Anda di halaman 1dari 13

TRICHOMONIASIS PADA SEEKOR SAPI FH PEJANTAN

DI PASURUAN *)

Oleh
Drh. Sutijono PARTOUTOMO dan R. SOETEDJO

PENDAHULUAN
Bovine trichomoniasis, bovine genital trichomoniasis, bovine trichomo-
nad abortion atau biasa juga disebut trichomoniasis adalah salah satu dari
penyakit kelamin pada sapi. Menurut Morgan & Hawkins (1955) penyakit
tersebut dilaporkan untuk pertama kali di Paris oleh Kunstler pada tahun
1888, kemudian di Italia oleh Ma77anti pada tahun 1900. Setelah itu pe-
nyakit ini tidak lagi diperhatikan orang oleh karena pada tahun 1897 Bang
menemukan penyakit baru yang disebut Brucellosis dan baru kira-kira mulai
tahun 1925 trichomoniasis mendapat perhatian kembali (Morgan &
Hawkins, 1955).
Di Indonesia trichomoniasis telah diduga sejak lama, tetapi belum
dapat dibuktikan karena parasitnya belum ditemukan. Pada tahun-tahun
belakangan ini mulai dilaporkan adanya beberapa kejadian trichomoniasis,
misalnya mengenai adanya kasus pada beberapa sapi perah di Lembang
(Mansjoer. M. 1968), kemudian adanya kasus trichomoniasis pada dua ekor
pejantan FH di Grati tahun 1976 (Sidik Mulyo komunikasi lisan, 1977) yang
telah dilaporkan (Bouters. R, 1976) dan akhirnya laporan penelitian tricho-
moniasis di Jawa Timur dan Lembang (Partoutomo, S dkk., 1977). Dari
basil penelitian terakhir ini yang dilakukan pada bulan April 1977, telah
dapat diisolir penyebab trichomoniasis dari seekor pejantan FH di daerah
Pasuruan pada tanggal 28 April 1977. Parasit tersebut terus dipasase di
Laboratorium Parasitologi LPPH sampai saat ini dan diberi nama
Trichomonas Isolat Pasuruan. Dalam tulisan ini terutama akan dibahas cara
untuk mendapatkan dan beberapa sifat T. Isolat Pasuruan yang telah diada-
kan pemeriksaan sampai saat ini.
Penyebab trichomoniasis pada sapi adalah protozoa yang termasuk
dalam famili Trichomonadidae, yaitu Trichomonas foetus (Riedmuller, 1928)
Wenrich & Emmerson. 1933 dengan sinonim T. bovis Riedmuller. 1930,
T. genitalis Witte. 1933, T. vaginalis bovis Feiling. 1935 (Morgan &
Hawkins, 1955). Di samping itu masih dikenal pula nama lain, yakni

*) Laporan teknis yang lengkap dari hasil Penelitian Trichomoniasis pada sapi perah
di Jawa Timur dan Lembang (Bandung) yang dilakukan oleh Bagian Parasitologi
LPPH atas biaya dari Dir. Kes. Wan Jakarta dalam bulan April dan Juni 1977.

38
Lembaga Penelitian Penyakit Hewan, Bulletin no. 14, 1977

T. uterovaginalis vitulae dan T. mazzanti (Levine, 1961). Parasit ini berbiak


dengan membelah diri dan dapat dipupuk di dalam berbagai media.
Penularan' trichomoniasis dari pejantan yang sakit kepada betina atau
sebaliknya lazimnya lewat perkawinan secara alami. Di samping itu cara
penularan dengan jalan lain dapat terjadi, misalnya waktu melakukan inse-
minasi buatan (IB) dengan semen yang mengandung parasit atau pengguna-
an alat-alat untuk pemeriksaan kebuntingan yang telah tercemar oleh para-
sit. Akibat infeksi trichomoniasis pada sapi betina bervariasi dari vaginitis
yang ringan sampai terjadinya pyometra, keguguran atau kemajiran. Pada
pejantan infeksi trichomoniasis tidak begitu mempengaruhi kondisi hewan,
baik kondisi umum maupun kesuburan sperma. Tetapi sekali seekor pejantan
terinfeksi, maka seumur hidup hewan tersebut akan tetap bertindak sebagai
"carrier".
Untuk menentukan diagnosa penyakit cara yang paling baik ialah de-
ngan menemukan parasit pada pemeriksaan natif. Pada pemeriksaan ini bila
positif akan ditemukan bentuk parasit yang menciri yakni : bentuk seperti
buah pir, mempunyai flagel anterior tiga, membrana undulans yang jelas
dan gerakan yang mudah dikenal. Material untuk pemeriksaan pada pejantan
berupa cairan lendir dari dinding dalam preputium dan dinding penis. Jum-
lah parasit pada pejantan ini bervariasi dari waktu ke waktu, sehingga peng-
ambilan material untuk menentukan diag,nosa diperlukan sampai 6 kali de-
ngan selang waktu satu minggu (Levine, 1961). Pada sapi betina material
untuk pemeriksaan ialah cairan vagina yang biasanya positif antara hari ke
10 — 15 setelah infeksi atau 2 — 3 hari menjelang estrus. Material dari sapi
betina biasanya sangat baik bila diambil dari cairan purulent vagina waktu
pyometra atau cairan lambung foetus waktu terjadinya abortus.
Untuk mempelajari morphologi parasit biasanya dibuat preparat ulas
yang diwarnai. Untuk parasit ini pewarnaan yang memuaskan adalah dengan
Giemsa. Tetapi walaupun dalam pewarnaan ini masih selalu ditemukan
parasit-parasit yang bentuknya tidak sempurna yang diduga akibat proses
pewarnaan, sehingga untuk mendapatkan bentuk parasit yang bagus diperlu-
kan pemeriksaan berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus parasit.

BAHAN DAN METODA


1. Untuk mengambil dan memeriksa material di lapangan dipergunakan ba-
han-bahan dan alat-alat sederhana tetapi memenuhi kebutuhan seperti :
mikroskop dengan pembesaran 100 — 1500 X, alat pemusing listrik yang

39
DRH. SUTIJONO PARTOUTOMO dan R. SOETEDJO : Trichomoniasis pada seekor sapi

dapat mencapai kecepatan 2000 r.p.m; kateter karet panjang kira-kira


1 m, corong gelas, botol material yang tutupnya bersekrup, termos es,
media, Penicilline, Streptomycine, air garam faali serta alat-alat lain
seperti kaca objek, kaca penutup, Giemsa dan lain-lain.
2. Media, selama penelitian ini disiapkan dua macam media ialah G.B.S.
dan Fitzgerald.
a. Medium G.B.S. dibuat menurut metoda dari Ministry of Agriculture,
Fisheries and Food, London. Tech. Bull. No. 18 (1971) : 4 — 5 cc
serum kuda normal dimasukkan dalam tabung, kemudian serum ter-
sebut dikentalkan miring pada suhu 80°C selama 30 menit.
Kaldu glucose peptone (modifikasi Clausen) dibuat dengan melarut-
kannya ke dalam air suling hangat, bahan-bahan yang terdiri dari :
Peptone Evans 2%
Lemco (oxoid) 1%
Ekstrak hati proteolis 0,5%
(Paines and Byrne Ltd)
Glucose
atau dapat pula digunakan bahan lain :
Natrium chloride 0,5%
Natrium fosfat (Na 2 HPO 4 ) 0,25%
Bacto tryptose (Difco) 2%
Glucose 2%
Kaldu ditambahkan ke atas permukaan serum yang miring, kemudian
media seluruhnya dimasukkan ke dalam autoclave dengan tekanan
15 lb/sq in. selama 10 menit, atau divapi selama 30 menit 3 hari
berturut-turut. Parafin cair ditambahkan untuk membentuk lapisan
permukaan yang tipis.
b. Medium Fitzgerald dibuat menurut metoda Kendrick (1963) :

Beef extract 3 gram

Distilled water 1 liter

Dextrose 10 gram

Bacto peptone 10 gram

Agar 0,7 gram

Sodium chloride 1 gram

Inactive bovine serum 20 cc
Ph disesuaikan 7,4 dan masing-masing media dimasukkan ke dalam
tabung 10 cc.

40
Lembaga Penelitian Penyakit Hewan, Bulletin no. 14, 1977

3. Pengambilan material.
Banyak cara pengambilan material digunakan orang dan dalam ke-
sempatan ini pada pejantan digunakan cara "preputial washing".
a. Beberapa orang pembantu memegang sapi di kandang, di antaranya
satu orang memegang hidung/kepala dan satu orang melindungi
tendangan bagi orang yang melakukan preputial washing.
b. Mula-mula bagian luar preputium dibersihkan dengan sabun kemu-
dian dicuci dengan air sampai sabun benar-benar bersih. Bagian
bulu yang panjang digunting.
c. Satu orang memegang corong gelas dan menghubungkan pangkal
kateter dengan lubang corong. Selang kateter dekat lubang corong
dilipat dan ke dalam corong dituangkan air garam faali sebanyak
50 cc, air garam faali dijaga jangan sampai mengalir ke dalam
selang kateter.
d. Satu orang lagi memegang ujung kateter dan dengan pelan-pelan
memasukkan ke ruang preputium sampai jauh ke bagian posterior.
Setelah itu lubang preputium dijepit dengan jari-jari tangan kiri agar
air garam faali yang akan dimasukkan tidak dapat mengalir lagi ke
luar.
e. Orang yang memegang corong melepaskan lipatan kateter sambil
corong diangkat tinggi-tinggi, dengan demikian air garam faali me-
ngalir ke dalam preputium.
f. Dengan tangan kanan orang yang memegang preputium meremas-
remas preputium sampai jauh ke posterior selama kira-kira 2 — 3
menit.
g. Kemudian corong diletakkan lebih rendah dari ruang preputium
sambil ujung kateter ditarik sedikit ke cranial. Maka air garam faali
di dalam preputium akan mengalir kembali ke dalam corong. Setelah
cairan dalam preputium habis selang kateter dekat corong dilipat
lagi.
h. Ujung kateter dikeluarkan dari ruang preputium dan dimasukkan ke
dalam mulut botol tempat material.
i. Semua air garam faali dialirkan ke dalam botol.
j. Botol ditutup dengan tutup bersekrup dan disimpan dalam termos
es. Pemeriksaan material dilakukan tidak lebih dari 6 jam setelah
pengambilan.
k. Perlu dicatat bahwa selama pengambilan material ini perlu diperhati-
kan dalam penggunaan desinfektan atau bahan antiseptik lain yang

41
DRH. SUTIJONO PARTOUTOMO dan R. SOETEDJO : Trichomoniasis pada seekor sapi

dapat membunuh Trichomonas dengan mudah dan harus diusahakan


seseteril mungkin, terutama alat-alat.
4. Pemeriksaan material.
Pemeriksaan di lapangan pada dasarnya dilakukan dengan natif (men-
cari parasit selagi masih hidup dan bergerak) dari endapan maupun se-
dimen (hasil pemusingan).
a. Pemeriksaan natif endapan.
Diambil 2 tetes endapan material dari termos dengan pipet Pasteur.
Diteteskan pada kaca objek.
Ditutup dengan gelas penutup.
Diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran antara 10 X 10
12,5 X 40.
b. Pemeriksaan sedimen.
Diambil ± 30 cc material dari termos (terutama bagian yang ada
endapannya).
Dimasukkan ke dalam 2 tabung alat pemusing (masing-masing ta-
bung 15 cc).
Diputar dengan kecepatan 2.000 r.p.m. selama 10 menit. Supernatan
dibuang dan dari bagian permukaan endapan diambil 2 tetes dengan
pipet Pasteur.
Diteteskan pada kaca objek dan ditutup dengan kaca penutup.
Diperiksa secara natif.
5. Cara Inokulasi.
Endapan hasil pemusingan (yang mengandung parasit) kira-kira 0,5 —
1 cc diambil dengan pipet Pasteur yang steril.
Kemudian endapan tersebut ditanam di dalam G.B.S. dan Fitzgerald.
Ke dalam media ini sebelum ditanami telah ditambahkan penicilline
500 — 1000 i.0 dan 0,5 — 1 mg streptomycine per cc media. Media yang
ditanami dimasukkan ke dalam termos es dan dibawa ke laboratorium.
Di dalam laboratorium media tersebut dikeluarkan dari termos sampai
kira-kira mencapai suhu kamar, kemudian dimasukkan ke dalam inku-
bator dengan suhu 37°C. Selanjutnya setiap hari media diperiksa terha-
dap adanya parasit.
6. Pewarnaan.
Pewarnaan parasit pada umumnya tidak begitu memuaskan, sebab
rata-rata flagel parasit telah hilang atau tak nampak. Pewarnaan yang
memberi hasil baik adalah Giemsa.

42
Lembaga Penelitian Penyakit Hewan, Bulletin no. 14, 1977

Cara pewarnaan dengan Giemsa :


Dibuat preparat ulas dari pupukan yang tipis dan merata. Dikering-
kan di udara.
Difiksir dalam etanol selama 4 5 menit.
Dikeringkan.
Diwarnai dengan Giemsa.
Dimasukkan ke dalam penangas air (waterbath) dengan suhu 56°C
selama 2 menit.
Dibiarkan pada suhu kamar selama 15 — 30 menit.
Dicuci, dikeringkan dan diperiksa.
7. Pengukuran parasit.
Untuk mengukur parasit digunakan mikroskop monokuler dengan
mikrometer "eyepiece" yang telah dikaliberasikan menurut "standar
stage micrometer". Preparat yang digunakan adalah preparat ulas yang
telah diwarnai dengan Giemsa. Yang dimaksud dengan panjang parasit
ialah diukur dari ujung anterior (tidak termasuk flagel) sampai ujung
posterior (termasuk ujung axostyle), lebar parasit ialah bagian yang ter-
lebar dari sel dan panjang flagel ialah bagian flagel dari mulai mening-
galkan sel parasit sampai ke ujung, apabila jumlah flagel lebih dari satu
buah yang diukur hanya satu, ialah yang terpanjang.

HASIL
I. Pemeriksaan lapangan
a. Anamnesa. Pada tanggal 17 April 1977 telah diperiksa sebuah per-
usahaan susu di Pasuruan dengan hasil anamnesa sebagai berikut :
Jumlah sapi betina dewasa delapan ekor dan pejantan dewasa se-
ekor.
Pejantan berasal dari Grati dan sudah berada di perusahaan lebih
dari enam tahun.
Pejantan tidak pernah dikawinkan dengan sapi betina dari lain
perusahaan maupun milik rakyat.
Tidak pernah membeli sapi betina baru.
Seekor sapi betina majir, sudah pernah beranak dua kali. Tidak
pernah terjadi keguguran.
Perkawinan terutama secara alami, kadang-kadang saja dengan I.B
(tanpa catatan).

43
DRH. SUTIJONO PARTOUTOMO dan R. SOETEDJO : Trichomoniasis pada seekor sapi

Beberapa perkawinan diperlukan untuk satu konsepsi (tidak ada


catatan).
b. Pemeriksaan material.
Pemeriksaan material dilakukan di kantor Dinas Peternakan Pa-
suruan pada tanggal 17 April 1977 dengan hasil : pada pejantan
pemeriksaan natif berhasil negatif dan sedimen positif, sedang hasil
pemeriksaan lendir dari betina yang majir secara natif memberikan
hasil negatif. Pemeriksaan pada pejantan diulang lagi pada tanggal
28 April 1977 dengan hasil : pada pemeriksaan natif positif dan
sedimen positif.
II. Pemeriksaan laboratorium
Pada tanggal 28 April 1977 telah diambil material dari pejantan yang
positif kemudian dipupuk di dalam media G.B.S. dan Fitzgerald, di-
simpan di dalam termos es dan dibawa ke LPPH.
Pada tanggal 29 April 1977 masih dalam perjalanan, sampai di LPPH
pada tanggal 30 April 1977 siang.
Hasil pemeriksaan material tanggal 30 April 1977 menunjukkan :
G.B.S. positif dan Fitzgerald negatif.
Hasil pemeriksaan material tanggal 1 Mei 1977 menunjukkan : G.B.S.
positif dan Fitzgerald negatif.
Hasil pemeriksaan material tanggal 2 Mei 1977 menunjukkan : G.B.S.
positif dan Fitzgerald negatif.
Dari hasil pemeriksaan selanjutnya menunjukkan bahwa material
dalam G.B.S. pertumbuhannya masih kurang baik (parasit belum ba-
nyak seperti yang diharapkan).
Akhirnya atas bantuan dari Dr. Bruce Clark (seorang eksper Penyakit
Reproduksi Australia) parasit dipupuk di media Plastridge (liver
infusion-peptone-agar-serum) yang sampai saat ini masih hidup dan
berkembang dengan baik.
III. Morphologi
a. Pada pemeriksaan natif dari pupukan dengan pembesaran antara
10 X 10 — 15 X 10 dapat dilihat dengan jelas adanya :
Gerakan parasit yang menciri, yakni suatu gerakan maju yang ter-
putus-putus dengan arah yang berubah-ubah. Adanya tiga buah
flagel anterior.
Membrana undulans yang sangat jelas, terutama waktu gerakan
parasit lambat nampak seperti ombak.

44
Lembaga Penelitian Penyakit Hewan, Bulletin no. 14, 1977

Adanya axostyle.
b. Pada pemeriksaan mikroskopik dari material yang telah diwarnai
dengan Giemsa, dapat ditemukan bentuk-bentuk sebagai berikut :
Bentuk parasit :
Dari kumparan (kecil memanjang) sampai berbentuk buah pir.
Sering pula ditemukan bentuk-bentuk yang sedikit bulat dengan
organel yang ganda, ini diduga parasit yang sedang membelah.
Membrana undulans :
Sangat jelas membentang dari anterior. Di bagian tepi berbingkai
dua, yang merupakan filamen tambahan.
Flagel posterior :
Membentang mulai dari blepharoplast, sepanjang tepi membrana
undulans dan di posterior terletak bebas (yang membentuk flagel
posterior).
Flagel anterior :
Terdiri dari tiga buah flagel. Dari hasil pemeriksaan sering didapat-
kan jumlah 0 — 3 flagel, ini diduga terjadi kerusakan flagel-flagel
tersebut selama proses pewarnaan.
Inti :
Dapat dilihat dengan mudah dan terletak medio-cranial.
Axostyle :
Nampak jelas di bagian anterior membentuk capitulum dengan
granula axostyle, membentang ke posterior di tengah-tengah sel
parasit. Di bagian posterior ditemukan cincin chromatid.
Costae :
Berada pada bagian yang agak tertutup oleh membrana undulans,
biasanya di bagian perifir dari sel parasit.
Parabasal body :
Didapatkan juga parabasal body.
Lain-lain :
Granula lain sering ditemukan di seluruh sel, bahkan kadang-ka-
dang ditemukan granula-granula yang mirip dengan vacuola-
vacuola.
c. Ukuran parasit, dari hasil pengukuran yang dilakukan dari seratus buah
parasit didapatkan hasil sebagai berikut (Daftar 1, 2, 3 dan 4).

45
DRH. SUTIJONO PARTOUTOMO dan R. SOETEDJO : Trichomoniasis pada seekor sapi

Gambar 1. Trichomonas Isolat Pasuruan 1977 dalam pupukan, berbentuk buah pir.

Gambar 2. Trichomonas Isolat Pasuruan 1977 dalam pupukan, berbentuk kumparan.

Gambar 3. Trichomonas Isolat Pasuruan 1977 dalam pupukan, sedang membelah.

46
Lembaga Penelitian Penyakit Hewan, Bulletin no. 14, 1977

Daftar 1. Hasil pengukuran dari 100 buah T. lsolat Pasuruan dalam mikron.

No. Panjang Lebar Flagel anterior Flagel posterior

1 10,5 3,9
2 10,5 5,3 -
3 10,5 7 -
4 10,5 7 - -
5 10,5 8,8 10,5 -
6 10,9 2,8 10,5 -
7 11,2 4,2 - 12,3
8 12,3 3,5 12,3 -
9 12,3 5,3 14,0 8,8
10 12,3 7 - 10,5
11 12,3 7 14,0 -
12 12,3 7 14,0 7,0
13 12,3 7 14,0 10,5
14 13,3 3,5 14,0 -
15 14,0 3,5 - -
16 14,0 3,5 10,5
17 14,0 3,5 14,0 -
18 14,0 3,5 14,7
19 14,0 4,1 14,4 -
20 14,0 4,2 14,0
21 14,0 4,2 14,0 10,9
22 14,0 5,3 14,0 -

23 14,0 5,3 14,0 -


24 14,0 5,3 14,4 10,5
25 14,0 6,3 14,0
26 14,0 7 10,5 -
27 14,0 7 10,5 10,5
28 14,0 7 12,3 -
29 14,0 7 14 8,8
30 14,0 7 14 10,5
31 14,0 7 15,8 8,8
32 14,0 7,4 10,5 7
33 14,0 10,5 14,0 -
34 14,4 4,2 14,0 10,5
35 14,4 5,3 14,0 17,5
36 14,4 5,3 17,5 -
37 14,4 8,1 15,8 -
38 14,7 3,9 14,0 10,5
39 14,7 7 14,0 -
40 14,7 7 17,5 8,8
41 14,7 10,5 14,0 -

47
DRH. SUTIJONO PARTOUTOMO dan R. SOETEDJO : Trichomoniasis pada seekor sapi

No. Panjang Lebar Flagel anterior Flagel posterior

42 15,1 3,5 10,5 -


43 15,1 3,5 14,0 11,9
44 15,1 5,3 10,5 10,5
45 15,1 5,3 14,0 -
46 15,8 3,5 14,0 -
47 15,8 3,5 14,0 14,0
48 15,8 5,3
49 15,8 5,3 10,5 -

50 15,8 7 12,3 7
51 15,8 7 14 -

52 15,8 7 14 10,5
53 15,8 7 14,7 -

54 15,8 8,8 12,3 8,8


55 15,8 10,5 - -

56 15,8 10,5
57 17,5 5,3 -

58 17,5 5,3 - 10,5


59 17,5 5,3 15,8 14,0
60 17,5 6,3 14,0 -
61 17,5 6,3 14,7 10,5
62 17,5 7 -
63 17,5 7 12,3 -

64 17,5 7 12,3 10,5


65 17,5 7 14,0 -

66 17,5 7 14,0
67 17,5 7 14,0 -
68 17,5 7 14,0 7,4
69 17,5 7 14,0 10,5
70 17,5 7 15,8 -

7I 17,5 7 15,8 -

72 17,5 7 15,8 10,5


73 17,5 7,4 14,0
74 17,5 7,4 14,4
75 17,5 7,4 17,5
76 17,5 7,7 14,0 -
77 17,5 7,7 15,8 14,0
78 17,5 8,4 15,8 14,0
79 17,5 8,8 14,0 7,0
80 17,5 8,8 17,5 -
81 17,5 10,5 10,5
82 17,5 10,5 14,0
83 17,5 10,5 14,0
84 17,5 10,5 14,0

48
Lembaga Penelitian Penyakit Hewan, Bulletin no. 14, 1977

No. Panjang Lebar Flagel anterior Flagel posterior

85 18,2 8,8 14,0 -

86 18,6 5,3 18,2 14,0


87 19,3 7 - -

88 19,3 7 17,5
89 19,3 8,8 17,5 -
90 20,3 7,4 - 12,3
91 21 5,3 14,0 -
92 21 5,3 14,0 8,8
93 21 7,0 14,0 -
94 21 8,8 14,0
95 21 10,5 14,0 -
96 21 10,5 14,0
97 21 10,5 15,8
98 21 10,5 17,5
99 24,5 14,0 -
100 24,5 14,0 18,2

Daftar 2. Lebar T. Isolat Pasuruan dalam mikron.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 2,8 3,5 5,3 5,3 7 7 7 7,4 8,8 10,5


2 3,5 3,9 5,3 5,3 7 7 7 7,4 8,8 10,5
3 3,5 3,9 5,3 5,3 7 7 7 7,4 8,8 10,5
4 3,5 4,1 5,3 5,3 7 7 7 7,4 8,8 10,5
5 3,5 4,2 5,3 5,3 7 7 7 7,4 8,8 10,5
6 3,5 4,2 5,3 6,3 7 7 7 7,7 8,8 10,5
7 3,5 4,2 5,3 6,3 7 7 7 7,7 10,5 10,5
8 3,5 4,2 5,3 6,3 7 7 7 8,1 10,5 10,5
9 3,5 5,3 5,3 7 7 7 7 8,4 10,5 14
10 3,5 5,3 5,3 7 7 7 7 8,8 10,5 14

Panjang parasit berkisar antara 10,5 - 24,5 u, lebar antara 2,8 -


14 u, panjang flagel anterior antara 10,5 - 18,2 u, panjang flagel
posterior berkisar antara 7 - 17,5 u.

49
SUTIJONO PARTOUTOMO dan R. SOETEDJO Trichomoniasis pada seekor sapi
:

Daftar 3. Flagel anterior T. Isolat Pasuruan dalam mikron.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 10,5 12,3 14 14 14 14 14,4 15,8 17,5


2 10,5 12,3 14 14 14 14 14,4 15,8 17,5
3 10,5 12,3 14 14 14 14 14,4 15,8 18,2
4 10,5 12,3 14 14 14 14 14,7 15,8 18,2
5 10,5 12,3 14 14 14 14 14,7 15,8
6 10,5 12,3 14 14 14 14 14,7 17,5
7 10,5 14 14 14 14 14 15,8 17,5
8 10,5 14 14 14 14 14 15,8 17,5
9 10,5 14 14 14 14 14 15,8 17,5
10 10,5 14 14 14 14 14 15,8 17,5

Daftar 4. Flagel posterior T. Isolat Pasuruan dalam mikron.

1 2 3 4

1 7 8,8 10,5 14
2 7 10,5 10,5 14
3 7 10,5 10,5 14
4 7 10,5 10,5 14
5 7,4 10,5 10,5 17,5
6 8,8 10,5 10,9
7 8,8 10,5 11,9
8 8,8 10,5 12,3
9 8,8 10,5 12,3
10 8,8 10,5 14

PEMBAHASAN
Dari anamnesa yang telah dicatat sebenarnya tidak mendukung adanya
trichomoniasis secara 100%. Dari pengamatan selama penelitian nampak
adanya gejala-gejala bahwa keadaan perusahaan tersebut semakin mundur.
Pada hari pertama menunjukkan hasil yang negatif pada pemeriksaan
natif sedang pada pemeriksaan sedimen positif. Hal ini disebabkan karena
jumlah parasit yang tidak begitu banyak pada pemeriksaan pertama, sedang
pada pemeriksaan yang kedua (kira-kira 10 hari kemudian) menunjukkan
bahwa baik pemeriksaan natif maupun sedimen positif dan jumlah parasit
memang jauh lebih banyak.

50

Anda mungkin juga menyukai