Anda di halaman 1dari 5

Sterilisasi Panas Kering (Dry heat sterilization)

Waktu dan Suhu Sterilisasi Panas Kering

Suhu Waktu
(oC) (jam)
170 1,0
160 2,0
150 2,5
140 3,0

Keuntungan
1. mampu mensterilkan peralatan dalam wadah tertutup atau tidak berpori.
2. mampu mensterilkan peralatan yang kompleks, sambil dirakit.
3. mampu untuk mensterilkan peralatan yang tidak mungkin dilakukan
sterilisasi kering dengan uap atau pada peralatan yang mungkin
rusak/berkarat oleh kelembaban sterilisasi uap.
4. relatif lebih sederhana dibanding sterilisasi mekanik.

Sedangkan kekurangan sterilisasi panas kering adalah:


1. waktu yang lama, mulai pemanasan, proses sterilisasi, sampai pendinginan
peralatan yang disterilkan.
2. kemungkinan terjadi kerusakan bahan kemasan atau beberapa item sendiri
akibat dari suhu tinggi yang digunakan.
3. pemantauan dan pengendalian kondisi sterilisasi dalam kemasan yang
disterilkan bisa sangat memakan waktu.
4. karena suhu tinggi, sterilsers panas kering memberikan potensi terbesar
untuk cedera personel setelah kontak dengan bagian sterilisasi atau alat
yang sedang diproses, dibandingkan dengan fasilitas proses sterilisasi yang
lain.
2. Sterilisasi Panas Basah (Wet heat sterilization)
Tabel Siklus Standar Autoklaf

Temperatur Waktu Tekanan Kesintasan Waktu


(oC) (menit) (bar) * Ekuivalen **
115 30 0,7 1 dalam 1048 60
121 15 1,0 1 dalam 10 15
126 10 1,4 1 dalam 1017 4,7
134 3 2,0 1 dalam 1032 0,8
* Untuk endospora bakteri tahan panas, misalnya Bacillus stearothermophilus
** Waktu yang diperlukan untuk mematikan endospora tahan panas hanya
terdapat 1 endospora yang sintas dalam 108

Sterilisasi panas basah dengan perebusan. Sterilisasi dengan panas basah


dapat dilakukan dengan merendam dalam air yang mendidih. Cara ini sudah
lama dikerjakan orang. Air yang mendidih pada tekanan 1 atmosfir, suhu 100oC,
dapat membunuh bakteri vegetatif dalam waktu 5-15 menit, bentuk spora akan
mati dalam 1-6 jam. Endospora bakteri umumnya resisten terhadap cara
perebusan ini. Sterilisasi panas basah digunakan untuk bahan yang sensitif
panas, untuk industri makanan berkisar pada temperatur 60-80oC, susu pada
temperatur 63oC selama 30 menit. Lama perebusan panas basah adalah 15-30
menit dan akan lebih baik bila ditambahkan larutan 1-3% Na 2CO3, karena
mempunyai daya menghancurkan dinding spora. Alat-alat yang sering
disterilkan dengan cara ini, antara lain: tabung reaksi, obyek glass, dan cawan
petri. Dalam kehidupan sehari-hari cara desinfeksi dengan merebus dipakai
untuk desinfeksi botol susu atau dot untuk minum.
Gambar 4.1. Manual Autoclave (Aquaclave) (Khadka S, et al, 2008)

a. Sterilisasi suhu rendah (low temperature sterilization)


Meningkatnya penggunaan peralatan endoskopi baik yang kaku maupun
yang lentur dan akan rusak bila terkena suhu tinggi (121-160oC) telah
mendorong pengembangan metode alternatif untuk pengelolaan peralatan peka
panas. Ada tiga proses sterilisasi suhu rendah yang ditentukan untuk digunakan
sebagai fasilitas perawatan kesehatan untuk mensterilkan peralatan pada suhu
55oC atau lebih rendah. Sterilan yang aktif digunakan dalam proses sterilisasi
suhu rendah, meliputi: etilen oksida, hidrogen peroksida plasma, dan asam
perasetat.

Etilen oksida
Setelah tahap pengosongan udara menggunakan vakum, sterilisasi dicapai
dengan gas etilen oksida dalam kondisi kelembaban, suhu, waktu, dan
konsentrasi gas yang terkendali. Gas dipasok dalam tabung yang digunakan per
satu siklus. Pemberian aerasi semua peralatan diperlukan setelah sterilisasi.

Hidrogen peroksida plasma


Setelah pengosongan udara oleh vakum sangat dalam dan mencapai tahap
plasma, sterilisasi dicapai melalui pemberian aliran uap hidrogen peroksida
plasma dengan pantauan frekuensi radio. Steriliser memonitor dan mengontrol
tingkat pencapaian dan kedalaman vakum, enerji yang dibutuhkan untuk
memulai plasma dalam ruangan, dan durasi setiap tahap.
Asam perasetat
Asam perasetat atau asam peroxyacetic dalam konsentrasi rendah dapat
merusak sangat cepat semua mikroorganisme termasuk spora bakteri. Asam
perasetat tetap efektif dengan adanya bahan organik dan sporisidal meskipun
pada temperatur rendah.

b. Sterilisasi dengan radiasi


Radiasi ultraviolet. Di semua tempat terdapat kuman, sehingga perlu
dilakukan sterilisasi udara. Biasanya dilakukan di tempat-tempat khusus,
seperti di kamar operasi, kamar isolasi, dan sebagainya yang memerlukan
udara steril. Hal ini dapat dilakukan dengan sterilisasi udara (air sterilization)
yang memakai radiasi ultraviolet. Sinar UV ini bereaksi dengan asam nukleat
sel mikroorganisme dan menyebabkan ikatan antara molekul timin yang
bersebelahan dan menyebabkan terbentuknya dimer timin. Dimer timin dapat
menghalangi replikasi normal DNA dengan menutup jalan enzim replikasi.
Endospora bakteri resisten terhadap sinar UV.
Metode sterilisasi dengan ionisasi sebesar 2,5 Mrad dapat mempenetrasi
jauh ke dalam obyek. Penggunaan teknik ini, misalnya dengan radiasi sinar
gamma kobalt-60, yang lebih kuat daya tembusnya dibandingkan sinar UV dan
tidak dilakukan di laboratorium. Metode sterilisasi ini ditujukan untuk merusak
asam nukleat mikroorganisme dan digunakan untuk bahan yang tidak dapat
disterilisasi menggunakan panas, contohnya bahan plastik, sekali pakai,
antibiotik, hormon, dan jarum suntik.

b. Sterilisasi dengan filtrasi


Metode sterilisasi dengan penyaringan digunakan untuk bahan yang
sensitif terhadap panas, bahan berbentuk cairan misalnya enzim. Filtrasi cairan
secara luas hanya digunakan dalam produksi obat-obatan atau pada sistem
irigasi dalam ruang operasi, maupun dalam perawatan medik lainnya yang
membutuhkan adanya cairan steril. Pada proses ini digunakan membran filter
yang terbuat dari selulosa asetat. Kerugian metode ini adalah biaya yang
mahal serta filter yang mudah mampat akibat filtrat tertinggal pada saringan
sehingga harus diganti, dan filter ini tidak dapat menyaring virus. Jenis filter
lain adalah filtrasi udara disebut HEPA (Hight Efficiency Paticulate Air),
contohnya LAF (laminar air flow). Filter ini digunakan untuk menyaring udara
sehingga bebas debu, dan bakteri.

Anda mungkin juga menyukai