DI PASURUAN *)
Oleh
Drh. Sutijono PARTOUTOMO dan R. SOETEDJO
PENDAHULUAN
Bovine trichomoniasis, bovine genital trichomoniasis, bovine trichomo-
nad abortion atau biasa juga disebut trichomoniasis adalah salah satu dari
penyakit kelamin pada sapi. Menurut Morgan & Hawkins (1955) penyakit
tersebut dilaporkan untuk pertama kali di Paris oleh Kunstler pada tahun
1888, kemudian di Italia oleh Ma77anti pada tahun 1900. Setelah itu pe-
nyakit ini tidak lagi diperhatikan orang oleh karena pada tahun 1897 Bang
menemukan penyakit baru yang disebut Brucellosis dan baru kira-kira mulai
tahun 1925 trichomoniasis mendapat perhatian kembali (Morgan &
Hawkins, 1955).
Di Indonesia trichomoniasis telah diduga sejak lama, tetapi belum
dapat dibuktikan karena parasitnya belum ditemukan. Pada tahun-tahun
belakangan ini mulai dilaporkan adanya beberapa kejadian trichomoniasis,
misalnya mengenai adanya kasus pada beberapa sapi perah di Lembang
(Mansjoer. M. 1968), kemudian adanya kasus trichomoniasis pada dua ekor
pejantan FH di Grati tahun 1976 (Sidik Mulyo komunikasi lisan, 1977) yang
telah dilaporkan (Bouters. R, 1976) dan akhirnya laporan penelitian tricho-
moniasis di Jawa Timur dan Lembang (Partoutomo, S dkk., 1977). Dari
basil penelitian terakhir ini yang dilakukan pada bulan April 1977, telah
dapat diisolir penyebab trichomoniasis dari seekor pejantan FH di daerah
Pasuruan pada tanggal 28 April 1977. Parasit tersebut terus dipasase di
Laboratorium Parasitologi LPPH sampai saat ini dan diberi nama
Trichomonas Isolat Pasuruan. Dalam tulisan ini terutama akan dibahas cara
untuk mendapatkan dan beberapa sifat T. Isolat Pasuruan yang telah diada-
kan pemeriksaan sampai saat ini.
Penyebab trichomoniasis pada sapi adalah protozoa yang termasuk
dalam famili Trichomonadidae, yaitu Trichomonas foetus (Riedmuller, 1928)
Wenrich & Emmerson. 1933 dengan sinonim T. bovis Riedmuller. 1930,
T. genitalis Witte. 1933, T. vaginalis bovis Feiling. 1935 (Morgan &
Hawkins, 1955). Di samping itu masih dikenal pula nama lain, yakni
*) Laporan teknis yang lengkap dari hasil Penelitian Trichomoniasis pada sapi perah
di Jawa Timur dan Lembang (Bandung) yang dilakukan oleh Bagian Parasitologi
LPPH atas biaya dari Dir. Kes. Wan Jakarta dalam bulan April dan Juni 1977.
38
Lembaga Penelitian Penyakit Hewan, Bulletin no. 14, 1977
39
DRH. SUTIJONO PARTOUTOMO dan R. SOETEDJO : Trichomoniasis pada seekor sapi
40
Lembaga Penelitian Penyakit Hewan, Bulletin no. 14, 1977
3. Pengambilan material.
Banyak cara pengambilan material digunakan orang dan dalam ke-
sempatan ini pada pejantan digunakan cara "preputial washing".
a. Beberapa orang pembantu memegang sapi di kandang, di antaranya
satu orang memegang hidung/kepala dan satu orang melindungi
tendangan bagi orang yang melakukan preputial washing.
b. Mula-mula bagian luar preputium dibersihkan dengan sabun kemu-
dian dicuci dengan air sampai sabun benar-benar bersih. Bagian
bulu yang panjang digunting.
c. Satu orang memegang corong gelas dan menghubungkan pangkal
kateter dengan lubang corong. Selang kateter dekat lubang corong
dilipat dan ke dalam corong dituangkan air garam faali sebanyak
50 cc, air garam faali dijaga jangan sampai mengalir ke dalam
selang kateter.
d. Satu orang lagi memegang ujung kateter dan dengan pelan-pelan
memasukkan ke ruang preputium sampai jauh ke bagian posterior.
Setelah itu lubang preputium dijepit dengan jari-jari tangan kiri agar
air garam faali yang akan dimasukkan tidak dapat mengalir lagi ke
luar.
e. Orang yang memegang corong melepaskan lipatan kateter sambil
corong diangkat tinggi-tinggi, dengan demikian air garam faali me-
ngalir ke dalam preputium.
f. Dengan tangan kanan orang yang memegang preputium meremas-
remas preputium sampai jauh ke posterior selama kira-kira 2 — 3
menit.
g. Kemudian corong diletakkan lebih rendah dari ruang preputium
sambil ujung kateter ditarik sedikit ke cranial. Maka air garam faali
di dalam preputium akan mengalir kembali ke dalam corong. Setelah
cairan dalam preputium habis selang kateter dekat corong dilipat
lagi.
h. Ujung kateter dikeluarkan dari ruang preputium dan dimasukkan ke
dalam mulut botol tempat material.
i. Semua air garam faali dialirkan ke dalam botol.
j. Botol ditutup dengan tutup bersekrup dan disimpan dalam termos
es. Pemeriksaan material dilakukan tidak lebih dari 6 jam setelah
pengambilan.
k. Perlu dicatat bahwa selama pengambilan material ini perlu diperhati-
kan dalam penggunaan desinfektan atau bahan antiseptik lain yang
41
DRH. SUTIJONO PARTOUTOMO dan R. SOETEDJO : Trichomoniasis pada seekor sapi
42
Lembaga Penelitian Penyakit Hewan, Bulletin no. 14, 1977
HASIL
I. Pemeriksaan lapangan
a. Anamnesa. Pada tanggal 17 April 1977 telah diperiksa sebuah per-
usahaan susu di Pasuruan dengan hasil anamnesa sebagai berikut :
Jumlah sapi betina dewasa delapan ekor dan pejantan dewasa se-
ekor.
Pejantan berasal dari Grati dan sudah berada di perusahaan lebih
dari enam tahun.
Pejantan tidak pernah dikawinkan dengan sapi betina dari lain
perusahaan maupun milik rakyat.
Tidak pernah membeli sapi betina baru.
Seekor sapi betina majir, sudah pernah beranak dua kali. Tidak
pernah terjadi keguguran.
Perkawinan terutama secara alami, kadang-kadang saja dengan I.B
(tanpa catatan).
43
DRH. SUTIJONO PARTOUTOMO dan R. SOETEDJO : Trichomoniasis pada seekor sapi
44
Lembaga Penelitian Penyakit Hewan, Bulletin no. 14, 1977
Adanya axostyle.
b. Pada pemeriksaan mikroskopik dari material yang telah diwarnai
dengan Giemsa, dapat ditemukan bentuk-bentuk sebagai berikut :
Bentuk parasit :
Dari kumparan (kecil memanjang) sampai berbentuk buah pir.
Sering pula ditemukan bentuk-bentuk yang sedikit bulat dengan
organel yang ganda, ini diduga parasit yang sedang membelah.
Membrana undulans :
Sangat jelas membentang dari anterior. Di bagian tepi berbingkai
dua, yang merupakan filamen tambahan.
Flagel posterior :
Membentang mulai dari blepharoplast, sepanjang tepi membrana
undulans dan di posterior terletak bebas (yang membentuk flagel
posterior).
Flagel anterior :
Terdiri dari tiga buah flagel. Dari hasil pemeriksaan sering didapat-
kan jumlah 0 — 3 flagel, ini diduga terjadi kerusakan flagel-flagel
tersebut selama proses pewarnaan.
Inti :
Dapat dilihat dengan mudah dan terletak medio-cranial.
Axostyle :
Nampak jelas di bagian anterior membentuk capitulum dengan
granula axostyle, membentang ke posterior di tengah-tengah sel
parasit. Di bagian posterior ditemukan cincin chromatid.
Costae :
Berada pada bagian yang agak tertutup oleh membrana undulans,
biasanya di bagian perifir dari sel parasit.
Parabasal body :
Didapatkan juga parabasal body.
Lain-lain :
Granula lain sering ditemukan di seluruh sel, bahkan kadang-ka-
dang ditemukan granula-granula yang mirip dengan vacuola-
vacuola.
c. Ukuran parasit, dari hasil pengukuran yang dilakukan dari seratus buah
parasit didapatkan hasil sebagai berikut (Daftar 1, 2, 3 dan 4).
45
DRH. SUTIJONO PARTOUTOMO dan R. SOETEDJO : Trichomoniasis pada seekor sapi
Gambar 1. Trichomonas Isolat Pasuruan 1977 dalam pupukan, berbentuk buah pir.
46
Lembaga Penelitian Penyakit Hewan, Bulletin no. 14, 1977
Daftar 1. Hasil pengukuran dari 100 buah T. lsolat Pasuruan dalam mikron.
1 10,5 3,9
2 10,5 5,3 -
3 10,5 7 -
4 10,5 7 - -
5 10,5 8,8 10,5 -
6 10,9 2,8 10,5 -
7 11,2 4,2 - 12,3
8 12,3 3,5 12,3 -
9 12,3 5,3 14,0 8,8
10 12,3 7 - 10,5
11 12,3 7 14,0 -
12 12,3 7 14,0 7,0
13 12,3 7 14,0 10,5
14 13,3 3,5 14,0 -
15 14,0 3,5 - -
16 14,0 3,5 10,5
17 14,0 3,5 14,0 -
18 14,0 3,5 14,7
19 14,0 4,1 14,4 -
20 14,0 4,2 14,0
21 14,0 4,2 14,0 10,9
22 14,0 5,3 14,0 -
47
DRH. SUTIJONO PARTOUTOMO dan R. SOETEDJO : Trichomoniasis pada seekor sapi
50 15,8 7 12,3 7
51 15,8 7 14 -
52 15,8 7 14 10,5
53 15,8 7 14,7 -
56 15,8 10,5
57 17,5 5,3 -
66 17,5 7 14,0
67 17,5 7 14,0 -
68 17,5 7 14,0 7,4
69 17,5 7 14,0 10,5
70 17,5 7 15,8 -
7I 17,5 7 15,8 -
48
Lembaga Penelitian Penyakit Hewan, Bulletin no. 14, 1977
88 19,3 7 17,5
89 19,3 8,8 17,5 -
90 20,3 7,4 - 12,3
91 21 5,3 14,0 -
92 21 5,3 14,0 8,8
93 21 7,0 14,0 -
94 21 8,8 14,0
95 21 10,5 14,0 -
96 21 10,5 14,0
97 21 10,5 15,8
98 21 10,5 17,5
99 24,5 14,0 -
100 24,5 14,0 18,2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
49
SUTIJONO PARTOUTOMO dan R. SOETEDJO Trichomoniasis pada seekor sapi
:
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3 4
1 7 8,8 10,5 14
2 7 10,5 10,5 14
3 7 10,5 10,5 14
4 7 10,5 10,5 14
5 7,4 10,5 10,5 17,5
6 8,8 10,5 10,9
7 8,8 10,5 11,9
8 8,8 10,5 12,3
9 8,8 10,5 12,3
10 8,8 10,5 14
PEMBAHASAN
Dari anamnesa yang telah dicatat sebenarnya tidak mendukung adanya
trichomoniasis secara 100%. Dari pengamatan selama penelitian nampak
adanya gejala-gejala bahwa keadaan perusahaan tersebut semakin mundur.
Pada hari pertama menunjukkan hasil yang negatif pada pemeriksaan
natif sedang pada pemeriksaan sedimen positif. Hal ini disebabkan karena
jumlah parasit yang tidak begitu banyak pada pemeriksaan pertama, sedang
pada pemeriksaan yang kedua (kira-kira 10 hari kemudian) menunjukkan
bahwa baik pemeriksaan natif maupun sedimen positif dan jumlah parasit
memang jauh lebih banyak.
50