NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
BAB 2
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTEK EMPIRIS
Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 1
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
3. Eksternalitas adalah bahwa penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan
ditentukan berdasarkan luas, besaran, dan jangkauan dampak yang timbul
akibat penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan.
4. Strategi Nasional adalah bahwa penyelenggaraan suatu urusan
pemerintahan ditentukan berdasarkan pertimbangan dalam rangka menjaga
keutuhan dan kesatuan bangsa, menjaga kedaulatan negara, implementasi
hubungan luar negeri, pencapaian program strategis nasional, dan
pertimbangan lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Berdasarkan prinsip tersebut kriteria Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah kabupaten/kota adalah:
1. Urusan Pemerintahan yang lokasinya dalam daerah kabupaten/kota.
2. Urusan Pemerintahan yang penggunanya dalam daerah kabupaten/kota.
3. Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya hanya dalam
daerah kabupaten/kota.
4. Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumberdayanya lebih efisien
apabila dilakukan oleh daerah kabupaten/kota.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 urusan pemerintahan
dibagi menjadi 3 (tiga) jenis yaitu urusan absolut, urusan konkuren dan urusan
pemerintahan umum. Selanjutnya urusan konkuren terbagi menjadi urusan wajib
dan urusan pilihan. Urusan wajib yang terdiri urusan wajib yang berkaitan dengan
pelayanan dasar dan urusan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar.
1. Pendidikan.
2. Kesehatan.
3. Pekerjaan umum dan penataan ruang.
4. Perumahan rakyat dan kawasan permukiman.
5. Ketenteraman, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat.
6. Sosial (Pasal 12 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014).
Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 2
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
Sedangkan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan
Dasar meliputi:
1. Tenaga kerja.
2. Pemberdayaan perempuan dan pelindungan anak.
3. Pangan.
4. Pertanahan.
5. Lingkungan hidup.
6. Administrasi kependudukan dan pencatatan sipil.
7. Pemberdayaan masyarakat dan Desa.
8. Pengendalian penduduk dan keluarga berencana.
9. Perhubungan.
10. Komunikasi dan informatika.
11. Koperasi, usaha kecil, dan menengah.
12. Penanaman modal.
13. Kepemudaan dan olah raga.
14. Statistik.
15. Persandian.
16. Kebudayaan.
17. Perpustakaan.
18. Kearsipan (Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014). Selanjutnya Urusan Pemerintahan Pilihan meliputi:
1. Kelautan dan perikanan.
2. Pariwisata.
3. Pertanian.
4. Kehutanan.
5. Energi dan sumberdaya mineral.
6. Perdagangan.
7. Perindustrian.
8. Transmigrasi (Pasal 12 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014).
Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 3
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
sebagaimana dimaksud dalam UUD Tahun 1945. Salah satu Urusan Pemerintahan
Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar adalah bidang perumahan dan
kawasan permukiman. Untuk terselenggaranya pelayanan dasar terkait dengan
bidang perumahan dan kawasan permukiman perlu ada regulasi yang mengatur
tentang perumahan dan kawasan permukiman, sehingga ada payung bagi
pemegang otoritas untuk menerapkan peraturan yang ada, yang ujungnya adalah
terselenggaranya pemerintahan yang kuat dengan dukungan peraturan daerah.
Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 4
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
Dalam banyak istilah rumah lebih digambarkan sebagai sesuatu yang
bersifat fisik (house, dwelling, shelter) atau bangunan untuk tempat tinggal/
bangunan pada umumnya (seperti gedung dan sebagainya). Jika ditinjau secara
lebih dalam rumah tidak sekadar bangunan melainkan konteks sosial dari
kehidupan keluarga di mana manusia saling mencintai dan berbagi dengan orang-
orang terdekatnya (Aminudin, 2007: 12).
Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 5
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
Masalah perumahan di Indonesia berakar dari pergeseran konsentrasi
penduduk dari desa ke kota. Pertumbuhan penduduk kota di Indonesia yang cukup
tinggi, sekitar 4% pertahun, lebih tinggi dari pertumbuhan nasional, dan
cenderung akan terus meningkat. Hal ini menunjukkan kecenderungan yang tinggi
tumbuhnya kota-kota di Indonesia. Sayangnya, terjadi keadaan yang tidak sesuai
antara tingkat kemampuan dengan kebutuhan sumberdaya manusia untuk
lapangan kerja yang ada di perkotaan, mengakibatkan timbulnya kelas sosial yang
tingkat ekonominya sangat rendah. Hal ini berakibat terhadap tingkat pemenuhan
kebutuhan dasar kaum papa itu yang dapat dikatakan sangat minim. Rumah dan
tempat hunian mereka tidak lebih merupakan tempat untuk tetap survive di tengah
kehidupan kota. Kualitas permukiman mereka dianggap rendah dan tidak
memenuhi standar hidup yang layak (Widyaningsih, 2006:14).
Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 6
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
masyarakat menengah atas yang memang menjanjikan keuntungan yang lebih
besar.
Keberlanjutan rumah dan perumahan. Belum ada sistem yang efektif untuk
mengevaluasi perumahan, agar dapat diperoleh gambaran kehidupan masyarakat
di dalamnya pasca okupansi. Padahal hal ini penting untuk perbaikan kualitas
perumahan secara berkelanjutan (Eko Budiarjo: 7).
a. Tahap Pertama
Pastikan tanah yang dikelola menjadi perumahan merupakan tanah yang
tidak melanggar Rencana Tata Ruang supaya tidak ada hambatan dalam
melakukan proses perizinan. Langkah ini bisa dilaksanakan dengan
mengajukan permohonan Informasi Tata Ruang (ITR) ke Dinas Pekerjaan
Umum dan Tata Ruang, sehingga bisa didapatkan kepastian bahwa bidang
tanah yang akan dikembangkan sesuai dengan peruntukan dan fungsi
perumahan/kawasan permukiman.
b. Tahap Kedua
Bagi pelaku usaha/pengembang yang akan mencari lahan dan
membebaskan lahan untuk pengembangan suatu perumahan dengan luas di
Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 7
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
atas 1 Ha, maka sebelumnya mencari Izin Lokasi ke Dinas Penanaman
Modal dan PTSP. Izin Lokasi dikeluarkan oleh lembaga OSS secara
elektronik dan berlaku efektif setelah memenuhi Komitmen yang sudah
ditetapkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
c. Tahap Ketiga
Tahap ketiga dilaksanakan di Kementerian ATR/Badan Pertanahan
Negara, dalam hal ini di Kantor Pertanahan Kabupaten Buleleng. Disini
pelaku usaha/pengembang akan diberikan Pertimbangan Teknis
Pertanahan, ini diperlukan untuk menyesuaikan/perubahan Aspek Penata
Gunaan Tanah ke fungsi “Perumahan“. Selanjutnya, perubahan
kepemilikan lahan bisa disesuaikan dengan penurunan hak dari SHM ke
HGB mengingat pengajuan permohonan Perizinan selanjutnya atas nama
Badan Hukum (Perseroan Terbatas).
d. Tahap Keempat
Pelaku Usaha/Pengembang harus mendapatkan “Persetujuan Lingkungan“
yang bisa berupa SPPL, Dokumen Kajian UKL – UPL atau Dokumen
AMDAL sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Persetujuan Lingkungan
dikeluarkan oleh lembaga OSS setelah mendapatkan Notifikasi oleh Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng.
Pada umumnya pembangunan perumahan dilengkapi dengan persetujuan
lingkungan yang disertai dengan Dokumen Lingkungan berupa AMDAL
yang memiliki luasan ≥ 1 Ha. Sedangkan yang luasnya < 1 Ha dilengkapi
dengan Dokumen UKL-UPL. Namun berbeda bila pembangunan
perumahan adalah Pembangunan Rumah Khusus. Pembangunan Rumah
Khusus adalah Pembangunan rumah baru layak huni dengan tipologi
rumah tapak dengan luas 1 unit rumah sebesar 28 m2 – 36 m2 dan
dilengkapi dengan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum. Rumah Khusus
dibangun di atas lahan penerima bantuan (Pemda/Kementerian/Lembaga)
dan dihuni/dimanfaatkan oleh Penerima Manfaat sesuai dengan ketentuan
Permen PUPR tentang penyediaan Rumah Khusus. Dengan kriteria
berdasar atas luas dengan jumlah unit rumah yang dibangun.
Pembangunan tersebut wajib AMDAL jika ≥ 50 ha (≥ 2500 unit), wajib
Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 8
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
UKL-UPL jika 50 ha > luas > 3 ha (150 – 2.500 unit), SPPL jika Luas ≤ 3
ha (≤ 150 unit).
Selanjutnya Pelaku Usaha/Pengembang juga harus mendapatkan
“Persetujuan/Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang
(KKPR) yang prosesnya pada Dinas Penanaman Modal dan PTSP
Kabupaten Buleleng.
e. Tahap Kelima
Pada tahap kelima adalah melakukan pengajuan permohonan Pengesahan
Rencana Tapak/Site Plan pada Dinas Penanaman Modal dengan
persyaratan yang telah ditentukan. Pada tahap ini perencanaan Tapak/Site
Plan/Blok Plan sudah menetapkan jumlah dan penataan Blok Kavling
beserta Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU) yang sesuai dengan
ketentuan. Hal ini nantinya akan sangat memudahkan pada saat serah
terima PSU kepada Pemerintah Daerah.
f. Tahap Keenam
Pada tahap keenam adalah melakukan pengajuan Persetujuan Bangunan
Gedung (PBG) sebagai izin yang dikeluarkan sebelum membangun unit-
unit rumah yang nantinya dikembangkan. Pengajuan PBG dilakukan per
Unit bangunan sesuai dengan keperluan pengusaha/pengembang. Jika
seluruh persyaratan telah terlampir, hanya tinggal menunggu keluarnya
izin dengan sebelumnya membayar retribusi yang nominalnya disesuaikan
dengan luas bangunan dan sesuai dengan ketentuan peraturan yang
ditetapkan.
g. Tahap Ketujuh
Ini merupakan tahap akhir, dimana Pengembang diharapkan mengajukan
Sertifikat Laik Fungsi (SLF). Ini menjadi penting sebelum rumah yang
dibangun oleh pengembang bisa ditempati dan juga untuk memastikan
aspek kenyamanan, keamanan serta kemudahan bangunan rumah tinggal
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
2.1.2.2. Konsep Permukiman dan Pemukiman
Pembangunan permukiman sebagai tempat tinggal manusia merupakan
komponen penting dari pembangunan manusia seutuhnya. Kebijakan dan program
Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 9
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
historis pembangunan lingkungan permukiman tidak hanya menyangkut
lingkungan permukiman dan fasilitas pelayanan umum, tetapi pembinaan fasilitas
usaha. Dan yang lebih penting lagi adalah pengembangan manusia sebagai titik
sentral dari penggerak pembangunan. Dengan demikian, peranan permukiman
sangat penting dalam menjadikan penduduk sebagai unsur utama dalam
pembangunan dan memungkinkan lingkungan hidup menunjang proses
pembangunan secara berkelanjutan. Sebaliknya kebijakan kependudukan dan
lingkungan hidup mempunyai pengaruh langsung pada perkembangan
permukiman.
Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 1
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
maupun pe – an mempunyai fungsi membentuk kata benda. Di antara beberapa
arti yang dibentuk oleh imbuhan per-an, ternyata yang paling tepat untuk kata
permukiman adalah tempat ber…, atau tempat bermukim, sedangkan arti imbuhan
pe –an pada kata pemukiman mempunyai arti cara me, atau hal me……. Dengan
demikian, kata pemukiman berkaitan dengan cara-cara memukimkan atau proses
memukimkan manusia dan dapat pula berarti proses memukimi (menempati)
tempat-tempat tertentu.
Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 1
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
oleh berbagai ahli. Namun demikian, kerancuan makna permukiman baik dalam
ungkapan sehari-hari, media massa, forum pertemuan maupun dalam diskusi
keilmuan masih banyak dijumpai. Kerancuan makna diawali dari penggunaan
istilah permukiman dan perumahan yang dianggap sama, pada hal dari segi
etimologis keduanya menunjukkan perbedaan yang signifikan walaupun disadari
bahwa makna kedua istilah ini memiliki kaitan yang sangat erat (Ritohardoyo,
1999). Oleh karenanya pemahaman permukiman dan perumahan secara tepat dan
benar masih harus disosialisasikan oleh lembaga pendidikan maupun penelitian.
Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 1
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
permukiman, dan mencerminkan keadaan sosial ekonomi penghuni yang pernah
bertempat tinggal maupun yang masih bertempat tinggal di wilayah itu.
Permukiman atau tempat tinggal secara khusus sering disebut bangunan
rumah yang mencakup semua jenis bangunan tempat perlindungan (shelter)
buatan manusia, seperti: tempat kediaman, gedung, bengkel, sekolah, gereja, toko,
depot. Bangunan rumah mencerminkan ciri khas suatu wilayah, jika ciri tersebut
dikaitkan dengan lingkungan dan kebudayaan penghuni. Zee (1979) memberi
arti permukiman secara sempit sebagai perumahan, yang terdiri dari bangunan
rumah tinggal maupun kelompok bangunan rumah (house building group).
Di dalam pemberian arti permukiman dari beberapa penulis, secara tersirat
menunjukkan dua aspek penting. Pertama, permukiman bermakna bangunan
rumah tempat tinggal dari segi fisik bangunan yang digunakan oleh pemukim
untuk menyelenggarakan kehidupannya. Dalam penyelenggaraan kehidupannya
tersebut tidak lepas dari aspek sosial budaya yang dimiliki oleh pemukim. Kedua,
menyangkut aspek kawasan persebaran bangunan rumah tunggal maupun
kelompok bangunan rumah, serta lokasi bangunan baik di daerah perkotaan
maupun perdesaan. Kawasan bangunan yang berlokasi di daerah perkotaan tentu
pemukimnya memiliki aktivitas yang berhubungan dengan aktivitas perkotaan,
sementara itu, permukiman perdesaan cenderung aktivitasnya berhubungaan
dengan karakteristik daerah agraris, sosial budaya dan kegiatan ritual yang masih
kental dengan nuansa kedesaan.
Dalam hubungannya dengan pembedaan istilah permukiman dan
perumahan, Yunus (1987; 1989; 1996) lebih menekankan pada pentingnya
pembedaan lingkup tinjauan dari segi skala batasan, maupun dari segi skala
wilayah. Hal ini sangat menentukan kedalaman makna dan kemudahan
pelaksanaan kajian secara geografis. Secara luas arti permukiman manusia adalah
semua bentukan secara buatan maupun secara alami dengan segala
perlengkapannya, yang dipergunakan oleh manusia baik secara individu maupun
kelompok untuk bertempat tinggal sementara maupun menetap dalam rangka
menyelenggarakan kehidupannya. Rentangan makna yang terkandung di
dalamnya sangat luas, keterkaitan antara permukiman dengan perumahan tertuang
secara tersirat. Tinjauan permukiman pada tingkat makro menjelaskan bangunan
bangunan rumah tempat tinggal dalam skala wilayah regional, lingkup meso
menjelaskan kelompok kelompok bangunan rumah tempat tinggal dalam skala
Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 1
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
lokal, dan lingkup mikro menjelaskan bangunan rumah tempat tinggal individual
(Wesnawa, 2015).
Beberapa kriteria permukiman atau kawasan permukiman yang layak
adalah sebagai berikut.
a. Jaminan Perlindungan Hukum
Perlindungan hukum mengambil banyak bentuk, diantaranya penyewaan
akomodasi (publik dan swasta), perumahan kolektif, kredit, perumahan
darurat, pemukiman informal, termasuk penguasaan tanah dan properti.
Meskipun ada beragam jenis perlindungan hukum, setiap orang harus
memiliki tingkat perlindungan hukum yang menjamin perlindungan
hukum dari pengusiran paksa, pelecehan, dan ancaman lainnya. Negara
Pihak harus secara bertanggung jawab, segera mengambil tindakan-
tindakan yang bertujuan mengkonsultasikan jaminan perlindungan hukum
terhadap orang-orang tersebut dan rumah tangga yang saat ini belum
memiliki perlindungan, konsultasi secara benar dengan orang-orang atau
kelompok yang terkena.
b. Ketersediaan Layanan, Bahan-Bahan Baku, Fasilitas, dan Infrastruktur
Tempat tinggal yang layak harus memiliki fasilitas tertentu yang penting
bagi kesehatan, keamanan, kenyamanan, dan nutrisi. Semua penerima
manfaat dari hak atas tempat tinggal yang layak harus memiliki akses yang
berkelanjutan terhadap sumber daya alam dan publik, air minum yang
aman, energi untuk memasak, suhu dan cahaya, alat-alat untuk menyimpan
makanan, pembuangan sampah, saluran air, layanan darurat.
c. Keterjangkauan
Biaya pengeluaran seseorang atau rumah tangga yang bertempat tinggal
harus pada tingkat tertentu dimana pencapaian dan pemenuhan terhadap
kebutuhan dasar lainnya tidak terancam atau terganggu. Tindakan harus
diambil oleh Negara Pihak untuk memastikan bahwa persentasi biaya yang
berhubungan dengan tempat tinggal, secara umum sepadan dengan tingkat
pendapatan. Negara Pihak harus menyediakan subsidi untuk tempat
tinggal bagi mereka yang tidak mampu memiliki tempat tinggal, dalam
bentuk dan tingkat kredit perumahan yang secara layak mencerminkan
kebutuhan tempat tinggal. Dalam kaitannya dengan prinsip
Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 1
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
keterjangkauan, penghuni harus dilindungi dengan perlengkapan yang
layak ketika berhadapan dengan tingkat sewa yang tidak masuk akal atau
kenaikan uang sewa. Di masyarakat, di mana bahan-bahan baku alam
merupakan sumber daya utama bahan baku pembuatan rumah, Negara
Pihak harus mengambil langkah-langkah untuk memastikan ketersediaan
bahan baku tersebut.
d. Layak Huni
Tempat tinggal yang memadai haruslah layak dihuni, artinya dapat
menyediakan ruang yang cukup bagi penghuninya dan dapat melindungi
mereka dari cuaca dingin, lembab, panas, hujan, angin, atau ancaman-
ancaman bagi kesehatan, bahaya fisik bangunan, dan vektor penyakit.
Keamanan fisik penghuni harus pula terjamin. Komite mendorong Negara
Pihak untuk secara menyeluruh menerapkan Prinsip Rumah Sehat yang
disusun oleh WHO yang menggolongkan tempat tinggal sebagai faktor
lingkungan yang paling sering dikaitkan dengan kondisi-kondisi penyebab
penyakit berdasarkan berbagai analisis epidemiologi; yaitu, tempat tinggal
dan kondisi kehidupan yang tidak layak dan kurang sempurna selalu
berkaitan dengan tingginya tingkat kematian dan ketidaksehatan.
e. Aksesibilitas
Tempat tinggal yang layak harus dapat diakses oleh semua orang yang
berhak atasnya. Kelompok-kelompok yang kurang beruntung seperti
halnya manula, anak-anak, penderita cacat fisik, penderita sakit stadium
akhir, penderita HIV-positif, penderita sakit menahun, penderita cacat
mental, korban bencana alam, penghuni kawasan rawan bencana, dan lain-
lain harus diyakinkan mengenai standar prioritas untuk lingkungan tempat
tinggal mereka.
f. Lokasi
Tempat tinggal yang layak harus berada di lokasi yang terbuka terhadap
akses pekerjaan, pelayanan kesehatan, sekolah, pusat kesehatan anak, dan
fasilitas-fasilitas umum lainnya. Di samping itu, rumah hendaknya tidak
didirikan di lokasi-lokasi yang telah atau akan segera terpolusi, yang
mengancam hak untuk hidup sehat para penghuninya.
Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 1
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
g. Kelayakan Budaya
Cara rumah didirikan, bahan baku bangunan yang digunakan, dan
kebijakan-kebijakan yang mendukung kedua unsur tersebut harus
memungkinkan pernyataan identitas budaya dan keragaman tempat
tinggal. Berbagai aktivitas yang ditujukan bagi peningkatan dan
modernisasi dalam lingkungan tempat tinggal harus dapat memastikan
bahwa dimensi-dimensi budaya dari tempat tinggal tidak dikorbankan, dan
bahwa, di antaranya, fasilitas-fasilitas berteknologi modern, juga telah
dilengkapkan dengan semestinya (Zulfie Syarief).
2.1.2.3. Permukiman Kumuh
Kota pada awalnya berupa permukiman dengan skala kecil, kemudian
mengalami perkembangan akibat dari pertumbuhan penduduk, perubahan sosial
ekonomi serta interaksi dengan kota-kota lain dan daerah hinterland. Kota-kota di
Indonesia pertumbuhan penduduk tidak diimbangi dengan pembangunan sarana
dan prasarana kota dan peningkatan pelayanan perkotaan, bahkan yang terjadi
justeru sebagian kawasan perkotaan mengalami penurunan kualitas lingkungan
yang berpotensi menciptakan daerah kumuh (slum area). Munculnya permukiman
kumuh di daerah perkotaan merupakan hal yang tidak dapat dihindari yang
tumbuh secara alami dan instan.
Menurut Rindrojono (2013) Kumuh adalah gambaran secara umum
tentang sikap dan tingkah laku yang rendah dilihat dari standar hidup dan
penghasilan rendah. Dengan kata lain, kumuh dapat diartikan sebagai tanda atau
cap yang diberikan golongan atas yang sudah mapan kepada golongan bawah
yang belum mapan. Menurut Pasal 1 angka 13 Undang–Undang Nomor 1 Tahun
2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, dijelaskan bahwa
permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena
ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas
bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Dan,
perumahan kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi
sebagai tempat hunian.
Menurut Drakakish Smith dalam buku settlement memberikan batasan
tentang permukiman kumuh adalah sebagai berikut. Slum adalah lingkungan
Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 1
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
permukiman yang absah, legal dan permanen tetapi kondisi fisik lingkungannya
semakin memburuk karena kurang pemeliharaan, umur bangunan yang menua,
ketidakacuhan atau karena terbagi-bagi menjadi unit pekarangan rumah atau
kamar yang semakin kecil. Squatter adalah permukiman liar yang menempati
lahan ilegal (bukan daerah permukiman) seringkali tidak terkontrol dan tidak
terorganisasi, dengan kondisi fisik lingkungan dan bangunan yang sangat jelek,
tanpa dilayani oleh prasarana dan sarana lingkungan kota.
Sementara Budiarjo mengemukakan bahwa ciri permukiman kumuh dalam
kebanyakan perkampungan di kota adalah: (1) Penghuni berasal dari desa yang
sama, sehingga memungkinkan suatu homogenitas yang agak besar, karena
penghuni kebanyakan berasal dari desa miskin yang sama dengan tingkat
pendapatan yang relatif rendah; (2) Tingkat pendidikan adalah tamatan Sekolah
Dasar maupun tidak tamat sekolah karena putus ditengah jalan; (3) Dalam
menyambung hidup atau untuk memenuhi kebutuhan pokok, modal utama adalah
tenaga otot masing-masing serta banyak memiliki waktu kosong; (4) Belum
terorganisasi menurut badan hukum usaha yang lazim berlaku, seperti perseroan
terbatas, koperasi, dan lain-lain. Modal usaha diperoleh dari jalur-jalur tidak
resmi; (5) Bekerja pada sektor informal; (6) Komplek permukiman padat dan letak
permukiman tidak teratur; (7) Fasilitas elementer, seperti air minum, tempat
mandi-cuci kakus yang bersih, listrik dan selokan pembuangan air tinja dan
sampah, umumnya tidak tersedia dengan baik; (8) Bangunan tempat bermukim
serba sederhana terbuat dari bahan gedek atau serupa, dan pada umumnya tidak
memenuhi persyaratan kesehatan; (9) Penghuni memiliki semangat kekeluargaan
yang cukup baik di antara penghuni; (10) Kesadaran hidup beragama (221020-
identifikasi-permukiman-kumuh-di-pusat-k.pdf (neliti.com)
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa slums area adalah
wilayah permukiman yang berkepadatan tinggi, miskin, kurang terpenuhinya
akses pada infrastruktur dan sewa lahan yang tidak aman. Adapun beberapa
masalah yang sering ditemui dalam wilayah slums ini seperti kekumuhan, sarana
dan prasarana yang terbatas, dan kriminalitas yang tinggi, sehingga memengaruhi
perkembangan daerah sekitarnya.
Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 1
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
Permen Pekerjaan Umum Nomor 14 Tahun 2018 Lampiran 2, perumahan
kumuh dan permukiman kumuh dinilai dengan menggunakan parameter sebagai
berikut.
a. Bangunan rumah meliputi keidakteraturan bangunan rumah, tingkat
kepadatan bangunan rumah, dan ketidak sesuaian dengan persyaratan
teknis bangunan rumah.
b. Kondisi jalan lingkungan, meliputi aspek: cakupan jaringan pelayanan,
kualitas permukaan jalan.
c. Kondisi penyediaan air minum, meliputi aspek: ketidaktersediaan akses
aman air minm, tidak terpenuhinya kebutuhan air minum.
d. Kondisi drainase lingkungan, meliputi aspek: ketidaktersediaan drainase,
ketidakmampuan mengalirkan air limpasan. Kualitas konstruksi drainase.
e. Kondisi pengelolaan air limbah, meliputi: sistem pengelolaan air limbah
sesuai persyaratan teknis, prasarana dan sarana pengelolaan air limbah
yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis.
f. Kondisi pengelolaan persampahan, meliputi aspek prasarana dan sarana
persampahan yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis, sistem
pengelolaan persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis.
g. Kondisi proteksi kebakaran, meliputi aspek: ketidaktersediaan sistem
proteksi secara aktif dan pasif, ketidaktersediaan sarana proteksi kebakaran
(221020-identifikasi-permukiman-kumuh-di-pusat-k.pdf (neliti.com).
2.1.2.4. Permukiman Tradisional
Permukiman tradisional sebagai hasil kebudayaan manusia yang terbentuk
secara bertahap dalam kurun waktu yang relatif lama seiring dengan
perkembangan masyarakat dan budaya yang dimiliki. Nilai-nilai yang terkandung
dalam suatu permukiman tradisional sangat bergantung pada nilai-nilai
kebudayaan yang dipegang oleh masyarakatnya.
Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 1
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
ditemukan di desa-desa yang corak agrarisnya sangat kental karena didukung oleh
lingkungan agraris untuk dapat menyelenggarakan kehidupannya.
Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 1
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
kesehatan, utilitas umum) atau berintegrasi di dalam suatu lingkungan dan
hubungan satu sama lain oleh unsur Marga (jaringan jalan). Perumahan adalah
suatu lingkungan mukim (tempat tinggal) manusia yang terdiri dari sekelompok
rumah dengan berbagai macam fasilitas sosial, fasilitas umum, jaringan
pergerakan, serta sarana dan prasarananya.
Pola permukiman dan persebaran permukiman bervariasi sifatnya, dari
sangat jarang sampai sangat padat, dapat memusat atau mengelompok, dapat tidak
teratur, atau teratur. Permukiman lebih banyak terdapat pada tanah-tanah yang
subur dengan relatif datar yang menguntungkan untuk pertanian. Persebaran yang
mengelompok atau tidak teratur umumnya terdapat pada wilayah-wilayah yang
topografinya tidak seragam. Dijelaskan oleh Burhan (2008) pola tata ruang
permukiman tradisional dipengaruhi oleh: a) Guna lahan (elemen pembentuk
kawasan pedesaan, peletakan elemen); b) Ruang budaya (berdasarkan aktivitas
harian, berdasarkan ritual); dan c) Pola tata ruang tempat tinggal (rumah dan
pekarangan, struktur tata ruang tempat tinggal, pola tata bangunan).
Permukiman tradisional merupakan manifestasi dari nilai sosial budaya
masyarakat yang erat kaitannya dengan nilai sosial budaya penghuninya, yang
dalam proses penyusunannya menggunakan dasar norma-norma tradisi.
Permukiman tradisional sering direpresentasikan sebagai tempat yang masih
memegang nilai-nilai adat dan budaya yang berhubungan dengan nilai
kepercayaan atau agama yang bersifat khusus atau unik pada suatu masyarakat
tertentu yang berakar dari tempat tertentu pula di luar determinasi sejarah.
Struktur ruang permukiman digambarkan melalui pengidentifikasian
tempat, lintasan, dan batas sebagai komponen utama, selanjutnya diorientasikan
melalui hirarki dan jaringan atau lintasan yang muncul dalam lingkungan binaan
yang berbentuk fisik atau nonfisik. Untuk membentuk struktur ruang tidak hanya
orientasi yang terpenting, tetapi juga objek nyata dari suatu identifikasi. Dalam
suatu lingkungan tempat suci berfungsi sebagai pusat yang selanjutnya menjadi
orientasi dan identifikasi bagi manusia, dan merupakan struktur ruang. Struktur
ruang permukiman tradisional menunjukkan adanya tatanan ruang permukiman
yang sangat dipengaruhi oleh kepercayaan, mulai dari pemilihan lokasi sampai
struktur ruang itu sendiri. Dalam menentukan tatanan ruang permukiman ini,
Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 2
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
keterkaitan dan pemaknaan lingkungan juga memiliki cakupan yang sangat luas,
bukan hanya dilihat dalam hal lingkungan sekitarnya saja, akan tetapi juga dalam
lingkup yang sangat luas, seperti kedudukan dalan jagad raya, di bumi tempat
seseorang bertempat tinggal.
Perumahan dan Kawasan Permukiman Tradisional Buleleng dan Bali pada
umumnya merupakan suatu tempat kehidupan yang utuh dan bulat yang berpola
tradisional yang terdiri dari 3 unsur, yaitu: unsur kahyangan tiga (pura desa),
unsur krama desa (warga), dan karang desa (wilayah) dengan latar belakang
norma-norma dan nilai-nilai tradisional yang melandasinya. Perumahan dan
Kawasan Permukiman Desa Tradisional Bali tersebut pada prinsipnya dilandasi
oleh konses-konsep seperti: hubungan yang harmonis antara Bhuana Agung
dengan Bhuana Alit, Manik Ring Cucupu, Tri Hita Karana, Tri Angga, Hulu-
Teben sampai kepada melahirkan tata nilai Sanga Mandala yang memberi arahan
tata ruang, baik dalam skala rumah (umah) maupun perumahan (desa).
Berdasarkan data Satker Kementerian PU Wilayah II Denpasar, di
Provinsi Bali terdapat 38 titik lokasi permukiman tradisional yang tersebar di
beberapa Kabupaten. Di Kabupaten Buleleng ditemukan ada 12 desa tradisional
yaitu:
1. Desa Tradisional Cempaga
2. Desa Tradisional Sidetapa
3. Desa Tradisional Tigawasa
4. Desa Tradisional Pedawa
5. Desa Tradisional Gobleg
6. Desa Tradisional Sudaji
7. Desa Tradisional Julah
8. Desa Tradisional Sembiran
9. Desa Banyuseri (Banjar)
10. Desa Bulian
11. Desa Penuktukan
12. Desa Pacung
Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 2
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
2.1.2.5. Pembangunan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Perumahan dan
Permukiman
Prasarana sebagaimana dimuat dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 9 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyerahan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Perumahan dan Permukiman di daerah adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan
yang memungkinkan lingkungan perumahan dan permukiman dapat berfungsi
sebagaimana mestinya.
Adapun sarana adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.
Sedangkan utilitas merupakan sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan.
Pembangunan prasarana, sarana dan utilitas perumahan dan permukiman
sangat tergantung pada minimal jumlah penduduk pendukung yang dibutuhkan
untuk pengadaan fasilitas sosial dimaksud. Pengadaan sarana fasilitas sosial pada
perumahan dan permukiman antara lain ditentukan berdasarkan ketentuan
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 278/KPTS/1987. Pelimpahan
prasarana, sarana, dan utilitas perumahan dan permukiman dilakukan melalui
beberapa tahapan seperti perencanaan, pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan.
Proses pelimpahan prasarana, sarana dan utilitas perumahan adalah penyerahan
berupa tanah dengan bangunan dan/ atau tanah tanpa bangunan dalam bentuk
asset dan tanggung jawab pengelolaan dari pengembang kepada Pemerintah
Daerah.
Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 2
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
dikembangkan oleh ahli. Berkenaan dengan hal tersebut pembentukan peraturan
daerah yang baik berpedoman pada asas-asas pembentukan peraturan perundang-
undangan yang baik, pemerintahan berdasarkan sistem konstitusi, dan negara
berdasarkan kedaulatan rakyat.
Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan membentuk peraturan Peraturan Perundang-undangan, perundang-
undangan termasuk dalam Peraturan Daerah, harus berdasarkan pada asas-asas
pembentukan yang baik meliputi:
a. Asas kejelasan tujuan adalah bahwa setiap pembentukan Peraturan
Perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak
dicapai;
b. Asas kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat adalah bahwa setiap
jenis peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga/pejabat
pembentuk peraturan perundang-undangan yang berwenang. Peraturan
perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum,
apabila dibuat oleh lembaga/pejabat yang tidak berwenang;
c. Asas kesesuaian antara jenis dan materi muatan adalah bahwa dalam
pembentukan peraturan perundang-undangan harus benar-benar
memperhatikan materi muatan yang tepat dengan jenis peraturan
perundang-undangannya;
d. Asas dapat dilaksanakan adalah bahwa setiap pembentukan peraturan
perundang-undangan harus memperhitungkan efektifitas peraturan
perundang-undangan tersebut, baik secara filosofis, yuridis maupun
sosiologis.1) Aspek Filosofis adalah terkait dengan nilai-nilai etika dan
moral yang berlaku di masyarakat. Peraturan Daerah yang mempunyai
tingkat kepekaan yang tinggi dibentuk berdasarkan semua nilai-nilai yang
baik yang ada dalam masyarakat; 2) Aspek Yuridis adalah terkait landasan
hukum yang menjadi dasar kewenangan pembuatan Peraturan Daerah; dan
3) Aspek Sosiologis adalah terkait dengan bagaimana Peraturan Daerah
yang disusun tersebut dapat dipahami oleh masyarakat, sesuai dengan
kenyataan hidup masyarakat yang bersangkutan.
Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 2
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
e. Asas hasil guna dan daya guna adalah bahwa setiap peraturan perundang-
undangan dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat
dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;
f. Asas kejelasan rumusan adalah bahwa setiap peraturan perundang-
undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan peraturan
perundang-undangan. Sistematika dan pilihan kata atau terminologi, serta
bahasa hukumnya jelas dan mudah dimengerti, sehingga tidak
menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam pelaksanaannya.
g. Asas keterbukaan adalah bahwa dalam proses pembentukan peraturan
perundang-undangan mulai perencanaan, persiapan, penyusunan dan
pembahasan bersifat transparan. Dengan demikian seluruh lapisan
masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk
memberikan masukan dalam proses pembuatan peraturan perundang-
undangan;
h. Asas materi muatan adalah materi muatan peraturan perundang-undangan
menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan harus mengandung asas-asas sebagai
berikut.
1) Asas kekeluargaan adalah mencerminkan musyawarah untuk mufakat
dalam setiap pengambilan keputusan.
2) Asas Kenusantaraan adalah bahwa setiap materi muatan Peraturan
Daerah senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah
Indonesia dan materi muatan peraturan perundang-undangan yang
dibuat di daerah merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang
berdasarkan Pancasila.
3) Asas Bhinneka Tunggal Ika adalah bahwa materi muatan Peraturan
Daerah harus memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku, dan
golongan, kondisi khusus daerah, dan budaya khususnya yang
menyangkut masalah-masalah sensitif dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
4) Asas Keadilan adalah mencerminkan keadilan secara proporsional bagi
setiap warga negara tanpa kecuali.
Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 2
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
5) Asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan adalah
bahwa setiap materi muatan peraturan daerah tidak boleh berisi hal-hal
yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain,
agama, suku, ras, golongan, gender atau status sosial.
6) Asas ketertiban dan kepastian hukum adalah bahwa setiap materi
muatan peraturan daerah harus dapat menimbulkan ketertiban dalam
masyarakat melalui jaminan adanya kepastian hukum.
7) Asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan adalah bahwa setiap
materi muatan peraturan daerah harus mencerminkan keseimbangan,
keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan individu dan
masyarakat dengan kepentingan bangsa dan negara.
8) Asas pengayoman adalah memberikan perlindungan dalam rangka
menciptakan ketentraman masyarakat.
9) Asas Kemanusiaan adalah mencerminkan perlindungan dan
penghormatan hak-hak asasi manusia serta hakekat dan martabat setiap
warga negara secara proporsional.
10) Asas kemanusiaan adalah mencerminkan perlindungan dan
penghormatan hak-hak asasi manusia serta harkat dan martabat setiap
warga negara secara proporsional.
11) Asas Kebangsaan adalah mencerminkan sifat dan watak Bangsa
Indonesia yang pluralistik dengan tetap menjaga prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Asas-asas hukum peraturan perundang-undangan tersebut sesuai Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan, dapat dikelompokan menjadi 2 (dua) yakni Pertama, asas yang
berkaitan dengan pembentukan atau proses Peraturan Perundang-undangan dan;
Kedua, asas yang berkaitan dengan materi muatan atau substansi Peraturan
Perundang-undangan. Asas kepastian hukum. Asas ini merupakan asas yang
sangat fundamental yang berlaku di setiap negara hukum yang bertujuan untuk
menjamin bahwa kepastian hukum terwujud dalam masyarakat. Hukum bertujuan
untuk mewujudkan kepastian dalam hubungan antar manusia, yaitu menjamin
Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 2
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
prediktabilitas, dan juga bertujuan untuk mencegah bahwa hak yang terkuat yang
berlaku.
Dengan demikian, asas ini dianggap perlu untuk dijadikan dasar dalam
Rancangan Perda Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman, yang semata-mata untuk menjadi payung hukum bagi
pihak-pihak yang berkepentingan dalam penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman nantinya.
Asas-asas umum pengelolaan keuangan Negara. Dalam rangka
mendukung terwujudnya good governance dalam penyelenggaraan negara,
pengelolaan keuangan Negara (termasuk pengelolaan keuangan daerah) perlu
diselenggarakan secara profesional, terbuka, dan bertanggung jawab sesuai
dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Asas-asas umum pengelolaan keuangan negara dalam arti luas sangat diperlukan
guna menjamin terselenggaranya prinsip-prinsip pemerintahan daerah.
Dengan dianutnya asas-asas umum tersebut di dalam undang-undang
tentang keuangan negara, maka pelaksanaan undang-undang ini selain menjadi
acuan dalam reformasi manajemen keuangan negara, sekaligus dimaksudkan
untuk memperkokoh landasan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah di
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Aturan pokok keuangan negara dan
keuangan daerah telah dijabarkan ke dalam asas-asas umum, yang meliputi:
a. Asas Tahunan, memberikan persyaratan bahwa anggaran negara dibuat
secara tahunan yang harus mendapat persetujuan dari badan legislatif
(DPR).
b. Asas Universalitas (kelengkapan), memberikan batasan bahwa tidak
diperkenankan terjadinya percampuran antara penerimaan negara dengan
pengeluaran negara.
c. Asas Kesatuan, mempertahankan hak budget dari dewan secara lengkap,
berarti semua pengeluaran harus tercantum dalam anggaran. Oleh karena
itu, anggaran merupakan anggaran bruto, dimana yang dibukukan dalam
anggaran adalah jumlah brutonya.
d. Asas Spesialitas mensyaratkan bahwa jenis pengeluaran dimuat dalam
mata anggaran tertentu/tersendiri dan diselenggarakan secara konsisten
Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 2
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Secara kuantitatif artinya jumlah
yang telah ditetapkan dalam mata anggaran tertentu merupakan batas
tertinggi dan tidak boleh dilampaui. Secara kualitatif berarti penggunaan
anggaran hanya dibenarkan untuk mata anggaran yang telah ditentukan.
e. Asas Akuntabilitas berorientasi pada hasil, mengandung makna bahwa
setiap pengguna anggaran wajib menjawab dan menerangkan kinerja
organisasi atas keberhasilan atau kegagalan suatu program yang menjadi
tanggung jawabnya.
f. Asas Profesionalitas mengharuskan pengelolaan keuangan negara
ditangani oleh tenaga yang profesional.
g. Asas Proporsional pada fungsi-fungsi kementerian/lembaga sesuai dengan
tingkat prioritas dan tujuan yang ingin dicapai. Asas Proporsionalitas;
pengalokasian anggaran dilaksanakan secara seimbang.
h. Asas Keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara, mewajibkan
adanya keterbukaan dalam pembahasan, penetapan, dan perhitungan
anggaran serta atas hasil pengawasan oleh lembaga audit yang independen.
i. Asas Pemeriksaan Keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan
mandiri, memberi kewenangan lebih besar pada Badan Pemeriksa
Keuangan untuk melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan keuangan
negara secara objektif dan independen.
Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 2
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta
peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. Penyelenggaraan Perumahan
dan Kawasan Permukiman didasarkan pada Rencana Pembangunan dan
Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP). RP3KP
merupakan dokumen perencanaan yang merupakan jabaran pengisian rencana
pola ruang Perumahan dan Kawasan Permukiman dalam RTRW, serta memuat
skenario penyelenggaraan pengelolaan bidang Perumahan dan Kawasan
Permukiman yang terkoordinasi dan terpadu secara lintas sektoral dan lintas
wilayah administratif.
Pengaturan tentang Rencana Pembangunan dan Pengembangan
Perumahan dan Kawasan Permukiman harus mampu:
1. Mewujudkan ketertiban dalam Pembangunan dan Pengembangan
Perumahan dan Kawasan Permukiman.
2. Memberikan kepastian hukum bagi seluruh pemangku kepentingan dalam
melaksanakan tugas dan wewenang serta hak dan kewajibannya dalam
Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman.
3. Mewujudkan keadilan bagi seluruh pemangku kepentingan terutama
bagi MBR dalam Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman.
1. Penyelenggaraan Perumahan.
2. Penyelenggaraan Kawasan Permukiman.
3. Pemeliharaan dan perbaikan.
4. Pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh.
5. Penyediaan tanah.
6. Pendanaan.
7. Peran masyarakat.
8. Pembinaan dan pengawasan.
Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 2
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
APBD guna membiayai penyelenggaraan perumahan rakyat dan kawasan
permukiman yang menjadi tanggungjawab pemerintah daerah. Dengan demikian
Peraturan Daerah ini akan berimplikasi pada terbebaninya APBD.
Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 2
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
masyarakat ini sesuai dengan konsep pembangunan bottom up yang lebih
mengedepankan prakarsa aktif dari masyarakat. Apabila diperhatikan dari
jumlah swadaya masyarakat ini memiliki potensi yang besar, oleh karena
itu diperlukan penggalangan dana yang konsisten agar potensi dari
masyarakat tersebut dapat bermanfaat bagi pembangunan dan
pengembangan perumahan dan kawasan permukiman di Kabupaten
Buleleng.
5. Sumber Dana Perbankan
Sumber dana perbankan dapat digunakan untuk dana skim kredit
perumahan dan permukiman, seperti: Kredit Kepemilikan Rumah (KPR),
kredit konstruksi, kredit pembangunan dan perbaikan rumah, serta
program bantuan perumahan yang tidak terkait kredit perumahan.
Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 3