Anda di halaman 1dari 10

Nama : Lusi Meida

Kelas : 1A D3 keperawatan
Npm : P20620121011

Tugas Agama

1. Menganalisa dan meresume tentang budaya akademik, etos kerja, sikap terbuka dan
adil di Poltekkes Tasikmalaya ,berikan contoh penerapannya

A. Budaya akademik
Budaya akademik dalam.pandangan islam adalah suatu tradisi atau kebiasaan yang
berkembang dalam dunia islam menyangkut persoalan keilmuwan. Dalam bahasa
yang lain sederhana adalah tradisi ilmiah yang dikembangkan islam. Diantara poin
poin pentingnya tentang penghargaan al-qur’an terhadap orang-orang yang berilmu,
diantaranya :
1. Wahyu al-qur’an yang turun pada masa awal mendorong manusia untuk
memperoleh ilmu pengetahuan.
2. Tugas manusia sebagai khalifah Allah SWT di bumi akan sukses kalau memiliki
ilmu pengetahuan.
3. Muslim yang baik tidak pernah berhenti untuk menambah ilmu.
4. Orang yang berilmu akan dimuliakan oleh Allah SWT .
5. Iman seorang muslim tidak akan kokoh kalau tidak ditopang dengan ilmu,
demikian juga dengan amal shalihah.
Karakter seorang muslim yang berbudaya akademik adalah orang yang selalu
mengingat Allah SWT yang disertai dengan ikhtiar untuk selalu menggunakan
akalnya untuk memikirkan ciptaan Allah SWT . Serta selalu berusaha menambah ilmu
dengan membuka diri terhadap setiap informasi yang baik dan kemudian memilih
yang terbaik untuk dijadikan pegangan dan diikutinya.
Budaya akademik dapat terwujud dengan syarat sikap – sikap positif juga dimiliki .
Diantara sikap positif yang harus dimiliki adalah etos kerja yang tinggi, sikap terbuka
dan berlaku adil.
Membangun budaya akademik bukan perkara yang mudah. Diperlukan sosialisasi
terhadap kegiatan akademik ,sehingga terjadi kebiasaan dikalangan akademisi untuk
melakukan norma – norma kegiatan akademik tersebut.
Contoh penerapan budaya akademik di poltekkes tasikmalaya adalah mengadakan
pengajian rutin setiap hari kamis yang ilmunya dapat menjadi solusi bagi masalah-
masalah yang dihadapi oleh suatu bangsa. Sejarah menunjukan, pada masa keemasan
peradaban islam yang dikenal sebagai abad ilmu pengetahuan kejayaan yang telah
diraih oleh pendidikan islam terdahulu harus mampu diraih oleh pendidikan islam
masa sekarang. Oleh karena itu masyarakat pendidikan dengan suasana lingkungan
yang selalu melaksanakan ibadah dan suasana akademik perlu dibangun, yaitu dengan
mengikuti pengajian rutin setiap hari kamis yang merupakan masyarakat kampus yang
senantiasa menjadikan islam sebagai pandangan hidupdan menjunjung tinggi tata nilai
islam yang dilaksanakan oleh seluruh civitas akademika, menjadi sumber inspirasi,
motivasi.
B. Etos kerja
Bekerja merupakan keniscayaan dalam hidup. Tidak ada lain bagi kaum beriman
kecuali harus mengkaji pandangan islam tentang etos kerja . Meski makhluk hidup
didunia sudah mendapat jaminan rezeki dari Allah SWT ,namun kemalasan tidak
punya tempat dalam islam. Fatalisme atau paham nasib tidak dikenal dalam islam.
“maka carilah rezeki disisi Allah SWT ,kemudian beribadah dan bersyukurlah kepada
Allah. Hanya kepada allah kamu akan dikembalikan”. (Q.S Al-Ankabut : 17).
Menurut riwayat Al – Baihaqi dalam Syu’abul Iman ada empat prinsip etos kerja yang
diajarkan Rasulullah. Keempat prinsip itu harus dimiliki kaum beriman jika ingin
menghadap Allah dengan wajah berseri bak bulan purnama .
Pertama, bekerja secara halal (thalaba ad-dunya halalan). Halal dari segi jenis
pekerjaam sekaligus cara menjalankannya. Antitesa dari halal adalah haram, yang
dalam terminologi fiqih terbagi menjadi ‘haram lighairihi ‘ dan ‘haram lidzatihi’ .
Analoginya ,menjadi anggota DPR adalah halal. Tetapi jika jabatan DPR digunakan
mengkorupsi uang rakyat ,status hukumnya jelas menjadi haram . Jabatan yang
semula halal menjadi haram karena ada faktor penyebabnya . Itulah ‘haram
lighairihi’. Berbeda dengan preman, dimodifikasi bagaimanapun tetap
haram ,keharamannya bukan karena faktor dari luar,melainkan jenis pekerjaan itu
memang haram. Itu haram lidzatihi.
Kedua,bekerja demi menjaga diri supaya tidak menjadi beban hidup orang lain
(ta’affufan an al-mas’alah) kaum beriman dilarang menjadi benalu bagi orang lain.
Rasullulah pernah menegur seorang sahabat yang muda dan kuat tetapi pekerjaannya
mengemis. Beliau kemudian bersabda “ sungguh orang yang mau membawa tali atau
kapak kemudian mengambil kayu bakar dan memikulnya diatas punggung lebih baik
dari orang yang mengemis kepada orang kaya, dibeli atau ditolak ( HR Bukhari dan
Muslim)
Ketiga, bekerja demi mencukupi kebutuhan keluarga (sa’yan ala ilaihi) mencukupi
kebutuhan keluarga hukumnya fardhu ain. Tidak dapat diwakilkan, dan
menunaikannya termasuk kategori jihad. Hadis Rasulullah yang cukup populer,
“Tidaklah seseorang memperoleh hasil terbaik melebihi yang dihasilkan tangannya.
Dan tidaklah sesuatu dinafkahi seseorang kepada diri, keluarga, anak, dan
pembantunya kecuali hitung sebagai sedekah (HR Ibnu Majah)
Keempat, bekerja untuk meringankan beban tetangga (ta’aththufan ala jarihi). Penting
dicatat, islam mendorong kerja keras untuk kebutuhan diri dan keluarga, tetapi islam
melarang kaum beriman bersikap egois. Islam menganjurkan solidaritas sosial, dan
mengecam keras sikap tutup mata dan telinga dari jerit tangis lingkungan sekitar.
“Hendaklah kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian
harta yang Allah telah menjadikanmu berkuasa atasnya.” (Q.S Al-Hadis: 7)
Lebih tegasnya, Allah bahkan menyebut orang yang rajin beribadah tetapi
mengabaikan nasib kaum miskin dan yatim sebagai pendusta-pendusta agama (Q.S
Al-Ma’un:1-3).
Contoh penerapan etos kerja di poltekkes tasikmalaya adalah disiplin dalam hal
apapun, Integritas yang dapat dipahami pada cara memegang teguh prinsip moral
yang baik seperti konsisten dalam bersikap jujur, sopan dan adil kepada orang lain
dengan menerapkan budaya 5 S (Senyum, salam, sopan, sapa dan santun) contoh
menaati peraturan poltekkes, menghormati dosen, mahasiswa dan warga kampus,
serta bertanggung jawab atas kesalahan yang dibuat. Mampu bekerja sama dengan
dosen, mahasiswa maupun warga kampus.
C. Sikap Terbuka
Sikap terbuka merupakan sebuah sikap positif yang dimana bersikap jujur dalam
berbagai kegiatan, terutama dalam etos kerja. Tanpa sikap terbuka seorang tidak
mungkin meraih keberhasilan dengan cara mempunyai etos kerja tinggi tapi tidak
memiliki sikap terbuka dan jujur. Karena orang yang tidak terbuka maka akan
cenderung menutup diri sehingga tidak dapat bekerja sama dengan orang lain maka Al
-Qur’an dan hadis memberi apresiasi yang tinggi terhadap orang yang terbuka dan
jujur.
Bentuk-bentuk sikap tidak jujur adalah antara lain korupsi,kolusi, dan nepotisme
(KKN). Sebagai salah satu bangsa pemeluk agama islam terbesar didunia dan juga
sebagai negara dengan tingkat korupsi tertinggi. Mestinya yang hak itu
menghancurkan yang batil, justru dalam tatanan praktis zaman sekarang seolah-olah
yang hak bercampur dengan yang batil. Ini adalah cara beragama yang salah.
Secara beragama yang benar harus ada koherensi antara ajaran, keimanan terhadap
ajaran, dan pelaksanaan atas ajaran. Dalam Al-Qur’an surat Al-Ankabut : 45 yang
artinya “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan perbuatan) keji dan
munkar”
Manusia merespon wahyu itu dengan iman. Setelah itu ia mewujudkan keimanannya
dengan melakukan shalat dan diluar pelaksanaan shalat mencegah diri untuk berbuat
keji dan munkar. Termasuk koherensi antara ajaran, iman, dan pelaksanaan ajaran
adalah jika terlanjur berbuat salah segera mengakui kesalahan dan memohon ampun
kepada siapa ia bersalah. Jika berbuat salah kepada Allah SWT segera ingat kepada-
Nya dan bertaubat. Jika berbuat salah kepada manusia segera meminta maaf
kepadanya. Pengakuan kesalahan baik kepada Allah maupun selain-nya ini
merupakan sikap jujur dan terbuka. Menurut islam sikap jujur dan terbuka termasuk
baik.
Rasulullah bersabda yang artinya “Sesungguhnya jujur itu menggiring kearah
kebajikan dan kebajikan itu mengarah ke surga. Sesungguhnya lelaki yang senantiasa
jujur, ia diterapkan sebagai orang yang jujur. Seseungguhnya lelaki yang senantiasa
berbohong itu akan diterapkan sebagai pembohong. Muttafaq’ alaih (an-Nawawi:42).
Contoh penerapan sikap terbuka di Poltekkes Tasikmalaya yaitu dengan beberapa
cara :
1. Mau menerima kritik dan saran dari orang lain.
2. Mengajukan usulan, pendapat dan pendapat dalam rapat kegiatan didalam kelas,
ataupun pada organisasi secara terbuka.
3. Tidak bergunjing, apabila ada orang lain yang salah, ditegur secara terbuka.
D. Adil
Sikap adil merupakan sifat positif yang didambakan oleh banyak orang. Adil juga
dapat diartikan tingkah laku dan kekuatan jiwa yang mendorong seseorang untuk
mengendalikan amarah dan syahwat dan menyalurkannya ke tujuan yang baik. Dalam
definisi ini dapat dipahami bahwa adil adalah kondisi batiniah seseorang yang
berbentuk energi. Energi ini mendesak keluar untuk mengendalikan amarah dan
kemauan-kemauan hawa nafsu sehingga perbuatan yang keluar menjadi baik yang
mestinya orang itu menuruti hawa nafsu, karena kendali sikap perbuatannya menjadi
terarah, tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.
Adil dapat diartikan menempatkan berbagai kekuatan batiniah secara tertib dan
seimbang. Kekuatan yang dimaksud adalah Al-Hikmah, Asy-Syaja’ah dan Al-‘Iffa.
Al-‘Iffa adalah suci.
Islam memandang sikap adil amat fundamental dalam struktur ajarannya. Kata adil
dan berbagai turunnya disebut sebanyak 28 kali di dalam Al-Qur’an. Karena itu Allah
SWT memerintahkan kita supaya berlaku adil dalam berbagai hal.
Allah SWT berfirman yang artinya “ Berlaku adilah, karena itu lebih dekat kepada
takwa” (Q.S Al-Maidah : 8)
Contoh penerapan sikap adil di Poltekkes Tasikmalaya:
Menghormati dan menghargai warga dikampus. Apabila ada teman yang berselisih
maka kita hendaknya berpihak pada kebenaran, artinya tidak memihak salah satu di
antara yang berselisih hanya karena ia sahabat kita. Belajar dengan giat dan tekun
adalah perbuatan adil terhadap diri sendiri. Dengan belajar giat dan tekun maka kita
sudah memaksimalkan usaha untuk menghindari kebodohan yang akan menyulitkan
hidup kita.
2. Menganalisa dan meresume peran umat beragama dalam mewujudkan kehidupan
masyarakat berpolitik ,persatuan dan kesatuan bangsa di Indonesia . Berikan contoh
penerapannya
Masyarakat adalah sejumlah individu yang hidup bersama dalam suatu wilayah
tertentu. Bergaul dalam jangka waktu yang lama sehingga menimbulkan kesadaran
pada diri setiap anggotanya sebagai suatu kesatuan.
Masyarakat beradab dan sejahtera dapat diartikan sebagai civil society atau
masyarakat madani. Meskipun memiliki makna dan sejarah sendiri tetapi keduanya
merujuk pada semangat yang sama sebagai masyarakat yang adil,terbuka, demokratis
dan sejahtera dengan kesadaran ketuhanan yang tinggi yang diterapkan dalam
kehidupan sosial.
Dalam bermasyarakat, peran agama tentunya sangat berperan penting dalam segala
hal. Didaerah saya sendiri, peran agama sangat berpengaruh besar terutama dalam hal
menjaga perdamaian dan saling tolong-menolong. Agama islam memerintahkan
kepada pemeluknya untuk saling tolong-menolong ketika yang satu sedang
membutuhkan. Saling memberikan kasih sayang serta dukungan antar keluarga
maupun sesama tetangga.
Didaerah saya juga peran agama dalam menumbuhkan rasa kesadaran untuk bekerja
sama sangat berpengaruh besar. Contohnya dalam kegiatan keagamaan, ketika sedang
melaksanakan kegiatan tersebut akan menambah rasa saling memiliki dan silaturahmi
yang terjaga. Saling bekerja sama serta gotong royong adalah kunci utama dalam
kelancaran kegiatan tersebut.
Seperti dalam petunjuk Al-Quran yang langsung berkenaan dengan masyarakat
beradab dan sejahtera didasarkan pada hal-hal berikut :

 Tauhid (Qs. Al-Ikhlas : 1-4)


 Perdamaian ( Qs. Al-Hujurat : 9-10)
 Saling tolong menolong ( Qs. Al-maidah : 3)
 Adil ( Qs. An-Nahl :90)
 Akhlak (Qs. As-Saba : 15)

A. Peran Umat beragama dalam mewujudkan masyarakat berpolitik


Modernisasi politik di Indonesia dalam tingkat tertentu telah menimbulkan
sekularisasi politik. Namun di negara yang berideologi Pancasila ini, proses itu tidak
akan mengarah kepada negara sekuler. Hubungan antara agama dan negara adalah
hubungan persinggungan, tidak sepenuhnya terintegrasi dan tidak pula sepenuhnya
terpisah. Di era reformasi ini, modernisasi politik yang demokratisberimplikasi
kepada munculnya partai-partai politik baru, termasuk partai-partai Islam. Di sisi lain,
ekspresi kebebasan dalam kasus-kasus tertentu telah menimbulkan perselisihan dan
konflik yang bisa mengganggu harmoni sosial dan integrasi bangsa. Dalam konteks
inilah agama dapat memberikan kontribusi yang positif sebagai faktor integratif yang
menghargai kemajemukan masyarakat dan bukan sebagai faktor disintegratif yang
mendukung eksklusifisme dalam masyarakat.
Dalam praktik kehidupan kenegaraan masa kini, hubungan antara agama dan negara
dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk, yakni integrated (penyatuan antara agama
dan negara), intersectional (persinggungan antara agama dan negara), dan sekularistik
(pemisahan antara agama dan negara.Bentuk hubungan antara agama dan negara di
negara-negara Barat dianggap sudah selesai dengan sekularismenya atau pemisahan
antara agama dan negara. Paham ini menurut The Encyclopedia of Religion adalah
sebuah ideologi, dimana para pendukungnya dengan sadar mengecam segala bentuk
supernaturalisme dan lembaga yang dikhususkan untuk itu, dengan mendukung
prinsip-prinsip non-agama atau anti-agama sebagai dasar bagi moralitas pribadi dan
organisasi sosial.
Pemisahan agama dan negara tersebut memerlukan proses yang disebut sekularisasi,
yang pengertiannya cukup bervariasi, termasuk pengertian yang sudah ditinjau
kembali. Menurut Peter L. Berger berarti “sebuah proses dimana sektor-sektor
kehidupan dalam masyarakat dan budaya dilepaskan dari dominasi lembaga-lembaga
dan simbol-simbol keagamaan”.
Proses sekularisasi yang berimplikasi pada marjinalisasi agama ini bisa berbeda antara
satu negara dengan negara lainnya, yang terutama dipengaruhi oleh latar belakang
budaya dan sejarah masing-masing masyarakatnya. Negara-negara yang mendasarkan
diri pada sekularisme memang telah melakukan pemisahan ini, meski bentuk
pemisahan itu bervariasi. Penerapan sekularisme secara ketat terdapat di Perancis dan
Amerika Serikat, sementara di negara-negara Eropaselain Perancis penerapannya
tidak terlalu ketat, sehingga keterlibatan negara dalam urusan agama dalamhal-hal
tertentu masih sangat jelas, seperti hari libur agama yang dijadikan sebagai libur
nasional, pendidikan agama di sekolah, pendanaan negara untuk agama, keberadaan
partai agama, pajak gereja dan sebagainya.Bahkan sebagaimana dikatakan Alfred
Stepan kini masih ada sejumlah negara Eropa yang tetap mengakui secara resmi
lembaga gereja (established church) dalam kehidupan bernegara, seperti Inggris,
Yunani dan negara-negara Skandinavia (Norwegia, Denmark, Finlandia, dan Swedia).
[Dengan demikian, baik dalam konsep sistem ketatanegaraan maupun realitas pada
saat ini hubungan antara agama dan negara di Indonesia tetap dalam bentuk yang
kedua (intersectional) atau hubungan persinggungan antara agama dan negara, yang
berarti tidak sepenuhnya terintegrasi dan tidak pula sepenuhnya terpisah. Dalam
hubungan semacam ini terdapat aspekaspek keagamaan yang masuk dalam negara dan
ada pula aspek-aspek kenegaraan yang masuk dalam atau memerlukan legitimasi
agama. Oleh karena itu, seringkali dikatakan bahwa Indonesia bukanlah negara agama
dan bukan pula negara sekuler. Negara Indonesia adalah negara yang secara
kelembagaan berbentuk sekuler tetapi secara filosofis mengakui eksistensi agama
dalam kehidupan bernegara. Bahkan agama sebagai dasar negara secara eksplisit
disebutkan dalam pasal 29 ayat 1, yakni “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha
Esa”. Berdasarkan sila pertama Pancasila dan pasal 29 inilah sejumlah ahli hukum
tata negara, seperti Ismail Suny, mengatakan bahwa sistem ketetanegaraan Indonesia
mengakui tiga bentuk kedualatan, yakni kedaulatan rakyat, kedaulatan hukum dan
kedaulatan Tuhan.[12] Namun hanya dua kedaulatan yang diakui resmi dan
diwujudkan dalam bentuk lembaga negara, yakni kedaulatan rakyat dalam bentuk
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan kedaulatan hukum dalam bentuk Mahkamah
Konstitusi (MK). Pengakuaan akan eksistensi agama dalam kehidupan bernegara
diwujudkan terutama dalam bentuk pengakuan resmi lembaga-lembaga keagamaan
tertentu dalam negara serta adopsi nilainilai dan norma-norma agama dalam sistem
nasional dan pengambilan kebijakan publik, seperti legislasi hukum-hukum agama
(Islam) tertentu menjadi hukum nasional. Di samping itu, negara juga mengakui
eksistensi partai-partai politik dan organisasi-organisasi massa yang berbasis agama.
Hanya saja, kini terdapat perkembangan yang menarik dalam orientasi politik warga
yang sekaligus menggabungkan antara proses sekularisasi dan desekularisasi. Di satu
sisi, terjadi desekularisasi politik dengan munculnya kembali partai-partai agama
(Islam) dan akomodasi nilai-nilai dan norma-norma agama dalam pengambilan
kebijakan publik. Namun di sisi lain terjadi perubahan orientasi politik warga santri
yang tidak otomatis mendukung partai-partai Islam tetapi justru banyak mendukung
partai-partai nasionalis.
Contoh penerapannya:
Agama itu sangat penting dalam segala aspek kehidupan umat manusia selain itu
agama juga berperan untuk menenangkan jiwa dan raga. Salah satunya adalah dalam
hal politik. Jika seseorang pemimpin politik berlandaskan agama dalam hal ini agama
islam yang menjadi landasan dalam memimpin rakyatnya adalah alquran dan hadis
maka pemimpin tersebut tidak akan menindas rakyatnya. Dikarenakan ia telah
mengetahui norma-norma berpolitik dalam islam. Selain itu agama juga berperan
penting dalam persatuan dan kesatuan bangsa karena dalam agama diperintahkan
bersatu dilarang saling curiga.

B. Peran Agama Dalam Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa


Secara naluriah manusia tidak dapat hidup secara individual. Sifat sosial pada
hakikatnya adalah anugerah yang diberikan oleh Allah SWT agar manusia dapat
menjalani hidupnya dengan baik. Dalam faktanya manusia memiliki banyak
perbedaan antara satu individu dengan individu lainnya, di samping tentunya
sejumlah persamaan. Perbedaan tersebut kalau tidak dikelola dengan baik tentu akan
menimbulkan konflik dan perpecahan dalam kehidupan bermasyarakat. Dari
kenyataan tersebut perlu dicari sebuah cara untuk dapat mewujudkan persatuan dan
kesatuan.
Pendekatan terbaik untuk melakukan tersebut adalah melalui agama. Secara normatif
agama Islam lebih khusus Al-quran banyak memberi tuntunan dalam rangka
mewujudkan persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.
Dalam Al-Quran surat Ibrahim ayat 34, Allah SWT berfirman yang artinya :“Dan jika
seandainya engkau hendak menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya tidaklah engkau
mampu menghinggakannya”.
Dengan bangga kita katakan bahwa ajaran Islamlah yang mulamula menanamkan rasa
kesatuan kebangsaan yang ada sekarang. Islamlah yang pertama kali mempersatukan
suku-suku bangsa yang berserak tersebar di seluruh Nusantara, 500 tahun sebelum
dikumandangkannya Sumpah Pemuda tahun 1928.
Berkali-kali sejarah menunjukkan bahwa orang Islam dari suatu daerah dapat menjadi
orang besar di daerah lain, meskipun pada masa itu paham “nasionalisme Indonesia”
belum dikenal. Hal ini karena ajaran Islam menekankan bahwa kehidupan adalah
iman dan amal saleh yang didasari takwa kepada Allah. Kepada orang tidaklah
dipersoalkan apa bangsa dan sukunya, yang diperhatikan lebih dahulu adalah amal
baktinya.
Beberapa prinsip yang di ajarkan Al-Quran untuk tujuan tersebut antara lain :

 Prinsip persatuan dan persaudaraan


 Prinsip persamaan
 Prinsip kebebasan
 Prinsip tolong-menolong
 Prinsip perdamaian
 Prinsip musyawarah

Agama memberikan penerangan kepada manusia dalam hidup bersama termasuk


dalam bidang politik atau bernegara. Penerangan itu antara lain.
1. Perintah untuk bersatu
Islam melalui Al-Quran menganjurkan agar antar kelompok, antar golongan maupun
antar partai saling melakukan ta’aruf (perkenalan). Allah berfirman, yang artinya :
“ Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal.Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara
kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal “. ( QS. Al Hujurat : 13 ).
Pemahaman terhadap Al-Quran surat al-Hujarat ayat 13 menunjukkan bahwa manusia
diciptakan bersuku-suku, dan surat alMukminun ayat 52 menjelaskan bahwa manusia
adalah umat yang satu. Ini berarti berbagai suku, berbagai golongan, berbagai
kelompok, termasuk di dalamnya kelompok politik atau yang lainnya supaya tetap
bersatu. Pengikat persatuan adalah takwa. Karakter takwa antara lain menjalankan
semua perintah Allah sejauh yang diketahui dan menjauhi larangan-Nya. Jadi,
ukurannya gampang kalau orang itu takwa pasti iman dan senang bersatu dan menjaga
persatuan dan kesatuan.
2. Larangan Untuk Saling Curiga
Islam melarang kepada semua orang baik dalam kapasitasnya sebagai individu,
sebagai kelompok sosial, maupun kelompok-kelompok yang lain termasuk kelompok
politik untuk saling curiga, saling melecehkan atau yang semakna dengannya. Allah
berfirman :
“ Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purbasangka (kecurigaan)
karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan
orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu
yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu
merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang “. ( QS. Al Hujurat : 12 ).
Dengan demikian, terhadap orang lain atau kelompok lain haruslah saling
mengembangkan husnuzhan (berprasangka baik). Kalau masingmasing kelompok
saling menaruh husnuzhan tentu akan mempererat hubungan mereka sebagaimana
yang dimaksud dalam ayat 13 surat alHujarat tersebut.
Agama dapat membantu persatuan bangsa jika :
1. Umat berbagai agama mempunyai komitmen bersama pada persatuan bangsa
dengan pemahaman yang sama (common) tentang konsep dan wawasan
kebangsaan Indonesia dengan segala implikasinya.
2. Jika umat berbagai agama mempunyai komitmen bersama pada cita-cita
keadilan dan kesejahteraan. Kita bersama-sama berjuang menegakkan
keadilan dan menciptakan kesejahteraan umum sebagai perwujudan cinta
kasih dan pengabdian kepada sesama. Pada gilirannya, hal itu merupakan
penjabaran iman, cinta kasih, dan pengabdian kepada Tuhan, sekalipun
melalui agama yang berbeda-beda.
3. Jika umat berbagai agama dapat mengembangkan pemahaman bersama
tentang kedudukan agama dalam negara Pancasila. Ini meliputi pengertian
tentang UUD 1945, terutama ideologi Pancasila, sebagai sumber hukum, dan
tentang kebebasan beragama serta implementasinya secara konsisten.
C. Hak asasi Manusia Dalam Perspektif Agama Islam
Didalam islam HAM bersumber pada ajaran Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad
SAW. Menurut islam HAM merupakan hak-hak dasar yang melekat pada diri
mansuia seperti kebebasan, persamaan, perlindungan, dan sebagainya. Dan
merupakan anugerah Allah SWT yang sudah dibawanya sejak lahir ke alam dunia.
Hak-hak dasar (asasi), meliputi :
1. Hak Persamaan dan Kebebasan

 Persamaan di dalam Politik dan Hukum


 Hak berekspresi dan mengeluarkan pendapat
 Hak berpartisipasi dalam Politik dan pemerintahan
 Hak wanita sederajat dengan pria (persamaan)
 Hak kebebasan memilih agama
 Hak dan kesempatan yang sama untuk memperoleh kesejahteraan
sosial
 Hak kebebasan bertempat tinggal dan mencari serta memberi suaka

2. Hak Hidup, Perlindungan dan Kehormatan

Hak Hidup dan Memperoleh Perlindungan


Hak atas Kehormatan Pribadi
Hak Anak dari Orangtua
Hak Memperoleh Pendidikan dan Berperanserta dalam Perkembangan
Iptek
 Hak Untuk Bekerja dan Memperoleh
 Imbalan
 Hak Tahanan dan Narapidana
3. Hak Kepemilikan
 Hak kepemilikan pribadi
 Hak menikmati hasil/produk dan hak ciptanya
 Hak menikah dan berkeluarga

Anda mungkin juga menyukai