Anda di halaman 1dari 10

RESUME MODUL 1

disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pembelajaran IPA di SD
Dosen Pengampu : Fajar Arianto, M.Si.

Oleh :
Nama : Sella Dewi Anggreini
NIM : 857702526
Kelas : 2B PGSD BI 20.2

UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH (UPBJJ) SEMARANG


POKJAR SMPN 39 SEMARANG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS TERBUKA
2020
MODUL 1

TEORI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA SD

Kegiatan Belajar 1 

TEORI PIAGET DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN IPA SD 

A. Teori Piaget

Teori Piaget mempunyai nama lengkap Jean Piaget, lahir di Swiss tepatnya di Neuchatel
pada tahun 1896. Piaget mengemukakan suatu teori bahwa cara berfikir seseorang berkembang
secara bertahap. Ada empat tahapan perkembangan mental anak secara berurutan. Setiap
tahapan ditandai dengan tingkah laku tertentu serta jalan pikiran dan pemecahan masalah
tertentu pula. Secara ringkas dapat dilihat pada tablel berikut :

Tahap Perkiraan Usia Ciri-ciri Khusus

Sensori motor 0 – 2 tahun Kecerdasan motorik (gerak) dunia (benda)


yang ada adalah yang tampak tidak ada
bahasa pada tahap awal.

Pre-operasional 2 – 7 tahun Berpikir secara egosentris alasan-alasan


didominasi oleh persepsi lebih banyak
intuisi daripada pemikiran logis belum
cepat melakukan konservasi.

Konkret Operasional 7 – 11 atau 12 tahun Dapat melakukan konservasi logika


tentang kelas dan hubungan pengetahuan
tentang angka berpikir terkait dengan yang
nyata.

Formal Operasional 7 – 11 atau 12 tahun Pemikiran yang sudah lengkap pemikiran


yang proporsional kemampuan untuk
14 tahun atau 15 tahun mengatasi hipotesis perkembangan
idealisme yang kuat.

B. Penerapan Teori Peaget dalam Pembelajaran IPA di SD

Menurut Piaget, ada setidaknya 3 hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam  merancang
pembelajaran di kelas,  terutama dalam pembelajaran IPA. Ketiga hal tersebut adalah :

1. Seluruh anak melewati tahapan yang sama secara berurutan;


2. Anak mempunyai tanggapan yang berbeda terhadap suatu benda atau kejadian;
3. Apabila hanya  kegiatan fisik yang diberikan kepada anak,  tidaklah cukup untuk menjamin
perkembangan intelektual anak.

Selain itu ide-ide anak juga harus dipakai. Dengan memberikan kesempatan kepada anak
untuk menilai sumber ide-idenya akan memberikan kesempatan pada mereka untuk menilai
proses pemecahan masalah. Dengan demikian guru lebih membantu anak dalam proses
perkembangan intelektualnya. Dari pembahasan di atas, terlihat bahwa proses pembelajaran di
atas, terlihat bahwa proses pembelajaran dikelas menurut Piaget harus meletakkan anak sebagai
factor yang utama. Hal ini sering disebut sebagai pembelajaran yang berpusat pada anak.
Kegiatan Belajar 2 

MODEL BRUNER DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN IPA SD 

A. Model Belajar Bruner


Bruner merupakan salah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli belajar kognitif.
Beliau menganggap bahwa belajar dan persepsi merupakan suatu kegiatan pengolahan
informasi yang menemukan kebutuhan-kebutuhan untuk mengenal dan menjelaskan gejala
yang ada dilingkungan kita. Bruner beranggapan bahwa interaksi kita dengan lingkungan
sekeliling kita selalu menggunakan kategori-kategori. Bruner mengatakan bahwa
pengkategorian mempunyai beberapa keuntungan antara lain mengurangi kompleksitas dari
benda atau kejadian sekitar kita. Sehingga memungkinkan kita untuk mengenali objek dengan
benar. Kategori juga memberikan arahan dan tujuan terhadap aktivitas kita, dan memberikan
kesempatan kepada kita untuk menghubungkan objek dengan kelas dari kejadian alam.

Ada tiga tahap penampilan mental yang dikemukakan oleh Bruner, yaitu :
1. Tahap Penampilan Mental Enaktif
Tahap Penampilan Enaktif sejajar dengan Tahap Sensori Motor pada Piaget, dimana anak
pada dasarnya mengembangkan keterampilan motorik dan kesadaran dirinya dengan
lingkungannya.
2. Tahap Ikonik
Tahap Penampilan Ikonik sejajar dengan Tahap Pre-Operasional pada Piaget. Pada tahap
ini penampilan mental anak sangat dipengaruhi oleh persepsinya, dimana persepsi tersebut
bersifat egosentris dan tidak stabil. Mereka belum mengembangkan kontrol pada
persepsinya yang memungkinkan mereka melihat dirinya sendiri sengan suatu pola yang
tetap.
3. Tahap Simbolik
Tahap Penampilan Simbolik sejajar dengan Tahap Operasi Logis (Formal) pada Piaget. Inti
dari tahap penampilan simbolik ini adalah pengembangan keterampilan berbahasa dan
kemampuan untuk mengartikan dunia luar dengan kata-kata dan idenya. Anak yang
memulai untuk secara simbolik memproses informasi.
Tidak seperti Piaget, pembagian tahapan oleh Bruner bukanlah merupakan suatu hal yang
kaku melainkan bersifat fleksibel tidak dimaksudkan untuk menentukan kesiapan anak untuk
belajar. Bruner beranggapan bahwa semenjak kecil secara intuitif, manusia sudah dapat
menangkap konsep-konsep IPA.

Bruner menyusun suatu model belajar yang disebut dengan model belajar penemuan.
Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan mempunyai kelebihan – kelebihan,
antara lain: pengetahuan yang diperoleh akan bertahan lama atau dengan kata lain akan lama
untuk diingatnya dan akan lebih mudah untuk diingat dibanding dengan cara belajar yang
lainnya.

B. Penerapan Model Belajar Bruner dalam Pembelajaran IPA di SD

Dalam penerapannya dalam proses pembelajaran di kelas, bruner mengembangkan model


pembelajaran penemuan, yaitu model pembelajaran penemuan murni dan model pembelajaran
penemuan terarah. Model ini pada prinsipnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memperoleh informasi sendiridengan bantuan guru dan biasanya mengunakan barang yang
nyata. Peran guru dalam pembelajaran ini bukanlah sebagai seorang pemberi informasi
melainkan seorang penuntun untuk mendapatkan informasi.

Guru harus mempunyai cara yang baik untuk tidak secara lansung memberikan informasi
yang dibutuhkan oleh siswa. Model pembelajaran ini mempunyai banyak manfaat, antara lain :

1. Pembelajar (Siswa) akan mudah mengingat materi pembelajaran apabila informasi


tersebut didapatkan sendiri, bukan merupakan informasi perolehan.

2. Apabila pembelajar telah memperoleh informasi, maka dia akan mengingat lebih lama.
Kegiatan Belajar 3

TEORI BELAJAR GAGNE DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN IPA SD 

Menurut Gagne, belajar itu merupakan suatu proses yang memungkinkan seseorang untuk
mengubah tingkah lakunya cukup cepat, dan perubahan tersebut bersifat relative tetap,
sehingga perubahan yang serupa tidak perlu terjadi berulang kali setiap menghadapi situasi
yang baru. Beberapa ciri penting tentang belajar, yaitu :

1. Belajar merupakan suatu proses yang dapat dilakukan manusia.


2. Belajar menyangkut interaksi antara pelajar (orang yang belajar) dan lingkungannya.
3. Belajar telah berlangsung bila terjadi perubahan tingkah laku yang bertahan cukup lama
selama kehidupan orang itu.

A. Level Belajar menurut Robert M. Gagne

Level Belajar Contoh Keterampilan yang


dipersyaratkan

Level 1 Tanda – tanda Belajar (tanpa ada Respons yang diberikan bersifat emosional
bantuan tindakan terhadap emosi, dan tidak dapat didefinisikan.
ketakutan, kesenangan, dan lain-lain).

Level 2 Stimulus – Response (S – R) (bantuan Mengulang kata – kata yang diucapkan


belajar). oleh guru.

Level 3 Merangkai(chaining) Menggunakan pensil untuk menyalin kata


(menggabungkan bersama tingkah – kata, menulis angka – angka secara
laku S – R sederhana untuk berurutan.
membentuk tahap – tahap tindakan
individu).
Level 4 Verbal Chaining (menamai benda,  Mengenal nama variabel-variabel.
menggunakan sifat untuk menamai menuliskan angka sampai angka 100-an
benda) dan 500-an.

Level 5 Beragam Perbedaan Belajar Membedakan garis untuk kemiringan yang


(menempatkan objek dan kejadian berbeda. Mengenal yang tepat untuk
dengan satu atau lebih sifat – sifat sumbu X.
umum dalam satu set).
Menginterpretasikan dan menyusun grafik
sederhana.

Level 6 Konsep Belajar (mengidentifikasi Menghubungkan kemiringan dengan


objek dan kejadian yang kelihatannya perubahan variabel. Mengetahui bagian –
berbeda dari khasnya). bagian yang diukur.

Menginterpretasikan grafik sederhana.

Level 7 Prinsip belajar (mengkombinasikan Keterampilan untuk menginterpolasikan


konsep – konsep yang telah dimiliki). dan mengekstrapolasikan data.

Keterampilan untuk membaca data dari


sumbu X.

Menginterpretasikan grafik.

Level 8 Problem Solving Menginterpretasikan grafik (aplikasi dari


prinsip belajar) garis dari pertumbuhan
populasi dunia.

B. Hasil – Hasil Belajar menurut Gagne

Hasil – hasil belajar menurut Gagne, meliputi :


1. Informasi Verbal
2. Keterampilan – keterampilan intelektual
a. Diskriminasi
b. Konsep – konsep konkret
c. Konsep – konsep terdefinisi
d. Aturan – aturan
3. Strategi – strategi kognitif
4. Sikap – sikap
5. Keterampilan – keterampilan

Menerapkan Teori Gagne dalam Mengajarkan IPA di SD


Model mengajar menurut Gagne meliputi delapan langkah yang sering disebut kejadian-
kejadian intruksional, meliputi :

1. Mengaktifkan motivasi
2. Memberitahu siswa/pelajar tentang tujuan – tujuan belajar
3. Mengarahkan perhatian
4. Merangsang ingatan
5. Menyediakan bimbingan belajar
6. Meningkatkan retensi
7. Membantu transfer belajar
8. Memperlihatkan perbuatan dan memberikan umpan balik.
Kegiatan Belajar 4
TEORI BELAJAR AUSUBEL DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN IPA SD 

A. Belajar Bermakna (Teori Belajar Ausubel)


Ausubel adalah seorang ahli psikologi kognitif. Inti dari teori belajarnya adalah belajar
bermakna. Menurut Ausubel, belajar bermakna akan terjadi apabila informasi baru dapat
dikaitkan dengan konsep – konsep yang sudah terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
Peristiwa psikologi belajar bermakna menyangkut asimilasi informasi baru ke dalam
pengetahuan yang telah ada dalam struktur kognitif seseorang. Jadi dalam belajar bermakna,
informasi baru diasimilasikan pada subsumer – subsume relevan yang telah ada dalam struktur
kogniitif seseorang.
B. Menerapkan Teori Ausubel dalam Pelajaran IPA SD
Ausubel dalam bukunya Educational Psychology : A Cognitive View, menyatakan bahwa
Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui oleh
siswa. Informasi yang baru diterima akan disimpan di daerah tertentu dalam otak. Banyak sel
otak tang terlibat dalam penyimpanan pengetahuan tersebut.
Belajar secara verbal diajarkan melalui pengajaran langsung seperti ceramah dan sudah
berlangsung bertahun-tahun. Ausubel menyebutkan bahwa pengajaran secara verbal adalah
lebih efisien dari segi waktu yang diperlukan untuk menyajikan pelajaran dan menyajikan
bahwa pembelajar dapat mempelajari materi pelajaran dalam jumlah yang lebih banyak.
C. Diferensiasi Progresif dan Rekonsiliasi Integratif
Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui oleh
siswa. dalam mengaitkan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif dikumukakan 2
prinsip oleh Ausubel yaitu :
1. Prinsip Diferensiasi Progresif (progressive differentiation)
Dalam diferensiasi progresif, konsep-konsep yang diajarkan dimulai dengan konsep-
konsep yang umum menuju konsep-konsep yang lebih khusus.
2. Prinsip Rekonsiliasi integratif (integrative reconciliation)
Dalam rekonsiliasi integratif, konsep-konsep atau gagasan-gagasan perlu diintegrasikan
dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai