Evaluasi Kinerja Ball Mill
Evaluasi Kinerja Ball Mill
SKRIPSI
OLEH :
RANDY PRADIKA
NIM. 1031411052
HALAMAN PENGESAHAN
RANDY PRADIKA
NIM. 1031411052
ii
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
SKRIPSI
RANDY PRADIKA
NIM. 1031411052
Penguji I, Penguji II
iii
iv
RANDY PRADIKA
NIM. 1031411052
iv
v
Sebagai sivitas akademik Universitas Bangka Belitung, saya yang bertanda tangan
di bawah ini :
‘‘Evaluasi Kinerja Alat Ball Mill Berdasarkan Ukuran Produk Bijih Timah Primer
Unit Pengolahan Di PT Menara Cipta Mulia Desa Senyubuk Kabupaten Belitung
Timur’’.
Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini Universitas Bangka Belitung berhak
menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan mempublikasikan skripsi saya selama tetap
mencamtumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Dibuat di : Pangkalpinang
Pada tanggal : Januari 2022
Yang menyatakan,
` RANDY PRADIKA
NIM. 1031411052
v
vi
INTISARI
vi
vii
ABSTRACT
PT MCM is a primary tin mining company that performs primary tin mining
using the open pit mining method. Primary tin ore processing includes
comminution, sizing, and concentration activities. Grinding using a ball mill is an
advanced process that aims to reduce the grain size of the material in order to
obtain a finer grain size (fine material) and prepare the right grain size for the
concentration process, which is 60 to -200 mesh. In this study, the variables used
are feed rate, number of ball mill rotations with), and water rate. The experiment
was used 27 times with variable settings in combination in order to obtain effective
scouring results. Variable feed rate, rpm, and water rate greatly affect the grinding
results. The higher the feed rate, the number of rotations, and the water rate, the
higher the ball mill scouring results, but if these variables are too high, it causes
the spill capacity so that the scour volume decreases. The effectiveness of grinding
results was obtained on sample 23 with the highest production value reaching
88.4%. The effective value is obtained from setting the feed rate variable 300 to 400
kg/hour, rpm 45 rounds, and water rate 1,512 ℓ/hour. The maximum feed rate that
can be done is 398.4 kg/hour per day, which is 3 tons/day. Thus, the company's
target ball mill work average of 3 tons/day can be achieved.
vii
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, rezeki
dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua saya yang selalu mendukung, mendoakan dan memberi
semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Delita Ega Andini, S.T., M.T selaku Ketua Jurusan Teknik Pertambangan
Universitas Bangka Belitung.
3. Bapak Guskarnali S.T.,M.TIrvani, S. T., M.Eng selaku dosen pembimbing I.
4. Bapak E.P.S.B. Taman Tono, S.T.,M.Si selaku dosen pembimbing II.
5. Dosen dan Staf Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Bangka Belitung.
6. Bapak Supriyadi, S.T. selaku pembimbing lapangan di PT Menara Cipta Mulia.
7. Segenap Karyawan PT Menara Cipta Mulia.
8. Seluruh teman-teman seperjuangan Jurusan Teknik Pertambangan Universitas
Bangka Belitung.
9. Semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung
yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah berjasa dalam penulisan
skripsi ini.
viii
ix
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang
berjudul:
‘‘EVALUASI KINERJA ALAT BALL MILL BERDASARKAN
UKURAN PRODUK BIJIH TIMAH PRIMER UNIT PENGOLAHAN PT
MENARA CIPTA MULIA DESA SENYUBUK KABUPATEN BELITUNG
TIMUR’’.
Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi persyaratan guna meraih gelar
Sarjana S-1 pada Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Bangka Belitung.
Pokok-pokok bahasan berdasarkan pengamatan di lapangan dan pengujian
langsung di laboratorium meliputi pengaruh variabel laju umpan, jumlah putaran
dan laju air terhadap hasil gerusan Ball Mill dan efektivitas hasil gerusan bijih timah
primer di PT Menara Cipta Mulia.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini
masih banyak kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan ke depan.
RANDY PRADIKA
NIM. 1031411052
ix
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN............................ iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................. v
INTISARI ......................................................................................................... vi
ABSTRACT ....................................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
x
xi
xi
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Mineral Cassiterite ...................................................................... 10
Gambar 2.2 Ball Mill....................................................................................... 15
Gambar 2.3 Pergerakan material di dalam Ball Mill....................................... 16
Gambar 2.4 Gaya-gaya yang bekerja pada proses grinding ............................ 16
Gambar 2.5 Kurva hubungan charge factor dan speed factor ........................ 19
Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian .................................................................. 22
Gambar 3.2 Diagram alir penelitian ................................................................ 26
Gambar 4.1 Ball Mill....................................................................................... 27
Gambar 4.1.1 Ukuran butir tertahan pada setiap nomor saringan ...................... 29
Gambar 4.1.2 Grafik berat butir tertahan hasil penelitian .................................. 30
Gambar 4.1.3 Grafik nilai efektivitas hasil gerusanBallMill ............................. 36
Gambar A.1 Mesin Ball Mill............................................................................ 42
Gambar B.1 Pengaturan laju umpan ................................................................ 43
Gambar D.1 Perhitungan laju air...................................................................... 54
Gambar E.1 Berat butir tertahan ...................................................................... 55
Gambar G.1 Peralatan pendukung penelitian ................................................... 60
Gambar H.1 Dokumentasi penelitian ............................................................... 62
xii
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Deskripsi timah ................................................................................. 10
Tabel 2.2 Proses pengecilan ukuran bahan galian ............................................ 13
Tabel 3.1 Jadwal kegiatan penelitian ................................................................ 23
Tabel 4.1 Berat butir tertahan hasil penelitian .................................................. 29
Tabel 4.2 Berat butir tertahan hasil penelitian .................................................. 32
Tabel 4.3 Rata-rata pengukuran laju umpan ..................................................... 38
Tabel A.1 Spesifikasi Ball Mill ......................................................................... 42
Tabel B.1 Rata-rata laju umpan ......................................................................... 43
Tabel C.1 Pengaturan jumlah putaran ............................................................... 53
Tabel E.1 Berat butir tertahan ........................................................................... 55
Tabel F.1 Data berat butir tertahan ................................................................... 57
xiii
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Proses penggerusan bijih timah primer yang tidak efektif mengakibatkan biaya
produksi tinggi. Maka dari itu, perlu dilakukan pengaturan variabel pada Ball Mill
untuk mendapatkan hasil gerusan yang efektif. Hal ini melatar belakangi peneliti
untuk melakukan penelitian tugas akhir.
4
6
5
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
6
bongkahan batu. Screener berfungsi sebagai klasifikasi ukuran material yang di
reduksi menjadi mesh. Prinsip kerja mesin screener Ball Mill dimulai dari
perputaran tubuh barel yang kemudian menghasilkan gaya sentrifugal, steel ball
akan terbawa pada ketinggian tertentu dan jatuh untuk membuat material
tergiling. Setelah proses penggilingan maka tahap selanjutnya serbuk
dipisahkan dengan bola baja dengan menggunakan sebuah screening. Secara
umum proses reduksi melalui dua proses berbeda dari Ball Mill kemudian
screening untuk menghasilkan mineral yang lebih halus. Dalam percobaan ini
parameter yang digunakan adalah kecepetan putaran dan jumlah bola baja yang
digunakan. Hasil proses pengujian dilakukan sebanyak 5 kali percobaan
diperoleh massa paling banyak tertampung yaitu pada kecepatan screening 50
rpm dengan massa 985 gr dengan jumlah 45 bola baja. Sedangkan massa paling
sedikit tertampung yaitu pada kecepatan screening 40 rpm dengan massa 810 gr
dengan jumlah 30 bola baja yang digunakan sebagai media penghancur pada
proses milling.
3. Sugeng (2018), dalam penelitiannya mengenai daur ulang pasir silika bekas inti
cor melalui teknik Ball Mill untuk mengembalikan daya ikatnya. Tujuan
penelitian ini adalah menghancurkan kembali bongkahan pasir inti bekas cor ke
dalam mesin Ball Mill. Metode yang digunakan dengan Teknik pengecoran.
Metode ini mempunyai banyak keuntungan yaitu dapat menghasilkan benda
sesuai dengan aslinya, tidak dibatasi oleh ukuran dan sesuai untuk produk
massal. Media yang sering digunakan adalah pasir dan sebagian pola dilengkapi
dengan inti cor. Pasir silika digunakan pengrajin cor untuk membuat inti cor.
Pasir silika ini hanya bisa digunakan untuk sekali pakai untuk satu cetakan. Pasir
silika tidak dapat digunakan lagi karena tidak mempunyai daya ikat antar
partikelnya. Dalam percobaan ini dilakukan 7 kali percobaan dengan parameter
yang digunakan dengan melakukan variasi kecepatan putar, waktu giling,
diameter dan jumlah bola baja yang digunakan per 1000 gr. Pasir silika
selanjutnya dilakukan pengayakan dengan menggunakan mesh 100 dan 150.
Hasil penggilingan dengan teknik Ball Mill menunjukkan bahwa kecepatan
putar mesin Ball Mill yang meningkat tidak secara signifikan meningkatkan
22
presentase hasil. Penambahan waktu giling mampu meningkatkan persentase
hasil untuk semua ukuran mesh. Penambahan waktu giling dari 30 menjadi 60
menit pada kecepatan putar yang sama dan penambahan diameter bola dari 20
menjadi 25 mm mampu meningkatkan 14,10% lebih tinggi pada mesh 100.
Perlakuan yang sama dengan mesh 150 terjadi peningkatan sebesar 3,88%. Pasir
silika daur ulang digunakan untuk membuat kembali inti cor. Semakin kecil
ukuran mesh pasir silika menunjukkan ikatan partikel yang lebih kuat dengan
bentuk pola inti yang lebih sempurna.
4. Cik. A (2020), dalam penelitiannya mengenai kajian produksi Ball Mill dalam
menentukan efektivitas penggerusan bijih timah primer di CV persada tambang
intitama tk 4218 paku kabupaten bangka selatan. Tujuan pada penelitiannya
adalah menganalisis ukuran butir dengan menggunakan shieve shaker untuk
mendapatakan ukuran butir 80 s.d. 200 mesh. Metode yang digunakan adalah
metode kuantitatif, dengan melakukan perubahan tiga variabel yang dilakukan
pada Ball Mill yaitu laju umpan, ukuran umpan, dan laju air sebagai variabel
ubahnya. Laju umpan yang digunakan yaitu 7-8 TPH, 8-9 TPH, dan 9-10 TPH.
Laju air yang digunakan yaitu 5.760 ℓ/jam, 9.576 ℓ/jam, dan 10.800 ℓ/jam.
Percobaan dilakukan sebanyak 27 kali dengan pengaturan variabel secara
kombinasi agar mendapatkan efektivitas hasil gerusan Ball Mill. Jumlah putaran
80 rpm merupakan yang paling bagus karena bola baja bergerak mengelilingi
seluruh permukaan dalam Ball Mill dan memberikan tumbukan kepada material
yang digerus dari semua sisi Ball Mill sehingga material dapat tergerus dengan
sempurna. Semakin tinggi laju umpan, rpm, dan laju air mengakibatkan berat
butir tertahan yang dihasilkan semakin tinggi yang dapat dilihat pada sampel 1-
24. Berat butir tertinggi yang dihasilkan terdapat pada sampel 24 dengan nilai
233,5 gr, sedangkan berat butir terendah yang dihasilkan terdapat pada sampel 1
dengan nilai 63 gr. Berat butir tertinggi terdapat pada sampel 24 dengan nilai
233,5 gr dengan parameter laju umpan 9 s.d 10 TPH, jumlah putaran 80 rpm,
dan Laju air 10.800 ℓ/jam.
23
2.2 Geologi Regional
Secara regional, lokasi penelitian termasuk ke dalam Peta Geologi Lembar
Belitung, Sumatera (Baharuddin dan Sidarto; 1995), yang disusun oleh Aluvium,
Pasir berkarbon, Formasi Tajam, Formasi Kelapa kampit, Formasi Siantu, Granit
Tanjungpandan, Adalemit Baginda, Granodiorit Burungmandi, Diorit Kuarsa
Batubesi. Struktur geologi yang berkembang di daerah ini antara lain, lipatan, sesar,
kekar (Baharuddin dan Sidarto; 1995). Arah sumbu lipatan umumnya Barat laut-
Tenggara, sedangkan sesar berarah Timur laut-Barat daya. Kegiatan tektonik
dimulai pada masa Permo-Karbon yang menghasilkan endapan sedimen “flysch”
Formasi Kelapa kampit, bersamaan dengan itu terjadi tumbukan yang membentuk
Formasi Siantu. Pada masa trias terjadi kegiatan magmatik yang menghasilkan
Granit Tanjung pandan yang membawa kasiterit primer. Selama awal Jura kegiatan
magmatik berlanjut dan menghasilkan penerobosan batuan adalemit baginda,
kegiatan magmatik ini berakhir pada akhir kapur dengan terbentuknya terobosan
batuan-batuan diorit dan granodiorit. Sejak kapur akhir sampai kuarter berlangsung
proses erosi dan pengendapan yang menghasilkan endapan pasir karbonan dan
aluvium. Granit Tanjung pandan terfoliasi, berwarna kelabu muda, holokristalin,
berbutir kasar-sangat kasar. Mineral penyusunnya terdiri atas: kuarsa, feldspar,
plagioklas, biotit dan hornblende.
24
mengandung cassiterite dan galena. Tebal pelapisan 5-20 cm. Batu lumpur
berwarna hitam, berlembar, tebal pelapisan 4-6 m. Batulanau tufan kelabu muda,
kompak, tebal pelapisan 1-4 m. rijang, kelabu muda kemerahan, kersikan,
mengandung radiolaria tebal pelapisan 10-20 m. Formasi ini berumur Permo-
Karbon. Formasi ini terendapkan dalam lingkungan laut denga ketebalan yang
tersingkap lebih dari 500 m.
b. Formasi Tajam (PCTm)
Tersusun oleh batupasir kuarsa bersisipan lanau terlipat sedang hingga kuat
dan termalihkan rendah. Batupasir bewarna putih-hijau, padat, berbutir halus
sampai kasar, menyudut tanggung-membundar, memperlihatkan lapisan
tersusun dan sejajar, terkekarkan. Batulanau berwarna hijau sampai kecoklatan,
termalihkan sedang, tebal lapisan 2-40 cm. Biji timah primer dijumpai bersama
kuarsa dalam urat rekah dan jejaring. Formasi ini diduga menjari dengan
Formasi kelapa kampit yang berumur Permo-Karbon.
c. Formasi Siantu (PCsv)
Terdiri dari lava basal dan breksi gunung api. Lava basal, hijau tua, pejal,
kasat mata, setempat menunjukkan struktur lava bantal. Kemas antar butir terdiri
atas plagioklas, piroksen, dan mineral sekunder klorit, kalsit. Breksi gunung api,
fragmen umumnya basal berukuran 20-40 cm, menyudut tanggung –
membundar tanggung dengan matrik pasir kasar. Satuan ini terendapkan dalam
lingkungan laut dan diduga menjemari dengan kelapa kampit.
d. Granit Tanjung Pandan (Trtg)
Tersusun oleh granit, terdaunkan kelabu muda, holokristalin, berbutir kasar-
sangat kasar, butir hipidiomorfik terdiri atas kuarsa, feldspar, plagioklas, biotit
horenblenda. Batuan ini termasuk dalam tipe “S” mengandung greysand yang
kaya mineral cassiterite primer. Umur mutlaknya berdasarkan K-Ar berkisar
dari 208-245 juta tahun yang lalu.
e. Adamelit Baginda (Jma)
Berupa adamelit, kelabu sampai kehijauan, holokristalin, equigranular yang
Berupa adamelit, kelabu sampai kehijauan, holokristalin, equigranular berbutir
kasar dengan mineral penyusun terdiri atas kuarsa, feldspar, plagioklas, biotit,
25
horenblenda, serta mineral sekunder seperti klorit, karbonat, limonit, dan oksida
besi. Berdasarkan analisis kimia batuan ini termasuk ke dalam tipe granit “I”
yang tidak mengandung mineral cassiterite. Umur mutlaknya berkisar 160-208
juta tahun.
f. Granodiorit Burung Mandi (Kbg)
Tersusun oleh granodiorit kelabu muda sampai kehijauan, holokristalin,
equigranular, hipidiomorfik. Mineral penyusun adalah kuarsa, plagioklas,
felspar,biotit, horenblenda, dan mineral sekunder seperti klorit, karbonat dan
oksida besi. Berdasarkan hasil analisa kimia, batuan ini termasuk ke dalam granit
tipe “I”. Umur mutlaknya 115-180 juta tahun.
g. Diorit Kuarsa Batu Besi (Kbd)
Terdiri dari diorit kuarsa, warna hijau - kelabu muda, holokristalin, berbutir
sedang, hipidiomorfik granular, mineral penyusunnya adalah kuarsa, plagioklas,
K-felspar, biotit, hornblenda klorit, dan oksida besi.
h. Alluvium (Qa)
Terdiri dari bongkah, kerakal, kerikil, pasir, lempung, dan gambut, pasir
berkarbon (Qpk) berupa pasir karbonan kehitaman bersisipan lempung. Tidak
padu, berbutir sedang sampai halus, mengandung mineral berat dan lignit. Di
setempat dijumpai lapisan yang mengandung mineral cassiterite. Satuan ini
mendidih tak selaras batuan Pra Tersier, ketebalan sekitar 1-5 m.
2.4 Timah
Menurut Sukandarrumidi (2007), timah putih komersial berasal dari mineral
cassiterite, stannit, dan tealit. Proses pembentukan bijih timah (Sn) berasal dari
magma cair yang mengandung mineral kasiterit (SnO2). Pada saat intrusi batuan
granit naik ke permukaan bumi, maka terjadi fase pneumatolitik, dimana terbentuk
mineral-mineral bijih diantaranya bijih timah (Sn). Mineral ini terakumulasi dan
terasosiasi pada batuan granit maupun di dalam batuan yang diterobosnya, yang
pada akhirnya membentuk vein-vein (urat) pada batuan samping yang
diterobosnya. Berikut gambar mineral cassiterite beserta deskripsinya dapat dilihat
pada gambar 2.1 di bawah ini :
26
Gambar 2.1 Mineral cassiterite (PPBT Pemali, 2019)
Tabel 2.1 Deskripsi timah (Sukandarumidi,2007)
No. Deskripsi Keterangan
1. Nama mineral dan rumus kimia Kasiterit (SnO2)
2. Sistem Kristal Tetragonal
3. Belahan Tidak sempurna - (100)
4. Kekerasan 6–7
5. Berat Jenis 6,99 - 7 (7 gr/m3)
6. Kilap Intan sampai sublogam
7. Warna Cokelat kemerahan sampai hitam
Di dalam urat-urat bersama kuarsa di
8. Keterdapatan
granit, pada umumnya banyak ditemukan
dalam hidrotermal temperatur tinggi
27
2.5 Endapan Timah Primer
Menurut Taylor (1985), endapan bijih timah akan termanifestasi pada 2 tipe
yaitu endapan primer atau hipogen dan endapan sekunder atau supergen. Endapan
primer merupakan endapan bijih timah yang terkonsentrasi pada batuan pembawa
bijih timah tersebut. Mineral yang mengandung timah masih berada di dalam batuan
bersama dengan mineral-mineral lain penyusun granitoid, yang merupakan batuan
pembawa bijih timah. Sedangkan endapan timah letakan atau disebut juga endapan
supergen merupakan endapan timah yang sudah terlepas dari batuan pembawanya,
kemudian tertransportasi dan terendapkan/terkonsentrasi di suatu tempat tertentu.
Menurut Sudrajat (1996), intrusi magma granit yaitu intrusi magma pembawa
bijih terjadi di dalam zaman Yura. Magma granit yang mempunyai temperatur dan
tekanan yang tinggi menerobos batuan sedimen. Selain mengandung kasiterit juga
antara lain mengandung mineral-mineral wolframit, nebeolit, malibdenit, magnetik,
monazit, zirkon dan ilmenit. Selama magma granit menerobos batuan sedimen
terjadi penurunan tekanan dan temperatur sehingga mineral-mineral yang
mempunyai titik leleh tinggi akan mengkristal lebih dahulu, sedangkan dalam
magma granit sendiri mengandung bermacam-macam mineral dengan tingkat
kristalisasi berbeda-beda, sehingga pada waktu pembekuan magma membentuk
batholit granit, terbentuklah mineral-mineral magnetik, kasiterit, wolframit dan
juga antara lain kuarsa, orthoklas, plagioklas dan biotit.
Timah primer adalah penerobosan granit yang mengandung unsur timah
dimana butir kasiterit masih terikat pada batuan dasarnya. Proses pembentukan bijih
timah primer bisa diterangkan melalui dua tahap, yaitu tahap pemisahan magma
yang akan menghasilkan larutan pembawa bijih timah dan proses pengendapan
larutan pembawa bijih timah tersebut. Timah primer merupakan endapan timah
yang belum mengalami pelapukan, umunnya berbentuk urat-urat polimetalik.
Mayoritas endapan timah ditemukan melimpah berasosiasi dengan granit tipe S dan
sangat sedikit dengan granit tipe I. Timah primer terdapat pada endapan greisen,
yang merupakan agregat granoblastik dari kuarsa dan muskovit dengan sejumlah
mineral asesoris seperti topas, turmalin dan florit.
28
Menurut Wills (2006), pengolahan bahan galian yang dapat disebut juga
dengan mineral processing technology yang merupakan suatu proses pengolahan
bahan galian atau mineral untuk memisahkan mineral berharga dari mineral
pengotornya yang kurang berharga dengan memanfaatkan perbedaan sifat-sifat
fisik dari mineral tersebut tanpa mengubah identitas kimia dan fisik dari produk
tersebut. Proses pengolahan bahan galian biasanya dilakukan dilokasi tambang
untuk mendapatkan konsentrat yang kadarnya sudah lebih tinggi dari semula,
sehingga mempunyai nilai ekonomis untuk dilakukan proses pengolahan ketahap
selanjutnya.
Menurut Tobing (2002), pengolahan bahan galian (mineral dressing)
merupakan istilah yang digunakan untuk mengolah semua jenis bahan galian
tambang yang berupa mineral, batuan, bijih, atau bahan galian lainnya yang
ditambang atau diambil dari endapan-endapan alam pada kulit bumi untuk
dipisahkan menjadi produk berupa satu macam atau lebih bagian mineral yang
dikehendaki dan bagian yang tidak dikehendaki, tujuan dari pengolahan bahan
galian adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kadar dan harga jual bahan galian
2. Memisahkan mineral berharga dengan mineral pengotornya
3. Memisahkan mineral berharga satu dengan lainnya
4. Mengurangi kehilangan jumlah mineral berharga
5. Mengurangi biaya pengangkutan
Menurut Tobing (2002), pengolahan bahan galian dalam prosesnya terdiri
dari dua proses yaitu sebagai berikut:
1. Liberation (liberasi) yaitu melepaskan atau membebaskan mineral-mineral
berharga dari ikatan mineral ikutannya (mineral pengotor) dengan cara
pengecilan ukuran, sehingga terjadi pelepasan masing-masing butiran mineral
tersebut.
2. Concentration (konsentrasi) yaitu proses memisahkan mineral berharga tersebut
dari mineral pengotornya yang sudah terbebaskan.
Secara umum proses pengolahan bahan galian terdiri dari beberapa langkah
29
operasi:
1) Comminution (pengecilan ukuran)
Comminution merupakan kegiatan proses pengecilan ukuran, dilakukan dengan
cara memecah bongkah batuan besar yang diperolah dari tambang menjadi butiran-
butiran yang lebih kecil sehingga terjadi pelepasan (liberasi) dari mineral- mineral
yang berbeda atau diperoleh ukuran butiran yang diinginkan. Comminution
(peremukan) dan grinding (penggerusan), Crushing adalah penghancuran tingkat
pertama dengan menggunakan alat crusher, menghasilkan produk yang masih kasar
berukuran lebih dari satu sentimeter. Grinding atau penggerusan menghasilkan
produk yang berukuran lebih kecil dari 100 mesh.
Comminution dalam pelaksanaannya terdiri dari beberapa tahap tergantung
pada besarnya ukuran umpan (feed) dan ukuran produk yang diinginkan serta proses
pengolahan berikutnya. Proses pengecilan ukuran dapat dibagi menjadi 3 tahap,
yaitu:
1. Primary crushing
2. Secondary crushing
3. Tertiary crushing (fine grinding)
Tabel 2.2 Proses pengecilan ukuran bahan galian (Wills, 2006)
Ukuran Ukuran
No. Klasifikasi Alat
Feed Produk
1. Primary crushing 1. Jaw Crusher 12-60 inchi 4-6 inchi
2. Gyratory Crusher 12-60 inchi 4-6 inchi
2. Secondary crushing 1. Cone Crusher Otsuka 5-8 inchi 1/2-3/8 inchi
2. Roll Crusher
3. Gravity Stamp Mill
4. Hammer Mill
3. Tertiary crushing/ 1. Ball Mill 3 inchi 50-200
mesh
fine grinding 2. Tube Mill
3. Roll Mill
30
Sizing atau penyeragaman ukuran adalah proses pemisahan butiran mineral
menjadi bagian-bagian (fraksi) yang berbeda dengan ukurannya sehingga setiap
fraksi terdiri dari butiran-butiran yang hampir sama ukurannya. Sizing dapat
dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
a. Penyaringan atau pengayakan (sieving/screening) yang merupakan pemisahan
butir mineral berdasarkan besar lubang ayakan pada saringan sehingga didapat
hasil yang seragam.
b. Klasifikasi (classifying) merupakan pemisahan butiran mineral berdasarkan
kecepatan jatuh butiran di dalam air atau udara sehingga didapatkan hasil yang
seragam.
3) Concentration (konsentrasi)
Concentration merupakan proses pengolahan bahan galian yang bertujuan untuk
memisahkan mineral berharga dari mineral pengotornya yang kurang berharga agar
didapatkan kadar yang tinggi. Berdasarkan perbedaan sifat fisik dari
mineral-mineral, maka proses konsentrasi dapat dibagi menjadi 4 (empat) macam,
yaitu:
a. Konsentrasi gravimetric yaitu pemisahan berdasarkan perbedaan gaya berat.
b. Konsentrasi magnetic yaitu pemisahan berdasarkan sifat kemagnetan.
c. Konsentrasi elektrostatic yaitu pemisahan berdasarkan perbedaan sifat daya
hantar listrik.
d.Konsentrasi flotation yaitu pemisahan berdasarkan sifat fisik permukaan mineral
terhadap pengaruh bahan kimia.
4) Dewatering (pengeringan)
Dewatering merupakan suatu proses untuk mengurangi/menghilangkan
kandungan air hasil akhir proses pengolahan bahan galian yang menggunakan air
dalam operasinya. Dewatering dapat dilakukan dalam tiga tahap yaitu:
1. Pengentalan (thickening)
2. Penyaringan (filtering)
3. Pengeringan (drying).
2.7 Ball Mill
31
Ball Mill merupakan salah satu jenis alat fine grinding dengan menggunakan
bola baja sebagai grinding media karena bola-bola memiliki luas permukaan per
unit berat lebih besar dari Rod, maka balls lebih baik untuk hasil akhir yang
bagus/halus. Bentuk dari mesin Ball Mill pada umumnya berupa tabung dengan
poros horizontal. Tabung ini memiliki beberapa butir besar bola keras yang berasal
dari bahan baja, besi karet, atau jenis logam keras lain. Keberadaan bola-bola inilah
yang membuatnya memiliki nama Ball Mill (Wills,2006). Ball Mill dapat dilihat
pada Gambar 2.2 sebagai berikut:
32
Gambar 2.3 Pergerakan material di dalam Ball Mill (Wills, 2006)
2.7.1 Mekanisme Kerja Dari Grinding Ball Mill
Menurut Ardra 2019, pengecilan ukuran pada penggerusan tergantung pada
seberapa besar partikel bijih untuk dapat digerus. Penggerusan terjadi oleh adanya
beberapa gaya yang bekerja pada partikel bijih tersebut adapun mekanisme kerja
dari grinding ini adalah dengan memanfaatkan gaya yang bekerja untuk memecah
umpan, gaya-gaya tersebut antara lain:
a. Impact atau penekanan, dimana gaya diberikan hampir ke seluruh permukaan
partikel.
b. Chipping, dimana gaya memiliki sudut tertentu.
c. Abration (gesek), dimana gaya paralel terhadap permukaan partikel.
Gaya-gaya yang bekerja pada proses grinding dapat dilihat pada Gambar 2.4
sebagai berikut:
a b c
Gambar 2.4 Gaya-gaya yang bekerja pada proses grinding (Wills, 2006)
Ball Mill adalah peralatan berbentuk silinder di dalamnya terdapat bola baja
sebagai media grinding. Tube mill terdiri atas dua ruang (chamber), chamber1
untuk penggilingan kasar dan chamber 2 untuk penggilingan halus. Proses
33
penggilingan raw material menggunakan grinding media yang berupa bola baja
yang memiliki ukuran diameter yang bervariasi, bola baja berbentuk bola yang
terbuat dari material yang tersusun atas unsur C (karbon), Cr (Kromiun) dan Mo
(Molibdenum), dengan komposisi yang berbeda-beda sesuai dengan ukuran
diameter bola baja nya. Di dalam Tube mill terdapat liner yang berfungsi untuk
melindungi permukaan bagian dalam mill dari grinding media dan berfungsi untuk
mengangkat bola baja untuk menghasilkan efek tumbukan dan efek penggerusan
pada material, sehingga dihasilkan material yang halus. Ada beberapa jenis liner,
antara lain:
1. Lifting liner yaitu liner yang berada pada chumber 1, yang mengangkat steel ball
untuk menghasilkan efek tumbukan pada material.
2. Classifying liner yaitu liner yang berada pada chumber 2, yang mengangkat
steel ball untuk menghasilkan efek penggerusan pada material.
3. Mill head liner yaitu liner yang berada pada bagian input Tube Mill untuk
melindungi dinding bagian dalam tube mill dari tumbukan steel ball.
4. Slot plate dan blind plate liner yaitu liner yang berada pada intermediate
diafragma dan output Tube Mill, yang berfungsi untuk memisahkan material
yang kasar dan material halus yang dibawa oleh aliran gas panas. Aspek penting
yang berkaitan dengan pemilihan bahan dan ukuran dari Ball Mill diantaranya
adalah :
1. Ukuran Material
Semakin besar ukuran bongkahan material yang akan dihaluskan, maka
ukuran Ball Mill juga perlu lebih besar.
2. Kepadatan dan Kekerasan Material
Semakin keras dan padat materinya membuat proses penghancuran juga akan
lebih sulit. Diperlukan Ball Mill dengan tingkat kepadatan dan kekerasan
yang melebihi kondisi materi.
3. Komposisi Material
Material tertentu akan mengalami reaksi kimia terhadap material lain atau
menimbulkan reaksi tertentu seperti ledakan, berkorosi, pembentukan residu
dan sebagainya. Jadi perhatikan efek kimia dan efek fisika antara perpaduan
34
material dengan bahan Ball Mill.
Menurut Schlanz (1987), variabel yang mempengaruhi efektivitas proses
penggerusan yaitu:
1. Perubahan laju dari umpan
Laju pengumpanan akan berpengaruh terhadap kapasitas dan waktu tinggal
(residence time). Semakin tinggi laju pengumpanan maka kapasitas produksi alat
semakin tinggi.
2. Perubahan beban sirkulasi
Loading material umpan berpengaruh terhadap efektivitas milling, semakin lebar
rasio material yang masuk terhadap kapasitas ruang Ball Mill maka efektivitas
penggerusan akan berkurang. Hal ini akan berpengaruh terhadap waktu tinggal
yang lebih lama.
3. Ukuran umpan
Ukuran umpan yang masuk ke Ball Mill akan mempengaruhi efektivitas milling,
perbandingan ukuran grinder terhadap ukuran umpan haruslah berkesesuaian
sehingga didapat nilai efektivitas penggerusan yang tinggi. Semakin kecil
ukuran umpan berpengaruh terhadap kecepatan dalam proses penggerusan.
4. Kekerasan dari bijih
Kekerasan bijih menjadi faktor penting dalam proses milling, kekerasan bijih
akan mempengaruhi pemilihan jenis grinder yang tepat agar dicapai efektivitas
penggerusan dan ketahanan grinder itu sendiri.
5. Laju air
Laju air berperan penting dalam proses pengolahan, air sebagai sarana
transportasi media pada Ball Mill. Semakin tinggi laju maka semakin cepat
material tertransportasi pada proses milling. Ball Mill pada umumnya beroperasi
dengan 65% padatan.
6. Bola Baja
Bola baja merupakan media yang digunakan untuk menggerus material yang
akan digerus pada Ball Mill yang terbuat dari baja berbentuk bola. Bola baja
memiliki ukuran yang berbeda-beda.
2.7. 2 Menghitung Dan Menentukan Jumlah Ball Mill
35
Jumlah mill adalah jumlah mill yang digunakan untuk menggerus bijih dari
ukuran umpan, d1 menjadi ukuran produk d2 pada laju pegumpanan tertentu dalam
ton/jam. Menurut Ardra (2019) Jumlah mill dihitung dengan persamaan berikut:
Jumlah mill = Power Grinding/Power Draft.
Menurut Ardra (2019), Ada beberapa definisi yang terkait dengan istilah-
istilah yang digunakan dalam penentuan jumlah mill atau Ball Mill atau Rod Mill.
Definisi-definisi ini harus dipahami benar sebelum dapat menghitung jumlah mill
yang akan digunakan dalam suatu pabrik pengolahan. Aspek penting yang berkaitan
dengan penentuan bahan jumlah mill atau Ball Mill diantaranya adalah : 1.
Dimensi Mill dan Variabel Operasi Ball Mill
Diameter mill adalah diameter dari mill baik Ball Mill atau rod mill, biasanya
dinotasikan dengan huruf D dalam meter. Panjang mill adalah panjang dari mill,
baik Ball Mill atau Rod Mill, biasanya dinotasikan dengan huruf L, dalam meter.
Charge (%) adalah rasio volume muatan terhadap volume Ball Mill. Istilah ini
biasa juga disebut dengan persen mill loading atau persen charge. Speed (%) adalah
rasio kecepatan putar mill terhadap kecepatan kritits, Nc. Istilah ini biasa juga
disebut dengan speed factor atau persen critical speed. Sg ore adalah spesifik
gravitasi bijih yang akan diolah. Sg adalah spesifik gravitasi grinding media yang
digunakan. Gm adalah diameter grinding media, diameter media maksimum yang
dapat dipakai.
2. Tipe Mill
Tipe mill adalah jenis-tipe mill yang dipakai dan didasarkan pada cara
pengeluran, jenis grinding media, dan cara operasinya basah atau kering. Setiap
tipe mill memiliki indeks tersendiri. Indeknya dinotasikan dengan KMt. Jadi nilai
KMt merupakan nilai dari pengaruh perbedaan tipe mill. Untuk Ball Mill dengan
pengeluaran overflow cara basah maka indeks dari pengaruh tipe mill atau
KMt adalah 1,0. Untuk Ball Mill cara basah dengan diaphragma dan Rod Mill
peripheral cara basah nilai KMt adalah 1,13. Untuk Ball Mill diaphragm cara kering
dan Rod mill peripheral cara kering nilai KMt adalah 1.25.
3. Power Draft
36
Power draft adalah energi yang diperlukan untuk operasi penggerusan oleh satu
mill. Mill yang digunakan memiliki diameter mill D, panjang mill L dengan persen
charge dan persen speed tertentu. Power draft dinyatakan dalam daya listrik,
kilowatt, atau kw. Power draft dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut: Power draft = 8,4 x( D)2,5 x L x KL x KSP x KMt. KL adalah Loading factor
yang menyatakan nilai dari pengaruh persentase muatan mill, atau charge persen
atau persen mill loading. KSP adalah speed factor yang menyatakan nilai dari
pengaruh kecepatan putar mill, atau persen speed, atau persen critical speed.
KMt adalah mill tipe faktor yang menyatakan nilai dari pengaruh perbedaan jenis-
tipe mill grinding. Untuk menentukan nilai dari KL dan KSP gunakan kurva pada
Gambar 2.5 di bawah ini.
Gambar 2.5 Kurva hubungan charge factor dan speed factor (Ardra, 2019)
4. Power Grinding
Power Grinding adalah energi yang dibutuhkan untuk menggerus bijih dari
ukuran umpan, d1 menjadi ukuran produk, d2 untuk laju pengumpanan tertentu
dalam ton/jam. Power grinding biasa dinyatakan dalam daya listrik, kilowatt, atau
kw. Power grinding dihitung dengan persamaan berikut:
m = laju pengumpanan, ton/jam
D = diameter mill.
37
2.8 Analisis Ukuran Butir Partikel
Analisis ukuran butiran adalah hal yang mendasar dalam analisis
laboratorium. Fungsi utama analisis partikel adalah untuk menentukan data
kuantitatif. Ukuran dan distribusi ukuran partikel secara tepat (Allen, 1997).
Metode analisa ukuran butiran partikel menggunakan Sieve (ayakan) merupakan
salah satu metode tertua yang ada. Material yang akan dianalisis diletakkan pada
saringan paling atas, dimana diameter lubang pada saringan disusun dari yang
paling besar (atas) hingga yang terkecil (bawah). Saringan akan digetarkan dengan
mesin dalam jangka waktu tertentu (Wills & Napier-Munn, 2006). Contoh alat
Vibrating Shieve Shaker dapat dilihat pada gambar 2.6 sebagai berikut :
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
39
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Minggu Ke-
Kegiatan
1 2 3 4 5 6
Studi Literatur
Observasi Lapangan
Pengambilan Data
Pengolahan dan Analisis Data
Pembuatan Laporan
28
3.3 Tahapan Kegiatan Penelitian
Tahap-tahap kegiatan penelitian antara lain:
1. Observasi
Observasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan pada
daerah penelitian. Diawali dengan dilakukannya identifikasi serta perumusan
masalah terkait penelitian yang akan dilakukan, kemudian mengetahui lokasi yang
akan dilakukan pengambilan data pengukuran sebagai data awal penelitian dan
melakukan pengamatan langsung di lapangan untuk pengambilan data nantinya.
2. Studi Literatur
Dengan mengumpulkan informasi-informasi yang ada berupa skripsi, jurnal-
jurnal, referensi, dan penelitian-penelitian sebelumnya, dan memahami aspek teori
dari literatur-literatur yang ada.
3. Pengambilan Data
Merupakan tahapan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam
melakukan penelitian. Data yang dikumpulkan dalam tahap pengumpulan data
terdiri dari data primer (data yang didapatkan langsung selama penelitian
dilapangan) dan data sekunder (data yang didapatkan dari pihak perusahaan).
1. Data Primer
Data primer merupakan sumber data penelitian yang dapat diperoleh secara
langsung di lokasi penelitian, data tersebut berupa pengamatan langsung di
lapangan yang berupa wawancara, jejak pendapat dari individu ataupun hasil
observasi dari suatu objek lapangan.
Data yang diambil meliputi :
a. Laju umpan
b. Jumlah Putaran
c. Laju Air
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data penunjang penelitian yang didapatkan dari
perusahaan, adapun data tersebut dibawah ini :
a. Spesifikasi alat Ball Mill
28
b. Spesifikasi Sieve Shaker
Pada penelitian ini dilakukan percobaan sebanyak 27 kali dengan 3 variabel
yang diubah-ubah yaitu laju umpan, jumlah putaran (rpm), dan laju air. Sedangkan
untuk variabel tetapnya yaitu ukuran dan jumlah bola baja pada Ball Mill.
Percobaan dilakukan perubahan pada variabel Ball Mill yang akan diteliti agar
didapatkan hasil berupa pengaruh dari variabel-variabel tersebut terhadap hasil
gerusan yang didapatkan. Pengaturan variabel dilakukan secara kombinasi agar
mendapatkan hasil gerusan Ball Mill yang efektif. Tahapan-tahapan yang dilakukan
dalam pengambilan data penelitian ini adalah sebagai berikut:
29
menghilangkan kadar air pada sampel. Berat basah tiap sampel ditimbang
(sebelum digoreng) dan berat kering setelah digoreng ditimbang. Usahakan
dalam proses pengeringan sampel benar-benar kering.
6. Melakukan penyaringan menggunakan Sieve Shaker. Berat sampel yang akan
diayak yaitu 250 gr. Dalam proses penyaringan, menggunakan waktu 5 menit
tiap sampel. Nomor saringan Sieve Shaker yang digunakan yaitu: 20 mesh, 40
mesh, 60 mesh, 80 mesh, dan 150, -200 mesh. Setelah dilakukan pengayakan,
sampel dikeluarkan dari saringan dan dituangkan pada kertas HVS yang sudah
diberi keterangan nomor saringan dan dilakukan penimbangan berat dari
masing-masing material yang tertahan pada masing-masing nomor saringan.
4. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah terkumpulkan kemudian dari data primer dan sekunder
dianalisis. Adapun penjelasan detail dalam melakukan pengolahan dan analisis data
adalah sebagai berikut:
a. Melakukan analisis ukuran butir yang tepat untuk proses konsentrasi dari
masing-masing sampel hasil gerusan Ball Mill. Berdasarkan hasil analisis
tersebut diperoleh ukuran hasil gerusan Ball Mill yang sesuai dengan ukuran
butir konsentrat timah.
b. Melakukan analisis pengaruh variabel terhadap hasil gerusan Ball Mill
ditampilkan dengan diagram sehingga didapatkan pengaruh dari kombinasi
variabel terhadap hasil gerusan Ball Mill.
c. Melakukan analisis efektivitas hasil gerusan Ball Mill dari berbagai sampel.
Efektivitas hasil gerusan Ball Mill ditampilkan dengan diagram sehingga
didapatkan hasil gerusan Ball Mill yang efektif dari perubahan variabel yang
telah dilakukan. Untuk dapat lebih jelasnya tahapan penelitian dapat dilihat
diagram alir di bawah ini :
30
Mulai
Identifikasi Masalah Studi Literatur
Rumusan Masalah
Selesai
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses pengolahan Timah Primer di PT Menara Cipta Mulia dimulai dengan proses
peremukan menggunakan Hammer Mill, kemudian dihaluskan kembali
menggunakan Ball Mill. Penggerusan menggunakan Ball Mill merupakan salah
satu jenis alat fine grinding dengan menggunakan bola baja sebagai grinding media.
Dalam penelitian ini, Ball Mill merupakan proses lanjutan yang bertujuan untuk
mengecilkan ukuran butir material agar didapatkan ukuran yang lebih halus (fine
material). Mekanisme peremukan pada Ball Mill berhubungan dengan gaya tekan
(impact), gesek (abration), dan potong (chipping).
32
33
Hasil percobaan analisis ukuran butiran secara aktual menggunakan Sieve Shaker
berdasarkan berat ukuran butiran mineral hasil dari penggerusan Ball Mill. Pada
percobaan ini peneliti mengkombinasikan parameter laju umpan, rpm, dan laju air
agar mendapatkan hasil gerusan yang dinginkan perusahaan yaitu 60 s.d. -200
mesh. Laju umpan, rpm, dan laju air merupakan variabel yang digunakan untuk
mendapatkan sampel yang akan dianalisis menggunakan Sieve Shaker. Berat
sampel 1 s.d. 9 berat butiran yang didapatkan dengan ukuran butiran 60 s.d. -200
mesh belum maksimal. Sampel 10 s.d. 20 berat butiran yang didapatkan mengalami
peningkatan dan pada puncaknya pada sampel 23 yang dimana laju umpan yang
digunakan 300 s.d. 400 kg/jam, rpm 45, laju air 1.512 ℓ/jam. Berat butir tertinggi
yang dihasilkan pada sampel 23 nilai sebesar 225 gr, sedangkan berat butir terendah
pada sampel 1 nilai sebesar nilai 27 gr yang dimana laju umpan 100 s.d. 200 kg/jam,
rpm 40, laju air sebesar 1.008 ℓ/jam. Pada sampel 24 s.d. 27 mengalami penurunan.
Grafik berat butir tertahan hasil penelitian (Gambar 4.1)
250
200
Berat (gram)
150
100
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Sampel
Berat butir tertinggi sampel 23 sebesar 88,4% laju umpan 300 s.d. 400 kg, rpm
sebesar 45, dan laju air sebesar 1.512 ℓ/jam, berat butir terendah yang dihasilkan
pada sampel 1 dengan nilai sebrsar 10,8% laju umpan 100 s.d. 200 kg/jam, rpm
sebesar 40 dan laju air 1008 ℓ/jam. Sampel 1 – 23 berat butiran mengalami
peningkatan yang pada puncaknya pada sampel 23. Pada sampel 24 s.d. 27
mengalami sedikit penurunan hasil gerusan. Grafik berat butiran hasil penelitian
(Gambar 4.2).
100
90
80
70
Berat (%)
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627
Sampel
5.1 Kesimpulan
Dari kegiatan penelitian yang dilakukan di PT Menara Cipta Mulia Desa
Senyubuk Kabupaten Belitung Timur dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Analisis ukuran butir untuk proses konsentrasi dengan melihat material
yang tertahan pada masing-masing nomor saringan pada Sieve Shaker.
Nomor saringan 60, 80, 150, 200 mesh merupakan nomor saringan yang
berukuran halus sedangkan nomor saringan 20 dan 40 mesh merupakan
nomor saringan yang berukuran kasar dan perlu dilakukan penggerusan
ulang.
2. Variabel laju umpan, rpm, dan laju air sangat berpengaruh terhadap hasil
penggerusan. Semakin tinggi laju umpan, jumlah putaran, dan laju air
semakin tinggi pula hasil gerusan Ball Mill, tetapi apabila variabel
tersebut terlalu tinggi menyebabkan molen penuh dan material akan
tumpah sehingga volume hasil gerusan akan menurun.
3. Efektivitas hasil penggerusan diperoleh pada sampel 23 dengan nilai
ukuran butiran tertinggi mencapai 88,4. Adapun nilai efektif diperoleh
dari pengaturan variabel laju umpan 300 s.d. 400 kg/jam, rpm 45 putaran,
dan laju air 1.512 ℓ/jam.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari penelitian ini diantaranya yaitu:
1. Untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan variabel jumlah dan
ukuran bola baja sebesar 1 kg, 2 kg, dan 3 kg yang dapat mempengaruhi
hasil gerusan Ball Mill.
2. Untuk penelitian selanjutnya perlu diperhatikan penggunaan laju umpan dan
ukuran umpan agar hasilnya lebih pasti dan rinci.
DAFTAR PUSTAKA
Ardra, 2019. Cara Menentukan Power Draft dan Cara Menentukan Power
Grinding dengan Rumus Cara Menghitung Jumlah Ball Mill dan Calculator
Ball Mill.
Hidayat, 2018. Analisa Kinerja Hasil Perancangan Alat Reduksi Dan Klasifikasi
Ukuran Penggerusan Tipe Screener Ball Mill. Teknik Mesin Universitas
Negeri Surabaya.
Sugeng, 2018. Daur Ulang Pasir Silika Bekas Inti Cor Melalui Teknik Ball Mill
Untuk Mengembalikan Daya Ikatnya. Teknik Mesin Universitas Muria
Kudus.
Sukmana, 2015. Penentuan Energi Ball Mill Menggunakan Metode Indeks Kerja
Bond. Prosiding Teknik Pertambangan, Universitas Islam Bandung.
Taylor, 1985. Tipe Endapan Timah. Amsterdam. Elsevier Scientific Publishing
Company.
Tabel B.1 Rata-Rata Laju Impan Yang Didapatkan Pada Setiap Sampel
Rata-Rata Laju
N Umpan
o. 100 s.d 200 kg/jam 200 s.d 300 kg/jam 300 s.d 400 kg/jam
Uji 2
Laju Umpan = 75 gr/detik
Laju Umpan = 73 gr/detik
Laju Umpan = 74 gr/detik
Total = 222 gr/detik
Rata-rata = 74 gr/detik
= 4440 gr/menit
= 266.400 gr/jam
= 266,40 kg/jam
Uji 3
Laju Umpan = 76 gr/detik
Laju Umpan = 70 gr/detik
Laju Umpan = 78 gr/detik
Total = 224 gr/detik
Rata-rata = 74,7 gr/detik
= 4480 gr/menit
= 268.800 gr/jam
= 268,80 kg/jam
Uji 4
Laju Umpan = 79 gr/detik
Laju Umpan = 78 gr/detik
Laju Umpan = 77 gr/detik
Total = 234 gr/detik
Rata-rata = 78 gr/detik
= 4680 gr/menit
= 280.800 gr/jam
= 280,80 kg/jam
Uji 5
Laju Umpan = 80 gr/detik
Laju Umpan = 75 gr/detik
Laju Umpan = 77 gr/detik
Total = 232 gr/detik
Rata-rata = 77,3 gr/detik
= 4638 gr/menit
= 278.280 gr/jam
= 278,28 kg/jam
Uji 6
Laju Umpan = 80 gr/detik
Laju Umpan = 79 gr/detik
Laju Umpan = 81 gr/detik
Total = 240 gr/detik
Rata-rata = 80 gr/detik
= 4800 gr/menit
= 288.800 gr/jam
= 288,80 kg/jam
Uji 7
Laju Umpan = 81 gr/detik
Laju Umpan = 82 gr/detik
Laju Umpan = 83 gr/detik
Total = 246 gr/detik
Rata-rata = 82 gr/detik
= 4920 gr/menit
= 295. 200 gr/jam
= 295,20 kg/jam
Uji 8
Laju Umpan = 75 gr/detik
Laju Umpan = 83 gr/detik
Laju Umpan = 80 gr/detik
Total = 238 gr/detik
Rata-rata = 79,3 gr/detik
= 4758 gr/menit
= 285.480 gr/jam
= 285,48 kg/jam
Uji 9
Laju Umpan = 82 gr/detik
Laju Umpan = 78 gr/detik
Laju Umpan = 68 gr/detik
Total = 228 gr/detik
Rata-rata = 76 gr/detik
= 4560 gr/menit
= 273.600 gr/jam
= 273,60 kg/jam
3. Laju Umpan 300 s.d 400 kg/jam
Uji 1
Laju Umpan = 90 gr/ detik
Laju Umpan = 92 gr/ detik
Laju Umpan = 95 gr/ detik
Total = 277 gr/ detik
Rata-rata = 92,3 gr/ detik
= 5538 gr/ menit
= 260.280 gr/ jam
= 332,28 kg/ jam
Uji 2
Laju Umpan = 95 gr/detik
Laju Umpan = 98 gr/detik
Laju Umpan = 99 gr/detik
Total = 292 gr/detik
Rata-rata = 97,3 gr/detik
= 5838 gr/menit
= 350.280 gr/jam
= 350,28 kg/jam
Uji 3
Laju Umpan = 95 gr/detik
Laju Umpan = 100 gr/detik
Laju Umpan = 103 gr/detik
Total = 298 gr/ detik
Rata-rata = 99,3 gr/detik
= 5958 gr/menit
= 357.480 gr/jam
= 357,48 kg/jam
.Uji 4
Laju Umpan = 100 gr/detik
Laju Umpan = 108 gr/detik
Laju Umpan = 110 gr/detik
Total = 316 gr/detik
Rata-rata = 105,3 gr/detik
= 6318 gr/menit
= 379.080 gr/jam
= 379,08 kg/jam
Uji 5
Laju Umpan = 106 gr/detik
Laju Umpan = 105 gr/detik
Laju Umpan = 109 gr/detik
Total = 320 gr/detik
Rata-rata = 106,67gr/detik
= 6400 gr/menit
= 384.400 gr/jam
= 384,40 kg/jam
. Uji 6
Laju Umpan = 107 gr/detik
Laju Umpan = 103 gr/detik
Laju Umpan = 113 gr/detik
Total = 323 gr/detik
Rata-rata = 107,67 gr/detik
= 6460 gr/menit
= 38.600 gr/jam
= 387,60 kg/jam
Uji 7
Laju Umpan = 110 gr/detik
Laju Umpan = 105 gr/detik
Laju Umpan = 113 gr/detik
Total = 328 gr/detik
Rata-rata = 109,33 gr/detik
= 6559 gr/menit
= 393.540 gr/jam
= 393,54 kg/jam
Uji 8
Laju Umpan = 111 gr/detik
Laju Umpan = 106 gr/detik
Laju Umpan = 114 gr/detik
Total = 331 gr/detik
Rata-rata = 110,33 gr/detik
= 6619 gr/menit
= 397.180 gr/jam
= 397,18 kg/jam
Uji 9
Laju Umpan = 112 gr/detik
Laju Umpan = 106 gr/detik
Laju Umpan = 114 gr/detik
Total = 332 gr/detik
Rata-rata = 110,67 gr/detik
= 6640 gr/menit
= 398.400 gr/jam
= 398,40 kg/jam
LAMPIRAN C
PENGATURAN JUMLAH PUTARAN
Dalam mengatur jumlah rpm dilakukan dengan cara mengatur tombol yang
ada di motor. Jumlah putaran (rpm) yang dilakukan pada penelitian ini ada 3 macam
yaitu 40 rpm, 45 rpm, dan 50 rpm dalam satu menit (60 detik).
N N N
Rotasi Rotasi Rotasi
o o o
Per Menit Per Menit Per Menit
S S S
(rpm) (rpm) (rpm)
ampel ampel ampel
1 40 1 40 1 40
0 9
2 40 1 40 2 40
1 0
3 40 1 40 2 40
2 1
4 45 1 45 2 45
3 2
5 45 1 45 2 45
4 3
6 45 1 45 2 45
5 4
7 50 1 50 2 50
6 5
8 50 1 50 2 50
7 6
9 50 1 50 2 50
8 7
LAMPIRAN D
PERHITUNGAN LAJU AIR
Perhitungan laju air dilakukan dengan cara mengatur stop kran pipa air,
kemudian ditampung menggunakan ember sebagai media tampung dengan
menghitung beberapa waktu yang dibutuhkan.
Sampel (gr)
Nomor Saringan
(mesh)
# 60 80 1 2
40 50 00
1 178 45 15 9 3
.
2 170 49 18 11 2
.
3 154, 60 18 1 5
. 5 2,5
4 146, 40 45 1 3,5
. 5 5
5 140 55 42 1 3
. 0
6 134, 60 35 1 3
. 5 7 ,5
7 127, 70 40 1 2
. 5 5 ,5
8 130, 66 41 1 2
. 5 0 ,5
9 128, 67 42 1 2
. 5 0 ,5
1 125 67,5 43 1 2
0. 2,5
1 124, 60,5 50 1 3
1. 5 1,5 ,5
1 122, 61,5 35,5 2 4
2. 5 6,5
1 117 77 32,5 1 4
3. 9,5
1 115 75 37 2 3
4. 0
1 109, 67,5 49 2 3
5. 5 1
1 109, 64,5 50,5 2 3
6. 5 2 ,5
1 107 70 45,5 2 3
7. 4 ,5
1 94 81,1 45 2 4
8. 5,4 ,5
1 87,6 81,4 51 2 4
9. 6
2 76,7 81,5 58 2 5
0. 5 8,25 ,5
2 59,5 94,25 61,25 2 6
1. 5 8,2 ,75
2 48,7 101 64 2 7
2. 5 8,75 ,5
2 29 101,5 73,5 3 8
3. 8
2 16,5 108,5 76,25 3 1
4. 8,75 0
2 66,5 93,75 55,5 2 6
5. 8,25
2 100, 75,5 43,75 2 4
6. 5 5,75 ,5
2 132 62,5 33,75 1 3
7. 8,75