Anda di halaman 1dari 10

Konflik Penggunaan Masker saat Berkendara di Masa Pandemi

Covid-19

Dosen : Bapak Novalia Agung Wardjito Ardhoyo, ST. M. Ikom.

Disusun Oleh :
Muhammad Abdul Fattah Ramdhani
NIM : 202041156

Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)


Fakultas Ilmu Komunikasi
2022
Konflik Penggunaan Masker Saat Berkendara di Masa Pandemi
Covid-19
Oleh : Muhammad Abdul Fattah Ramdhani
Dosen :Bapak Novalia Agung Wardjito Ardhoyo, ST. M. Ikom.
Fattah.ramdhani@gmail.com
Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), Jakarta.

A. ABSTRAK
Latar Belakang :Pemberlakuan peraturan baru yang telah ditetapkan oleh pemerintah
dalam upaya pemutusan rantai penularan Covid-19 dengan strategi dan
kebijakan yang dikeluarkannya. Salah satu strategi yang dilakukan
adalah dengan penerapan protokol kesehatan, yaitu dengan kewajiban
penggunaan masker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
kepatuhan dan ketepatan penggunaan masker bagi pengendara di daerah
Johar Baru, Jakarta Pusat sebagai upaya pencegahan penyakit Covid-19.

Metode :Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara pada 4


pengendara yang telah ditentukan sebagai informan di Johar Baru, Jakarta
Pusat.

Hasil :Penelitian menunjukkan bahwa 2 dari 4k pengendara di Johar Baru,


Jakarta Pusat menganggap penggunaan masker saat berkendara masih
efektif untuk mengurangi tingkat penyebaran virus. Dan sisanya masih
merasa kurang efektif dengan alasan pada saat berkendara tidak perlu
menggunakan masker karena tidak banyak melakukan interaksi dengan
orang sekitar dan juga merasa hukuman sosial yang diberikan oleh satpol-
pp kurang dipertegas sehingga kurang menimbulkan efek jera.

Kesimpulan :Penggunaan masker saat berkendara masih dianggap hal yang efektif
untuk memutus rantai penularan virus Covid-19. Hanya saja kurang
tegasnya dalam menegakkan hukuman kurang memberi efek jera sehingga
masih ada yang menganggap penggunaan masker saat berkendara ini
kurang efektif.

Kata Kunci :Covid-19; Kepatuhan; Ketepatan; Penggunaan; Masker; Berkendara.

A. Pendahuluan

Semenjak adanya virus Covid-19 di Indonesia ini, sangat memberikan dampak bagi
masyarakat di Indonesia. Mulai dari segi sektor ekonomi, kesehatan, dan bahkan pendidikan.
Semua masyarakat diwajibkan untuk mematuhi semua protokol kesehatan yang telah ditetapkan
oleh pemerintah. Semua protokol kesehatan telah ditetapkan dan dijalankan oleh sebagian
masyarakat yang ada di Indonesia untuk mencegahnya penyebaran penyakit virus Covid-19 yang
ada di Indonesia.
Angka pasien yang sembuh dari virus Covid-19 di Indonesia cenderung menurun, karena
sudah banyak masyarakat di Indonesia yang telah mematuhi protokol kesehatan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Selain ditetapkannya Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT)
maupun Work From Home (WFH), Ada juga pembatasan jarak di dalam protokol kesehatan yang
dimaksud oleh pemerintah.
Selain menjaga jarak, masyarakat juga diwajibkan memakai masker, termasuk juga saat
berkendara, untuk memaksimalkan pembatasan penyebaran virus Covid-19 yang ada di
Indonesia ini. Bahkan jika ada seseorang yang tidak memakai masker akan dikenakan sanksi
berupa kerja sosial atau denda administratif. Seperti yang telah dicantumkan dalam Peraturan
Daerah (PERDA) DKI JAKARTA No.2 Tahun 2020 tentang Penanggulangan Corona Virus
Disease 2019 yang dikenal dengan Perda Covid-19.
Dilansir dari draf perubahan Perda Covid-19 yang dikirimkan oleh Wakil Ketua DPRD DKI
Jakarta, Zita Anjani (21/7/2021). Yang memuat sanksi pidana yang sebelumnya tidak ada dalam
Perda Covid-19 pada pasal 32A ayat (1) yang berbunyi : "Setiap orang yang mengulangi
perbuatan tidak menggunakan masker setelah dikenakan sanksi berupa kerja sosial atau denda
administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 Ayat (1), dipidana dengan kurungan paling
lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp 500.000,00 (lima ratus ribu)."
Salah satu daerah yang telah menerapkan adanya sanksi bagi seseorang yang tidak
menggunakan masker saat berkendara yaitu daerah Johar Baru, Jakarta Pusat. Oleh karena itu di
dalam artikel ini akan membahas mengenai penerapan peraturan yang telah di tetapkan dalam
draf revisi Perda Covid-19 DKI Jakarta pada daerah Johar Baru, Jakarta Pusat.

PENGERTIAN KONFLIK
Konflik secara estimologi berasal dari kata kerja Latin yaitu "con" yang artinya bersama
dan "fligere" yang artinya benturan atau bertabrakan. Secara umum, konflik merupakan suatu
peristiwa atau fenomena sosial di mana terjadi pertentangan atau pertikaian baik
antar individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok,
maupun kelompok dengan pemerintah.

Konflik dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam
suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri
fisik, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, gagasan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa
sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar
dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik
antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang
bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.

Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah siklus
di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi
yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
De Dreu dan Gelfand (2008) menyatakan bahwa “conflict as a process that begins when
anindividual or group perceives differences and opposition between itself and
another individual or group about interests and resources, beliefs, values, or practices that
matter to”.Dari definisi tersebut tampak bahwa konflik merupakan proses yang mulai ketika
individuatau kelompok mempersepsi terjadinya perbedaan atau opisisi antara dirinya dengan
individuatau kelompok lain mengenai minat dan sumber daya, keyakinan, nilai atau paktik-
praktik lainnya.

Penyebab Terjadinya Konflik

Secara garis besar penyebab konflik dibagi atas 3 penyebab, yaitu :

 Perbedaan pendirian dan keyakinan orang perorangan telah menyebabkan konflik


antar individu. Dalam konflik-konflik seperti ini terjadilah bentrokan-bentrokan
pendirian, dan masing-masing pihak pun berusaha membinasakan lawannya.
Membinasakan disini tidak selalu diartikan sebagai pembinasaan fisik, tetapi bisa
pula diartikan dalam bentuk pemusnahan simbolik atau melenyapkan pikiran-pikiran
lawan yang tidak disetujui. Di dalam realitas sosial tidak ada satu pun individu yang
memiliki karakter yang sama sehingga perbedaan pendapat, tujuan, keinginan
tersebutlah yang mempengaruhi timbulnya konflik sosial.

 Perbedaan kebudayaan tidak hanya akan menimbulkan konflik antar individu, akan
tetapi bisa juga antar kelompok. Pola-pola kebudayaan yang berbeda akan
menimbulkan pola-pola kepribadian dan pola-pola prilaku yang berbeda pula
dikalangan khalayak kelompok yang luas. Selain itu, perbedaan kebudayaan akan
mengakibatkan adanya sikap etnosentrisme yaitu sikap yang ditunjukkan kepada
kelompok lain bahwa kelompoknya adalah yang paling baik. Jika masing-masing
kelompok yang ada di dalam kehidupan sosial sama-sama memiliki sikap demikian,
maka sikap ini akan memicu timbulnya konflik antar penganut kebudayaan.

 Perbedaan kepentingan. Mengejar tujuan kepentingan masing-masing yang berbeda-


beda, kelompok-kelompok akan bersaing dan berkonflik untuk memperebutkan
kesempatan dan sarana.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Wawancara
Pengertian wawancara menurut para ahli :

 Koentjaraningrat
Menurut Koentjaraningrat, wawancara merupakan metode yang digunakan
untuk tugas tertentu, mencoba untuk memperoleh informasi dan secara lisan
pembentukan responden, untuk berkomunikasi secara langsung.

 Lexy J. Moleong
Menurut Lexy, Wawancara merupakan percakapan dengan tujuan tertentu.
Yang mana percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak atau lebih, yaitu
pewawancara (yang mengajukan pertanyaan) dan diwawancarai (yang
memberikan jawaban atas pertanyaan pertanyaannya).

Pada penelitian ini peneliti memilih 4 informan untuk di wawancarai. Peneliti


mewawancarai 4 informan tersebut dengan lokasi yang sudah ditentukan, yaitu di
daerah Johar Baru, Jakarta Pusat. Mereka dengan sukarela ingin menjadi informan
peneliti untuk diwawancarai pada penelitian dengan berjudul “Konflik
Penggunaan Masker Saat Berkendara di Masa Pandemi Covid-19”.
Peneliti juga telah menyediakan pertanyaan untuk melakukan wawancara
tersebut, yaitu :

 What
Apakah kita harus menggunakan masker pada saat berkendara?

 Why
Mengapa kita harus menggunakan masker pada saat berkendara?

 Where
Dimana kita harus menggunakan masker secara bijak di masa pendemi
Covid-19 ini?

 When
Kapan kita harus benar-benar diwajibkan untuk menggunakan masker?
 Who
Siapa yang harus diwajibkan untuk menggunakan masker?

 How
Bagaimana jika kita tidak menggunakan masker pada saat berkendara?

B. Analisis dan Pembahasan

PERATURAN YANG TELAH DI TERAPKAN


Dikutip dari liputan6.com, Jakarta. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kembali
menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sejak Senin 14 September 2020
lalu. Hal ini dilakukan untuk menekan kasus Corona Covid-19 di wilayah Ibu Kota.
Karena itu, terdapat beberapa aturan yang harus dipahami pengendara mobil dan motor,
salah satunya selalu menggunakan masker ketika sedang berkendara. Menjadi hal yang
wajib, terdapat sanksi yang harus diterima pengendara apabila melakukan pelanggaran,
berikut ulasannya :

Dalam Peraturan Gubernur 79 Tahun 2020 tentang Penerapan Disiplin dan Penegakan
Hukuman Protokol Kesehatan Sebagai Upaya Pencegahan dan Penanganan Covid-19,
terdapat beberapa hal yang perlu dipahami.

Melihat Pasal 4 ayat 1, setiap orang yang berada di Provinsi DKI Jakarta wajib
melaksanakan perlindungan kesehatan individu dengan cara menggunakan masker yang
menutupi hidung, mulut, dan dagu ketika berada di luar rumah, berinteraksi dengan orang
lain atau menaiki kendaraan.

Kemudian Pasal 5 ayat 1 menjelaskan, masyarakat yang kedapatan tidak menggunakan


masker sesuai aturan pada pasal sebelumnya akan dikenakan sanksi.

"Setiap orang yang tidak menggunakan masker sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (1) huruf a dikenakan sanksi kerja sosial membersihkan sarana fasilitas umum
denganmengenakan rompi selama 60 (enam puluh) menit atau denda administratif paling
banyak sebesar Rp250.000 (dua ratus lima puluh ribu rupiah)," bunyi Pasal 5 ayat 1.

Sedangkan Pasal 5 ayat 2 dikatakan bagi mereka yang melakukan pelanggaran berulang
akan dikenakan sanksi kerja sosial atau denda administratif dengan ketentuan sebagai
berikut:
a) Pelanggaran berulang 1 (satu) kali dikenakan kerja sosial membersihkan sarana
fasilitas umum dengan mengenakan rompi selama 120 (seratus delapan puluh) menit
atau denda administratif paling banyak sebesar Rp500.000 (lima ratus ribu rupiah);

b) Pelanggaran berulang 2 (dua) kali dikenakan kerja sosial membersihkan sarana


fasilitas umum dengan mengenakan rompi selama 180 (seratus delapan puluh) menit
atau denda administratif paling banyak sebesar Rp750.000 (tujuh ratus lima puluh
ribu rupiah);

c) Pelanggaran berulang 3 (tiga) kali dan seterusnya dikenakan kerja sosial


membersihkan sarana fasilitas umum dengan mengenakan rompi selama 240 (dua
ratus empat puluh) menit atau denda administratif paling banyak sebesar
Rp1.000.000 (satu juta rupiah);

Maka dengan adanya peraturan baru yang telah ditetapkan tersebut, selain pembatasan
waktu, pembatasan maksimal pengunjung, masyarakat juga di wajibkan untuk memakai
masker pada saat berkendara.

PENERAPAN PENGGUNAAN MASKER SAAT BERKENDARA


YANG MENYEBABKAN KONFLIK DI DAERAH JOHAR BARU,
JAKARTA PUSAT

Pemberlakuan peraturan baru yang telah ditetapkan oleh pemerintah di Jakarta, yaitu
diwajibkannya menggunakan masker pada saat berkendara. Selain itu juga
masyarakatnya dihimbau untuk mematuhi protokol kesehatan. Seperti menjaga jarak dan
menjaga kebersihan upaya memutuskan rantai penyebaran virus Covid-19.

Dirasakan ada yang janggal dalam penerapan penggunaan masker saat berkendara ini,
membuat peneliti bertanya-tanya “apakah efektif penggunaan masker saat berkendara?”
karena tidak sedikit masyarakat yang tidak mematuhi peraturan tersebut. Dan lokasi yang
telah peniliti pilih untuk penilitian ini yaitu daerah Johar Baru, Jakarta Pusat.

Berdasarkan wawancara yang telah peniliti lakukan pada tanggal 29 Desember 2021,
Pujianto selaku masyarakat sekaligus pengendara sepeda motor yang tinggal di Johar
Baru, ia mengatakan “Wajiblah pake masker apapun kondisi dan kegiatannya, kan kita
gatau itu virus terbang atau engga, mau udah tua atau masih muda menurut saya wajib
pake masker deh, lagian kalo disini kan kalo gapake masker kadang suka ada tilangan
gitu, diberentiin disuruh nyapu terus di foto buat jadi laporan”. Dari informan yang
pertama ini menjelaskan akan pentingnya memakai masker guna untuk menghambat
penyebaran virus Covid-19, dan penerapan penggunaan masker saat berkendara masih
tergolong efektif karena dapat melahirkan kesadaran diri masyarakat untuk lebih berjaga-
jaga apapun kegiatan yang sedang dijalaninya.
Wawancara yang kedua dilakukan keesokan harinya yaitu tanggal 30 Desember 2021,
kali ini peneliti memilih informan yang tinggal di Johar Baru, yang dimana
kesehariannya menggunakan mobil untuk pergi bekerja. Informan yang kedua ini
bernama Ahmad Jordan, ia baru pindah dan menetap untuk tinggal di daerah Johar Baru
dengan alasan untuk menemani sang istri untuk tinggal dirumah orang tuanya. Pertanyaan
yang diajukan peniliti tetap sama dan berikut jawaban dari Ahmad Jordan, “Menurut
saya sih wajib ya mas soalnya kan kalo bukan dari diri kita dulu nanti susah ngingetin
orang juga, dimobil juga saya pake masker juga, gatau ya di daerah lain kaya gimana,
tapi di Johar saya pernah ditilang gara-gara saya gak pake masker ,padahal saya
dimobil cuma berdua istri, tapi ya mau gimana lagi saya salah gitu, yaudah akhirnya
saya disuruh nyapu sebentar trus katanya juga kalo ngelanggar lagi dendanya hukum
pidana”. Data yang dihasilkan dari Ahmad Jordan selaku pengendara mobil yang tinggal
di Johar Baru ini menjelaskan penerapan penggunaan masker saat berkendara di
lingkungannya ini ketat, dan teguran yang diberikan jika melanggarpun cukup
membuatnya sadar dan jera.

Selain itu 2 dari 4 informan memiliki perspektif lain akan penerapan penggunaan masker
saat berkendara di daerah Johar baru. Informan ketiga dan keempat ini bernama Rizky
Aditya dan Jihan Maulana yang memiliki kasus yang sama, dan diwawancarai pada
tanggal 31 Desember 2021, pada hasil wawancara mereka menjelaskan bahwa “Menurut
kita siapapun itu juga wajib pake masker gitu, cuma kalo misalnya lagi naik motor gitu,
saya kurang setuju soalnya kita juga kan ga banyak interaksi sama orang lain kalo lagi
naik motor, terus juga hukuman yang dikasih kalo ngelanggar gitu kurang jelas, saya
pernah ditilang gara-gara gapake masker, disuruh isi data, ngasih KTP juga, kan kalo
ngelanggar sanksi sosialnya disuruh nyapu, nah pas kita baru mau nyapu itu kita udah
difoto dengan keadaan megang sapu, abis itu udah dilepas, jadi mikirnya ya laporan
yang dibuat itu cuma formalitas, dan jadi ngerasa kurang tegas gitu sanksinya ga bikin
jera”. Dilihat dari yang dikatakan oleh informan ketiga, disini peneliti dapat mengetahui
bahwa konflik yang yang terjadi yaitu disebabkan oleh ketidak jelasannya sanksi yang
diberikan sehingga dapat dianggap enteng oleh beberapa masyarakat.

KAITAN DENGAN KOMUNIKASI KELOMPOK DAN TEORI


KOMUNIKASI YANG DIGUNAKAN BERDASARKAN KASUS DI
ATAS

Pada dasarnya komunikasi kelompok mempelajari pola-pola interaksi antar individu


dengan titik berat tertentu, misalnya pengambilan keputusan. Hal ini bisa terjadi karena
adanya keyakinan bahwa pengambilan keputusan pribadi berbeda dengan pengambilan
keputusan yang harus dibuat secara bersamasama dalam suatu kelompok (Pawito, 2007)
Teori mengenai perbandingan sosial ini pertama kali dirumuskan oleh Leon Festinger
(dikutip oleh Myers, 2007). Menurut teori ini, proses saling mempengaruhi dan perilaku
saling bersaing dalam interaksi sosial ditimbulkan oleh adanya kebutuhan untuk menilai
diri sendiri.

Teori ini sesuai dengan kasus yang terjadi diatas karena untuk mengambil atau memilih
suatu keputusan selalu dilihat dari kebutuhan dan kepentingan diri sendiri. Dapat menjadi
suatu konflik dalam kehidupan bermasyarakat karena dilihat adanya perbedaan perspektif
dari kedua kelompok.

C. Kesimpulan dan Saran

Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan masker saat berkendara masih
dianggap hal yang efektif untuk memutus rantai penularan virus Covid-19. Hanya saja
kurang tegasnya dalam menegakkan hukuman kurang memberi efek jera sehingga
menciptakan perspektif lain untuk sebagian kelompok sehingga penggunaan masker saat
berkendara ini dianggap kurang efektif.

Saran yang dapat peneliti sampaikan yaitu tetap mematuhi protokol kesehatan yang telah
ditetapkan dan menerapkannya secara bijak, dan diharapkan untuk pemerintah agar
memberi kejelasan dan ketegasam terhadap sanksi yang diberikan agar tidak
menimbulkan kesalahpahaman dan melahirkan kelompok baru dengan perspektif yang
berlawanan.

D. Daftar Pusaka

Alfi Yuda (2021, December 13) Pengertian Konflik Menurut Para Ahli, Faktor Penyebab,
Jenis, dan Dampak yang Dihasilkan
https://www.bola.com/ragam/read/4733556/pengertian-konflik-menurut-para-ahli-faktor-
penyebab-jenis-dan-dampak-yang-dihasilkan
Dian Tami Kokasih (2020, September 21) Aturan Penggunaan Masker Saat Berkendara di
Masa PSBB, Hati-Hati Kena Denda
https://www.liputan6.com/otomotif/read/4361217/aturan-penggunaan-masker-saat-
berkendara-di-masa-psbb-hati-hati-kena-denda
E-Learning Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2022) Konflik Pengelolaan
Sumber Daya Hutan
https://elearning.menlhk.go.id/pluginfile.php/849/mod_resource/content/1/penyebab_kon
flik.html
Kompas Cyber Media (2021, July 21) Draft Revisi Perda Covid-19 DKI Jakarta, Tidak Pakai
Masker Bisa Dipenjara 3 Bulan
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/07/21/10242791/draft-revisi-perda-covid-19-
dki-jakarta-tidak-pakai-masker-bisa-dipenjara.
Rasyid Baihaqi (2016, July 3) Teori Pemikiran Kelompok
https://rasyidbaihaqi.wordpress.com/2016/07/03/314/
Suryanto (2010) Mengenal Beberapa Definisi Konflik
http://suryanto.blog.unair.ac.id/2010/02/02/mengenal-beberapa-definisi-konflik/

Anda mungkin juga menyukai