Suplemen Doping Bab 5
Suplemen Doping Bab 5
2
Ind
p
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2014
KATA PENGANTAR
Upaya peningkatan gizi salah satunya adalah melalui pembinaan gizi dan
kesehatan olahraga. Gizi olahraga mempunyai peranan penting dalam
meningkatkan kualitas hidup dan prestasi seorang atlet. Gizi olahraga
mempunyai dampak positif bila dilakukan secara baik, benar, terukur dan
teratur. Pemenuhan kebutuhan gizi bagi seorang atlet bertujuan untuk menjaga
kondisi tubuh, memperoleh penampilan yang prima dan mencapai stamina
optimal sehingga siap dan mampu mencapai prestasi yang diharapkan.
Oleh karena itu, untuk mencapai kondisi atlet di atas perlu adanya suatu
panduan yang dapat digunakan bagi petugas gizi dan petugas lainnya yang
berkaitan dengan olahraga. Pedoman gizi olahraga ini juga merupakan
acuan bagi pengurus, pelatih bahkan atlet olahraga sekaligus menjadi bahan
Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) bagi yang memerlukannya.
Kami menyadari buku pedoman ini masih jauh dari harapan, oleh karena
itu kami menerima masukan, kritik dan saran yang membangun guna
penyempurnaan buku ini. Mudah-mudahan buku pedoman ini bermanfaat.
i
SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN KIA
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
ii
SAMBUTAN
KETUA UMUM KONI PUSAT
Disamping itu agar setiap atlet dapat mencapai prestasi yang tinggi, kepada
mereka juga harus diberikan gizi yang tepat dan memadai pada setiap menu
makanan yang disajikan. Dengan menu makanan yang disajikan dengan gizi
yang tepat dan memadai, diharapkan akan menghasilkan jumlah kalori yang
diperlukan sesuai dengan tuntutan dalam mempertahankan dan menigkatkan
stamina yang dipersyaratkan.
Oleh karena itu dengan telah disusunnya buku Pedoman Gizi Olahraga Prestasi
oleh tim Bina Gizi Kementerian Kesehatan RI, saya menyambut dengan baik
disertai ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi. Harapan saya
semoga Buku Pedoman ini benar-benar menjadi acuan bagi para pihak yang
memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan daur pembinaan prestasi atlet
olahraga, sesuai tanggung jawabnya.
Sekian dan semoga Tuhan yang kuasa senantiasa meridhoi setiap langkah
kita, untuk olahraga dan demi harkat martabat dan kejayaan bangsa.
TONO SURATMAN
Mayjen TNI (Purn)
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................ i
SAMBUTAN DIRJEN BINA GIZI DAN KIA................................... ii
SAMBUTAN KETUA KONI PUSAT................................................. iii
DAFTAR ISI.......................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................. vi
DAFTAR TABEL.................................................................................. vii
DAFTAR ISTILAH.............................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................. 1
B. Tujuan............................................................................... 2
C. Sasaran.............................................................................. 2
D. Alur pikir.......................................................................... 2
iv
BAB VII PENUTUP............................................................................. 54
LAMPIRAN........................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 79
Tim Penyusun........................................................................................ 81
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR ISTILAH
1. Atlet : sebagai olahragawan adalah pengolahraga yang mengikuti pelatihan
secara teratur dan kejuaraan dengan penuh dedikasi untuk mencapai prestasi
(berdasarkan UU No. 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional).
2. Amenorea (amenorrhoea) adalah wanita dalam keadaan tidak menstruasi
selama 3-6 bulan berturut turut atau menstruasi < 4 kali dalam setahun.
3. Anhidrosis adalah ketidakmampuan untuk berkeringat secara normal
4. Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dapat meningkatkan
pengeluaran tenaga atau energi
5. Edukasi/pendidikan gizi adalah kegiatan penyuluhan atau konseling gizi
melalui proses pengalaman maupun proses pendidikan non formal untuk
merubah perilaku seseorang atau masyarakat ke arah perubahan yang
mendorong tercapainya kaidah-kaidah atau norma hidup sehat dan tujuan
pemenuhan gizi dan kesehatan lainnya.
6. Konseling gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi
2 (dua) arah antara tenaga gizi dan klien/pasien untuk menanamkan dan
meningkatkan pengertian, sikap dan perilaku sehingga membantu klien/
pasien mengenali dan mengatasi masalah gizi dan kesehatan yang dihadapi.
7. Latihan fisik adalah semua bentuk aktivitas fisik yang dilakukan secara
terstruktur, terencana dan berkesinambungan dengan tujuan untuk
meningkatkan kebugaran jasmani
8. Osteoporosis adalah penyakit tulang yang memiliki sifat khas berupa
massa tulang yang rendah, disertai mikroarsitektur tulang dan penurunan
kualitas tulang yang pada akhirnya menjadi kerapuhan tulang
9. Oligomenorea (oligomennorrhoea) adalah wanita dalam keadaan dimana
siklus menstruasi memanjang lebih dari 35 hari sedangkan jumlah perdarahan
tetap sama (menstruasi yang tidak teratur). (Kamus kebidanan)
10. Olahraga adalah Salahsatu bentuk aktivitas fisik yang dilakukan secara
terstruktur, terencana dan berkesinambungan dengan mengikuti aturan-
aturan tertentu dan bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani
dan prestasi.
11. Olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan
olahragawan secara terencana, berjenjang dan berkelanjutan melalui
kompetisi/pertandingan untuk mencapai prestasi dengan dukungan dan
ilmu pengetahuan dan tehnologi keolahragaan. Olahraga prestasi dilakukan
viii
setiap orang yang memiliki bakat kemampuan, dan potensi untuk mencapai
prestasi (berdasarkan UU sistem keolahragaan No. 3 tahun 2005).
12. Pelayanan Gizi Olahraga Prestasi adalah pemenuhan gizi atlet olahraga
prestasi melalui penyelenggaraan makanan, edukasi/pendidikan dan
konseling gizi sesuai kebutuhan dan kondisi atlet berbagai cabang olahraga.
13. Pelayanan Gizi adalah suatu upaya memperbaiki, meningkatkan gizi,
makanan, dietetik masyarakat, kelompok, individu atau klien yang
merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan,
pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi,
makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal
dalam kondisi sehat atau sakit.
14. Sport Drink (minuman berenergi) : minuman ringan yang mengandung
zat-zat gizi seperti vitamin dan mineral dan kafein untuk menstimulasi
sistem metabolik dan sistem syaraf pusat (Boyle, Castillo, 2006)
15. Tenaga Gizi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan di bidang gizi
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
16. Tachypnea : pernafasan abnormal cepat dan dangkal (nafas cepat), biasanya
terjadi lebih dari 60 hembusan permenit.
17. Tachycardia : denyut jantung yang lebih cepat daripada denyut jantung
Normal (detak jantung cepat).
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Tujuan pedoman ini adalah :
1. Meningkatkan pengetahuan tenaga gizi dan tenaga kesehatan lainnya
dalam menangani gizi atlet olahraga prestasi
2. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku atlet dan pelatih
tentang gizi olahraga prestasi.
3. Meningkatkan manajemen pelayanan gizi olahraga untuk Pembina,
pengurus dalam perencanaan dan penganggaran gizi olahraga prestasi.
C. Sasaran
Pengguna pedoman Gizi Olahraga Prestasi adalah :
1. Tenaga gizi dan kesehatan lainnya.
2. Pengambil kebijakan dan pihak-pihak yang terkait seperti pengurus
dan pembina gizi olahraga prestasi.
3. Pelatih
4. Atlet
D. Alur Pikir
Meningkatnya prestasi olahraga Indonesia tergantung pada pembinaan
dan penanganan atlet olahraga prestasi. Pendekatan-pendekatan yang
dilakukan berdasarkan pada :
a. Faktor Non Teknis
1) Kebijakan yang diterapkan kepada atlet
2) Pengelolaan yang akan dilakukan untuk meningkatkan prestasi atlet
3) Sumber daya manusia yang tersedia untuk mendukung
implementasi kebijakan dan cara pengelolaan atlet
4) Pembiayaan yang tersedia untuk mendukung penerapan
kebijakan, cara pengolaan dan sumber daya manusia
5) Organisasi penanggungjawab yang akan melakukan atau menjadi
penanggung jawab dalam pelaksanaan kebijakan
6) Program yang dibuat dengan terencana dan terjadwal dengan
baik, sesuai dengan butir 1 s.d 5.
b. Faktor Teknis
1) Kondisi kesehatan umum dan khusus atlet sesuai dengan penampilan
atau karakteristik yang dibutuhkan oleh setiap cabang olahraga.
PEDOMANGIZI
PEDOMAN GIZIOLAHRAGA
OLAHRAGAPRESTASI
PRESTASI
3
Dilihat dari aspek gizi olahraga prestasi, meningkatnya prestasi olahraga
tergantung bagaimana atlet pada cabang olahraga prestasi mendapatkan
layanan :
a. Penyelenggaraan makanan ditentukan :
1) Kompetensi petugas yang menangani penyelenggaraan makanan.
2) Fasilitas pendukung yang tersedia untuk penyelenggaraan makanan.
3) Penyedia jasa boga yang terlibat dalam penyelenggaraan makanan.
4) Pendanaan dan pembiayaan yang memadai untuk penyelenggaraan
makanan yang sesuai dengan perencanaan dan implementasinya.
b. Asupan gizi, ditentukan :
1) Pengetahuan dan pemahaman atlet dan pelatih terhadap makanan
yang akan dikonsumsi oleh atlet
2) Kuantitas dan kualitas makanan yang akan dikonsumsi oleh atlet
3) Kondisi fisik dan mental atlet yang terkait dengan kondisi kesehatan,
kebutuhan gizi, program pelatihan dan kompetisi yang dihadapi, serta
jenis dan bentuk makanan yang akan dikonsumsi oleh atlet.
Gambar 2.
Alur pikir II, Dukungan dalam pemenuhan gizi olahraga prestasi
PEDOMANGIZI
PEDOMAN GIZIOLAHRAGA
OLAHRAGAPRESTASI
PRESTASI
5
BAB II
A. Metabolisme Energi
Prinsip dari semua proses metabolisme energi di dalam tubuh adalah untuk
mensintesis dan meresintesis molekul Adenosine Triphosphate (ATP).
ATP adalah molekul yang berfungsi sebagai sumber energi untuk reaksi
seluler. Dalam tubuh ATP terurai menjadi Adenosine Diphosphate (ADP)
dan gugusan posfat yang terpisah yang selanjutnya akan melepaskan
energi untuk digunakan sebagai sumber tenaga sel-sel tubuh.
Kreatin (Cr) merupakan jenis asam amino yang tersimpan dalam otot
sebagai sumber energi. Di dalam otot, bentuk kreatin yang sudah
terfosforilasi yaitu phosphocreatine (PCr) akan mempunyai peranan
penting dalam proses metabolisme energi secara anaerobik di dalam
otot untuk menghasilkan ATP. Sistem hidrolisis PCr menyediakan
energi siap pakai yang diperlukan pada permulaan kegiatan gerak
olahraga untuk 6-8 detik pertama. Zat gizi yang berperan adalah
karbohidrat, lemak dan protein yang dimetabolisme menjadi creatine
phosphate (CP) dan ADP untuk selanjutnya menghasilkan ATP. Pada
proses pemulihan setelah selesai melakukan latihan maka kreatin
fosfat akan dibentuk kembali sehingga ketersediaan karbohidrat,
lemak dan protein harus cukup. Olahraga yang memakai sistem ini
adalah olahraga dengan waktu cepat dan intensitas tinggi seperti lari
cepat 100 m , renang 25 m dan angkat besi.
PEDOMANGIZI
PEDOMAN GIZIOLAHRAGA
OLAHRAGAPRESTASI
PRESTASI
7
menjadi asam laktat. Sistem ini dikenal dengan sistem anaerob
pembentuk laktat ( Lactic glycolytic system).
Sistem anaerob dengan pembentuk laktat (Lactic glycolytic system)
digunakan saat olahraga yang membutuhkan energi secara cepat dan
dalam jumlah besar. Olahraga yang membutuhkan sistem metabolisme
ini adalah olahraga explosive power dan pada hampir semua olahraga
permainan seperti sepak bola, Hockey dan sejenisnya. Sistem
metabolisme ini menjamin penyediaan energi pada kebutuhan yang
mendadak seperti gerakan berlari cepat memasukan bola ke gawang.
PEDOMANGIZI
PEDOMAN GIZIOLAHRAGA
OLAHRAGAPRESTASI
PRESTASI
9
Tabel. 1 : Komposisi Penggunaan Sistem Energi Sesuai Jenis Olahraga
Glikolisis &
PCr & Metabolisme
Jenis Olahraga Metabolisme
Glikolisis Aerob
Aerob
Bola Basket 60 20 20
Anggar 90 10 0
Olahraga Lapangan 90 10 0
Golf 95 5 0
Gymnastik 80 15 5
Hoki 50 20 30
Dayung 20 30 50
Lari Jarak Jauh 10 20 70
Ski 33 33 33
Sepak Bola 50 20 30
Renang Jarak Jauh 10 20 70
Renang Gaya Bebas (50 meter)* 40 55 5
Tenis Lapangan 70 20 10
Bola Voli 80 5 15
Sumber: Foss ML and Keteyian S : The Physiological Basis of Exerrcise and Sport, 6th Edition, 1996
*Stager JM and Tanner DA : Swimming, 2nd Edition, 2005
PEDOMANGIZI
PEDOMAN GIZIOLAHRAGA
OLAHRAGAPRESTASI
PRESTASI
11
2. Olahraga Aerobik (Olahraga Endurance)
Olahraga Aerobik adalah olahraga yang mengutamakan daya tahan dan
dilakukan secara terus menerus, dalam waktu yang lama. Sumber energi
olahraga ini diperoleh melalui proses aerobik. Cabang olahraga yang
termasuk ke dalam kelompok ini adalah renang jarak menengah dan
jauh, dayung, lari jarak jauh, balap sepeda jarak menengah dan jauh.
Pada olahraga endurance, aktivitas yang dominan adalah aktivitas
aerobik. Metabolisme energi akan berjalan melalui pembakaran
simpanan karbohidrat, lemak dan sebagian kecil (± 5%) dari pemecahan
simpanan protein. Jika sumber energi berasal dari pemecahan protein
maka akan terbentuk ureum yang akan dimetabolisme oleh hati dan
dikeluarkan melalui ginjal.
Proses metabolisme energi secara aerobik diistilahkan juga dengan
proses metabolisme yang bersih karena tidak menghasilkan asam
laktat. Proses metabolisme ini hanya menghasilkan energi dan
produk samping berupa karbondioksida yang akan dikeluarkan lewat
pernafasan dan air yang dikeluarkan melalui keringat.
3. Olahraga Aerobik-Anaerobik (Olahraga kombinasi Power,
Endurance,Sprint, dan Olahraga permainan)
Olahraga aerobik-anaerobik adalah olahraga yang membutuhkan
energi dari proses aerobik dan anaerobik dengan proporsi hampir
seimbang yang didalamnya terdapat aktivitas anaerobik dan aerobik
yang berjalan secara simultan. Aktivitas anaerobik yang dimaksud
adalah seperti gerakan melompat, melempar, mengoper, menendang
bola dan memukul bola. Cabang olahraga yang termasuk dalam
kelompok ini adalah olahraga sepakbola, futsal, sepak takraw, bola
basket, bola voli, tenis lapangan, voli pantai dan bulu tangkis.
Pada aktivitas olahraga yang dilakukan dengan intensitas tinggi dan
membutuhkan power secara cepat seperti saat berlari untuk mengejar
bola, saat memukul bola dengan keras maka metabolisme energi tubuh
akan berjalan secara anaerobik melalui sumber energi yang diperoleh
dari simpanan PCr dan glikogen. Sedangkan saat melakukan aktivitas
dengan intensitas rendah seperti saat berjalan secara aerobik maka
sumber energi diperoleh dari simpanan karbohidrat, lemak dan protein.
2. Metabolisme Lemak
Lemak di dalam tubuh dimetabolisme menjadi energi melalui proses
pemecahan simpanan lemak yang terdapat dalam tubuh dalam bentuk
trigliserida. Trigliserida dalam tubuh disimpan dalam jaringan adipose serta
didalam sel-sel otot. Melalui proses lipolisis, trigliserida yang tersimpan ini
PEDOMANGIZI
PEDOMAN GIZIOLAHRAGA
OLAHRAGAPRESTASI
PRESTASI
13
akan dikonversi menjadi asam lemak dan gliserol. Pada proses ini setiap
1 molekul trigliserida akan menghasilkan 3 molekul asam lemak dan 1
molekul gliserol.
Lemak dalam tubuh yang berperan sebagai sumber energi terutama
pada olahraga dengan intensitas sedang dalam waktu lama, misalnya
olahraga endurance. Pada olahraga endurance, lemak dapat dipergunakan,
pertama-tama harus dipecah dahulu menjadi asam lemak dan gliserol.
Asam lemak bebas diangkut ke jaringan lain khususnya ke otot dan
dipergunakan sebagai sumber energi. Pembentukan energi dari asam
lemak membutuhkan oksigen lebih banyak dibanding karbohidrat, oleh
karena itu tidak dapat diharapkan pada olahraga berat dalam waktu
singkat.
Walaupun atlet olahraga endurance pembentukan energi sebagian besar
lemak, namun demikian atlet tidak diperbolehkan mengkonsumsi
lemak berlebihan. Diet tinggi lemak dapat mengakibatkan peningkatan
trigliserida, kolesterol total dan LDL yang berisiko untuk penyakit
degeneratif.
3. Metabolisme Protein
Protein akan digunakan sebagai sumber energi ketika cadangan lemak
dan karbohidrat tidak dapat memenuhi kebutuhan energi. Protein akan
dimetabolisme menjadi asam amino dan asam amino akan membentuk
acetil co-A. Molekul acetil co-A yang terbentuk akan masuk ke dalam
siklus asam sitrat dan diproses menghasilkan energi seperti halnya
metabolisme energi dari glukosa dan glikogen.
Pemecahan protein akan menyebabkan peningkatan metabolisme basal
sehingga atlet membutuhkan energi lebih tinggi.Pemecahan protein
juga menghasilkan amoniak yang akan dimetabolisme oleh hati menjadi
ureum dan akan dikeluarkan ginjal. Apabila konsumsi protein berlebih
akan memperberat kerja ginjal.
Makanan seorang atlet harus mengandung semua zat gizi makro dan mikro.
Secara umum menu makanan harus mengandung :
1. Karbohidrat 40-70
2. Lemak 20-45
3 Protein 12-20
Sumber :
1. Medicine and Science ini Sport dan exercise vol 41-issue3, pp709,31, Nutrition and athletic
performance ,March 2009
2. Bernadot, advanced sports nutrition, 2007
3. Lippincot Williams and Wilkins ,Publikasi Iowa State University, Training Diet,
4. Hamm M, Brouns F. Essentials of Sports of Nutrition West Sussex. John Wiley and Sons Ltd., 2002.
PEDOMANGIZI
PEDOMAN GIZIOLAHRAGA
OLAHRAGAPRESTASI
PRESTASI
15
Tabel 2. Pengelompokkan Olahraga berdasarkan sistem kerja syaraf
dan otot untuk penentuan kebutuhan energi dan zat gizi
Olahraga
Zat Gizi
Power Endurance Sprint Permainan
Karbohidrat 45%-50% 60%-65% 50%-60% 50%-60%
Lemak 30%-35% 25%-30% 25%-30% 30%-35%
Protein 17%-20% 12%-15% 16%-18% 12%-15%
Cabang angkat besi, maraton, lari lari 100, sepak bola,
Olahraga tolak peluru, jarak menengah, 200 meter, bola voli, bola
tinju lari jarak jauh, renang 25 basket, sepak
renang diatas meter, sepeda takraw, bulu
400 meter, velodrome tangkis, tenis
sepeda road race meja, tenis
lapangan
Sumber :
1. Medicine and Science ini Sport dan exercise vol 41-issue3, pp709,31, Nutrition and athletic
performance, March 2009
2. Bernadot, , advanced sports nutrition, 2007
3. Lippincot Williams and Wilkins ,Publikasi Iowa State University, Training Diet,
4. Hamm M, Brouns F. Essentials of Sports of Nutrition West Sussex. John Wiley and Sons Ltd., 2002.
A. Energi
Kebutuhan energi ditentukan oleh tiga komponen yaitu energi Basal
Metabolic Rate (BMR), Specific Dynamic Action(SDA), Aktivitas fisik ,
Energy Expenditure untuk setiap jenis dan lama latihan.
Wanita
3–9 (22.5 x Berat Badan) + 499
10 – 17 (12.2 x Berat Badan) + 746
18 – 29 (14.7 x Berat Badan) + 496
30 – 60 (8.7 x Berat Badan) + 829
>60 (10.5 x Berat Badan) + 496
Keterangan : *Berat Badan dalam kilogram (Kg)
(Sumber: Melvin H. Williams ; Nutrition for Health, Fitness, & Sport (Eight Edition); McGraw
Hill; p. 93; 2007)
PEDOMANGIZI
PEDOMAN GIZIOLAHRAGA
OLAHRAGAPRESTASI
PRESTASI
17
3. Aktivitas Fisik
Setiap aktivitas fisik memerlukan energi untuk bergerak. Pengeluaran
energi untuk aktivitas fisik harian ditentukan oleh jenis, intensitas dan lama
aktivitas fisik. Estimasi energi yang dikeluarkan oleh berbagai aktivitas fisik
sangat sulit dilakukan secara teliti. Perhitungan kasar biasa menggunakan
formulasi sebagai berikut:
Tabel 4. Kategori Tingkatan Aktivitas Fisik
Tingkatan aktivitas Koefisien aktivitas fisik
Kategori
fisik Pria /Wanita
Tidak aktif (Sedentary) ≥ 1.0 - < 1.4 1.00/1.00
Aktif Ringan (Low Active) ≥ 1.4 - < 1.6 1.11/1.12
Aktif (Active) ≥ 1.6 - < 1.9 1.24/1.27
Sangat aktif (Very Active) ≥ 1.9 - < 2.5 1.48/1.45
Sumber: Melvin H. Williams ; Nutrition for Health, Fitness, & Sport (Eight Edition); McGraw
Hill; p. 100; 2007
Untuk cabang olahraga yang tidak termasuk di dalam tabel di atas, seperti
catur, bridge dan lainnya yang sejenis dapat menggunakan perhitungan
kebutuhan energi dan zat gizi berdasarkan Pedoman Gizi Seimbang (PGS).
Setelah diperoleh hasil perhitungan dari BMR, SDA dan aktivitas
fisik serta keluaran energi berdasarkan jenis olahraga dilakukan
perhitungan seperti contoh berikut:
PEDOMANGIZI
PEDOMAN GIZIOLAHRAGA
OLAHRAGAPRESTASI
PRESTASI
19
Contoh Kasus
Seorang atlet bulu tangkis, usia 19 tahun, laki-laki dengan berat badan
60 kg, berlatih 5 kali seminggu dan setiap latihan lebih kurang 4 jam
(240 menit). Aktivitas sehari-hari sebagai mahasiswa:
Langkah ke-1 : Hitung :
Langkah ke-3 :
Hitung keluaran energi untuk setiap jenis olahraga
Atlet diketahui berlatih 5 hari seminggu dan setiap latihan olahraga lebih
kurang 4 jam (240 menit) = 5 hari x 240 menit x 6 kkal (berdasarkan
data di tabel Energi berdasarkan latihan olahraga) = 7200 kkal.
Selanjutnya jumlah ini dibagi dengan 7 hari = 1028 kkal.
Selanjutnya perhitungan langkah ke-3 dijumlahkan dengan langkah
ke-2 = 1028 kkal + 2459,38 kkal = 3487,38 kkal
Latihan 4 sampai 5 kali per minggu selama 30 menit pada <55% VO2peak
b
(Sumber : Melvin H. Williams ; Nutrition for Health, Fitness, & Sport ; McGraw Hill; 2007)
3. Lemak
Lemak adalah sumber energi utama pada aktivitas fisik dengan durasi
lama dan intensitas rendah, seperti maraton. Dikenal beberapa jenis
PEDOMANGIZI
PEDOMAN GIZIOLAHRAGA
OLAHRAGAPRESTASI
PRESTASI
23
lemak yaitu lemak sederhana misalnya trigliserida; lemak kompleks yaitu
kombinasi lemak sederhana dengan molekul lain seperti fosfor disebut
sebagai fosfolipid. HDL (high densitylipoprotein) dan LDL (low density
lipoprotein) adalah jenis lemak yang berkombinasi dengan protein yang
disebut sebagai lipoprotein.Bila mengandung sedikit lemak dan banyak
protein disebut HDL dan bila mengandung banyak lemak dan kurang
protein disebut LDL. Olahraga aerobik yang teratur dapat meningkatkan
kadar HDL. Kolesterol dibutuhkan oleh tubuh untuk membangun
membran sel, sintesis vitamin D, hormon adrenal, estrogen dan hormon
lain, serta diperlukan untuk pembentukan garam empedu.
Lemak dalam makanan berasal dari tumbuhan dan hewan. Lemak
tumbuhan (lemak nabati) biasanya berbentuk cair, contoh minyak kelapa,
minyak sawit, minyak jagung. Lemak hewani sering dijumpai dalam bentuk
padat, contoh mentega dan keju.Lemak adalah bahan makanan yang paling
lama dicerna di lambung sehingga akan memperlambat rasa lapar.
Kebutuhan lemak berkisar antara 20 - 45% dari kebutuhan kalori total.
Bila mengonsumsi lemak kurang 20% kurang dari kebutuhan kalori total
tidak akan memberi keuntungan pada kinerja fisik. Demikian pula bila
mengonsumsi lemak lebih 45% dari kebutuhan kalori total maka akan
berbahaya bagi kesehatan atlet.
Meskipun tidak secara langsung berperan dalam peningkatan prestasi,
lemak dalam jumlah tertentu masih sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk
fungsi organ dan pembentukan hormon. Kebutuhan lemak pada atlet
dianjurkan 20-45% dari total kalori yang dibutuhkan. Kebutuhan lemak
ini harus dicukupi untuk membentuk jaringan lemak. Jaringan lemak
harus cukup terutama pada atlet wanita. Menstruasi dapat terjadi bila kadar
lemak tubuh minimal 8%. Bila kadar lemak tubuh kurang dari 8%, maka
menstruasi tidak terjadi karena rendahnya hormon estrogen. Rendahnya
kadar hormon estrogen juga dapat menyebabkan osteoporosis.
Tabel 7. Fungsi vitamin larut air yang dapat mempengaruhi kinerja atlet
Kofaktor Absor
dan Metab Metabo Fungsi Sintesis bsi Fe Fungsi Fungsi
Vitamin Kebutuhan aktivator olisme lisme Sintesis saraf, hemo dan imuno anti
Larut Atlet
metaboli Karbo
Protein
Lemak kontrak
globin
pemb.
logi Oksidan
Air sme hidrat si otot epine
energi phrine
Tiamin 1,5-3
(B1) mg/hr
Riboflavin 1,1 mg/
(B2) 1000 kal
Niasin 14-20
(B3) mg/hr
Piridoksin 1,5-2
(B6) mg/hr
Cobalamin 2,4-2,5
(B12) mcg/hr
Ascorbat 200
acid (C) mg/hr
Tabel 8. Fungsi vitamin larut Lemak yang dapat mempengaruhi kinerja
atlet
Fungsi
Vitamin Fungsi Fungsi Proses Membatu Metabo osteokalsin
larut Kebutuhan imuno anti glukoneo kapasitas lisme (bahan
Absorbsi
atlet Logi oksidan genesis oksidatif tulang penguat
Ca dan P
lemak
tulang)
700-900
K
mcg/hr
D 5-15
5-15
mcg/hr
mcg/hr
500-600
A*
mcg/hr
E* 15 mg/hr
d
Keterangan : *) Tidak ada peningkatan kebutuhan
Sumber : 1). Medicine dan Sciene ini Sport dan exercise,Nutrition and athletic performance, March
2009
2). Williams MH, Nutrition for Fitness and Sport, 4th edition, Brown and Benchmark, 1995
PEDOMANGIZI
PEDOMAN GIZIOLAHRAGA
OLAHRAGAPRESTASI
PRESTASI
25
b. Mineral
Mineral adalah zat inorganik yang dibutuhkan untuk memelihara
berbagai fungsi dalam tubuh. Seperti vitamin, mineral juga dapat
dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu makromineral dan trace elements.
Contoh makromineral adalah natrium, kalium, kalsium, fosfor, dan
magnesium. Sedangkan trace elements adalah besi, seng, tembaga,
kromium, dan selenium. Kebutuhan mineral dalam sehari tidak
lebih dari 100mg/hari, dan kebutuhan trace elements tidak lebih dari
20 mg/hari.
c. Cairan
Menjaga keseimbangan cairan di dalam tubuh melalui konsumsi
yang tepat merupakan faktor yang harus dipelihara bagi seorang atlet
baik saat menjalankan program latihannya maupun saat bertanding.
PEDOMANGIZI
PEDOMAN GIZIOLAHRAGA
OLAHRAGAPRESTASI
PRESTASI
27
Dehidrasi atau kehilangan cairan berlebihan menyebabkan volume
darah turun yang akan menurunkan suplai darah ke organ-organ.
Kram otot, pusing, letih disebabkan oleh dehidrasi dan dapat
meningkatkan risiko cedera. Atlet perlu tetap tercukupi kebutuhan
cairannya, untuk penampilan optimal sehingga atlet perlu minum
sebelum merasa haus.
Kekurangan konsumsi cairan dapat mengakibatkan dehidrasi yang
dapat menurunkan performa olahraga. Berkurangnya 1 sampai 2%
berat tubuh akibat dari keluarnya cairan tubuh melalui keringat
dapat menurunkan performa olahraga sebesar 10%, berkurangnya
5% berat badan dapat menurunkan performa 30%.
Khusus untuk olahraga dengan intensitas tinggi dan olahraga yang
bersifat ketahanan (endurance) seperti maraton atau balap sepeda
(road cycling), berkurang 2,5% berat badan akibat dari keluarnya
cairan tubuh melalui keringat dapat menurunkan performa olahraga
hingga 45%. Pada peningkatan suhu atau latihan berlebihan pada
saat panas yang ekstrim dapat terjadi heat stroke.(Lihat lampiran 4)
Rehidrasi sulit dilakukan pada saat dehidrasi derajat sedang atau
tinggi (defisit cairan sebesar 2 - 5% atau lebih) dan interval antara
sesi latihan kurang dari 6-8 jam. Rehidrasi optimal mensyaratkan
adanya rencana terjadwal dalam memberikan asupan cairan. Cairan
harus dikonsumsi secara berkelanjutan dan segera setelah berlatih
seperti tertera di atas.
Secara umum rekomendasi pemberian cairan pada atlet adalah :
1) Pemberian cairan pada atlet lebih didasarkan intensitas dan
durasi latihan.
2) Kegiatan berolahraga harus dimulai dalam keadaan dalam
keadaan hidrasi yang baik/normal
3) Hidrasi tubuh yang baik sebelum pertandingan dapat memelihara
keseimbangan cairan tubuh
4) Cairan yang hilang harus selalu diberikan setiap waktu setiap
sesi pertandingan.
5) Pemberian cairan dilakukan secara bertahap, selama dan setelah
latihan/pertandingan mengonsumsi cairan 150-250 cc dengan
interval waktu tertentu.
6) Sebaiknya membiasakan atlet untuk memenuhi kebutuhan
cairannya ketika masa pelatihan, sehingga ketika musim
pertandingan laju pengosongan lambung tetap terpelihara
PEDOMANGIZI
PEDOMAN GIZIOLAHRAGA
OLAHRAGAPRESTASI
PRESTASI
29
BAB IV
PENGATURAN GIZI
Prestasi maksimal yang diraih seorang atlet pada setiap kejuaraan ditentukan
oleh faktor kesehatan, kebugaran, serta makanan yang dikonsumsi atlet
selama menjalani program latihan, mulai dari tahap persiapan, tahap
kompetisi/pertandingan, sampai tahap transisi/pemulihan.
Kandungan energi dan zat gizi di dalam makanan sangat dibutuhkan bagi
atlet selama melakukan aktivitas latihan maupun pertandingan. Kekurangan
energi dan zat gizi akan mengganggu performa/kinerja seorang atlet walaupun
atlet tersebut sangat berbakat, memiliki teknik berolahraga/bertanding yang
sempurna, maupun mempunyai program latihan yang baik serta pelatih yang
handal. Oleh karena itu pemenuhan energi dan zat gizi melalui suatu pengaturan
gizi bagi atlet, akan sangat mendukung pencapaian prestasi atlet pada setiap
kejuaraan olahraga.
Pengaturan gizi bagi atlet sangat penting, sehingga perlu dirancang, disusun
dan diberikan kepada atlet sesuai dengan tahapan aktivitas olahraganya, baik
selama menjalani satu periode latihan tertentu maupun pada saat sebelum,
selama dan sesudah bertanding.
Pengaturan Gizi Selama Periodisasi Latihan
Periodisasi latihan adalah perencanaan program latihan bagi seseorang/
kelompok atlet berupa volume dan intensitas latihan, untuk mencegah terjadinya
cedera serta meningkatkan performa yang optimal dalam periode waktu tertentu,
misalnya dalam suatu Pemusatan Latihan Nasional (Pelatnas) selama 1 (satu)
siklus atau 1 (satu) tahun. Periodisasi latihan juga bisa terbagi menjadi 2 (dua)
siklus (per-6 bulan) atau 4 (empat) siklus (per-3 bulan) dalam 1 (satu) tahun.
Pengaturan gizi selama periodisasi latihan harus disesuaikan dengan jenis
olahraga, volume dan intensitas latihan, status kesehatan, status kebugaran,
kondisi fisik, komposisi tubuh dan berat badan atlet.
Periodisasi latihan terdiri dari 3 tahap, yaitu:
1. Tahap Persiapan : terdiri dari 2 fase yaitu :
a. Fase Persiapan Umum
b. Fase Persiapan Khusus
2. Tahap Kompetisi/Pertandingan : terdiri dari 2 fase yaitu :
a. Fase Pra Kompetisi/Pertandingan
b. Fase Kompetisi/Pertandingan Utama
3. Tahap Transisi / Pemulihan
PEDOMANGIZI
PEDOMAN GIZIOLAHRAGA
OLAHRAGAPRESTASI
PRESTASI
31
setiap kelompok cabang olahraga. Cadangan karbohidrat sebagai
sumber energi jumlahnya sangat terbatas, sehingga kadang-kadang
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan energi pada saat latihan dan
aktivitas harian. Makanan yang dikonsumsi dalam tahap persiapan harus
mengandung karbohidrat yang cukup sebagai sumber energi untuk
latihan dan mempertahankan cadangan glikogen selama pemulihan.
Kebutuhan karbohidrat tergantung pada total energy expenditure, jenis
olahraga, jenis kelamin dan keadaan lingkungan.
Selama tahap persiapan umum dan khusus asupan karbohidrat berkisar
3-7 gr/kgBB/hari. Rentang asupan karbohidrat ini disesuaikan dengan
besar kecilnya volume dan intensitas latihan. Penentuan kebutuhan
karbohidrat 3-7 gr/kgBB/hari sangat tergantung intensitas latihan dan
jenis cabang olahraga (power, kombinasi power dan atau endurance
dan atau sprint, endurance). Pada awal program dengan volume dan
intensitas latihan belum terlalu tinggi pada umumnya atlet diberi asupan
karbohidrat mulai dari 5 gr/kgBB/hari dan semakin ditingkatkan sesuai
dengan peningkatan volume dan intensitas latihannya.
2). Protein
Kebutuhan protein berkisar 1,2-2,5 gr/kgBB/hari. Pada atlet dengan
status gizi lebih akan diberikan asupan energi lebih rendah untuk
mencapai status gizi Normal dan untuk meningkatkan rasa kenyang
dan memanfaatkan efek thermal dari makanan maka asupan protein
dianjurkan sebesar 2,0-2,2 gr/kgBB/hari. Penambahan lebih banyak
protein dalam makanan atlet juga akan menstabilkan kadar glukosa
dalam darah, sehingga dapat mengendalikan rasa lapar yang seringkali
di alami atlet. Sedangkan atlet yang ingin mempertahankan berat badan
direkomendasikan asupan protein berkisar 1,2-1,7 gr/kgBB/hari.
Asupan protein tidak boleh berlebihan atau kekurangan. Asupan
berlebihan dalam waktu lama dapat mengganggu fungsi ginjal dan
menyebabkan gagal ginjal. Sebaliknya, asupan protein kurang dapat
menyebabkan gangguan pembentukan enzim dan antibodi, sehingga
daya tahan atlet menurun dan mudah sakit. Beberapa kelompok atlet
berisiko terhadap kekurangan protein, misalnya atlet wanita yang
ingin menurunkan berat badan, atlet vegetarian dan atlet daerah yang
mempunyai budaya kebiasaan makan yang rendah protein. Dalam
hal asupan protein, waktu pemberian protein juga menentukan hasil
disamping jumlahnya. Pemberian segera sebelum dan setelah latihan
beban lebih dapat meningkatkan massa otot, dan menjaga keseimbangan
protein hingga 24 jam.
PEDOMANGIZI
PEDOMAN GIZIOLAHRAGA
OLAHRAGAPRESTASI
PRESTASI
33
a. Fase pra kompetisi/pra pertandingan.
Pada fase pra kompetisi/ pertandingan, berupa latih tanding (try out)
yaitu latihan dengan suasana mendekati keadaan pertandingan yang
sebenarnya, volume latihan sudah mulai diturunkan, sementara intensitas
latihan masih dipertahankan (lebih tinggi daripada fase persiapan).
Kebutuhan cairan dan elektrolit harus tetap diperhitungkan sesuai
dengan peningkatan intensitas latihan. Sebelum bertanding (30-60 menit)
mengkonsumsi cairan sebanyak 150 – 250 ml dengan suhu sekitar 10 ºC
(air dingin) lebih baik daripada air hangat, oleh karena air dingin lebih
cepat diserap oleh usus, sehingga waktu pengosongan lambung lebih
cepat. Pemberian air dalam jumlah yang sama dianjurkan pada atlet saat
beristirahat diantara pertandingan. Selama bertanding atlet dianjurkan
minum secara teratur setiap 10-15 menit sebanyak 150-250 ml.
Dengan tingginya intensitas latihan namun volume latihan (frekuensi
latihan) sudah mulai diturunkan maka penetuan kebutuhan zat gizi
makro (karbohidrat, protein dan lemak) lebih besar daripada saat tahap
persiapan. Contoh jika pada tahap persiapan atlet diberikan makanan
dengan kandungan karbohidrat 7 gr/kgBB/hari maka saat pra kompetisi/
pertandingan asupan karbohidrat lebih besar daripada 7 gr/kgBB/hari.
Glikogen Supercompesation (Memuat karbohidrat atau
Carbohydrate Loading) adalah praktek glikogen superkompensasi
yang bias memproduksi level supranormal dari glikogen otot yang
dapat meningkatkan performa atlet. Carbohydrate Loading dikenal
sebagai suatu metode meningkatkan cadangan glikogen otot beberapa
hari sebelum pertandingan. Metode ini biasanya dilakukan bagi atlet
yang berolahraga dalam waktu lama (endurance) dan intensitas tinggi
untuk ketahanan, seperti marathon, triathlon, cross country, balap
sepeda jarak jauh(long cycling road race), mountain climbing atau
lomba-lomba pada olahraga lainnya. Setiap pertandingan yang lamanya
lebih dari 90 menit dan akan menyebabkan kelelahan menunjukkan
sinyal kebutuhan akan glikogen superkompensasi.
Metode ini di mulai sejak 7 (tujuh) hari sebelum bertanding, atlet diberi
latihan berat dan asupan rendah karbohidrat selama 3 (tiga) hari (hari
ke - 6, 5, 4 sebelum bertanding), selanjutnya diikuti dengan asupan
karbohidrat tinggi (70 % dari total energi) selama 3 (tiga) hari (hari
ke - 3, 2, 1 sebelum bertanding). Metode “Carbohydrat Loading”
mengakibatkan terjadi superkompensasi penyimpanan glikogen di
dalam otot. Cadangan glikogen otot yang besar membantu atlet mampu
PEDOMANGIZI
PEDOMAN GIZIOLAHRAGA
OLAHRAGAPRESTASI
PRESTASI
37
3. Tahap Transisi/Pemulihan
Pada tahap transisi/pemulihan, atlet kembali pada kondisi pemulihan
setelah menjalani fase kompetisi yang berat dan melelahkan. Atlet
memerlukan asupan zat gizi yang cukup dan seimbang untuk memulihkan
kondisi fisiknya, dan juga keadaan cedera yang mungkin dialami selama
fase kompetisi.
Pengaturan gizi dalam tahap transisi/pemulihan:
Selama tahap transisi/pemulihan, atlet tetap melakukan latihan dengan
frekuensi latihan lebih sedikit dan bentuk latihan yang tidak terstruktur,
sehingga kebutuhan energi cenderung menurun. Kebutuhan gizi atlet
pada fase ini adalah
Karbohidrat berkisar 3-4 gr/kgBB/hari
Protein berkisar 1,5-2,3 gr/kgBB/hari
Lemak berkisar 1.0-2.0 gr/kgBB.
Pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit selama masa pemulihan
diperlukan untuk rehidrasi dan mengganti natrium yang hilang selama
latihan dan pertandingan.
Penggunaan suplemen meluas diantara atlet, tapi hanya sedikit dari produk-
produk ini didukung oleh dasar penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan
dan beberapa bahkan berbahaya untuk atlet. Atlet harus melihat secara
hati-hati pada risiko-risiko dan dampak-dampak tiap suplemen sebelum
mencobanya. Bila terbukti ada defisiensi pada vitamin atau mineral yang
sangat diperlukan tubuh, dan penambahan melalui asupan makanan tidak
memungkinkan, maka suplemen akan sangat membantu.
Sebagian atlet beranggapan bahwa pemakaian suplemen makanan bermanfaat
untuk:
1) Mempercepat proses adaptasi terhadap beban latihan.
2) Meningkatkan penyediaan energi (supply energy).
3) Latihan menjadi lebih konsisten dan intensif dengan mendorong
pemulihan lebih cepat diantara sesi latihan.
4) Mempertahankan kesehatan yang baik dan mengurangi masa istirahat
latihan karena kelelahan yang berkepanjangan, penyakit atau cedera.
5) Meningkatkan prestasi dalam pertandingan.
Suplemen makanan atau disebut juga dietary supplement adalah suatu bahan
yang ditambahkan kepada makanan berbentuk vitamin, mineral, asam amino,
herbal, ekstrak atau kombinasi diantara bahan tersebut yang biasanya dikemas
dalam suatu produk makanan. Suplemen dianggap dapat memperpanjang daya
tahan, mempercepat pemulihan, menurunkan massa lemak, meningkatkan
masa otot atau mencapai karakteristik lain yang tujuannya meningkatkan
penampilan atlet. Contoh suplemen makanan adalah minuman olahraga
yang mengandung karbohidrat tinggi, suplemen makanan dalam bentuk cair,
multivitamin dan mineral.
Suplemen makanan yang bersifat ergogenik adalah makanan yang
dapat meningkatkan kapasitas fisik untuk memberikan keunggulan yang
kompetitif atlet.
Suplemen makanan yang bersifat ergogenik yaitu :
1. Berisi zat-zat gizi atau komponen makanan lain dalam jumlah lebih besar
dibandingkan dengan tingkat kebutuhan gizi perhari
2. Ditujukan untuk memberikan pengaruh langsung ergogenik pada prestasi
olahraga, seringkali melalui efek farmakologis dibandingkan fisiologis.
3. Seringkali dikaitkan pada dukungan secara teoritis dan anggapan daripada
dukungan penelitian/percobaan ilmiah yang terdokumentasi.
PEDOMANGIZI
PEDOMAN GIZIOLAHRAGA
OLAHRAGAPRESTASI
PRESTASI
39
4. Biasanya tidak didukung oleh para pakar gizi, olahraga dan tim kesehatan
lainnya kecuali telah dilakukan percobaan ilmiah yang terdokumentasi
memberikan efek ergogenik yang signifikan.
Contoh suplemen makanan ergogenik : Vitamin, asam amino, bubuk protein,
kafein, karnitin , gamma-oryzanol (ester ferulate yang ditemukan dari minyak
beras merah), dan ginseng, bee follen ( serbuk sari bunga yang bercampur
dengan madu), inosine, karbohidrat (maltosa, sukrosa, glukosa polimer,
fruktosa), creatine monohydrate, Medium Chain Triglyseride (MCT), Omega
3, bikarbonat, gliserol, ginseng, kafein dan lain-lain.
Pemakaian suplemen makanan ergogenik sebaiknya dikonsultasikan dengan
tim kesehatan. Hal ini merupakan bagian dari edukasi gizi terhadap atlet tentang
dampak dan bahaya dari penggunaan makanan ergogenik. Contoh : mega dose
asam amino, bubuk protetin dan karnitin dapat menyebabkan efek samping
mual hingga kerusakan ginjal menurut “The British Dietetic Association
“(BDA). Sedangkan minuman atlet (sports drinks) yang mengandung natrium
dan kalium yang berlebihan akan mengganggu kontraksi otot yaitu akan terjadi
kejang otot (“cramp”) otot. Selain itu konsumsi natrium yang berlebihan
mempunyai risiko tinggi terjadinya hipertensi pada atlet.
Prestasi yang dicapai seorang atlet sangat ditentukan oleh latihan, fasilitas
olahraga, konsumsi makanan gizi seimbang sehari-hari, kemampuan,
sikap, mental, cukup istirahat dan lingkungan. Oleh karena itu penggunaan
suplemen makanan ataupun ergogenik harus dikonsultasikan kepada tenaga
kesehatan yang kompeten.
Seorang atlet memerlukan suplemen makanan apabila :
1) Pola makan tidak teratur sehingga makanan yang dikonsumsi tidak
menjamin dapat memenuhi kebutuhan gizi atlet.
2) Banyak mengkonsumsi makanan mengandung kolesterol tinggi.
3) Tidak suka mengkonsumsi sayuran dan buah.
4) Berusia di atas 50 tahun.
5) Mengalami gangguan jantung atau pembulu vena.
6) Baru sembuh dari sakit.
7) Atlet wanita, terutama sedang menstruasi
8) Ada gangguan fungsi hati.
9) Ada gangguan pencernaan.
10) Beban latihan terlalu berat.
Suplemen
No. Manfaat Hasil Penelitian Efek Samping
Makanan
1. Caffeine meningkatkan Mendukung mild /ringan
metabolisme lemak,
sehingga hemat ( kegelisahan,
glukosa&menyimpan kegugupan,detak jantung
glikogen; merangsang yang cepat dan gangguan
sistem saraf pusat gastro intestinal dan
insomnia.)
2. Carbohydrates sumber penting energi Mendukung ringan pada dosis tinggi
untuk otot
PEDOMANGIZI
PEDOMAN GIZIOLAHRAGA
OLAHRAGAPRESTASI
PRESTASI
41
Suplemen
No. Manfaat Hasil Penelitian Efek Samping
Makanan
9. Vitamin C bertindak sebagai tidak ada manfaat ringan pada dosis tinggi
antioksidan, kecuali pada atlet yang
meningkatkan produksi defisiensi
energi dan reaksi aerobic
10. Vitamin E bertindak sebagai Belum ada penlitian ringan
antioksidan, yang mendukung
meningkatkan kapasitas
aerobik
11. Zinc meningkatkan massa beberapa studi; Ringan
otot dan kapasitas kebanyakan negatif
aerobic
12. Gliserol/gliserin Mempunyai kapasitas Masih kontroversi Rasa kaku dan berat
untuk menarik air dalam dirasakan sebelum
jumlah besar sehingga pertandingan/latihan
mudah dimetabolisme
menjadi energi
13. Bikarbonat Memberi manfaat pada Masih kontroversi Rasa tidak nyaman
latihan arobik untuk
meningkatkan kekuatan
dan kecepatan, namun
manfaat ini tidak terlihat
pada atlet yang terhidrasi
baik
14. Asam lemak Meningkatakan Belum ada Jika berlebiha akan terjadi
omega 3 pelepasan somatrotopin bleeding (pendarahan)
sehingga mempunyai saat cedera
sifat anabolic untuk
mempercepat pemulihan
otot
Sumber : Maughan J.R.Sport Nutrition, 2002; Bernadot, advanced sport nutrition, 2007
PEDOMANGIZI
PEDOMAN GIZIOLAHRAGA
OLAHRAGAPRESTASI
PRESTASI
43
B. Atlet dengan Amenorea
Amenorea adalah suatu keadaan dimana tidak menstruasi selama 3-6
bulan berturut turut atau menstruasi < 4 kali dalam setahun. Pada atlet
yang amenorea juga terjadi penurunan kadar estrogen akibatnya juga
pada wanita yang usia muda akan mengalami penurunan massa tulang
(osteolisis) yang berarti wanita itu akan mempunyai risiko lebih besar
untuk dikemudian hari menderita osteoporosis dan patah tulang.
Faktor risiko amenorea (Kelainan Siklus Haid)
1) Latihan berat sekali atau peningkatan tiba-tiba beban latihan. Masih
perlu penelitian tentang pengaruh jenis olahraga, intensitas latihan,
lamanya latihan, frekuensi latihan atau perubahan tiba-tiba faktor-faktor
tersebut.
2) Atlet yang lemak tubuhnya dibawah normal atau kehilangan lemak
tubuh secara drastis, mengakibatkan laju metaboliknya juga turun dan
produksi estrogennya juga akan menurun.
3) Hilangnya lemak tubuh dari bagian penting tubuh (misalnya paha dan
pinggul).
4) Gangguan perilaku makan seperti anorexia dan bulimia.
5) Pembatasan makanan yang terlalu ketat misalnya diet vegetarian
dengan susunan yang tidak seimbang, diet energi rendah.
6) Menstruasi yang terlambat.
7) Menstruasi tidak teratur sebelum latihan.
8) Latihan berat sebelum menstruasi.
9) Keadaan medis dan penyebab lain.
Pada atlet amenorea perlu diperhatikan pemberian energi yang cukup
sehingga tidak mengakibatkan hilangnya lemak di dalam tubuh akibat
latihan yang berat.
PEDOMANGIZI
PEDOMAN GIZIOLAHRAGA
OLAHRAGAPRESTASI
PRESTASI
45
dengan pola makan yang baik (sesuai jenis, jumlah dan jadwal). Sedangkan
gastroenteritis sering terjadi pada atlet yang mengonsumsi makanan
yang tercemar yang tidak terjamin kebersihan dan keamanan pangannya.
Penanganan gangguan dan saluran cerna disesuaikan dengan gejala yang
muncul. Jika terjadi mual dan muntah maka atlet harus diberikan makanan
dengan porsi kecil dan sering, pemberian makanan dan minuman tidak secara
bersamaan, menghindari makanan yang diolah dengan air yang banyak
serta menghindari pemakaian bumbu yang tajam. Contoh : Jika makan
pagi diberikan roti bakar maka setengah jam kemudian baru diberikan jus
jeruk ( menghindari agar ketika mual jika kebanyakan air di perut maka
akan dimuntahkan). Atlet dengan diare maka pemberian makanannya harus
memperhatikan jumlah cairan untuk mencegah dehidrasi dan rendah serat
serta menghindari makanan yang merangsang.
Penyakit saluran pencernaan yang sering dialami atlet pada lambung
dan usus adalah gastritis dan gastroenteritis. Gastritis (upper abdominal
syndrome) secara umum dikenal sebagai penyakit “maag” merupakan
gangguan saluran pencernaan atas yang cukup sering dikeluhkan atlet.
Selain disebabkan oleh faktor organik seperti adanya luka/peradangan
pada saluran cerna bagian atas (lambung), gangguan ini juga dihubungkan
dengan faktor psikologis. Gangguan ini ditandai dengan rasa sakit dan atau
rasa penuh di epigastrium (ulu hati), kanan atau kiri dibawah lengkung iga.
Gastroenteritis adalah kondisi medis yang ditandai dengan peradangan
pada lambung dan usus kecil, sehingga kombinasi keluhannya adalah
diare, muntah dan sakit serta kejang perut. Umumnya disebabkan oleh
adalah virus (Norovirus) dan bakteri (Campylobacter). Penularannya
bisa terjadi karena konsumsi makanan yang dimasak secara tidak benar/
kurang masak atau air yang terkontaminasi atau persinggungan langsung
dengan orang yang terinfeksi.
Gangguan dan penyakit saluran pencernaan di atas yang sering dialami
oleh atlet terutama pada saat bertanding di luar daerah atau diluar negeri.
Akibatnya atlet dapat mengalami ketidaknyamanan, gangguan secara psikis
dan fisik, dehidrasi sehingga kemungkinan atlet tidak dapat bertanding.
Oleh sebab itu atlet perlu dibekali tentang informasi pencegahan dan
pemilihan makanannya.Tim kesehatan juga harus memperhatikan dan
memonitor keadaan yang mungkin mengganggu kesehatan atlet.
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah memilih makanan dan minuman
dari tempat yang terjamin kebersihan dan keamanannya, menghindari
minuman yang tidak dimasak, minuman bersoda dan alkohol.
PEDOMANGIZI
PEDOMAN GIZIOLAHRAGA
OLAHRAGAPRESTASI
PRESTASI
47
Keluhahan atau tanda-tanda Diabetes Mellitus:
1) Keluhan klasik DM berupa: poliuria (sering kencing), polidipsia
(sering haus), polifagia (cepat lapar) dan penurunan berat badan (BB)
yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
2) Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur,
dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita.
Diagnosis Diabetes Mellitus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
kadar glukosa dari pembuluh darah vena. Sedangkan untuk melihat dan
mengontrol hasil terapi dapat dilakukan dengan memeriksa kadar glukosa
darah kapiler dengan glukometer. Seseorang didiagnosis menderita DM
jika mengalami satu atau lebih kriteria dibawah ini :
1) Mengalami keluhan klasik DM dan kadar glukosa plasma sewaktu ≥
200 mg /dL
2) Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma puasa ≥ 126
mg/dL
3) Kadar gula plasma 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO).
4) Pemeriksaan HbA1C ≥ 6.5%
Tabel 11.
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring
dan diagnosis Diabetes Mellitus (mg/dl)
Jenis Pemeriksaan Pemeriksaan Bukan DM Belum Pasti DM DM
Kadar glukosa darah Plasma vena < 100 100 - 199 ≥ 200
sewaktu( mg / dl) Daerah kapiler < 90 90 - 199 ≥ 200
Kadar glukosa darah Plasma Vena < 100 100 - 125 ≥ 126
puasa ( mg / dl) Darah Kapiler < 90 90 - 99 ≥ 100
Sumber : Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia- PERKENI
tahun 2011
Keterangan :
• Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada
suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir pasien
• Puasa artinya pasien tidak mendapat asupan makanan (energi)
tambahan minimal 8 jam
• TTGO adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan memberikan
larutan glukosa khusus untuk diminum. Sebelum meminum larutan
tersebut akan dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah, lalu akan
diperiksa kembali 1 jam dan 2 jam setelah meminum larutan tersebut
Bagi atlet dengan Diabetes Mellitus dibutuhkan edukasi yang
komprehensif dan upaya peningkatan motivasi dalam menuju perubahan
PEDOMANGIZI
PEDOMAN GIZIOLAHRAGA
OLAHRAGAPRESTASI
PRESTASI
49
• Bawalah selalu makanan kecil atau permen yang dapat langsung
atlet konsumsi saat hipoglikemia terjadi (untuk menambah kadar
gula darah).
• Jika atlet berolah raga lebih dari satu jam, periksalah kadar gula darah
secara berinterval. Kemungkinan perlu memakan makanan kecil di
tengah kegiatan olahraga.
• Periksa kadar gula darah setelah berolahraga.
2. Hiperglikemia
Kasus hiperglikemia biasanya pada atlet yang mengonsumsi makanan
berlebih serta pemberian insulin tidak adequat, contohnya pada atlet
yang senang mengonsumsi minuman yang beralkohol dan manis.
Pelatihan tidak dianjurkan pada atlet dengan hiperglikemia karena atlet
akan mengalami disorientasi dan berisiko tinggi terjadinya dehidrasi.
Monitoring kadar glukosa darah pada kondisi ini sangat penting dan
harus lebih sering. Penanganan ini lebih memerlukan penanganan medis
contohnya pemberian insulin dengan pengawasan tim kesehatan.
Bagi atlet dengan diabetes mellitus hendaknya memperhatikan :
1) Pada saat akan olahraga atlet dilarang menginjeksi insulin karena
pada saat latihan insulin cepat dimobilisasi, memungkinkan
terjadinya hipoglikemia.
2) Dosis insulin pada saat latihan tetap sama seperti biasa, tetapi
sebaiknya harus makan lebih banyak. Jika pada saat latihan kerap
terjadi hipoglikemia sebaiknya bicarakan dengan dokter olahraga
bagaimana mengatur insulin.
3) Pada pertandingan dengan aktivitas tinggi dan cepat, lakukan
konsumsi makan sebelumnya.
4) Dalam menentukan kebutuhan energi dan insulin terbaik agar dapat
mengontrol glukosa darah selama latihan sebaiknya konsultasikan
dengan dokter dan ahli gizi sebelum memulai latihan.
5) Lakukan latihan setelah makan pada saat gula darah anda naik,
hindari mulai latihan pada saat gula darah anda rendah.
6) Selalu bawa permen dalam masa latihan untuk mengantisipasi
secara cepat bila terjadi hipoglikemia.
7) Rencanakan makan dengan baik, selama latihan jangka panjang
ganti persediaan glukosa secara teratur. Makanan atlet sesuai
kebutuhan atlet dengan mengacu pada prinsip 3 J yaitu makanlah
sesuai jadwal, jumlah dan jenis makanan terutama mereka yang
menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin. Anjuran
asupan karbohidrat untuk latihan lihat tabel 12.
Tabel.12
Anjuran Asupan Karbohidrat Sebelum Latihan
Intensitas dan lama Kadar glukosa Asupan Karbohidrat
No.
latihan darah (mg/dl) (gram)
1 Singkat, intensitas 108 - 180 Tidak dibutuhkan
tinggi < 30 menit
( sprint)
2 Ringan, selama 30-60 < 108
menit (jalan 30 menit,
aerobik) ≥ 108 Tidak dibutuhkan
PEDOMANGIZI
PEDOMAN GIZIOLAHRAGA
OLAHRAGAPRESTASI
PRESTASI
51
Intensitas dan lama Kadar glukosa Asupan Karbohidrat
No.
latihan darah (mg/dl) (gram)
4 Sedang, > 60 menit 180 - 252 10-15 gram/jam
(sepak bola, + penurunan
bersepeda) dosis insulin
234 - 252 Tidak dianjurkan
dan ada ketosis berlatih, asupan
ditangani secara khusus
oleh tim kesehatan
PEDOMANGIZI
PEDOMAN GIZIOLAHRAGA
OLAHRAGAPRESTASI
PRESTASI
53
BAB VII
PENUTUP
Pemenuhan kebutuhan gizi bagi atlet merupakan upaya yang paling dasar
dalam mempertahankan dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran atlet
untuk mencapai stamina terbaik dan tampil prima sehingga diharapkan prestasi
atlet di berbagai cabang olahraga meningkat.
Pedoman Gizi Olahraga Prestasi merupakan panduan pengelolaan gizi
olahraga, petugas gizi dan tenaga kesehatan lainnya, pengurus, pelatih,
pengambil kebijakan dan pihak yang terkait dapat mengetahui, memahami,
dan menerapkan pengelolaan gizi atlet sesuai kewenangannya. Atlet tahu
dan mau melakukan pemilihan dan menentukan kebutuhan makanannya
yang sesuai dengan pemenuhan gizi optimal dan patuh menerapkan konsumsi
makanannya baik dalam kehidupan sehari-hari maupun pada waktu jadual
persiapan, pertandingan dan transisi/pemulihan.
Memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat dengan
pelayanan gizi berupa pemenuhan gizi dan makanan atlet dengan istilah “eat to
win”. Koordinasi dan dukungan pemerintah Pusat seperti Kementerian Pemuda
dan Olahraga (Kemenpora), Kementerian Kesehatan (Kemkes), Kementerian
Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Kemenkokesra), Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan lain-lain, pemerintah daerah, KONI,
organisasi dan federasi di bidang olahraga, pihak swasta dan LSM serta
masyarakat pecinta olahraga berperan penting dalam mewujudkan atlet dengan
prestasi terbaik dan menang. Pada akhirnya mudah-mudahan buku pedoman
gizi olahraga prestasi dapat bermanfaat dan menjadi panduan dalam upaya
perbaikan dan pembinaan gizi dan kesehatan atlet.
PEDOMANGIZI
PEDOMAN GIZIOLAHRAGA
OLAHRAGAPRESTASI
PRESTASI
55
56 PEDOMAN GIZI OLAHRAGA PRESTASI
Lampiran 1.
PEDOMANGIZI
PEDOMAN GIZIOLAHRAGA
OLAHRAGAPRESTASI
PRESTASI
57
Lampiran. 2
Sumber : Lippincot Williams and Wilkins ,Publikasi Iowa State University, Training Diet
PEDOMANGIZI
PEDOMAN GIZIOLAHRAGA
OLAHRAGAPRESTASI
PRESTASI
59
Jumlah dengan 50
Deskripsi Catatan
gr glukosa
Jam sandwich 2 helai roti + 4 sdt Sebagai sumber energi.
selai Hindari menambahkan
makanan yang mengandung
lemak seperti mentega dan
kacang
Chocolate bar 1.5 bars Mengandung kadar lemak
tinggi, karena itu akan
lambat diabsorbsi. Dapat
mengurangi rasa lapar. Masih
dibutuhkan cairan sebagai
pengganti cairan yang hilang.
Cereal bar 1.5 - 2 bars Makanan dengan kandungan
lemak yang bervariasi dari
rendah hingga tinggi
Sports bars 1 - 1.5 bars Bentuk karbohidrat padat
dengan kadar lemak
bervariasi. Kadang-kadang
ditambahkan herbal, namun
fungsinya belum diketahui.
Sumber: Louise Burke & Vicki Deakin; Clinical Sports Nutrition (Third Edition); p.404-9; 2006
PEDOMANGIZI
PEDOMAN GIZIOLAHRAGA
OLAHRAGAPRESTASI
PRESTASI
61
3. Saat tiba di lokasi tujuan disarankan minum air dengan gula 7% (untuk
200 ml air : tambahkan 3 sendok teh madu atau 15 gram gula) ditambah
sejumput garam. Minumlah air dengan potasium tinggi jika aktivitas
cukup lama dapat menggunakan oralit atau cairan isotonik.
4. Minuman energi biasanya minuman suplemen yang mengandung
konsentrat gula sebesar 7% (artinya 7 gram gula untuk 100 ml air).
Tapi ini bervariasi tergantung mereknya. Lihatlah komposisinya untuk
mengetahui apakah gula yang ada sesuai dengan aktivitas dan latihan olah
raga, apakah perlu dicampur dengan air putih atau tidak (agar konsentrasi
gula tidak terlalu pekat.
Contoh makanan untuk mengatasi Heat Stroke
Bahan :
100 gr kacang hijau
50 gr jeruk (mengandung kalium tinggi)
Gula secukupnya
Cara membuat :
Rebus kacang hijau hingga matang, kemudian masukkan jeruk dan
diamkan sebentar hingga tekstur jeruk lunak, lalu tambahkan gula
secukupnya, aduk hingga rata, angkat. Siap untuk dihidangkan
Energi Basal = (15.3 x Berat Badan) + 679 = (15,3 x 82) + 679 = 1.933,6 kkal
SDA = 10% x 1.933,6 = 193,4
Total = 2.127 kkal
Langkah 2.
Latihan basket selama seminggu adalah 24 jam atau setara dengan 1.440
menit
Total = (1.440 x 11) : 7 = 2.262,9
Kebutuhan energi Didi per hari adalah 2.977.8 + 2.262.9 = 5.240.7 kkal
Kebutuhan Karbohidrat = 49% x 5.240.7 = 642 gram
Kebutuhan Protein = 15% x 5.240.7 = 197 gram
Kebutuhan Lemak = 36% x 5.240.7 = 210 gram
PEDOMANGIZI
PEDOMAN GIZIOLAHRAGA
OLAHRAGAPRESTASI
PRESTASI
63
Contoh Menu Makanan :
PEDOMANGIZI
PEDOMAN GIZIOLAHRAGA
OLAHRAGAPRESTASI
PRESTASI
65
WAKTU MENU PORSI ENERGI KARBOHIDRAT LEMAK PROTEIN
MAKANAN (p) (KAL) (g) (g) (g)
14.00 MAKANAN 400 50 12.5 12.5
LENGKAP
SETENGAH PORSI
MENGUTAMAKAN
SAYURAN TINGGI
KALIUM DAN
BERKUAH
16.00-20.00 MAKANAN 800 100 25 25
KETIKA ATLET LENGKAP
SUDAH MERASA KESUKAAN ATLET
LAPAR
PEDOMANGIZI
PEDOMAN GIZIOLAHRAGA
OLAHRAGAPRESTASI
PRESTASI
67
Waktu Hari III Hari IV
Pagi Nasi Nasi
Ayam Pop Sate bakso ikan
Lalap sayuran Sup wortel
Aneka buah segar / jus buah Aneka buah segar / jus buah
Susu Susu
Snack Kue ku Carabikang
Jus Melon Jus Jeruk
Siang Nasi Nasi
Tongkol Bumbu Merah Rolade daging
Perkedel Tahu Panggang Bakwan tahu
Cah wortel, Buncis Cah Kailan
Aneka Buah Segar / koktil buah Aneka buah segar / pudding
Kerupuk Udang buah
Kerupuk Ikan
Snack Puding Biskuit Kue Sus
Jus Apel Jus Sirsak
Malam Nasi Nasi
Puyunghai Telur Bubuk Ayam Kluyuk
Tempe tahu cabe hijau Rolade tahu saos tomat
Cah Buncis Wortel Cah jagung muda cabe ijo
Aneka Buah Segar / Puding Buah Aneka buah + Puding buah
Kerupuk Udang Kerupuk Ikan
Snack Dadar Gulung Muffin cokelat
Susu Susu
Sumber : Susunan Menu Gizi Olahraga, Rita Ramayulis, Poltekkes , jurusan gizi Jakarta
PEDOMANGIZI
PEDOMAN GIZIOLAHRAGA
OLAHRAGAPRESTASI
PRESTASI
69
Jenis Indeks Takaran Saji Beban
Nama
makanan Glikemik (gram) Glikemik
Apel 39 120 6
Jeruk 40 120 4
Peach kalengan 40 120 5
Peach 42 120 5
Pear kalengan 43 120 5
Anggur 59 120 11
Pisang 62 120 16
Kismis 64 60 28
Semangka 72 120 4
Kacang tanah 7 50 0
Kacang kedelai 15 150 1
KACANG Kacang mede asin 27 50 3
KACANGAN Kacang merah 29 150 7
Kacang hitam 30 150 7
Kacang panggang 40 150 6
Fettucini 32 180 15
PASTA Makaroni 47 180 23
Spaghetti direbus 20 menit 58 180 26
Keripik jagung asin 42 50 11
MAKANAN Keripik kentang 51 50 12
RINGAN Berondong jagung tawar 55 20 6
Pretzel 83 30 16
Wortel 35 80 2
Green peas 51 80 4
SAYURAN Talas 54 150 20
Ubi 70 150 22
Mashed potato instan 87 150 17
Chicken nuggets dipanaskan di 46 100 7
LAIN LAIN microwave
Madu 61 25 12
Kandungan
Makanan URT/Berat (gram) Energi (Kkal) dan
Karbohidrat (gram)
PEDOMANGIZI
PEDOMAN GIZIOLAHRAGA
OLAHRAGAPRESTASI
PRESTASI
71
Lampiran 9.
72
Tabel 1.
Angka Kecukupan Gizi Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Serat dan Air yang dianjurkan untuk orang
Indonesia (perorang perhari)
PEDOMAN
PEDOMANGIZI
GIZIOLAHRAGA
OLAHRAGAPRESTASI
PRESTASI
73
Tabel 2.
74
Angka Kecukupan Gizi Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Serat dan Air yang dianjurkan untuk orang
Indonesia (perorang perhari)
PEDOMAN
PEDOMANGIZI
GIZIOLAHRAGA
OLAHRAGAPRESTASI
PRESTASI
75
Lampiran 10.
Tingkatan Warna Urin Sebagai Indikator Tubuh Kekurangan Cairan.
Ada cara yang paling mudah yang dapat dijadikan sebagai indikator kalau kita
mengalami kekurangan cairan dalam tubuh yaitu dengan melihat warna urin
sewaktu kita kencing/ buang air. Periksalah hasil hidrasi anda berdasarkan
warna urin. Dibawah ini adalah tingkatan warna indikator urin sebagai tanda
kekurangan cairan dalam tubuh.
TINGKAT WARNA URINE
77
78
DAFTAR PUSTAKA
Pengarah :
1. Anung Sugihantono (Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak)
2. Tjandra Yoga Aditama (Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan)
3. Doddy Izwardy (Direktur Bina Gizi)
4. Muchtarudin Mansyur (Direktur Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga)
5. Ekowati Rahajeng (Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular)
Penyusun
1. Marina Damajanti (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
2. Iip Syaiful (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
3. Fatimah (Asdep Olahraga Layanan Khusus, Kemenpora)
4. Imran Agus Nurali (Direktorat Bina Kesja dan Olahraga, Kemenkes)
5. Eny Riangwati (Direktorat Bina Kesja dan Olahraga, Kemenkes)
6. Nora Sutarina (Program Studi Ilmu Kedokteran Olahraga FK-UI)
7. Indrarti Soekotjo (Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga)
8. Rita Ramayulis (Jurusan Gizi Poltekkes II, Jakarta )
9. Nawanto Agung (Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga)
10. Agung Susanto (Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular)
11. Veronica B. Tarigan (Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular)
12. Suharto (Direktorat Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Kemenkes)
13. Ari Wijayanti (ASDI)
14. Kresnawan (PERSAGI)
15. Eman Sumarna (PERSAGI)
16. Zainal Abidin (KONI-Pusat)
17. Eka Rowiyan (KONI-Pusat)
18. Iskandar Zulkarnain (FORMI-Pusat)
19. Tiurmina Tarigan (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
20. Andry Harmany (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
21. Yetty MP Silitonga (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
22. Julina (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
23. Muhammad Adil (Direktorat Bina Gizi), Kemenkes)
24. Tiska Yumeida (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
25. Retnaningsih (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
26. Hera Nurlita (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
27. Sri Nurhayati (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
28. Witrianti (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
PEDOMANGIZI
PEDOMAN GIZIOLAHRAGA
OLAHRAGAPRESTASI
PRESTASI
81
29. Dewi Astuti (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
30. Hadi Mulyono (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
31. Rusriyanto (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)