Anda di halaman 1dari 81

EVALUASI KINERJA ALAT BALL MILL BERDASARKAN UKURAN

PRODUK BIJIH TIMAH PRIMER UNIT PENGOLAHAN


DI PT MENARA CIPTA MULIA DESA SENYUBUK
KABUPATEN BELITUNG TIMUR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan


Guna Meraih Gelar Sarjana S-1

OLEH :

RANDY PRADIKA
NIM. 1031411052

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2022
ii

HALAMAN PENGESAHAN

EVALUASI KINERJA ALAT BALL MILL BERDASARKAN UKURAN


PRODUK BIJIH TIMAH PRIMER UNIT PENGOLAHAN
PT MENARA CIPTA MULIA DESA SENYUBUK
KABUPATEN BELITUNG TIMUR

Dipersiapkan dan disusun oleh :

RANDY PRADIKA
NIM. 1031411052

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan


Guna Meraih Gelar Sarjana S-1

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Guskarnali, S.T., M.T E.P.S.B. Taman Tono, S.T.,M.Si


NIP. 198808212019031011 NIPPK. 196905202021211005

ii
iii

HALAMAN PERSETUJUAN
SKRIPSI

EVALUASI KINERJA ALAT BALL MILL BERDASARKAN UKURAN


PRODUK BIJIH TIMAH PRIMER UNIT PENGOLAHAN
PT MENARA CIPTA MULIA DESA SENYUBUK
KABUPATEN BELITUNG TIMUR

Dipersiapkan dan disusun oleh :

RANDY PRADIKA
NIM. 1031411052

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


Tanggal, Januari 2022

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Guskarnali, S.T., M.T E.P.S.B. Taman Tono, S.T.,M.Si


NIP. 198808212019031011 NIPPK. 196905202021211005

Penguji I, Penguji II

Irvani, S.T., M.Eng


NIP. 198003222015041001

iii
iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Randy Pradika


NIM : 1031411052
Judul : ‘‘EVALUASI KINERJA ALAT BALL MILL BERDASARKAN
UKURAN PRODUK BIJIH TIMAH PRIMER UNIT PENGOLAHAN PT
MENARA CIPTA MULIA DESA SENYUBUKKABUPATEN BELITUNG
TIMUR’’.
Menyatakan dengan ini, bahwa skripsi saya merupakan hasil karya ilmiah saya
sendiri yang didampingi tim pembimbing dan bukan hasil dari penjiplakan/plagiat.
Bila nantinya ditemukan adanya unsur penjiplakan di dalam karya skripsi saya ini,
maka saya bersedia untuk menerima sanksi akademik dari Universitas Bangka
Belitung sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan keadaan sehat, sadar dan tanpa ada
tekanan dan paksaan dari siapapun.

Pangkalpinang, Januari 2022

RANDY PRADIKA
NIM. 1031411052

iv
v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Sebagai sivitas akademik Universitas Bangka Belitung, saya yang bertanda tangan
di bawah ini :

Nama : Randy Pradika


NIM : 1031411052
Jurusan : Teknik Pertambangan
Fakultas : Teknik

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Bangka Belitung Hak Bebas Royalti Nonekslusif(Non-exclusive
Royalti-Free Right) atas skripsi saya yang berjudul :

‘‘Evaluasi Kinerja Alat Ball Mill Berdasarkan Ukuran Produk Bijih Timah Primer
Unit Pengolahan Di PT Menara Cipta Mulia Desa Senyubuk Kabupaten Belitung
Timur’’.

Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini Universitas Bangka Belitung berhak
menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan mempublikasikan skripsi saya selama tetap
mencamtumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Pangkalpinang
Pada tanggal : Januari 2022
Yang menyatakan,

` RANDY PRADIKA
NIM. 1031411052

v
vi

INTISARI

PT MCM merupakan perusahaan tambang timah primer yang melakukan


penambangan timah primer dengan metode tambang terbuka. Proses pengolahan
bijih timah primer meliputi kegiatan comminution, sizing, dan concentration.
Penggerusan menggunakan Ball Mill merupakan proses lanjutan yang bertujuan
untuk mengecilkan ukuran butir material agar didapatkan ukuran butiran yang lebih
halus (fine material) dan mempersiapkan ukuran butiran yang tepat untuk proses
konsentrasi yaitu berukuran 60 s.d -200 mesh. Metode yang digunakan adalah
metode kuantitatif. Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan yaitu laju umpan,
jumlah putaran Ball Mill, dan laju air. Percobaan digunakan sebanyak 27 kali
dengan pengaturan variabel secara kombinasi agar mendapatkan hasil gerusan yang
efektif. Variabel laju umpan, rpm, dan laju air sangat berpengaruh terhadap hasil
penggerusan. Semakin tinggi laju umpan, jumlah putaran, dan laju air semakin
tinggi pula hasil gerusan Ball Mill, tetapi apabila variabel tersebut terlalu tinggi
menyebabkan kapasitas tumpah, sehingga volume hasil gerusan menurun.
Efektivitas hasil penggerusan diperoleh pada sampel 23 dengan nilai produksi
tertinggi mencapai 88,4%. Adapun nilai efektif diperoleh dari pengaturan variabel
laju umpan 300 s.d 400 kg/jam, rpm 45 putaran, dan laju air 1.512 ℓ/jam. Hasil laju
umpan maksimal yang dapat dilakukan yaitu 398.4 kg/jam perhari yaitu 3 ton/hari.
Dengan demikian, maka target rata-rata kerja Ball Mill 3 ton/hari perusahaan dapat
tercapai.

Kata kunci: Efektivitas, penggerusan, timah primer

vi
vii

ABSTRACT

PT MCM is a primary tin mining company that performs primary tin mining
using the open pit mining method. Primary tin ore processing includes
comminution, sizing, and concentration activities. Grinding using a ball mill is an
advanced process that aims to reduce the grain size of the material in order to
obtain a finer grain size (fine material) and prepare the right grain size for the
concentration process, which is 60 to -200 mesh. In this study, the variables used
are feed rate, number of ball mill rotations with), and water rate. The experiment
was used 27 times with variable settings in combination in order to obtain effective
scouring results. Variable feed rate, rpm, and water rate greatly affect the grinding
results. The higher the feed rate, the number of rotations, and the water rate, the
higher the ball mill scouring results, but if these variables are too high, it causes
the spill capacity so that the scour volume decreases. The effectiveness of grinding
results was obtained on sample 23 with the highest production value reaching
88.4%. The effective value is obtained from setting the feed rate variable 300 to 400
kg/hour, rpm 45 rounds, and water rate 1,512 ℓ/hour. The maximum feed rate that
can be done is 398.4 kg/hour per day, which is 3 tons/day. Thus, the company's
target ball mill work average of 3 tons/day can be achieved.

Keywords: Effectiveness, grinding, primary tin

vii
viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, rezeki
dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua saya yang selalu mendukung, mendoakan dan memberi
semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Delita Ega Andini, S.T., M.T selaku Ketua Jurusan Teknik Pertambangan
Universitas Bangka Belitung.
3. Bapak Guskarnali S.T.,M.TIrvani, S. T., M.Eng selaku dosen pembimbing I.
4. Bapak E.P.S.B. Taman Tono, S.T.,M.Si selaku dosen pembimbing II.
5. Dosen dan Staf Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Bangka Belitung.
6. Bapak Supriyadi, S.T. selaku pembimbing lapangan di PT Menara Cipta Mulia.
7. Segenap Karyawan PT Menara Cipta Mulia.
8. Seluruh teman-teman seperjuangan Jurusan Teknik Pertambangan Universitas
Bangka Belitung.
9. Semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung
yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah berjasa dalam penulisan
skripsi ini.

viii
ix

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang
berjudul:
‘‘EVALUASI KINERJA ALAT BALL MILL BERDASARKAN
UKURAN PRODUK BIJIH TIMAH PRIMER UNIT PENGOLAHAN PT
MENARA CIPTA MULIA DESA SENYUBUK KABUPATEN BELITUNG
TIMUR’’.
Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi persyaratan guna meraih gelar
Sarjana S-1 pada Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Bangka Belitung.
Pokok-pokok bahasan berdasarkan pengamatan di lapangan dan pengujian
langsung di laboratorium meliputi pengaruh variabel laju umpan, jumlah putaran
dan laju air terhadap hasil gerusan Ball Mill dan efektivitas hasil gerusan bijih timah
primer di PT Menara Cipta Mulia.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini
masih banyak kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan ke depan.

Balunijuk, Januari 2022

RANDY PRADIKA
NIM. 1031411052

ix
x

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN............................ iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................. v
INTISARI ......................................................................................................... vi
ABSTRACT ....................................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah...................................................................................... 2
1.4 Tujuan penelitian ..................................................................................... 3
1.5 Manfaat penelitian................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ........................ 4


2.1 Studi Terdahulu ....................................................................................... 6
2.2 Geologi Regional .................................................................................... 7
2.3 Keadaan Stratigrafi.................................................................................. 7
2.4 Timah ...................................................................................................... 9
2.5 Endapan Timah Primer ........................................................................... 11
2.6 Pengolahan Bahan Galian ....................................................................... 12
2.7 Ball Mill .................................................................................................. 15
2.7.1 Mekanisme Kerja Dari Grinding Ball Mill .................................... 16
2.7.2 Menentukan Jumlah Ball Mill........................................................ 19
2.8 Analisis Ukuran Butir Partikel ................................................................ 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 22


3.1 Tempat dan Lokasi Penelitian ................................................................. 22
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ....................................................................... 23
3.3 Tahapan Kegiatan Penelitian................................................................... 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 28


4.1 Analisis Ukuran Butir Untuk Proses Konsentrasi ................................... 29
4.2 Pengaruh Variabel Terhadap Hasil Gerusan ........................................... 33
4.3 Usaha perbaikan efektivitas Penggerusan Menggunakan Ball Mill ....... 37

x
xi

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 39


5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 39
5.2 Saran ........................................................................................................ 39

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 40


LAMPIRAN ....................................................................................................... 42

xi
xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gambar 2.1 Mineral Cassiterite ...................................................................... 10
Gambar 2.2 Ball Mill....................................................................................... 15
Gambar 2.3 Pergerakan material di dalam Ball Mill....................................... 16
Gambar 2.4 Gaya-gaya yang bekerja pada proses grinding ............................ 16
Gambar 2.5 Kurva hubungan charge factor dan speed factor ........................ 19
Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian .................................................................. 22
Gambar 3.2 Diagram alir penelitian ................................................................ 26
Gambar 4.1 Ball Mill....................................................................................... 27
Gambar 4.1.1 Ukuran butir tertahan pada setiap nomor saringan ...................... 29
Gambar 4.1.2 Grafik berat butir tertahan hasil penelitian .................................. 30
Gambar 4.1.3 Grafik nilai efektivitas hasil gerusanBallMill ............................. 36
Gambar A.1 Mesin Ball Mill............................................................................ 42
Gambar B.1 Pengaturan laju umpan ................................................................ 43
Gambar D.1 Perhitungan laju air...................................................................... 54
Gambar E.1 Berat butir tertahan ...................................................................... 55
Gambar G.1 Peralatan pendukung penelitian ................................................... 60
Gambar H.1 Dokumentasi penelitian ............................................................... 62

xii
xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
Tabel 2.1 Deskripsi timah ................................................................................. 10
Tabel 2.2 Proses pengecilan ukuran bahan galian ............................................ 13
Tabel 3.1 Jadwal kegiatan penelitian ................................................................ 23
Tabel 4.1 Berat butir tertahan hasil penelitian .................................................. 29
Tabel 4.2 Berat butir tertahan hasil penelitian .................................................. 32
Tabel 4.3 Rata-rata pengukuran laju umpan ..................................................... 38
Tabel A.1 Spesifikasi Ball Mill ......................................................................... 42
Tabel B.1 Rata-rata laju umpan ......................................................................... 43
Tabel C.1 Pengaturan jumlah putaran ............................................................... 53
Tabel E.1 Berat butir tertahan ........................................................................... 55
Tabel F.1 Data berat butir tertahan ................................................................... 57

xiii
xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Spesifikasi Ball Mill .........................................................................41


Lampiran B Perhitungan Laju Umpan ..................................................................42
Lampiran C Pengaturan Jumlah Putaran (rpm).....................................................52
Lampiran D Perhitungan Laju Air ........................................................................53
Lampiran E Analisis Berat Butir Untuk Proses Konsentrasi ................................54
Lampiran F Pengaruh Variabel Terhadap Hasil Gerusan .....................................56
Lampiran G Peralatan Pendukung Penelitian........................................................59
Lampiran H Dokumentasi Penelitian ....................................................................59

xiv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam
termasuk sumber daya mineral logam. Salah satu sumber daya mineral logam yang
terdapat di Indonesia adalah bijih timah. Bijih Timah ini banyak terdapat di daerah
Kepulauan Bangka Belitung. Aktivitas penambangan bijih timah di Indonesia
telah berlangsung lebih dari 300 tahun, dengan jumlah cadangan yang cukup
besar.
PT Menara Cipta Mulia selanjutnya disingkat PT MCM merupakan
perusahaan tambang timah primer. Metode penambangan yang dilakukan PT
MCM dengan metode tambang terbuka. Proses pengolahan bijih timah primer
meliputi kegiatan comminution, sizing, dan concentration. Tahap communition
merupakan proses pengecilan ukuran material dari front penambangan atau
crushing dari bongkah menjadi butiran agar terlepas dari material pengotornya,
serta mempersiapkan ukuran yang tepat untuk proses konsentrasi.
Tahap comminution bijih timah primer dimulai dengan proses peremukan
menggunakan Hammer Mill kemudian dihaluskan kembali menggunakan Ball
Mill. Ball Mill merupakan proses lanjutan yang bertujuan untuk mengecilkan
ukuran butir material agar didapatkan ukuran butir material yang lebih halus (fine
material) dan mempersiapkan ukuran butir yang tepat untuk proses konsentrasi.
Ball Mill di PT MCM sendiri target ukuran butir mineral yang ingin didapatkan
adalah 60 mesh s.d -200 mesh apabila oversize material (>60 mesh) sebanyak 20%
middling yang dimana melewati ambang batas toleransi maka perlu dilakukan
pengkajian ulang pengaturan variabel Ball Mill untuk mengurangi material oversize
menjadi 10-15 % middling.
Pengaturan variabel Ball Mill yang kurang tepat mengakibatkan material
hasil gerusan Ball Mill berukuran kasar, sehingga perlu dilakukan penggerusan
kembali karena material berharga belum terlepas dari material pengotornya.

1
Proses penggerusan bijih timah primer yang tidak efektif mengakibatkan biaya
produksi tinggi. Maka dari itu, perlu dilakukan pengaturan variabel pada Ball Mill
untuk mendapatkan hasil gerusan yang efektif. Hal ini melatar belakangi peneliti
untuk melakukan penelitian tugas akhir.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan permasalahan yang akan dibahas pada penelitian iniadalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana produksi ukuran butir aktual dalam proses konsentrasi di PT Menara
Cipta Mulia ?
2. Bagaimana pengaruh variabel laju umpan, rpm, laju air terhadap hasil gerusan
bijih timah primer ?
3. Bagaimana usaha perbaikan efektivitas alat Ball Mill dalam meningkatkan hasil
produksi penggerusan bijih timah primer ?

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini agar lebih terpokus
yaitu :
1. Penelitian dilakukan berlokasi di Tambang desa mayang, PT MCM
2. Penelitian ini berfokus pada hasil ukuran butir yang tepat untuk proses
konsentrasi dan juga pengaruh variabel terhadap hasil gerusan
3. Usaha perbaikan efektivitas penggerusan bijih timah primer menggunakan alat
Ball Mill.

1.4 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui ukuran butir untuk proses konsentrasi
2. Mengetahui pengaruh variabel terhadap gerusan
3. Mendapatkan efektivitas penggerusan bijih timah primer menggunakan Ball
Mill

4
6

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagi Penulis
a. Memahami tentang ukuran butir yang tepat untuk proses konsentrasi serta
mengerti pengaturan tentang variabel yang mempengaruhi hasil gerusan bijih
timah primer.
2. Bagi perusahaan
a. Dapat membantu perusahaan dalam memaksimalkan hasil produksi.
b. Memudahkan perusahaan untuk mendapatkan masukan-masukan baru yang
dapat diterapkan di perusahaan.
3. Bagi perguruan tinggi
a. Hasil penelitian dapat digunakan mahasiswa Teknik Pertambangan sebagai
literatur penelitian yang akan dilakukan selanjutnya.
b. Membangun akses informasi secara langsung tentang sumber daya manusia
yang berkompeten dan siap pakai.

5
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Studi terdahulu


Pada penelitian ini peneliti memaparkan beberapa penelitian terdahulu yang
berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti. Penelitian terdahulu ini
menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan penelitian sehingga dapat
memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan.
1. Arsis (2018), dalam penelitianya mengenai pengaruh waktu pengilingan
menggunakan Ball Mill terhadap ukuran partikel batuan basalt. Tujuan
penelitian untuk mengetahui besar nilai reduction ratio (RR) Ball Mill proses
kominusi (Size Reduction) pada batuan basalt agar peneliti dapat mengetahui
besar energi pengerusan yang di butuhkan oleh Ball Mill selama proses
pengolahan berlangsung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
kuantitatif, dengan parameter berupa variabel reduction ratio, diameter umpan
dan waktu dengan 5 kali percobaan yang digunakan. Hasil dari penelitian dengan
waktu dan berat yang di dapat dalam percobaan ini adalah: 0,1 kg dengan total
waktu pengoperasian selama 0,15 menit menghasilkan ukuran butir 0,67 gr, Dari
perhitungan reduction ratio yang dilakukan diperoleh radiction ratio terbaik
berada pada diameter 7,9 cm dengan berat sampel 0,1 kg dengan nilai 68,695
sedangkan yang terendah berada pada nilai 16,528 dengan diameter 5,9 cm
sehingga dapat dikatakan bahwa reduction ratio berhubungan dengan besarnya
umpan dan diameter, semakin besar maka reduction ratio semakin kecil dan
sebaliknya.
2. Hidayat (2018), dalam penelitianya mengenai analisa kinerja hasil perancangan
alat reduksi dan klasifikasi ukuran penggerusan tipe Screener Ball Mill. Tujuan
Screener Ball Mill merupakan untuk mengetahui ukuran butir yang didapatkan
dengan menggunakan Screener Ball Mill . Metode yang digunakan adalah
Metode kuantitatif. Screening bola penggiling yang digunakan dalam proses
pembuatan semen yang memiliki karakteristik keras seperti silica, kapur,
alumina, dan besi oksida yang masih berbentuk

6
bongkahan batu. Screener berfungsi sebagai klasifikasi ukuran material yang di
reduksi menjadi mesh. Prinsip kerja mesin screener Ball Mill dimulai dari
perputaran tubuh barel yang kemudian menghasilkan gaya sentrifugal, steel ball
akan terbawa pada ketinggian tertentu dan jatuh untuk membuat material
tergiling. Setelah proses penggilingan maka tahap selanjutnya serbuk
dipisahkan dengan bola baja dengan menggunakan sebuah screening. Secara
umum proses reduksi melalui dua proses berbeda dari Ball Mill kemudian
screening untuk menghasilkan mineral yang lebih halus. Dalam percobaan ini
parameter yang digunakan adalah kecepetan putaran dan jumlah bola baja yang
digunakan. Hasil proses pengujian dilakukan sebanyak 5 kali percobaan
diperoleh massa paling banyak tertampung yaitu pada kecepatan screening 50
rpm dengan massa 985 gr dengan jumlah 45 bola baja. Sedangkan massa paling
sedikit tertampung yaitu pada kecepatan screening 40 rpm dengan massa 810 gr
dengan jumlah 30 bola baja yang digunakan sebagai media penghancur pada
proses milling.
3. Sugeng (2018), dalam penelitiannya mengenai daur ulang pasir silika bekas inti
cor melalui teknik Ball Mill untuk mengembalikan daya ikatnya. Tujuan
penelitian ini adalah menghancurkan kembali bongkahan pasir inti bekas cor ke
dalam mesin Ball Mill. Metode yang digunakan dengan Teknik pengecoran.
Metode ini mempunyai banyak keuntungan yaitu dapat menghasilkan benda
sesuai dengan aslinya, tidak dibatasi oleh ukuran dan sesuai untuk produk
massal. Media yang sering digunakan adalah pasir dan sebagian pola dilengkapi
dengan inti cor. Pasir silika digunakan pengrajin cor untuk membuat inti cor.
Pasir silika ini hanya bisa digunakan untuk sekali pakai untuk satu cetakan. Pasir
silika tidak dapat digunakan lagi karena tidak mempunyai daya ikat antar
partikelnya. Dalam percobaan ini dilakukan 7 kali percobaan dengan parameter
yang digunakan dengan melakukan variasi kecepatan putar, waktu giling,
diameter dan jumlah bola baja yang digunakan per 1000 gr. Pasir silika
selanjutnya dilakukan pengayakan dengan menggunakan mesh 100 dan 150.
Hasil penggilingan dengan teknik Ball Mill menunjukkan bahwa kecepatan
putar mesin Ball Mill yang meningkat tidak secara signifikan meningkatkan

22
presentase hasil. Penambahan waktu giling mampu meningkatkan persentase
hasil untuk semua ukuran mesh. Penambahan waktu giling dari 30 menjadi 60
menit pada kecepatan putar yang sama dan penambahan diameter bola dari 20
menjadi 25 mm mampu meningkatkan 14,10% lebih tinggi pada mesh 100.
Perlakuan yang sama dengan mesh 150 terjadi peningkatan sebesar 3,88%. Pasir
silika daur ulang digunakan untuk membuat kembali inti cor. Semakin kecil
ukuran mesh pasir silika menunjukkan ikatan partikel yang lebih kuat dengan
bentuk pola inti yang lebih sempurna.
4. Cik. A (2020), dalam penelitiannya mengenai kajian produksi Ball Mill dalam
menentukan efektivitas penggerusan bijih timah primer di CV persada tambang
intitama tk 4218 paku kabupaten bangka selatan. Tujuan pada penelitiannya
adalah menganalisis ukuran butir dengan menggunakan shieve shaker untuk
mendapatakan ukuran butir 80 s.d. 200 mesh. Metode yang digunakan adalah
metode kuantitatif, dengan melakukan perubahan tiga variabel yang dilakukan
pada Ball Mill yaitu laju umpan, ukuran umpan, dan laju air sebagai variabel
ubahnya. Laju umpan yang digunakan yaitu 7-8 TPH, 8-9 TPH, dan 9-10 TPH.
Laju air yang digunakan yaitu 5.760 ℓ/jam, 9.576 ℓ/jam, dan 10.800 ℓ/jam.
Percobaan dilakukan sebanyak 27 kali dengan pengaturan variabel secara
kombinasi agar mendapatkan efektivitas hasil gerusan Ball Mill. Jumlah putaran
80 rpm merupakan yang paling bagus karena bola baja bergerak mengelilingi
seluruh permukaan dalam Ball Mill dan memberikan tumbukan kepada material
yang digerus dari semua sisi Ball Mill sehingga material dapat tergerus dengan
sempurna. Semakin tinggi laju umpan, rpm, dan laju air mengakibatkan berat
butir tertahan yang dihasilkan semakin tinggi yang dapat dilihat pada sampel 1-
24. Berat butir tertinggi yang dihasilkan terdapat pada sampel 24 dengan nilai
233,5 gr, sedangkan berat butir terendah yang dihasilkan terdapat pada sampel 1
dengan nilai 63 gr. Berat butir tertinggi terdapat pada sampel 24 dengan nilai
233,5 gr dengan parameter laju umpan 9 s.d 10 TPH, jumlah putaran 80 rpm,
dan Laju air 10.800 ℓ/jam.

23
2.2 Geologi Regional
Secara regional, lokasi penelitian termasuk ke dalam Peta Geologi Lembar
Belitung, Sumatera (Baharuddin dan Sidarto; 1995), yang disusun oleh Aluvium,
Pasir berkarbon, Formasi Tajam, Formasi Kelapa kampit, Formasi Siantu, Granit
Tanjungpandan, Adalemit Baginda, Granodiorit Burungmandi, Diorit Kuarsa
Batubesi. Struktur geologi yang berkembang di daerah ini antara lain, lipatan, sesar,
kekar (Baharuddin dan Sidarto; 1995). Arah sumbu lipatan umumnya Barat laut-
Tenggara, sedangkan sesar berarah Timur laut-Barat daya. Kegiatan tektonik
dimulai pada masa Permo-Karbon yang menghasilkan endapan sedimen “flysch”
Formasi Kelapa kampit, bersamaan dengan itu terjadi tumbukan yang membentuk
Formasi Siantu. Pada masa trias terjadi kegiatan magmatik yang menghasilkan
Granit Tanjung pandan yang membawa kasiterit primer. Selama awal Jura kegiatan
magmatik berlanjut dan menghasilkan penerobosan batuan adalemit baginda,
kegiatan magmatik ini berakhir pada akhir kapur dengan terbentuknya terobosan
batuan-batuan diorit dan granodiorit. Sejak kapur akhir sampai kuarter berlangsung
proses erosi dan pengendapan yang menghasilkan endapan pasir karbonan dan
aluvium. Granit Tanjung pandan terfoliasi, berwarna kelabu muda, holokristalin,
berbutir kasar-sangat kasar. Mineral penyusunnya terdiri atas: kuarsa, feldspar,
plagioklas, biotit dan hornblende.

2.3 Keadaan Stratigrafi


Menurut Baharuddin dan Sidarto (1995), stratigrafi pulau Belitung dan pulau-
pulau kecil disekitarnya dapat diuraikan secara urut dari yang berumur tua hingga
yang paling muda sebagai berikut :
a. Formasi Kelapa Kampit (PCKs)
Berupa batuan sedimen flisch yang terlipat lemah sampai sedang, terdiri atas
batu malih pasir berselingan dengan batusabak, batulumpur, serpih, batulanau
tufan, dan rijang. Batupasir malih berwarna putih sampai kelabu muda, kompak,
berbutir halus-kasar, menyudut tanggung-membundar. Tebal lapisan 2-7 m.
Setempat dijumpai lapisan bersusun, silang siur dan gelembur gelombang.
Batusabak dan batuserpih berwarna hitam, menunjukkan pelapisan sejajar dan

24
mengandung cassiterite dan galena. Tebal pelapisan 5-20 cm. Batu lumpur
berwarna hitam, berlembar, tebal pelapisan 4-6 m. Batulanau tufan kelabu muda,
kompak, tebal pelapisan 1-4 m. rijang, kelabu muda kemerahan, kersikan,
mengandung radiolaria tebal pelapisan 10-20 m. Formasi ini berumur Permo-
Karbon. Formasi ini terendapkan dalam lingkungan laut denga ketebalan yang
tersingkap lebih dari 500 m.
b. Formasi Tajam (PCTm)
Tersusun oleh batupasir kuarsa bersisipan lanau terlipat sedang hingga kuat
dan termalihkan rendah. Batupasir bewarna putih-hijau, padat, berbutir halus
sampai kasar, menyudut tanggung-membundar, memperlihatkan lapisan
tersusun dan sejajar, terkekarkan. Batulanau berwarna hijau sampai kecoklatan,
termalihkan sedang, tebal lapisan 2-40 cm. Biji timah primer dijumpai bersama
kuarsa dalam urat rekah dan jejaring. Formasi ini diduga menjari dengan
Formasi kelapa kampit yang berumur Permo-Karbon.
c. Formasi Siantu (PCsv)
Terdiri dari lava basal dan breksi gunung api. Lava basal, hijau tua, pejal,
kasat mata, setempat menunjukkan struktur lava bantal. Kemas antar butir terdiri
atas plagioklas, piroksen, dan mineral sekunder klorit, kalsit. Breksi gunung api,
fragmen umumnya basal berukuran 20-40 cm, menyudut tanggung –
membundar tanggung dengan matrik pasir kasar. Satuan ini terendapkan dalam
lingkungan laut dan diduga menjemari dengan kelapa kampit.
d. Granit Tanjung Pandan (Trtg)
Tersusun oleh granit, terdaunkan kelabu muda, holokristalin, berbutir kasar-
sangat kasar, butir hipidiomorfik terdiri atas kuarsa, feldspar, plagioklas, biotit
horenblenda. Batuan ini termasuk dalam tipe “S” mengandung greysand yang
kaya mineral cassiterite primer. Umur mutlaknya berdasarkan K-Ar berkisar
dari 208-245 juta tahun yang lalu.
e. Adamelit Baginda (Jma)
Berupa adamelit, kelabu sampai kehijauan, holokristalin, equigranular yang
Berupa adamelit, kelabu sampai kehijauan, holokristalin, equigranular berbutir
kasar dengan mineral penyusun terdiri atas kuarsa, feldspar, plagioklas, biotit,

25
horenblenda, serta mineral sekunder seperti klorit, karbonat, limonit, dan oksida
besi. Berdasarkan analisis kimia batuan ini termasuk ke dalam tipe granit “I”
yang tidak mengandung mineral cassiterite. Umur mutlaknya berkisar 160-208
juta tahun.
f. Granodiorit Burung Mandi (Kbg)
Tersusun oleh granodiorit kelabu muda sampai kehijauan, holokristalin,
equigranular, hipidiomorfik. Mineral penyusun adalah kuarsa, plagioklas,
felspar,biotit, horenblenda, dan mineral sekunder seperti klorit, karbonat dan
oksida besi. Berdasarkan hasil analisa kimia, batuan ini termasuk ke dalam granit
tipe “I”. Umur mutlaknya 115-180 juta tahun.
g. Diorit Kuarsa Batu Besi (Kbd)
Terdiri dari diorit kuarsa, warna hijau - kelabu muda, holokristalin, berbutir
sedang, hipidiomorfik granular, mineral penyusunnya adalah kuarsa, plagioklas,
K-felspar, biotit, hornblenda klorit, dan oksida besi.
h. Alluvium (Qa)
Terdiri dari bongkah, kerakal, kerikil, pasir, lempung, dan gambut, pasir
berkarbon (Qpk) berupa pasir karbonan kehitaman bersisipan lempung. Tidak
padu, berbutir sedang sampai halus, mengandung mineral berat dan lignit. Di
setempat dijumpai lapisan yang mengandung mineral cassiterite. Satuan ini
mendidih tak selaras batuan Pra Tersier, ketebalan sekitar 1-5 m.

2.4 Timah
Menurut Sukandarrumidi (2007), timah putih komersial berasal dari mineral
cassiterite, stannit, dan tealit. Proses pembentukan bijih timah (Sn) berasal dari
magma cair yang mengandung mineral kasiterit (SnO2). Pada saat intrusi batuan
granit naik ke permukaan bumi, maka terjadi fase pneumatolitik, dimana terbentuk
mineral-mineral bijih diantaranya bijih timah (Sn). Mineral ini terakumulasi dan
terasosiasi pada batuan granit maupun di dalam batuan yang diterobosnya, yang
pada akhirnya membentuk vein-vein (urat) pada batuan samping yang
diterobosnya. Berikut gambar mineral cassiterite beserta deskripsinya dapat dilihat
pada gambar 2.1 di bawah ini :

26
Gambar 2.1 Mineral cassiterite (PPBT Pemali, 2019)
Tabel 2.1 Deskripsi timah (Sukandarumidi,2007)
No. Deskripsi Keterangan
1. Nama mineral dan rumus kimia Kasiterit (SnO2)
2. Sistem Kristal Tetragonal
3. Belahan Tidak sempurna - (100)
4. Kekerasan 6–7
5. Berat Jenis 6,99 - 7 (7 gr/m3)
6. Kilap Intan sampai sublogam
7. Warna Cokelat kemerahan sampai hitam
Di dalam urat-urat bersama kuarsa di
8. Keterdapatan
granit, pada umumnya banyak ditemukan
dalam hidrotermal temperatur tinggi

Tahan terhadap udara lembab, tahan


9. Sifat lainnya
terhadap korosi dan tidak beracun

Sumber : Sukandarumidi, 2007.

27
2.5 Endapan Timah Primer
Menurut Taylor (1985), endapan bijih timah akan termanifestasi pada 2 tipe
yaitu endapan primer atau hipogen dan endapan sekunder atau supergen. Endapan
primer merupakan endapan bijih timah yang terkonsentrasi pada batuan pembawa
bijih timah tersebut. Mineral yang mengandung timah masih berada di dalam batuan
bersama dengan mineral-mineral lain penyusun granitoid, yang merupakan batuan
pembawa bijih timah. Sedangkan endapan timah letakan atau disebut juga endapan
supergen merupakan endapan timah yang sudah terlepas dari batuan pembawanya,
kemudian tertransportasi dan terendapkan/terkonsentrasi di suatu tempat tertentu.
Menurut Sudrajat (1996), intrusi magma granit yaitu intrusi magma pembawa
bijih terjadi di dalam zaman Yura. Magma granit yang mempunyai temperatur dan
tekanan yang tinggi menerobos batuan sedimen. Selain mengandung kasiterit juga
antara lain mengandung mineral-mineral wolframit, nebeolit, malibdenit, magnetik,
monazit, zirkon dan ilmenit. Selama magma granit menerobos batuan sedimen
terjadi penurunan tekanan dan temperatur sehingga mineral-mineral yang
mempunyai titik leleh tinggi akan mengkristal lebih dahulu, sedangkan dalam
magma granit sendiri mengandung bermacam-macam mineral dengan tingkat
kristalisasi berbeda-beda, sehingga pada waktu pembekuan magma membentuk
batholit granit, terbentuklah mineral-mineral magnetik, kasiterit, wolframit dan
juga antara lain kuarsa, orthoklas, plagioklas dan biotit.
Timah primer adalah penerobosan granit yang mengandung unsur timah
dimana butir kasiterit masih terikat pada batuan dasarnya. Proses pembentukan bijih
timah primer bisa diterangkan melalui dua tahap, yaitu tahap pemisahan magma
yang akan menghasilkan larutan pembawa bijih timah dan proses pengendapan
larutan pembawa bijih timah tersebut. Timah primer merupakan endapan timah
yang belum mengalami pelapukan, umunnya berbentuk urat-urat polimetalik.
Mayoritas endapan timah ditemukan melimpah berasosiasi dengan granit tipe S dan
sangat sedikit dengan granit tipe I. Timah primer terdapat pada endapan greisen,
yang merupakan agregat granoblastik dari kuarsa dan muskovit dengan sejumlah
mineral asesoris seperti topas, turmalin dan florit.

2.6 Pengolahan Bahan Galian

28
Menurut Wills (2006), pengolahan bahan galian yang dapat disebut juga
dengan mineral processing technology yang merupakan suatu proses pengolahan
bahan galian atau mineral untuk memisahkan mineral berharga dari mineral
pengotornya yang kurang berharga dengan memanfaatkan perbedaan sifat-sifat
fisik dari mineral tersebut tanpa mengubah identitas kimia dan fisik dari produk
tersebut. Proses pengolahan bahan galian biasanya dilakukan dilokasi tambang
untuk mendapatkan konsentrat yang kadarnya sudah lebih tinggi dari semula,
sehingga mempunyai nilai ekonomis untuk dilakukan proses pengolahan ketahap
selanjutnya.
Menurut Tobing (2002), pengolahan bahan galian (mineral dressing)
merupakan istilah yang digunakan untuk mengolah semua jenis bahan galian
tambang yang berupa mineral, batuan, bijih, atau bahan galian lainnya yang
ditambang atau diambil dari endapan-endapan alam pada kulit bumi untuk
dipisahkan menjadi produk berupa satu macam atau lebih bagian mineral yang
dikehendaki dan bagian yang tidak dikehendaki, tujuan dari pengolahan bahan
galian adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kadar dan harga jual bahan galian
2. Memisahkan mineral berharga dengan mineral pengotornya
3. Memisahkan mineral berharga satu dengan lainnya
4. Mengurangi kehilangan jumlah mineral berharga
5. Mengurangi biaya pengangkutan
Menurut Tobing (2002), pengolahan bahan galian dalam prosesnya terdiri
dari dua proses yaitu sebagai berikut:
1. Liberation (liberasi) yaitu melepaskan atau membebaskan mineral-mineral
berharga dari ikatan mineral ikutannya (mineral pengotor) dengan cara
pengecilan ukuran, sehingga terjadi pelepasan masing-masing butiran mineral
tersebut.
2. Concentration (konsentrasi) yaitu proses memisahkan mineral berharga tersebut
dari mineral pengotornya yang sudah terbebaskan.

Secara umum proses pengolahan bahan galian terdiri dari beberapa langkah

29
operasi:
1) Comminution (pengecilan ukuran)
Comminution merupakan kegiatan proses pengecilan ukuran, dilakukan dengan
cara memecah bongkah batuan besar yang diperolah dari tambang menjadi butiran-
butiran yang lebih kecil sehingga terjadi pelepasan (liberasi) dari mineral- mineral
yang berbeda atau diperoleh ukuran butiran yang diinginkan. Comminution
(peremukan) dan grinding (penggerusan), Crushing adalah penghancuran tingkat
pertama dengan menggunakan alat crusher, menghasilkan produk yang masih kasar
berukuran lebih dari satu sentimeter. Grinding atau penggerusan menghasilkan
produk yang berukuran lebih kecil dari 100 mesh.
Comminution dalam pelaksanaannya terdiri dari beberapa tahap tergantung
pada besarnya ukuran umpan (feed) dan ukuran produk yang diinginkan serta proses
pengolahan berikutnya. Proses pengecilan ukuran dapat dibagi menjadi 3 tahap,
yaitu:
1. Primary crushing
2. Secondary crushing
3. Tertiary crushing (fine grinding)
Tabel 2.2 Proses pengecilan ukuran bahan galian (Wills, 2006)
Ukuran Ukuran
No. Klasifikasi Alat
Feed Produk
1. Primary crushing 1. Jaw Crusher 12-60 inchi 4-6 inchi
2. Gyratory Crusher 12-60 inchi 4-6 inchi
2. Secondary crushing 1. Cone Crusher Otsuka 5-8 inchi 1/2-3/8 inchi
2. Roll Crusher
3. Gravity Stamp Mill
4. Hammer Mill
3. Tertiary crushing/ 1. Ball Mill 3 inchi 50-200
mesh
fine grinding 2. Tube Mill
3. Roll Mill

Sumber : Wills, 2006.


2) Sizing (penyeragaman ukuran)

30
Sizing atau penyeragaman ukuran adalah proses pemisahan butiran mineral
menjadi bagian-bagian (fraksi) yang berbeda dengan ukurannya sehingga setiap
fraksi terdiri dari butiran-butiran yang hampir sama ukurannya. Sizing dapat
dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
a. Penyaringan atau pengayakan (sieving/screening) yang merupakan pemisahan
butir mineral berdasarkan besar lubang ayakan pada saringan sehingga didapat
hasil yang seragam.
b. Klasifikasi (classifying) merupakan pemisahan butiran mineral berdasarkan
kecepatan jatuh butiran di dalam air atau udara sehingga didapatkan hasil yang
seragam.
3) Concentration (konsentrasi)
Concentration merupakan proses pengolahan bahan galian yang bertujuan untuk
memisahkan mineral berharga dari mineral pengotornya yang kurang berharga agar
didapatkan kadar yang tinggi. Berdasarkan perbedaan sifat fisik dari
mineral-mineral, maka proses konsentrasi dapat dibagi menjadi 4 (empat) macam,
yaitu:
a. Konsentrasi gravimetric yaitu pemisahan berdasarkan perbedaan gaya berat.
b. Konsentrasi magnetic yaitu pemisahan berdasarkan sifat kemagnetan.
c. Konsentrasi elektrostatic yaitu pemisahan berdasarkan perbedaan sifat daya
hantar listrik.
d.Konsentrasi flotation yaitu pemisahan berdasarkan sifat fisik permukaan mineral
terhadap pengaruh bahan kimia.
4) Dewatering (pengeringan)
Dewatering merupakan suatu proses untuk mengurangi/menghilangkan
kandungan air hasil akhir proses pengolahan bahan galian yang menggunakan air
dalam operasinya. Dewatering dapat dilakukan dalam tiga tahap yaitu:
1. Pengentalan (thickening)
2. Penyaringan (filtering)
3. Pengeringan (drying).
2.7 Ball Mill

31
Ball Mill merupakan salah satu jenis alat fine grinding dengan menggunakan
bola baja sebagai grinding media karena bola-bola memiliki luas permukaan per
unit berat lebih besar dari Rod, maka balls lebih baik untuk hasil akhir yang
bagus/halus. Bentuk dari mesin Ball Mill pada umumnya berupa tabung dengan
poros horizontal. Tabung ini memiliki beberapa butir besar bola keras yang berasal
dari bahan baja, besi karet, atau jenis logam keras lain. Keberadaan bola-bola inilah
yang membuatnya memiliki nama Ball Mill (Wills,2006). Ball Mill dapat dilihat
pada Gambar 2.2 sebagai berikut:

Gambar 2.2 Mesin Ball Mill (Wills, 2006)


Prinsip kerja Ball Mill adalah memutar silinder yang berisi bola-bola grinding
yang terbuat dari baja dan material (bijih) di dalamnya. Proses penghaluskan terjadi
karena mesin grinding yang berputar sehingga bola baja yang ada di dalamnya ikut
menggelinding, menggerus dan menggiling seluruh material di dalam grinding
sampai halus. Jika kecepatan putaran terlalu cepat maka bola-bola yang ada di
dalam mesin grinding akan menempel pada tabung dan hasil yang dihasilkan tidak
akan bagus jadi pengaturan harus disesuaikan untuk hasil yang maksimum.
Pergerakan material di dalam Ball Mill dapat dilihat pada Gambar 2.3 dibawah ini:

32
Gambar 2.3 Pergerakan material di dalam Ball Mill (Wills, 2006)
2.7.1 Mekanisme Kerja Dari Grinding Ball Mill
Menurut Ardra 2019, pengecilan ukuran pada penggerusan tergantung pada
seberapa besar partikel bijih untuk dapat digerus. Penggerusan terjadi oleh adanya
beberapa gaya yang bekerja pada partikel bijih tersebut adapun mekanisme kerja
dari grinding ini adalah dengan memanfaatkan gaya yang bekerja untuk memecah
umpan, gaya-gaya tersebut antara lain:
a. Impact atau penekanan, dimana gaya diberikan hampir ke seluruh permukaan
partikel.
b. Chipping, dimana gaya memiliki sudut tertentu.
c. Abration (gesek), dimana gaya paralel terhadap permukaan partikel.
Gaya-gaya yang bekerja pada proses grinding dapat dilihat pada Gambar 2.4
sebagai berikut:

a b c

Gambar 2.4 Gaya-gaya yang bekerja pada proses grinding (Wills, 2006)
Ball Mill adalah peralatan berbentuk silinder di dalamnya terdapat bola baja
sebagai media grinding. Tube mill terdiri atas dua ruang (chamber), chamber1
untuk penggilingan kasar dan chamber 2 untuk penggilingan halus. Proses

33
penggilingan raw material menggunakan grinding media yang berupa bola baja
yang memiliki ukuran diameter yang bervariasi, bola baja berbentuk bola yang
terbuat dari material yang tersusun atas unsur C (karbon), Cr (Kromiun) dan Mo
(Molibdenum), dengan komposisi yang berbeda-beda sesuai dengan ukuran
diameter bola baja nya. Di dalam Tube mill terdapat liner yang berfungsi untuk
melindungi permukaan bagian dalam mill dari grinding media dan berfungsi untuk
mengangkat bola baja untuk menghasilkan efek tumbukan dan efek penggerusan
pada material, sehingga dihasilkan material yang halus. Ada beberapa jenis liner,
antara lain:
1. Lifting liner yaitu liner yang berada pada chumber 1, yang mengangkat steel ball
untuk menghasilkan efek tumbukan pada material.
2. Classifying liner yaitu liner yang berada pada chumber 2, yang mengangkat
steel ball untuk menghasilkan efek penggerusan pada material.
3. Mill head liner yaitu liner yang berada pada bagian input Tube Mill untuk
melindungi dinding bagian dalam tube mill dari tumbukan steel ball.
4. Slot plate dan blind plate liner yaitu liner yang berada pada intermediate
diafragma dan output Tube Mill, yang berfungsi untuk memisahkan material
yang kasar dan material halus yang dibawa oleh aliran gas panas. Aspek penting
yang berkaitan dengan pemilihan bahan dan ukuran dari Ball Mill diantaranya
adalah :
1. Ukuran Material
Semakin besar ukuran bongkahan material yang akan dihaluskan, maka
ukuran Ball Mill juga perlu lebih besar.
2. Kepadatan dan Kekerasan Material
Semakin keras dan padat materinya membuat proses penghancuran juga akan
lebih sulit. Diperlukan Ball Mill dengan tingkat kepadatan dan kekerasan
yang melebihi kondisi materi.
3. Komposisi Material
Material tertentu akan mengalami reaksi kimia terhadap material lain atau
menimbulkan reaksi tertentu seperti ledakan, berkorosi, pembentukan residu
dan sebagainya. Jadi perhatikan efek kimia dan efek fisika antara perpaduan

34
material dengan bahan Ball Mill.
Menurut Schlanz (1987), variabel yang mempengaruhi efektivitas proses
penggerusan yaitu:
1. Perubahan laju dari umpan
Laju pengumpanan akan berpengaruh terhadap kapasitas dan waktu tinggal
(residence time). Semakin tinggi laju pengumpanan maka kapasitas produksi alat
semakin tinggi.
2. Perubahan beban sirkulasi
Loading material umpan berpengaruh terhadap efektivitas milling, semakin lebar
rasio material yang masuk terhadap kapasitas ruang Ball Mill maka efektivitas
penggerusan akan berkurang. Hal ini akan berpengaruh terhadap waktu tinggal
yang lebih lama.
3. Ukuran umpan
Ukuran umpan yang masuk ke Ball Mill akan mempengaruhi efektivitas milling,
perbandingan ukuran grinder terhadap ukuran umpan haruslah berkesesuaian
sehingga didapat nilai efektivitas penggerusan yang tinggi. Semakin kecil
ukuran umpan berpengaruh terhadap kecepatan dalam proses penggerusan.
4. Kekerasan dari bijih
Kekerasan bijih menjadi faktor penting dalam proses milling, kekerasan bijih
akan mempengaruhi pemilihan jenis grinder yang tepat agar dicapai efektivitas
penggerusan dan ketahanan grinder itu sendiri.
5. Laju air
Laju air berperan penting dalam proses pengolahan, air sebagai sarana
transportasi media pada Ball Mill. Semakin tinggi laju maka semakin cepat
material tertransportasi pada proses milling. Ball Mill pada umumnya beroperasi
dengan 65% padatan.
6. Bola Baja
Bola baja merupakan media yang digunakan untuk menggerus material yang
akan digerus pada Ball Mill yang terbuat dari baja berbentuk bola. Bola baja
memiliki ukuran yang berbeda-beda.
2.7. 2 Menghitung Dan Menentukan Jumlah Ball Mill

35
Jumlah mill adalah jumlah mill yang digunakan untuk menggerus bijih dari
ukuran umpan, d1 menjadi ukuran produk d2 pada laju pegumpanan tertentu dalam
ton/jam. Menurut Ardra (2019) Jumlah mill dihitung dengan persamaan berikut:
Jumlah mill = Power Grinding/Power Draft.
Menurut Ardra (2019), Ada beberapa definisi yang terkait dengan istilah-
istilah yang digunakan dalam penentuan jumlah mill atau Ball Mill atau Rod Mill.
Definisi-definisi ini harus dipahami benar sebelum dapat menghitung jumlah mill
yang akan digunakan dalam suatu pabrik pengolahan. Aspek penting yang berkaitan
dengan penentuan bahan jumlah mill atau Ball Mill diantaranya adalah : 1.
Dimensi Mill dan Variabel Operasi Ball Mill
Diameter mill adalah diameter dari mill baik Ball Mill atau rod mill, biasanya
dinotasikan dengan huruf D dalam meter. Panjang mill adalah panjang dari mill,
baik Ball Mill atau Rod Mill, biasanya dinotasikan dengan huruf L, dalam meter.
Charge (%) adalah rasio volume muatan terhadap volume Ball Mill. Istilah ini
biasa juga disebut dengan persen mill loading atau persen charge. Speed (%) adalah
rasio kecepatan putar mill terhadap kecepatan kritits, Nc. Istilah ini biasa juga
disebut dengan speed factor atau persen critical speed. Sg ore adalah spesifik
gravitasi bijih yang akan diolah. Sg adalah spesifik gravitasi grinding media yang
digunakan. Gm adalah diameter grinding media, diameter media maksimum yang
dapat dipakai.
2. Tipe Mill
Tipe mill adalah jenis-tipe mill yang dipakai dan didasarkan pada cara
pengeluran, jenis grinding media, dan cara operasinya basah atau kering. Setiap
tipe mill memiliki indeks tersendiri. Indeknya dinotasikan dengan KMt. Jadi nilai
KMt merupakan nilai dari pengaruh perbedaan tipe mill. Untuk Ball Mill dengan
pengeluaran overflow cara basah maka indeks dari pengaruh tipe mill atau
KMt adalah 1,0. Untuk Ball Mill cara basah dengan diaphragma dan Rod Mill
peripheral cara basah nilai KMt adalah 1,13. Untuk Ball Mill diaphragm cara kering
dan Rod mill peripheral cara kering nilai KMt adalah 1.25.

3. Power Draft

36
Power draft adalah energi yang diperlukan untuk operasi penggerusan oleh satu
mill. Mill yang digunakan memiliki diameter mill D, panjang mill L dengan persen
charge dan persen speed tertentu. Power draft dinyatakan dalam daya listrik,
kilowatt, atau kw. Power draft dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut: Power draft = 8,4 x( D)2,5 x L x KL x KSP x KMt. KL adalah Loading factor
yang menyatakan nilai dari pengaruh persentase muatan mill, atau charge persen
atau persen mill loading. KSP adalah speed factor yang menyatakan nilai dari
pengaruh kecepatan putar mill, atau persen speed, atau persen critical speed.
KMt adalah mill tipe faktor yang menyatakan nilai dari pengaruh perbedaan jenis-
tipe mill grinding. Untuk menentukan nilai dari KL dan KSP gunakan kurva pada
Gambar 2.5 di bawah ini.

Gambar 2.5 Kurva hubungan charge factor dan speed factor (Ardra, 2019)
4. Power Grinding
Power Grinding adalah energi yang dibutuhkan untuk menggerus bijih dari
ukuran umpan, d1 menjadi ukuran produk, d2 untuk laju pengumpanan tertentu
dalam ton/jam. Power grinding biasa dinyatakan dalam daya listrik, kilowatt, atau
kw. Power grinding dihitung dengan persamaan berikut:
m = laju pengumpanan, ton/jam
D = diameter mill.

37
2.8 Analisis Ukuran Butir Partikel
Analisis ukuran butiran adalah hal yang mendasar dalam analisis
laboratorium. Fungsi utama analisis partikel adalah untuk menentukan data
kuantitatif. Ukuran dan distribusi ukuran partikel secara tepat (Allen, 1997).
Metode analisa ukuran butiran partikel menggunakan Sieve (ayakan) merupakan
salah satu metode tertua yang ada. Material yang akan dianalisis diletakkan pada
saringan paling atas, dimana diameter lubang pada saringan disusun dari yang
paling besar (atas) hingga yang terkecil (bawah). Saringan akan digetarkan dengan
mesin dalam jangka waktu tertentu (Wills & Napier-Munn, 2006). Contoh alat
Vibrating Shieve Shaker dapat dilihat pada gambar 2.6 sebagai berikut :

Gambar 2.6 Alat Sieve Shaker (Wills & Napier-Munn, 2006)


Ada banyak metode untuk mengetahui distribusi ukuran butir pada persentase
berat kumulatif (undersize), seperti menggunakan kertas grafik aritmatika, grafik
semi-log dengan menambahkan persamaan garis lurus. Analisa ukuran butir sangat
diperlukan dalam analisis proses kinerja alat grinding. Analisa yang dipakai untuk
mencari ukuran rata-rata terbanyak yang lolos adalah dengan menggunakan P80,
dimana akan diketahui persentase ukuran partikel dengan jumlah yang lolos adalah
80% dari sampel selama pengayakan (Wills & Napier- Munn, 2006).

38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Tempat kegiatan penelitian ini akan dilakukan di PT MCM , yang berlokasi
di Dusun Pelantaran, Desa Senyubuk, Kecamatan Kelapa Kampit, Kabupaten
Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. PT MCM secara geografis
terletak 1080 01’ 30’’ BT-1080 08’ 06, BT dan 020 40’ 30” LS-020 44’ 46” LS. Berikut
peta lokasi penelitian pada Gambar 3.1

Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian


Waktu yang dibutuhkan untuk pengambilan data dan penelitian ini yaitu
dilakukan kurang lebih 6 minggu yang dimulai pada tanggal 27 Mei sampai tanggal
10 Juli 2021. Jadwal penelitian pada Tabel 3.1.

39
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Minggu Ke-
Kegiatan
1 2 3 4 5 6
Studi Literatur
Observasi Lapangan
Pengambilan Data
Pengolahan dan Analisis Data
Pembuatan Laporan

3.2 Alat dan Bahan Penelitian


Untuk menunjang penelitian yang dilakukan diperlukan beberapa alat dan
bahan. Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Ball Mill
Digunakan untuk menggerus material yang berukuran besar menjadi ukuran
yang lebih halus agar terlepas dari mineral pengotornya.
2. Hammer Mill
Digunakan untuk memisahkan material yang berukuran besar (oversize) dengan
material yang lebih kecil dari jarak plat besi (undersize).
3. Ember
Digunakan untuk mengambil sampel hasil gerusan Ball Mill dan digunakan
untuk mengukur laju umpan dalam penelitian.
4. Stopwatch
Digunakan untuk menghitung waktu yang digunakan untuk mengukur sampel
laju air dan laju umpan.
5. Gelas Ukur
Digunakan untuk mengambil laju air yang digunakan pada penelitian.
6. Plastik Sampel
Digunakan sebagai tempat untuk meletakkan sampel penelitian.

28
3.3 Tahapan Kegiatan Penelitian
Tahap-tahap kegiatan penelitian antara lain:
1. Observasi
Observasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan pada
daerah penelitian. Diawali dengan dilakukannya identifikasi serta perumusan
masalah terkait penelitian yang akan dilakukan, kemudian mengetahui lokasi yang
akan dilakukan pengambilan data pengukuran sebagai data awal penelitian dan
melakukan pengamatan langsung di lapangan untuk pengambilan data nantinya.

2. Studi Literatur
Dengan mengumpulkan informasi-informasi yang ada berupa skripsi, jurnal-
jurnal, referensi, dan penelitian-penelitian sebelumnya, dan memahami aspek teori
dari literatur-literatur yang ada.

3. Pengambilan Data
Merupakan tahapan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam
melakukan penelitian. Data yang dikumpulkan dalam tahap pengumpulan data
terdiri dari data primer (data yang didapatkan langsung selama penelitian
dilapangan) dan data sekunder (data yang didapatkan dari pihak perusahaan).
1. Data Primer
Data primer merupakan sumber data penelitian yang dapat diperoleh secara
langsung di lokasi penelitian, data tersebut berupa pengamatan langsung di
lapangan yang berupa wawancara, jejak pendapat dari individu ataupun hasil
observasi dari suatu objek lapangan.
Data yang diambil meliputi :
a. Laju umpan
b. Jumlah Putaran
c. Laju Air
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data penunjang penelitian yang didapatkan dari
perusahaan, adapun data tersebut dibawah ini :
a. Spesifikasi alat Ball Mill

28
b. Spesifikasi Sieve Shaker
Pada penelitian ini dilakukan percobaan sebanyak 27 kali dengan 3 variabel
yang diubah-ubah yaitu laju umpan, jumlah putaran (rpm), dan laju air. Sedangkan
untuk variabel tetapnya yaitu ukuran dan jumlah bola baja pada Ball Mill.
Percobaan dilakukan perubahan pada variabel Ball Mill yang akan diteliti agar
didapatkan hasil berupa pengaruh dari variabel-variabel tersebut terhadap hasil
gerusan yang didapatkan. Pengaturan variabel dilakukan secara kombinasi agar
mendapatkan hasil gerusan Ball Mill yang efektif. Tahapan-tahapan yang dilakukan
dalam pengambilan data penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pengaturan laju umpan. Pengaturan laju umpan dapat dilakukan


dengan cara menampung output (produk) yang keluar dari Ball Mill
menggunakan ember. Pengambilan sampel dilakukan 3 kali setiap laju umpan,
kemudian ditimbang menggunakan timbangan. Hasil pengukuran laju umpan
kemudian dirata-ratakan. Dari laju umpan ini, dapat dilihat LPT (Laju
Pemindahan Tanah) tiap sampel.
2. Melakukan pengaturan jumlah putaran (rpm) atau Rotation Per Minute.
Pengaturan jumlah putaran (rpm) dilakukan dengan cara mengatur cepat atau
lambat nya perputaran badan Ball Mill. Cepat atau lambat perputaran badan Ball
Mill mempengaruhi proses milling atau penggerusan. Jumlah putaran (rpm) Ball
Mill dalam penelitian ini ada 3 yaitu 40, 45, dan 50 rpm.
3. Melakukan pengaturan laju air. Pengaturan laju air dilakukan dengan cara
mengatur derasnya air dengan mengatur stop kran air yang masuk pada Ball Mill.
Untuk melihat laju air yang diatur dengan cara menampung air menggunakan
ember hingga terisi penuh dengan pencatatan waktu dimana setiap pengaturan
laju air dilakukan sebanyak 3 kali percobaan dengan waktu sekian detik.
4. Melakukan pengambilan sampel material hasil gerusan Ball Mill. Dilakukan
dengan cara menampung material dengan ember. Selanjutnya sampel berupa
lumpur proses milling tadi diendapkan kemudian dimasukkan ke dalam plastik
sampel dan diberi label sampel.
5. Melakukan pengeringan sampel. Setelah sampel diambil, kemudian dilakukan
pengeringan dengan cara digoreng menggunakan kuali dengan tujuan untuk

29
menghilangkan kadar air pada sampel. Berat basah tiap sampel ditimbang
(sebelum digoreng) dan berat kering setelah digoreng ditimbang. Usahakan
dalam proses pengeringan sampel benar-benar kering.
6. Melakukan penyaringan menggunakan Sieve Shaker. Berat sampel yang akan
diayak yaitu 250 gr. Dalam proses penyaringan, menggunakan waktu 5 menit
tiap sampel. Nomor saringan Sieve Shaker yang digunakan yaitu: 20 mesh, 40
mesh, 60 mesh, 80 mesh, dan 150, -200 mesh. Setelah dilakukan pengayakan,
sampel dikeluarkan dari saringan dan dituangkan pada kertas HVS yang sudah
diberi keterangan nomor saringan dan dilakukan penimbangan berat dari
masing-masing material yang tertahan pada masing-masing nomor saringan.
4. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah terkumpulkan kemudian dari data primer dan sekunder
dianalisis. Adapun penjelasan detail dalam melakukan pengolahan dan analisis data
adalah sebagai berikut:
a. Melakukan analisis ukuran butir yang tepat untuk proses konsentrasi dari
masing-masing sampel hasil gerusan Ball Mill. Berdasarkan hasil analisis
tersebut diperoleh ukuran hasil gerusan Ball Mill yang sesuai dengan ukuran
butir konsentrat timah.
b. Melakukan analisis pengaruh variabel terhadap hasil gerusan Ball Mill
ditampilkan dengan diagram sehingga didapatkan pengaruh dari kombinasi
variabel terhadap hasil gerusan Ball Mill.
c. Melakukan analisis efektivitas hasil gerusan Ball Mill dari berbagai sampel.
Efektivitas hasil gerusan Ball Mill ditampilkan dengan diagram sehingga
didapatkan hasil gerusan Ball Mill yang efektif dari perubahan variabel yang
telah dilakukan. Untuk dapat lebih jelasnya tahapan penelitian dapat dilihat
diagram alir di bawah ini :

30
Mulai
Identifikasi Masalah Studi Literatur

Rumusan Masalah

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Data Primer Data


Sekunder
1. Laju umpan pada
Ball Mill 1. Spesifikasi alat
2. Jumlah putaran per Ball Mill
menit (rpm) 2. Spesifikasi Sieve
3. Laju air pada Ball Shaker
Mill

Pengolahan dan Analisis data


1. Menganalisis ukuran butir pada proses konsentrasi di PT MCM
2. Menganalisis Pengaruh variabel terhadap hasil gerusan
3. Menganalisis efektivitas penggerusan menggunakan alat Ball Mill

Hasil dan Pembahasan

1. Mengetahui ukuran butir secara aktual di PT MCM


2. Mengetahui pengaruh variabel terhadap hasil gerusan
3. Mendapatkan efektivitas penggerusan alat Ball Mill

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.2 Diagram alir penelitian

31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses pengolahan Timah Primer di PT Menara Cipta Mulia dimulai dengan proses
peremukan menggunakan Hammer Mill, kemudian dihaluskan kembali
menggunakan Ball Mill. Penggerusan menggunakan Ball Mill merupakan salah
satu jenis alat fine grinding dengan menggunakan bola baja sebagai grinding media.
Dalam penelitian ini, Ball Mill merupakan proses lanjutan yang bertujuan untuk
mengecilkan ukuran butir material agar didapatkan ukuran yang lebih halus (fine
material). Mekanisme peremukan pada Ball Mill berhubungan dengan gaya tekan
(impact), gesek (abration), dan potong (chipping).

Mesin Ball Mill

Gambar 4.1 Mesin Ball Mill


Penelitian ini berfokus ukuran butiran yang dihasilkan berdasarkan berat butir
tertahan yang dilakukan dengan cara merubah parameter dengan
mengkombinasikan laju umpan, rpm, dan laju air yang dilakukan pada alat Ball
Mill. Tiga parameter ini dipilih karena mudah dilakukan, cukup signifikan, dan
diharapkan dapat menghasilkan gerusan bijih timah yang efektif dan mendapatkan
ukuran butir yang ingin didapatkan sehingga tidak dilakukan penggerusan kembali
pada alat Ball Mill.

32
33

4.1 Ukuran Butir Aktual Mineral Proses Konsentrasi di PT MCM


Ukuran butiran mineral pada proses konsentrasi dilakukan dengan menggunakan
alat Sieve Shaker. Analisis ukuran butiran adalah suatu cara atau metode
mengetahui ukuran butir menggunakan alat Sieve Shaker untuk melihat penyebaran
ukuran butir hasil dari gerusan Ball Mill. Alat Sieve Shaker sendiri proses
kinerjanya dengan metode ayakan dengan meletakan sampel gerusan Ball Mill
diatas saringan ayakan lalu dilakukan penyaringan selama 5 menit. Sebelum proses
pengayakan sampel harus terlebih dahulu dalam kondisi kering agar pada proses
penyaringan lebih mudah. Pengeringan dilakukan dengan cara menggoreng tiap
sampel tersebut. Setelah itu sampel tersebut ditimbang menggunakan timbangan
digital agar bisa mengetahui berat sampel yang akan dianalisis. Pada penelitian ini
berat sampel yang akan dilakukan penyaringan menggunakan Sieve Shaker sebesar
250 gr (Gambar 4.2)

Gambar 4.2 Ukuran butir tertahan pada setiap nomor


Ukuran butir tertahan pada setiap nomor saringan menggunakan Sieve Shaker.
Sampel yang akan dilakukan penyaringan berjumlah 27 sampel dengan penggunaan
parameter yang berbeda-beda pada Ball Mill. Nomor saringan pada Sieve Shaker
terbagi atas 5 nomor saringan yaitu 20 mesh, 40 mesh, 60 mesh, 80 mesh, 150 mesh
dan -200 mesh. Nomor saringan 20 dan 40 mesh merupakan nomor saringan dimana
ukuran butir yang tertahan masih kasar dan mineral berharga yang mengandung
timah belum terlepas dari mineral pengotornya. Sedangkan nomor saringan 60
sampai -200 mesh merupakan nomor saringan dimana ukuran butir mineral
berharga yang mengandung timah lebih halus (fine material) dan mineral berharga
sudah terlepas dari mineral pengotornya.
Analisis ukuran butir pada Sieve Shaker diperlukan butiran- butiran yang benar-
benar lepas, sehingga material hasil gerusan Ball Mill banyak tertahan pada nomor
saringan 60 sampai -200 mesh dan untuk tahap konsentrasinya, mineral utama
(kasiterit) dan mineral pengotornya dapat dipisahkan dengan baik. Apabila material
hasil gerusan banyak tertahan pada nomor saringan 20 dan 40 mesh, dapat
dipastikan bahwa penggerusan belum efektif dan perlu dilakukan penggerusan
ulang. Analisis ukuran butir untuk proses konsentrasi pada percobaan ini dapat
dianalisis dari berat butir tertahan masing-masing sampel yang diayak
menggunakan Sieve Shaker. Berat butir tertahan hasil penelitian di PT MCM
(Tabel 4.1).
Tabel 4.1 Berat butir tertahan hasil penelitian
Variabel Berat (gr) Ukuran
No. Laju Umpan Rotasi Per Laju 60 s.d -200 mesh
Sampel (kg/jam) Menit (rpm) Air (ℓ/jam)
1 100 s.d 200 40 1.008 27
2 100 s.d 200 40 1.512 51
3 100 s.d 200 40 2.160 74
4 100 s.d 200 45 1.008 94,5
5 100 s.d 200 45 1.512 100
6 100 s.d 200 45 2.160 102,5
7 100 s.d 200 50 1.008 112
8 100 s.d 200 50 1.512 118,5
9 100 s.d 200 50 2.160 122
0 200 s.d 300 40 1.008 125
11 200 s.d 300 40 1.512 133,5
12 200 s.d 300 40 2.160 137
13 200 s.d 300 45 1.008 140
14 200 s.d 300 45 1.512 145
No. Laju Umpan Rotasi Per Laju Berat (gr) Ukuran
Sampel (kg/jam) Menit (rpm) Air (ℓ/jam) 60 s.d -200 mesh
15 200 s.d 300 45 2.160 150,5
16 200 s.d 300 50 1.008 155,5
17 200 s.d 300 50 1.512 160
18 200 s.d 300 50 2.160 166
19 300 s.d 400 40 1.008 172,4
20 300 s.d 400 40 1.512 175,25
21 300 s.d 400 40 2.160 180
22 300 s.d 400 45 1.008 204
23 300 s.d 400 45 1.512 225
24 300 s.d 400 45 2.160 201
25 300 s.d 400 50 1.008 183,5
26 300 s.d 400 50 1.512 149,5
27 300 s.d 400 50 2.160 118

Hasil percobaan analisis ukuran butiran secara aktual menggunakan Sieve Shaker
berdasarkan berat ukuran butiran mineral hasil dari penggerusan Ball Mill. Pada
percobaan ini peneliti mengkombinasikan parameter laju umpan, rpm, dan laju air
agar mendapatkan hasil gerusan yang dinginkan perusahaan yaitu 60 s.d. -200
mesh. Laju umpan, rpm, dan laju air merupakan variabel yang digunakan untuk
mendapatkan sampel yang akan dianalisis menggunakan Sieve Shaker. Berat
sampel 1 s.d. 9 berat butiran yang didapatkan dengan ukuran butiran 60 s.d. -200
mesh belum maksimal. Sampel 10 s.d. 20 berat butiran yang didapatkan mengalami
peningkatan dan pada puncaknya pada sampel 23 yang dimana laju umpan yang
digunakan 300 s.d. 400 kg/jam, rpm 45, laju air 1.512 ℓ/jam. Berat butir tertinggi
yang dihasilkan pada sampel 23 nilai sebesar 225 gr, sedangkan berat butir terendah
pada sampel 1 nilai sebesar nilai 27 gr yang dimana laju umpan 100 s.d. 200 kg/jam,
rpm 40, laju air sebesar 1.008 ℓ/jam. Pada sampel 24 s.d. 27 mengalami penurunan.
Grafik berat butir tertahan hasil penelitian (Gambar 4.1)
250

200
Berat (gram)

150

100

50

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Sampel

Gambar 4.1 Grafik berat butir tertahan hasil penelitian


Hasil berat menunjukkan berat butir sampel 1 sampai sampel 23 mengalami
kenaikan. kareana laju umpan, rpm dan laju air yang digunakan semakin tinggi.
Semakin tinggi laju umpan, maka kapasitas produksi alat semakin tinggi. Laju
umpan 100 s.d 200 kg/jam dan 200 s.d 300 kg/jam mengakibatkan kapasitas Ball
Mill tidak dapat terisi penuh oleh material sehingga penggerusan belum maksimal
dan LPT (Laju Pemindahan Tanah) yang dihasilkan belum sesuai dengan target
perusahaan. Laju umpan 300 s.d 400 kg/jam merupakan laju umpan maksimum
yang dapat diukur dan mencapai target perusahaan.
Jumlah putaran 45 rpm adalah yang paling bagus karena bola baja bergerak
mengelilingi seluruh permukaan dalam Ball Mill dan memberikan tumbukan
kepada material yang digerus dari semua sisi Ball Mill sehingga material dapat
tergerus dengan sempurna. Jumlah putaran 40 rpm terlalu rendah yang
mengakibatkan material tidak dapat digerus dengan sempurna yang berakibat pada
penurunan produksi dan memakan waktu yang lama. Jumlah putaran 50 rpm terlalu
kencang mengakibatkan molen atau badan Ball Mill penuh dan material akan
tumpah yang menyebabkan hasil gerusan Ball Mill menjadi berkurang.
Semakin tinggi laju air, maka semakin cepat material tertransportasi pada proses
milling. Laju air 1.512 ℓ/jam merupakan laju air yang paling bagus karena laju air
ini mampu membuat material tertransportasi pada proses milling tidak terlalu
kencang dan tidak terlalu lambat. Berat butir tertinggi pada sampel 23 sebesar 225
gr dengan parameter laju umpan 300 s.d 400 kg/jam, jumlah putaran 45 rpm, dan
Laju air 1.512 ℓ/jam. Berat butir terendah pada sampel 1 dengan parameter laju
umpan 100 s.d 200 kg/jam, jumlah putaran 40 rpm, dan laju air 1.008 ℓ/jam. Berat
butir tertahan sampel 24 sampai sampel 27 mengalami penurunan yang signifikan
karena jumlah putaran yang digunakan terlalu tinggi sebesar 50 rpm. Laju air yang
terlalu tinggi mengakibatkan Ball Mill penuh dan material akan tumpahyang
menyebabkan hasil gerusan Ball Mill menjadi berkurang. Laju air yang terlalu
tinggi mengakibatkan Ball Mill penuh dan material akan tumpah menyebabkan
hasil gerusan Ball Mill menjadi berkurang.

4.2 Pengaruh Variabel Terhadap Hasil Gerusan


Analisis ukuran butiran berdasarkan berat butiran menggunakan Sieve Shaker
peneliti mengkombinasikan variabel-variabel terhadap hasil gerusan laju umpan ,
rpm dan laju air untuk mengetahui pengaruh variabel tersebut terhadap hasil
gerusan pada Ball Mill. Analisis menggunakan laju umpan 100 s.d. 200 kg/jam, 200
s.d. 300 kg/jam dan 300 s.d. 400 kg/jam dengan kecepatan putaran mesin 40 rpm,
45 rpm, 50 rpm dan laju air sebesar1.008 ℓ/jam, 1.512 ℓ/jam, dan 2.160 ℓ/jam. Hasil
pengujian pengaruh variabel terhadap gerusan berdasarkan berat butiran (Tabel 4.2)
Tabel 4.2 Berat butir tertahan hasil penelitian
Variabel
Berat (%) Ukuran
No. Laju Umpan Rotasi Per Menit Laju Air 60 s.d -200 mesh
Sampel (kg/jam) (rpm) (ℓ/jam)
1 100 s.d 200 40 1.008 10,8
2 100 s.d 200 40 1.512 20,4
3 100 s.d 200 40 2.160 29,6
4 100 s.d 200 45 1.008 37,8
5 100 s.d 200 45 1.512 40
6 100 s.d 200 45 2.160 41
7 100 s.d 200 50 1.008 44,8
8 100 s.d 200 50 1.512 47,4
9 100 s.d 200 50 2.160 48,8
No. RPM Laju Air
Sampel Laju Umpan (Rotasi Per Menit) (ℓ/jam) Berat (%) Ukuran
(kg/jam) 60 s.d -200 mesh
10 200 s.d 300 40 1.008 50
11 200 s.d 300 40 1.512 53,4
12 200 s.d 300 40 2.160 54,8
13 200 s.d 300 45 1.008 56
14 200 s.d 300 45 1.512 58
15 200 s.d 300 45 2.160 60,2
16 200 s.d 300 50 1.008 62,2
17 200 s.d 300 50 1.512 64
18 200 s.d 300 50 2.160 66,4
19 300 s.d 400 40 1.008 68
20 300 s.d 400 40 1.512 70,1
21 300 s.d 400 40 2.160 72,8
22 300 s.d 400 45 1.008 81,7
23 300 s.d 400 45 1.512 88,4
24 300 s.d 400 45 2.160 86,2
25 300 s.d 400 50 1.008 73,4
26 300 s.d 400 50 1.512 59,8
27 300 s.d 400 50 2.160 53,4

Berat butir tertinggi sampel 23 sebesar 88,4% laju umpan 300 s.d. 400 kg, rpm
sebesar 45, dan laju air sebesar 1.512 ℓ/jam, berat butir terendah yang dihasilkan
pada sampel 1 dengan nilai sebrsar 10,8% laju umpan 100 s.d. 200 kg/jam, rpm
sebesar 40 dan laju air 1008 ℓ/jam. Sampel 1 – 23 berat butiran mengalami
peningkatan yang pada puncaknya pada sampel 23. Pada sampel 24 s.d. 27
mengalami sedikit penurunan hasil gerusan. Grafik berat butiran hasil penelitian
(Gambar 4.2).
100
90
80
70
Berat (%)

60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627
Sampel

Gambar Grafik 4.2 Grafik berat butiran tertahan hasil penelitian


Berat butiran tertahan paling tertinggi pada sampel 23 sebesar 88,4%, dan terendah
sebesar 10,8% pada sampel 1. Laju umpan sangat berpengaruh terhadap hasil
gerusan Ball Mill. Peningkatan laju umpan sangat berpengaruh terhadap hasil
gerusan karena persentase hasil gerusan semakin tinggi dan juga laju umpan sangat
berpengaruh terhadap kapasitas material gerusan dan waktu tinggal (resindence
time) yang digerus didalam Ball Mill. Pada sampel 1 s.d. 9 dengan laju umpan 100
s.d. 200 kg\jam belum dapat menghasilkan gerusan yang efektif dikarenakan laju
umpan yang digunakan terlalu rendah sehingga gerusan yang dihasilkan belum
maksimal meskipun dikombinasikan dengan rpm dan laju air yang tinggi. Pada
sampel 10 s.d. 18 mengalami peningkatan karena laju umpan yang digunakan lebih
besar sebesar 200 s.d. 300 kg/jam dan hasil gerusan belum optimal. Laju umpan
300 s.d. 400 pada sampel 19 s.d. 27 adalah laju umpan yang paling efektif karena
dikarenakan hasil gerusan yang dihasilkan paling tinggi.
Pengaruh jumlah putaran terhadap hasil gerusan dipengaruhi kecepatan material
tergerus di dalam Ball Mill. Energi potensial yang dihasilkan bola baja akan
mengakibatkan tumbukan didalam Ball Mill dan dapat menghaluskan material
menjadi lebih halus (fine material). Kecepatan putar Ball Mill terlalu cepat
mengakibatkan bola baja akan ikut bergerak mengelilingi bagian sisi permukaan
badan Ball Mill yang menyebabkan material yang terdapat pada bagian tengah Ball
Mill tidak tergerus. Jumlah putaran ini dilakukan berdasarkan pada percobaan untuk
mencari hasil gerusan yang efektif. Jumlah putaran 40 rpm belum dapat
menghasilkan gerusan yang efektif karena putaran 40 rpm terlalu pelan sehingga
bola baja tidak dapat memberikan tumbukan dengan baik kepada material gerusan.
Sedangkan putaran 45 rpm dapat menghasilkan gerusan yang paling efektif karena
putaran 45 rpm dapat memberikan tumbukan material gerusan dengan baik
dikarenakan kecepatan putaran tidak terlalu pelan dan tidak terlalu kencang
sehingga dapat memberikan tumbukan material dengan baik. Putaran 50 rpm adalah
putaran yang terlalu cepat yang menyebabkan bola baja tidak dapat memberikan
tumbukan pada bagian tengah Ball Mill sehingga hasil gerusannya masih kasar
yang mengakibatkan ukuran butir tertahan pada Sieve Shaker mengalami
penurunan drastis.
Laju air berperan penting dalam proses pengolahan, air sebagai sarana transportasi
media pada Ball Mill. Semakin tinggi laju air maka semakin cepat material
tertransportasi pada proses milling. Laju air yang telalu kencang menyebabkan Ball
Mill penuh dan material akan tumpah sehingga bola baja tidak dapat memberikan
tumbukan kepada material gerusan dengan baik.
Laju air 1.008 ℓ/jam belum dapat menghasilkan gerusan yang efektif karena laju
air 1.008 ℓ/jam terlalu rendah meskipun dikombinasikan dengan laju umpan dan
rpm yang tinggi. Laju air 1.512 ℓ/jam merupakan laju air yang dapat menghasilkan
gerusan yang efektif karena laju air hasil gerusan tidak terlau kencang dan tidak
terlalu pelan dalam mengaliri umpan. Laju air 2.160 ℓ/jam merupakan laju air yang
terlalu kencang dan bisa menyebabkan molen tumpah

4.3 Usaha Perbaikan Efektivitas Penggerusan Mengunakan Ball Mill


Perbaikan efektivitas pengerusan melakukan pengaturan kombinasi variabel-
variabel laju umpan, rpm, dan laju air yang dilakukan secara kombinasi untuk
mendapatkan hasil gerusan Ball Mill. Hasil percobaan yang dilakukan
menghasilkan nilai efektif dari ukuran yang dihasilkan pada percobaan ini. Nilai
efektif hasil gerusan bijih timah primer (Gambar 4.2). Nilai efektivitas hasil
penggerusan bijih timah primer menggunakan Ball Mill diperoleh pada sampel
nomor 23 sebesar 88,4% dengan variabel laju umpan 300 s.d 400 kg/jam, jumlah
putaran 45 rpm, dan laju air 1.512 ℓ/jam. Parameter ini sangat cocok untuk
dijadikan acuan bagi perusahaan. untuk mendapatkan ukuran butir hasil gerusan
yang tepat untuk proses konsentrasi. Sampel nomor 24, 25, 26, dan 27 mengalami
penurunan dengan variabel laju umpan 300 s.d 400 kg/jam, jumlah putaran 50 rpm,
dan laju air 1.008 ℓ/jam, 1.512 ℓ/jam, dan 2.160 ℓ/jam. Laju pengumpanan akan
berpengaruh terhadap kapasitas dan waktu tinggal (residence time). Semakin tinggi
laju pengumpanan maka kapasitas produksi alat semakin tinggi. Semakin tinggi
putaran Ball Mill energi yang dihasilkan akan juga semakin besar. Apabila
kecepatan putar Ball Mill terlalu cepat, maka bola baja akan ikut bergerak
mengelilingi permukaan dalam mesin Ball Mill dan tidak akan memberikan
tumbukan kepada material yang digerus. Laju air yang terlalu kencang
menyebabkan Ball Mill hasil gerusan berkurang. Hasil pengukuran laju umpan
(Tabel 4.3).
Tabel 4.3 Rata-rata pengukuran laju umpan
Rata-Rata Laju Umpan
No.
100 s.d 200 kg/jam 200 s.d 300 kg/jam 300 s.d 400 kg/jam
1. 158,40 260,28 332,28
2. 172,8 266,40 350,28
3. 144 268,80 357,48
4. 170,28 280,80 379,08
5. 180,28 278,28 384,40
6. 188,28 288,80 387,60
7. 193,32 295,20 393,54
8. 184,68 285,48 397,18
9. 195,48 273,60 398,40

Rata-rata pengukuran laju umpan dilakukan sebanyak 27 kali percobaan. Laju


umpan yang di gunakan yaitu 100 s.d.200 kg/jam adalah nilai terkecil sebesar 144
kg/jam. Laju umpan yang digunakan pada 300 s.d. 400 kg/jam adalah nilai terbesar
sebesar 398,40 kg/jam. Selama pengambilan sampel dilakukan 3 kali percobaan
setiap laju umpan, hasil dari pengukuran tersebut lalu kemudian dirata - ratakan
sehingga didapat hasil pengukuran laju pengumpanan pada percobaan ini (Gambar
4.3).
450
400
kilogram\jam (kg/jam)
350
300
250
100 s.d. 200
200
200 s.d. 300
150
300 s.d. 400
100
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sampel Laju Umpan

Gambar 4.3 Grafik rata-rata pengukuran laju umpan


Grafik rata-rata pengukuran laju umpan menggunakan 27 sampel. Pengukuran laju
umpan yang terbagi menjadi tiga sebesar 100 s.d 200 kg/jam, 200 s.d 300 kg/jam,
300 s.d. 400 kg/jam. Laju umpan 100 s.d. 200 kg/ jam sebanyak 9 sampel masing–
masing sampelnya adalah 158,40 kg/jam, 172,8 kg/jam, 144 kg/jam, 170,28 kg/jam,
180,28 kg/jam, 188,28 kg/jam, 193,32 kg/jam, 184,68 kg/jam, 195,48 kg/jam. Laju
umpan 200 s.d. 300 kg/jam sebanyak 9 sampel sebesar 260,28 kg/jam, 266,40
kg/jam, 268,80 kg/jam, 280,80 kg/jam, 278,28 kg/jam, 288,80 kg/jam, 295,20
kg/jam, 285,48 kg/jam, 273, 60 kg/jam. Rata-rata yang terbesar yang digunakan
laju umpan 300 s.d. 400 kg/jam sebesar 332,28, kg/jam, 350,28 kg/jam, 357,48
kg/jam, 379,08 kg/jam, 384,40 kg/jam, 387,60 kg/jam, 393,54 kg/jam, 397,18
kg/jam, 398,40 kg/jam.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari kegiatan penelitian yang dilakukan di PT Menara Cipta Mulia Desa
Senyubuk Kabupaten Belitung Timur dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Analisis ukuran butir untuk proses konsentrasi dengan melihat material
yang tertahan pada masing-masing nomor saringan pada Sieve Shaker.
Nomor saringan 60, 80, 150, 200 mesh merupakan nomor saringan yang
berukuran halus sedangkan nomor saringan 20 dan 40 mesh merupakan
nomor saringan yang berukuran kasar dan perlu dilakukan penggerusan
ulang.
2. Variabel laju umpan, rpm, dan laju air sangat berpengaruh terhadap hasil
penggerusan. Semakin tinggi laju umpan, jumlah putaran, dan laju air
semakin tinggi pula hasil gerusan Ball Mill, tetapi apabila variabel
tersebut terlalu tinggi menyebabkan molen penuh dan material akan
tumpah sehingga volume hasil gerusan akan menurun.
3. Efektivitas hasil penggerusan diperoleh pada sampel 23 dengan nilai
ukuran butiran tertinggi mencapai 88,4. Adapun nilai efektif diperoleh
dari pengaturan variabel laju umpan 300 s.d. 400 kg/jam, rpm 45 putaran,
dan laju air 1.512 ℓ/jam.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari penelitian ini diantaranya yaitu:
1. Untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan variabel jumlah dan
ukuran bola baja sebesar 1 kg, 2 kg, dan 3 kg yang dapat mempengaruhi
hasil gerusan Ball Mill.
2. Untuk penelitian selanjutnya perlu diperhatikan penggunaan laju umpan dan
ukuran umpan agar hasilnya lebih pasti dan rinci.
DAFTAR PUSTAKA

Allen, T. 1997. Particles Size Measurement. Chapman And Hall, London.

Ardra, 2019. Cara Menentukan Power Draft dan Cara Menentukan Power
Grinding dengan Rumus Cara Menghitung Jumlah Ball Mill dan Calculator
Ball Mill.

Arif, 2014. Pengolahan Bahan Galian. Bandung.

Arsis, 2018. Pengaruh Waktu Pengilingan Menggunakan Ball Mill Terhadap


Ukuran Partikel Batuan Basalt. Teknik Pertambangan UMMU Ternate.

Baharuddin, S. 1995. Peta Geologi Lembar Belitung. Pusat Penelitian dan


Pengembangan Geologi, Bandung.

Beaumont, 1847. Endapan Timah. United State Of America. Mc Graw-Hill Book


Company, Inc.

Cik, A. 2020. Kajian Produksi Ball Mill Dalam Menentukan Efektivitas


Penggerusan Bijih Timah Primer Di CV Persada Tambang Intitama TK 4218
Paku Kabupaten Bangka Selatan. Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas
Teknik Universitas Bangka Belitung.

Hidayat, 2018. Analisa Kinerja Hasil Perancangan Alat Reduksi Dan Klasifikasi
Ukuran Penggerusan Tipe Screener Ball Mill. Teknik Mesin Universitas
Negeri Surabaya.

Schlanz, J.W. 1987. Grinding: An Overview Of Operation And Design. Spurce


Pine, NC.

Sudrajat, 1996. Endapan Timah Primer. Jurnal Tambang, Jurusan Teknik


Pertambangan Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Sugeng, 2018. Daur Ulang Pasir Silika Bekas Inti Cor Melalui Teknik Ball Mill
Untuk Mengembalikan Daya Ikatnya. Teknik Mesin Universitas Muria
Kudus.

Sujitno, S, 2007. Sejarah Penambangan Timah di Indonesia. PT Timah (Persero)


Tbk. Bangka.

Sukandarrumidi, 2007. Geologi Mineral Logam. Universitas Gadjah Mada


Press.Yogyakarta.

Sukmana, 2015. Penentuan Energi Ball Mill Menggunakan Metode Indeks Kerja
Bond. Prosiding Teknik Pertambangan, Universitas Islam Bandung.
Taylor, 1985. Tipe Endapan Timah. Amsterdam. Elsevier Scientific Publishing
Company.

Wills, B. A. and Napier-Munn. 2006. Mineral Processing Technology: “An


Introduction to the Practical Aspects of Ore Treatment and Mineral
Recovery”. Elsevier Science and Technology Books, Australia.
LAMPIRAN A
SPEKSIFIKASI BALL MILL

Gambar A.1 Mesin Ball Mill


Spesifikasi Ball Mill yang digunakan Di PT Menara Cipta Mulia dapat
dilihat pada Tabel A.1 sebagai berikut:

Tabel A.1 Spesifikasi Ball Mill


No. Deskripsi Keterangan
1. Panjang 4,5 m
2. Diameter 1,6 m
3. Volume 250 m3
4. Rotation Speed 100 putaran/menit
6. Ball Load 16
7. Kapasitas LPT 600 kg
8. Motor Power 380 kw
9. Weight 2 ton
LAMPIRAN B

PENGATURAN LAJU UMPAN

Pengaturan laju umpan dapat dilakukan dengan cara memasukan material ke


feed Hammer Mill, kemudian dilakukan penimbangan untuk menghitung berat
sampel yang didapatkan.

Gambar B.1 Pengaturan Laju Umpan

Tabel B.1 Rata-Rata Laju Impan Yang Didapatkan Pada Setiap Sampel
Rata-Rata Laju
N Umpan
o. 100 s.d 200 kg/jam 200 s.d 300 kg/jam 300 s.d 400 kg/jam

1 158,4 260,28 332,28


. 0
2 172,8 266,40 350,28
.
3 144 268,80 357,48
.
4 170,2 170,28 379,08
. 8
5 188,2 178,92 384,40
. 8
6 188,2 188,28 387,60
. 8
7 193,3 193,32 393,54
. 2
8 184,6 184,68 397,18
. 8
9 195,4 195,48 398,40
. 8

1. Laju Umpan 100 s.d 200 kg/jam


Uji 1
 Laju Umpan = 40 gr/detik
 Laju Umpan = 44 gr/detik
 Laju Umpan = 48 gr/detik
Total = 132 gr/detik
Rata-rata = 44 gr/detik
= 2640 gr/menit
= 158.400 gr/jam
= 158,40 kg/jam
Uji 2
 Laju Umpan = 50 gr/detik
 Laju Umpan = 48 gr detik
 Laju Umpan = 46 gr/detik
Total = 144 gr/detik
Rata-rata = 48 gr/detik
= 2880 gr/menit
= 172.800 gr/jam
= 172,8 kg/jam
Uji 3
 Laju Umpan = 35 gr/detik
 Laju Umpan = 40 gr/detik
 Laju Umpan = 45 gr/detik
Total = 120 gr/detik
Rata-rata = 40 gr/detik
= 2400 gr menit
= 144.000 gr jam
= 144 kg/jam
Uji 4
 Laju Umpan = 45 gr/detik
 Laju Umpan = 42 gr/detik
 Laju Umpan = 55 gr/detik
Total = 142 gr/detik
Rata-rata = 47,3 gr/detik
= 2838 gr/menit
= 170.280 gr/jam
= 170,28 kg/jam
Uji 5
 Laju Umpan = 47 gr/detik
 Laju Umpan = 47 gr/detik
 Laju Umpan = 55 gr/detik
Total = 149 gr/detik
Rata-rata = 49,7 gr/detik
= 2982 gr/menit
= 178.920 gr/jam
= 178,92 kg/jam
Uji 6
 Laju Umpan = 50 gr/detik
 Laju Umpan = 52 gr/detik
 Laju Umpan = 55 gr/detik
Total = 157 gr/detik
Rata-rata = 52,3 gr/detik
= 3138 gr/menit
= 188.280 gr/jam
= 188,28 kg/jam
Uji 7
 Laju Umpan = 55 gr/detik
 Laju Umpan = 52 gr/detik
 Laju Umpan = 54 gr/detik
Total = 161 gr/detik
Rata-rata = 53,7 gr/detik
= 3222 gr/menit
= 193.320 gr/jam
= 193,32 kg/ jam
Uji 8
 Laju Umpan = 52 gr/detik
 Laju Umpan = 53 gr/detik
 Laju Umpan = 49 gr/detik
Total = 154 gr/detik
Rata-rata = 51,3 gr/detik
= 3078 gr/menit
= 184.680 gr jam
= 184,68 kg/jam
Uji 9
 Laju Umpan = 56 gr/detik
 Laju Umpan = 54 gr/detik
 Laju Umpan = 53 gr/detik
Total = 163 gr/detik
Rata-rata = 54,3 gr/detik
= 3258 gr/menit
= 195.7480 gr/jam
= 195,48 kg/jam
2. Laju Umpan 200 s.d 300 kg/jam
Uji 1
 Laju Umpan = 70 gr/detik
 Laju Umpan = 72 gr/detik
 Laju Umpan = 75 gr/detik
Total = 217 gr/detik
Rata-rata = 72,3 gr/detik
= 4338 gr/menit
= 260.280 gr/jam
= 260,28 kg/jam

Uji 2
 Laju Umpan = 75 gr/detik
 Laju Umpan = 73 gr/detik
 Laju Umpan = 74 gr/detik
Total = 222 gr/detik
Rata-rata = 74 gr/detik
= 4440 gr/menit
= 266.400 gr/jam
= 266,40 kg/jam
Uji 3
 Laju Umpan = 76 gr/detik
 Laju Umpan = 70 gr/detik
 Laju Umpan = 78 gr/detik
Total = 224 gr/detik
Rata-rata = 74,7 gr/detik
= 4480 gr/menit
= 268.800 gr/jam
= 268,80 kg/jam
Uji 4
 Laju Umpan = 79 gr/detik
 Laju Umpan = 78 gr/detik
 Laju Umpan = 77 gr/detik
Total = 234 gr/detik
Rata-rata = 78 gr/detik
= 4680 gr/menit
= 280.800 gr/jam
= 280,80 kg/jam
Uji 5
 Laju Umpan = 80 gr/detik
 Laju Umpan = 75 gr/detik
 Laju Umpan = 77 gr/detik
Total = 232 gr/detik
Rata-rata = 77,3 gr/detik
= 4638 gr/menit
= 278.280 gr/jam
= 278,28 kg/jam
Uji 6
 Laju Umpan = 80 gr/detik
 Laju Umpan = 79 gr/detik
 Laju Umpan = 81 gr/detik
Total = 240 gr/detik
Rata-rata = 80 gr/detik
= 4800 gr/menit
= 288.800 gr/jam
= 288,80 kg/jam
Uji 7
 Laju Umpan = 81 gr/detik
 Laju Umpan = 82 gr/detik
 Laju Umpan = 83 gr/detik
Total = 246 gr/detik
Rata-rata = 82 gr/detik
= 4920 gr/menit
= 295. 200 gr/jam
= 295,20 kg/jam

Uji 8
 Laju Umpan = 75 gr/detik
 Laju Umpan = 83 gr/detik
 Laju Umpan = 80 gr/detik
Total = 238 gr/detik
Rata-rata = 79,3 gr/detik
= 4758 gr/menit
= 285.480 gr/jam
= 285,48 kg/jam

Uji 9
 Laju Umpan = 82 gr/detik
 Laju Umpan = 78 gr/detik
 Laju Umpan = 68 gr/detik
Total = 228 gr/detik
Rata-rata = 76 gr/detik
= 4560 gr/menit
= 273.600 gr/jam
= 273,60 kg/jam
3. Laju Umpan 300 s.d 400 kg/jam
Uji 1
 Laju Umpan = 90 gr/ detik
 Laju Umpan = 92 gr/ detik
 Laju Umpan = 95 gr/ detik
Total = 277 gr/ detik
Rata-rata = 92,3 gr/ detik
= 5538 gr/ menit
= 260.280 gr/ jam
= 332,28 kg/ jam
Uji 2
 Laju Umpan = 95 gr/detik
 Laju Umpan = 98 gr/detik
 Laju Umpan = 99 gr/detik
Total = 292 gr/detik
Rata-rata = 97,3 gr/detik
= 5838 gr/menit
= 350.280 gr/jam
= 350,28 kg/jam
Uji 3
 Laju Umpan = 95 gr/detik
 Laju Umpan = 100 gr/detik
 Laju Umpan = 103 gr/detik
Total = 298 gr/ detik
Rata-rata = 99,3 gr/detik
= 5958 gr/menit
= 357.480 gr/jam
= 357,48 kg/jam
.Uji 4
 Laju Umpan = 100 gr/detik
 Laju Umpan = 108 gr/detik
 Laju Umpan = 110 gr/detik
Total = 316 gr/detik
Rata-rata = 105,3 gr/detik
= 6318 gr/menit
= 379.080 gr/jam
= 379,08 kg/jam
Uji 5
 Laju Umpan = 106 gr/detik
 Laju Umpan = 105 gr/detik
 Laju Umpan = 109 gr/detik
Total = 320 gr/detik
Rata-rata = 106,67gr/detik
= 6400 gr/menit
= 384.400 gr/jam
= 384,40 kg/jam

. Uji 6
 Laju Umpan = 107 gr/detik
 Laju Umpan = 103 gr/detik
 Laju Umpan = 113 gr/detik
Total = 323 gr/detik
Rata-rata = 107,67 gr/detik
= 6460 gr/menit
= 38.600 gr/jam
= 387,60 kg/jam
Uji 7
 Laju Umpan = 110 gr/detik
 Laju Umpan = 105 gr/detik
 Laju Umpan = 113 gr/detik
Total = 328 gr/detik
Rata-rata = 109,33 gr/detik
= 6559 gr/menit
= 393.540 gr/jam
= 393,54 kg/jam
Uji 8
 Laju Umpan = 111 gr/detik
 Laju Umpan = 106 gr/detik
 Laju Umpan = 114 gr/detik
Total = 331 gr/detik
Rata-rata = 110,33 gr/detik
= 6619 gr/menit
= 397.180 gr/jam
= 397,18 kg/jam
Uji 9
 Laju Umpan = 112 gr/detik
 Laju Umpan = 106 gr/detik
 Laju Umpan = 114 gr/detik
Total = 332 gr/detik
Rata-rata = 110,67 gr/detik
= 6640 gr/menit
= 398.400 gr/jam
= 398,40 kg/jam
LAMPIRAN C
PENGATURAN JUMLAH PUTARAN

Dalam mengatur jumlah rpm dilakukan dengan cara mengatur tombol yang
ada di motor. Jumlah putaran (rpm) yang dilakukan pada penelitian ini ada 3 macam
yaitu 40 rpm, 45 rpm, dan 50 rpm dalam satu menit (60 detik).

N N N
Rotasi Rotasi Rotasi
o o o
Per Menit Per Menit Per Menit
S S S
(rpm) (rpm) (rpm)
ampel ampel ampel
1 40 1 40 1 40
0 9
2 40 1 40 2 40
1 0
3 40 1 40 2 40
2 1
4 45 1 45 2 45
3 2
5 45 1 45 2 45
4 3
6 45 1 45 2 45
5 4
7 50 1 50 2 50
6 5
8 50 1 50 2 50
7 6
9 50 1 50 2 50
8 7
LAMPIRAN D
PERHITUNGAN LAJU AIR

Perhitungan laju air dilakukan dengan cara mengatur stop kran pipa air,
kemudian ditampung menggunakan ember sebagai media tampung dengan
menghitung beberapa waktu yang dibutuhkan.

Gambar D.1 Pengukuran Laju Air


Berikut adalah perhitungan pengukuran laju air yang dilakukan dalam proses
penggerusan:
1. Laju air 1 = 5 ℓ/18 detik
= 0,28 ℓ/detik
= 1.008 ℓ/jam

2. Laju air 2 = 5 ℓ /12 detik


= 0,42 ℓ/detik
= 1.512 ℓ/jam
3. Laju air 3 = 9 ℓ/ 15 detik
= 0,6 ℓ/detik
= 2.160 ℓ/jam
LAMPIRAN E
ANALISIS BERAT BUTIR PROSES KONSENTRASI

Gambar E.1 Berat Butir Tertahan Pada Setiap Nomor Saringan


Tabel E.1 Berat Butir Tertahan Hasil Penelitian
Variabel
Berat Ukuran (gr)
No. Laju Umpan Rotasi Per Laju 60 s.d -200
Sampel (kg/jam) Menit (rpm) Air (ℓ/jam) mesh

1 100 s.d 200 40 1.008 27


2 100 s.d 200 40 1.512 51
3 100 s.d 200 40 2.160 74
4 100 s.d 200 45 1.008 94,5
5 100 s.d 200 45 1.512 100
6 100 s.d 200 45 2.160 102,5
7 100 s.d 200 50 1.008 112
8 100 s.d 200 50 1.512 118,5
9 100 s.d 200 50 2.160 122
10 200 s.d 300 40 1.008 125
11 200 s.d 300 40 1.512 133,5
12 200 s.d 300 40 2.160 137
13 200 s.d 300 45 1.008 140
14 200 s.d 300 45 1.512 145
15 200 s.d 300 45 2.160 150,5
16 200 s.d 300 50 1.008 155,5
17 200 s.d 300 50 1.512 160
18 200 s.d 300 50 2.160 166
19 300 s.d 400 40 1.008 172,4
20 300 s.d 400 40 1.512 175,25
21 300 s.d 400 40 2.160 180,45
22 300 s.d 400 45 1.008 204,25
23 300 s.d 400 45 1.512 225
24 300 s.d 400 45 2.160 208
25 300 s.d 400 50 1.008 130,4
26 300 s.d 400 50 1.512 120,5
27 300 s.d 400 50 2.160 118
LAMPIRAN F
PENGARUH VARIABEL TERHADAP HASIL GERUSAN

F. Pengaruh Variabel Terhadap Hasil Gerusan Ball Mill


Tabel F.1 Data Berat Butir Tertahan Masing-Masing mesh (gr)
No. Material Tertahan

Sampel (gr)
Nomor Saringan
(mesh)
# 60 80 1 2
40 50 00
1 178 45 15 9 3
.
2 170 49 18 11 2
.
3 154, 60 18 1 5
. 5 2,5
4 146, 40 45 1 3,5
. 5 5
5 140 55 42 1 3
. 0
6 134, 60 35 1 3
. 5 7 ,5
7 127, 70 40 1 2
. 5 5 ,5
8 130, 66 41 1 2
. 5 0 ,5
9 128, 67 42 1 2
. 5 0 ,5
1 125 67,5 43 1 2
0. 2,5
1 124, 60,5 50 1 3
1. 5 1,5 ,5
1 122, 61,5 35,5 2 4
2. 5 6,5
1 117 77 32,5 1 4
3. 9,5
1 115 75 37 2 3
4. 0
1 109, 67,5 49 2 3
5. 5 1
1 109, 64,5 50,5 2 3
6. 5 2 ,5
1 107 70 45,5 2 3
7. 4 ,5
1 94 81,1 45 2 4
8. 5,4 ,5
1 87,6 81,4 51 2 4
9. 6
2 76,7 81,5 58 2 5
0. 5 8,25 ,5
2 59,5 94,25 61,25 2 6
1. 5 8,2 ,75
2 48,7 101 64 2 7
2. 5 8,75 ,5
2 29 101,5 73,5 3 8
3. 8
2 16,5 108,5 76,25 3 1
4. 8,75 0
2 66,5 93,75 55,5 2 6
5. 8,25
2 100, 75,5 43,75 2 4
6. 5 5,75 ,5
2 132 62,5 33,75 1 3
7. 8,75

Tabel F.2 Berat butir tertahan hasil penelitian


Variabel
Berat (%)
No. Laju Laj
Rotasi Per Ukuran
Sampel Umpan u Air
Menit (rpm) 60 s.d 200 mesh
(kg/jam) (ℓ/jam)
1 100 s.d 40 1.0 10,8
200 08
2 100 s.d 40 1.5
200 12 20,4
3 100 s.d 40
200 2.160 29,6
4 100 s.d 45 1.0
200 08 37,8
5 100 s.d 45 1.5 40
200 12
6 100 s.d 45 41
200 2.160
7 100 s.d 50 1.0 44,8
200 08
8 100 s.d 50 1.5
200 12 47,4
9 100 s.d 50 48,8
200 2.160
1 200 s.d 40 1.0 50
0 300 08
1 200 s.d 40 1.5 53,4
1
300 12
1 200 s.d 40
2
300 2.160 54,8
1 200 s.d 45 1.0
3 300 08 56
1 200 s.d 45 1.5
4
300 12 58
1 200 s.d 45 60,2
5 300 2.160
1 200 s.d 50 1.0
6 300 08 62,2
1 200 s.d 50 1.5
7
300 12 64
1 200 s.d 50
8
300 2.160 66,4
1 300 s.d 40 1.0
9
400 08 68
2 300 s.d 40 1.5 70,1
0
400 12
2 300 s.d 40 72,8
1 400 2.160
2 300 s.d 45 1.0 81,7
2
400 08
2 300 s.d 45 1.
3
400 512 88,4
2 300 s.d 45
4 400 2.160 80,5
2 300 s.d 50 1.
5
400 008 73,4
2 300 s.d 50 1.
6
400 512 59,8
2 300 s.d 50
7 400 2.160 47,2
LAMPIRAN G
PERALATAN PENDUKUNG PENELITIAN

Gambar G.1 Ball Mill

Gambar G.2 Hammer Mill

Gambar G.3 Excavator Jenis CAT 340D2


Gambar G.4 Sieve Shaker

Gambar G.5 Timbangan


LAMPIRAN H
DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar H.1 Proses Pengambilan Ore

Gambar H.2 Material Feed/Umpan Dalam Bentuk Ore

Gambar H.3 Material Feed/Umpan Dalam Bentuk Soil


Gambar H.4 Proses peletakan material feed/ umpan

Gambar H.5 Proses penimbangan sampel laju umpan

Gambar H.6 Pengambilan sampel laju air


Gambar H.7 Pengambilan Sampel Hasil Gerusan Ball Mill

Gambar H.8 Sampel Hasil Gerusan Ball Mill

Gambar H.9 Penimbangan Sampel Feed/Umpan Sieve Shaker


Gambar H.10 Penyaringan Sampel 250 GramMenggunakan Sieve Shaker

Gambar H.11 Peletakan Hasil Gerusan Sieve Shaker

Gambar H.12 Penimbangan Sampel Hasil Gerusan


Gambar H 13 Hasil Pengayakan Pada Sieve Shaker

Anda mungkin juga menyukai