada I.
Misalkan y 1 ( x), y 2 ( x),..., y n ( x) adalah penyelesaian dari L[y] = 0, maka {

y 1 ( x), y 2 ( x),..., y n ( x) } bebas linier jika dan hanya jika W [ y 1 , y 2 ,..., y n ]  0 untuk

setiap x di dalam I.
Tiga pernyatan berikut ekuivalen :
1. { y 1 ( x), y 2 ( x),..., y n ( x) } himpunan penyelesaian fundamental

2. { y 1 ( x), y 2 ( x),..., y n ( x) } bebas linier.

3. W [ y 1 , y 2 ,..., y n ]  0 untuk setiap x

Penyelesaian umum PD homogen an ( x) y ( n) + an−1 ( x) y ( n−1) + ... + a0 ( x) y = 0

bergantung pada akar-akar karakteristiknya, diberikan dalam tabel berikut :


Akar-akar Penyelesaian Umum
Real berbeda
m = m1, m2, ..., mn y = c1e m1x + c2 e m2 x + ... + cn e mn x

Real berulang
M1 = m2 = ... mn =m y = [c1 + c2 x + ... + cn x n−1 ]e mx

Kompleks berbeda y = e 1x (c1 cos 1 x + c 2 sin 1 x) +


m =  1  i1 ,  2  i 2 ,..., k  i k e  2 x (c3 cos 1 x + c 4 sin  2 x)
, dimana n = 2k +  + e  k x (c n −1 cos  k x + c n sin  k x)
Kompleks berulang y = ex (c1 cos x + c 2 sin x) +
m =   i ( k kali), dimana n = xe x (c3 cos x + c 4 sin x)
2k +  + x k −1ex (c n −1 cos x + c n sin x)

Contoh 5.3.1 :
PD y ( 6) − y (5) + 2 y ( 4) − 2 y ' ' '+ y ' '− y ' = 0 mempunyai akar-akar karakteristik
m = 0,1,i,i . Dengan demikian penyelesaian umumnya adalah

y = c1 + c2 e x + c3 cos x + c4 sin x + c5 x cos x + c6 x sin x .

Latihan 5.3 :
Untuk nomor 1 – 5 tentukan penyelesaian umum yang bersesuaian dengan akar-
akar persamaan karakteristik yang diberikan.
1. m = 1, 1, – 1
2. m = 0, 0, 0, 3, – 2
3. m = 0,1  i,1  i
4. m = 0,0,i,i
5. m = −1  3i,−1  3i
Untuk nomor 6 – 10 tentukan penyelesaian dari PD yang diberikan
6. y' ' '+3 y' '+3 y'+ y = 0

7. (D 4 + 2 D 3 − 2 D 2 − 8D − 8)y = 0
8. y' ' '+ y' '+ y'+ y = 0, y(0) = 2, y' (0) = y' ' (0) = 0 .

9. (D 4 + D 2 )y = 0, y(0) = 1, y' (0) = 1, y' ' (0) = −1, y' ' ' (0) = 0 .

10. (D 3 − 3D 2 − D + 3)y = 0, y(0) = 2, y' (0) = −3, y' ' (0) = −1 .

5.4. Persamaan Diferensial Linear Non Homogen


Bentuk umum
an ( x) y ( n) + an−1 ( x) y ( n−1) + ... + a0 ( x) y = f ( x) , f (x)  0.
Penyelesaian umum PD linear non homogen merupakan jumlah dari penyelesaian
PD homogen, yc dan penyelesaian pelengkap, yp dituliskan : y = yc + yp.
Penyelesaian homogen dicari seperti penjelasan terdahulu, sedangkan penyelesaian
pelengkap dapat dicari menggunakan dua metode yaitu : metode koefisien tak tentu
dan metode variasi parameter.

1. Metode Koefisien Tak Tentu


Misal f(x) merupakan fungsi polinom, eksponen, sinus atau cosinus. Maka
penyelesaian pelengkap, yp dimisalkan sebagai jumlah dari f(x) dan semua
turunannya.
Selanjutnya yp, yp' dan y"p disubstitusikan ke dalam PD untuk menghitung
nilai dari koefisiennya. Langkah-langkah penyelesaian dengan metode koefisien
tak tentu tersebut dapat diberikan sebagai berikut :
Langkah 1. Pastikan bahwa f(x) berbentuk x k e mk , x k e mk sinbx , x k e mk cosbx ( dapat
dikalikan konstanta), dimana k  0 merupakan bilangan bulat dan m
serta b bilangan real ( mungkin 0).
Langkah 2. Tentukan y c , yaitu penyelesaian dari L[y] = 0.

Langkah 3. Tentukan yh, yaitu Penyelesaian yang bersesuaian dengan akar-akar


karakteristik pada L[y] = 0 dan akar-akar karakteristik yang
bersesuaian dengan fungsi f(x).
Langkah 4. Tuliskan bentuk umum penyelesaian pelengkap yp sebagai
y q = y h − yc .

Langkah 5. Selesaikan Koefisien taktentu, yaitu


L[ yq ] = f(x)

Kemudian substitusikan nilai yang diperoleh ke yq dan tuliskan


hasilnya sebagai yp.
Langkah 6. Tuliskan Penyelesaian umumnya y = yc + yp.
Langkah 7. Tentukan Penyelesaian khususnya jika diberikan syarat awal.

Contoh 5.4.1 :
Tentukan penyelesaian umum dari PD ( D 2 − 1) = x + sin x .
Penyelesaian :
Langkah 1. Dalam hal ini f (x) = x + sin x memuat bentuk yang
direkomendasikan untuk dapat diselesaikan dengan metode koefisien
tak tentu.
Langkah 2. Penyelesaian homogennya adalah penyelesaian yang bersesuaian
dengan akar-akar karakteristik m = – 1, dan m = 1, yaitu
yc = c1e − x + c2 e x .
Langkah 3. Bentuk x bersesuaian dengan akar karakteristik m = 0 , 0 ( berulang)
dan sin x bersesuaian dengan akar karakteristik m =  i . Sehingga y h

merupakan bentuk penyelesaian yang bersesuaian dengan akar-akar


karakteristik m = – 1, 1, 0, 0,  i , yaitu
yh = c1e − x + c2 e x + c3 + c4 x + c5 cos x + c6 sin x .

Langkah 4. Setelah mendapatkan y q = y h − yc dan mengganti koefisien,

diperoleh penyelesaian berbentuk y q = A + Bx + C cos x + E sin x .

Langkah 5. Dengan substitusi yq ke PD, diperoleh


(− E sin x − C cos x) − A − Bx − C cos x − E sin x = x + sin x
 − A − Bx − 2C cos x − 2 E sin x = x + sin x
Samakan koefisien, diperoleh
− A = 0,− B = 1,−2C = 0,−2E = 1
atau A = 0 , B = – 1, C = 0 ,dan E = – ½
1
Jadi y p = − x − sin x
2
Langkah 6. Penyelesaian umumnya adalah
1
y = c1e − x + c2 e x − x − sin x .
2

Contoh 5.4.2 :
Selesaikan PD
a. y “ - y = -3 e2x.
b. y “ + y = 6 sin 2x
Penyelesaian :
a. Penyelesaian homogen, yc = c1 ex + c2 e-x.
Penyelesaian pelengkap, yp = Ae2x . Substitusikan penyelesaian
pelengkap dan turunan keduanya ke dalam PD didapatkan A = -1
sehingga penyelesaian pelengkap, yp = - e2x.
Penyelesaian umum PD, y = C1 ex + C2 e-x - e2x .
b. Penyelesaian homogen, yc = c1 cos x + c2 sin x.
Penyelesaian pelengkap, yp = A cos 2x + B sin 2x. Substitusikan
penyelesaian pelengkap dan turunan keduanya ke dalam PD didapatkan
: A = 0 dan B = -2, sehingga penyelesaian pelengkap,
yp = -2 sin 2x.
Penyelesaian umum PD, y = C1 cos x + C2 sin x - 2 sin 2x.

Contoh 5.4.3 :
Tentukan penyelesaian khusus PD : y "− 6y '+9y = e3x ; y(0) = -1 dan y ‘(0) =1.
Penyelesaian :
Akar karakteristik PD, m = 3.
Penyelesaian homogen, yc = C1 e3x + C2 x e3x.
Penyelesaian pelengkapnya , yp = A x2 e3x. Substitusikan penyelesaian pelengkap
dan turunannya ke dalam PD didapatkan A = ½ . Penyelesaian umum PD, y = c1 e3x
+ c2 x e3x + ½ x2 e3x. Substitusi nilai awal ke dalam penyelesaian umum dan
turunannya, didapatkan c1 = -1 dan c2 = 4.
Penyelesaian khusus PD, y = - e3x + 4 x e3x + ½ x2 e3x.

2. Metode Variasi Parameter.


Seringkali dijumpai bentuk penyelesaian pelengkap tidak bisa ditentukan dengan
metode koefisien tak tentu. Hal ini disebabkan fungsi f (x) mempunyai bentuk
yang tidak direkomendasikan dalam metode koefisien taktentu, misal f (x) = sec x.
Kadang pula terjadi terlalu banyak koefisien yang harus dicari, sehingga dirasa
metode pengerjaan tersebut kurang praktis. Untuk kasus ini akan diselesaiakn
dengan metode variasi parameter. Metode ini akan membahas cara yang lebih
umum tanpa memperhatikan bentuk fungsi f (x) .
Metode VP pada PD Linier Order satu
Pertama akan dibahas metode VM untuk PD linier order satu. Adapun langkah-
langkahnya secara garis besar adalah sebagai berikut:
dy
Langkah 1. Tuliskan PD dalam bentuk standar + P( x) y = Q( x)
dx
Langkah 2. Tentukan y c . Dengan pemisahan peubah, dapat diselesaikan

dy
+ P( x) y = 0 hingga diperoleh y c = Cy1 ( x) , dengan
dx

y1 ( x) = e 
− P ( x ) dx
.

Langkah 3. Asumsikan penyelesaian pelengkap berbentuk y p = vy1 dengan v

fungsi yang tidak diketahui dan memenuhi v' y1 = Q( x) .


Langkah 4. Integralkan v' untuk mendapatkan v, yaitu
Q( x)
v =  v' dx =  dx .
y1 ( x)

Langkah 5. Substitusikan v ke dalam y p dan tuliskan penyelesaian umumnya ,

yaitu y = yc + yp.

Contoh 5.4.4 :
Selesaikan PD y'+2 xy = x .
Penyelesaian :
PD sudah dalam bentuk standar. Penyelesaian homogennya adalah

yc = Ce − x .
2

Jadi y1 = e − x .
2

Penyelesaian pelengkap berbentuk y p = ve − x dengan v' e − x = x .


2 2

1 2 1 2 2 1
Diperoleh v =  xe x dx = e x . Jadi y p = e x e −x = .
2

2 2 2
Dengan demikian Penyelesaian umumnya adalah
1
y = yc + y p = Ce −x + .
2

Metode VP pada PD linier order dua


Metode VP pada PD order dua dengan koefisien konstan a2 y '' + a1 y ' + a0 y = f ( x)

adalah sebagai berikut.


Langkah 1. Tentukan penyelesaian homogen y c = c1 y1 ( x) + c2 y 2 ( x) .

Langkah 2. Tuliskan penyelesaian pelengkap berbentuk


y p = v1( x) y1 ( x) + v2 ( x) y 2 ( x) .

Langkah 3. Substitusikan y p ke PD diperoleh sistem persamaan linier dalam v1'

dan v 2'

v1' y1 + v 2' y 2 = 0
f
v1' y1' + v 2' y 2' = .
a2

Langkah 4. Tentukan v1 dan v2 dengan mengintegralkan v1' dan v 2' yang


diperoleh dari penyelesaian SPL pada langkah 3.
Langkah 5. Substitusikan v1 dan v2 ke dalam y p pada langkah 2 dan tuliskan

penyelesaian umumnya, yaitu y = yc + y p .

Contoh 5.4.5 :
Tentukan penyelesaian umum dari PD y' '+ y = tan x .
Penyelesaian :
Langkah 1. Penyelesaian homogennya adalah y c = c1 cos x + c2 sin x

Langkah 2. Tulis y p = v1( x) cos x + v2 ( x) sin x .

Langkah 3. Diperoleh Sistem linier


v1' cos x + v 2' sin x = 0
− v1' sin x + v 2' cos x = tan x.
Langkah 4. Penyelesaian sistem di atas adalah
− sin 2 x
v1' = dan v2' = sin x .
cos x
sehingga v1 = − ln sec x + tan x + sin x dan v2 = − cos x

Langkah 5. Diperoleh y p = (− cos x) ln sec x + tan x . Jadi Penyelesaian umumnya

adalah
y = c1 cos x + c 2 sin x − (cos x) ln sec x + tan x .

Metode VP untuk PD order n


Metode VP dapat diperluas untuk menyelesaiakan PD Linier order n
an y ( n) + an−1 y ( n−1) + ... + a0 y = f ( x) , dimana a n  0 .
Penyelesaian homogen PD ini adalah
y c = c1 y1 ( x) + c2 y 2 ( x) + ... + cn y n ( x) .

Penyelesaian pelengkapnya adalah


y p = v1( x) y1 ( x) + v2 ( x) y 2 ( x) + ... + vn ( x) y n ( x) .

Diperoleh sistem persamaan linier


v1' y1 + v 2' y 2 + ... + v n' y n = 0
v1' y1' + v 2' y 2' + ... + v n' y n' = 0
...
f
v1' y1( n −1) + v 2' y 2( n −1) + ... + v n' y n( n −1) = .
an

Selanjutnya dari sistem ini dapat diperoleh v1' , v2' ,..., vn' . Dengan mengintegralkan

akan diperoleh v1 , v2 ,..., vn dan penyelesaian umumnya adalah y = yc + y p .

Contoh 5.4.2.
Selesaikan PD y' ' '− y' '+ y'− y = x .
Penyelesaian.
Diperoleh
yc = c1e x + c2 cos x + c3 sin x

y p = −x − 1 .
Penyelesaian umumnya
y = c1e x + c2 cos x + c3 sin x − x − 1 .

Latihan 5.4 :
Tentukan penyelesaian umum PD berikut :
1. y"+ 3y '+2 y = 2e3x
2. y "− 4y '+2 y = 2 x2
3. y "− 3y '+ 2y = 10 sin 2x
4. y "− 3y '− 4y = e−x
5. y "−2 y '+ y = sin 3x + cos 3x
6. y "+2 y '−3 y = x2 + x − 3
7. y "+ y = sec x
8. y "+ 2y '+y = e−x ln x
9. y "+ y = sec x tan x
10. y ' ' '− y ' = 2e − x sin 2 x

11. y ' ' '− y ' '+ y '− y = e x



12. y' ' '+4 y' = 3 csc 2 x, 0  x  .
2
Tentukan penyelesaian khusus PD berikut :
13. y "+ y = 2x ; y(0) = 1, y '(0) = 2
14. y"− 4y '+ 4y = e2x ; y(0) = y '(0) = 0
15. y"+3 y '+2 y = 20 cos 2x ; y(0) = -1 , y‘(0) = 6.

5.5. Teori Operator


Dalam kalkulus D dikenal sebagai operator dan biasanya digunakan untuk
dy
menyajikan pendiferensialan terhadap x. Jadi, Dy untuk menyajikan ; D2y
dx
d2y n dny
untuk menyajikan ; dan pada umumnya D y untuk menyajika denagn n
dx 2 dx n
adalah bilangan asli (bulat positif).
Dengan notasi ini, maka pernyataan
dny d n −1 y d n−2 y
a0 + a 1 + a 2 + …+ any = 0
dx n dx n −1 dx n − 2
menjadi
a0Dny + a1Dn-1y + a2Dn-2y + …+ any = 0
yang biasanya ditulis lebih singkat
(a0Dn + a1Dn-1 + a2Dn-2 + …+ an)y = 0.
Dan meminjam kemiripannya dengan aljabar peryataan terakhir ditandakan dengan
f(D)y, dengan
f(D) = a0Dn + a1Dn-1 + a2Dn-2 + …+ an.

Dalam kalkulus juga telah diketahui bahwa, jika y, u, dan v, adalah fungsi-
fungsi x dan a, b, dan c adalah konstanta-kontanta, maka
(i) D(u + v) = Du + Dv.
(ii) (D + a)y = (a + D)y.
(iii) (D2 + aD + b)y = (aD + D2 + b)y = (b + aD + D2), dst.
(iv) D(au) = aDu.
(v) Dm.Dnu = Dm+nu. ( m dan n bilangan asli)

Jadi, D dapat dimanipulasi dalam kombinasi (dioperasikan) dengan konstanta-


konstanta, dan bilangan-bilangan asli seperti dalam hukum-hukum aljabar biasa.
Dengan menghilangkan kosntanta integrasi, misalkan Iy menyajikan  y dx.
Selanjutnya kita juga tahu bahwa
d
dx
( ydx) = y;
dengan kata lain
D.Iy = y.
Juga
 dy 
  dx dx = y,
dengan kata lain
I.Dy = y.
Dengan demikian
1
I= = D −1 ;
D
dan
1
D= = I −1 .
I
Dengan cara yang sama dapat ditunjukkan bahwa
I 2 = D-2,
dan pada umumnya
I n = D-n.

Teorema-teorema penting dalam operator.


Teorema 5.5.1 :
1
Mencari maksa notasi Dnex, f(D)ex; dan e x .
f ( D)

Jelas bahwa: Dex = ex; D2ex = 2ex; D3ex = 3ex.

Pada umumnya
Dnex = nex.

Akibatnya
f(D)ex = (a0Dn + a1Dn-1 + a2Dn-2 + …+ an)ex
= (a0n + a1n-1 + a2n-2 + … + a0)ex
sehingga
f(D)ex = f()ex..
Akan tetapi, kita tahu bahwa
1

f ( D)
f ( D)ex = ex.
yakni,
1
f ( D)
 
f ( )e x = ex.

sehingga
1
f ( ). .e x = ex.
f ( D)

maka
1 1 x
e x = e .
f ( D) f ( )

Catatan. Pengoperasian fungsi senantiasa didahulukan, dan hanya konstanta dapat


dipindahkan di depan pengoperasian fungsi.
Teorema 5.5.2 :
1
Mencari makna notasi Dn(Vex), f(D)Vex, dan Vex dengan V adalah suatu
f ( D)

fungsi x.

Kita akan menggunakan rumus pendiferensialan Leibniz, yakni, “jika y =


uv, maka derivatif ke n dari y adalah
yn = uvn + nC1u1vn-1 + nC2u2vn-2 + … + nCn-ruvvn-r + … + unv.
dengan yr, ur, vr adalah koefisien diferensial ke-r dari y, u, v terhadap x”.

Kita kerjakan bagian pertama: Dn(Vex); di sini u = ex dan v = V


Dn(Vex) = exDnV + nC1ex Dn-1V + nC22ex Dn-2V + … + nexV.
= ex(DnV + nC1Dn-1V + nC22Dn-2V + … + nV)

Dn(Vex) = ex( D + )nV.

f(D)Vex = (a0Dn + a1Dn-1 + a2Dn-2 + …+ an)Vex,


= exa0 (D + )nV + exa1(D + )n-1V + ex a2(D + )n-V
+ … + exnV,
= ex{a0(D + )n + a1(D + )n-1 + a2(D + )n-2 + … + an}V.
= exf(D + ).

Kemudian, kita tahu bahwa


1
{f(D).V1eax} = V1eax (V1 suatu fungsi x)
f ( D)
maka
1
{ exf(D + )V1} = f(D)Vex (5.2)
f ( D)

1
Misalkan f(D + )V1 = V, maka V1 = V,
f (D +  )

Dan persamaan (5.2) menjadi

1 1
{exV } = ex. V.
f ( D) f (D +  )

Hasil ini sangatlah penting dan dapat digunakan dalam kasus khusus dari
Teorema 5.5.1 di mana f(D) mempunyai faktor (D - ), dan hasil yang diperoleh
dengan menggunakan Teorema 5.5.1 adalah takhingga banyak.
Maka dalam kasus khusus ini,

1 1
ex = ex,
f ( D)  ( D)( D −  )
di mana (D) adalah fungsi dari D, dan V dapat diambil 1 (satu) .
Dengan menggunakan hasil pada Teorema 5.5.2,
1 1 1 1
ex = 1.ex = ex. .1 = ex .1
f ( D) f ( D) f (D +  )  ( D)( D −  )
1
Cara yang terkait dengan .1 akan diberikan kemudian
f ( D)

Teorema 5.5.3 :
Mencari makna notasi
f(D2) sin (ax + b); f(D2) cos (ax + b),
1 1
sin (ax + b); cos (ax + b).
f (D 2 ) f (D 2 )

D{sin (ax + b)} = a cos (ax + b);


D2 {sin )ax + b)} = -a2 sin (ax + b);
D4{sin (ax + b)} = D2{ -a2 sin (ax + b)} = (-a2)2 sin (ax + b).

Dan pada umumnya


(D2)n sin (ax + b) = (-a2)n sin (ax + b).
Maka
f(D2) sin (ax + b) = {a0(D2)n + a0(D2)n + a0(D2)n + … +an} sin (ax + b).
= a0(-a2)n sin (ax + b) + a1(-a2)n-1 sin (ax + b) + …
+ an sin (ax + b).
= sin (ax + b){a0(-a2)n + a0(-a2)n-1 + … + an}

f(D2) sin (ax + b) = f(-a2) sin (ax + b).

Dengan cara yang sama,

f(D2) cos (ax + b) = f(-a2) cos (ax + b).


Seterusnya,
1
2
{ f(D2) sin (ax + b)} = sin (ax + b).
f (D )
Sehingga
1
{ f(-a2) sin (ax + b)} = sin (ax + b).
f (D 2 )
atau,
1
f(-a2). sin (ax + b) = sin (ax + b).
f (D 2 )

maka
1 1
sin (ax + b) = sin (ax + b).
2
f (D ) f (−a 2 )
Dengan cara yang sama,

1 1
cos (ax + b) = cos (ax + b).
2
f (D ) f (−a 2 )
Dengan proses yang sama seperti di atas, dapat ditunjukkan bahwa:

f(D2) sinh (ax + b) = f(a2) sinh (ax + b).


f(D2) cosh (ax + b) = f(a2) cosh (ax + b).
1 1
2
sinh (ax + b) = sinh (ax + b).
f (D ) f (a 2 )
1 1
2
cosh (ax + b) = cosh (ax + b).
f (D ) f (a 2 )

1
Catatan. Untuk menghitung f(D).xm atau .xm, dengan m bilangan asli, perlu
f ( D)
mengekspansi fungsi operator yaitu dengan menyusun operator D dalam pangkat-
pangkat yang menurun.
Contoh penerapan operator-operator
1
Dalam metode berikut terkait dengan F(x) dapat sangat bermanfaat
f ( D)
dalam persaan diferensial yang akan diberikan kemudian.

Contoh 5.5.1 :
1
Hitunglah x2.
( D − 1)( D − 2)
Penyelesaian:
Pernyataan yang diberi dapat ditulis dalam pecahan parsial
 1 1  2
 −  x = {(1 – D)-1 + ½ (1 – ½D)-1}x2
1 − D 2 − D 
= {1 + D + D2 + …) – ½ (1 + ½ D + ¼ D2 + …)}x2.
={½+ 3
4 D+ 7
8
D + … }x2.

= ½x2 + 3
2
x+ 7
4
.

Contoh 5.5.2 :
1
Hitunglah (1 + x 3 )
D(1 + D)
Penyelesaian:
1 1
(1 + x 3 ) = (1 + D) −1 (1 + x 3 )
D(1 + D) D
1
= (1 - D + D2 – D3 + D4 – D5 + ,,, )(1 + x3)
D
= (D-1 - 1 + D – D2 + D3 – D4 + …)(1 + x3)
= (x + ¼ x4) - (1 + x3) + 3x2 – 6x + 6 (D-1 – I)
= ¼ x4 – x3 + 3x2 – 5x + 5.

Contoh 5.5.3 :
1
Carilah nilai dari ( x − 2x 2 )
D + 2D + 3
2

Penyelesaian:
1 1
( x − 2x 2 ) = (x − 2x 2 )
D + 2D + 3
2
3{1 + 3 (2 D + D )}
1 2

= (1/3){1 + (1/3)(2D + D2)}-1(x – 2x2)


= 13 {1 − 13 (2D + D 2 ) + 19 (2D + D 2 ) 2 − ...}(x − 2 x 2 )

= 13 (1 − 23 D − 13 D 2 + 94 D 3 + ...)(x − 2 x 2 )

= 13 {( x − 2 x 2 ) − 23 (1 − 4 x) − 94}

= 13 ( 113 x − 2 x 2 − 109 )

= 11
9
x − 23 x 2 − 10
27

Contoh 5.5.4 :
1
Hitunglah e −2 x
D + D +1
2

1 1 x
Kita gunakan e x = e ,
f ( D) f ( )

(terkecuali jika  adalah akar dari f(D) = 0).


1 1
e −2 x = e − 2 x = 13 e −2 x .
D + D +1
2
( −2) 2
+ ( −2) + 1

Contoh 5.5.5 :
1
Hitunglah e 3x
D( D − 3)
Soal ini adalah kasus istimewa, sebab jika diselesaikan seperti Contoh
1 3x
5.5.4, akan didapat e = . Yang tentu saja tidak dibenarkan.
3.0
Gunakan Teorema 5.5.2 untuk kasus istimewa,
1 1
e 3x = 1.e 3 x
D( D − 3) D( D − 3)

1 1
= e3x .1 = e 3 x . .1
( D + 3){( D − 3) + 3} ( D + 3) D

e 3x  1 1 
=  − .1
3  D D + 3

=
e 3x
3

D −1 − 13 (1 + 13 D) −1 .1 
e 3x
{D − 1 − 3 (1 − 3 D + ...)}.1
1 1
=
3
= 13 e 3 x ( x − 13 ).

Contoh 5.5.6 :
1
Carilah nilai dari sin 4 x
D −2
2

Menurut Teorema 5.5.3,


1 1 1
sin 4 x = sin 4 x = − sin 4 x.
D −2
2
(−4) − 2
2
18
1
Catatan. Kasus istimewa dalam mencari nilai sin ax akan dibicarakan
D + a2
2

kemudian.

Contoh 5.5.7 :
1
Hitunglah sin 2 x.
D −D+2
2

Metode dalam soal ini adalah mengganti D2 dengan (-22), dan kemudian
dlakukan seperti akan ditunjukkan, terus mengganti D2 dengan (-22) jika hal ini
terjadi.
1 1 1
sin 2 x = sin 2 x = − sin 2 x
D −D+2
2
(−4) − D + 2 D+2

( D − 2) ( D − 2)
=− sin 2 x = − sin 2 x
D −4
2
−4−4
= 18 [2 cos 2 x − 2 sin 2 x]

= ¼ (cos 2x – sin 2x).

Contoh 5.5.8 :
1
Hitunglah niai e x sin 2 x.
D − 2D + 3
2

1 1
e x sin 2 x = ex. sin 2 x (Teorema 5.5.3)
D − 2D + 3
2
( D + 1) − 2( D + 1) + 3
2

1
= ex sin 2 x
D +2
2

1
= ex sin 2 x
−4+2
= - ½ ex sin 2x.

Contoh 5.5.9 :
1
Carilah nilai dari x cos x
D + 2D + 1
2

Dalam kasus ini biasanya langkah-langkahnya adalah menyatakan cos x


1
dalam fungsi eksponen dan kemudian hasilnya untuk .Vex [Ingat rumus
f ( D)
Euler: cos x = ½ (eix + e-ix); sin x = 1/2i (eix + e-ix)]
1
x cos x
D + 2D + 1
2

1 x ix
= (e + e −ix )
(1 + D) 2
2
1 x ix 1 x −ix
= .e + e
(1 + D) 2
2
(1 + D) 2
2

1 x 1 x
= eix . + e-ix .
{1 + ( D + i )} 2
2
{1 + ( D − i )} 2
2

−2 −2
e ix  D  e − ix  D 
= 2 
1+  x+ 2 
1+  x
2(1 + i )  1 + i  2(1 − i )  1 − i 

e ix  2D  e −ix  2D 
= 1 − + ... x + 1 − + ... x
2(1 + i ) 2  1+ i  2(1 − i ) 2  1− i 

e ix  2  e −ix  2 
=  x − + ... + x − + ...
2(1 + i ) 2  1+ i  2(1 − i )  1− i 
2

e ix  2  e −ix  2 
= x − + x − 
4i  1 + i  − 4i  1 − x 

x ix 1  e ix e − ix 
− ix
= (e − e ) −   − 
4i 2i  1 + i 1 − i 

1  ix (1 − i ) (1 + i ) 
= ½x sin x – e − e −ix 
2i  2 2 

e ix − e −ix 1 e ix + e −ix
= ½x sin x – ½ +2
2i 2
= ½x sin x – sin x + ½ cos x.

Contoh 5.5.10 :
1
Hitunglah 2 sin 2 x cos x .
2D 2 − 3

Jika terkait dengan hasilkali fungsi-fungsi trigonometri seperti dalam


contoh ini, hasilkali itu hendaknya dinyatakan sebagai jumlah dua fungsitri
gonometri linear sebelum memproses selanjutnya, dan hal yang sama untuk fungsi
hiperbolik.
1 1
2 sin 2 x cos x = (sin 3x + sin x)
2D − 32
2D 2 − 3
1 1
= sin 3x + sin x
2D − 3
2
2D 2 − 3
1 1
= sin 3x + sin x
2(−3 ) − 3
2
2(−12 ) − 3

= − 21
1
sin 3x − 15 sin x

Contoh 5.5.11 :
1
Carilah nilai 2 x sinh x .
D − 2D − 2
2

1 1
2 x sinh x = 2 x(e x − e − x ) .
D − 2D − 2
2
D − 2D − 2
1 1
= xe x + 2 xe − x
D − 2D − 2
2
D − 2D − 2

= ex
1 1
x − e −x x
( D + 1) − 2( D + 1) − 2
2
( D − 1) − 2( D − 1) − 2
2

1 1
= ex x − e −x 2 x
D −32
D − 4D + 1
= − 13 e x (1 − 13 D) −1 x − e − x {1 − (4D − D 2 )}−1 x

= − 13 e x (1 + 14 D + ...)x − e − x (1 + 4D + ...)x

= − 13 e x x − e − x ( x + 4)

= − 13 x(3e − x + e x ) − 4e − x .

5.6. Teori Operator untuk menyelesaian PD linear order dua dengan


koefisien konstanta
Bentuk umum persamaan diferensial linear order dua dengan
koefisien konstan adalah
d2y dy
2
+a + by = f(x) (5.3)
dx dx
denagn a dan b konstanta.
Kasus jika f(x) = 0 telah dibicarakan sebagai Jenis 3, dan semua kasus yang
lain sekarang akan dibicarakan.
Misalkan penyelesaian dari persamaan
d2y dy
2
+a + by = 0 (5.4)
dx dx
adalah y = u di mana u memuat dia konstanta sebarang, maka u memenuhi
d 2u du
2
+a + bu = 0 (5.5)
dx dx
dan u disebut fungsi komplementer.
Misalkan y = v adalah penyelesaian khusus dari persamaan aslinya
(persamaan (5.3)), yang tidak memuat konstanta integrasi.
Maka
(D2 +aD + b)v = f(x) (5.6)
Dan, karena integral khsus v tidak memuat konstanta,
1
v= f ( x).
D + aD + b
2

Perhatikanlah fungsi y = u + v,
Maka
dy du dv
= +
dx dx dx
dan
d 2 y d 2u d 2 v
= +
dx 2 dx 2 dx 2
Menggunakan hasil-hasil ini ke dalam ruas kiri persamaan (5.3) kita peroleh
d 2u d 2 v d 2u d 2 v
+ + a 2 + 2 + b(u + v)
dx 2 dx 2 dx dx
d 2u du d 2v dv
=[ 2
+ a + bu] + [ 2
+a + bv].
dx dx dx dx
= 0 + f(x) (menurut persamaan (5.4) dan (5.5))
= f(x).

Dengan demikian y = u + v adalah penyelesaian lengkap dari persamaan (5.3)


karena memuat dua konstanta sebarang.
Catatan. Metode mencari penyelesaian khusus untuk beberapa fungsi telah
ditunjukkan dalam contoh-contoh penggunaan operator.

Contoh 5.6.1 :.
Selesaikan persamaan
d2y dy
2
- - 2y = ex cos x.
dx dx
Penyelesaian
Misalkan u adalah fungsi komplementer dan v penyelesaian khusus, maka
d 2 u du
- 2u = 0 (i)
dx 2 dx
dan
1
v= e x cos x (ii)
D −D−2
2

Misalkan u = Aekx adalah penyelesaian dari (i), maka persamaan bantunya


adalah
k2 – k – 2 = 0
yang memberikan k = 2 atau –1.
Dengan demikian
u = Ae2x + Be-x.
Dari persamaan (ii),
1
v = ex cos x
( D + 1) − ( D + 1) − 2
2

1
= ex cos x
D +D−2
2
1 ex
= ex cos x = cos x
−1+ D − 2 D−3
D+3 D+3
= ex cos = e x cos x
D −9
2
(−1) − 9

ex
=− (3 cos x − sin x)
10
Dengan demikian penyelesaian lengkap adalah: y = u + v,
ex
Yaitu y = Ae2x + Be-x.- − (3 cos x − sin x) .
10

Contoh 5.6.2 :
Selesikan persamaan
d2y dy
2
-4 + 4y = 4(e2x - cos 2x).
dx dx
Penyelesaian:
Misalkan u adalah fungsi komplementer, maka
d 2u du
2
-4 + 4u = 0 (i)
dx dx
Jika u = Aekx, maka persamaan bantu dari (i) adalah
k2 – 4k + 4 = 0
yang memberikan k = 2 (kembar)
sehingga
u = (A + Bx)e2x.
Misalkan v adalah penyelesaian khusus, maka
4
v= (e 2 x − cos 2 x) (ii)
( D − 2) 2

4 4
= e2x - 2 cos 2 x
( D − 2) 2
D − 4D + 4
1 4
= 4e 2 x .1 - cos 2 x
{( D + 2) − 2} 2
− 4 − 4D + 4
1 1
= 4e 2 x 2
.1 + cos 2 x
D D
= 4e2x . ½ x2 + ½ sin 2x = 2x2e2x + ½ sin 2x.
Dengan demikian penyelesaian lengkap adalah y = u + v, yakni,
y = (A + Bx)e2x.+ 2x2e2x + ½ sin 2x

Contoh 5.6.3 :
Selesaikan persamaan
d2y dy
2
+2 + y = x cos x
dx dx

Misalkan u adalah fungsi komplemnter, maka


d 2u du
2
+2 +u=0 (i)
dx dx
Jika u = Aekx adalah penyelesaian dari (i), persamaan bantunya adalah
k2 + 2k + 1 = 0,
yang memberikan k = -1 (kembar)
sehingga
u = (A + Bx)eix
Misalkan v adalah penyelesaian khusus, maka
1
v= x cos x (ii)
D + 2D + 1
2

Untuk menvcari nilai v, lihatlah Contoh 5.5.9.


v = ½x sin x – sin x + ½ cos x.
Dengan demikian penyelesaian lengkapnya adalah y = u + v, yakni,
y = (A + Bx)eix + ½x sin x – sin x + ½ cos x.

Contoh 5.5.4 :
Selesaikan persamaan
d2y dy
2
+ a2 = sin ax.
dx dx
Hati-hati, soal ini termasuk kasus khusus dari
1
sin( ax + b)
f (D 2 )
Misalkan u adalah fungsi komplementer dan v penyelesaian khusus, maka
d 2u
+ a2u = 0 (i)
dx 2
1
v= sin( ax) (ii)
D + a2
2

Persamaan bantu dari (i) adalah


k2 + a2 = 0
yang memberikan k =  ia.
Dengan demikian
u = Aeiax + Be-iax
= A(cos ax + i sin ax) + B(cos ax – i sin ax)
= (A + B) cos ax + i(A – B) sin ax
= C cos ax) + iD sin ax.
Dengan C = (A + B) dan D = (A – B).
Jika dalam persamaan (ii) D2 diberikan nilai (-a2), maka hasilnya
takhingga, yang etntu saja tidak dibenarkan, karena itu metode lain harus ditempuh
untuk soal ini.
1
v = lim sin( a + h) x
h→0 D + a2
2

1
= lim {sin( ax) cos(hx) + cos(ax) sin( hx)}
h → 0 − ( a + h) 2 + a 2

1
= lim {sin( ax) cos(hx) + cos(ax) sin( hx)}
h → 0 − h( 2a + h)

1 cos(hx) sin( hx)


= lim − lim {sin( ax) + x cos(ax) }
h→0 ( 2a + h) h → 0 h hx

1
=- [ A1 sin ax + x cos ax]
2a
di mana A1 adalah kontanta takhingga.
Bagian dari v yang memuat A1 dapat digabung dengan bagian sin ax dari u.
Dengan demikian penyelesaian lengkapnya adalah y = u + v, yaitu,
y = C cos ax) + iD sin ax – x/(2a) cos ax,
di mana C dan D adalah kontanta sebarang.
5.7. PD Linier Euler-Cauchy
Persamaan Diferensial Euler-Cauchy merupakan PD order n dengan fungsi-
fungsi khusus dari x.
Bentuk umum PD Euler-Cauchy adalah:
n −1
dy n −1 d y dy
an xn
+ a1 x n −1
+ ... + an −1 x + an y = f ( x) .
dx dx dx
Selanjutnya hanya akan kita bahas PD Euler-Cauchy order dua, yang dita tuliskan
dalam bentuk:
d2y dy
x2 2
+ ax + by = f(x) (5.7)
dx dx
Metode penyelesaiannya adalah dengan substitusi x = et. Dengan substitusi ini
diperoleh
dy dy d2y d 2 y dy
x = , dan x2 = - ,
dx dt dx 2 dt 2 dt
dan seperti telah ditunjukkan di muka, persamaan (5.7) menjadi
d 2 y dy dy
2
- +a + by = f(et),
dt dt dt
d2y dy
yakni, 2
+ (a – 1) + by = f(et),
dt dt
yang tidak lain adalah jenis yang telah kita kenal.

Contoh 5.7.1 :
d2y dy
Selesaikanlah persamaan x2 2
-x + by = x3.
dx dx
Misalkan x = et, maka
dy dy d2y d 2 y dy
x = , dan x2 = - ,
dx dt dx 2 dt 2 dt
Persamaan yang diketahui menjadi,
d 2 y dy dy
( 2
- )- + y = e3t.
dt dt dt
yakni,
d2y dy
2
-2 + y = e3t. (i)
dt dt
Misalkan u adalah fungsi komplementer dan v adalah penyelesaian khusus
dari (i), maka
d 2u du
2
-2 + u = 0, (ii)
dx dx
Dan
1
v= e 3t (iii)
D − 2D + 1
2

Jika u = ekt adalah penyelesaian dari (ii), maka persamaan bantunya adalah
k2 – 2k + 1 = 0,
yang memberikan nilai k = 1 (kembar)
sehingga
u = (A + Bt)et.
Dari (iii),
1
v= e 3t = 14 e 3t .
3 − 2.3 + 1
2

Dengan demikian penyelesaian lengkap adalah y = u + v, yaitu


y = (A + Bt)et + ¼e3t,
atau
y = (A + B log x)x + ¼ x3.

Contoh 5.7.2 :
Selesaikan persamaan
d2y dy
x2 2
+ 5x + 3y = (1 + 1/x)2 log x.
dx dx
Misalkan x = et, maka
dy dy
x = ,
dx dt
dan
d2y d 2 y dy
x2 = - ,
dx 2 dt 2 dt
Persamaan yang diketahui menjadi
d2y dy
2
+4 + 3y = t(1 + e-t)2 (i)
dt dt
Misalkan u adalah fungsi komplementer dari (i), maka.
d 2u du
2
+4 + 3u = 0, (ii)
dx dx
Jika u = Aekt adalah penuelesaian dari (ii), maka persamaan bantunya
adalah
k2 + 4k + 3 = 0,
yang memberikan k = -1 atau –3,
sehingga
u = Aeit + Be-3t.
Misalkan v adalah penyelesaian khusus dari (i), maka
1 1
v= t (1 + e −2t ) 2 = 2 (t + 2te −t + te −2t )
D + 4D + 3
2
D + 4D + 3
yakni,
v=
1 1 1
t + 2e −t t + e − 2t t
D + 4D + 3
2
( D − 1) + 4( D − 1) + 3
2
( D − 2) + 4( D − 2) + 3
2

−1
  4D + D 2  1 1
= 1 + 
1
 t + 2e −t 2 t + e − 2t 2 t
D + 2D D −1
3
  3 
−1
 4D + D 2  1  D
= 1 −
1
+ ...t + 2e −t − 2t 2 −1
1 +  t − e (1 − D ) t
 
3
 3  2 D 2

1 D D2 
= 13 (t − 43 ) + e −t 1 − + − ...t − e − 2t (1 + D 2 + ...)t
D 2 4 
= 13 (t − 43 ) + e −t ( 12 t 2 − 12 t + 14 ) − te −2t .

Dengan demikian penyelesaian lengkap adalah y = u + v, yaitu


y = Aeit + Be-3t + 13 (t − 43 ) + e −t ( 12 t 2 − 12 t + 14 ) − te −2t .

atau jika dikembalikan ke variabel x,


1
y = Ax-1 + Bx-3 + 13 (log x − 43 0 + 1
4x
{2(log x) 2 − 2 log x + 1} − log x .
x2

Soal Latihan 5.7.


Selesaikan PD berikut:
d2y dy
1. x 2
2
+ 3x + 4 y = x
dx dx
d2y dy
2. x 2
2
+ x =1
dx dx
d2y dy
3. x 2 − 2 = x 4
dx dx
d2y dy
4. x 2
2
− 3x + 4 y = 1 − ln 2 x
dx dx
d2y dy
5. x 2
2
− x + y = 2 ln x.
dx dx

Anda mungkin juga menyukai