KPH Bogor
KPH Bogor
Cibinong, Juli 2014 Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat & Banten
Seksi PSDH
LATAR BELAKANG
PP No. 15/1972 :
Perhutani Jawa Tengah
= Unit I
Perhutani Jawa Timur
= Unit II
PP No. 2/1978 :
Perhutani Jawa Barat =
Unit III
MENGAPA HUTAN DI JAWA
DIKELOLA OLEH BUMN (PERUM PERHUTANI)
1. Sejak jaman Belanda karena karakteristik geografi dan sosial ekonomi yang spesifik, hutan
di P. Jawa dikelola secara berbeda dengan hutan di luar Jawa
2. Hutan sebagai satu kesatuan ekosistem pengelolaannya berdasarkan Daerah Aliran Sungai
(DAS ) dan berbasis ekosistem pulau. Di wilayah kerja Perum Perhutani dibentuklah KPH-
KPH yang tidak dibatasi wilayah administratif/tata praja.
3. Dalam mengelola hutan Perum Perhutani tidak sekedar memanfaatkan hutan dan hasil
hutan, tetapi juga berkewajiban meningkatkan kesejahteraan masyarakat, ketahanan pangan
dan lapangan kerja
4. Biaya pengelolaan hutan tidak menjadi beban APBN/APBD melainkan menggunakan
anggaran yang dipisahkan ( biaya sendiri ), tetapi tetap memenuhi segala kewajiban
pembayaran kepada negara
5. Dengan berbentuk BUMN dapat mengatasi masalah pendanaan dan fleksibel dalam tata
waktu, yang pada umumnya sulit difasilitasi oleh APBN/APBD
6. Pengelolaan SDH satu tangan oleh Perum Perhutani akan menjamin kelestarian hutan
karena menghilangkan hambatan parsialitas akibat adanya sistem politik pemerintahan
WILAYAH
KERJA
KEGIATAN
PERENCANAAN SUMBER DAYA HUTAN
• P E N G U K U H A N H U TAN
• P E N ATAA N H U T AN
• D I L U A R P E N ATAA N
PERENCANAAN HUTAN
PERENCANAAN
Perencanaan adalah penyusunan pola tentang peruntukan, penyediaan
pengadaan dan penggunaan hutan secara berguna dan lestari serta
penyusunan pola kegiatan pelaksanaannya menurut ruang dan waktu
10
PENATAAN HUTAN
Adalah kegiatan guna menyusun rencana karya (RPKH) yang berlaku untuk
jangka waktu tertentu dalam rangka pemangfaatan hutan secara ekonomis
dan berdasarkan azas kelestarian
Kegiatan Penataan,
Meliputi Tata Batas, Pembagian Hutan dan Inventarisasi Hutan. Hasil kegiatan
Penataan dituangkan dalam buku RPKH.
11
DI LUAR PENATAAN HUTAN
12
BAGAN PENYUSUNAN
RENCANA PENGATURAN KELASTARIAN HUTAN (RPKH) dan RTT
(PERMENHUT NO. P.60/MENHUT-II/2011)
EXTRACT HASIL
INVENTARISASI
PERHITUNGAN Etat Luas dan
ETAT TEBANGAN Etat Volume
PENGOLAHAN
DATA BUKU RPKH
Rencana Tebangan
A dan B Produktif
Apakah
Lokasi merupakan Ya Rencana Penjarangan/
Kelas Hutan Tebangan E
Produktif ?
Tidak
Rencana Tanaman
SEKSI PERENCANAAN HUTAN (SPH)
14
SEKSI PENGUKURAN PRASARANA HUTAN (SPPH)
15
SUSUNAN PANITIA TATA BATAS
Ketua : BUPATI/WALIKOTA
Sekertaris : Adm Perhutani/KKPH
Anggota :
1. Ketua Bapeda Kabupaten
2. BPN/Pertanahan Kabupaten/Kodya
3. Dinas PU
4. Dinas/Cabang Dinas DEPTAN
5. Camat
6. Sub. Balai Inv/Perpetaan
7. Intansi Lain
16
SK Gubernur Jabar No.522.35/SK-1417-Huk tanggal 23 Nopember 1998
Tentang Pembentukan Panitia Tata Batas Hutan dan Panitia Tata Batas
Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten/Kodya DT II se-Jabar :
B A T B
(SK Dirjen INTAG No.151/Kpts/VII-4/1990)
BATB adalah Berita Acara tentang penataan batas yang dibuat panitia
Tata Batas dengan dilampiri:
SK Penunjukan BA Pengumuman
Pemancangan Peta Tata Batas
Surat Bukti Lain dan Penjelasan Kesimpulan Rapat Panitia Tata
Batas
17
TATA BATAS
Adalah kegiatan yang meliputi proyek batas, pemancangan patok batas,
pengukuran dan perpetaan, termasuk pemasangan pal batas serta pembuatan
Berita Acara Tata Batas.
Tujuan adanya tata batas adalah untuk mencegah penyerobotan lahan dan
mempertahankan hak atas tanah milik negara
18
Jenis jenis Pal
• Pal Batas Kawasan Hutan (B/E)
• Pal Batas Tanah Perusahaan (DK)
• Pal Batas Antar Wilayah KPH
• Pal Batas Lapangan Dengan Tujuan Istimewa (LDTI) Seperti : (KB, MA,
CA, Ww, Tb, St dan Wd)
19
PEMBAGIAN HUTAN
Kegiatan dalam penataan hutan untuk mengatur, mengawasi dan
memasarkan hasil hutan berdasarkan luas areal, dominasi tegakan serta
konfirgurasi lapangan.
20
INVENTARISASI
21
Risalah Hutan
Suatu tindakan untuk mengetahui potensi dan keadaan hutan (lapangan,
tanah, tumbuhan bawah dan tegakan) pada waktu tertentu.
Tujuan Risalah
Mendapat gambaran yang jelas tentang potensi dan keadaan hutan,
gambaran tersebut digunakan untuk menyusun Buku RPKH.
Metode Risalah
Dengan pengambilan Unit Sample berupa petak ukur secara sistematik
dengan awal acak (sitematic sampling with random start)
Dasar Risalah
SK. Dirjen Kehutanan No. 143/Kpts/Dj/I/74 tentang Peraturan Inventarisasi
Hutan Jati dan Peraturan Penyusunan RPKH Khusus Kelas Perusahaan Tebang
Habis Jati.
SK Direksi Perum Perhutani No. 142/KPTS/Dir/1980 tentang Intruksi
Penyusunan Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan Kelas Perusahaan Pinus
SK Direksi Perum Perhutani No. 143/KPTS/Dir/1980 tentang Pedoman
Inventarisasi Kelas Perusahaan Pinus
SK Direksi Perum Perhutani No. 378/KPTS/Dir/1992 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan.
SK Direksi Perum Perhutani No.2639/KPTS/Dir/1997 Tentang Risalah Sela yang
dilakan pada pertengahan jangka RPKH.
22
KETENTUAN PENGUNAAN PU
Petak Ukur ( P U )
Jarak Antar PU INTENSITAS
Kelas Hutan
Luas (Ha) Jari 2 (m) (%)
23
PERSIAPAN RISALAH
24
ORIENTASI
25
Pelaksanaan Risalah dilapangan
Dasar Pembagian
Kelas Hutan adalah penggolongan kawasan hutan kedalam kelas-kelas
berdasarkan aspek dan tujuan tertentu.
Aspek yang digunakan dalam pembagian kelas hutan
a. Kondisi fisik kawasan
b. Kesesuaian lahan
c. Lingkungan
d. Vegetasi
28
Pengaturan Kelestarian Hutan memerlukan pemisahan hutan ke dalam kelas hutan
berdasarkan Tujuan Pengusahaannya.
A. Bukan Utk Produksi Kws htn y g krn berbagai sebab tdk dpt disediakan utk penghasilan kay u
1. Tak Baik utk Produksi Krn keadaan alamny a : sungai, tebat, rawa, sumber air, bukit batu dsb/ KPS
2. LDTI Tdk disediakan utk penghasilan ky secara teratur : rel, TPK, RD/PD, KB dsb
3. SA dan HW Ditunjuk dgn srt keputusan pemerintah
4. Hutan Lindung/ HL Ditunjuk dgn srt keputusan pemerintah
B. Untuk Produksi Lapangan-lapangan utk menghasilkan kay u dan atau hasil hutan lainny a
1. Utk Produksi Kayu Jati
29
1.2. Tak Baik utk Perusahaan Teb. Habis (TBPTH), Htn jati yg ada pd :
a. Lapangan-lapangan bonitany a kurang, kemungkinan tan. Gagal
b. Lapangan-lapangan yg jika dibuka : banjir, longsor, gugur dll
c. Lapangan-lapangan yg curam, shg tanaman tdk mungkin
2.1. Tak Baik Utk Jati (TBJ) Kemungkinan besar jati tdk mau tumbuh
2.1.1. TKTBJ Misal lapangan becek
2.1.2. HKL TBJ Tdk baik diubah menjadi tan. Jati
a. TKL TBJ Krn tanahnya tdk baik diubah jadi jati
b. HAKL TBJ Htn alam gagal bila diubah tan. Jati
2.1.3 HJM Seluruh / sebagian akan mati, sdh mati
a. TJM Gagal krn tanah, alam/ bukan krn pengelolaan, krn tempat tumbuh
b. HAJM Htn alam jati karena tempat tumbuh
30
Pembedaan Kelas Hutan pada KP. Pinus
A. Bukan Untuk Produksi Kws htn yg krn berbagai sebab tdk dpt disediakan utk penghasilan kayu
1. Tak Baik utk Produksi Krn keadaan alamnya : sungai, tebat, rawa, sumber air, bukit batu dsb / KPS
2. LDTI Tdk disediakan utk penghasilan kayu secara teratur : rel, TPK, RD/PD, KB dsb
3. SA dan HW Ditunjuk dgn srt keputusan pemerintah
4. Hutan Lindung/ HL Ditunjuk dgn srt keputusan pemerintah
B. Untuk Produksi
I. Untuk Produksi Kayu/ Lapangan-lapangan utk menghasilkan kayu dan atau hasil hutan lainnya
Getah BaikKayu/
1. Produktif Utk Teb. habis kemiringan < 25
Getah (< 46,60% )
a. Kelas Umur (KU I – XII) KBD .> 0,2. interval 5 tahunan
b. Masak Tebang (MT) 40 tahun,
sekarang > 25 Tahun (HP dan HPT < 15% ), > 35 Tahun (HPT > 15% )
c. Htn Alam Pinus (HAP) Pinus yg tumbuh alami
2. Tidak Produktif
a. LTJL Bekas teb. Normal yg belum ditanami
b. Tidak Produktif (TPR) TK, tan bertumbuhan kurang bila ditanami bisa berhasil KBD < 0,2
c. Tegakan Kayu Lain (TKL) Ky lain tdk akan dipertahankan
31
II. Untuk Produksi Getah Lapangan-lapangan utk menghasilkan getah berada pd ketinggian 700-1250
Tidak Baik Utk Teb. habis Mdpl, kemiringan 25- 35 (46,60-70%)
1. Produktif Getah
a. Kelas Umur (KU I – XII) KBD .> 0,2. interval 5 tahunan
b. Htn Alam Pinus (HAP) Pinus yg tumbuh alami
2. Tidak Produktif
a. Tidak Produktif (TPR) TK, tan bertumbuhan kurang bila ditanami bisa berhasil KBD < 0,2
b. Tegakan Kayu Lain (TKL) Ky lain tdk akan dipertahankan
c. HLT Lapangan amat curam, belum ada penunjukan menjadi HL
32
PEMBAGIAN/PEMISAHAN ANAK PETAK/UTIZETTEN (PAP)
PRINSIP PAP
Mengikuti bentuk lapangan dan idealnya batas alam.
Bagi kawasan yang tidak bisa dijadikan Anak Petak ( untuk Jati < 4 Ha
dan Riba < 10 Ha) dipisahkan sebagai RANAP (Memuat : Luas,
Jenis/Tahun Tanam, N/Tahun Tanam, N/Ha dan KBd)
33
Perbedaan Jenis Tegakan
Tegakan kelas umur (sesuai kelas perusahaan)
Tanaman jenis kayu lain ( 4-10 Ha) dan tanaman jenis kayu lain
(minimal 1 Ha)
Pada bentuk memanjang, disyaratkan lebar minial 100 m.
34
Perbedaan potensi tegakan (KBd dan DKn
UMUR
KBD KETERANGAN
< 40 TH > 40 TH
> 0,60 KU KU > 60 TH = MT
0,31 – 0,59 KU 1) MR 1) Jika Dkn > 0,5
TJBK 2) 2) Jika Dkn < 0,5
0,05 – 0,03 TJBK TJBK
< 0,05 TK TK
Perbedaan Bonita
Bonita adalah kemampuan tempat tumbuh (Tanah dan Iklim)
bagi suatu jenis kayu dalam memberi hasil.
Diukur dari peninggi pada tegakan umur > 6 tahun.
Sedikitnya beda 1 angka, kecuali pada kondisi ekstrim, beda
bonita ½ dapat dipisahkan menjadi AP.
35
PENANDAAN BATAS ANAK PETAK (MARKIR)
Pada pohon kepohon dengan jarak sepanjang terlihat mata
Pada pohon pertama dan terakhir (di tepi alur/batas hutan),
markiran diberi leter nomor petak dan huruf anak petak (AP)
Pada setiap persimpangan garis PAP, markiran dberi leter huruf
AP.
Pada garis PAP berupa tegakan tua dan muda (berbeda kontras)
jarak gelangan markir idealnya 25 meter atau kurang (jika ada
belokan/terhalang bukit)
Pada garis PAP berupa Sungai/Jalan, markir hanya di awal dan
akhir.
Jika tidak ada pohon, markiran dapat dibuat pada pohon terdekat
dengan diberi verkliker ke batas AP yang sebenarnya, atau pada
patok kayu/batu.
36
RENCANA TEKNIK TAHUNAN (RTT)
Merupakan penjabaran dari RPKH yang memuat rencana rinci
pengurusan hutan untuk jangka waktu satu tahun yang disusun
dan yang akan dilaksanakan oleh Administratur/KKPH .
SPH PER
UBAHAN
KONSEP 7
PEN 8 KELENGKA
RTT COCOKAN PAN
KOREKSI
14
KONSEP
10
HASIL HASIL 9 BIROCAN
KOREKSI KOREKSI
13
NET 12 PENGE
PERTIM 15 SAHAN
RTT
BANGAN
37
SUPLISI RTT
(Perubahan berupa penambahan/pengurangan atau pengeseran
lokasi) baik dalam tahun perencanaan maupun dalam tahun
pelaksanaan
38
MODEL DRAF RTT
SK. Direksi No.1470/Kpts/Dir/93 tgl, 30 – 12 – 1993)
39
TATA WAKTU RTT
40
KEGIATAN RTT
41
ISTILAH TERKINI DALA PENGELOLAAN HUTAN
I TEBANGAN
A Tebangan habis hutan produktif sesuai etat Ditanam Thn.berikut
B (Tk, Tjbk, Tpr) Persiapan rehabilitasi Ditanam tahun ini
B (Tkl) Persiapan rehabilitasi ke jenis KP Ditanam tahun ini
B (Tjm, Tktbj) Persiapan rehabilitasi ke jenis non KP Ditanam tahun ini
B3 (Tjkl) Tebang habis hutan produksi jenis non KP Ditanam tahun ini
C Konversi untuk pembangunan non kehutanan
D Persiapan rehabilitasi yang tidak direncanakan Ditanam tahun ini
E Penjarangan/pemeliharaan
II TANAMAN
42
BIDANG DILUAR PENATAAN
RPKH-PDE
Merupakan salah satu keluaran SISDH-PDE, yang menyusun RPKH
mulai dari tally sheet sampai output RPKH dengan pengelolaan data
secara elektronik.
BUKU RPKH
Buku A (Teks/Naskah RPKH)
Buku B (Lampiran RPKH/Model PDE)
43
MODEL-MODEL DALAM BUKU RPKH-PDE
44
PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PRA )
(SK. Direksi No.849/Kpts/Dir/1999
45