Anda di halaman 1dari 25

BISNIS

INTERNASIONAL
Pertemuan 3
Memasuki Pasar Luar
Negeri
Bagian Pertama

1. Cara Memasuki Pasar Luar Negeri


2. Memilih Salah Satu Cara Masuk Luar Negeri
3. Janji dan Perangkap dalam Kegiatan Ekspor
1. Cara Memasuki Pasar Luar Negeri

Berbagai cara memasuki pasar luar negeri:


a. Ekspor
b. Turnkey project
c. Lisensi
d. Waralaba/Franchise
e. Usaha patungan/Joint Venture
f. Pemilikan kantor cabang di negara lain
a. Ekspor
Kelemahan ekspor:
2. Tingginya biaya transportasi dapat menyebabkan tidak ekonomis.
3. Adanya hambatan tarif.
4. Ekspor dengan mendelegasi pemasaran pada agen lokal.
5. Ekspor tidak akan menguntungkan apabila di negara tujuan ekspor
memiliki bauran faktor-faktor produksi yang lebih menguntungkan
untuk menghasilkan nilai lebih.

Keunggualan ekspor:
1. Menghindari besarnya biaya pendirian operasi manufaktur di negara
lain.
2. Memperluas pasar.
b. Turnkey Project

Turnkey project

Proyek yang dibangun oleh pengembang dan dijual atau diserahkan


kepada pembeli dalam kondisi siap digunakan.

Proyek ditangani oleh klien asing.

Contoh 1:
Pengeboran minyak di Pendopo, Muara Enim Sumsel yang dikerjakan
oleh Stanvac dan setelah menjadi minyak mentah dijual ke Pertamina.
Contoh 2: Pengeboran minyak di Aceh oleh Exxon Mobil Oil Inc. dan
setelah menjadi minyak mentah dijual ke Pertamina.
b. Turnkey Project

Turnkey project pada umumnya dalam bidang kimia, farmasi,


penyulingan minyak dan metal, industri pengilangan, semua yang
penanganannya kompleks dan teknologi produksinya mahal.

Turnkey project biasa dilakukan oleh pemerintah di suatu negara


yang bekerjasama dengan perusahaan yang memiliki teknologi tinggi
untuk memproduksi.
c. Lisensi

Perjanjian lisensi adalah suatu perjanjian antara lisensor (yang


memberi hak intangible property) dengan lisensce (pemegang lisensi)
pada periode waktu tertentu, akibat dari perjanjian tersebut lisensor
menerima bayaran loyalty dari lisensce.

Property intangible mencakup: paten, penemuan, formula, proses,


design, hak cipta, dan merk dagang.
c. Lisensi
Keunggulan Lisensi internasional ;
Pemegang lisensi memberikan modal yang diperlukan
untuk dapat beroperasi di luar negeri.

Kelemahan Lisensi:
a. Tidak dapat melakukan kontrol ketat dalam proses
manufaktur.
b. Persaingan global mensyaratkan perusahaan untuk
mengkoordinasikan strategi yang berubah-ubah.
c. Setelah masa kontrak selesai, lisensce justru malah
menjadi kompetitor apabila membuka usaha yang
sama.
d. Waralaba (Francising)

Waralaba (Inggris: Franchising;Prancis: Franchise) untuk kejujuran


atau kebebasan) adalah hak-hak untuk menjual suatu produk atau
jasa maupun layanan.

Menurut versi pemerintah Indonesia, yang dimaksud dengan


waralaba adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak
memanfaatkan dan atau menggunakan hak dari kekayaan intelektual
(HAKI) atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain
dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh
pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan
barang dan jasa.
d. Waralaba (Francising)

Menurut Asosiasi Franchise Indonesia, yang dimaksud


dengan Waralaba ialah:
• Suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan
akhir, dimana pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada
individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan
merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah
ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area
tertentu.
d. Waralaba (Francising)

• Franchisor atau pemberi waralaba


• badan usaha atau perorangan yang memberikan hak
kepada pihak lain untuk memanfaatkan dan atau
menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau
penemuan atau ciri khas usaha yang dimilikinya.

• Franchisee atau penerima waralaba


• badan usaha atau perorangan yang diberikan hak untuk
memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas
kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas yang
dimiliki pemberi waralaba[4].
d. Waralaba (Francising)
Jenis waralaba

• Waralaba luar negeri, cenderung lebih disukai karena


sistemnya lebih jelas, merek sudah diterima
diberbagai dunia, dan dirasakan lebih bergengsi.

• Waralaba dalam negeri, juga menjadi salah satu


pilihan investasi untuk orang-orang yang ingin cepat
menjadi pengusaha tetapi tidak memiliki pengetahuan
cukup piranti awal dan kelanjutan usaha ini yang
disediakan oleh pemilik waralaba.
d. Waralaba (Francising)
Biaya waralaba meliputi:

• Biaya awal,
• Sebagai contoh dimulai dari Rp. 10 juta hingga Rp. 1 miliar.
Biaya ini meliputi pengeluaran yang dikeluarkan oleh pemilik
waralaba untuk membuat tempat usaha sesuai dengan
spesifikasi franchisor dan ongkos penggunaan HAKI.

• Biaya royalti,
• dibayarkan pemegang waralaba setiap bulan dari laba
operasional. Besarnya ongkos royalti berkisar dari 5-15 persen
dari penghasilan kotor. Ongkos royalti yang layak adalah 10
persen. Lebih dari 10 persen biasanya adalah biaya yang
dikeluarkan untuk pemasaran yang perlu
dipertanggungjawabkan.
d. Waralaba (Francising)

Sejarah Waralaba

Waralaba diperkenalkan pertama kali pada tahun


1850-an oleh Isaac Singer, pembuat mesin jahit
Singer, ketika ingin meningkatkan distribusi
penjualan mesin jahitnya. Walaupun usahanya
tersebut gagal, namun dialah yang pertama kali
memperkenalkan format bisnis waralaba ini di AS.
Kemudian, caranya ini diikuti oleh pewaralaba lain
yang lebih sukses, John S Pemberton, pendiri Coca
Cola.
d. Waralaba (Francising)

Namun, menurut sumber lain, yang mengikuti


Singer kemudian bukanlah Coca Cola, melainkan
sebuah industri otomotif AS, General Motors
Industry ditahun 1898. Contoh lain di AS ialah
sebuah sistem telegraf, yang telah dioperasikan
oleh berbagai perusahaan jalan kereta api, tetapi
dikendalikan oleh Western Union serta
persetujuan eksklusif antar pabrikan mobil dengan
penjual.
d. Waralaba (Francising)
Waralaba saat ini lebih didominasi oleh waralaba rumah makan siap
saji.

Kecenderungan ini dimulai pada tahun 1919 ketika A&W Root Beer
membuka restoran cepat sajinya. Pada tahun 1935, Howard Deering
Johnson bekerjasama dengan Reginald Sprague untuk memonopoli
usaha restoran modern.

Gagasan mereka adalah membiarkan rekanan mereka untuk mandiri


menggunakan nama yang sama, makanan, persediaan, logo dan
bahkan membangun desain sebagai pertukaran dengan suatu
pembayaran.

Dalam perkembangannya, sistem bisnis ini mengalami berbagai


penyempurnaan terutama di tahun l950-an yang kemudian dikenal
menjadi waralaba sebagai format bisnis (business format) atau sering
pula disebut sebagai waralaba generasi kedua.
d. Waralaba (Francising)
Perkembangan sistem waralaba yang demikian pesat
terutama di negara asalnya, AS, menyebabkan
waralaba digemari sebagai suatu sistem bisnis
diberbagai bidang usaha, mencapai 35 persen dari
keseluruhan usaha ritel yang ada di AS.

Sedangkan di Inggris, berkembangnya waralaba


dirintis oleh J. Lyons melalui usahanya Wimpy and
Golden Egg, pada tahun 60-an. Bisnis waralaba tidak
mengenal diskriminasi. Pemilik waralaba (franchisor)
dalam menyeleksi calon mitra usahanya berpedoman
pada keuntungan bersama, tidak berdasarkan SARA.
e. Joint venture

Perusahaan patungan adalah sebuah kesatuan yang dibentuk


antara 2 pihak atau lebih untuk menjalankan aktivitas ekonomi
bersama. Pihak-pihak itu setuju untuk berkelompok dengan
menyumbang keadilan kepemilikan, dan kemudian saham
dalam penerimaan, biaya, dan kontrol perusahaan.

Perusahaan ini hanya dapat untuk proyek khusus saja, atau


hubungan bisnis yang berkelanjutan seperti perusahaan
patungan Sony Ericsson. Ini terbalik dengan persekutuan
strategi, yang tak melibatkan taruhan keadilan oleh pesertanya,
dan susunannya kurang begitu sulit.
e. Joint venture
Perusahaan patungan umum pada industri migas, dan sering
merupakan badan hukum antara perusahaan setempat dan
asing (sekitar 3/4 internasional).

Perusahaan patungan sering nampak sebagai alternatif bisnis


yang amat bisa berjalan terus dalam sektor ini, karena
perusahaan ini dapat menyempurnakan perlengkapan
kecakapan sementara perusahaan ini menawarkan keberadaan
geografis pada perusahaan asing.

Berbagai studi menunjukkan tingkat kegagalan 30-61%, dan


60% gagal untuk memulai atau berangsur bubar dalam 5 tahun.
e. Joint venture

(Osborn, 2003) Juga diketahui bahwa perusahaan


patungan di negeri yang perkembangannya rendah
menunjukkan ketakstabilan besar, dan perusahaan
patungan yang melibatkan mitra pemerintah memiliki
kemungkinan besar untuk gagal (perusahaan swasta
nampak lebih terlengkapi untuk mendukung
kecakapan penting, jaringan pemasaran, dll).
e. Joint venture

• Beberapa negara, seperti Republik Rakyat Cina dan lebih


lanjut India, memerlukan perusahaan asing untuk
membentuk perusahaan patungan dengan perusahaan
domestik untuk memasuki pasar. Persyaratan ini sering
mendorong transfer teknologi dan kontrol manajer ke
mitra dalam negeri.

• Sebagian besar perusahaan patungan gagal di Asia


karena perbedaan budaya. Perusahaan patungan gagal
karena sejumlah alasan, termasuk kurangnya komunikasi
dan distribusi tenaga antarmanajemen.
e. Joint venture

Alasan pembentukan

Alasan internal
• Membangun kekuatan perusahaan
• Menyebarkan biaya dan risiko
• Menambah akses ke sumber daya keuangan
• Ekonomi skala dan keuntungan kekuatan
• Akses ke teknologi dan pelanggan baru
• Akses ke praktek manajer inovatif
e. Joint venture

Tujuan persaingan
• Mempengaruhi evolusi struktural industri
• Kompetisi sebelum selesai
• Tanggapan defensif untuk menghapuskan batas-batas
industri
• Penciptaan unit kompetisi yang kuat
• Kecepatan pasar
• Menambah ketangkasan
e. Joint venture
Contoh

• AutoAlliance International antara Ford Motor Company dan


Mazda
• Brewers Retail Inc. antara Inbev, Molson Coors dan Sapporo
Breweries
• Cingular antara SBC (now AT&T Inc.) dan BellSouth
• Bank DnB NORD antara DnB NOR dan NORD/LB.
• Equilon antara Texaco dan Royal Dutch Shell
• Strategic Alliance antara Northwest Airlines dan KLM Royal
Dutch Airlines
• LG.Philips Components antara LG Group dan Royal Philips
Electronics
• NUMMI antara General Motors dan Toyota
• Penske Truck Leasing antara GE dan Penske Corporation
f. Pemilikan kantor cabang
di negara lain
Suatu pemilikan kantor cabang secara keseluruhan adalah
perusahaan memiliki 100% saham.

Mendirikan kantor cabang yang demikian dapat dilakukan


melalui 2 cara.
a. Perusahaan dapat mendirikan perusahaan yang baru di
negara tersebut
b. Perusahaan dapat mengambil alih perusahaan yang
telah ada (akuisisi) dan menggunakan perusahaan
tersebut untuk mempromosikan produknya di pasar
negara tersebut.

Anda mungkin juga menyukai