Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“Keterkaitan antara Kearifan Lokal dengan Pemanfaatan Lingkungan”

Diajukan untuk memenuhi tugas Pemberdayaan Ekonomi

Dosen Pengampu:

“Anang Haris Firmansyah M. Pd”

Disusun oleh:

1. Aulia Soraya Devi (126401202054)


2. Clara Dwi Novianti (126401202060)
3. M. Fajar Helmi Al Adib (126401202074)
4. Nanda Mey Sukmaningrum (126401202083)

KELAS 3B

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH

SEPTEMBER 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kelancaran dalam
penyusunan makalah Pemberdayaan Ekonomi dengan judul “Keterkaitan antara Kearifan
Lokal dengan Pemanfaatan Lingkungan”. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada
junjungan kita nabi agung Muhammad SAW.

Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Mikro dan Makro
Islam, dosen pembimbing Anag Haris Firmansyah M. Pd. Kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih
yang tidak lupa kami sampaikan kepada:

1. Dr. Maftukim, M. Ag. Selaku Rektor UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH yang
telah memberikan kesempatan kepada kita untuk menimba ilmu di UIN SAYYID ALI
RAHMATULLAH.

2. Anang Haris Firmansyah M. Pd. Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
tugas dan pengarahan kepada kami.

3. Serta teman-teman satu kelompok yang telah bekerja sama dalam pembuatan makalah
ini.

Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan karena
keterbatasan kami sebagai umat manusia biasa, untuk itu kritik dan saran sangat kami
harapkan demi kesempurnaan kami dalam menyelesaikan tugas-tugas di masa yang akan
datang. Akhirnya dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas terselesainya tugas
makalah ini dan semoga bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.

Tulungagung, 04 September 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ---------------------------------------------------------------------------- ii

DAFTAR ISI --------------------------------------------------------------------------------------- iii

BAB I PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------- 1

A. Latar Belakang ----------------------------------------------------------------------------- 1


B. Rumusan Masalah -------------------------------------------------------------------------- 2
C. Tujuan --------------------------------------------------------------------------------------- 2

BAB II PEMBAHASAN ------------------------------------------------------------------------- 3

A. Kearifan local dalam pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan ---------------------- 3


B. Kearifan local masyarakat pedesaan ----------------------------------------------------- 5
C. Pemanfaatan kearifan local dalam pengembangan sector pariwisata ---------------- 7
D. Kearifan local masyarakat dalam mengelola sumber daya lingkungan -------------- 11

BAB III PENUTUP ------------------------------------------------------------------------------- 16

A. Kesimpulan --------------------------------------------------------------------------------- 16
B. Saran ----------------------------------------------------------------------------------------- 17

DAFTAR PUSTAKA ----------------------------------------------------------------------------- 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kearifan lokal merupakan suatu bentuk kearifan lingkungan yang ada dalam
kehidupan bermasyarakat di suatu tempat atau daerah. Kearifan lokal tidaklah sama pada
tempat dan waktu yang berbeda dan suku yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh
tantangan alam dan kebutuhan hidupnya berbeda-beda, sehingga pengalamannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya memunculkan berbagai sistem pengetahuan baik yang
berhubungan dengan lingkungan maupun sosial. Adanya gaya hidup yang konsumtif dapat
mengikis norma-norma kearifan lokal di masyarakat. Untuk menghindari hal tersebut maka
norma-norma yang sudah berlaku di suatu masyarakat yang sifatnya turun menurun dan
berhubungan erat dengan kelestarian lingkungannya perlu dilestarikan yaitu kearifan local.

Kearifan lokal merupakan suatu bentuk warisan budaya Indonesia. Kearifan lokal
terbentuk sebagai proses interaksi antara manusia dengan lingkungannya dalam rangka
memenuhi berbagai kebutuhannya. Proses-proses terbentuknya kearifan lokal sangat
bergantung kepada potensi sumberdaya alam dan lingkungan serta dipengaruhi oleh
pandangan, sikap, dan perilaku masyarakat setempat terhadap alam dan lingkungannya.
Kearifan lokal berbeda-beda di setiap daerah dan di dalamnya terkandung berbagai norma
dan nilai religius tertentu. Namun pada dasarnya proses kearifan lokal berjalan selaras dengan
alam.

Adanya krisis ekonomi dewasa ini, masyarakat yang hidup dengan menggantungkan
alam dan mampu menjaga keseimbangan dengan lingkungannya dengan kearifan lokal yang
dimiliki dan dilakukan tidak begitu merasakan adanya krisis ekonomi, atau pun tidak merasa
terpukul seperti halnya masyarakat yang hidupnya sangat dipengaruhi oleh kehidupan
modern. Maka dari itu kearifan lokal penting untuk dilestarikan dalam suatu masyarakat guna
menjaga keseimbangan dengan lingkungannya dan sekaligus dapat melestarikan
lingkungannya. Berkembangnya kearifan lokal tersebut tidak terlepas dari pengaruh berbagai
faktor yang akan mempengaruhi perilaku manusia terhadap lingkungannya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kearifan local dalam pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan?
2. Bagaimana kearifan local masyarakat pedesaan?
3. Bagaimana pemanfaatan kearifan local dalam pengembangan sector pariwisata?
4. Bagaimana kearifan local masyarakat dalam mengelola sumber daya lingkungan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kearifan local dalam pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan
2. Untuk mengetahui kearifan local masyarakat pedesaan
3. Untuk mengetahui pemanfaatan kearifan local dalam pengembangan sector
pariwisata
4. Untuk mengetahui kearifan local masyarakat dalam mengelola sumber daya
lingkungan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kearifan Local dalam Pengelolaan dan Pemanfaatan Lingkungan

Kearifan lokal merupakan wujud dari perilaku komunitas atau masyarakat tertentu
sehingga dapat hidup berdampingan alam atau lingkungan tanpa harus merusaknya karena
kearifan lokal adalah identitas suatu bangsa yang harus dijaga. Prawiladilaga (2012)
menguraikan bahwa kearifan lokal merupakan suatu kegiatan unggulan dalam masayarakat
tertentu, keunggulan tersebut tidak selalu berwujud dan kebendaan, sering kali di dalamnya
terkandung unsur kepercayaan atau agama, adat istiadat dan budaya atau nilai-nilai lain yang
bermanfaat seperti untuk kesehatan, pertanian, pengairan, dan sebagainya. 1 Kearifan lokal
bukan hanya pada kepercayaan terhadap suatu hal, melainkan makna dari kearifan tersebut.
Sikap dan perilaku masyarakat layak dicontoh dan diterapkan untuk kehidupan sehari-hari
oleh masyarakat di tempat lain demi menjaga kelestarian lingkungan untuk masa depan.
Merujuk pengertian tersebut dapat dijelaskan pula bahwa kearifan lokal sudah mengakar,
bersifat mendasar, dan telah menjadi wujud perilaku dari suatu warga masyarakat guna
mengelola dan menjaga lingkungan dengan bijaksana.

Generasi pendahulu sudah mewariskan beragam kearifan lokal yang dipakai


sebagai pedoman sikap dan perilaku manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan
alam. Proses interaksi tersebut terjadi secara terus menerus dan dapat
melahirkan pengalaman-pengalaman yang unik dan khas dalam mengelola lingkungan
alamnya. Pengalaman tersebut dapat terlihat dalam perlakuan masyarakat lokal
terhadap benda-benda, tumbuhan, hewan,dan apapun yang ada disekitarnya. Perlakuan ini
melibatkan penggunaan akal budi yang dapat menghasilkan aktivitas budi yang
selanjutnya aktivitas budi tersebut akan terakumulasi menjadi pengetahuan lokal dalam
pengelolaan lingkungan alamnya.2

Pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan adalah suatu kegiatan yang memanfaatkan,


menata, memelihara, mengendalikan, mengawasi dan mengembangkan lingkungan.
Pengelolaan lingkungan hidup dapat memberikan kemanfaatan ekonomi, sosial dan budaya

1
Rohana Sufia, Sumarmi, Ach. Amirudin, “Kearifan Lokal Dalam Melestarikan Lingkungan Hidup”
dalam https://media.neliti.com/media/publications/211300-kearifan-lokal-dalam-melestarikan-lingku.pdf,
diakses 03 September 2021
2
Erna Mena Niman, “Kearifan Lokal Dan Upaya Pelestarian Lingkungan Alam” dalam
http://unikastpaulus.ac.id/jurnal/index.php/jpkm/article/view/139/112, diakses pada 04 September 2021

3
yang dilaukan berdasarkan prinsip kehati-hatian, demokrasi lingkungan, desentralisasi serta
pengakuan terhadap kearifan lokal dan kearifan lingkungan. Perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup menuntut dikembangkannya suatu sistem yang terpadu berupa suatu
kebijakan nasional perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang harus dilaksanakan
secara taat asas dan konsekuen dari pusat sampai ke daerah. 3

Kearifan lokal sangat dibutuhkan dan memberi kontribusi positif serta menjadi
salah satu strategi pengelolaan lingkungan alam agar tetap lestari jika
dinternalisasikan dengan baik karena pada dasarnya tingkah laku kelompok muncul
sebagai respon dari kondisi kehidupan lokal terhadap lingkungan yang ada. Kearifan lokal
juga memberikan peluang kepada masyarakat sekitar untuk berkreativitas sehingga
menciptakan peluang usaha. Dengan memanfaatkan sumber daya alam akan berpengaruh
pada perekonomian, kebutuhan dan kearifan lokal tetap berlanjut. Produktivitas masyarakat
pada lingkungan hidup dapat dilakukan secara lokal, contohnya saja seperti masyarakat
wilayah tropis yang memanfaatkan pohon aren sebagai tanaman konservasi yang bernilai
ekonomi tinggi. Pemanfaatan dan kegunaan pohon aren sangat beragam, diantaranya: akar
aren biasanya digunakan untuk obat tradisional dan peralatan, batang untuk diambil pati dan
berbagai macam alat dan bangunan, ijuk untuk sapu dan peresapan air, daun untuk kawung
(pembungkus rokok), untuk atap dan lidinya untuk tusuk sate dan sapu, bah aren untuk
kolang-kaling, air nira untuk gula merah dan cuka serta pati/tepung dalam batang untuk
bahan makanan dan minuman.4 Ada juga, masyarakat yang memafaatkan sabut kelapa kering
untuk dijadikan tas, keset dan lain-lain yang selanjutnya akan dipasarkan.

Selain contoh diatas, kearifan lokal yang sering ditemui di lingkungan sekitar adalah
gotong royong. Kegiatan gotong royong sudah menjadi tradisi atau kegiatan yang sering
dilakukan oleh masyarakat seperti gotong royong dalam membersihkan mata air yang setiap
harinya akan dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan itu, masyarakat dapat memanfaatkan air
sesuai kebutuhan mereka serta mereka akan menjaga dan mengelola mata air tersebut agar
tetap bersih.

3
Abdul Aziz Nasihuddin, “Kearifan Lokal Dalam Perlindungan Dan Pengelolaaan Lingkungan Hidup”
dalam http://bhl-jurnal.or.id/index.php/bhl/article/download/bhl.v2n1.9/pdf, diakses 03 September 2021
4
Nidya Pravita Damayanti, “Pemanfaatan Pohon Aren Sebagai Sumber Ekonomi Keluarga Di Desa
Air Rupik Kecamatan Banding Agung Kabupaten Oku Selatan Tahun 2012”, dalam
https://media.neliti.com/media/publications/252990-pemanfaatan-pohon-aren-sebagai-sumber-ek-58d0f65b.pdf,
diakses pada 04 September 2021

4
Contoh berikutnya masyarakat Undau Mau, Kalimantan Barat mengembangkan
kearifan lokal dalam pola penataan ruang pemukiman, dengan mengklasifikasi hutan dan
memanfaatnya. Perladangan dilakukan dengan rotasi dengan menetapkan masa berat, dan
mengenal tabu sehingga penggunaan teknologi dibatasi pada teknologi pertanian sederhana
dan ramah lingkungan.

Kearifan lokal yang lain dapat ditemukan pada berbagai ritual adat di Bali yang
mayoritas penduduknya menganut agama Hindu adanya organisasi adat yang mengelola
lansekap alam seperti organisasi subak dalam mengelola sistem irigasi pertanian; budaya
menandai pohon besar dengan lilitan kain belang hitam-putih yang menandai bahwa pohon
tersebut tidak dapat ditebang sembarangan; ritual tumpek wariga/tumpek uduh yang
digunakan sebagai sarana untuk mewujudkan rasa syukur atas pemanfaatan keanekaragaman
hayati yang telah diperoleh.5

Kearifan lokal sangat mendukung dalam pelestarian dan pengelolaan lingkungan


karena secara tidak langsung masyarakat juga bergantung pada alam dalam kehidupannya
misalnya untuk mendapatkan makanan dan mencukupi kebutuhannya. Sehingga masyarakat
akan melestarikan dan mengelola alam dengan baik. Kearifan lokal akan selalu berkaitan
pada kehidupan manusia bahwasannya dalam kehidupan sehari – hari segala aktivitas yang
dilakukan oleh manusia akan membawa pengaruh terhadap lingkungan baik pengaruh positif
maupun negatif. Oleh sebab itu, kita sebagai manusia harus menyadari bahwa segala aktivitas
dan kegiatan kita harus dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap lingkungan. Nilai-
nilai kearifan lokal masyarakat perlu dipahami dan dilestarikan sehingga dapat
diketahui oleh generasi selanjutnya.

B. Kearifan Local Masyarakat Pedesaan

Masyarakat desa (rural community) adalah bagian atau kelompok yang kecil yang
terdapat di wilayah hukum kebiasaan atau adat masyarakat setempat, yang aktivitasnya sesuai
dengan kebutuhan dan kepentingan masyarakat yang ada di wilayah hukum tertentu. R.
Linton seorang antropologi juga mengemukakan bahwa: “masyarakat adalah setiap kelompok
manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga mereka dapat

5
Maridi, “Mengangkat Budaya dan Kearifan Lokal dalam Sistem Konservasi Tanah dan Air”, dalam
https://media.neliti.com/media/publications/175293-ID-mengangkat-budaya-dan-kearifan-lokal-dal.pdf, diakses
pada 03 September 2021

5
mengorganisasikan dirinya berpikir tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial dengan batas-
batas tertentu”.6

Di daerah pedesaan, masyarakat desa menerapkan cara hidup tradisional nyaris tidak
tersentuh teknologi. Masyarakat tradisional pada umumnya sangat mengenal dengan baik
lingkungan di sekitarnya. Mereka hidup dalam berbagai ekosistem alami yang ada di
Indonesia, dan telah lama hidup berdampingan dengan alam secara harmonis, sehingga
mengenal berbagai cara memanfaatkan sumberdaya alam secara berkelanjutan.

Masyarakat setempat seringkali menganggap diri mereka sebagai penghuni asli


kawasan terkait dan mereka biasanya berhimpun dalam tingkat komunitas atau desa. Kondisi
ini menyebabkan perbedaan rasa kepemilikan antara masyarakat asli dengan penghuni baru
yang berasal dari luar. Semakin banyak masyarakat yang berinteraksi dengan kehidupan
modern, sehingga sistem nilai mereka telah terpengaruh. Pergeseran nilai akan beresiko
melemahnya kedekatan masyarakat asli dengan alam sekitar serta melunturkan etika
konservasi setempat.

Kearifan local yang berkembang di masyarakat pedesaan merupakan hasil dari


kebiasaan masyarakat sehari-hari atau kebudayaan masyarakat sebagai bentuk adaptasi
terhadap alam dan lingkungan di daerahnya yang dijadikan sebagai aset budaya bangsa.
Kebiasaan-kebiasaaan itu kemudian membentuk dengan apa yang disebut dengan kearifan
lokal. Kearifan lokal mengandung nilai, kepercayaan, dan sistem religi yang dianut
masyarakat setempat. Kearifan lokal pada intinya kegiatan yang melindungi dan melestarikan
alam dan lingkungan. Keberlangsungan kearifan local masyarakat pedesaan tercermin dalam
nilai-nilai yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat tersebut misalnya melalui pepatah,
nyanyian, petuah, dan upacara-upacara adat yang akan menjadi bagian hidup yang tidak dapat
terpisahkan

Kearifan local masyarakat pedesaan paling rawan mengalami pelunturan kearifan


local yang seharusnya sebagai penyangga social bagi upaya pelestarian sumber daya alam.
Pengidentifikasian kearifan local masyarakat pedesaan harus lebih difokuskan pada
permasalahan dalam sistem mata pencaharian hidup yang memiliki isu global dan sekaligus
mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi keberlangsungan hidup masyarakat pedesaan.

6
Ar. Royan, dkk., Ekonomi Desa, (Aceh: Natural Aceh, 2018), hal. 2

6
Daerah pedesaan yang memiliki potensi kearifan local dalam bidang pertanian belum
mengalami pelunturan sehingga sangat tepat menjadi focus perhatian.

Bentuk kearifan local masyarakat pedesaan misalnya seperti adanya aktivitas lumbung
padi, yaitu salah satu bentuk kearifan masyarakat yang masih terjaga dan dilakukan oleh
masyarakat dalam pengelolaan hasil panen.Kegiatan ini masyarakat lakukan yang merupakan
tradisi dari masyarakat yang kebanyakan merupakan adalah masyarakat transmigrasi dari
berbagai daerah dari jawa. Kegiatan dari daerah mereka berasal dan masih dilakukan ketika
berada di daerah tersebut.

Sebagian masyarakat pedesaan merupakan masyarakat petani. Masyarakat petani yang


kegiatan setiap harinya adalah pergi kesawah untuk bercocok tanam di lahan pertanian dan
ketika sudah musim panen Mereka bersama-sama mengumpulkan padi dalam sebuah wadah
yang namanya lumbung padi sebagai cadangan panganan ketika menunggu musim panen
berikutnya. Hal tersebuat mereka lakukan demi melangsungkan kehidupan mereka guna
ketersediaan beras pada musim tidak panen agar mereka masih memiliki padi sebagai
persediaan. Masyarakat ketika sudah memasuki masa panen mereka bersama-sama
menyetorkan hasil panenya kelumbung untuk dilakukanya penimbangan dan penyimpanan.
Padi yang mereka simpan tersebut memilki ukuran dan takaran tersendiri yang dikelola oleh
masyarakat itu sendiri dengan kepercayaan yang diberikan kepada beberapa orang untuk
mengelolanya. Lumbung padi yang masyarakat yang menjadi sebuah kearifan masyarakat
dalam mengelola lumbung padi.

Hal ini merupakan sebuah kebijaksaanaan masyarakat dan keunikan yang ada dan
dikelola oleh masyarakat sendiri dan untuk masyarakat dirasakan dianggap penting demi
kelangsungan hidup mereka. Selain itu padi yang sudah terkumpul kemudian dialokasikan
untuk dibelikanya seekor sapi untuk di peranakan dan dipeliharan oleh masyarakat. Hasil
bagi dari pemeliharaan sapi tersebut di gunakan untuk orang yang memelihara sapi sehingga
ketika seseorang belum meiliki sapi tetapi setelah menjadi anggota dan memelihara sapi
kemudian ia memiliki sapi. 7

Sehingga kearifan lokal walaupun bersifat lokal tapi mengandung nilai-nilai moral
universal. Terlihat dari masyarakat desa yang kehidupannya apa adanya, mandiri, tidak
berlebih-lebihan, tenggang rasa, bijaksana dalam berhutang, tidak merusak kelestarian

7
Uswatun Hasanah, “Kearifan Lokal Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyrakat”, dalam
http://repository.radenintan.ac.id/4040/4/BAB-1.docx, diakses 5 September 2021

7
generasi dan lingkungan, dan sebagainy. Karena lokal genius seperti inilah sesuai ajaran
agama. Bentuk kearifan lokal tersebut memberi peluang kreatifitas masyarakat yang
selanjutnya memunculkan industri kreatif. Kearifan local di pedesaan patut dilestarikan
karena keberadaanya juga terancam karena berbagai hal seperti adanya anggapan bahwa hal
ini bersifat tradisional dan sudah tidak relevan dengan masa modern saat ini sehingga muncul
adanya infiltrasi budaya asing yang dikesankan lebih menarik terutama oleh generasi muda.

C. Pemanfaatan Dalam Pengembangan Sektor Pariwisata

Kearifan lokal adalah seperangkat pengetahuan beserta nilai dan norma tertentu yang
bersumber dari hasil adaptasi serta pengalaman hidup suatu kelompok masyarakat di suatu
lokasi tertentu yang kemudian memberikan suatu bentuk pola pemikiran dan tindakan
tertentu sebagai cara untuk hidup selaras dengan lingkungannya, dengan sesamanya, dan
dengan diri mereka sendiri (Djajadi, 2014). Kearifan lokal dapat berbentuk tangible (tekstual,
arsitektural, karya seni tradisional) dan intangible (sistem nilai, kidung, petuah), dan dari segi
jenis kearifan lokal terdiri atas tata kelola, sistem nilai, prosedur, dan ketentuan khusus
seperti kawasan sensitive dan kawasan/bangunan suci (Darmawan, 2010).

Dalam Skala Nasional, pembangunan sektor pariwisata telah dituangkan dalam


berbagai kebijakan Pemerintah. Kebijakan pembangunan sektor pariwisata mulai dimasukkan
dalam undang-undang, keputusan presiden dan peraturan daerah. Sektor pariwisata masih
dijadikan sebagai salah satu sektor yang diharapkan dapat diandalkan untuk pengembangan
ekonomi. Untuk itu, maka pengembangan pariwisata dilakukan melalui pendekatan sistem
yang utuh, terpadu dan partisipatoris dengan menggunakan kriteria ekonomi, teknis, sosial-
budaya, hemat energi, pelestarian alam dan lingkungan.

Pariwisata sebagai sebuah daya tarik wisata menurut Damanik (2013:109) harus
mempunyai keunikan tempat atau lokasi yang dapat memberikan sebuah pengalaman yang
berbeda, serta terciptanya citra menarik bagi tradisi, latar belakang etnik dan lanskap
destinasi. Setiap produk budaya mempunyai potensi untuk dikemas sesuai kebutuhan
pengembangan pariwisata budaya dan juga memiliki nilai keunggulan kompetitif dan
berkelanjutan. Pembangunan pariwisata berkelanjutan tidak hanya mengedepankan
pertumbuhan ekonomi semata tetapi yang paling penting ialah terjaganya kelestarian
lingkungan, keberlanjutan pembangunan, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat di
sekitar destinasi.

8
Menurut Undang–Undang No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, wisata ialah
kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan
mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi atau mempelajari
keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. 8 Sedangkan
pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang
diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha atau
mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan
tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka
ragam.

Kegiatan wisata saat ini tidak hanya terfokus pada tujuan relaksasi untuk melepas
kejenuhan dan bersenang-senang, namun wisatawan juga memerlukan pembelajaran
(learning process), pengkayaan (enrichment) dan penghargaan (rewarding) terhadap kawasan
yang dikunjunginya, pada saat ia melakukan kegiatan wisata. Destinasi wisata tidak hanya
dipandang sebagai produk fisik, namun sebagai ruang kehidupan yang menunjukkan
hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan lingkungannya sehingga menghasilkan
pola budaya yang khas dan unik. Pola pikir buying product telah bergeser menjadi buying
experience, dimana bukan hanya produk wisata yang dinikmati, namun juga pengalaman
yang didapat dari perjalanannya. Wisatawan juga ingin merasakan pengalamannya menginap
pada resort dengan desain rumah bambu yang khas pedesaan, merasakan aroma bambu yang
alami serta kesegaran udara sekitar. Interaksi dengan masyarakat lokal secara intens juga
menjadi daya tarik tersendiri yang memperkaya pengalaman mereka sebagai fase aktualisasi
diri, sehingga dapat lebih bermakna bagi orang lain.

Peluang yang dimiliki berbagai daerah di Indonesia untuk memiliki “identitas” yang
dapat diangkat sebagai icon pariwisata cukup tinggi. Keragaman, keunikan dan keindahan
alam tropis Indonesia , serta ragam budaya dan adat istiadat Indonesia yang dapat diadopsi
dalam aspek fisik maupun sistem hospitality kepariwisataan, akan membentuk identitas lokal
yang membedakannya dengan beragam daerah lainnya.

Beberapa strategi dalam mengangkat keunggulan dan identitas lokal dapat dilakukan
melalui dikukuhkannya regulasi yang dapat memaksimalkan penggunaan produk lokal

8
Siti Atika Rahmi, “PEMBANGUNAN PARIWISATA DALAM PERSPEKTIF KEARIFAN LOKAL
dalam
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=964378&val=14834&title=PEMBANGUNAN%20P
ARIWISATA%20DALAM%20PERSPEKTIF%20KEARIFAN%20LOKAL, diakses pada 03 September 2021

9
khususnya sebagai bahan dasar maupun ornament, yang dapat menjadi daya tarik sekaligus
promosi produk lokal. Termasuk juga regulasi mengenai penggunaan standar hospitality dan
pelayanan yang mengadopsi budaya lokal sebagai bentuk pendidikan dan konservasi budaya.
Proses pengkayaan pengetahuan dan pendidikan mengenai konsep pariwisata yang
berkelanjutan juga penting dilakukan bukan hanya pada karyawan industri pariwisata yang
terkait namun juga bagi masyarakat lokal dalam bentuk memberikan input mengenai konsep
keberlanjutan melalui aktivitas wisata, etika dan perilaku wisata, desain dan jenis fasilitas
yang dapat digunakan sehingga menghasilkan wisata yang berkualitas dan ber”identitas”.

Keunggulan pariwisata budaya di Indonesia sebagai negeri kepulauan yang terluas di


dunia, memiliki keanekaragaman budaya yang berbeda dengan yang dimiliki oleh bangsa-
bangsa lainnya. Dalam karakteristik ini, kearifan lokal yang terletak pada suatu komunitas
budaya, perlu menjadi pertimbangan yang mendasar. Kearifan lokal harus menjadi pedoman
dalam pengembangan corak budaya, identitas komunal, martabat masyarakat, dan kemajuan
peradaban. Aspek moralitas maupun kesehatan fisik dan mental harus senantiasa sejalan
dengan kearifan lokal. Maksudnya, jangan sampai terjadi kontradiksi antara kearifan lokal
yang menjadi jati diri suatu masyarakat, dengan aspek rasionalitas yang umum dipahami oleh
manusia modern. Aspek moralitas dan kesehatan pasti dipahami secara standar oleh berbagai
masyarakat, tanpa membedakan pada agama dan kepercayaan yang berbeda-beda. Pariwisata
budaya harus dikembangkan dengan berbasis kearifan lokal.

Manfaat Penggabungan Kearifan Lokal dalam Pengembangan Pariwisata. Menurut


Walker (1996), penggabungan (inkorporasi) kearifan lokal ke dalam pengembangan
pariwisata dapat memberikan manfaat dalam bidang ekonomi, fisik, maupun sosial budaya di
lokasi setempat. Penjelasan tersebut adalah:

1. Ekonomi, antara lain tersedianya kesempatan kerja, terciptanya keragaman lapangan


pekerjaan, serta peningkatan pendapatan penduduk maupun daerah.
2. Fisik lingkungan, antara lain mempertahankan bangunan bersejarah dan pusaka budaya/
alam, menciptakan peningkatan infrastruktur, peningkatan upaya konservasi flora fauna
dan ekosistemnya;
3. Sosial budaya, antara lain terciptanya upaya menjaga nilai-nilai budaya setempat,
meningkatkan kebanggaan warga, terjadi peningkatan kesempatan akan pendidikan
yang lebih tinggi, dan membantu warga memahami diri sendiri (siapa, dimana, dan
keunikan yang dimiliki).

10
Pendekatan Kearifan Lokal dalam Pengembangan Pariwisata. Dalam pengembangan
pariwisata, terdapat pendekatan yang dapat digunakan dan berbasis kearifan lokal
(Sastrayuda, 2010), yaitu:

1. Pendekatan participatory planning, dengan melibatkan seluruh unsur teoretis dan


praktis dalam perencanaan dan pengembangan keberlanjutan kawasan wisata;
2. Pendekatan potensi dan karakteristik ketersediaan produk budaya yang mampu
mendukung keberlanjutan pengelolaan kawasan wisata;
3. Pendekatan pemberdayaan masyarakat, dengan memberikan kesempatan kepada
masyarakat sekitar untuk mengembangkan kemampuan pribadi maupun kelompok;
4. Pendekatan kewilayahan, dengan melihat faktor keterkaitan wilayah sekitar untuk
melihat potensi dan direncanakan secara seimbang;
5. Pendekatan optimalisasi potensi yang dapat diintegrasikan, dengan memperhatikan
potensi budaya dan pariwisata yang dapat diintegrasikan.
Selain itu, terdapat dua pendekatan dasar dalam melakukan gabungan kearifan lokal
dalam pengembangan pariwisata (Walker, 1996), yaitu:
1. Buying product, dengan memasukkan unsur kearifan lokal dalam produk wisata yang
dapat dinikmati seperti suvenir dan kuliner.
2. Buying experience, dengan menggabungkan unsur kearifan lokal dalam kegiatan yang
dapat memberikan pengalaman langsung kepada wisatawan.
Menurut Erickson (2001) untuk mengembangkan pariwisata alam yang dipadukan
dengan unsur kearifan lokal dilakukan dengan beberapa tahap pengembangan, antara lain:
1. Mengidentifikasi sumber daya,
2. Menyelidiki potensi-potensi yang ada,
3. Membuat rencana program dan penata laksanaannya,
4. Pengembangan produk,
5. Melakukan marketing dan komunikasi,
6. Penelitian
Keuntungan adanya kearifan lokal dalam bidang pariwisata
a. Adanya barter barang dengan jasa di pedalaman Papua
b. Adanya pengembangan pariwisata yang berbasis potensi lokal
c. Hasil dari bangunan kearifan lokal dijadikan pariwisata
d. Hasil dari benda kearifan lokal dijadikan pariwisata
e. Hasil budaya pada suatu daerah dapat dijadikan pariwisata

11
D. Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Mengelola Sumberdaya Lingkungan

Kearifan lokal adalah pandangan dari suatu tempat yang bersifat bijaksana dan
bernilai, baik yang diikuti dan dipercayai oleh masyarakat di suatu tempat tersebut dan sudah
diikuti secara turun temurun. Kearifan lokal tersebut menjadi penting dan bermanfaat hanya
ketika masyarakat lokal yang mewarisi sistem pengetahuan itu mau menerima dan
mengklaim hal itu sebagai bagian dari kehidupan mereka. Setiap bagian dari kehidupan
masyarakat lokal tersebut akan selalu berhubungan dengan lingkungan hidup.

Masyarakat lokal pada umumnya sangat mengenal dengan baik lingkungan di


sekitarnya. Mereka hidup dalam berbagai ekosistem alami yang ada di Indonesia, dan telah
lama hidup berdampingan dengan alam secara harmonis. Menurut Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
“Lingkungan hidup merupakam kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain”. 9.

Kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat
untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari. Kearifan lokal
akan selalu terhubung pada kehidupan manusia yang hidup di lingkungan hidup yang arif.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang ketentuan-
ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup dinyatakan bahwa lingkungan adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di
dalamnya manusia, dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari, segala
aktivitas yang dilakukan oleh manusia secara perlahan akan membawa pengaruh terhadap
lingkungan disekitarnya, baik itu membawa pengaruh yang positif maupun negatif.

Dalam kearifan lokal juga terwujud upaya pengelolaan sumber daya lingkungan yang
juga merupakan wujud dari konservasi oleh masyarakat. Menurut Nababan (1995) prinsip-
prinsip konservasi dalam pengelolaan sumberdaya lingkungan sebagai berikut:

9
Muh. Aris Marfai, Pengantar Etika Lingkungan dan Kearifan Lokal, (Yogyakarta: Gadjah Mada
Universitas Press, 2016), hal. 5

12
1. Rasa hormat yang mendorong keselarasan (harmoni) hubungan manusia dengan alam
sekitarnya;
2. Rasa memiliki yang eksklusif bagi komunitas atas suatu kawasan atau jenis sumberdaya
lingkungan tertentu sebagai hak kepemilikan bersama;
3. Sistem pengetahuan masyarakat setempat (lokal knowledge system) yang memberikan
kemampuan kepada masyarakat untuk memecahkan masalah-masalah yang mereka
hadapi dalam memanfaatkan sumberdaya lingkungan yang terbatas;
4. Daya adaptasi dalam penggunaan teknologi sederhana yang tepat guna dan hemat (input)
energi sesuai dengan kondisi alam setempat;
5. Sistem alokasi dan penegakan aturan-aturan adat yang bisa mengamankan sumberdaya
milik bersama dari penggunaan berlebihan, baik oleh masyarakat sendiri maupun oleh
masyarakat luar (pendatang);
6. Mekanisme pemerataan (distribusi) hasil panen atau sumber daya milik bersama yang
dapat mencegah munculnya kesenjangan berlebihan di dalam masyarakat tradisional.

Kearifan lokal memberikan pemahaman kepada masyarakat pendukungnya untuk


menjawab suatu persoalan, baik dalam lingkungan fisik mereka (lingkungan alam dan
buatan), maupun lingkungan sosial-budayanya. Ahimsa-Putra menjelaskan bahwa lingkungan
atau environment secara garis besar dapat dipilah menjadi tiga, yaitu:

1. Lingkungan fisik, berupa benda-benda yang ada di sekitar kita, makhluk hidup, dan
segala unsur-unsur alam;
2. Lingkungan sosial, meliputi perilaku-perilaku manusia atau berbagai aktivitas sosial
yang berupa interaksi antarindividu, serta berbagai aktivitas individu; dan
3. Lingkungan budaya, mencakup pandangan-pandangan, pengetahuan, norma-norma, serta
aturan-aturan yang berlaku dalam suatu masyarakat.

Lingkungan fisik suatu masyarakat berupa materi-materi yang empiris sifatnya, seperti
udara, air, tanah, tumbuh-tumbuhan, rumah, dan sebagainya. Lingkungan fisik ini dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu lingkungan alam dan lingkungan buatan. Lingkungan alam
adalah keseluruhan unsur-unsur alam yang berada di luar diri seseorang atau suatu
komunitas, namun dapat memengaruhi kehidupannya, misalnya adalah hutan, tanah, udara,
sungai, mata air, tumbuh-tumbuhan. Adapun lingkungan buatan adalah keseluruhan unsur-
unsur fisik yang merupakan hasil perilaku manusia, yang berada di luar diri seseorang atau
suatu komunitas, yang dapat memengaruhi kehidupannya. Unsur-unsur lingkungan ini

13
misalnya adalah rumah, sawah, ladang, perkampungan, dan berbagai peralatan atau
teknologi yang digunakan oleh suatu komunitas.

Kelestarian lingkungan dipengaruhi oleh lingkungan yang didominasi dengan struktur


buatan manusia yang merupakan lingkungan binaan. Idealnya, sebuah bangunan harus
beroperasi seefisien mungkin. Efisiensi merupakan salah satu dasar dari desain yang
berkelanjutan, yang memengaruhi semua aspek proyek, mulai dari penentuan lokasi,
perencanaan ruang, penggunaan material, dan sistem. Oleh sebab itu, para perencana dan
perancang bangunan selain menciptakan bangunan yang indah harus juga memperhatikan
efisiensi, kenyamanan serta pengaruh keberadaan bangunan tersebjut terhadap lingkungan
disekitarnya.

Pembangunan-pembangunan tersebut yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa


harus mengurangi kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan dari generasi yang akan
datang merupakan pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan harus
memerhatikan pemanfaatan lingkungan hidup dan kelestarian lingkungannya agar kualitas
lingkungan tetap terjaga. Pembangunan berkelanjutan mengandung arti sudah tercapainya
keadilan sosial dari generasi ke generasi. Dilihat dari pengertian lainnya, pembangunan
berkelanjutan sebagai pembangunan nasional yang melestarikan fungsi dan kemampuan
ekosistem. Pengukuran atas pemanfaatan sumber daya pada ekosistem yang dilakukan secara
seminimal mungkin guna menghasilkan produksi semaksimal mungkin dan juga merupakan
suatu kegiatan yg menghasilkan sesuatu, berupa hal baru yg di dapat dari membaca, benda,
tulisan, dan hal baik lainnya disebut produktif. Terdapat dua cara pandang produktivitas,
yaitu cara pandang tradisional dan cara pandang modern

Contoh Kearifan Lokal dan Fungsinya

Berikut sejumlah contoh penerapan kearifan lokal yang berguna untuk kelestarian
lingkungan dan alam. 10

1. Subak di Bali
Masyarakat Bali memiliki sistem irigasi kuno untuk mengairi sawah mereka, yang
disebut dengan Subak. Adapun Subak adalah formasi berundak di sawah yang menjadi salah
satu kunci budidaya padi di daerah dataran tinggi yang curam seperti lereng gunung. Dalam
sistem Subak, setiap petak sawah, dialiri dengan air yang di dalamnya secara alami sudah

10
Nika Harlida Hashina, "Contoh Fungsi Kearifan Lokal Bagi Kelestarian Lingkungan", dalam
https://tirto.id/contoh-fungsi-kearifan-lokal-bagi-kelestarian-lingkungan-gbLJ, diakses 5 September 2021.

14
terkandung berbagai unsur hara yang diperlukan tanaman untuk tumbuh. Air mengalir dari
satu petak sawah menuju ke petak yang berikutnya layaknya pola ritmis air yang dialirkan
lewat lengan bambu. Menukil penjelasan dalam laman Komisi Nasional Indonesia untuk
UNESCO (KNIU), istilah ‘Subak’ berasal dari Bahasa Bali, yang mengacu pada sistem dan
kelembagaan sosial serta punya aturan-aturan dan ciri khasnya tersendiri.
Subak sekaligus merujuk pada adanya asosiasi petani dalam menentukan penggunaan
air irigasi untuk menanam padi yang dilakukan secara demokratis dan hierarkis sesuai dengan
pembagian peran bagi masing-masing pemilih lahan sawah. Banyak pakar pertanian dunia
mengakui sistem Subak adalah prinsip pengelolaan irigasi unggul dan maju. Irigasi Subak
(palemahan) memiliki fasilitas pokok berupa bendungan air (pengalapan), parit (jelinjing),
serta sarana untuk memasukan air ke dalam bidang sawah garapan (cakangan).
Meskipun pada dasarnya merupakan sistem irigasi, Subak juga dihayati oleh warga
Bali sebagai konsep kehidupan, karena menjadi manifestasi langsung dari filosofi yang
disebut Tri Hita Karana. Kearifan lokal masyarakat Bali tersebut sudah diakui oleh UNESCO
sebagai World Cultural Heritage. Sistem Subak dianggap tidak hanya sekadar situs alam
berbentuk materi, melainkan juga filosofi luhur yang perlu dilindungi.
2. Lembaga Adat Panglima Laot di Simeulue, Aceh
Lembaga adat Panglima Laot berdiri dengan tujuan untuk menjamin kepentingan
masyarakat dalam mencari penghasilan di kawasan laut dan melakukan kepentingan
pelestarian lingkungan di laut dan kawasan pesisir. Kelembagaan adat Panglima Laot
menjadikan pengetahuan masyarakat terutama berkaitan dengan kehidupan nelayan dan
masyarakat pesisir relatif lebih terjaga.
3. Situs Keramat Alami (Sacred Natural Sites)
Situs Keramat Alami bisa menjadi sarana pelestarian lingkungan karena ia merupakan
kawasan yang pemanfaatan sumber dayanya dibatasi oleh aturan lokal dan terpisah dari
kehidupan sehari-hari. Pembatasan area Situs Keramat Alami menjadikan situs tersebut
memiliki ekosistem yang tumbuh secara alami di tengah-tengah lingkungan sekitar yang telah
mengalami degradasi. Bentuk situs jenis ini bisa berupa hutan adat atau kawasan adat.
Contoh dari sistem adat ini masih banyak ditemukan di Indonesia, seperti: kawasan Baduy
Dalam, Tana Toa di kawasan tempat tinggal suku Kajang Ammatoa, dan lain sebagainya.
4. Sistem Sasi di Pulau Hararuku, Maluku Tengah
Sistem ini merupakan larangan untuk memanen sumber daya alam tertentu demi
melindungi kualitas dan populasinya, baik berupa tumbuhan maupun binatang. Sistem ini
meliputi Sasi untuk laut, hutan, sungai, desa dan sumber daya lainnya. Sistem Sasi
15
merupakan instrumen untuk mengatur distribusi manfaat atau hasil dari sumberdaya alam
secara seimbang. Sistem Sasi adalah inisiatif kolektif masyarakat Haruku yang dikendalikan
melalui lembaga adat.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kearifan lokal merupakan wujud dari perilaku komunitas atau masyarakat tertentu
sehingga dapat hidup berdampingan alam atau lingkungan tanpa harus merusaknya karena
kearifan lokal adalah identitas suatu bangsa yang harus dijaga. Sikap dan perilaku masyarakat
layak dicontoh dan diterapkan untuk kehidupan sehari-hari oleh masyarakat di tempat lain
demi menjaga kelestarian lingkungan untuk masa depan. Kearifan lokal sangat mendukung
dalam pelestarian dan pengelolaan lingkungan karena secara tidak langsung masyarakat juga
bergantung pada alam dalam kehidupannya. Oleh sebab itu, kita sebagai manusia harus
menyadari bahwa segala aktivitas dan kegiatan kita harus dapat memberikan pengaruh yang
positif terhadap lingkungan.
Masyarakat tradisional pada umumnya sangat mengenal dengan baik lingkungan di
sekitarnya. Mereka hidup dalam berbagai ekosistem alami yang ada di Indonesia, dan telah
lama hidup berdampingan dengan alam secara harmonis, sehingga mengenal berbagai cara
memanfaatkan sumberdaya alam secara berkelanjutan. Kearifan local yang berkembang di
masyarakat pedesaan merupakan hasil dari kebiasaan masyarakat sehari-hari atau kebudayaan
masyarakat sebagai bentuk adaptasi terhadap alam dan lingkungan di daerahnya yang
dijadikan sebagai aset budaya bangsa. Kearifan local di pedesaan patut dilestarikan karena
keberadaanya juga terancam karena berbagai hal seperti adanya anggapan bahwa hal ini
bersifat tradisional dan sudah tidak relevan dengan masa modern saat ini sehingga muncul
adanya infiltrasi budaya asing yang dikesankan lebih menarik terutama oleh generasi muda.
Kearifan lokal adalah seperangkat pengetahuan beserta nilai dan norma tertentu yang
bersumber dari hasil adaptasi serta pengalaman hidup suatu kelompok masyarakat di suatu
lokasi tertentu yang kemudian memberikan suatu bentuk pola pemikiran dan tindakan
tertentu sebagai cara untuk hidup selaras dengan lingkungannya, dengan sesamanya, dan
dengan diri mereka sendiri. Manfaat Penggabungan Kearifan Lokal dalam Pengembangan
Pariwisata. Menurut Walker (1996), penggabungan (inkorporasi) kearifan lokal ke dalam
pengembangan pariwisata dapat memberikan manfaat dalam bidang ekonomi, fisik, maupun
sosial budaya di lokasi setempat.
Kearifan lokal akan selalu terhubung pada kehidupan manusia yang hidup di
lingkungan hidup yang arif. Dalam kearifan lokal juga terwujud upaya pengelolaan sumber
daya lingkungan yang juga merupakan wujud dari konservasi oleh masyarakat. Lingkungan

17
memiliki unsur-unsur didalamnya, yaitu biotik, abiotik dan sosial budaya. Kelestarian
lingkungan dipengaruhi oleh lingkungan yang didominasi dengan struktur buatan manusia
yang merupakan lingkungan binaan.

B. Saran

Kami selaku penulis dan penyusun makalah ini mengharapkan dengan adanya
makalah ini dapat memberi informasi mengenai keterkaitan antara kearifan lokal dengan
pemanfaatan lingkungan kepada pembaca. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari tata cara penulisannya maupun segi penyampaian materi, karena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi. Penulis banyak berharap para
pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya
makalah ini dan penulisan makalah berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis dan
pada khususnya juga para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, Nidya Pravita. 2012. “Pemanfaatan Pohon Aren Sebagai Sumber Ekonomi
Keluarga Di Desa Air Rupik Kecamatan Banding Agung Kabupaten Oku Selatan
Tahun 2012”, dalam https://media.neliti.com/media/publications/252990-
pemanfaatan-pohon-aren-sebagai-sumber-ek-58d0f65b.pdf, diakses pada 04
September 2021.

Hasanah, Uswatun. 2021. “Kearifan Lokal Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyrakat”,


dalam http://repository.radenintan.ac.id/4040/4/BAB-1.docx, diakses 5 September
2021.

Hashina, Nika Harlida. "Contoh Fungsi Kearifan Lokal Bagi Kelestarian Lingkungan", dalam
https://tirto.id/contoh-fungsi-kearifan-lokal-bagi-kelestarian-lingkungan-gbLJ, diakses
5 September 2021.
Marfai, Muh. Aris. 2016. Pengantar Etika Lingkungan dan Kearifan Lokal. Yogyakarta:
Gadjah Mada Universitas Press.

18
Maridi. “Mengangkat Budaya dan Kearifan Lokal dalam Sistem Konservasi Tanah dan Air”,
dalam https://media.neliti.com/media/publications/175293-ID-mengangkat-
budaya-dan-kearifan-lokal-dal.pdf, diakses pada 03 September 2021.

Niman, Erna Mena. 2019. “Kearifan Lokal Dan Upaya Pelestarian Lingkungan Alam”,
Online, 16 (1): 1 – 78,
(http://unikastpaulus.ac.id/jurnal/index.php/jpkm/article/view/139/112), diakses
pada 04 September 2021.

Rahmi, Siti Atika. 2016. “Pembangunan Pariwisata Dalam Perspektif Kearifan Lokal”, (6): 1,
Online,
(http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=964378&val=14834&
title=PEMBANGUNAN%20PARIWISATA%20DALAM%20PERSPEKTIF%20
KEARIFAN%20LOKAL), diakses pada 03 September 2021.

Royan, Ar, dkk. 2018. Ekonomi Desa. Aceh: Natural Aceh.

Sufia, Rohana, Sumarmi, dan Ach. Amirudin. 2021. “Kearifan Lokal Dalam Melestarikan
Lingkungan Hidup” dalam https://media.neliti.com/media/publications/211300-
kearifan-lokal-dalam-melestarikan-lingkup.pdf, diakses 03 September 2021.

Tamaratika, Fenilia dan Arief Rosyidie. 2021. “Inkorporasi Kearifan Lokal dalam
Pengembangan Kawasan Pariwisata di Lingkungan Pantai”, dalam
https://media.neliti.com/media/publications/131626-none-c5db16e0.pdf, diakses 5
September 2021.

19

Anda mungkin juga menyukai