Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL TAK

SENAM PRONALIS PADA LANSIA YANG MENGALAMI HIPERTENSI

Dosen Pembimbing :

Ns. Ahmad Rizal,S.Kep M.Kep

Oleh :

Christy Irene Hattu 18200000036

Yostina Tunay 18200000041

Risma Widya Oktaviana 18200000044

Andika Bagus Prayuga 18200000056

Dita Syahputri Haryanto 18200100098

Fita Febriyanti 18200100102

Nabilla Reza Adinda 18200100120

Adi Wardana 18200100128

Desvita Anasyach 18200100129

Pitra Suriani Sinaga 18200100133

Friesca Mallya Hannika 18200100139


Melinda Dini Nurfitri 18200100140

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
proposal ini yang diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Stase Gerontik bisa
selesai tepat pada waktunya.

Penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada berbagai pihak yang


telah membantu dan berkontribusi dalam pembuatan Proposal TAK ini. Yaitu kepada
:
1. Bapak Ns. Ahmad Rizal,S.Kep M.Kep, selaku Dosen

pembimbing Mata kuliah Stase Gerontik

2. Bapak dan Ibu lansia, yang telah bersedia dikaji dan mengikuti acara TAK
3. Anggota kelompok besar yang telah bekerja sama dan saling membantu dalam
suksesnya acara TAK

Kelompok kami sebagai penyusun dalam menyajikan propoal ini menyadari


bahwa sangat jauh dari harapan kesempurnaan. Kami harap dengan dibuatnya
proposal ini dapat bermanfaat, membantu atau sedikit menambah kepahaman dan
pengetahuan bagi para pembaca.

Jakarta, 18 Oktober 2021

Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang


menyebabkan kenaikan darah diatas nilai normal. Data dari World
Health Organization (WHO) menyebutkan hampir 1 miliar orang
atau sekitar seperempat dari seluruh populasi orang dewasa di dunia
mengalami hipertensi dan jumlah ini cenderung mengalami
peningkatan tiap tahunnya. Lebih dari 50 juta orang di Amerika
Serikat mengalami tekanan darah tinggi, beberapa negara lain di Asia,
pada tahun 2000 tercatat 38,4 juta orang yang menderita dan pada
tahun 2025 diperkirakan menjadi 67,4 juta orang (Arza dan Andri,
2018).

Masalah hipertensi di Indonesia merupakan masalah yang serius.


Angka prevalensinya cukup tinggi, sekitar 6-15%, bahkan pada usia
50 tahun keatas angka tersebut mencapai 20% dan pravalensinya
semakin hari kian meningkat (Arza dan Andri, 2018). Berdasarkan
data epidemiologi 2013 prevalensi hipertensi di negara maju masih
merupakan masalah global yang menjadi masalah kesehatan, di
Amerika Serikat prevalensi hipertensi menempati urutan pertama
penyebab kematian pada kelompok usia >60 tahun yang berhubungan
dengan penyakit degeneratif sebesar 4 juta orang setiap tahun.
Adapun di Rusia hipertensi pada kelompok usia >60 tahun sebesar 1-
2 juta orang setiap tahun dan di Jepang hipertensi merupakan
penyebab utama gangguan jantung koroner pada usia >60 tahun
(Rihiantoro dan Muji, 2017).

Hipertensi merupakan penyakit yang sering diderita oleh lanjut


usia atau lansia. Hal ini terjadi karena lansia mengalami perubahan
fisik dan penurunan fungsi tubuh, hipertensi pada lansia apabila tidak
di tangani dengan tepat dan dibiarkan begitu saja dapat menimbukan
komplikasi, diantaranya penyakit jantung, penyakit ginjal,
arterosklerosis, stroke, infark miokardium dan penyakit lainya,
hipertensi pada lansia dapat diberikan penanganan yang bertujuan
untuk mengurangi mordibitas, mortalitas, dan mengontrol tekanan
darah.

Program Pengelolahan Penyakit Kronis atau yang sering disebut


dengan PROLANIS ini merupakan program yang diadakan oleh
pemerintah melalui BPJS adalah suatu sistim pelayanan kesehatan
dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan pada bulan Juni 2014,
merupakan bentuk dari latihan jasmani aerobic seperti senam
PROLANIS. Tujuan dari program ini yaitu mendorong peserta
penyandang penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang
optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien
khususnya didaerah puskesmas Pemalang Banjardawa dengan jumlah
penderita kolesterol dan hipertensi urutan ke-4 di Jawa Tengah.
Kegiatan PROLANIS ini lebih menyasar penyandang penyakit DM
tipe II dan hipertensi dikarenakan penyakit tersebut dapat ditangani
ditingkat primer dan dilakukan untuk mencegah terjadinya
komplikasi, tentunya sangat bermanfaat bagi kesehatan para
pengguna peserta BPJS (BPJS Kesehatan, 2014). Bentuk pelaksanaan
dari PROLANIS meliputi aktifitas konsultasi medis/edukasi, Home
Visit, Reminder, SMS gateway, aktifitas klub dan pemantauan status
kesehatan (BPJS Kesehatan, 2014).

Penanganan hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu dengan terapi


farmakologi dan non-farmakologi, penanganan secara farmakologi
dapat menggunakan senyawa atau obat-obatan yang bersifat anti
hipertensi, dan penanganan non-farmakologi yang dapat dilakukan
dengan berbagai cara herbal (alami), antara lain; mengkonsumsi buah
dan sayuran, seperti penelitian terdahulu, yang telah meanfaatkan
buah sebagai terapi penanganan hipertensi yaitu pemberian juss
averrhoa carambola terhadap penurunan tekanan darah pada lansia
dengan hipertensi, dan didapatkan hasil sebelum diberikan juss
averrhoa carambola rata-rata tekanan darah sistolik 175 mmHg dan
rata-rata
tekanan diastolik 92 mmHg. Setelah diberikan juss averrhoa
carambola terjadi penurunan rata-rata sistolik 135 mmHg dan rata-
rata tekanan diastolik 79 mmHg (Arza dan Andri, 2018).

Selain mengkonsumsi buah dan sayuran terapi komplementer


juga dapat dilakukan, seperti penelitian yang mengkombinasikan
relaksasi nafas dalam dengan aromaterapi lavender untuk
menurunkan tekanan darah tinggi. Sebelum dilakukan relaksasi nafas
dalam dan aromaterapi lavender pada penderita hipertensi rata-rata
tekanan darah sistolik adalah 148,38 mmHg dan sesudah diberikan
relaksasi nafas dalam dan aromaterapi lavender rata-rata adalah
145,54 mmHg. Tekanan darah diastolik sebelum dilakukan relaksasi
nafas dalam dan aromaterapi lavender rata-rata adalah 92.00 mmHg
dan tekanan distolik setelah diberikan relaksasi nafas dalam dan
aromaterapi lavender rata-rata adalah 90.54 mmHg (Kusyanti et al.,
2018).

B. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
Setelah selesai mengikuti terapi aktifitas kelompok :
mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawaan stase gerontik
mengenai penyakit Hipertensi dan cara penangan Hipertensi
dengan senam Pronalis untuk menurunkan tekanan darah pada
lansia yang memiliki riwayat Hipertensi

2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan terapi aktifitas kelompok :
a. Diharapkan klien dapat meningkatkan harga diri
b. Diharapkan klien mampu mendemonstrasikan senam
pronalis yang dilaksakana
c. Diharapkan klien mampu menerapkan senam pronalis
untuk menurunkan tekanan darah pada klien yang memiliki
riwayat hipertensi
3. Manfaat
1) Untuk Mahasiswa
a. Dapat mengaplikasikan konsep kesehatan gerontik secara
nyata kepada masyarakat.
b. Belajar menjadi model profesional dalam menerapkan terapi
aktifitas kelompok di stase gerontic
c. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, analis, dan
bijaksana dalam menghadapi dinamika masyarakat.
d. Meningkatkan keterampilan, kemandirian dan hubungan
interpersonal.

2) Untuk masyarakat
a. Mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk berperan aktif
dalam upaya meningkatkan kesehatan dan pencegahan
penyakit.
b. Mendapatkan kemampuan untuk mengenal, mengerti dan
menyadari masalah kesehatan dan mengetahui cara
menyelesaikan masalah kesehatan yang di alami masyarakat.
c. Masyarakat mengetahui gambaran status kesehatannya dan
mempunyai upaya peningkatan status kesehatan tersebut.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Lansia

1. Definisi Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua bukanlah
penyakit, tetapi merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam dan luar tubuh (Kholifah, 2016). Lanjut usia bukan merupakan suatu
penyakit, melainkan suatu tahap lanjut dari suatu kehidupan dimana lansia berada pada fase
akhir yang ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh dalam melakukan adaptasi
dengan lingkungannya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang terjadi di dalam tubuhnya. Individu dikategorikan ke dalam lansia ketika
telah memasuki usia diatas 60 tahun .

2. Ciri-Ciri Lansia
Menurut Ratnawati (2017) tahap pada lansia, individu mengalami banyak perubahan baik
secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan
yang pernah dimilikinya. Perubahan fisik yang dimaksud antara lain rambut yang mulai
memutih, muncul kerutan diwajah, ketajaman panca indra menurun, serta terjadi
kemunduran daya tahan tubuh. Lansia juga harus berhadapan dengan kehilangan peran diri,
kedudukan sosial, serta perpisahan dengan orang yang dicintai, sehingga dibutuhkan
kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk dapat menyikapi perubahan di usia lanjut
secara bijak.
Pada umumnya lansia mengalami berbagai macam masalah kesehatan seperti penurunan
fungsi organ yang memicu terjadinya berbagai penyakit degeneratif termasuk hipertensi.
Penyakit degeneratif pada lansia jika tidak ditangani dengan baik maka menurunkan kualitas
hidup lansia. Hipertensi merupakan suatu gejala penyakit degeneratif kardiovaskuler yang
paling banyak di alami oleh lansia dan belum dapat diketahui dengan pasti penyebabnya.
Penatalaksanaan hipertensi pada lansia selain dengan farmakologi dapat pula dilakukan
dengan non farmakologi seperti senam hipertensi.
3. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah
di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka
kematian (mortalitas). Hipertensi pada lansia didefinisikan dengan tekanan sistolik di atas
160 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Kejadian hipertensi pada lansia penyebab
utama hipertensi adalah faktor keturunan dan gaya hidup. Seseorang yang menderita
hipertensi mempunyai resiko penyakit jantung dua kali dan penyakit stroke delapan kali
dibandingkan orang dengan tensi normal, hipertensi yang menetap akan merusak pembuluh
darah ginjal, jantung, dan otak serta menyebabkan peningkatan gagal ginjal, penyakit
koronaria, gagal jantung, stroke, dan demensia. Hipertensi selain mengakibatkan angka
kematian yang tinggi (high case fatality rate) juga berdampak kepada penurunan kualitas
hidup (Sudarmako, 2008). Tata laksana untuk hipertensi adalah secara farmakologis dan non
farmakologis (Sudoyo, 2006). Secara nonfarmakologis salah satunya adalah olahraga.
Olahraga yang dianjurkan untuk pasien hipertensi adalah olahraga yang dilakukan secara
khusus, yaitu olahraga yang dilakukan secara bertahap dan tidak boleh memaksakan diri,
antara lain senam hipertensi (Armilawati, 2007).
Senam hipertensi merupakan olahraga yang ditunjukkan untuk penderita hipertensi dan
usia lanjut untuk mengurangi berat badan dan mengelola stres (faktor yang mempertinggi
hipertensi) yang dilakukan selama 30 menit dan dilakukan seminggu minimal 2x (Sherwood,
2005 dalam Totok dan Rosyid, 2017). Tujuan lain adalah untuk meningkatkan aliran darah
dan pasokan oksigen ke dalam otot-otot dan rangka yang aktif khususnya terdapat otot
jantung sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Setelah beristirahat pembuluh darah akan
berdilatasi atau meregang, dan aliran darah akan turun sementara waktu, sekitar 30-120
menit kemudian akan kembali pada tekanan darah sebelum senam. Jika melakukan olahraga
secara rutin dan secara terus menerus, maka pembuluh darah akan lebih elastis dan
penurunan tekanan darah akan berlangsung lebih lama. Sehingga dengan melebarnya
pembuluh darah, tekanan darah akan menurun setelah melakukan aktifitas olahraga (Totok
dan Rosyid, FN, 2017).

B. Konsep Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

a) Definisi Terapi Aktivitas Kelompok


Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan
yang lain, saling bergantung dan memiliki norma yang sama (Stuart & Laraia,
2001).anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus
ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif,
kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan, dan menarik (Yalom, 1995 dalam Stuart &
Laria, 2001).semua kondisi ini akan mempengaruhi dinamika kelompok, ketika
anggota kelompok memberi dan menerima umpan balik yang berarti dalam
berbagai interaksi yang terjadi dalam kelompok (Kelliat dan Akemat, 2005).
b) Tujuan Dan Fungsi Kelompok
Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain
serta mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptifkekuatan kelompok ada
pada kontribusi setiap anggotanya. Kelompok berfungsi sebagai tempat berbagi
pengalaman dan saling membantu satu sama lain, untuk menemukan cara
menyelesaikan masalah. Kelompok merupakan laboratorium tempat mencoba dan
menemukan hubungan interpersonal yang baik, serta mengembangkan perilaku
yang adaptif. Anggota kelompok merasa dimiliki, diakui, dan dihargai
eksistensinya oleh anggota kelompok yang lain.
c) Komponen Dalam Aktivitas Kelompok
Menurut Keliat dan Akemat (2005) dalam pelaksanaan tarapi aktivitas
kelompok ada delapan komponen yang perlu diperhatikan antara lain :
1) Struktur kelompok Sruktur kelompok menjelaskan batasan, komunikasi,
proses pengambilan keputusan, dan otoritas dalam kelompok. Stuktur
kelompok menjaga stabilitas dan membantu pengaturan pada perilaku dan
interaksi. Stuktur dalam kelompok diatur dengan adanya pemimpin dan
anggota, arah komunikasi dipadu oleh pemimpin, sedangkan keputusan
diambil secara bersama.
2) Besar kelompok Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah
kelompok kecil yang anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jumlah
anggota kelompok kecil menurut Struart dan Laria (2001) adalah 7-10
orang, menurut Lancester (1980) adalah 10-12 orang, sedangkan menurut
Rawlins, Williams, dan Beck (1993) adalah 5-10 orang. Jika anggota
kelompok terlalu besar akibatnya tidak semua anggota mendapat
kesempatan mengungkapkan perasan, pendapat, dan 10 pengalamannya.
Jika terlalu kecil, tidak cukup variasi informasi dan interaksi yang terjadi
dikutip dari Kelliat dan Akemat, 2005.
d) Lamanya Sesi
Waktu optimal untuk satu sesi adalah 15-25 menit bagi fungsi kelompok yang
rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi Stuart & Laraia, 2001.
Biasanya dimulai dengan pemanasan berupa orientasi, kemudian tahap kerja, dan
finishing berupa terminasi. Banyaknya sesi tergantung pada tujuan kelompok,
dapat satu kali / dua kali per minggu; atau dapat direncanakan sesui dengan
kebutuhan.
e) Komunikasi
Salah satu ugas pemimpin kelompok yang penting adalah mengoservasi dan
menganaliss pola komunikasi dalam kelompok. Pemimpin menggunakan umpan
balik untuk memberi kesadaran pada anggota kelompok terhadap dinamika yang
terjadi. Pemimpin kelompok dapat memgkaji hambatan dalam kelompok, konflik
interpersonal, tingkat kompetisi, dan seberapa jauh anggota kelompok mngerti
serta melaksanakan kegiatan yamg di laksanakan
f) Peran Kelompok
Pemimpin perlu megobservasi peran yang terjadi dalam kelompok. Ada tiga
peran dan fungsi kelompok yang ditampilkan anggota kelompok dala kerja, yaitu
(Beme & Sheat,1948 dala Stuart & Laraia, 2001), maintenance roles, task roes,
dan ndividual role. 11 Maintenance roles, yaitu peran serta aktif dalam proses
kelompok dan fungsi kelompok. Task roles, yaitu fokus pada penyelesaian tugas.
Individual roles adalah selft – centered dan distraksi pada kelompok
BAB III

SATUAN ACARA PELAKSANAAN (SAP)

Kelompok :
Ruangan :

A. Topik : Senam pronalis pada penderita Hipertensi


B. Tujuan
1. Tujuan Umum : Klien dapat meningkatkan kegiatan fisik dan
aktifitas olahraga
2. Tujuan Khusus
a) Klien dapat menurunkan tekanan darah
b) Klien mampu mengatasi tekanan darah
c) Klien mampu bekerja sama dalam pelaksanaan senam
pronalis

C. Landasan Teori
1. Konsep dasar lansia
Lansia merupakan makhluk sosial yang cenderung
mengalami masalah dengan kesehatannya. Tidak hanya gangguan
biologis dan fisiologis yang dialami, akan tetapi sering mengalami
masalah psikologis. Hal ini disebabkan kurangnnya paparan
informasi atau pengetahuan terkait mekanisme koping atau
manajemen stress yang dilakukan klien untuk menanggulangi
masalah psikologi yang dialami, Oleh karena itu klien
membutuhkan suatu kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengisi
waktu luang sehingga tidak merasa jenuh dan dapat mengatasi
masalah psikologi yang dihadapi.
Senam pronalis bertujuan untuk menurunkan tekanan darah
Pada lansia yang sangat tua, serta lansia dapat mengatasi masalah
tekana darah
2. Karakteristik lansia
a. Klien yang ada di sekitar kita
b. Klien mau berpartisipasi mengikuti kegiatan senam pronalis
c. klien yg memiliki gejala hipertensi

3. proses seleksi
proses seleksi di lakukan dengan lansia yang mempunyai gejala
hipertensi, dengan cara mewawancara para lansia, yang belum bisa
melakukan kegiatan tersebut

4. sasaran
sasaran terapi aktifitas kelompok pada lansia dengan tema
senam pronalis yaitu berjumlah 10 orang

D. Pengorganisasian
Leader : (Melinda Dini Nurfitri)
a. Membacakan tujuan dan peraturan kegiatan senam aktifitas
kelompok sebelum kegiatan dimulai
b. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan
memperkenalkan dirinya
c. Mampu memimpin senam aktifitas kelompok dengan baik dan tertib
d. Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
e. Menjelaskan permainan
2. Co leader : (Yostina Tunay)
Menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi yang terjadi dalam
kelompok, membantu anggota kelompok, menjadi motivator, membantu
kelompok menetapkan tujuan dan membuat peraturan serta mengarahkan dan
memimpin jalannya senam aktivitas kelompok

2. Fasilitator (Pitra Suriani Sinaga)


a. Memfasilitasi klien yang kurang aktif
b. Berperan sebagai role play bagi klien selama kegiatan
3. Observer : (Adi Wardana)
mencatat serta mengamati respon penderita, mengamati jalannya proses
senam aktivitas dan menangani peserta/anggota kelompok yang drop
out.

4. Pasien
- Lansia yang mengalami hipertensi

E. METODE
Pelaksanaan senam aktifitas kelompok pada lansia dengan tema senam
pronalis dengan bermain musik dan bergoyang secara daring yang mana
masing-masing lansia di dampingi oleh mahasiswa dalam pelaksanaan
TAK dari awal sampai akhir.

F. WAKTU PELAKSANAAN
Hari/Tanggal : Kamis, 28 Oktober
2021
Waktu : Pukul 11.00 - Selesai
Alokasi Waktu : Perkenalan dan Pengarahan (5 menit)
Permainan (30 menit)
Ekspress Feeling (15 menit)
Penutup (5 menit)

G. TEMPAT
Media Online (Zoom Meeting)

H. ALAT
Alat – alat yang di gunakan untuk terapi aktifitas kelompok pada lansia
- Media Online (Zoom Meeting)

I. Proses Pelaksanaan
1. Perkenalan (persiapan)
a. Kelompok perawat memperkenalkan diri, urutan dimulai dari
pembimbing untuk memulai menyebut nama,
b. kemudian leader menjelaskan tujuan dan peraturan kegiatan
dalam kelompok
c. Bila akan mengemukakan perasaannya klien diminta untuk lebih
dulu menunjukkan tangannya
d. Bila klien ingin keluar untuk minum, BAB/BAK harus minta ijin
pada perawat
e. Pada akhir perkenalan pemimpin mengevaluasi kemampuan
identifikasi terhadap perawat dengan menanyakan nama perawat
yang ditunjuk oleh leader
2. Permainan ( fase kerja )
a. Klien masuk Media Online (Zoom Meeting)
b. Klien diberikan nomer urutan
c. Kemudian Co leader memutar lagu dangdut untuk berjoget

d. Musik akan dihentikan, selanjutnya fasilitator melihat pada detik


keberapa musik terhenti, kemudian disesuaikan angka akhir pada
stopwach dengan angka pada klien ganjil/genap, klien
mendapatkan giliran sesuai angka, dipersilahkan untuk berkenalan
dan menceritakan penyebab hipertensi

e. Setelah selesai, Leader, Co leader dan motivator memotivasi klien


untuk melakukan gerakan senam pronalis yang di ajar oleh
pemimpin kegiatan
f. perawat memberikan reinforcement positif dan memperjelas
gerakan senam pronalis tersebut pada klien
g. Kemudian di berikan kesempatan kepada klien lagi untuk dapat
melakukan kembali lagi yang sudah di ajarkan
h. Kemudian dilanjutkan dengan klien berikutnya dengan cara yang
sama
i. Selama kegiatan berlangsung observer mengamati jalannya acara .

3. Peer Review (Terminasi )


a. Klien dapat mengemukakan perasaannya setelah
memperkenalkan dirinya
b. Klien mengemukakan perasaannya setelah malakukan senam
pronalis
c. Klien mengemukakan pendapat tentang kegiatan ini

4. Penutup
a. Klien dapat menyebutkan kembali tujuan kegiatan
b. Leader menjelaskan kembali tentang tujuan dan manfaat dari
kegiatan kelompok ini

 Antisipasi Masalah
1. Penanganan klien yang tidak aktif saat terapi
a. Memanggil klien
b. Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab
tujuan dari kegiatan tersebut

2. Bila klien meninggalkan terapi tanpa pamit :


a. Panggil nama klien
b. Tanya alasan klien meninggalkan kegiatan senam
c. Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan
penjelasan pada klien bahwa dapat melaksanakan keperluannya
setelah itu klien boleh kembali lagi

3. Bila ada klien lain ingin ikut


a. Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada klien yang
telah di pilih
DAFTAR PUSTAKA

Lumempouw, D. O., Wungouw, H. I., & Polii, H. (2016). Pengaruh Senam Prolanis
Terhadap Penyandang Hipertensi. Ebiomedik, 4(1).
Basuki, S. P. H., & Barnawi, S. R. (2021). Pengaruh Senam Hipertensi Terhadap
Tekanan Darah Pada Komunitas Lansia Desa Petir Kecamatan Kalibagor,
Banyumas. Sainteks, 18(1), 87-93.
Musri, M., & Selviawati, R. (2018). Senam Lansia Sebagai Terapi Tambahan Pada
Lansia Dengan Hipertensi: Studi Pre-Experimental. Prosiding Pin-Litamas
1, 1(1), 39-48.
Rahmawati, L., & Aizza, N. (2018). Pengaruh Senam Prolanis Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Lansia Di Desa Glagahwero Kecamatan Panti Kabupaten
Jember. The Indonesian Journal Of Health Science, 150-154.
Susiani, A., & Magfiroh, R. (2020). Pengaruh Pelaksanaan Kegiatan Prolanis
Terhadap Kekambuhan Hipertensi. Jurnal Kesehatan, 11(1), 1-9.
Sidiq, M. N., & Widodo, A. (2019). Pengaruh Senam Prolanis Terhadap Tekanan
Darah Pasien Hipertensi Di Puskesmas Purwodiningratan Kota
Surakarta (Doctoral Dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Anda mungkin juga menyukai