Anda di halaman 1dari 12

MANAJEMEN TATA KELOLA PENDARATAN IKAN

DI PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA

PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN

SETIADI M NOOR
1705904010006

PROGRAM STUDI PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang
Pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan
disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan
dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal
perikanan bersandar, berlabuh dan atau bongkar muat ikan yang dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan (Ditjen
Perikanan,2008).
Menurut Puspa, et al. (2013) Seiring dengan pembangunan sub sektor
perikanan tangkap, pembangunan pelabuhan perikanan juga terus dilakukan.
sejumlah pelabuhan perikanan yang ada memang belum memadai. Padahal
urgensi pembangunan pelabuhan perikanan adalah perlu perbaikan dan optimasi
mengingat Indonesia yang dianugerahi fishing ground yang kaya, belum
dilengkapi dengan fasilitas pelabuhan yang memadai. Peningkatan pemanfaatan
pelabuhan perikanan sangat terkait dengan keberadaan fasilitas di pelabuhan
tersebut.
Berdasarkan UU No 31 tahun 2004, disebutkan bahwa Pemerintah
berkewajiban untuk membangun dan membina prasarana perikanan (pelabuhan
perikanan dan saluran irigasi tambak). Salah satu tujuan pokok dari pembangunan
perikanan adalah untuk meningkatkan produksi dan produktivitas nelayan seiring
dengan peningkatan pendapatan, kesejahteraan nelayan, produksi domestik bruto,
devisa negara, gizi masyarakat dan penyerapan tenaga kerja terutama bagi mereka
yang belum memiliki keterampilan, tanpa mengganggu atau merusak kelestarian
sumberdaya perikanan yang ada.

Pelabuhan Perikanan Nizam Zachman Jakarta (PPSNZJ) merupakan Unit


Pelaksana Teknis Kementrian Kelautan dan Perikanan yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Pada awalnya
Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta (PPSJ) diresmikan pada tanggal 17 Juli
1984 dan berbentuk Project Manajement Unit (PMU) (PPS Nizam Zachman
2014). Pada tahun 2004 PPSNZJ yang semula bernama PPS Jakarta diubah

1
menjadi PPS Nizam Zachman Jakarta sesuai dengan SK Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor KEP.04/MEN/2004 tentang perubahan nama PPS Jakarta
menjadi PPS Nizam Zachman Jakarta (PPS Nizam Zachman Jakarta 2014).

Permasalahan dalam di PPS Nizam Zachman Jakarta adalah perlunya


peningkatan daya tampung PPS karena kebutuhan nelayan yang cenderung
semakin meningkat. Permasalahan lain yang dialami oleh di PPS Nizam Zachman
Jakarta adalah manajemen dalam menerima hasil tangkapan laut kurang
terstruktur sehingga hasil tangkapan tidak bisa ditampung secara maksimal.

Berdasarkan masalah yang ada maka perlu adanya dilakukan kegiatan


Praktek Kerja Lapangan (PKL) mengenai Manajemen tata kelola pendaratan ikan
di PPS Nizam Zachman Jakarta guna menyelesaikan tugas PKL serta
meningkatkan keterampilan dan skill yang berguna di dunia kerja.

1.2. Tujuan PKL


Adapun tujuan dari Kerja Praktek Lapangan ini adalah :

Mengetahui masalah yang dialami dalam manajemen pengelolaan


pendaratan ikan dan mengetahui manajemen tata kelola pendaratan ikan di PPS
Nizam Zachman Jakarta.

1.3. Manfaat PKL


Manfaat dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah :

1. Untuk menambah wawasan tentang kondisi PPS Nizam Zachman


Jakarta dan mengetahui manajemen pengelolaan pendaratan ikan di
PPS Nizam Zachman Jakarta.
2. Memberikan informasi kepada pemerintah untuk dapat menjadi bahan
masukan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan


Berdasarkan peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.16/MEN/2006, pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan
dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai
tempat kapal bersandar, berlabuh dan bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan
fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan perikanan.
Menurut peraturan terbaru berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor PER.16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan, Pelabuhan
Perikanan dibagi menjadi 4 kategori utama yaitu:
1) PPS (Pelabuhan Perikanan Samudera)
2) PPN (Pelabuhan Perikanan Nusantara)
3) PPP (Pelabuhan Pendaratan Pantai)
4) PPI (Pelabuhan Pendaratan Ikan)
Pelabuhan tersebut dikategorikan menurut kapasitas dan kemampuan
masing-masing pelabuhan untuk menangani kapal yang dating dan pergi serta
letak dan posisi pelabuhan.
1) Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS), dengan kriteria:
(1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut
teritorial, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI), dan laut lepas;
(2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran
sekurang-kurangnya 60 GT;
(3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 300 m, dengan kedalaman
kolam sekurang-kurangnya minus 3 m,
(4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 100 kapal perikanan atau
jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 6000 GT kapal perikanan
sekaligus,
(5) Ikan yang didaratkan sebagian untuk tujuan ekspor,
(6) Terdapat industri perikanan.

3
2.2 Fungsi dan Kriteria Pelabuhan Perikanan
Berdasarkan Undang–Undang Republik Indonesia No. 31 tahun 2004
pelabuhan perikanan berfungsi sebagai sarana penunjang untuk meningkatkan
produksi yang meliputi berbagai aspek, yaitu sebagai tempat tambat-labuh kapal
perikanan, tempat pendaratan ikan, tempat pemasaran dan distribusi ikan, tempat
pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan, tempat pengumpul data tangkapan,
tempat pelaksanaan penyuluhan serta pengembangan masyarakat nelayan dan
tempat untuk memperlancar kegiatan operasional kapal perikanan.
Pelabuhan perikanan harus menjalankan fungsinya dengan baik
dikarenakan untuk memperlancar kegiatan kapal-kapal perikanan, salah satu
fungsi yang bisa dilakukan adalah penyediaan fasilitas darmaga dan kolam
pelabuhan serta penyediaan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan perbekalan untuk
menangkap ikan dan membongkar hasil tangkapan.
Menurut SK Menteri Kelautan dan Perikanan No: kep. 10/ MEN/ 2004,
kriteria Pelabuhan Perikanan Samudera adalah:
1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut
teritorial, Zona Ekonomi Eksk lusif Indonesia (ZEEI), dan laut lepas;
2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran
sekurang-kurangnya 60 GT;
3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 300 m, dengan kedalaman kolam
sekurang-kurangnya minus 3 m;
4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 6.000 GT kapal perikanan
sekaligus;
5) Ikan yang didaratkan sebagai untuk tujuan ekspor;
6) Terdapat industri perikanan.

2.3 Fasilitas Pelabuhan Perikanan


Pelabuhan perikanan adalah suatu kawasan kerja yang meliputi areal
daratan dan perairan yang dilengkapi dengan fasilitas yang dipergunakan untuk
memberikan pelayanan umum dan jasa guna mempelancar aktifitas kapal
perikanan, usaha perikanan dan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan usaha
perikanan. Menurut Danoredjo (1981) diacu dalam Ashshiddiqi (2003), pelabuhan

4
perikanan harus mempunyai fasilitas yang dapat:
1) Mempelancar kegiatan produksi dan pemasaran hasil tangkapan;
2) Menimbulkan rasa aman bagi nelayan terhadap gangguan alam dan
manusia;
3) Mempermudah pembinaan serta menunjang pengorganisasiaan usaha
ekonomi nelayan.
Pelabuhan perikanan agar dapat berfungsi sesuai dengan peranannya,
pelabuhan perikanan dilengkapi dengan berbagai fasilitas-fasilitas.
Fasilitasfasilitas tersebut berupa fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas
penunjang.

2.3.1 Fasilitas pokok


Fasilitas ini berfungsi untuk menjamin keamanan dan kelancaran kapal
baik sewaktu berlayar keluar masuk pelabuhan maupun sewaktu berlabuh di
pelabuhan.
Fasilitas-fasilitas pokok tersebut antara lain:
1) Darmaga
Darmaga adalah suatu bangunan kelautan yang berfungsi sebagai tempat
labuh dan bertambatnya kapal, bongkar muat hasil tangkapan dan mengisi
bahan perbekalan untuk keperluan menangkap ikan di laut.
2) Kolam pelabuhan
Kolam pelabuhan adalah daerah perairan pelabuhan untuk keluar
masuknya kapal yang akan bersandar di darmaga. Kolam pelabuhan menurut
fungsinya terbagi dua yaitu berupa Alur pelayaran yang merupakan pintu
masuk kolam pelabuhan sampai darmaga dan Kolam putar yaitu daerah
perairan untuk berputarnya kapal. (Lubis, 2010).

2.3.2 Fasilitas fungsional


Fasilitas fungsional adalah fasilitas yang berfungsi untuk meninggikan
nilai guna dari fasilitas pokok dengan cara diberikan pelayanan yang dapat
menunjang aktifitas di pelabuhan. Fasilitas ini diantaranya tidak harus di
suatu pelabuhan namun fasilitas ini disediakan sesuai dengan kebutuhan

5
opersional pelabuhan namun fasilitas ini disediakan sesuai dengan
kebutuhan operasional pelabuhan perikanan tersebut, (Lubis,2010).

2.3.3 Fasilitas penunjang


Fasilitas penunjang adalah fasilitas yang secara tidak langsung
meningkatkan peranan pelabuhan atau para pelaku mendapatkan
kenyamanan melakukan aktifitas di pelabuhan.
1) Fasilitas kesejahteraan: MCK, poliklinik, mess, kantin/warung,
musholla;
2) Fasilitas administrasi: kantor pengelola pelabuhan, ruang operator,
kantor syahbandar, kantor bea cukai.
Pada umumnya pembangunan suatu pelabuhan dilaksanakan secara
bertahap. Pada tahap awal pelabuhan dibangun dengan fasilitas pokok dan
atau sebagai fasilitas fungsional kemudian dilanjutkan pada tahapan
berikut sesuai dengan kebutuhannya (Lubis, 2010).

2.4 Manajemen Tata Kelola Pelabuhan Perikanan


Hakekatnya pelabuhan perikanan merupakan kawasan pengembangan
industri perikanan. Pembangunan pelabuhan perikanan di suatu daerah merupakan
embrio pembangunan perekonomian di suatu daerah (Manurung 2003).
Manajemen merupakan kerjasama dengan orang-orang untuk menentukan,
menginterpretasikan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan
fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan
(actuating), dan pengawasan (controlling) (Dalimunthe, 2003).
Pelabuhan berperan untuk meningkatkan produksi ikan, pemasukan
devisa, membuka lapangan kerja, peningkatan penyediaan ikan segar dan
peningkatan pendapatan pemerintah lokal. Selain itu pelabuhan perikanan ini juga
mempunyai peranan penting dengan segala fasilitasnya sebagai penunjang tata
operasional kapal. Oleh karena itu diperlukan manajemen pelabuhan untuk
mengatur dan mengorganisir segala kegiatan yang berkenaan dengan tugas dan
fungsi pelabuhan agar segala sesuatunya berjalan dengan baik.

6
BAB III
METODE PKL

3.1 Waktu dan Tempat


Praktek Kerja Lapangan akan dilaksanakan pada tanggal 01 Januari – 01
Februari 2020. Lokasi Praktek Kerja Lapangan akan dilaksanakan di Pelabuhan
Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman, Provinsi DKI Jakarta
3.2 Peralatan PKL
Peralatan yang akan digunakan dalam kegiatan PKL dapat dilihat padatabel
:
Tabel.1.Peralatan PKL di PPS Nizam Zachman Jakarta
No Alat Kegunaan
1 ATK Mencatat data
2 Kamera (handphone) Dokumentasi kegiatan
Sumber : Data primer yang diolah

3.3 Metode PKL


Metode yang akan digunakan pada Praktek Kerja Lapangan ini adalah
metode observasi yaitu penulis langsung melakukan pengamatan untuk terlibat
dalam kegiatan agar dapat memperoleh data dan gambaran yang sebenarnya.
Kemudian metode partisipatif dalam arti terlibat langsung dalam setiap kegiatan.
Selain metode observasi juga menggunakan metode survey yaitu dengan cara
melakukan pengamatan secara langsung dengan mewawancarai pihak di bidang
lapangan. Data yang akan dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder.
Mengadakan observasi menurut kenyataan, melukiskannya dengan kata-
kata secara cermat dan tepat apa yang diamati, mencatatnya dan kemudian
mengolahnya dalam rangka masalah yang diteliti secara ilmiah (Nasution, 2004).
3.3.1. Data primer
Data primer adalah data yang akan diperoleh atau dikumpulkan
langsung di lapangan oleh mahasiswa . Data ini diperoleh secara langsung
dengan melakukan pengamatan dan pencatatan dari hasil
observasi,wawancara dan partsipasi aktif.
Menurut setyaningsih dan Abrori (2013) data Primer, yaitu data yang
diambil secara langsung dari obyek penelitian. Data primer diperoleh dengan
cara mengamati secara langsung objek penelitian. Selain itu data primer dapat

7
diperoleh dari hasil observasi, wawancara, partisipasi aktif maupun memakai
instrumen pengukuran secara khusus sehingga didapat informasi sesuai
dengan kondisi fakta yang ada
1) Observasi
Observasi dalam implementasinya tidak hanya berperan sebagai
teknik paling awal dan mendasar dalam penelitian, tetapi juga teknik paling
sering dipakai, seperti observasi partisipan, rancangan penelitian
eksperimental, dan wawancara langsung di lapang (Hasyim 2016). Kegiatan
observasi pada PKL ini dilakukan berbagai kegiatan yang berhubungan
langsung dengan kegiatan yang ada di PPS Nizam Zachman Jakarta.
Pengamatan yang dlakukan meliputi pengamatan langsung tata kelola
pendaratan ikan dan fasilitas utama serta fasilitas pendukung di PPS Nizam
Zachman Jakarta. Adapun pencatatan hasil produksi juga merupakan
kegiatan dari PKL.
2) Wawancara
Wawancara pada penelitian kualitatif merupakan pembicaraan yang
mempunyai tujuan dan didahului beberapa pertanyaan informal. Wawancara
penelitian lebih dari sekedar percakapan dan berkisar dari informal ke
formal. alaupun semua percakapan mempunyai aturan peralihan tertentu
atau kendali oleh satu atau partisipan lainnya (Rachmawati,2007).
Wawancara dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan kepada
pembimbing lapang PKL/pembina mengenai latar belakang didirikannnya
PPS Nizam Zachman Jakarta serta fungsi dan kegunaan terhadap
masyarakat. Bertanya ke nelayan mengenai kegiatan trip penangkapan juga
sebagai tambahan informasi dan ilmu yang bisa di dapat dari kegiatan PKL.
3) Partsipasi Aktif
Menurut Astuti (2015) , partisipasi merupakan keterlibatan mental dan
emosi dari seseorang didalam situasi kelompok yang mendorong mereka
untuk menyokong kepada pencapaian tujuan pada kelompok tersebut dan
ikut bertanggungjawab terhadap kelompoknya. Dalam PKL ini partisipasi
yang dilakukaan yaitu dengan cara terlibat langsung dengan kegiatan yang
dilakukan di PPS Nizam Zachman Jakarta.

8
3.3.2 Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
mahasiswa dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini, biasanya diperoleh
dari perpustakaan atau dari laporan-laporan penelitian terdahulu. Data
sekunder disebut juga data tersedia.
Data sekunder dapat diperoleh dari referensi yang berasal dari berbagai
sumber. Sumber data seperti perpustakaan, internet, literatur-literatur, atau
sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penelitian (Setyaningsih dan
Abrory, 2013). Data sekunder dalam PKL ini diperoleh dari dokumentasi dan
pustaka balai, dinas perikanan kelautan, lembaga penelitian, laporan pihak
swasta dan pihak lain yang berhubungan dengan kegiatan yang terjadi di PPS
Nizam Zachman Jakarta.

3.4 Jadwal Rencana Kegiatan


Tabel 2. Rencana Kegiatan PKLdi PPS Nizam Zachman Jakarta
Bulan Januari (Per Minggu)
NO Jenis Kegiatan
I II III IV
Perkenalan dengan kepala pelabuhan dan
1 staf-staf PPS Nizam Zachman Jakarta
serta pembimbing lapangan.
Pengarahan dari pembimbing lapangan
dan staf-staf PPS Nizam Zachman Jakarta
2
serta pengenalan lingkungan sekitar PPS
Nizam Zachman Jakarta.
Mengumpulkan informasi tentang
3 manajemen tata kelola di PPS Nizam
Zachman Jakarta.
Berpartisipasi dalam manajemen tata
4 kelola kapal di PPS Nizam Zachman
Jakarta.
Sumber : Data primer yang diolah

9
3.5 Prosedur PKL
Prosedur yang dilakukan oleh penulis dalam Praktek Kerja Lapangan kali
ini secara berurutan yaitu persiapan, turun kelapangan, pengumpulan data (data
primer dan data sekunder), dan menganalisis data.

3.6 Analisis Data


Analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif
yaitu suatu metode pengambilan data secara survey dan observasi langsung
dilapangan serta melakukan pangumpulan data dengan memusatkan perhatian
pada suatu kasus secara intensif dan mendetail sehingga mendapatkan gambaran
yang menyeluruh sebagai hasil dari pengumpulan data dan analisis data dalam
jangka waktu tertentu dan terbatas pada daerah tertentu (Natsir, 2003).
Analisis deskriptif yang merupakan bentuk analisis data penelitian untuk
menguji generalisasi hasil penelitian berdasarkan satu sampel. Analisis deskriptif
ini dilakukan dengan pengujian hipotesis deskriptif. Hasil analisisnya adalah
apakah hipotesis penelitian dapat digeneralisasikan apa tidak. Jika hipotesis nol
(Ho) diterima, berarti hasil penelitian dapat digeneralisasikan. Analisis deskriptif
ini menggunakan satu variabel atau lebih tapi bersifat mandiri, oleh karena itu
analisis ini tidak berbentuk perbandingan atau hubungan. Hasil analisis deskriptif
akan disajikan dalam bentuk tabel (Hasan. 2004) Diacu dalam Nasution. 2017.

10
DAFTAR PUSTAKA
[PPSNZJ] Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta. 2014. Profil
PPSNZJ. Jakarta (ID) : PPSNZJ.
Ashsididdiqi.2003.Fasilitas Pelabuhan Perikanan DKI Jakarta Di Muara
Angke.[Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Dalimunthe, R. F. 2003. Sejarah Ilmu Manajemen. Fakultas Ekonomi
USU:Sumatera Utara
Direktorat Jendral Perikanan Tangkap. 2008. Pedoman Pengelolaan Pelabuhan
Perikanan,Jakarta.
Frismi Astuti. 2015. Implementasi Program Adiwiyata Dalam Pengelolaan
Lingkungan Sekolah Dan Tingkat Partisipasi Warga Sekolah di SMP
Kabupaten Wonosobo Tahun 2015. Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu
Sosial, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Hasyim Hasanah. 2016. Teknik-Teknik Observasi. Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri Semarang Jurnal at-Taqaddum,
Volume 8, Nomor 1
Imami Nur Rachmawati. 2007. Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kualitatif:
Wawancara. Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 11, No.1 Hal: 35-
40
Lubis, E. 2010. Penghantar Pelabuhan Perikanan (Buku I). Laboratorium
Pelabuha Perikanan Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 71
Halaman.
Manurung TV. 2003. Urgensi Pelabuhan dalam Pengembangan Agribisnis
Perikanan Rakyat (Kasus Jawa Tengah). Prosiding Agribisnis. Pusat
Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. hlm 204-221.
Nasution, S. 2004. Metode Penelitian (Penelitian Ilmiah). PT. Bumi Aksara,
Natsir. 2003. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Buku :
Alfabeta, Bandung
Puspa Dewi Primsa, Jonny Zain, dan Ronal M. 2013. Studi Pemanfaatan Fasilitas
Pangkalan Pendaratan Ikan Pagurawan Di Desa Nenassiam
Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera
Utara. Student of Fisheries and Marine Science Faculty, Riau
University.
Setyaningsih, Abrori 2013. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta, 501
hlm.
Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Amandemen UU Nomor 31 Tahun
2004) Tentang Perikanan.
Undang-Undang Peraturan Menteri Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 2006
Tentang Pelabuhan Perikanan. Jakarta. 21 Halaman.

11

Anda mungkin juga menyukai