Anda di halaman 1dari 9

TUGAS 1

Nama : CAECELIA PIPIT STIYANINGRUM


NIM : 858801221
Pokjar : Grati
Matkul : Pembelajaran IPA di SD/PDGK4202

Soal dan Jawaban


1. Bedakan teori belajar Piaget, model Bruner, teori belajar Gagne, dan teori belajar Ausubel dalam
penerapan pembelajaran IPA di SD saat ini?
Jawab :
A. Teori Piaget
Piaget mengemukakan suatu teori bahwa cara berpikir seseorang berkembang secara
bertahap atau ada beberapa periode.
Selain itu, Piaget beranggapan bahwa sejak bayi lahir telah mempunyai sistem yang secara
terus-menerus mencari dan memberi tanggapan terhadap suatu rangsangan dan dengan
melakukan hal tersebut secara terus-menerus akan membentuk suatu kebiasaan dan
kemampuan.
Tahapan-Tahapan Teori Piaget:
 Tahap pertama disebut sebagai sensory-motor, untuk anak yang baru lahir
hingga kira-kira anak berusia 18 bulan sampai dua tahun.
 Tahap kedua adalah tahap pre-operasional, untuk anak yang berusia dari
dua tahun hingga tujuh tahun.
 Tahap selanjutnya adalah tahap operasional yang terbagi menjadi tahap
konkret operasional dan formal operasional. Konkret operasional
berawal dari anak berusia 7 tahun hingga sebelas tahun. Tahapan terakhir
adalah tahapan formal operasional yang berawal dari anak berusia 11
tahun.
Piaget membagi perkembangan mental anak menjadi empat tahapan. Secara
ringkas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tahap Perkiraan Usia Ciri-ciri Khusus

Sensori motor 0 - 2 tahun kecerdasan motorik (gerak) dunia (benda) yang ada
adalah yang tampak tidak ada bahasa pada tahap
awal
Pre-operasional 2 - 7 tahun berpikir secara egosentris alasan-alasan didominasi
oleh persepsi lebih banyak intuisi daripada
pemikiran logis belum cepat melakukan konservasi

Konkret Operasional 7 - 11 atau 12 Dapat melakukan konservasi logika tentang kelas dan
tahun hubungan pengetahuan tentang angka berpikir
terkait dengan yang nyata
Formal Operasional 7 - 11 atau 12 pemikiran yang sudah lengkap pemikiran yang
tahun proporsional kemampuan untuk mengatasi
14 tahun atau hipotesis perkembangan idealisme yang kuat
15 tahun
Sumber : Modul 1 (PDGK4202) KB 1 halaman 1.6 – 1.17
B. Model Brunner
Menurut Eisler dan Eisler (1993) Bruner merupakan salah satu ahli psikologi yang
paling berhasil dalam menerapkan prinsip-prinsip yang di kembangkan oleh
Piaget. Teori Bruner tentang cara seorang anak memperoleh dan memproses
informasi baru sejajar dengan apa yang Piaget. Anak tumbuh melalui
dikemukakan tahapan-tahapan yang berbeda. Penentuan tahapan ini didasarkan
pada penampilan mentalnya.
Bruner menganggap bahwa belajar dan persepsi merupakan suatu kegiatan
pengolahan informasi yang menemukan kebutuhan-kebutuhan untuk mengenal
dan menjelaskan gejala yang ada di lingkungan kita. Kegiatan ini meliputi
pembentukan kategori-kategori (konsep) yang dihasilkan melalui
pengabstraksian dari kesamaan kejadian-kejadian dan pengalaman-pengalaman.
Suatu konsep merupakan suatu kategori. Dikatakan demikian karena kategori atau
konsep merupakan perwakilan benda atau kejadian yang mempunyai persamaan.
Bruner beranggapan bahwa interaksi kita dengan lingkungan sekeliling kita selalu
menggunakan kategori-kategori. Aktivitas-aktivitas seperti persepsi,
konseptualisasi, dan pengambilan keputusan, semuanya dapat dijelaskan dari sudut
pandang pembentukandan penggunaan kategori. Pembentukan dan penggunaan
kategori ini bukan hanya bermanfaat tetapi juga penting untuk mempelajari dan
berinteraksi dengan sekeliling kita.
Ada tiga tahap penampilan mental yaitu :
 tahap penampilan mental enaktif
Tahap penampilan enaktif sejajar dengan tahap sensori motor pada Piaget,
di mana anak pada dasarnya mengembangkan keterampilan motorik dan
kesadaran dirinya dengan lingkungannya.
 tahap ikonik
Pada tahap ikonik, penampilan mental anak sangat dipengaruhi oleh
persepsinya; di mana persepsi tersebut bersifat egosentris dan tidak stabil.
Mereka belum mengembangkan kontrol pada persepsinya yang
memungkinkan mereka melihat dirinya sendiri dengan suatu pola yang
tetap.
 tahap simbolik.
Kalau disejajarkan dengan teori Piaget maka tahapan ini sejajar dengan
tahapan pre-operasional. Ketika mekanisme kontrol dari dirinya berkembang,
anak tersebut telah masuk ke tahap penampilan simbolik. Inti dari tahap
penampilan simbolik ini adalah pengembangan keterampilan berbahasa dan
kemampuan untuk mengartikan dunia luar dengan kata-kata dan idenya.
Berdasarkan teori yang dikemukakan di atas, Bruner menyusun suatu model
belajar yang disebut sebagai model belajar penemuan (discovery learning).
Bruner beranggapan bahwa model belajar penemuan sesuai dengan hakiki
manusia yang mempunyai sifat untuk selalu ingin mencari ilmu pengetahuan
secara aktif, memecahkan masalah dan informasi yang diperolehnya, serta
akhirnya akan mendapatkan pengetahuan yang bermakna.
Model belajar penemuan dapat dipandang sebagai suatu belajar yang terjadi
apabila seseorang (siswa) tidak diberikan dengan konsep atau teori, melainkan
siswa sendiri yang harus mengelola dan melakukan penemuan sehingga dapat
menemukan konsep atau teori itu. Hal ini mensyaratkan siswa untuk menemukan
hubungan-hubungandi antara informasi yang ada. Di dalam teori kategorisasi
Bruner di atas, penemuan merupakan suatu pembentukan kategorisasi atau lebih
seringnya pembentukan sistem koding. Sistem koding ini didasarkan pada
hubungan di antara kategori. Model penemuan ini juga dapat mengubah
motivasi belajar pencarian pujian dari luar (motivasi luar) ke kepuasan batin
(motivasi dari dalam diri). Model penemuan juga membekali siswa atau
pembelajar dengan prosedur yang praktis untuk memecahkan masalah.

Sumber : Modul 1 (PDGK4202) KB 2 halaman 1.21- 1.24

C. Teori Belajar Gagne


Menurut Gagne, belajar itu merupakan suatu proses yang memungkinkan
seseorang untuk mengubah tingkah lakunya cukup cepat, dan perubahan tersebut
bersifat relatif tetap, sehingga perubahan yang serupa tidak perlu terjadi berulangkali
setiap menghadapi situasi yang baru. Ada beberapa ciri penting tentang belajar yaitu:
1) Belajar itu merupakan suatu proses yang dapat dilakukan manusia.
2) Belajar menyangkut interaksi antara pebelajar (orang yang belajar) dan
lingkungannya.
3) Belajar telah berlangsung bila terjadi perubahan tingkah laku yang bertahan
cukup lama selama kehidupan orang itu.

Belajar sebagai suatu proses, seperti yang dikemukakan oleh Gagne bertitik
tolak dari suatu analogi antara manusia dan komputer. Menurut model ini yang disebut
modelpemrosesan informasi (information processing model), proses belajar dianggap
sebagai transformasi input menjadi output seperti yang lazim terlihat pada sebuah
komputer.
Model pemrosesan informasi yang digunakan Gagne dapat dilihat pada bagan

Gambar 1.8
Model Pemrosesan Informasi dari Gagne
Tingkatan belajar menurut Gagne didasarkan atas pernyataan bahwa belajar dimulai dari yang
sederhana ke yang lebih kompleks.

Level Belajar Contoh keterampilan yang dipersyaratkan

Level 1: Tanda-tanda Belajar (tanpa ada Respons yang diberikan bersifat emosional dan
bantuan tindakan terhadap tidak dapat didefinisikan.
emosi, ketakutan, kesenangan,
dan lain- lain).
Level 2: Stimulus-Response (S-R) Mengulang kata-kata yang diucapkan oleh
(bantuan belajar). guru.
Level 3: Merangkai (chaining) Menggunakan pensil untuk menyalin kata-
(menggabungkan bersama kata
tingkah laku S-R sederhana Menulis angka-angka secara berurutan.
untuk membentuk tahap-tahap
tindakan individu).
Level 4: Mengenal nama variabel-variabel.
Verbal Chaining
(menamai benda, menggunakan Menuliskan angka sampai angka 100-an
sifat untuk menamai benda). dan 500-an.
Level 5:
Beragam Perbedaan Belajar Membedakan garis untuk kemiringan yang
(menempatkan objek dan berbeda. Mengenal skala yang tepat untuk
kejadian dengan satu atau lebih sumbu X. Menginterpretasikan dan menyusun
sifat-sifat umum dalam satu grafik sederhana.
set).
Level 6: Konsep Belajar (mengidentifikasi Menghubungkan kemiringan dengan
objek dan kejadian yang perubahan variabel. Mengetahui bagian-
kelihatannya berbeda dari bagian yang diukur.
khasnya). Menginterpretasikan grafik sederhana.
Level 7: Prinsip Belajar Keterampilan untuk menginterpo-lasikan dan
(Mengkombinasikan konsep- mengekstrapolasikan data.
konsep yang telah dimiliki). Keterampilan untuk membaca data dari sumbu
X.
Menginterpretasikan grafik.
Level 8: Problem Solving Menginterpretasikan grafik (Aplikasi dari prinsip
belajar) garis dari pertumbuhan populasi dunia.

Gagne memberikan lima macam hasil belajar, tiga yang pertama bersifat
kognitif, yang keempat bersifat afektif dan yang kelima bersifat psikomotorik.
AdapunTaksonomi Gagne tentang hasil-hasil belajar, meliputi:
1. Informasi verbal (verbal information).
2. Keterampilan-keterampilan intelektual (intellectual skills).
a. Diskriminasi (discrimination).
b. Konsep-konsep konkret (concrete concepts).
c. Konsep-konsep terdefinisi (defined concepts).
d. Aturan-aturan (Rules).
3. Strategi-strategi kognitif (cognitive strategies).
4. Sikap-sikap (attitudes).
5. Keterampilan-keterampilan (motor skills).
Sumber : Modul 1 (PDGK4202) KB 3 Halaman 1.32-1.40
D. Teori Belajar Ausubel dalam Pembelajaran IPA di SD
Menurut Ausubel, belajar bermakna akan terjadi apabila informasi baru dapat
dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah terdapat dalam struktur kognitif
seseorang. Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa
yang telah diketahuioleh siswa. Informasi yang baru diterima akan disimpan di
daerah tertentu dalam otak. Banyak sel otak yang terlibat dalam penyimpanan
pengetahuan tersebut.
Ada dua prinsip dalam mengaitkan konsep-konsep yang diperlukan untuk belajar
yaitu diferensiasi progresif dan rekonsiliasi integratif. Dalam diferensiasi
progresif, konsep-konsep yang diajarkan dimulai dengan konsep-konsep yang
umum menuju konsep-konsep yang lebih khusus. Sedangkan dalam rekonsiliasi
integratif, konsep- konsep atau gagasan-gagasan perlu diintegrasikan dan
disesuaikan dengan konsep- konsep yang telah dipelajari sebelumnya.
Ada beberapa teori belajar yang akan dibahas secara sepintas sebagai bahan
perbandingan. Teori belajar tersebut meliputi:
1) belajar hanya menerima saja (reception learning),
2) belajar penemuan (discovery learning),
3) belajar hapalan (rote learning),
4) belajar bermakna (meaningful learning).
Ausubel adalah seorang ahli psikologi kognitif. Inti dari teori belajarnya adalah belajar
bermakna. Bagi Ausubel belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya
informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif
seseorang. Seperti telah kita ketahui bahwa informasi yang baru kita terima akan disimpan
di daerah tertentu dalam otak. Banyak sel otak yang terlibat dalam penyimpanan
pengetahuan tersebut.

Sumber : Modul 1 (PDGK4202) KB 4 Halaman 1.45-1.50

2. Salah satu pendekatan belajar adalah pendekatan inquiri, Analisislah dengan tepat tentang
kekurangan dan kelebihan pendekatan inquiri !
Jawab : Inkuiri ditandai dengan adanya pencarian jawaban melalui serangkaian kegiatan
intelektual. Secara umum urutan kegiatan yang dilakukan adalah merencanakan, mendiskusikan,
membuat hipotes, menganalisis, menafsirkan hasil untuk mendapatkan konsep umum yang
dipelajari. Dengan demikian, disusun teori atau pengertian untuk diuji melalui analisis rasional,
penggalian sehingga mendapatkan suatu penemuan, atau dengan eksperimen.
Esler dan Esler (1984) menggambarkan bahwa suatu pembelajaran dapat dikategorikan
menggunakan pendekatan inkuiri apabila siswa perlu menggali lebih dalam tentang informasi yang
disampaikan guru untuk mendapatkan pemahaman baru dan pemecahan masalah dimaksudkan
untuk mencari jawaban atau generalisasi yang original bagi siswa.
Alasan menggunakan pendekatan inkuiri adalah membangkitkan rasa ingin tahu siswa,
melibatkan siswa dalam kegiatan yang memerlukan keterampilan kognitif tingkat tinggi,
memberikan pengalaman konkret bagi siswa, membantu siswa mengembangkan keterampilan
proses (keterampilan penting dalam melakukan kegiatan IPA).
Terdapat tiga kategori pada pendekatan inkuiri yaitu:
1. Rasional
Guru mengarahkan siswa untuk membuat suatu generalisasi dengan menggunakan rasional. Pada
umumnya memberi pertanyaan dan penguatan terhadap jawaban yang diberikan siswa sampai suatu
generalisasi yang diinginkan tercapai.
2. Discovery
Guru harus mencoba melibatkan siswa dalam penemuan (discovery) individu tentang hubungan
antara fenomena yang diobservasi. Tujuan pembelajaran discovery adalah untuk mengembangkan
keterampilan memasang dan merancang alat serta keterampilan mengobservasi, bukan untuk
menemukan generalisasi secara ilmiah.
3. Eksperimental
Inkuiri secara eksperimen dapat dijelaskan sebagai suatu prosedur membuat pernyataan yang
dianggap benar dan menemukan suatu cara untuk menguji pernyataan tersebut. Pada pendekatan
inkuiri eksperimental ini, perencanaan untuk menguji pernyataan atau menjawab pertanyaan
didiskusikan dan diputuskan sebelum menggunakan bahan-bahan.
Tujuan pendekatan inkuiri :
1. Meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam menemukan dan memproses bahan pelajarannya.
2. Mengurangi ketergantungan peserta didik pada guru untuk mendapatkan pengalaman belajarnya
3. Melatih peserta didik menggali dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yang tiada
habisnya
4. Memberi pengalaman belajar seumur hidup.
Prosedur yang biasa dilakukan dalam pendekatan inkuiri adalah
1. Memilih permasalahan
2. Merumuskan suatu permasalahan
3. Merumuskan hipotesis
4. Membuat struktur tes hipotesis
5. Mengendalikan hipotesis
6. Membuat definisi operasional
7. Melakukan eksperimen
Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Inkuiri
Kelebihan Kekurangan
1. Membantu siswa dalam mengembangkan 1. Model pendekatan inkuiri ini dapat tergolong
kesiapan dan penguasaan keterampilan dalam sulit untuk diterapkan dan dipelajari dalam
proses kognitif. perencanaan pembelajaran yang dikarenakan
2. Siswa dapat memperoleh ilmu dan kebiasaan siswa saling berbenturan didalam
pengetahuan baru secara individu sehingga belajar.
mudah dan dapat dipahami serta mengendap 2. Terkadang pada proses menerapkan
dalam pola pikirannya. pendekatan inkuiri ini, sangat perlu waktu yang
3. Siswa dapat termotivasi, kemudian bangkit tergolong cukup panjang, sehingga sering
dalam semangat belajar dengan melakukan sekali guru susah untuk menyesuaikan dengan
proses kegiatan belajar lebih giat, lagi dan lagi. waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
4. Memberikan suatu peluang supaya dapat 3. pendekatan inkuiri, dalam bidang sains
berkembang maju dengan sesuai kemampuan sangat membutuhkan banyak sekali hal seperti
atau minat masing-masing siswa. fasilitas-fasilitas yang menunjang untuk
5. Menambah dan memperkuat akan menguji ide-ide siswa.
kepercayaan terhadap diri siswa dengan cara 4. Pendekatan inkuiri dapat berfokus pada
proses menemukan sendiri pembelajaran, hal pemilihan keberhasilan belajar yang ditentukan
tersebut terjadi karena suatu pembelajaran itu berdasarkan kemampuan siswa dalam
yang berpusat pada siswa itu sendiri dengan menguasai materi pelajaranyan, maka dari itu,
peran dari guru yang terbilang sangat terbatas startegi pembelajaran berdasarkan pendekatan
bahkan kurang. inkuiri sangat susah atau sulit di terapkan dan
dilakukan oleh setiap guru.

Sumber : Modul 2 (PDGK4202) KB 1 Halaman 2.10-2.11 (Rangkuman sendiri)


3. Jelaskan perbedaan pembelajaran dalam pendekatan inkuiri, dan pendekatan keterampilan
proses?
Jawab : Sumber : Modul 2 (PDGK4202) KB 1&2 Halaman 2.10 -2.24 (serta karangan sendiri)
perbedaan pembelajaran dalam pendekatan inkuiri dan pendekatan keterampilan proses
Pendekatan Inkuiri Pendekatan Keterampilan Proses
Pembelajaran inkuiri adalah suatu kegiatan Keterampilan proses adalah pendekatan
pembelajaran yang perlu melibatkan secara pembelajaran yang memiliki tujuan dapat
keseluruhan kemampuan siswa untuk mencari mengembangkan kemampuan fisik dan mental
dan menyelidiki suatu (benda, manusia atau sebagai awal untuk mengembangkan
peristiwa, dll) secara sistematis, kritis, logis, kemampuan ke jenjang yang lebih tinggi pada
analisis sehingga mereka dapat merumuskan diri seorang siswa. Pendekatan keterampilan
sendiri penemuannya sendiri dengan penuh proses merupakan suatu proses pembelajaran
percaya diri. yang sudah disepakati sedemikian rupa
Inkuiri ditandai dengan adanya pencarian sehingga siswa bisa menemukan suatu fakta,
jawaban melalui serangkaian kegiatan membangun suatu konsep dan teori dengan
intelektual. Secara umum urutan kegiatan yang keterampilan intelektualnya serta dengan sikap
dilakukan adalah merencanakan, ilmiah siswa itu sendiri. Siswa kita berikan
mendiskusikan, membuat hipotes, kesempatan untuk terlibat langsung dalam
menganalisis, menafsirkan hasil untuk kegiatan ilmiah. Pembelajaran dengan
mendapatkan konsep umum yang dipelajari. menggunakan pendekatan keterampilan proses
Dengan demikian, disusun teori atau pengertian dilakukan dengan tujuan karena mata pelajaran
untuk diuji melalui analisis rasional, IPA adalah alat yang bepotensi untuk dapat
penggalian sehingga mendapatkan suatu membantu mengembangkan kepribadian siswa.
penemuan, atau dengan eksperimen. Di karenakan Kepribadian siswa yang
Esler dan Esler (1984) menggambarkan berkembang adalah pra-syarat untuk menuju ke
bahwa suatu pembelajaran dapat dikategorikan profesi apapun yang diminati siswa itu sendiri.
menggunakan pendekatan inkuiri apabila siswa Prinsip pendekatan keterampilan proses
perlu menggali lebih dalam tentang informasi diantaranya :
yang disampaikan guru untuk mendapatkan (1). kemampuan mengamati
pemahaman baru dan pemecahan masalah (2). kemampuan menghitung
dimaksudkan untuk mencari jawaban atau (3). kemampuan mengukur,
generalisasi yang original bagi siswa. (4). kemampuan mengklasifikasikan,
Prinsip-Prinsip Pembelajaran Inkuiri (5). kemampuan menemukan hubungan,
1. Berorientasi terhadap Pengembangan (6). kemampuan membuat prediksi (ramalan),
Intelektual. (7). kemampuan melaksanakan penelitian,
2. Prinsip Interaksi. Suatu Proses pembelajaran (8). kemampuan mengumpulkan dan
yang pada dasarnya merupakan proses menganalisis data,
interaksi, baik itu interaksi antara peserta didik (9). kemampuan menginterpretasikan data, dan
maupun interaksi peserta didik dengan guru, (10). kemampuan mengkomunikasikan hasil.
juga interaksi antara peserta didik dengan Langkah-langkah pendekatan kerampilan
lingkungan. proses yaitu:
3. Prinsip Bertanya. (1) pemanasan.
4. Prinsip Keterbukaan. (2) pengamatan,
Prosedur yang biasa dilakukan dalam (3) interpretasi hasil pengamatan,
pendekatan inkuiri adalah (4) peramalan,
1. Memilih permasalahan (5) pengkajian,
2. Merumuskan suatu permasalahan (6) generalisasi penemuan,
3. Merumuskan hipotesis (7) penerapan.
4. Membuat struktur tes hipotesis (8) komunikasi.
5. Mengendalikan hipotesis
6. Membuat definisi operasional
7. Melakukan eksperimen
4. Uraikan dengan tepat dua metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA
SD !
Jawab : Dua metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA SD :
1. Diskusi
Diskusi merupakan suatu perbandingan mengenai subjek dari berbagai sudut pandang. Diskusi
kelas atau diskusi kelompok merupakan metode pembelajaran yang kerap digunakan dalam ilmu
pengetahuan alam. Diskusi kelompok sangat bermanfaat dalam ilmu pengetahuan alam khususnya
dalam membahas keberartian suatu data.
Dalam pembelajaran IPA metode diskusi perlu dilakukan sebab banyak kebaikannya antara
lain :
a. Semua murid bebas mengemukakan pendapat, jadi bersifat demokratis.
b. Merupakan cara yang efektif untuk mengajukan permasalahan
c. Mempertinggi peran serta murid secara perorangan.
d. Mendorong rasa persatuan dan mengembangkan rasa sosial.
e. Mengembangkan kepemimpinan, dan menghayati kepemimpinan bersama.
Metode diskusi ini lebih efektif dilakukan daripada metode lainnya karena metode diskusi ini dapat
membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Siswa dapat berperan aktif dalam mengikuti
pembelajaran dan dapat memahami pembelajaran dengan berdiskusi. Metode ini dapat membuat
siswa senang dalam belajar dan suasana kelas tidak membosankan.
Meskipun metode diskusi ini memiliki beberapa kelemahan tetapi tugas kita sebagai guru tugas kita
adalah :
a. Memberikan garis-garis besar pokok permasalahan
b. Masalah yang akan didiskusikan menarik dan masih hangat bagi siswa
c. Memantau dan memberi jalan keluar bila macet dan mengalami jalan buntu
d. Mampu merumuskan suatu kesimpulan hasil diskusi murid dan kesimpulan itu berguna untuk
memecahkan persoalan berikutnya.
Syarat-syarat agar jalan diskusi berjalan lancar selain ada pemimpin atau moderator, jumlah
peserta sedikit artinya kelas dibagi dalam beberapa kelompok diskusi, topik diskusi, merupakan
masalah murid, peserta diskusi harus berperan, peserta bebas mengeluarkan pendapat.
2. Metode Proyek
Metode studi lapangan atau karya wisata IPA jauh lebih memberikan pengalaman luas pada murid
dibanding hanya di dalam ruangan yang dibatasi 4 dinding atau kelas. Studi lapangan IPA juga
merupakan pengalaman langsung, melihat objek sebenarnya, dan diperoleh dari tangan pertama.
PerLu Anda sadari bahwa studi lapangan IPA tidak berarti harus dilakukan ke tempat jauh, dengan
waktu yang lama, biaya transport, dan perlengkapan yang lengkap, tetapi dapat dilakukan pada alam
sekitar sekolah, seperti halaman sekolah atau kebun sekolah. Misalnya untuk mengamati berbagai
jenis tanaman atau berbagai macam bunga, bentuk daun, cukup ke halaman atau kebun sekolah. Di
halaman sekolah dapat dilihat bagaimana kupu-kupu terbang, semut mengambil makanan, ulat
memakan daun, beraneka ragam jenis rumput, berbagai bentuk awan, melihat aliran air diselokan
dan bagaimana cahaya matahari menghasilkan bayang-bayang.
Contohnya: Diwaktu guru dan siswa melalukan studi lapangan IPA seluruh panca indra difungsikan.
Dalam melakukan Studi Lapangan, Guru hendaknya hanya berperan sebagai pembimbing atau nara
sumber. Siswayang akan mengamati, mengukur, menghitung, menganalisis, dan menarik kesimpula
n sendiri. Sebelum terjun ke lapangan, hendaknya siswa di kelompokkan, dirumuskan tujunnnya de
ngan jelas, di berikan rambu-rambu tugasnya, pembagian tugas dan pengaturan waktunya.
Contoh Metode Studi Lapangan yaitu untuk mrngamati berbagai jenis tanaman atau berbagai ma
cam bunga, bentuk daun, anda cukup ke halaman atau kebun sekolah. Di halaman sekolah dapat dili
hat bagaimana kupu terbang, semut mengambil makanan, ulat memakan daun, beraneka jenis ragam
rumput, berbagai bentuk awan, melihat aliran air diselokan dan bagaimana cahaya matahri mengha
silkan bayang-bayang.
Metode ini lebih menyenangkan daripada metode lainnya karena metode ini membuat suasana
dalam kelas menjadi suasana luar kelas dan siswa dapat bermain sambil belajar.
Sumber : Modul 3 (PDGK4202) KB 1 Halaman 3.6-3.13

Anda mungkin juga menyukai