Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH AGAMA

CARA BERGAUL YANG BAIK

DOSEN PENGAMPU :

SAHAT PATAR LUMBAN GAOL, S.SOS., M.A., M.PD

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK VIII

1. Alexander Jonathan/ Ilmu Kesehatan Masyarakat/ 10011281924200


2. Feby Ayu P Nadeak/ Pendidikan Biologi/ 06091281924078
3. Luna Itasari Br Sitepu/ Kesehatan Lingkungan/ 10031281924038
4. Rosipa Anita Dewi Purba/ Pend.Ekonomi/ 06031281924021
5. Vini Picia Purba/ Ilmu Kesehatan Masyarakat/ 10011281924193

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Cara Bergaul Yang Baik”.

Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan terima kasih penulis
sampaikan kepada Bapak Sahat Patar Lumban Gaol, S.Sos., M.A., M.Pd. selaku
dosen mata kuliah Pendidikan Agama Kristen yang telah membimbing dan
memberikan kuliah demi kelancaran penyelesaian tugas makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik yang membangun
dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca, sehingga menambah wawasan para pembaca
dan juga dapat memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Kristen.

Indralaya, 29 November 2019

Penulis

A.n Kelompok VIII

Ketua Kelompok

Alexander Jonathan
NIM. 10011281924200

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1. Latar Belakang........................................................................................... 1

2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 1

3. Tujuan ....................................................................................................... 1

4. Manfaat ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3

1. Menelusuri Konsep Seni Bergaul .............................................................. 3

2. Menjadi Sahabat Sejati .............................................................................. 6

3. Menggali Sumber Alkitab Tentang Pergaulan............................................ 8

4. Membangun Argumen Tentang Suka dan Duka Pergaulan ..................... 11

5. Mendeskripsikan Tahap Tahap Pergaulan ................................................ 13

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 16

1. Kesimpulan ............................................................................................. 16

2. Saran ....................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 17

LAMPIRAN ..................................................................................................... 18

A. Pertanyaan-pertanyaan ............................................................................ 18

B. Makalah sebelumnya ............................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk sosial. Jadi manusia tidak dapat hidup tanpa
orang lain. Dalam menjalankan kehidupannya, seorang manusia selalu
membutuhkan pergaulan dengan manusia lainnya agar dapat mencapai taraf tingkah
laku sebagai manusia.

Tak jarang pada saat ini banyak manusia yang mengabaikan cara bergaulnya
dengan sesamanya, sehingga banyak manusia yang mengalami permasalahan dalam
berinteraksi sosial. Awalnya manusia dilahirkan dengan keadaan suci, tetapi akibat
pergaulan yang salah, semakin dia dewasa maka ia semakin mengenal dosa.
Disebutkan didalam Alkitab dalam Injil 1 Korintus 15 ayat ke 33 yaitu bahwa “….
Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.”

Untuk menghindari permasalahan dalam beriteraksi (bergaul) kepada sesama


manusia dibutuhkan sebuah teknik atau cara untuk bergaul yang baik agar dapat
bergaul dengan benar. Oleh karena itu, penulis mengangkat judul makalah yaitu
“Cara Bergaul Yang Baik”.

2. Rumusan Masalah

Bagaimana cara bergaul dengan baik diera modern sekarang ini agar dapat
terhindar dari masalah pergaulan yang buruk?

3. Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:


1. Mengetahui bagaimana cara bergaul dengan baik.
2. Mengetahui Apakah bersahabat merupakan cara bergaul dengan baik.
3. Mengetahui bagaimana menurut pandangan alkitab tentang pergaulan yang
baik.

1
4. Mengetahui apa saja suka dan duka dari bergaul.
5. Mengetahui bagaimana tahapan-tahapan dalam pergaulan.

4. Manfaat

Adapun Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu:


1. Bagi Penulis yaitu untuk mengetahui bagaimana bergaul dengan baik dan
semestinya serta dapat mencoba memperluas pergaulan.
2. Bagi pembaca yaitu untuk menambah wawasan tentang pergaulan yang
benar serta dapat mencoba memperluas pergaulan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Menelusuri Konsep Seni Bergaul

Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa hubungan dengan orang lain. Oleh
sebab itu, adanya individu-individu lain merupakan suatu keharusan. Manusia
diciptakan sebagai makhluk sosial yang selalu akan hidup dalam suatu hubungan
keterikatan dengan individu lainnya. Seorang manusia selalu membutuhkan
pergaulan dengan manusia lainnya agar dapat mencapai taraf tingkah laku
manusia.Dalam perkembangan usia, pola hubungan seseorang juga berkembang.
Pola itu jelas pada usia remaja dan terus bertahan sampai usia lanjut. Pola itu terdiri
atas lima dimensi (Ismail 2007, 109).

1. Dimensi persamaan.
Kita memilih teman yang mempunyai persamaan dalam kepribadian, nilai-
nilai hidup, perilaku, minat dan latar belakang.
2. Dimensi timbal balik.
Kita mencari teman yang bisa saling mengerti, saling percaya, saling tolong,
saling mengakui keunggulan dan saling memaklumi kelemahan masing-
masing.
3. Dimensi kecocokan.
Kita berteman karena merasa cocok dan senang berada bersama dia.
4. Dimensi struktur.
Kita mencari teman yang berjarak dekat, mudah dihubungi dan bisa
bertahan.
5. Dimensi model.
Kita berteman karena kita respek dan mengagumi kualitas kepribadiannya.

Dengan teman segolongan usia, kita bisa saling ikut merasakan dan saling
menopang dalam suka maupun duka. Sedangkan dengan teman yang lebih muda,
kita bisa menjadi sumber hikmat dan bijak dalam menghadapi persoalan sehari-
hari, karena kita telah mengalami semua Itu. Ada pergaulan yang menggambarkan

3
hubungan reaktif saja, seolah-olah antara dua individu atau lebih hanya terjalin
hubungan bagaikan tanya jawab saja. Ada pula pergaulan yang individu-
individunya aktif dan kreatif menciptakan hubungan, masing-masing individu
saling memajukan taraf kehidupannya, dan saling menyempurnakan martabatnya.

Seni bergaul adalah cara bagaimana membuat diri kita disukai oleh sesama
(Selan 1991, 103). Keinginan untuk disukai merupakan kodrat manusia. Oleh sebab
itu, manusia mencurahkan segenap akal budinya untuk menemukan cara-cara yang
jitu agar dirinya disukai oleh banyak orang. Faktor utama dalam memupuk seni
bergaul adalah pengertian dari kita sendiri tentang pribadi orang lain. Sering terjadi
kita tidak menyenangi seseorang, karena kita salah mengerti motif, kemampuan,
sikap dan kepribadian orang tersebut. Hubungan antar pribadi yang baik akan
meningkatkan nilai dan arti dari seseorang. Hubungan tersebut akan menghasilkan
kepuasan bagi mereka yang tahu seni bergaul.

Untuk meningkatkan seni bergaul, Anda perlu memerhatikan empat belas


pedoman berikut ini (Selan 1991, 104-105).

1. Dalam pergaulan pada setiap individu perlu adanya keterbukaan diri melalui
pertimbangan menerima apa yang diberikan oleh orang lain dalam bentuk
pendapat dan pandangan. Keterbukaan mengharuskan kita berhubungan
dengan orang lain tanpa bersembunyi di balik topeng. Keterbukaan merupakan
kunci menuju persahabatan (Kesler 1994, 975).
2. Melihat seseorang sebagaimana Tuhan memandangnya.
3. Mengenal individu lain sebagai seorang individu yang lain yang tidak sama
dengan diri kita sendiri. Mengenal individu lain berarti berusaha mengetahui
sifat-sifat, sikap, pandangan dan latar belakangnya yang telah membentuk
individu lain itu dan yang mendasari kepribadiannya maupun tingkah lakunya.
4. Mengerti bahwa individu lain memiliki ciri khas, sifat khusus dan latar
belakang masing-masing. Adanya perbedaan ini tidak berarti bahwa perbedaan
tersebut perlu diubah dengan maksud agar orang lain dipaksa menyamakan
dirinya dengan diri kita.
5. Memerhatikan orang lain dalam berbagai keadaan.

4
6. Ambillah waktu untuk bersahabat dengan dia dan membiarkan dia berbicara
tentang hobinya serta problemnya, teman temannya dan pokok-pokok yang
menarik baginya.
7. Memahami faktor psikologis yang mendorong kelakuannya. Dengan mengerti
keadaan psikologisnya, kita lebih dapat menerima orang lain sebagaimana
adanya.
8. Berusaha untuk menghindari sifat atau sikap yang kurang menyenangkan
seseorang.
9. Perbuatlah apa yang menurut pendapat Anda harus diperbuat orang lain kepada
Anda.
10. Setiap orang mendambakan pujian. Usaha manusia yang terbesar adalah untuk
mendapatkan pujian. Alasannya, tentu saja, adalah bahwa pujian yang tulus
membuat kita merasa diterima, menambah keyakinan diri kita dan membantu
menghilangkan keragu-raguan kita. Pujian adalah ungkapan penghargaan yang
diberikan secara tulus, tanpa pamrih untuk kepentingan pribadi. Memberikan
pujian selalu lebih efektif daripada kritik. Pujian menghasilkan banyak
perbuatan baik daripada keluhan.
11. Hindarilah perbantahan. Anda terlalu bijaksana untuk terseret dalam
perbantahan yang sia-sia, yang tidak seorang pun akan menang.
12. Jangan merusak kesenangan orang lain. Salam yang hangat, pujian atau
penghargaan dapat memberikan kesenangan dan membuat seseorang merasa
enak sepanjang hari.
13. Bersahabatlah dengan pemuda atau pemudi yang akan membawa Anda ke
hidup yang baik, jangan yang jahat.
14. Pupuklah rasa humor. Rasa humor dapat membuat suasana gembira dan santai.
Banyak konflik dan ketegangan dalam pergaulan dapat diatasi dengan sikap
yang suka humor. Humor haruslah yang sopan, dan tidak berkesan menghina,
menyindir, atau mengejek orang lain.

Berikut ini ada beberapa hal praktis yang dapat menolong Anda mendapatkan
sahabat dengan mudah:

5
1. Memusatkan perhatian Anda pada orang lain. Pikirkanlah tentang
bagaimanakah Anda dapat menolong mereka. Jika berbicara dengan orang lain,
janganlah berbicara tentang diri Anda. Tunjukkanlah bahwa Anda menikmati
kehadiran mereka.
2. Menghargai orang lain. Belajarlah untuk membuat orang lain berharga.
Perlakukanlah mereka sebagai gambar dan rupa Allah yang sama dengan Anda.
Penampilan, kedudukan sosial dan keadaan ekonomi bukanlah dasar
penghargaan kita. Hargailah mereka sebagai ciptaan Allah.
3. Mengubah cara berpikir tentang orang lain. Kecurigaan adalah senjata yang
ampuh untuk melumpuhkan atau memutuskan tali persahabatan. Berpikiran
negatif tentang orang lain akan mendorong tindakan yang negatif pula.
4. Mencari orang yang terlantar dan sedih. Dunia penuh dengan orang yang tidak
mempunyai teman, orang yang menderita kesakitan dan yang menjadi korban
kekejian orang lain sehingga mereka penuh dengan dendam.

2. Menjadi Sahabat Sejati

Setiap orang pasti membutuhkannya dan senantiasa berusaha mendapatkan


sahabat, bahkan bila orang tersebut telah memilikinya, ia akan senantiasa
memeliharanya. Menjadi sahabat bagi orang lain dan mempunyai seorang sahabat
adalah sesuatu yang sangat berarti dan berharga dalam hidup seseorang, karena
memang Sang Pencipta menata manusia untuk hidup bersama dengan orang lain.
Bagi orang Inggris, arti seorang sahabat diungkapkan dalam sebuah pepatah: a
friend in need is a friend indeed, artinya sahabat yang sejati ialah sahabat yang
selalu siap menolong ketika seseorang memerlukannya.

Alasan utama mengapa orang sulit menjalin persahabatan adalah kenyataan


bahwa mereka tidak pernah benar-benar menerima diri mereka sendiri. Jika kita
tidak menerima diri kita sendiri, kita akan mendapatkan kesulitan untuk menerima
orang lain, dan kebiasaan negatif ini akan tercermin dalam hubungan kita.

Untuk membangun persahabatan ada tujuh prinsip berikut ini yang perlu
diperhatikan.

6
1. Perhatikan setiap orang baru di sekitar Anda.
2. Kembangkan ekspresi yang membuat suasana ceria.
3. Berlatih menyapa orang dengan nama.
4. Ajukan pertanyaan yang tepat.
5. Menjadi pendengar yang baik.
6. Jangan congkak dan merasa lebih baik dari orang lain.
7. Sopan santun dalam tingkah laku.

Adapun ciri-ciri persahabatan yang baik adalah sebagai berikut.

1. Persahabatan yang baik tidak mementingkan diri sendiri. Amsal 17:17


mengatakan bahwa “seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu dan menjadi
seorang saudara dalam kesukaran” Seorang sahabat yang berkata, “Aku
mengasihimu jika ...” atau “Aku mengasihimu bila ...” bukan sahabat seperti
yang dilukiskan oleh Alkitab. Sahabat sejati akan berkata, “Aku mengasihimu
setiap waktu.” Kasihku tidak bersyarat dan tidak mementingkan diri sendiri.
2. Persahabatan sejati bersifat teguh. Jika Anda ingin sungguh-sungguh
mengetahui berapa banyak sahabat yang Anda miliki dan siapa mereka, buatlah
kesalahan dan lihatlah apa yang terjadi. Setelah Anda mengalami kesulitan,
coba lihat berapa banyak sahabat Anda yang masih setia kepada Anda?
Persahabatan sejati itu teguh.
3. Persahabatan sejati bersedia berkorban. Kalau Anda ingin menjadi sahabat,
Anda harus hidup dengan bersedia berkorban bagi orang yang menerima
persahabatan Anda.
4. Persahabatan sejati bersifat menyucikan. Amsal 27:17 berkata, “Besi
menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.” Seorang sahabat sejati akan
menjadikan Anda orang yang lebih baik. Persahabatan sejati membuat hidup
Anda lebih maju, mempertajam kecerdasan Anda dan membuat Anda lebih
giat. Alkitab berkata dalam Amsal 27:6, “Seorang kawan memukul dengan
maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah limpah.” Kita
harus membangun persahabatan dengan orang-orang non-Kristen juga. Ini
hendaknya tidak merupakan hubungan dengan maksud penginjilan
(persahabatan demi satu jiwa), melainkan persahabatan karena kita benarbenar

7
mengasihi orang-orang tersebut. Bila Anda mempunyai sahabat orang orang
non- Kristen, Anda perlu bertanya kepada diri Anda sendiri, apakah
persahabatan ini memungkinkan Anda tetap dekat dengan Tuhan atau dapat
memisahkan Anda dari Tuhan. Jikalau Anda mulai melihat bahwa
persahabatan Anda dengan seorang non-Kristen tertentu menjauhkan Anda
dari Tuhan, Anda harus melakukan sesuatu.
5. Jangan jadikan sahabat kita sebagai saingan terberat Anda. Hilangkan perasaan
iri atas keberhasilan sahabat kita. Jadikanlah rasa iri tersebut sebagai cambuk
bagi Anda agar berbuat lebih baik lagi. Lalu, jangan lupa ikutlah berbahagia
dengan keberhasilan yang telah dicapainya.
6. Jangan pernah ragu untuk minta maaf pada sahabat saat Anda melakukan
sebuah kesalahan padanya. Setelah itu, berusahalah perbaiki kesalahan Anda.
Begitu pula sebaliknya, berikanlah maaf dan lupakan kesalahan sahabat Anda
jika ia bersalah.

3. Menggali Sumber Alkitab Tentang Pergaulan

Dalam 1 Korintus 5:9-11 tersebut, Paulus melarang jemaat di Korintus untuk


bergaul dengan orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau
penipu. Apa maksud dan makna perkataan Paulus yang terdapat dalam 1 Korintus
5:9-11 “Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu, supaya kamu jangan bergaul
dengan orang-orang cabul. Yang aku maksudkan bukanlah dengan semua orang
cabul pada umumnya dari dunia ini atau dengan semua orang kikir dan penipu atau
dengan semua penyembah berhala, karena jika demikian kamu harus meninggalkan
dunia ini. Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul
dengan orang yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir,
penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian
janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama.”

Ada dua bahaya yang menyangkut hubungan kita dengan teman-teman kita.
Bahaya pertama adalah keeksklusifan, yaitu kecenderungan untuk menolak orang-
orang dari kalangan tertentu. Mungkin orang itu ditolak karena suku bangsanya,
kemiskinannya, dianggap bodoh atau terlalu pintar, atau karena alasan yang lain.

8
Sikap itu mengembangkan kesombongan dalam hati orang-orang yang menolak.
Kesombongan itu merusak kepribadian seseorang. Karena kesombongannya, orang
yang lemah lembut dapat menjadi keras hati dan kejam. Allah bekerja untuk
mempersatukan orang-orang. Ia mengasihi semua orang. Kasih kita perlu
mencerminkan kasih Allah yang sangat inklusif itu.

Kedua, yang menyangkut hubungan kita dengan teman-teman ialah tekanan


untuk menyesuaikan diri dengan pendapat dan perbuatan yang tidak baik. Sering
orang-orang membenarkan suatu perbuatan yang diragukan benar salahnya dengan
berkata, “Semua orang berbuat demikian.” Kalau kebanyakan orang dalam
kalangan kita sudah berbuat demikian, seseorang akan dianggap kolot bila ia
berkata, “Aku tidak boleh berbuat demikian”. Kalau kebanyakan orang dalam suatu
kelas menyontek, orang yang tidak menyontek dianggap aneh. Kalau semua orang
di kantor menerima suap, orang yang tidak menerima suap dihindari. Sering orang-
orang menyerah kepada dorongan-dorongan dari teman-temannya, walaupun
dorongan-dorongan itu bertentangan dengan suara hati mereka. Kalau demikian,
kebutuhan untuk diterima oleh teman-teman menjadi lebih penting daripada iman
dan pendirian diri sendiri. Pemuda-pemuda yang memiliki kebebasan untuk
mengambil keputusannya sendiri tanpa tekanan dari orang tua atau lembaga-
lembaga sering dengan rela membuang kebebasan itu untuk mengikuti keinginan
teman-temannya. Penyesuaian dengan orang lain dapat menjadi ganti bagi pikiran.

Di dalam Amsal 18:24 dikatakan, “Ada teman yang mendatangkan kecelakaan,


tetapi ada juga sahabat yang lebih karib daripada seorang saudara.” Ada sahabat
yang lebih baik daripada saudara sendiri. Ayat di atas bukan mengajak kita hanya
bersahabat dengan orang Kristen saja. Siapa saja boleh menjadi sahabat kita.
Dengan kata lain, pergaulan Kristen bukanlah eksklusif pada orang Kristen saja.
Sebaliknya, pergaulan Kristen juga bukan “asal bergaul” sehingga dapat merusak
kehidupan dan kesaksian kita, melainkan harus memerhatikan prinsip bergaul yang
benar. Pergaulan yang berprinsip bukan pergaulan yang eksklusif. Tetapi pergaulan
yang bertanggung jawab, beretiket dan pergaulan yang sesuai dengan prinsip
Firman Tuhan.

9
Motif dalam pergaulan Kristen adalah “kasih yang sudah kita terima dari
Kristus, bukan ‘kasih yang sekuler’.” misalnya kasih yang dikuasai oleh hawa
nafsu, kasih yang materialistis atau kasih yang egoistis. Beberapa prinsip pergaulan
yang berdasarkan kasih Kristus dan yang sesuai dengan kebenaran Alkitab adalah
sebagai berikut.

1. Kemuliaan bagi Allah


Motif tertinggi yang patut dimiliki orang yang menyebut dirinya anak anak
Allah ialah melakukan segala sesuatu demi kemuliaan Allah. Hanya Dialah
yang layak beroleh pujian tertinggi. Di dalam 1 Korintus 10:31 dikatakan, .”..
Jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semua itu untuk
kemuliaan Allah.” Selain itu, di dalam Kolose 3:23 dikatakan,“Apapun juga
yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan
dan bukan untuk manusia.”
2. Demi kebaikan orang lain
Dalam 1 Korintus 10:24 dikatakan, “Jangan seorang pun yang mencari
keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap- tiap orang mencari keuntungan
orang lain.” Jadi dalam pergaulan kita tidak boleh merugikan sesama,
melainkan melakukan sesuatu yang mendatangkan berkat bagi sesama.
3. Kebaikan bagi diri sendiri
Dalam 1 Korintus 10:23 dikatakan, “Segala sesuatu diperbolehkan. Benar,
tetapi bukan segala sesuatu berguna. Segala sesuatu diperbolehkan. Benar,
tetapi bukan segala sesuatu membangun.” Manusia memang diberi Tuhan
kebebasan, tetapi harus diingat bahwa tidak semua yang boleh dan dapat kita
lakukan, berguna bagi sesama dan diri kita sendiri. Oleh karena itu, kalau
hendak melakukan sesuatu hendaklah yang bermanfaat bagi manusia.
4. Saling mempercayai
Sikap saling mempercayai ini akan membangun persahabatan yang baik.
Sebaliknya, sikap saling mencurigai akan menghancurkan persahabatan. Sikap
“saling curiga” membuat seseorang menjadi terlalu sensitif, cemburu buta,
penyebar gosip, atau tidak jujur. Hindarilah sikap saling curiga.

10
5. Saling menghargai
Sikap saling menghargai menghasilkan sifat suka menghormati orang lain,
lebih banyak mendengar daripada berbicara, toleransi, berani menerima
pendapat orang lain dan tidak suka memperalat orang lain. Sebaliknya, orang
yang “suka menghina” akan terlihat dari sifatnya yang kurang menghargai
pribadi orang lain, suka mencela, emosinya tidak stabil, ceroboh, kasar,
pemarah, dan terlalu agresif.
6. Saling mengasihi
Kasih yang benar adalah kasih yang berasal dari Kristus. Kasih yang seperti
itu terlihat dari sifat tenggang rasa, tidak suka perhitungan dengan teman, tahan
diri untuk tidak selalu membicarakan diri sendiri, rela berkorban dan suka
mengalah untuk menang. Kasih yang seperti itu mendasari pergaulan yang
menjadi sahabat lebih baik daripada saudara, karena orang yang seperti itu rela
menerima sahabatnya sebagaimana dia adanya. Dalam keadaan bagaimanapun,
pada saat kapanpun dan di mana pun tempatnya, dia tetap menjadi “sahabat
yang baik.”

4. Membangun Argumen Tentang Suka dan Duka Pergaulan

Oleh para ahli sosiologi, pergaulan disebut interaksi. Interaksi bisa bersifat luas
(bergaul dengan banyak orang) atau bersifat frekuen (sering bergaul dengan orang).
Dua orang yang bersahabat secara kental tidak bergaul secara luas tetapi frekuen,
sedangkan seorang ekstrovert bergaul secara luas tetapi hanya sebentar saja. Sejak
dilahirkan manusia memang sudah mempunyai naluri untuk hidup berkumpul
dengan orang-orang lain. Bahkan pada suatu saat orang tadi dipisahkan dari orang-
orang lain, kemungkinan besar keseimbangan jiwanya akan mengalami gangguan.

Manusia mempunyai naluri untuk hidup berkumpul dengan orang-orang lain,


karena memang manusia itu tidak diperlengkapi dengan alat-alat yang cukup untuk
dapat hidup sendiri di dunia. Oleh karena itu, gejala yang wajar jika manusia selalu
akan mencari teman.

Orang yang ekstrovert mempunyai bakat bergaul. Selain itu, orang yang
mempunyai bakat bergaul biasanya adalah orang yang menyukai keramaian dan

11
suka bertemu dengan banyak orang. Sebaliknya, orang yang tidak bisa bergaul
dengan orang lain adalah orang yang bertipe introvert. Orang yang tidak bisa
bergaul dengan orang lain biasanya kalau bertemu orang lain merasa tegang dan
membenci keramaian. Di samping itu, perlu diperhatikan juga adanya beberapa
sifat yang menghalangi pergaulan, seperti sikap sombong, egois, cerewet,
kecenderungan suka memaksa orang lain dan sebagainya. Suka dan duka dalam
pergaulan tentu saja ada, bahkan boleh dikatakan banyak.

Contoh sukanya adalah sebagai berikut. Anda sedang sendirian di rumah


karena anggota keluarga yang lain sedang pergi. Sendiri adalah sesuatu yang tidak
menyenangkan. Tiba-tiba datang seorang teman dan akhirnya anda asyik ngobrol.
Dengan bergaul anda juga dapat mencari jalan untuk memecahkan persoalan yang
anda hadapi bersama dengan teman. Mengatasi kesulitan bersama-sama tentu lebih
mudah daripada mengatasi sendirian. Sukanya bergaul yang lain adalah saat anda
sakit. Teman-teman anda akan mengunjungi anda dengan segera. Selain itu, ketika
anda dalam keadaan sedih dan susah, teman dapat menghibur dan memberikan
nasihat-nasihat.

Pergaulan mendatangkan banyak keuntungan. Misalnya, setelah anda mulai


bergaul lebih dekat dengan teman-teman kuliah, anda memeroleh keterangan
bahwa dahulu mereka menganggap bahwa anda merupakan pribadi yang sombong,
lebih senang bermain dengan teman yang sama sekali tidak setingkat dengan anda.
Keuntungan yang lain adalah bergaul dengan teman-teman sangat menyenangkan
sebab dengan bergaul anda dapat menghilangkan kekesalan yang ada dalam hati
anda. Anda dapat bergembira bersama, bertukar pendapat dan dapat juga
menambah pengetahuan tentang hal-hal yang ada dalam masyarakat.

Anda butuh teman juga untuk menumpahkan seluruh isi hati anda yang
memang belum tentu teman anda dapat membantu, tetapi minimal anda merasa
seolah-olah bebas bila anda telah mencurahkan isi hati anda.

Dalam pergaulan anda tidak boleh terlalu acuh atau akrab sebab dalam
pergaulan ada duka. Misalnya, anda telah akrab dengan seseorang. Apabila terjadi
perselisihan dengan orang tersebut, rahasia anda bisa dibongkar semua. Sikap

12
tersebut tidaklah benar bagi persahabatan. Adapun duka pergaulan yang lain yang
bisa anda alami ialah jika seseorang dari teman-teman anda menjauhi anda dengan
alasan yang tidak jelas, mungkin iri atau yang lain yang anda sendiri tidak tahu
pasti. Duka lain, misalnya, ada teman yang mulai mengucapkan fitnah supaya nama
anda menjadi jelek dan dijauhi oleh teman lain. Duka pergaulan yang lain lagi
adalah terjadi salah paham dalam pergaulan antara anda dengan teman dan
mengakibatkan hubungan menjadi agak terganggu. Ada pula yang mau menghargai
teman yang bermobil saja, kaya raya dan sebagainya, tetapi tidak mau menghargai
teman yang kurang mampu sehingga dalam pergaulan, anda dapat melihat adanya
kelompok-kelompok dalam pergaulan. Yang kaya dengan yang kaya, sedangkan
yang miskin dengan yang miskin. Di dalam bergaul, kita juga sering mendapat
kesukaran karena tidak semua orang mempunyai sifat yang sama, ada yang
sombong, ada yang genit, ada yang egois dan sebagainya.

5. Mendeskripsikan Tahap Tahap Pergaulan

Tulus Tu’u (1988, 33-36) membagi pergaulan muda-mudi ke dalam lima tahap.

6. Sifatnya terbatas pada persahabatan biasa


Seseorang dapat bergaul dengan siapa saja. Tahap pertama ini adalah
persahabatan biasa baik dengan teman-teman sejenis maupun teman-teman
lawan jenis. Pergaulan tahap ini dapat terjadi di sekolah, di gereja, di rumah
teman-teman dan di tempat-tempat yang lain. Di dalam persahabatan ini, kita
bertukar pikiran, bekerja sama dan mengalami saat-saat biasa dan istimewa
dengan orang-orang lawan jenis tanpa hubungan asmara.
7. Persahabatan yang lebih istimewa
Hubungan ini berdasarkan keinginan untuk lebih mengenal seorang atau
beberapa orang lawan jenis karena kita merasa tertarik kepada mereka. Kita
berusaha untuk mengenal mereka dengan lebih baik dengan bercakap-cakap
bersama di gereja, di kampus pada waktu santai. Pada tahap ini pertemuan-
pertemuan tidak selalu terjadi secara kebetulan saja, tetapi berdasarkan usaha
dan rencana untuk bertemu. Namun, pertemuan-pertemuan ini tidak mengikat

13
dua orang yang bertemu. Pada tahap persahabatan yang lebih istimewa ini tidak
ada kemesraan yang intim. Pada tahap ini pertemuan diadakan dalam
kelompok, bukan sebagai pasangan yang terlepas dari kelompok. Misalnya,
malam ini di pertemuan pemuda gereja, Budi dapat bercakap-cakap dengan
Tini dan Dewi. Besok di sekolah ia bercakap-cakap dengan Yuli. Pada hari
Sabtu, ia akan berenang dengan rombongan pemuda. Ia mengetahui bahwa Tini
juga akan mengikuti rombongan itu, dan ia mempunyai harapan untuk
berbicara dengan Tini, walaupun ia juga akan bergaul dengan kawan-
kawannya yang lain. Dengan pertemuan-pertemuan seperti ini, ia dapat lebih
mengenal beberapa orang tanpa membentuk hubungan erat yang mengikat.
Hubungan-hubungan pada tahap ini masih dicurigai oleh banyak orang. Tahap
ini sangat perlu dikembangkan oleh pemuda-pemudi yang memerlukan
kesempatan untuk mengenal baik lebih banyak orang dari lawan jenis.
8. Pacaran
Pergaulan tahap ini sepasang pemuda pemudi melakukan suatu persetujuan
bahwa mereka akan mengadakan hubungan khusus dan akan menghentikan
semua hubungan khusus dan akrab yang lain dengan orang-orang dari lawan
jenisnya. Mereka masih ingin saling mengenal dengan lebih baik, tetapi
sekarang ada unsur yang baru. Mereka masih bebas untuk memutuskan
hubungan mereka, tetapi sekarang tindakan putus itu perlu disertai
pembicaraan bersama dan keterangan bersama yang lebih dalam daripada yang
diperlukan pada tahap-tahap sebelumnya. Karena tujuan pokok tahap ini adalah
lebih mengenal pacar, mereka perlu banyak berbicara bersama dan banyak
menjalankan aktivitas-aktivitas bersama. Tahap ini perlu makan waktu yang
cukup lama sehingga mereka dapat mengetahui apakah mereka benar-benar
tepat untuk meneruskan hubungan mereka ke tahap yang lebih dalam. Tahap
pacaran ini tidak selamanya diakhiri dengan perkawinan. Mungkin juga terjadi
perpisahan apabila ternyata ada ketidak cocokan yang hakiki. Oleh sebab itu,
prinsip yang berlaku dalam pacaran adalah tidak melangkah jauh kepada
kemesraan yang membuat tidak dapat mengendalikan diri, harus menjaga
kesucian diri masing-masing dan dapat menahan diri tidak terbuai oleh cinta
berahi. Karena hubungan pacaran jelas masih dapat putus.

14
9. Bertunangan
Berbeda dengan semua tahap sebelumnya, pertunangan biasanya berdasar
atas perjanjian resmi yang diumumkan kepada orang-orang lain. Perjanjian ini
berbunyi bahwa sepasang pemuda-pemudi akan menuju pernikahan. Tahap ini
merupakan masa ujian. Mereka memperdalam hubungan mereka dengan
menguji apakah mereka tepat menikah atau cocok membangun suatu rumah
tangga. Ada persetujuan bahwa mereka akan menikah kecuali kalau ternyata
suatu alasan kuat untuk tidak menikah. Pertunangan dapat dibatalkan, tetapi
pembatalan harus disertai dengan alasan-alasan yang penting yang penuh
tanggung jawab. Biasanya pertunangan akan berakhir dalam pernikahan. Bila
ternyata bahwa mereka sebaiknya tidak menikah, mereka sebaiknya berpisah
sebelum pernikahan mereka terjadi.
10. Pernikahan
Pada tahap ini, ada dua unsur baru. Pertama, hubungan antara dua orang itu
sekarang tidak boleh diceraikan. Menurut ajaran Kristen mereka yang telah
menikah tidak boleh dipisahkan kecuali oleh kematian. Kedua, mereka mulai
hidup bersama dan bersenggama. Unsur kedua berhubungan erat dengan unsur
pertama, karena senggama hanya tepat kalau dilindungi oleh hubungan yang
tidak dapat dihentikan. Sebaiknya, pernikahan di catatan sipil diadakan pada
waktu yang sama atau hampir sama dengan pemberkatan pernikahan oleh
gereja. Bila pemberkatan dua orang ditunda sesudah pernikahan di catatan
sipil, timbul kebingungan tentang status hubungan mereka dalam mata orang
banyak dan mungkin juga dalam pikiran mereka sendiri.

15
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Manusia diciptakan sebagai mahluk sosial dimana manusia itu tidak dapat
hidup sendirian. Oleh sebab itu, manusia membutuhkan pergaulan. Pergaulan itu
sendiri merupakan hubungan antara dua orang atau lebih yang biasanya terbentuk
oleh beberapa faktor, seperti faktor kesamaan. Dalam membangun pergaulan
hendaklah kita tidak memandang orang dari luarnya saja, sama seperti Tuhan yang
mengasihi semua manusia tanpa pandang bulu.

Tak hanya itu saja, pergaulan umat kristen bukanlah pergaulan yang eksklusif
dengan orang kristen saja. Kita boleh bergaul dengan semua orang asalkan
pergaulan itu merupakan pergaulan yang benar dan bertanggungjawab. Pergaulan
itulah yang akan menjadi hubungan persahabatan yang sejati. Persahabatan sejati
adalah persahabatan yang teguh sama seperti hubungan Tuhan dan manusia.
Hubungan Tuhan dan manusia adalah perwujudan dari persahabatan sejati. Dan kita
sebagai mahluk sosial hendaklah dapat membangun pergaulan yang baik yang
nantinya dapat menjadi hubungan persahabatan yang sejati.

2. Saran

Sebagai Mahasiswa dan Pengikut Kristus, kita boleh bergaul dengan semua
orang, tetapi dengan pergaulan yang benar sesuai Firman Tuhan serta pergaulan
yang bertanggung jawab.

16
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset,


Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia.2016. Buku Ajar Mata
Kuliah Wajib Umum Pendidikan Agama Kristen Diambil dari:
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://edukasi.p
ajak.go.id/images/perguruan_tinggi/Kristen.pdf&ved=2ahUKEwia1c_oloXm
AhUpzDgGHZb7Bj0QFjAMegQIAxAB&usg=AOvVaw1uW2gN2nWAIQR8xS
xbjO8h ( 25 November 2019)

Kesler, Jay. 1994. “Keterbukaan: Kunci Menuju Persahabatan” dalam Kesler, Jay
(ed.) 1994. Pola Hidup Kristen. Malang: Gandum Mas (hal.975977).

Osborne, Cecil G. 1996. Seni Bergaul. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Renaldy.2018. Cara Bergaul Yang Baik Menurut Alkitab. Diambil dari:


https://www.scribd.com/document/391009665/Cara-Bergaul-Yang-Baik-
Menurut-Alkitab (25 November 2019)

17
LAMPIRAN

A. Pertanyaan-pertanyaan

1. Amsal 20:19 Berkata “Siapa mengumpat, membuka rahasia, sebab itu


janganlah engkau bergaul dengan orang yang bocor mulut.” Mengapa kita
tidak boleh bergaul dengan orang bocor mulut? (Hastuti Purba)

Dijawab oleh Feby Ayu P Nadeak :

Dalam pertemanan ada sesuatu yang harus dijaga yaitu rahasia dan privasi.
Sebagai seseorang yang membutuhkan sahabat untuk berbagi cerita, ada
kalanya kita mencurahkan isi hati kita bahkan sekalipun rahasia dan privasi
kita. Seperti yang Alkitab katakan, kita tidak boleh bergaul dengan orang
yang bocor mulut, bocor mulut berarti orang yang tidak bisa menjaga
rahasia atau privasi. Karena setiap orang memiliki rahasia yang harus dijaga
dan bukan menjadikan rahasia atau privasi teman atau sahabat sebagai alat
untuk menjatuhkan mereka. Alkitab mengajarkan kita untuk bijaksana
dalam bergaul.

2. Dalam menginjili teman, bagaimana cara untuk membuat dia agar tidak
tersinggung? (Russel Nadapdap)

Dijawab oleh Rosipa Anita Dewi Purba :

Menginjili adalah tugas kita sebagai umat Tuhan. Namun, menginjili itu
bukan dengan cara paksaan agar teman yang diinjili agar mengikuti segala
sesuatu yang disampaikan. Dalam penginjilan Tuhan bekerja atasnya.
Kewajiban kita hanyalah menyampaikan injil, untuk selanjutnya Tuhanlah
yang bekerja. Agar penginjilan kita tidak membuat teman tersinggung, kita
harus berdoa terlebih dahulu agar Allah mengubah hati dan membuka mata

18
mereka terlebih dahulu (2 korintus 4:4). Setelah itu kita juga harus memilih
dan menggunakan kata-kata yang dapat mereka mengerti tanpa membuat
mereka tersinggung.

3. Ketika kita telah dewasa, dalam pergaulan khusus dengan lawan jenis,
bagaimana kita dapat mengetahui bahwa seseorang itu adalah yang
dikehendaki oleh Tuhan? (Novia Hutabarat)

Dijawab oleh Vini Picia Purba :

Dalam Kristen diajarkan cara untuk mengetahui bahwa yang menjadi


pasangan kita adalah yang dikehendaki Tuhan, yaitu :
a. Sepadan, dalam artian sepadan adalah memiliki pemikiran yang
kurang lebih sama.
b. Takut akan Tuhan, memiliki iman kepada Tuhan dan dapat
memimpin keluarga untuk lebih dekat pada Tuhan.
c. Menjadi penolong, artinya pasangan kita memiliki rasa saling tolong
menolong dalam menghadapi kesulitan dan permasalahan.
d. Lahir baru, artinya seseorang yang menjadi pasangan kita adalah dia
yang sudah dibaharukan dalam Kristus Yesus, sehingga mampu
membawa kita dalam kebenaran.

B. Makalah sebelumnya

19

Anda mungkin juga menyukai