Oleh :
Kelompok 4
1. Dewi Kurniawati 858292282
2. Fitri Dahlia Sitorus 858292132
3. Haliyani 858292308
4. Henny Irliani 858292171
5. Husniah 858292315
UPBJJ BANJARMASIN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2021.2
KONSEP PETA
MODUL 1
TEORI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA SD
Enaktif
Simbolik
Informasi
Informasi verbal
Skill Intelektual
Fase Pengendapan
Fase Pengungkapan
MODUL 1
TEORI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA SD
Tahap sensori motor (usia 0-2) cirri-ciri khusus, kecerdasan motorik (gerak) dunia (benda) yang
ada adalah yang tampak tidak ada bahasa pada tahap awal.
Tahap pre-operasional (usia 2-7) cirri-ciri khusus, berpikir secara egosentris alasan-alasan
didominasi oleh persepsi lebih banyak intuisi daripada pemikiran logis belum cepat melakukan
konservasi.
Tahap konkret operasional (usia 7-11 atau 12) cirri-ciri khusus, dapat melakukan konservasi
logika tentang kelas dan hubungan pengetahuan tentang angka berpikir terkait dengan yang
nyata.
Tahap formal operasional (usia 7-11 atau 12 th 14 th atau 15 th) cirri-ciri khusus, pemikiran yang
sudah lengkap pemikiran yang proporsional kemampuan untuk mengatasi hipotesis
perkembangan idealisme yang kuat.
Menurut piaget, ada sedikitnya tiga hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam
merancang pembelajaran di kelas, terutama dalam pembelajaran IPA. Ketiga hal tersebut adalah :
Bruner merupakan salah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli belajar kognitif.
Beliau beranggapan bahwa belajar merupakan kegiatan pengolahan informasi. Kegiatan
pengolahan informasi tersebut meliputi pembentukan kategori-kategori. Di antara kategori-
kategori tersebut ada kemungkinan saling berhubungan yang disebut sebagai koding. Teori
belajar bruner ini disebut sebagai teori belajar penemuan.
Guru harus mempunyai cara yang baik untuk tidak secara langsung memberikan
informasi yang dibutuhkan oleh siswa. Model pembelajaran ini mempunyai banyak manfaatnya,
antara lain bahwa pembelajar (siswa) akan mudah mengingatnya apabila informasi tersebut
didapatkan sendiri, bukan merupakan informasi perolehan. Manfaat lainnya adalah apabila
pembelajar telah memperoleh informasi, maka dia akan mengingat lebih lama, dan masing
banyak lagi manfaat yang lainnya. Dalam penerapan model ini guru mungkin terganggu dengan
kebisingan dalam keributan siswa.
Menurut Gagne, belajar itu merupakan suatu proses yang memungkinkan seseorang
untuk mengubah tingkah lakunya cukup cepat, dan perubahan tersebut bersifat relative tetap,
sehingga perubahan yang serupa tidak perlu terjadi berulangkali setiap menghadapi situasi yang
baru. Ada beberapa cirri penting tentang belajar yaitu :
Belajar sebagai suatu proses, seperti yang dikemukakan oleh Gagne bertitik tolak dari
suatu analogi antara manusia dan computer. Menurut model ini yang disebut model pemrosesan
informasi ( processing model ), proses belajar dianggap sebagai transformasi input menjadi
output seperti yang lazim terlihat pada sebuah computer.
KB IV. Teori Asubel Dalam Pembelajaran IPA SD
Menurut Ausubel, belajar bermakna akan terjadi apabila informasi baru dapat dikaitkan
dengan konsep-konsep yang sudah terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Faktor yang paling
penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui oleh siswa. Informasi yang
baru diterima akan disimpan di daerah tertentu dalam otak. Banyak sel otak yang terlibat dalam
penyimpanan pengetahuan tersebut.
Ada dua prinsip yang mengaitkan konsep-konsep yang diperlukan untuk belajar yaitu
diferensiasi progresif dan rekonsiliasi integrative. Dalam diferensiasi progresif, konsep-konsep
yang diajarkan dimulai dengan konsep-konsep yang umum ke konsep-konsep yang lebih khusus.
Sedangkan dalam rekonsiliasi integrative, konsep-konsep atau gagasan-gagasan perlu
diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya.
PETA KONSEP
MODUL II cara umum dalam memandang permasalahan
pengertian atau objek kajian
PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN IPA SD
peranan
PENDEKATAN DALAM mengacu pada Tujuan pendidikan secara umum dan
menyesuaikan komponen input, output, PEMBELAJARAN IPA SD tujuan pembelajaran
produk, dan outcomes pendidikan dengan
bahan kajian yang akan disajikan
tujuan Prinsip pemilihan Dipilih berdasarkan faktor terkait (tujuan
pendidikan, tujuan pembelajaran,
menggiring persepsi dan atau proses pengkajian kurikulum, kemampuan siswa, psikologi
dengan suatu terminologi sehingga diperoleh Jenis pendekatan belajara sumber daya
pembentukan perilaku yang diharapkan
penerapan
penerapan
penerapan
penerapan
penerapan
penerapan
penerapan
penerapan
Menggunakan 1. Curah pendapat Membaca, Siswa diberi Guru menyajikan Menanamkan nilai Melalui kegiatan Menjelaskan proses Mempelajari
lingkungan suatu topik menyampaikan kesempatan suatu pemasalahan cinta lingkungan percobaan ilmiah dalam berbagai penemua
sebagai sumber 2. Mendefinisikan pendapat ahli dari mengorganisasikan untuk dipecahkan dengan membahas fotosintesis penelitian sains dan perkembangan
belajar tema tertentu buku, demonstrasi, fakta ke dalam suatu oleh siswa. dampak dan membuktikan teknologi
3. Curah pendapat
latihan, memberi tes model atau sifat Mengupayakan penyebab oksigen sbg hasil
sumber informasi
4. Menggunakan alam semesta siswa belajar secara pencemaran fotosintesis dan
sumber untuk aktif, lingkungan cahaya diperlukan
mendapatkan mengumpulkan untuk proses
informasi data, menanggapi fotosintesis
5. Melakukan analisis, pertanyaan dan
sintesis, evaluasi mengorganisasikan
dan menciptakan informasi
6. Melakukan tindakan
MODUL II
PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN IPA SD
Pendekatan adalah cara umum dalam memandang permasalahan atau objek kajian,
sehingga berdampak ibarat seseorang memakai kaca mata dengan warna tertentu pada saat
memandang alam sekitar. Pendekatan bersifat aksiomatis yang menyatakan pendirian, filosofi,
dan keyakinan yang berkaitan dengan serangkaian asumsi.
Pendekatan yang akan dilakukan pada kegiatan belajar I pada modul ini adalah
pendekatan Lingkungan, Pendekatan konseptual, Pendekatan faktual, Pendektan nilai,
Pendekatan inkuiri, Pendekatan sejarah.
Kegiatan Belajar 1:
Metode Dalam Pembelajaran IPA
Jenis metode yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran IPA di SD yaitu:
1. Metode Penugasan
Penugasan yang baik adalah bersifat menantang dan bersifat lentur sesuai minat bakat dan
bakat murid anda. Mungkin ada murid anda yang akan mencari buku acuan di perpustakaan. Untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan kepadanya. Ada pula yang akan mencari
keterangan pada seorang pakar, atau mungkin ada yang akan melakukan percobaan dikelas,
halaman sekolah, laboratorium atau rumah. Tugas yang diberikan tidak selalu dari anda sebagai
guru, mungkin murid anda itu memperoleh tugas dari ketua kelompoknya. Dalam Ilmpu
Pengetahuan Alam banyak tugas yang harus dikerjakan secara kelompok.
2. Metode Diskusi
Dalam pelajaran IPA metode diskusi perlu anda lakukan sebab banyak kebaikannya antara
lain :
a. Semua murid bebas mengemukakan pendapat, jadi bersifat demokratis;
b. Merupakan cara yang efektif untuk mengajukan permasalahan;
c. Mempertinggi peran serta murid secara perorangan;
d. Mendorong rasa persatuan dan mengembangkan rasa social;
e. Mengembangkan kepemimpinan, dan menghayati kepemimpinan bersama.
Murid anda yang berperan sebagai pemimpin diskusi harus disegani oleh temannya yang
mempunyai tugas:
a. Menjaga agar peserta tidak berebut dalam berbicara;
b. Pembicaraan tidak dikuasai oleh murid yang suka berbicara;
c. Mengembalikan pembicaraan peserta yang menyimpang pada pkok permasalahan yang benar;
d. Mendorong peserta yang pemalu dan pendiam;
e. Memberi jalan keluar bila pembicaraan mengalami hambatan;
f. Pemimpin diskusi tidak dibenarkan untuk menjawab pertanyaan peserta;
g. Mengatur tempat duduk agar berbentuk melingkar atau bentuk tapal kuda.
3. Metode Tanya Jawab
Dalam Ilmu Pengetahuan Alam pertanyaan dapat digunakan untuk mengamati suatu
demonstrasi atau percobaan. Misalnya berapa derajat rata-rata kenaikan suhu setiap 5 menit pada
waktu air itu di panaskan? Bagai mana langkah-langkah percobaan yang telah anda lakukan?
4. Metode Latihan
Perlu anda ketahui latihan dalam laboratorium berbeda dengan percobaan dalam laboratorium,
latihan itu telah ditunjukan akan hasilnya oleh guru kepada muridnya, sedangkan percobaan
laboratorium itu belum diketahui kan berapa hasilnya. Latihan dalam Ilmu Pengetahuan Ala
bertujuan agar murid mengusai keterampilan melakukan sesuatu dan memiliki keterampilan yang
lebih baik dari apa yang dipelajarinya sebelumnya.
5. Metode Ceramah
Seperti yang kita alami bersama metode ceramah itu agak membosankan. Oleh sebab itu anda
harus memberikannya secara bebas dan menarik. Agar ceramah anda lebih menarik maka perlu
anda lakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Bahan ceramah dipersiapkan sebaik mungkin secara cermat;
b. Bahan ceramah anda, disampaikan dengan jelas dan dapat didengar oleh semua murid;
c. Bahan ceramah anda kuasai dengan luas dan mendalam;
d. Bahan pelajaran disampaikan secara sistematis;
e. Dalam penyampainya diselingi pertanyaan, diam sejenak atau bernafas sejenak agar tidak
membosankan;
f. Memasukan hal-hal baru kejadian-kejadian nyata dan pernah mereka alami yang tidak ada dalam
buku wajib;
g. Bahan dapat anda selesaikan sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
6. Metode Simulasi
Simulasi dapat diterapkan pada murid anda yang anda suruh seolah-olah berperan sebagai
guru Ilmu Pengetahuan Alam yang menerangkan suatu percobaan. Dalam simulasi percobaan Ilmu
Pengetahuan Alam itu murid dapat berperan sedang melakukan pemasangan alat, mengukur,
menimbang, mengamati, mencatat hasilnya dan menyampaikan kesimpulan dalam bentuk lisan.
7. Metode Proyek
Pada tingkat Sekolah Dasar Metode Proyek agak sukar anda terapkan karena proyek
merupakan suatu penugasan yang memerlukan pemikiran dan tindakan yang membangun dari
murid. Proyek memerlukan perencanaan yang lebih terinci, lebih banyak pandangan kedepan.
8. Metode Studi Lapangan
Perlu anda sadari bahwa studi lapangan IPA tidak berarti harus dilakukan ketempat jauh,
dengan waktu yang lama, biaya transport, dan perlengkapan yang lengkap. Tetapi dapat dilakukan
di alam sekitar sekolah,seperti halaman sekolah atau kebun sekolah. Misalnya untuk mengamati
berbagai jenis tanaman atau berbagai macam bunga, bentuk daun, anda cukup ke halaman atau
kebun sekolah. Dihalaman sekolah dapat dilahat bagaimana kupu-kupu terbang, semut mengambil
makanan, ulat memakan daun, beraneka ragam jenis rumput, berbagai bentuk awan, melihat air di
selokan dan bagaimana cahaya matahari menghasilkan baying-bayang.
9. Metode Demonstrasi
Dalam demonstrasi IPA hasil yang akan terjadi harus anda sampaikan pada murid. Sehingga
murid tidak merumuskan maslah, berspekulasi dan menarik kesimpulan berdasarkan apa yang
disaksikannya. Misalnya bahwa air yang mendidih temperature 1000C, atau bahwa pada dasar
bunga akan ditemukan bakal buah, dalam peraga Ilmu Bumi dan Antariksa hendaknya anda
tunjukan bahwa bumi dan bulan yang mengelilingi matahari.
10. Metode Eksprerimen
Bila anda akan menyuruh murid anda bereksperimen IPA, maka perlu disampaikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Jelaskan tujuan dan harapan apa yang diinginkan dari eksperimen itu;
b. Sebutkan alat dan bahan yang di perlukan, berapa ukuran dan takaran yang dibutuhkan;
c. Terangkan tahap-tahap kegiatannya, atau tahap-tahap prosesnya;
d. Apa-apa saja yang perlu diamati, dan dicatat, semua hal tersebut diatas tertuang dalam suatu
buku petunjuk eksperimen;
e. Dalam menarik kesimpulan harus hati-hati, sehingga kesimpulannya benar dan tidak keliru.
Percobaan yang dilakukan mungkin merupak eksperimen yang lansung dapat membuktikan
sesuatu, atau mungkin salah satu tahapan eksperimen untuk membuktikan semua hal sehingga
masih ada kelanjutannya.
Kegiatan Belajar 2:
Penggunaan Metode Dalam Pembelajaran IPA
Di bawah akan diuraikan garis besar faktor-faktor yang perlu menjadi bahan pertimbangan ketika
hendak memilih metode belajar tertentu.
1. Metode belajar hendaknya sesuai dengan dengan tujuan.
Untuk mengajar di jenjang pendidikan yang berbeda, perlu menggunakan metode belajar yang
berbeda pula.mengajar IPA untuk siswa sekolah dasar memerlukan metode yang berbeda dengan
mengajar IPA di sekolah menengah umum.
2. Metode belajar hendaknya diadaptasikan dengan kemampuan siswa.
Suatu pelajaran yang direncanakan serta disusun dengan baik,menggunakan metode yang tepat,dan
diberikan oleh guru yang sangat mahir.metode belajar perlu disesuikan dengan kemampuan dan
kesiapan para siswa.
3. Metode belajar hendaknya sesuai dengan psikologi belajar.
Dalam hubungannya dengan psikologi belajar ini,sering kali kita mengabaikan dua hal penting
yaitu, pengulangan secara berkala dan pemberian pengalaman langsung.
4. Metode belajar hendaknya disesuaikan dengan bahan pengajaran.
5. Metode belajar hendaknya disesuaikan dengan alokasi waktu dan sarana prasaran yang tersedia.
6. Metode belajar hendaknya sesuai dengan pribadi guru.
Keterampilan Keterampilan
Mengklarifikas Menginferensi Variabel
Variabel
i Terikat
Keterampilan
mengenal
hubungan- Variabel
Keteampilan Keterampilan
hubungan Kontrol
mengukur Memprediksi
angka
Definisi Operasional
Interpretasi Peta
MODUL 4
A. PENGERTIAN
Keterampilan prosesdianggap sangat penting dalam pembelajaran IPA. Wynnie Harlen
(1992) mengemukakan beberapa alasan untuk itu, yaitu :
1. Pengubahan ide-ide kearah yang lebih ilmiah (dengan fenomena yang lebih cocok)
tergantung pada cara dan pengujian yang digunakan. Pengujian yang digunakan ini
berhubungan erat dengan penggunaan keterampilan-keterampilan proses.
2. Pengembangan pengetahuan dalam IPA tergantung kepada kemampuan melakukan
keterampilan proses dalam perilaku ilmiah. Itulah sebabnya mengapa pengembangan
keterampilan proses mendapat perhatian.
3. Peranan keterampilan proses sangat besar dalam pengembangan konsep-konsep ilmiah.
1. Dalam praktiknya apa yang dikenal dalam IPA merupakan hal yang tidak terpisah dari
metode penyelidikan. Mengetahui IPA tidak hanya sekedar mengetahui materi ke-IPA-an
saja, tetapi terkait pula dengan mengetahui bagaimana cara mengumpulkan fakta dan
menghubungkan fakta untuk membuat suatu penafsiran atau kesimpulan.ilmuan
menggunakan berbagai prosedur empiris dan analisis dalam usahanya dalam menjelaskan
misteri dari alam semesta. Prosedur ini disebut dengan proses IPA.
2. Keterampilan proses IPA merupakan keterampilan belajar sepanjang hayat yang dapat
digunakan bukan saja untuk belajar berbagai macam ilmu tetapi juga dapat digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
Sedangkan Semiawan, dkk (1992) mengemukakakn alasan karena:
1. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat cepat membuat para guru tidak
mungkin lagi untuk mengajarkan semua fakta dan kosep yang ada pada siswanya.
2. Anak-anak akan lebih mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai
contoh konkret.
3. Untuk menanamkan sifat ilmiah dan melatih melakukan penyelidikan ilmiah.
4. Merupakan wahana yang tepat untuk pengembangan konsep dan pengembangan sikap serta
nilai.
Pengertian keterampilan proses dikaitkan dengan keterampilan fisik dan mental yang
terkait dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai dan
diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah sehingga para ilmuan berhasil menemukan sesuatu
yang baru (Semiawan, dkk, 1992).
Menurut Esler dan Esler (1984) terdapat 8 keterampilan proses dasar dan 5
keterampilan proses terpadu. Keterampilan proses dasar meliputi keterampilan mengobservasi,
mengklasifikasi, mengukur, mengkomunikasikan, menginferensi, memprediksi, mengenal
hubungan ruang dan waktu, serta mengenal hubungan-hubungan angka.
B. KETERAMPILAN MENGOBSERVASI
1. Anak-anak akan lebih mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai
dengan contoh konkret.
2. Penemuan ilmu pengetahuan bersifat relatif, jadi tidak mutlak benar seratus persen. Suatu
teori dapat tidak berlaku lagi dengan adanya data baru yang mampu membuktikan bahwa
teori tersebut keliru.
3. Dalam pembelajaran, pengembangan konsep seyogianya tidak terlepas dari pengembangan
sikap dan nilai.
Adapun kegiatan yang dapat dilakukan yang berkaitan dengan kegiatan mengobservasi
misalnya menjelaskan sifat-sifat yang dimiliki oleh benda-benda, sistem-sistem dan organisme
hidup. Sifat-sifat yang dimiliki ini dapat berupa tekstur, warna, bau, bentuk, ukuran, dan lain-
lain.
C. KETERAMPILAN MENGKLASIFIKASI
D. KETERAMPILAN MENGUKUR
Keterampilan mengukur menurut Esler dan Esler (1984) dapat dikembangkan melalui
kegiatan-kegiatan yang berkaitan denganpengembangan satuan-satuan yang cocok dari ukuran
panjang, luas, isi, waktu, berat dan sebagainya. Abruscato (1988) menyatakan bahwa mengukur
adalah suatu cara yang kita lakukan untuk mengukur observasi. Sedangkan menurut Carin (1992)
mengukur adalah membuat observasi kuantitatif dengan membandingkannya terhadap standar
yang konvensional atau standar nonkonvensional. Keterampilan mengukur merupakan
keterampilan membuat observasi secara kuantitatif (terhadap standar ukuran tertentu) yang
dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan satuan-satuan
yang cocok dari ukuran panjang, luas, isi, waktu, berat, massa, dan lain-lain. Kemampuan
mengukur memerlukan kemampuan untuk menerapkan cara penghitungn dengan menggunakan
alat-alat ukur. Proses mengukur lebih melibatkan pertimbangan tentang menentukan jenis
instrument (alat) yang digunakan dan menentukan saat melakukan perkiraan dari pada
melakukan pengukuran secara tepat. Untuk melakukan latihan pengukuran, tahap pertama dapat
menggunakan alat ukur yang dibuat sendiri atau dikembangkan dari benda-benda yang ada
disekitar, sedangkan tahap selanjutnya dapat menggunakan alat ukur yang telah baku digunakan
sebagai alat ukur. Kebiasaan mengukur secara tepat dapat dikembangkan bila guru menunjukkan
bahwa dia menghargai kebiasaan itu sebagai bagian dari sifatnya. Siswa dapt diajarkan bahwa
rata-rata dari beberapa kali pengukuran merupakan cara terbaik untuk mengukur secara tepat.
A. KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN
Menurut Abruscato (1988) keterampialan mengkomunikasikan adalah
menyampaikan hasil pengamatan yang berhasil dikumpulkan atau menyampaikan hasil
penyelidikan, yang dapat dikembangkan dengan cara menghimpun informasi dari grafik
atau gambar yang menjelaskan benda-benda/kejadian-kejadian secara rinci. Komunikasi
yang jelas dan tepat merupakan dasar untuk semua kegiatan ilmiah. Dalam hal
mengkomunikasikan sesuatu dapat disampaikan secara lisan atau tertulis. Adapun hal
yang dikomunikasikan dapat berupa diagram, peta, grafik, persamaan matematika, dan
berbagai peragaan visual. Kemampuan untuk memilih penjelasan tepat tentang benda ,
organism, dan kejadian merupakan dasar untuk komunikasi lisan dan tertulis secara
efektif. Pelatihan untuk kegiatan keterampilan ini dapat berupa latihan membuat dan
menginteprestasikan informasi dari grafik, charta, peta, gambar, dan lain-lain. Siswa
dilatih untuk mengembangkan keterampilan mengkomunikasikan dalam hal menjekaskan
benda-benda dan kejadian-kejadian secara rinci. Kemampuan mengkomunikasikan juga
dapat dilatih melalui penugasan untuk menyusun data dari suatu eksperimen ke dalam
table atau grafik dan melaporkan penemuannya kepada teman-temannya. Kegiatan yang
lain lagi siswa ditugaskan untuk menuliskan kejadian alam seperti perubahan cuaca
dalam beberapa hari yang terjadi dilingkungannya, seperti ukuran, bentuk, warna, tekstur
dan cara geraknya, beberapa hewan kecil kemudian ditugaskan untuk menyiapkan carta
diagram yang dilengkapi keterangan yang meperlihatkan bagaimana tumbuhan baru
tumbuh dari batangyang di potong tanpa melalui biji terlebih dahulu.
B. KETERAMPILAN MENGINFERENSI
Keterampilan menginferensi adalah keterampilan membuat kesimpulan sementara
dari yang kita observasi dengan menggunakan logika. Keterampilan ini dapat
dikembangkan dengan latihan-latihan yang mengembangkan lebih dari satu rangkaian
keadaan yang diobservasi. Contoh latihan yang diberikan adalah melakukan observasi
terhadap cairan jernih yang tidak berwarna, kemudian siswa mengidentifikasi bahwa
cairan itu adalah air. Contoh lainnya adalah siswa diminta untuk menyatakan penyebab
panas mencairnya es batu yang ditaruh dalam air.
C. KETERAMPILAN MEMPREDIKSI
Keterampilan memprediksi adalah keterampilan menduga, memprakirakan
beberapa kejadian yang terjadi sekarang, keterampialan menggunakan grafik untuk
menyisipkan dan meramalkan terkaan-terkaan. Prediksi didasarkan pada observasi,
pengukuran dan informasi tentang hubungan variable yang diobservasi. Prediksi yang
tidak didasarkan pada observasi hanya merupakan suatu terkaan. Prediksi yang tepat
dapat dihasilkan dari observasi yang teliti. Contoh kegiatan yang memprediksi lamanya
lilin akan menyala.
A. MEMFORMULASI HIPOTESIS
B. VARIABEL
Variabel adalah faktor, kondisi dan/atau hubungan antara kejadian-kejadian atau sistem.
Dikenal ada tiga jenis variabel yaitu variabel yang selalu berubah-ubah atau variabel bebas
(Manipulated Variable, MV), variabel yang merupakan hasil dari variabel yang diubah-ubah
atau variabel terikat (Responding Variable, RV) dan variabel yang dikontrol supaya tetap sama
selama proses percobaan (Control Variable, CV). Dalam satu percobaan hanya satu variabel
yang diubah, sedangkan variabel yang lainnya dibuat tetap atau sam selam percobaan dilakukan.
Variabel yang selalu dibuat tetap atau sama untuk setiap percobaan disebut variabel kontrol.
Oleh karena itu variabel adalah faktor-faktor atau kondisi yang merupakan bagian dari suatu
kejadian.
C. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional adalah metode untuk member definisi, mengukur, atau mendeteksi
adanya suatu variabel. Sebagai contoh Anda disuruh membedakan 3 buah definisi operasional
untuk mengukur daya serap dari kertas tisu yang meliputi: mencelupkan, mengangkat, dan
menuang. Definisi operasional dari ketiganya adalh sebagai berikut:
1. Definisi operasional mencelupkan adalah jumlah air yang dapat diserap oleh kertas tisu
setelah dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air dengan volume tertentu. Volume air yang
diserap adalah volume air mula-mula dikurangi dengan volume air setelah kertas tisu
diangkat.
2. Definisi operasional menyerap/mengangkat adalah volume air yang dapat diserap atau
merambat ke dalam kertas tisu setelah kertas tisu diangkat.
3. Definisi operasional menuang adalah volume air yang dapat diserap oleh kertas tisu setelah
air dituang ke dalam kertas tisu.
Volume air yang diserap adalah volume air mula-mula dalam gelas dikurangi volume air
yang tersisa dalam wadah penampung.
D. INTERPRETASI DATA
Membuat hasil pengamatan atau observasi menjadi bermakna disebut interpretasi data.
Interpretasi data biasanya melibatkan organisasi data kedalam tabel atau gambar/bagan.
Interpretasi data juga dapat dilakukan dengan jalan membuat gambar atau grafik dari hasil
pengamatan, biasanya melibatkan usaha-usaha penulisan hasil observasi, membuat kesimpulan,
inferensi/penafsiran dan merekomendasi. Kesimpulan biasanya berkenaan dengan ringkasan dari
hasil pengamatan. Sedangkan inferensi adalah pernyataan umum yang berfungsi untuk
menjelaskan atau membuat kesimpulan menjadi bermakna. Rekomendasi adalah saran untuk
tindakan di masa yang akan datang berdasarkan kesimpulan dan inferensi yang telah dibuat.
Interpretasi data sangat penting untuk dikuasai karena akan sangat membantu kita dalam
memberi makna dan pengertian yang diperoleh sehingga dapat dikomunikasikan dengan baik.
PETA KONSEP
MODUL 5
MEDIA DAN ALAT PERAGA DALAM PEMBELAJARAN IPA
TUJUAN
Membarikan arahan tentang tujuan yang akan dicapai Bahan ilustrasi
BENTUK ALAT
Menyediakan evaluasi mandiri Memberi tekanan pada bagian-bagian yang penting
PERTIMBANGAN KELAYAKAN
transparansi Memperjelas struktur pengajaran
Memberi rangsangan kepada guru agar kreatif Media
PERAGA
alide
Menyampaikan materi pembelajaran Diproyeksi Memotivasi siswa belajar
SYARAT MENDESAIN ,
Membantu pebelajar yang memiliki kkhususan tertentu ikan Bahan-bahan cetakan
Media audio
Efektivitas media pembelajaran Alat audio dan visual
Media gerak
Taraf berpikir siswa
Monument, candi, dll
A. PENGERTIAN MEDIA
Menurut Heinich dkk (1996), media (jamak)/medium (tunggal) secara umum adalah
saluran komunikasi, yaitu segala sesuatu yang membawa informasi dari sumber informasi
untuk disampaikan kepada penerima pesan. ujuan penggunaan media secara umum adalah
untuk memfasilitasi komunikasi. Dan tujuan penggunaan media pembelajaran antara lain :
1. Meningkatkan kualitas dan efektivitas pembelajaran,
2. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran,
3. Memberikan arahan tentang tujuan yang akan dicapai,
4. Menyediakan evaluasi mandiri,
5. Memberi rangsangan kepada guru untuk kreatif,
6. Menyampaikan materi pembelajaran,
7. Membantu pebelajar yang memiliki kekhususan tertentu.
Dalam menyediakan media pembelajaran , guru dapat dihadapkan pada 3 kondisi yaitu:
a) Memilih dari bahan media yang sesuai benar dengan tujuan pembelajaran yang akan
dilakukan.
b) Memilih dari bahan media yang kurang sesuai dengan tuuan sehingga perlu dimodifikasi,
atau
c) Merancang media baru.
Mendesain alat peraga IPA di SD meliputi merancang, memilih dan membuat alat peraga IPA yang
sesuai untuk mengajarkan suatu konsep, prinsip dan teori-teori IPA di SD. Mendesain alat peraga
dapat pula berarti menampilkan bentuk asli atau memodifikasi benda asli menjadi sebuah model
tertentu. Sebelum kita membuat alat peraga sederhana terlebih dahulu kita harus menganalisis
materi IPA. Sarana utama dari menganalisis materi IPA adalah :
1. Terjabarnya tema/materi pokok/pokok bahasan
2. Terpilihna pendekatan dan metode yang efektif dan efisien
3. Terpilihnya alat peraga atau sarana pembelajaran yang tepat atau cocok
4. Terjadinya alokasi yang sesuai.
Dalam mendesain alat peraga perlu memperhatikan konsep yang mendasari kegunaan alat atau
prinsip kerja alat tersebut. Ada tiga kelayakan untuk memilih alat peraga yang baik :
a) kelayakan praktis yaitu atas dasar praktis yakni :
1. Pengenalan dan pemahaman guru dengan jenis alat peraga
2. Ketersediaan alat peraga dilingkungan belajar setempat
3. Ketersediaan waktu untuk mempersiapkannya
4. Ketersedian sarana dan fasilitas pendukungnya
5. Keluwesan, yaitu: mudah dibawa serta mudah dipergunakan pada waktu kapan dan
digunakan oleh siapa saja.
b) kelayakan teknis / pedagogis yaitu alat peraga yang dipilih harus memenuhi ketentuan kualitas
yaitu:
1. Relevan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
2. Merangsang motivasi terjadinya proses belajar yang optimal
c) kelayakan biaya. Disamping itu alat peraga IPA sederhana yang kita buat harus memiliki nilai
bantu terhadap pelajaran IPA yang dapat kita nyatakan dengan output pedagogis, yaitu hasil
interaksi dari kegunaan alat peraga dengan yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar.
Adapun alat dan bahan yang kita butuhkan untuk membuat alat peraga IPA yang sederhana
hendaknya bisa diperoleh dari lingkungan sekitar rumah dan sekolah.