Anda di halaman 1dari 42

BAHAN AJAR

DISEMINASI DAN SOSIALISASI KETEKNIKAN


BIDANG PLP SEKTOR DRAINASE

MODUL 18
MONITORING DAN EVALUASI
halaman kosong
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................................. i


DAFTAR TABEL ......................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................... ii
1 PENDAHULUAN ............................................................................................................. 775
1.1 Maksud dan Tujuan Monitoring dan Evaluasi .......................................................... 776
1.2 Manfaat Monitoring dan Evaluasi ............................................................................. 777
1.3 Ruang Lingkup Monitoring dan Evaluasi ................................................................. 777
2 PRINSIP-PRINSIP MONITORING DAN EVALUASI .................................................. 777
3 MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN .................... 780
3.1 Monitoring................................................................................................................. 780
3.2 Evaluasi ..................................................................................................................... 781
3.3 Indikator Progres ....................................................................................................... 781
3.3.1 Pemeriksaan status Progres fisik, meliputi : ...................................................... 781
3.3.2 Pemeriksaan status Progres keuangan /kontrak pekerjaan ................................ 786
3.3.3 Laporan.............................................................................................................. 786
4 MONITORING DAN EVALUASI OPERSAI DAN PEMELIHARAAN ....................... 786
4.1 Monitoring................................................................................................................. 786
4.2 Evaluasi ..................................................................................................................... 789
4.3 Pelaporan ................................................................................................................... 790
DAFTAR USTAKA.................................................................................................................. 792
LAMPIRAN .............................................................................................................................. 794

i
DAFTAR TABEL

Tabel 1-1. Perbedaan Monitoring dan Evaluasi ..................................................................... 776


Tabel 1-2. Kegiatan Monitoring dan Evaluasi dalam Siklus Pembangunan .......................... 777
Tabel 2-1. Kedudukan Monitoring dan Evaluasi dalam Siklus Manajemen Pembangunan .. 779

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Bagan Hubungan dan Tata Pelaporan .................................................................. 791

ii
MONITORING DAN EVALUASI

1 PENDAHULUAN
Monitoring dan evaluasi (monev) merupakan suatu proses yang berkesinambungan mulai dari
pengumpulan data, pemilihan informasi dan proses implementasi proyek, progress yang dicapai
setiap tahap pada proyek tersebut sampai kepada dampak dan efek dari adanya proyek tersebut
(Ojha, 1998). Kegiatan Monitoring dan evaluasi merupakan kegiatan yang penting dalam
pelaksanaan proyek, dengan tujuan untuk mendapatkan informasi status pelaksanaan proyek,
misalnya progres pelaksanaan dan status keuangan.
Monitoring atau pemantauan merupakan kegiatan yang dapat dilakukan di setiap waktu, berarti
kegiatan monitoring tidak harus menunggu sampai tahap pelaksanaan selesai. Monitoring dapat
dilakukan pada tahap pelaksanaan dengan tujuan agar kegiatan pelaksanaan dapat memenuhi
standar dan agar kinerja proyek menjadi efektif dan efisien. Melalui monitoring, semua
stakeholder memperoleh informasi yang lengkap mengenai kondisi dan progres yang telah
dicapai dalam suatu kegiatan. Monitoring merupakan aktivitas internal proyek yang dirancang
untuk mengidentifikasi umpan balik (feedback) pada setiap kemajuan proyek tersebut, termasuk
masalah-masalah yang dihadapi dan efisiensi dari implementasi proyek tersebut (Hewitt,1986).
Monitoring juga merupakan proses berkelanjutan yang dilakukan dengan mengumpulkan
informasi-informasi mengenai apa yang telah direncanakan dalam sebuah proyek, termasuk di
dalamnya adalah asumsi-asumsi atau faktor-faktor eksternal dan efek samping dari
terlaksananya proyek tersebut, baik itu positif maupun negatif. (Ojha, 1998). Monitoring lebih
dimaksudkan untuk menilai apakah sumber proyek (input) akan dilaksanakan dan digunakan
dalam menghasilkan output yang dituju.
Selain monitoring juga dilakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan berdasarkan pada hasil
monitoring. Evaluasi membandingkan hasil yang telah dicapai dengan target yang telah
ditentukan sehingga dapat diketahui apakah tujuan masih dapat dicapai, serta apakah Progres
proyek lebih cepat atau terlambat dari jadwal. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan, lalu
disusun rencana tindak lanjut dan rekomendasi untuk memperbaiki kinerja yang ada. Evaluasi
merupakan proses penilaian pencapaian tujuan dan pengungkapan masalah kinerja
program/kegiatan untuk memberikan umpan balik bagi peningkatan kualitas kinerja
program/kegiatan. Evaluasi pada dasarnya akan bermanfaat dalam merancang proyek-proyek
yang lebih baik di masa depan. Hal ini terkait dengan manfaat evaluasi itu sendiri yang mampu
mengidentifikasi dampak dari sebuah proyek, sehingga dampak negatifnya dapat direduksi
bahkan dihilangkan (Hewitt,1986). Tidak adanya sistem evaluasi yang efektif pada sebuah

775
proyek dapat mengakibatkan dampak negatif dari proyek tersebut akan semakin meningkat
karena tidak mampu menghasilkan keuntungan yang diharapkan (Hewitt,1986).
Perbedaan mendasar antara monitoring dan evaluasi terletak pada substansi kegiatan. Secara
singkat dapat dilihat pada Tabel 1-1 berikut ini:

Tabel 1-1.Perbedaan Monitoring dan Evaluasi

Monitoring Evaluasi
1) Kegiatan di dalam internal proyek yang menilai 1) Kegiatan-kegiatan pasca proyek (ex post) yang
beberapa variabel dari sebuah proyek, yaitu: menilai:

 Apakah sumberdaya proyek (uang, bahan, staf)  Seberapa jauh proyek yang dilaksanakan membawa
dipergunakan sesuai dengan anggaran dan jadwal yang dampak (impact) atau hasil (outcome)
disetujui
 Keefektifan biaya (cost-effectiveness) proyek yang
 Apakah keluaran (output) yang diharapkan dihasilkan dilaksanan dibandinkan dengan alternatif/pilihan
dalam cara yang tepat waktu dan cost-effective lain yang mungkin
2) Apakah proyek sedang berjalan secara efisien
1) Monitoring kinerja  berkaitan dengan masukan dan 1) Evaluasi dampak  pengaruh proyek terhadap
keluaran target populasi
2) Monitoring proses  sistem delivery proyek 2) Analisis keefektifan biaya  perbandingan biaya
dengan alternatif lain

1.1 Maksud dan Tujuan Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan Evaluasi dilakukan dengan maksud agar pelaksanaan proyek dapat berjalan
sesuai dengan rencana, tepat waktu, dan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Secara
detail tujuan pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi adalah sebagai berikut :
1) Mengkaji apakah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana.
2) Mengidentifikasi masalah yang timbul agar langsung dapat diatasi.
3) Melakukan penilaian apakah pola kerja dan manajemen yang digunakan sudah tepat untuk
mencapai tujuan proyek.
4) Mengidentifikasi kaitan antara kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh ukuran progres.
5) Menyesuaikan kegiatan bila terjadi perubahan kondisi di lapangan, tanpa menyimpang dari
tujuan semula.
6) Memberi masukan dalam pemecahan permasalahan yang terjadi.

776
1.2 Manfaat Monitoring dan Evaluasi

Manfaat pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi bagi pihak Penanggung Jawab Program adalah
sebagai berikut :
1) Sebagai salah satu fungsi manajemen yaitu pengendalian atau supervisi.
2) Sebagai bentuk pertanggungjawaban (akuntabilitas) kinerja.
3) Untuk meyakinkan pihak-pihak yang berkepentingan (misal Tim Pengarah, dll).
4) Membantu penentuan langkah-langkah yang berkaitan dengan kegiatan proyek selanjutnya.
5) Sebagai dasar untuk melakukan Monitoring dan Evaluasi selanjut.

1.3 Ruang Lingkup Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan monitoring dan evaluasi pada dasarnya di lakukan di setiap tahap pembangunan, mulai
dari tahapperencanaan sampai tahap operasi dan pemeliharaan, sebagaimana ditunujukkan pada
Gambar 1-2.

MONITORING DAN EVALUASI

Kebijakan Rencana Detail Pelaks/ Operasi &


FS
Bidang PLP Induk Design Konstruksi Pemeliharaan

PERENCANAAN

Tabel 1-2. Kegiatan Monitoring dan Evaluasi dalam Siklus Pembangunan

2 PRINSIP-PRINSIP MONITORING DAN EVALUASI


Kegiatan monitoring dan evaluasi harus dilakukan dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip
berikut ini (Panduan ANSSP Volume 6-Monitoring dan Evaluasi):

777
1) Berdasarkan pada standar yang diketahui bersama.
Kegiatan monitoring dan evaluasi harus dilakukan berdasarkan standar, acuan, dan indikator
keberhasilan dan kegagalan, kesalahan atau ketepatan, yang telah ditetapkan dan diketahui
bersama. Karena itu, standar, acuan, dan indikator ini harus telah ditetapkan terlebih dahulu
sebelum program dijalankan dan disebarkan kepada pihak-pihak terkait.

2) Terbuka.
Kegiatan monitoring dan evaluasi harus diketahui bukan hanya oleh pihak yang melakukan
monitoring dan evaluasi, tetapi juga oleh pihak yang dimonitor dan dievaluasi. Bahkan juga
boleh diketahui dan dilakukan pihak manapun sepanjang memakai standar, acuan, dan
indikator monitoring dan evaluasi yang diketahui bersama.

3) Adil.
Pemberlakuan standar, acuan, dan indikator kegiatan monitoring dan evaluasi harus sama
antarwilayah dan antartingkatan. Pemakaian material bangunan yang dinyatakan benar di
suatu wilayah tidak dapat dinyatakan salah di wilayah lain kecuali jika terdapat faktor
kondisi alam.

4) Berorientasi solusi.
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dan pembahasan hasil-hasilnya harus diorientasikan
untuk menemukan solusi atas masalah yang terjadi dan karena itu dapat dimanfaatkan
sebagai pijakan untuk peningkatan kinerja.

5) Partisipatif.
Perumusan standar, acuan, dan indikator serta pelaksanaan monitoring dan evaluasi dan
pembahasan hasil-hasilnya harus dilakukan dengan melibatkan pihak-pihak yang dimonitor
dan dievaluasi agar solusi yang direkomendasikan dapat menjadi agenda bersama.

6) Berjenjang.
Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan secara berjenjang, artinya sesuai dengan
tingkatan dan kedudukan seseorang. Sedemikian rupa sehingga Program Manager akan
memonitor dan mengevaluasi bawahan terdekatnya, yaitu para Kepala Unit dan para
Manajer Distrik. Manajer Distrik akan memonitor dan mengevaluasi Spesialis dan Spesialis
akan memonitor dan mengevaluasi para Fasilitator. Juga, Manajer Distrik akan memonitor
dan mengevaluasi Admin Asisstant dan selanjutnya Admin Asisstant akan memonitor dan
mengevaluasi staf kantor lainnya. Itu adalah monitoring dan evaluasi struktural. Selain
monitoring dan evaluasi struktural, juga harus dijalankan monitoring dan evaluasi

778
fungsional. Menurut Ojha (1998) terdapat lima elemen monitoring dan evaluasi yang baik,
yaitu:
(1) Memiliki tujuan yang jelas yang ditunjukkan dengan adanya indikator yang jelas pula;
(2) Disusun oleh indikator-indikator yang meliputi input, proses, output dan impact;
(3) Memiliki teknik pengumpulan data dan manajemen data yang mampu dijelaskan dan
dijustifikasi;
(4) Bertujuan untuk mengatur sistem institusional dan pembangunan kapasitas;
(5) Memasukkan monitoring dan evaluasi ke dalam manajemen proyek.
Dalam prosesnya, monitoring dan evaluasi pada dasarnya membutuhkan tiga pertanyaan dasar
dalam merancang sistem monitoring dan evaluasi yang baik dan mampu terimplementasikan.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah (Ojha, 1998):
1) What, yakni apa yang akan dimonitor dan dievaluasi
2) How, yakni metode dan instrumen yang akan digunakan dalam mengumpulkan insformasi
dan membangun indikator
3) Who, yakni pihak yang akan melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi, baik intu internal
maupun eksternal, institusi yang akan dilibatkan, dan sebagainya

Dalam manajemen pembangunan, monitoring dan evaluasi merupakan tahap terakhir yang
dilakukan setelah Planning, Budgeting, dan Implementation. Hal ini didasarkan pada tujuan dari
monitoring dan evaluasi itu sendiri yang bermanfaat dalam melihat kembali (feedback)
mengenai sejauh mana proyek ataupun sebuah kegiatan telah berjalan (Gambar 2-1).

Tabel 2-1. Kedudukan Monitoring dan Evaluasi dalam Siklus Manajemen Pembangunan

779
Dalam siklus perencanaan, monitoring dan evaluasi selalu dilakukan pada setiap tahap
perencanaan karena monitoring (pengendalian) dan evaluasi adalah „alat‟ manajemen yang
berguna untuk:
1) Memperbaiki efisiensi proyek yang sedang berjalan;
2) Menyeleksi dan merancang proyek yang akan datang.

3 MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN


PEMBANGUNAN
Monitoring dan Evaluasi terhadap kegiatan konstruksi dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan
konstruksi oleh Pemda.

3.1 Monitoring

Kegiatan dan alat untuk Monitoring Konstruksi meliputi aspek berikut :


1) Monitoring Pelaksanaan Supervisi Konstruksi
a. Rencana kegiatan pengawasan di lapangan
b. Pengecekan dan validasi dokumen laporan Progres pekerjaan fisik konstruksi
c. Penyusunan laporan bulanan sub-proyek
d. Dokumen pendukung yang diperlukan.

2) Monitoring Fisik Konstruksi


a. Rencana Pelaksanaan Pekerjaan
b. Kunjungan lapangan
c. Penyusunan dan Penyerahan Laporan Fisik
d. Pembahasan Progres subproyek dan tindak lanjut
e. Monitoring Dokumen pendukung
3) Monitoring Administrasi dan Keuangan
a. Rencana Keuangan (Financing Plan dan atau Disbursement Plan)
b. Penyusunan dan penyerahan laporan Finansial sub-proyek, biasanya menyatu dengan
laporan bulanan sub-proyek.
c. Pengecekan dan validasi dokumen pembayaran
d. Dokumen pendukung yang dibutuhkan.

780
3.2 Evaluasi

Hasil monitoring dipergunakan untuk evaluasi dengan memperbandingkan dengan dokumen


acuan dalam kontrak pelaksanaan konstruksi.
Dokumen yang dipakai sebagai acuan evaluasi pelaksanaan konstruksi :
1) Peraturan perundangan yang berlaku.
2) Kontrak Pekerjaan (untuk konsultan, dokumen acuan untuk evaluasi adalah TOR).
3) Gambar Perencanaan, beserta perubahan yang disepakati.
4) Spesifikasi Teknis.
5) Jadwal Rencana Pelaksanaan.
6) Kesepakatan Rapat.
7) Dokumen UKL/UPL.

3.3 Indikator Progres

Terdapat beberapa indikator utama dalam Monitoring dan Evaluasi kegiatan konstruksi, antara
lain :
1) Status Progres Pelaksanaan Supervisi
2) Status Progres Fisik
3) Status Progres Administrasi dan Keuangan/Kontrak Pekerjaan

3.3.1 Pemeriksaan status Progres fisik, meliputi :

1) Progres Pekerjaan Konstruksi


Status Progres Pekerjaan Konstruksi dinyatakan dengan persentase yang telah dibangun
dibandingkan dengan keseluruhan kegiatan fisik yang harus dilaksanakan dalam kontrak.
Progres Pekerjaan Konstruksi itu kemudian dibandingkan dengan rencana Progres yang
telah disepakati dalam jadwal pekerjaan, untuk mendapatkan gambaran apakah status
Progres pekerjaan hingga saat itu terlambat ataupun lebih cepat dari rencana.
2) Mutu Hasil Konstruksi
Mutu hasil konstruksi bergantung kepada beberapa faktor, yang perlu dimonitor dan
dievaluasi dari waktu ke waktu untuk mendapatkan hasil yang baik. Faktorfaktor tersebut
ialah :
(1) Pengelolaan

781
Konsultan Supervisi
a) Personil: Apakah personil yang ditugaskan cukup menguasai persoalan di
lapangan?
b) Pengendalian lapangan:
 Apakah konsultan cukup dapat membantu mengarahkan dan mengendalikan
proses konstruksi.
 Apakah cukup dokumen pendukung (technical note, justifikasi,
 gambar perubahan, risalah rapat, foto) yang dibuat dan diarsipkan?

(2) Pelaporan
a) Apakah pelaporan bulanan dari konsultan (berdasarkan laporan harian dan
mingguan kontraktor) dibuat tepat waktu?
b) Apakah laporan cukup menggambarkan status di lapangan, dan hal-hal yang perlu
ditindak lanjuti?

(3) Kontraktor
a) Tenaga Kerja
 Apakah kontraktor memiliki tenaga site manager yang cukup menguasai
permasalahan konstruksi dan memiliki wewenang mengambil keputusan untuk
mengatasi permasalahan di lapangan?
 Apakah tenaga kerja untuk konstruksi cukup untuk menjalankan konstruksi
sesuai rencana?
 Apakah kontraktor menyediakan tenaga ahli sesuai dengan yang tercantum
dalam kontrak?
 Apakah tenaga kerja cukup memiliki keahlian dalam melaksanakan konstruksi
sesuai spesifikasi dan rencana yang dibuat?
b) Material dan Logistik
 Apakah kontraktor terlibat dalam pengendalian pengadaan material untuk
mendukung pelaksanaan konstruksi?
 Apakah mutu material yang didatangkan kontraktor sesuai dengan spesifikasi?
 Apakah penanganan pengadaan material dan penyimpanan mendukung proses
konstruksi sesuai rencana?
c) Peralatan
 Apakah peralatan pendukung konstruksi jumlah dan kualitasnya cukup untuk
mendukung pelaksanaan konstruksi?
 Apakah peralatan pendukung selalu tersedia pada saat akan digunakan?
d) Metoda Kerja

782
 Apakah kontraktor memiliki metoda kerja yang cukup baik?

(4) Pelaksanaan Konstruksi

a) Mutu Material
 Apakah mutu material yang didatangkan kontraktor sesuai dengan spesifikasi?
 Apakah penanganan pengadaan material dan penyimpanan sesuai dengan
kaidah yang berlaku (tidak mengakibatkan kerusakan/penurunan mutu dan tidak
membahayakan orang lain)?
b) Metoda pengerjaan
 Apakah metoda kerja yang dipakai sesuai dengan dan menghasilkan spesifikasi
yang diminta?
c) Mutu hasil pekerjaan
 Apakah mutu pekerjaaan yang dihasilkan cukup baik dan sesuai dengan
spesifikasi?

(5) Pelaksanaan Safeguard:


a) Apakah UKL/UPL dan persyaratan safeguard diikuti dalam pelaksanaan?
b) Apakah terdapat permasalahan sosial, lingkungan, maupun pelestarian benda
bersejarah berkaitan dengan pelaksanaan konstruksi yang muncul?
c) Apakah sudah ada tindak lanjut permasalahannya.

(6) Permasalahan dalam pelaksanaan.


a) Apakah permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan konstruksi ditindak lanjuti
dengan baik?
b) Apakah terdapat perubahan/penyesuaian yang diperlukan sehubungan dengan
kondisi yang ditemui di lapangan?
c) Apakah rencana perubahan telah dibahas dan direncanakan dengan gambar
perubahan dan perubahan (CCO kontrak)?
Hal-hal yang perlu dimonitor adalah sebagai berikut:
a. Pekerjaan site/lahan
 Elevasi: Penetapan elevasi merupakan hal yang sangat penting dalam
konstruksi karena akan menentukan posisi elevasi bangunan terhadap
elevasi tanah di sekitarnya. Pembuatan patok elevasi utama sebagai acuan
merupakan langkah pertama yang harus dilakukan kontraktor.

783
 Utilitas: Pekerjaan utilitas dalam site yang biasanya kurang diperhatikan
adalah saluran drainase air hujan, meliputi kemiringan tanah, penyiapan
saluran drainase dengan kemiringan elevasi yang cukup untuk
mengeringkan site dengan cepat, terutama pada penutupan permukaan yang
luas, seperti tempat parkir.

b. Pekerjaan Bangunan
 Struktur Utama: Monitoring terutama terhadap struktur utama bangunan
merupakan hal yang sangat penting, mengingat hal tersebut akan
menentukan kekuatan dan umur dari bangunan itu sendiri. Struktur yang
umum dipakai adalah beton atau baja untuk kolom dan pelat lantai, serta
kuda-kuda baja, kayu, atau baja ringan untuk atap.
 Struktur pendukung lainnya, meliputi pekerjaan:
− dinding penyekat (biasanya dinding bata)
− kusen-kusen: biasanya kayu atau aluminium.
− Pekerjaan lainnya seperti plafon dll.
 Utilitas bangunan: Utilitas bangunan mendukung agar bangunan dapat
berfungsi dengan baik. Harus dijaga agar pemasangan jaringan utilitas
dilakukan dengan rapi (misalnya jaringan kabel telpon yang biasanya
dilakukan belakangan, outdoor unit AC, dll), memenuhi standar keamanan
(misalnya jaringan kabel listrik) dan teknis (misalnya kemiringan saluran
pipa air limbah)
 Finishing: Pekerjaan finishing menentukan mutu visual bangunan, serta
kenyamanan bagi pemakainya nanti, sehingga mutunya harus benar-benar
dijaga, terutama kehalusan dan kerataan permukaannya, kerapian
pemasangannya, dll..
 Penyelesaian: Kontraktor harus membereskan kembali site dari sisa-sisa
material, membersihkan dan merapikannya sehingga bangunan siap
dipergunakan.

c. Pekerjaan Perpipaan
Secara umum harus memenuhi standard dan syarat-syarat seperti tercantum
dalam spesifikasi teknis perpipaan.

784
 Pemasangan pipa dan assesoriesnya: Monitoring terutama terhadap mutu
material pipa dan assesoriesnya serta pekerjaan penyambungan pipa sangat
penting mengingat hal tersebut akan menentukan kekuatan, umur, dan
kapasitas jaringan pipa.
 Pekerjaan struktur, terutama pada bagian-bagian jaringan pipa yang
memerlukan struktur pendukung (thrust block) dan bak-bak meter, valve
dan sebagainya.
 Pekerjaan galian dan urugan: monitoring terutama terhadap ketepatan
kedalaman galian yang harus sesuai dengan spesifikasi teknis pipa, mutu
material bahan urugan, dan kualitas pemadatan. Hal ini sangat penting
karena kedalaman galian dan mutu bahan urugan akan mempengaruhi
kekuatan dan kestabilan struktur penunjang jaringan pipa.
 Pelaksanaan pekerjaan: hal-hal yang kurang diperhatikan dalam
pelaksanaan pekerjaan perpipaan adalah kerapihan pekerjaan seperti
kualitas penyambungan pipa, kerapihan pelaksanaan galian (misalnya
pembuangan tanah hasil galian, tersedianya pompa pengering),
penyimpanan material, kerapihan pekerjaan finishing (misalnya pengurugan
dan pengaspalan kembali), dan sebagainya.
 Penyelesaian: Kontraktor harus membereskan kembali site dari sisa-sisa
material, membersihkan dan merapikan kembali.

d. Pelaksanaan Safeguard
 Apakah pelaksanaan konstruksi sudah mematuhi peraturan dan saran-saran
yang ditetapkan dalam UKL dan UPL?
 Apakah ada permasalahan berkaitan dengan safeguard dalam pelaksanaan
konstruksi, dan apakah sudah ada tindak lanjut penyelesaian yang
dilakukan.
Pelaksanaan Safeguard yang perlu diperiksa meliputi:
 Sosial
 Lingkungan
 Benda-benda bersejarah

785
3.3.2 Pemeriksaan status Progres keuangan /kontrak pekerjaan

Pemeriksaan status Progres keuangan /kontrak pekerjaan meliputi:


1) Status Penarikan Dana.
Perlu dimonitor apakah status penarikan dana atau pembayaran kepada kontraktor dan
konsultan sesuai dengan Financing Plan dan atau Disbursement Plan. Apabila tidak sesuai
dengan jadwal, perlu dilakukan evaluasi penyebabnya dan solusinya.
2) Status Pembayaran.
Status pembayaran baik kepada kontraktor maupun konsultan harus dimonitor, yaitu berapa
persen dari jumlah nilai kontrak yang telah dibayarkan. Nilai Progres pembayaran harus
tidak boleh melebihi Progres fisik konstruksi Status kontrak. Perlu dimonitor apakah ada
perubahan-perubahan kontrak yang perlu dilakukan sesuai kebutuhan di lapangan.

3.3.3 Laporan

Laporan hasil monitoring dan evaluasi konstruksi dibuat secara berkala. Laporan tersebut
mencakup kegiatan yang dilaksanakan selama periode pelaporan, progress kumulatif
pelaksanaan pekerjaan, kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan selama
periode pelaporan, dan rencana kegiatan untuk periode pelaporan berikutnya.

4 MONITORING DAN EVALUASI OPERSAI DAN PEMELIHARAAN


Monitoring dan Evaluasi terhadap kegiatan konstruksi dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan
konstruksi oleh Pemda.

4.1 Monitoring

Tujuan pelaksanaan monitoring adalah untuk memastikan bahwa kegiatan pengelolaan sistem
drainase perkotaan dapat berjalan sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang telah ditetapkan.
Kegiatan monitoring terhadap pengelolaan sistem drainase perkotaan dilakukan dengan cara
langsung (inspeksi), maupun secara tidak langsung melalui data/laporan harian maupun
mingguan. Monitoring secara langsung dilaksanakan dengan mengadakan kunjungan lapangan
ke tempat pengelola guna memperoleh gambaran secara langsung
tentang pengoperasian sistem drainase perkotaan, sedangkan Monitoring secara tidak langsung
dilaksanakan dengan mempelajari data dan laporan pengelolaan sistem drainase perkotaan.

786
Monitoring pengelolaan sistem drainase perkotaan dilaksanakan secara berkala untuk
mendapatkan data kinerja pengelolaan sistem drainase perkotaan baik yang bersifat struktural
dan nonstruktural.
Monitoring pengelolaan sistem drainase perkotaan dilakukan oleh penyelenggara pengelolaan
sistem drainase perkotaan dengan menggunakan suatu sistem informasi manajemen pengelolaan
sistem drainase perkotaan maupun data elektronik lainnya.
Obyek monitoring pengelolaan sistem drainase perkotaan berupa struktural yang terdiri dari
kondisi dan fungsi saluran dan bangunan pelengkapnya, karakteristik genangan, sistem
pengaliran dan kapasitas sistem drainase, maupun non-struktural yang meliputi kelembagaan,
manajemen, pembiayaan, peran masyarakat, dan hukum pengaturan.
Proses monitoring dapat dilakukan secara rutin setiap hari, setiap minggu dan paling lama tiap
bulan.
Pemerintah dan Pemerintah Daerah melaksanakan monitoring pengelolaan sistem drainase
perkotaan sesuai dengan kewenangannya:
1) Pemerintah melaksanakan monitoring pengelolaan sistem drainase perkotaan yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Propinsi melalui Dinas/Badan/Unit pengelola teknis terkait
tingkat provinsi dan/atau BUMN/BUMD/Swasta.
2) Pemerintah Propinsi melaksanakan monitoring pengelolaan sistem drainase perkotaan yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota melalui Dinas/Badan/Unit pengelola teknis
Teknis terkait tingkat Kabupaten/Kota dan/atau BUMN/BUMD/Swasta.
3) Pemerintah Kabupaten/Kota melaksanakan monitoring pengelolaan sistem drainase
perkotaan yang dilaksanakan oleh Pengembang/BUMD Kabupaten/Kota dan/atau
pengelolaan sistem drainase kawasan khusus.
Pemerintah Propinsi harus membentuk unit pemantauan dan pembinaan pengelolaan sistem
drainase perkotaan untuk membantu terciptanya pemantauan pengelolaan sistem drainase
perkotaan di masing-masing propinsi yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
1) Monitoring Struktural
Monitoring aspek struktural dimaksudkan untuk mengendalikan agar kinerja pengelolaan
sistem drainase perkotaan sesuai dengan sasaran perencanaan awal. Monitoring aspek
struktural meliputi:
a. Sistem drainase eksisting. Monitoring sistem dan pola pengaliran, kapasitas sistem,
permasalahan banjir dan genangan dan kondisi prasarana dan sarana.
b. Karakteristik genangan. Berupa monitoring lokasi genangan, korban jiwa dan kerugian
material, luas, tinggi, lama genangan dan intensitas genangan dilengkapi koordinat
lokasi genangan serta peta genangan .

787
c. Kondisi saluran. Monitoring dilakukan mengacu pada peta jaringan drainase dan skema
sistem yang dilengkapi data: elevasi dasar saluran, dimensi saluran, kemiringan saluran,
material saluran dan tahun pembangunan.
d. Kondisi bangunan pelengkap. Monitoring kegiatan operasi dan pemeliharaan rumah
pompa dan pompa banjir, pintu air, kolam retensi, gorong-gorong, dll. Monitoring
dimensi rumah pompa, elevasi inlet dan outlet pompa, kapasitas pompa dan jenis pompa
serta instalasi mekanikal elektrikal pompa banjir. Monitoring dimensi dan jumlah pintu
air, elevasi dasar, bukaan normal dan maksimal pintu air, kapasitas, jenis, kedalaman air
dan bahan pintu air serta instalasi mekanikal elektrikal pintu air.
e. Monitoring pada saluran dan bangunan pelengkap dilakukan dengan menggunakan
peralatan menggunakan alat pengukuran dan alat monitoring yang dikalibrasi.
2) Monitoring Non-struktural
Monitoring aspek non struktural dimaksudkan untuk mengendalikan agar kinerja
pengelolaan sistem drainase perkotaan sesuai dengan sasaran perencanaan awal.
Monitoring aspek non struktural meliputi:
a. Monitoring data manajemen dan kelembagaan
a) Bentuk organisasi pengelola drainase perkotaan
b) Struktur organisasi dan uraian kerja
c) Data pegawai (SDM) menurut jabatan, pengalaman kerja, umur;
d) Pendidikan dan pelatihan;
e) Tata laksana kerja;
f) Badan pengawas pengelola;
g) Standar prosedur operasional; dan
h) Rencana Induk.

b. Monitoring Peran masyarakat dan swasta


a) Keberadaan forum masyarakat yang melakukan monitoring pengelola sistem
drainase perkotaan; dan
b) Monitoring kewajiban masyarakat dan swasta.
c) Monitoring aspek hukum pengaturan
d) Monitoring terhadap produk peraturan perundangan yang ada, misalnya tentang
pengaturan pembuangan sampah ke sungai, saluran dan badan air serta bantaran
sungai/saluran;

788
e) Upaya penegakan hukum pengaturan dan penghargaan; dan
f) lain-lain.

c. Monitoring Pembiayaan
a) Rincian biaya investasi pembangunan;
b) Rincian biaya operasi dan pemeliharaan; dan
c) Peran masyarakat dan swasta dalam pembiayaan.

4.2 Evaluasi

Evaluasi pengelolaan sistem drainase perkotaan adalah mempelajari semua hasil pantauan yang
didapat sejak dimulainya perencanaan hingga hasil akhir pengelolaan sistem drainase perkotaan
yakni kemanfaatan pembangunan prasarana dan sarana drainase. Dengan dimulainya
perencanaan, maka tolok ukur sudah ditetapkan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
berlaku bagi terselenggaranya pengelolaan sistem drainase perkotaan. Tolok ukur itu memuat
segala ketentuan Standar, Pedoman, Manual serta SNI, baik yang bersifat teknis maupun non-
teknis. Evaluasi atas pengelolaan sistem drainase perkotaan itu harus dikembalikan atau
diarahkan pada perencanaan yang dituangkan sebagai tolok ukur yang harus dicapai dan ditaati
oleh pengelola sistem drainase perkotaan.
Evaluasi dilakukan terhadap pengelolaan, pengoperasian, pemeli-haraan, dan rehabilitasi
terhadap pengelolaan sistem drainase perkotaan, dengan membandingkan tolok
ukur/kriteria/standar yang sudah ditetapkan terlebih dahulu pada tahap awal, yaitu perencanaan.
Evaluasi selalu dibandingkan dengan tolok ukur yang sudah disiapkan dalam perencanaan
sebelumnya. Perencanaan tidak dapat sama persis dengan pelaksanaan di lapangan. Hasil
Evaluasi ini akan dijadikan bahan kajian dalam menyusun kebijaksanaan penyelenggara di masa
mendatang agar mendapatkan hasil yang lebih maksimal.
Evaluasi terhadap aspek struktural dilakukan setiap 6-12 bulan sekali.
Evaluasi bidang aspek non struktural dilakukan untuk:
1) Bidang administrasi keuangan berupa audit setiap 6–12 bulan sekali.
2) Bidang kelembagaan dan institusi setiap 12 bulan sekali.

Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan evaluasi sesuai dengan kewenangannya, yang
meliputi standar kualitas dan kinerja pelayanan pengelolaan sistem drainase perkotaan:

789
1) Pemerintah kabupaten/kota melaksanakan evaluasi laporan kinerja pengelolaan sistem
drainase perkotaan tingkat kabupaten/kota.
2) Pemerintah propinsi melaksanakan evaluasi laporan kinerja pengelolaan sistem drainase
perkotaan tingkat propinsi dan laporan evaluasi kinerja pengelolaan sistem drainase
perkotaan dari pemerintah kabupaten/kota.
3) Pemerintah pusat dalam hal ini Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan
Permukiman melaksanakan evaluasi laporan kinerja pengelolaan sistem drainase perkotaan
yang dibiyayai APBN dan laporan evaluasi kinerja pengelolaan sistem drainase perkotaan
dari pemerintah propinsi.
Evaluasi pengelolaan sistem drainase perkotaan ini dilaksanakan secara periodik dengan
menggunakan suatu sistem informasi manajemen pengelolaan sistem drainase perkotaan.

4.3 Pelaporan

Laporan hasil monitoring dan evaluasi akan dijadikan dasar penyusunan kebijakan pengelolaan
sistem drainase perkotaan untuk masa berikutnya. Pelaporan wajib dilakukan oleh
penyelenggara pengelolaan sistem drainase perkotaan dan Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya.Penyampaian laporan diatur sesuai bagan hubungan dan tata pelaporan Gambar
4.1 berikut:

790
Gambar 4.1. Bagan Hubungan dan Tata Pelaporan

Penyampaian laporan diatur sesuai bagan hubungan dan tata pelaporan berikut:
1) Penyelenggara menyampaikan laporan kinerja penyelenggaraan pengelolaan sistem drainase
perkotaan kepada pemerintah minimal satu kali dalam setahun sebagai berikut:
a) Penyelenggara tingkat Kabupaten/Kota menyerahkan laporan kepada Pemerintah
Kabupaten/Kota;
b) Penyelenggara tingkat Propinsi menyerahkan laporan kepada Pemerintah Propinsi; dan
c) Penyelenggara tingkat Nasional menyerahkan laporan kepada Direktorat Jenderal Cipta
Karya.

2) Pemerintah daerah menyampaikan laporan evaluasi kinerja penyelenggaraan pengelolaan


sistem drainase perkotaan yang diterima dari penyelenggara sebagaimana dimaksud pada
butir 1 di atas sebagai berikut:

791
a) Pemerintah kabupaten/kota menyerahkan laporan evaluasi kinerja pengelolaan sistem
drainase perkotaan di tingkat kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada butir 1 huruf
a di atas kepada pemerintah propinsi minimal satu kali dalam setahun;
b) Pemerintah Propinsi menyampaikan laporan evaluasi kinerja penyelenggaraan
pengelolaan sistem drainase perkotaan tingkat propinsi sebagaimana dimaksud pada
butir 1 huruf b di atas dan laporan evaluasi kinerja pengelolaan sistem drainase
perkotaan sebagaimana dimaksud pada butir 2 huruf a di atas kepada Menteri melalui
Direktorat Jenderal Cipta Karya minimal 1 (satu) kali dalam satu tahun.
c) Penyelenggara menyampaikan laporan kinerja penyelenggaraan pengelolaan sistem
drainase perkotaan kepada Menteri selambat-lambatnya satu kali dalam tiga bulan.

Laporan dilakukan secara transparan, akuntabel, dan bertanggungjawab. Laporan mencakup


hal-hal yang bersifat teknis dan non teknis, yaitu:
a) Laporan tentang pemanfaatan pembangunan prasarana dan sarana drainase, meliputi:
hasil evaluasi terhadap pemanfaatan terhadap prasarana dan sarana drainase;
b) Laporan pengoperasian dan pemeliharaan prasarana dan sarana drainase;
c) Laporan kinerja pengelolaan sistem drainase perkotaan, yang meliputi operasional,
pembiayaan, kelembagaan, peran masyarakat/swasta dan hukum pengaturan;
d) Laporan pemantauan; dan
e) Laporan hasil evaluasi.

DAFTAR USTAKA
Bartow, CJ. 2000. Social Impact Assessment: An Introduction. New York : Oxford University
Press Inc.
Direktorat PPLP Dirjen Cipta Karya Kementerian PU, Tata Cara Pelaksanaan Konstruksi
Sistem Drainase Perkotaan, 2012.
Direktorat PPLP Dirjen Cipta Karya Kementerian PU, Tata Cara Pemantauan dan Evaluasi
Pengelolaan Drainase Perkotaan, 2012.
Hewitt, Eleanor & Michael Bamberger. 1986. Monitoring and Evaluating Urban Development
Programs. World Bank, Washington.
Lartz, Anderson T. 1995. Guidelines for Preparing Urban Plans. Chicago: American Planning
Association.
Ojha, Durga. 1998. Impact Monitoring Approaches and Indicators.

792
Solihin, Dadang. 2008. Teknik Penyusunan Indikator Kinerja Pembangunan. Bintek
Perencanaan Penganggaran dan Monev Pembangunan Ikatan Widyaiswara Indonesia.
Disampaikan di Hotel Grand Cempaka-Jakarta, 19 November 2008.
World Bank. 2004. Monitoring and Evaluation: Some Tools Methods and Approaches. The
World Bank,Wahington
Wong, Cecilia. 2005. Indicators for Urban and Regional Planning. London : Routledge.

793
LAMPIRAN

794
795
796
797
798
799
800
801
802
803
804
805
806
807
808
809
810
811
812

Anda mungkin juga menyukai