Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS PRAKTEK KLINIK III

RSUD KRMT WONGSONEGORO SEMARANG


Periode 5-30 Juli 2021

Disusun Oleh:

Nur Afiya Nanda P27228018200

Untuk Memenuhi Tugas Sebagian Persyaratan

Menyelesaikan Praktik Klinik

JURUSAN OKUPASI TERAPI


POLITEKHNIK KESEHATAN SURAKARTA
PROGRAM STUDI D-IV OKUPASI TERAPI
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan “Laporan Kasus Praktek III” guna
memenuhi tugas mahasiswa D-IV Okupasi Terapi Politekhnik Kesehatan
Kementrian Kesehatan Surakarta.

Penulisan laporan ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan,dukungan,dan


kesesmpatan yang telah diberikan oleh beberapa pihak. Pada kesempatan kali ini,
saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu dr. Susi Herawati, M.Kes selaku direktur di RSUD KRMT


Wongsonegoro Semarang
2. Bapak Sumino, A.Md.OT selaku pembimbing praktik klinik III di RSUD
KRMT Wongsonegoro Semarang yang telah memberikan ilmu dan
masukan
3. Seluruh terapis okupasi di ruang okupasi terapi di RSUD KRMT
Wongsonegoro
4. Bapak Khomarun, M.OT selaku ketua jurusan Okupasi Terapi
5. Bapak/Ibu Dosen Poltekkes Kemenkes Surakarta jurusan Okupasi Terapi
yang telah memberikan ilmu dan masukannya
6. Rakan mahasiswa jurusan okupasi terapi yang telah memberikan masukan.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini jauh dari


kesempurnaan, baik penyusunan, bahasa, atau penulisannya. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun sebagai acuan dan
perbaikan untuk masa yang akan datang.

Semarang, 20 Juli 2021

Penulis
DAFTAR LAMPIRAN

1. Pediatric screening
2. Functional Independence Measurement (FIM)
3. Visual Analog Scale (VAS)

DAFTAR ISI
COVER....................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................3
DAFTAR ISI............................................................................................................4
A. IDENTITAS PASIEN...................................................................................6
B. DIAGNOSIS PASIEN..................................................................................6
C. DATA SUBJEKTIF......................................................................................6
1. DATA HASIL OBSERVASI........................................................................6
2. DATA SCREENING....................................................................................6
3. SCREENING TEST.....................................................................................7
4. SCREENING TASK....................................................................................8
D. KERANGKA ACUAN.................................................................................8
E. DATA OBJEKTIF........................................................................................9
1. Functional Independence Measurement (FIM).............................................9
2. Visual Analog Scale (VAS)........................................................................10
F. ANALISIS DATA......................................................................................10
1. RANGKUMAN DATA SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF...........................10
2. ASET...........................................................................................................11
3. LIMITASI...................................................................................................11
G. PRIORITAS MASALAH...........................................................................11
H. DIAGNOSIS OKUPASI TERAPI..............................................................12
I. PROGRAM TERAPI..................................................................................12
1. LONG TERM GOAL (LTG)......................................................................12
2. SHORT TERM GOAL (STG)....................................................................12
3. STRATEGI / TEKNIK...............................................................................12
4. FREKUENSI...............................................................................................13
5. DURASI......................................................................................................13
6. MEDIA TERAPI.........................................................................................13
J. TINDAKAN OKUPASI TERAPI..............................................................13
K. HOME PROGRAM....................................................................................15
L. PROGNOSIS FUNGSIONAL....................................................................15
M. CLINICAL REASONING MENENTUKAN PROBLEM, TUJUAN
TERAPI, KERANGKA ACUAN, DAN MEDIA YAG DIGUNAKAN..............15
N. REEVALUASI............................................................................................16
O. CLINICAL REASONING PADA PROSES OT YANG TELAH
DILAKUKAN........................................................................................................17
P. HASIL TERAPI / PENCAPAIAN PROGRAM TERAPI..........................17
Q. FOLLOW UP..............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. 19

LAMPIRAN...........................................................................................................20
A. PENDAHULUAN
Berdasarkan kelainan patologisnya, stroke dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu stroke hemoragik dan stroke non hemoragik. Stroke
hemoragik diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah di otak, sedangkan
stroke non hemoragik disebabkan oleh oklusi (tersumbat) pembuluh darah
otak yang kemudian menyebabkan terhentinya pasokan oksigen dan
glukosa ke otak.

B. IDENTITAS PASIEN
Pasien dengan inisial Tn. T berusia 64 tahun, berjenis kelamin laki-
laki, dengan sisi dominan kanan, beragama islam, dan bertempat tinggal di
Plamongan indah Semarang. Riwayat Pendidikan terakhir pasien adalah
magister Notaris PPAT. Pasien merupakan pensiunan dini dinas
pendidikan kota semarang (usia 54 tahun) dan sekarang bekerja sebagai
Notaris PPAT. Pasien didiagnosis terkena stroke hemoragik pada
hemiparesis sinistra.

C. DIAGNOSIS PASIEN
Diagnosis Medis yang diberikan oleh dokter kepada Tn. T adalah
stroke hemiparesis sinistra, diagnosis topis pada hemisfer dextra, dan
diagnosis kausatif Tn. T merupakan stroke hemoragic karena kecelakaan
sepeda motor.

D. DATA SUBJEKTIF
1. DATA HASIL OBSERVASI
Pasien datang dengan menggunakan kursi roda yang didorong oleh
istrinya sebagai alat bantu mobilitas, pasien dapat memahami
percakapan namun kemampuan mendengar pasien mengalami
penurunan fungsi setelah dilakukan operasi ke-2 pada 8 juni 2021.
Pasien memiliki sisi dominan sebelah kanan. Ketika melakukan
aktivitas pasien masih kesulitan untuk duduk dengan tegak sehingga
pasien lebih nyaman dalam posisi bersandar hal ini terjadi karena
pasien masih belum mampu mempertahankan keseimbangan duduk
dan mudah lelah. Pasien mengalami atropi otot di lengan atas dan
bawah pada sisi sebelah kiri. Pasien memiliki motivasi diri yang baik
dalam melakukan terapi dan istrinya ada menemani saat proses terapi
yang membuat pasien terlihat lebih termotivasi.
2. DATA SCREENING
Berdasarkan hasil wawancara menggunakan screening fisik dewasa
pada tanggal 19 juli 2021, diketahui bahwa pasien mengalami
kecelakaan sepeda motor karena menghindari pejalan kaki pada saat
ingin berangkat sholat magrib di masjid pada maret 2021. Pada awal
terkena pasien mengeluhkan rasa sakit pada badannya dan merasakan
pusing yang ringan, lalu pada keesokan harinya kepala pasien
membesar dan pasien mengalami kehilangan kesadaran lalu pasien
dibawa ke Rumah Sakit KRMT Wongsonegoro dan dilakukan
pemeriksaan yang didapatkan hasil bahwa pasien mengalami peah
pembuluh darah. Keesokan harinya pasien diberikan Tindakan medis
berupa operasi pertama pada 20 maret 2021 dan operasi kedua pada 8
juni 2021. Pasien memiliki riwayat diabetes mellitus dan untuk
tekanan darahnya normal.
Pasien merupakan pasien baru di unit rehabilitas medik pada bulan
juli 2021, pasien mendapatkan program di unit terapi okupasi dan
fisioterapi. Selain karena kecelakaan yang dialaminya, pasien pernah
mengalami cidera karena bermain tenis pada tahun 2020, hal tersebut
dapat terjadi karena pasien mengejar bola dan kehilangan
keseimbangannya yang meyebabkan pasien terjatuh ke sebelah kiri
yang menyebabkan cidera pada tangannya. Pengobatan yang dilakukan
pada pasien adalah dengan pijat tradisional di sangkal putung,
kondisinya tidak kunjung membaik yang menyebabkan pasien malas
menggunakan tangannya sehingga terjadi atropi otot.
3. SCREENING TEST
Pasien mengalami kelemahan pada anggota gerak sebelah kiri dan
masalah pada ekstremitas bawah sehingga menyebabkan pasien
membutuhkan alat bantu mobilitas berupa kursi roda. Ketika diminta
untuk mengenggam pasien belum mampu mengenggam secara
sempurna, untuk kemampuan mengangkat tangan secara aktif pasien
belum dapat melakukannya seara full ROM pasien baru mampu
menggerakkan sendinya selebar 100 derajat, tangan dengan posisi
elbow full ROM secara aktif untuk gerakan fleksi shoulder. Kekuatan
otot pada kedua sisi ekstermitas atas secara umum bernilai 2 (belum
mampu melawan gravitasi). Selain mengalami kelemahan untuk gerak
motoric kasar, pasien juga belum mampu melakukan gerakan motorik
halus.
4. SCREENING TASK
Terapis meminta pasien megangkat tongkat dengan kedua
tangannya untuk mengetahui lingkup gerak sendi dan kekuatan otot
ketika melakukan fleksi shoulder dan ekstensi elbow, hasilnya pasien
mampu mengangkatnya tetapi pada elbow sebelah kiri pasien masih
belum mampu melakukannya seara lurus dan pasien sudah mampu
menahan tongkat baik ketika didepan dada maupun diatas dalam durasi
10 detik. Untuk tes kekuatan otot terapis meminta pasien untuk
melakukan peregangan secara aktif dengan alat manualex, tes dengan
manualex tersebut juga dilakukan untuk melihat bagaimana pola
prehension pada pasien sera kemampuan koordinasi gerakan untuk
mengarahkan tangan, menggenggam, mendorong, menarik, melepas
serta kemampuan koordinasi lengan-mata-tangan, hasil tes tersebut
diketahui bahwa pasien mampu melakukan tes dan didapatkan hasil
bahwa pasien baru mampu menahan beban seberat 20 gr karena
adanya kesulitan untuk mengenggam secara sempurna dan lingkup
gerak sendi pada wrist yang masih belum full ROM.
E. KERANGKA ACUAN
Kerangka acuan yang akan digunakan adalah Bobath. Normal
Movement Approach atau yang dikenal sebagai Bobath merupakan sebuah
pendekatan yang ditemukan oleh Bobath pada tahun 1970an dan didasari
oleh teori hirarki reflek perkembangan saraf dengan hipotesa spastisitas
sebagai hasil dari refleks yang berlebihan. Awalnya treatment
dimanfaatkan untuk menghambat pola reflek dan kemajuan pasien melalui
tahap perkembangan saraf. Pendekatan Bobath telah berubah sejak
publikasi terakhir pada tahun 1990an yang dikenal dengan Konsep Bobath.
(Willey & Sons, 2010). Konsep Bobath memanfaatkan pemahaman
kontrol dan pembelajaran motorik untuk mendukung hasil terbaik bagi
setiap pasien. Kontrol motorik didefinisikan sebagai kemampuan untuk
mengatur atau mengarahkan mekanisme penting untuk gerakan, sedangkan
pembelajaran motorik adalah serangkaian proses yang terkait dengan
praktik atau pengalaman yang mengarah pada perubahan yang relatif
permanen dalam menghasilkan gerakan terampil. Dalam treatment terapis
perlu memahami defisit sistem yang berkaitan dengan kerusakan
neurologis untuk menyusun intervensi yang tepat.
Konsep Bobath kontemporer adalah pendekatan untuk asesmen
dan pengobatan pasien dengan gangguan fungsi, gerakan, dan kontrol
postural akibat dari lesi sistem saraf pusat (SSP), dan dapat diterapkan
untuk pasien dari segala usia dan semua derajat gangguan fisik dan
fungsional. Teori yang mendasari Konsep Bobath dianggap sebagai
sebuah pendekatan kontrol motor yang tidak hanya mencakup kunci
penting tentang pasien tetapi bagaimana mereka berinteraksi dengan dunia
sekitar. (W & Sons, 2009).
Dalam terapi, gerakkan difasilitasi dan penanganan dimodifikasi
dengan tujuan memberikan pilihan gerakan pasien, yang dapat di
masukkan ke dalam aktivitas fungsional. Terapis tidak hanya
mempertimbangkan aplikasi terapi untuk eksplorasi potensi pasien dalam
aktivitas fungsional, tetapi juga untuk partisipasi dalam kegiatan sosial dan
rekreasi. Dalam Konsep Bobath berpusat pada hasil perubahan fungsional.
Konsep Bobath mengakui bahwa terapis yang terampil adalah terapis yang
berpusat pada pasien dan kolaboratif untuk memastikan bahwa pasien
selalu terlibat aktif dalam proses terapi. (W & Sons, 2009).

F. DATA OBJEKTIF
1. Functional Independence Measurement (FIM)
Berdasarkan hasil pemeriksaan dengan blanko Functional
Independence Measurement (FIM) yang diambil pada tanggal 19 Juli
2021. Pasien mendapatkan nilai 18 untuk self-care, nilai 2 untuk
kontrol spincter, nilai 3 untuk mobilitas, nilai 2 untuk locomotion, nilai
14 untuk komunikasi, dan nilai 21 untuk kognitif sosial. Total nilai
yang didapatkan oleh pasien adalah 60 yang berarti pasien masih
membutuhkan bantuan sedang/moderate dalam melakukan aktifitas
fungsional.
2. Visual Analog Scale (VAS)
Ketika dilakukan pemeriksaan keparahan nyeri pada pasien dengan
menggunakan blangko Visual Analog Scale (VAS) didapatkan hasil
untuk fleksi wrist mendapat nilai 8, ekstensi wrist mendapat nilai 7,
fleksi elbow 3, dan untuk shoulder tidak mengalami nyeri tetapi
terdapat kekakuan pada bahu kiri apabila dibandingkan dengan bahu
sebelah kanan.

G. ANALISIS DATA
1. RANGKUMAN DATA SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF
Pasien belum mampu mengenggam secara sempurna, untuk
kemampuan mengangkat tangan secara aktif pasien belum dapat
melakukannya seara full ROM pasien baru mampu menggerakkan
sendinya selebar 100 derajat, tangan dengan posisi elbow full ROM
secara aktif untuk gerakan fleksi shoulder. Kekuatan otot pada kedua
sisi ekstermitas atas secara umum bernilai 2 (belum mampu melawan
gravitasi). Selain mengalami kelemahan untuk gerak motoric kasar,
pasien juga belum mampu melakukan gerakan motorik halus.
Pasien mendapatkan nilai 75 untuk total skor penilaian FIM yang
berarti pasien masih membutuhkan bantuan minimal dalam melakukan
aktifitas fungsional. Visual Analog Scale (VAS) didapatkan hasil
untuk fleksi wrist mendapat nilai 8, ekstensi wrist mendapat nilai 7,
fleksi elbow 3, dan untuk shoulder tidak mengalami nyeri tetapi
terdapat kekakuan pada bahu kiri apabila dibandingkan dengan bahu
sebelah kanan.
2. ASET
Aset yang dimiliki oleh Tn. T yang dapat membantu terapis untuk
dapat meningkatkan kemampuan fungsional yang ada pada pasien,
diantaranya berupa Tn. T memiliki istri yang kooperatif, suportif dan
mendukung terapi suaminya, pasien tidak merasa khawatir ketika
melakukan sesi terapi dan mempercayai tindakan terapi yang diberikan
oleh terapis memiliki suatu manfaat, pasien terbuka dalam meneritakan
kondisi dan hambatan yang dirasakannya, pasien tidak memiliki
masalah kognitif dan masalah sensori.
3. LIMITASI
Limitasi pada Tn. T adalah hal-hal yang dapat dijadikan tujuan
terapi oleh terapis, diantaranya adalah adanya atropi otot pada
ekstremitas atas sebelah kiri pada pasien, LGS yang belum full ROM,
kekuatan otot yang bernilai 2 yang berarti belum bisa melawan
graitasi, genggaman yang belum normal, kontrol gerakan dan endurane
yang masih lemah, adanya spastisitas di ekstremitas atas sebelah kiri
pasien, masih kurangnya kemampuan pasien untuk melakukan aktifitas
fungsional, adanya nyeri yang menyebabkan pasien malas untuk
menggerakkan tangannya, pasien kesulitan untuk duduk secara tegak
saat di kursi roda, dan kemampuan mendengar yang menurun pada
pasien sehingga membuat instruksi yang diberikan oleh terapis
menjadi terdengar salah dan terjadi kesalahan gerakan yang dilakukan
oleh pasien.

H. PRIORITAS MASALAH
Berdasarkan limitasi yang ditemukan dari observasi, pemeriksaan
dan wawancara yang dilakukan dengan istri dan Tn. T, hal yang menjadi
prioritas masalah untuk Tn. T adalah pasien mampu memakai baju kaos
secara mandiri.

I. DIAGNOSIS OKUPASI TERAPI


Tn. T belum mampu melakukan okupasinya dalam ADL berupa
memakai baju kaos secara mandiri karena adanya kelemahan otot dan
spastisitas yang menyebabkan pasien kesulitan dalam mengontrol gerakan
tangannya yang disebabkan akibat Stroke hemiparesis sinistra.

J. PROGRAM TERAPI
1. LONG TERM GOAL (LTG)
Pasien mampu memakai baju kaos dengan mandiri dengan posisi
duduk tegak selama 8 kali sesi terapi
2. SHORT TERM GOAL (STG)
i. Tujuan jangka pendek 1.1
Pasien mampu duduk tegak seara mandiri dalam 2 kali sesi
terapi.
ii. Tujuan jangka pendek 1.2
Pasien mampu memasukkan kepala kedalam baju dalam 3
kali sesi terapi.
iii. Tujuan jangka pendek 1.3
Pasien mampu memasukkan kedua tangan kedalam baju
dalam 4 kali sesi terapi.
iv. Tujuan jangka pendek 1.4
Pasien mampu untuk menurunkan dan merapikan bajunya
dalam 1 kali sesi terapi.
3. STRATEGI / TEKNIK
Pelaksanaan terapi akan dibagi menjadi 3 sesi terapi yang terdiri
dari Adjunct, enabling, purpousefull. Pembagian waktu untuk tiap sesi
terapi berupa 10 menit untuk Adjunct berupa stretching dan
membangun mood pada pasien agar siap ketika masuk ke tahapan
terapi berikutnya, selanjutnya adalah tahap enabling dimana waktu
yang akan diberikan selama 15-20 menit dan pasien akan diberikan
aktifitas untuk latihan meningkatkan kekuatan otot dan lingkup gerak
sendinya sehingga ketika masuk di tahap purpousefull ataupun okupasi
pasien dan anggota ekstremitas atasnya dapat lebih mampu untuk
mengikuti arahan yang diberikan oleh terapis, selanjutnya adalah
tahapan purpousefull yang dilakukan oleh pasien selama 10-15 menit
yang akan digunakan oleh terapis untuk memberikan intervensi agar
pasien dapat mampu mencapai tujuanyang ada di tujuan tangka
pendek, pada tahap purpousefull pasien akan membayangkan sedang
menggunakan pakaian dan melakukan gerakan yang sesuai ketika
memakai baju, ketika pasien sudah mampu melakukan gerakan dengan
sesuai maka dapat dilanjutkan dengan tahap occupation dengan pasien
memakai baju secara mandiri.
4. FREKUENSI
Terapi dilakukan dengan frekuensi sebanyak 2 kali dalam
seminggu.
5. DURASI
Durasi terapi akan berlangsung selama 30-40 menit tiap sesi terapi.
6. MEDIA TERAPI
Media terapi yang akan digunakan adalah manualex m12 function,
tongkat kayu, mirror, baju dan cone

K. TINDAKAN OKUPASI TERAPI


No Hari, Tindakan Okupasi Terapi Paraf
(Aktivitas, durasi, media terapi) Pembimbing
tanggal
1. Senin, 19 - Pasien pertama kali datang ke unit
juli 2021 terapi okupasi
- Aktivitas:
1. Stretching pasif dibantu oleh
terapis
2. Latihan mengenggam cone
berukuran kecil
3. Active stretching dengan
menggunakan manualex m12
funtion, gerakan yang dilakukan
adalah fleksi dan ekstensi wrist
4. Mengangkat tongkat kayu kedepan
dan atas lalu ditahan selama 10
detik
5. Memindahkan cone yang
berukuran besar
- Durasi: 40 menit
- Media terapi:
1. Cone ukuran kecil dan besar
2. Manualex m12 function
3. Tongkat kayu

2. Senin, 26 - Aktivitas:
juli 2021 1. Stretching pasif dibantu oleh
terapis
2. Active stretching dengan
menggunakan manualex m12
funtion, gerakan yang dilakukan
adalah fleksi dan ekstensi wrist,
mengenggam (fleksi jari-jari)
4. Memindahkan cone yang
berukuran besar
- Durasi: 40 menit
- Media terapi:
1. Cone ukuran besar
4. Manualex m12 function

L. HOME PROGRAM
Pasien diminta duduk tegak di kursi roda tanpa bersandar,
kemudian melakukan peregangan ekstermitas atas seperti fleksi atau
abduksi kedua shoulder, gerakan tersebut dapat dilakukan dengan
mengangkat tongkat kayu atau pasien mengenggam tangannya yang sakit
dan diarahkan kedepan. keatas dan kebelakang leher yang ditahan selama
10 detik pada tiap arah. Pasien juga diminta untuk melatih kemampuan
genggamannya dengan cara meremas-remas bola karet.

M. PROGNOSIS FUNGSIONAL
Prognosis stroke dapat dilihat dari 6 aspek yakni: death, disease,
disability, discomfort, dissatisfaction, dan destitution. Keenam aspek
prognosis tersebut terjadi pada stroke fase awal atau pasca stroke.
Bermawi, et al., (2000) mengatakan bahwa sekitar 30-60 % penderita
stroke yang bertahan hidup menjadi tergantung dalam beberapa aspek
aktivitas hidup sehari-hari. Dari berbagai penelitian, perbaikan fungsi
neurologik dan fungsi aktivitas hidup sehari-hari pasca stroke menurut
waktu cukup bervariasi. Suatu penelitian mendapatkan perbaikan fungsi
paling cepat pada minggu pertama dan menurun pada minggu ketiga
sampai 6 bulan pasca stroke.
Hasil akhir yang dipakai sebagai tolok ukur diantaranya outcome
fungsional, seperti kelemahan motorik, disabilitas, quality of life, serta
mortalitas. Menurut Hornig et al., prognosis jangka panjang setelah TIA
dan stroke batang otak/serebelum ringan secara signifikan dipengaruhi
oleh usia, diabetes, hipertensi, stroke sebelumnya, dan penyakit arteri
karotis yang menyertai.

N. CLINICAL REASONING MENENTUKAN PROBLEM, TUJUAN


TERAPI, KERANGKA ACUAN, DAN MEDIA YAG DIGUNAKAN

Pemilihan problem dipilih karena dari hasil wawancara dengan


pasien dan istrinya didapatkan hasil bahwa pasien membutuhkan bantuan
maksimal untuk berpakaian pakaian atas. Berpakaian juga dijadikan
prioritas masalah karena pasien tidak mengalami nyeri ketika melakukan
gerakan pada bahunya tetapi hanya ada kekakuan sehingga prognosis
terhadap pasien baik dan dapat diapai oleh pasien,
Kerangka acuan yang dipilih adalah dengan Bobath, Bobath
dikembangkan oleh Karel Bobath (Neurolog) dan istrinya, Bertha Bobath
(Fisioterapis), mereka menganggap bahwa lebih efektif untuk mengatasi
masalah-masalah yang timbul pada penderita stroke. Metode ini
berlandaskan pada konsep bahwa spastisitas yang terjadi pada penderita
stroke hanyalah merupakan gejala, oleh karena adanya aktivitas refleks
postural yang tidak normal. Tujuan utama latihan Bobath adalah
meningkatkan kualitas gerakan pada sisi yang bermasalah sehingga kedua
sisi tubuh dapat bekerja semaksimal mungkin secara harmonis, dengan
menurunkan spastisitas dan memberikan pola latihan gerakan yang lebih
selektif, otomatis dan volunter untuk persiapan keterampilan fungsional
pada pasien.
Media yang digunakan dalam terapi adalah manualex m12
function, baju, cone, mirror dan tongkat kayu. Penggunaan media ini
dipilih dengan mempertimbangkan kemampuan pasien dalam melakukan
gerakan dan analisis aktivitas dalam melakukan gerakan untuk berpakaian
khususnya baju kaos.
O. REEVALUASI
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan istri pasien
pada tanggal 26 juli 2021 didapatkan informasi bahwa pasien sudah lebih
menerima kondisinya yang sekarang, tetapi dalam proses terapi yang
dilakukan pada tanggal yang sama dapat dilihat bahwa pasien masih ogah-
ogahan dalam melakukan aktifitas terapi khususnya apabila dengan
menggunakan media terapi manualex m12 funtion hal ini dikarenakan
pasien mengalami penurunan kepercayaan diri karena beban yang bisa
ditahan masih yang sangat ringan (10 gram) tetapi pasien belum mampu
untuk menggerakkannya dengan baik.
Pasien juga belum mampu untuk menahan genggamannya dengan
baik, melepaskan genggaman, dan ketika ingin memulai suatu gerakan
yang diinstuksikan oleh terapis seperti gerakan pronasi dan supinasi pasien
membutuhkan waktu yang lama untuk memulai suatu gerakan.
P. CLINICAL REASONING PADA PROSES OT YANG TELAH
DILAKUKAN
Clinical reasoning yang digunakan adalah procedural, penerapan
clinical reasoning ini dilakukan baik dalam menentukan problem, strategi
terapi, STG dan LTG. Penerapan procedural dipilih karena dalam clinical
reasoning ini menjelaskan bagaimana tahap-tahapan yang dapat digunakan
untuk terapis agar dapat berperan sebagai fasilitator dalam meningkatkan
kemampuan pada pasien dalam meningkatkan kemampuan motorik pada
sisi kiri pasien khususnya dalam berpakaian bagian atas.
Penerapan procedural clinical reasoning inilah yang mendasari
berpakaian bagian atas sebagai tujuan terapi untuk pasien dalam
meningkatkan kemampuan motoriknya dan juga memberikan manfaat
secara terapeutik yang banyak bagi pasien seperti untuk meningkatkan
kekuatan otot, meningkatkan lingkup gerak sendi, melatih koordinasi mata
tangan, melatih kekuatan posturan kontrol dan dapat meningkatkan
motibasi pada pasien apabila tujuannya berhasil diapai.
Q. HASIL TERAPI / PENCAPAIAN PROGRAM TERAPI
Setelah melakukan 2 kali sesi terapi pasien belum mengalami
peningkatan yang signifikan. Kemampuan mengenggam pada pasien
belum kuat dan stabil. Pasien masih mengalami kesulitan untuk
melepaskan genggaman pada tangannya dikarenakan adanya spastisitas
pada jari-jari tangan. Pasien sudah mampu untuk mempertahankan posisi
duduk tegak selama 20 menit.

R. FOLLOW UP
Prioritas masalah selanjutnya yang dapat dijadikan sebagai tujuan
terapi adalah penguatan pada graps pasien sehingga pasien dapat mampu
untuk melakukan mobilitas secara mandiri dengan menggunakan kursi
roda minimal untuk melakukan mobilitasnya dirumah seperti ke toilet,
kamar, dapur dan ruang keluarga. Home therapy yang dapat diberikan oleh
pasien adalah dengan latihan menggenggam botol minum yang berbentuk
tabung dan diarahkan kedepan dan belakang dengan pemberian variasi
banyaknya air pada botol yang akan menjadi beban untuk melatih
meningkatkan kekuatan otot.
DAFTAR PUSTAKA

Yulinawati, D. A. R. A. (2009). Pengaruh Pemberian Latihan Pendekatan Metode

Bobath Terhadap Kekuatan Fungsi Prehension Pada Pasien

Stroke. Universitas Indonusa Esa Unggul. Jakarta.

Yulisetyaningrum, Y., & Wijayanti, A. (2021). Efektifitas Rom Cylindrical Grip

Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Tangan Pada Pasien Stroke Non

Hemoragik. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, 12(1), 81-90.


LAMPIRAN
DEPARTEMEN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
JURUSAN OKUPASI TERAPI

FUNCTIONAL INDEPENDENCE MEASUREMENT


(FIM)

Nama pasien : Tn. T


Diagnosis : Stroke Hemiparesis Sinistra

Mandiri
Tanpa 7 = Mandiri tanpa modifikasi/alat bantu Tanpa bantuan
bantuan 6 = Mandiri dengan modifikasi/alat bantu
Ketergantungan dengan modifikasi/alat bantu
5 = perlu supervisi
dengan 4 = Bantuan minimal (subyek = 75%) Dengan bantuan
bantuan 3 = Bantuan sedang (subyek = 50%)
2 = Bantuan maksimal (subyek = 25%)
1 = Bantuan penuh (subyek = 0%)
FOLLOW UP
Tanggal 19/07/2021
SELF-CARE
A. Makan 7
B. Merias diri 5
C. Mandi 1
D. Berpakaian untuk tubuh bagian atas 2
E. Berpakaian untuk tubuh bagian bawah 2
F. Toiletting 1
KONTROL SPINCTER 1
A. Manajemen bladder
1
B. Manajemen bowel

MOBILITY
Transfer :
A. Tempat tidur, kursi, kursi roda
B. Toilet 1
C. Tempat duduk mandi, bak mandi, shower 1
1
LOCOMOTION
A. Berjalan/lengan kursi roda 1
B. Tangga 1

KOMUNIKASI
A. Komprehensif 7
B. Ekspresi 7

KOGNITIF SOSIAL
A. Sosial interaksi 7
B. Memecahkan persoalan 7
C. Daya ingat 7
SKOR TOTAL 60
Terapis,

Nur Afiya Nanda


Kesimpulan :
18-35 bantuan penuh/total assistance
36-53 bantuan maksimal/maximal assistance
54-71 bantuan sedang/moderate assistance
72-89 bantuan minimal/minimal assistance
90-107 membutuhkan “set up” setiap kegiatan
108-126 mandiri penuh/complete independence

Catatan :
Beri nilai 1 bila tidak dapat diteskan (tidak boleh ditinggalkan kosong)
Visual Analog Scale (VAS)

Anda mungkin juga menyukai