Anda di halaman 1dari 30

Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan

NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
BAB 2
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTEK EMPIRIS

2.1 Kajian Teoritis


Kajian teoritis dalam penyusunan naskah akademis mencakup hal-hal
sebagai berikut.
2.1.1 Kewenangan Pemerintah Bidang Perumahan dan Pemukiman
Urusan Pemerintahan bidang Perumahan dan Kawasan Permukinan
menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota berdasarkan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014. Esensi Pemerintahan Daerah adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan
prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.

Berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang rincian


pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Pemerintah yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007, dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota terdapat dalam lampirannya.

Pembagian urusan berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014


didasarkan pada prinsip:

1. Akuntabilitas adalah bahwa penanggungjawab penyelenggaraan suatu


urusan pemerintahan ditentukan berdasarkan kedekatannya dengan luas,
besaran, dan jangkauan dampak yang ditimbulkan oleh penyelenggaraan
suatu urusan pemerintahan.
2. Efisiensi adalah bahwa penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan
ditentukan berdasarkan perbandingan tingkat daya guna yang paling tinggi
yang dapat diperoleh.

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 1
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
3. Eksternalitas adalah bahwa penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan
ditentukan berdasarkan luas, besaran, dan jangkauan dampak yang timbul
akibat penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan.
4. Strategi Nasional adalah bahwa penyelenggaraan suatu urusan
pemerintahan ditentukan berdasarkan pertimbangan dalam rangka menjaga
keutuhan dan kesatuan bangsa, menjaga kedaulatan negara, implementasi
hubungan luar negeri, pencapaian program strategis nasional, dan
pertimbangan lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Berdasarkan prinsip tersebut kriteria Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah kabupaten/kota adalah:
1. Urusan Pemerintahan yang lokasinya dalam daerah kabupaten/kota.
2. Urusan Pemerintahan yang penggunanya dalam daerah kabupaten/kota.
3. Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya hanya dalam
daerah kabupaten/kota.
4. Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumberdayanya lebih efisien
apabila dilakukan oleh daerah kabupaten/kota.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 urusan pemerintahan
dibagi menjadi 3 (tiga) jenis yaitu urusan absolut, urusan konkuren dan urusan
pemerintahan umum. Selanjutnya urusan konkuren terbagi menjadi urusan wajib
dan urusan pilihan. Urusan wajib yang terdiri urusan wajib yang berkaitan dengan
pelayanan dasar dan urusan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar.

Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar


meliputi:

1. Pendidikan.
2. Kesehatan.
3. Pekerjaan umum dan penataan ruang.
4. Perumahan rakyat dan kawasan permukiman.
5. Ketenteraman, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat.
6. Sosial (Pasal 12 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014).

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 2
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
Sedangkan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan
Dasar meliputi:

1. Tenaga kerja.
2. Pemberdayaan perempuan dan pelindungan anak.
3. Pangan.
4. Pertanahan.
5. Lingkungan hidup.
6. Administrasi kependudukan dan pencatatan sipil.
7. Pemberdayaan masyarakat dan Desa.
8. Pengendalian penduduk dan keluarga berencana.
9. Perhubungan.
10. Komunikasi dan informatika.
11. Koperasi, usaha kecil, dan menengah.
12. Penanaman modal.
13. Kepemudaan dan olah raga.
14. Statistik.
15. Persandian.
16. Kebudayaan.
17. Perpustakaan.
18. Kearsipan (Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014). Selanjutnya Urusan Pemerintahan Pilihan meliputi:
1. Kelautan dan perikanan.
2. Pariwisata.
3. Pertanian.
4. Kehutanan.
5. Energi dan sumberdaya mineral.
6. Perdagangan.
7. Perindustrian.
8. Transmigrasi (Pasal 12 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014).

Pemerintahan Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan konkuren


menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-
luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 3
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
sebagaimana dimaksud dalam UUD Tahun 1945. Salah satu Urusan Pemerintahan
Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar adalah bidang perumahan dan
kawasan permukiman. Untuk terselenggaranya pelayanan dasar terkait dengan
bidang perumahan dan kawasan permukiman perlu ada regulasi yang mengatur
tentang perumahan dan kawasan permukiman, sehingga ada payung bagi
pemegang otoritas untuk menerapkan peraturan yang ada, yang ujungnya adalah
terselenggaranya pemerintahan yang kuat dengan dukungan peraturan daerah.

2.1.2. Konseptual tentang Perumahan, Kawasan Permukiman, dan


Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum (PSU)
2.1.2.1. Pengertian Perumahan
Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman, yang dimaksud dengan perumahan adalah
kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun
perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai
hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. Rumah adalah salah satu jenis
ruang tempat manusia beraktivitas, harus dipandang dari seluruh sisi faktor yang
mempengaruhinya dan dari sekian banyak faktor tersebut, yang menjadi sentral
adalah manusia. Dengan kata lain, konsepsi tentang rumah harus mengacu pada
tujuan utama manusia yang menghuninya dengan segala nilai dan norma yang
dianutnya (Eko Budiharjo, 1998: 4).

Masyarakat manusia mulai membangun rumah setelah meninggalkan cara


hidup berburu dan mengumpulkan makanan. Dalam tradisi masyarakat
tradisional, rumah, lebih dari sekadar tempat bernaung dari cuaca dan segala hal
yang dianggap musuh, sarat dengan makna-makna sebagai hasil pengejawantahan
budaya, tradisi dan nilai-nilai yang dianut. Rumah dianggap sebagai
mikrokosmos, yang merupakan bagian dari makrokosmos di luarnya serta
lingkungan alam secara luas. Ini berarti bahwa manusia, konstruksi rumah, bahan
bangunan serta lingkungannya seperti gunung, batu alam, pohon atau tumbuhan
lainnya dapat disamakan sebagai makhluk hidup, bukan benda mati.

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 4
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
Dalam banyak istilah rumah lebih digambarkan sebagai sesuatu yang
bersifat fisik (house, dwelling, shelter) atau bangunan untuk tempat tinggal/
bangunan pada umumnya (seperti gedung dan sebagainya). Jika ditinjau secara
lebih dalam rumah tidak sekadar bangunan melainkan konteks sosial dari
kehidupan keluarga di mana manusia saling mencintai dan berbagi dengan orang-
orang terdekatnya (Aminudin, 2007: 12).

Dalam pandangan ini rumah lebih merupakan suatu sistem sosial


ketimbang sistem fisik. Hal ini disebabkan karena rumah berkaitan erat dengan
manusia, yang memiliki tradisi sosial, perilaku dan keinginan-keinginan yang
berbeda dan selalu bersifat dinamis, karenanya rumah bersifat kompleks dalam
mengakomodasi konsep dalam diri manusia dan kehidupannya. Beberapa konsep
tentang rumah:

a. Rumah sebagai pengejawantahan jati diri, rumah sebagai simbol dan


pencerminan tata nilai selera pribadi penghuninya;
b. Rumah sebagai wadah keakraban, rasa memiliki, rasa kebersamaan,
kehangatan, kasih dan rasa aman;
c. Rumah sebagai tempat menyendiri dan menyepi, tempat melepaskan diri
dari dunia luar, dari tekanan dan ketegangan, dari dunia rutin;
d. Rumah sebagai akar dan kesinambungan; rumah merupakan tempat
kembali pada akar dan menumbuhkan rasa kesinambungan dalam untaian
proses ke masa depan;
e. Rumah sebagai wadah kegiatan utama sehari-hari;
f. Rumah sebagai pusat jaringan sosial; dan
g. Rumah sebagai struktur fisik (Hendrawan, 2004: 54).

Pada masyarakat modern, perumahan menjadi masalah yang cukup serius.


Pemaknaan atas rumah, simbolisasi nilai-nilai dan sebagainya seringkali sangat
dipengaruhi oleh tingkat ekonomi dan status sosial. Rumah pada masyarakat
modern, terutama di perkotaan, menjadi sangat bervariasi, dari tingkat paling
minim, yang karena keterbatasan ekonomi hanya dijadikan sebagai tempat
berteduh, sampai kepada menjadikan rumah sebagai lambang prestise karena
kebutuhan menjaga citra kelas sosial tertentu.

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 5
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
Masalah perumahan di Indonesia berakar dari pergeseran konsentrasi
penduduk dari desa ke kota. Pertumbuhan penduduk kota di Indonesia yang cukup
tinggi, sekitar 4% pertahun, lebih tinggi dari pertumbuhan nasional, dan
cenderung akan terus meningkat. Hal ini menunjukkan kecenderungan yang tinggi
tumbuhnya kota-kota di Indonesia. Sayangnya, terjadi keadaan yang tidak sesuai
antara tingkat kemampuan dengan kebutuhan sumberdaya manusia untuk
lapangan kerja yang ada di perkotaan, mengakibatkan timbulnya kelas sosial yang
tingkat ekonominya sangat rendah. Hal ini berakibat terhadap tingkat pemenuhan
kebutuhan dasar kaum papa itu yang dapat dikatakan sangat minim. Rumah dan
tempat hunian mereka tidak lebih merupakan tempat untuk tetap survive di tengah
kehidupan kota. Kualitas permukiman mereka dianggap rendah dan tidak
memenuhi standar hidup yang layak (Widyaningsih, 2006:14).

Berbagai program pengadaan perumahan telah dilakukan pemerintah dan


swasta (real estat). Tetapi apa yang dilakukan belum mencukupi, baik dari segi
kualitas maupun kuantitas. Dari segi jumlah ternyata pemerintah dan swasta hanya
mampu menyediakan lebih kurang 10% saja dari kebutuhan rumah, sementara
sisanya dibangun sendiri oleh masyarakat. Dari segi kualitas, banyak pihak yang
berpendapat bahwa program yang ada belum menyentuh secara holistik dimensi
sosial masyarakat, sehingga masih perlu diupayakan perbaikan-perbaikan.

Perbedaan persepsi tentang rumah layak huni. Masalah rumah dan


perumahan sering hanya didekati dengan penyelesaian teknis-ekonomi yang
sepihak, tanpa melibatkan masyarakat pemakai yang berhubungan erat dengan
latar belakang budaya, tradisi dan perilaku mereka. Hal ini menimbulkan
kesenjangan dalam memandang rumah yang layak huni. Salah satu akibatnya
adalah rumah siap huni berupa rumah susun, misalnya, ditinggalkan oleh
penghuninya, atau berkembang menjadi sangat rawan akan kriminalitas, atau
dipugar, yang tentunya membutuhkan biaya tambahan.

Ketidakseimbangan persediaan dan permintaan. Kebutuhan paling banyak


adalah berasal dari golongan rumah menengah ke bawah, sementara ada
kecenderungan pihak pengembang, terutama swasta membangun untuk

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 6
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
masyarakat menengah atas yang memang menjanjikan keuntungan yang lebih
besar.

Keberlanjutan rumah dan perumahan. Belum ada sistem yang efektif untuk
mengevaluasi perumahan, agar dapat diperoleh gambaran kehidupan masyarakat
di dalamnya pasca okupansi. Padahal hal ini penting untuk perbaikan kualitas
perumahan secara berkelanjutan (Eko Budiarjo: 7).

Ketidakseimbangan aksessibilitas masyarakat terhadap fasilitas pelayanan


kota. Masyarakat berpendapatan rendah yang membangun rumahnya dalam batas
kemampuannya pada ruang-ruang kota, karena dianggap ilegal, jadi tidak
memiliki akses yang semestinya ke fasilitas pelayanan kota, seperti prasarana dan
sanitasi lingkungan. Hal ini menunjukkan tidak terlindunginya hak-hak mereka
sebagai warga kota. Masalah perolehan tanah. Belum adanya sistem pengendalian
harga tanah oleh Pemerintah, menyebabkan merebaknya spekulan tanah, yang
mengakibatkan membubungnya harga tanah, jauh dari jangkauan daya beli
masyarakat. Menyelesaikan masalah-masalah tersebut merupakan tanggung jawab
seluruh komponen bangsa. Oleh karenanya, setiap pihak harus mengupayakan
perbaikan perumahan sesuai dengan kemampuannya masing-masing, baik melalui
sumbang pemikiran, tenaga maupun modal.

Beberapa tahapan dan persyaratan yang harus ditempuh dalam mendirikan


perumahan adalah sebagai berikut.

a. Tahap Pertama
Pastikan tanah yang dikelola menjadi perumahan merupakan tanah yang
tidak melanggar Rencana Tata Ruang supaya tidak ada hambatan dalam
melakukan proses perizinan. Langkah ini bisa dilaksanakan dengan
mengajukan permohonan Informasi Tata Ruang (ITR) ke Dinas Pekerjaan
Umum dan Tata Ruang, sehingga bisa didapatkan kepastian bahwa bidang
tanah yang akan dikembangkan sesuai dengan peruntukan dan fungsi
perumahan/kawasan permukiman.
b. Tahap Kedua
Bagi pelaku usaha/pengembang yang akan mencari lahan dan
membebaskan lahan untuk pengembangan suatu perumahan dengan luas di

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 7
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
atas 1 Ha, maka sebelumnya mencari Izin Lokasi ke Dinas Penanaman
Modal dan PTSP. Izin Lokasi dikeluarkan oleh lembaga OSS secara
elektronik dan berlaku efektif setelah memenuhi Komitmen yang sudah
ditetapkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
c. Tahap Ketiga
Tahap ketiga dilaksanakan di Kementerian ATR/Badan Pertanahan
Negara, dalam hal ini di Kantor Pertanahan Kabupaten Buleleng. Disini
pelaku usaha/pengembang akan diberikan Pertimbangan Teknis
Pertanahan, ini diperlukan untuk menyesuaikan/perubahan Aspek Penata
Gunaan Tanah ke fungsi “Perumahan“. Selanjutnya, perubahan
kepemilikan lahan bisa disesuaikan dengan penurunan hak dari SHM ke
HGB mengingat pengajuan permohonan Perizinan selanjutnya atas nama
Badan Hukum (Perseroan Terbatas).
d. Tahap Keempat
Pelaku Usaha/Pengembang harus mendapatkan “Persetujuan Lingkungan“
yang bisa berupa SPPL, Dokumen Kajian UKL – UPL atau Dokumen
AMDAL sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Persetujuan Lingkungan
dikeluarkan oleh lembaga OSS setelah mendapatkan Notifikasi oleh Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng.
Pada umumnya pembangunan perumahan dilengkapi dengan persetujuan
lingkungan yang disertai dengan Dokumen Lingkungan berupa AMDAL
yang memiliki luasan ≥ 1 Ha. Sedangkan yang luasnya < 1 Ha dilengkapi
dengan Dokumen UKL-UPL. Namun berbeda bila pembangunan
perumahan adalah Pembangunan Rumah Khusus. Pembangunan Rumah
Khusus adalah Pembangunan rumah baru layak huni dengan tipologi
rumah tapak dengan luas 1 unit rumah sebesar 28 m2 – 36 m2 dan
dilengkapi dengan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum. Rumah Khusus
dibangun di atas lahan penerima bantuan (Pemda/Kementerian/Lembaga)
dan dihuni/dimanfaatkan oleh Penerima Manfaat sesuai dengan ketentuan
Permen PUPR tentang penyediaan Rumah Khusus. Dengan kriteria
berdasar atas luas dengan jumlah unit rumah yang dibangun.
Pembangunan tersebut wajib AMDAL jika ≥ 50 ha (≥ 2500 unit), wajib

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 8
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
UKL-UPL jika 50 ha > luas > 3 ha (150 – 2.500 unit), SPPL jika Luas ≤ 3
ha (≤ 150 unit).
Selanjutnya Pelaku Usaha/Pengembang juga harus mendapatkan
“Persetujuan/Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang
(KKPR) yang prosesnya pada Dinas Penanaman Modal dan PTSP
Kabupaten Buleleng.
e. Tahap Kelima
Pada tahap kelima adalah melakukan pengajuan permohonan Pengesahan
Rencana Tapak/Site Plan pada Dinas Penanaman Modal dengan
persyaratan yang telah ditentukan. Pada tahap ini perencanaan Tapak/Site
Plan/Blok Plan sudah menetapkan jumlah dan penataan Blok Kavling
beserta Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU) yang sesuai dengan
ketentuan. Hal ini nantinya akan sangat memudahkan pada saat serah
terima PSU kepada Pemerintah Daerah.
f. Tahap Keenam
Pada tahap keenam adalah melakukan pengajuan Persetujuan Bangunan
Gedung (PBG) sebagai izin yang dikeluarkan sebelum membangun unit-
unit rumah yang nantinya dikembangkan. Pengajuan PBG dilakukan per
Unit bangunan sesuai dengan keperluan pengusaha/pengembang. Jika
seluruh persyaratan telah terlampir, hanya tinggal menunggu keluarnya
izin dengan sebelumnya membayar retribusi yang nominalnya disesuaikan
dengan luas bangunan dan sesuai dengan ketentuan peraturan yang
ditetapkan.
g. Tahap Ketujuh
Ini merupakan tahap akhir, dimana Pengembang diharapkan mengajukan
Sertifikat Laik Fungsi (SLF). Ini menjadi penting sebelum rumah yang
dibangun oleh pengembang bisa ditempati dan juga untuk memastikan
aspek kenyamanan, keamanan serta kemudahan bangunan rumah tinggal
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
2.1.2.2. Konsep Permukiman dan Pemukiman
Pembangunan permukiman sebagai tempat tinggal manusia merupakan
komponen penting dari pembangunan manusia seutuhnya. Kebijakan dan program

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 9
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
historis pembangunan lingkungan permukiman tidak hanya menyangkut
lingkungan permukiman dan fasilitas pelayanan umum, tetapi pembinaan fasilitas
usaha. Dan yang lebih penting lagi adalah pengembangan manusia sebagai titik
sentral dari penggerak pembangunan. Dengan demikian, peranan permukiman
sangat penting dalam menjadikan penduduk sebagai unsur utama dalam
pembangunan dan memungkinkan lingkungan hidup menunjang proses
pembangunan secara berkelanjutan. Sebaliknya kebijakan kependudukan dan
lingkungan hidup mempunyai pengaruh langsung pada perkembangan
permukiman.

Kajian permukiman perdesaan maupun perkotaan dapat disoroti dari aspek


geografis, sosiologis, antropologis, ekonomis, maupun politis. Perkembangan
permukiman tersebut selalu ada dinamika. Misalnya permukiman perdesaan,
dinamikanya akan tampak pada dominasi lingkungan vegetasi dan tempat tinggal
dekat dengan tempat usaha, dengan ekspresi keruangan dari permukiman
perdesaan, seperti: Irregular Clustered, Street Village, Green Village dan
Isolated farmsteads.

Yunus (1987) dalam Wesnawa (2015) menyatakan permukiman diartikan


sebagai bentukan baik buatan manusia ataupun alami dengan segala
kelengkapannya yang digunakan manusia sebagai individu maupun kelompok
untuk bertempat tinggal baik sementara maupun menetap dalam rangka
menyelenggarakan kehidupannya. Secara kontinum eksistensi permukiman dapat
digolongkan menjadi permukiman perkotaan atau urban settlements, permukiman
kota-desa atau rural-urban settlements dan permukiman perdesaan atau rural
settlements (Van den Berg, 1994; Pryor, 1971; Bryant et.al.; dalam Hadi Sabari
Yunus, 1987). Istilah permukiman dan pemukiman dalam berbagai media
maupun karangan sering dirancukan, penggunaan istilah tersebut kebanyakan
diarahkan pada makna tempat tinggal manusia. Secara etimologis keduanya
mempunyai asal kata yang sama, yaitu kata mukim, yang berarti tempat tinggal
atau sekelompok penduduk (Poerwadarminta, 1966). Permasalahan dalam
pembentukan kata permukiman dan pemukiman terletak pada perbedaan imbuhan
dan arti yang dihasilkannya (Kerap, 1978). Kata permukiman mempunyai
imbuhan per-an dan kata pemukiman mempunyai imbuhan pe-an. Baik per-an

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 1
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
maupun pe – an mempunyai fungsi membentuk kata benda. Di antara beberapa
arti yang dibentuk oleh imbuhan per-an, ternyata yang paling tepat untuk kata
permukiman adalah tempat ber…, atau tempat bermukim, sedangkan arti imbuhan
pe –an pada kata pemukiman mempunyai arti cara me, atau hal me……. Dengan
demikian, kata pemukiman berkaitan dengan cara-cara memukimkan atau proses
memukimkan manusia dan dapat pula berarti proses memukimi (menempati)
tempat-tempat tertentu.

Pengertian permukiman ataupun pemukiman selalu dikaitkan dengan


manusia dan kepentingannya. Dari pengertian di atas dapat dijelaskan makna
sebagai berikut, pertama, permukiman memiliki kedudukan penting dalam
memenuhi salah satu kebutuhan dasar manusia, di samping kebutuhan pangan
maupun sandang dan kebutuhan dasar lainnya. Kedua, di dalam pemenuhan
kebutuhan permukiman secara tersirat terkandung banyak permasalahan yang
terkait dengan keragaman wilayah maupun keragaman dinamika penghuninya.
Kompleknya masalah permukiman dan pemukiman berakibat pada belum
tuntasnya satu upaya pemecahan masalah permukiman muncul masalah
pemukiman yang lainnya. Sehubungan dengan itu, wajar jika pemerintah di
negara maju maupun negara yang sedang berkembang memberikan perhatian
khusus terhadap masalah permukiman. Perkembangan permukiman dapat dikaji
tentang aspek adaptasi manusia terhadap lingkungan untuk menyesuaikan
kebutuhan hidupnya.

Dari aspek teoritis keilmuan maupun praktis dalam kebijakan


permukiman, baik perencanaan dan pelaksanaan pembangunan maupun
tujuannya, terlihat bahwa hingga saat ini permukiman memperoleh perhatian yang
besar dari berbagai pakar maupun dari pemerintah. Dalam uraian berikutnya akan
dibahas permukiman dari aspek teoritis dan praktis dalam kaitannya dengan
pengembangan permukiman secara umum, seperti mewujudkan permukiman yang
secara kualitas dan kuantitas memenuhi skala lokal, regional dan nasional serta
memberikan contoh kajian permukiman di Indonesia.

Kajian permukiman baik melalui penelitian maupun tulisan ilmiah yang


menekankan tinjauan permukiman dari berbagai matra, telah banyak dilakukan

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 1
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
oleh berbagai ahli. Namun demikian, kerancuan makna permukiman baik dalam
ungkapan sehari-hari, media massa, forum pertemuan maupun dalam diskusi
keilmuan masih banyak dijumpai. Kerancuan makna diawali dari penggunaan
istilah permukiman dan perumahan yang dianggap sama, pada hal dari segi
etimologis keduanya menunjukkan perbedaan yang signifikan walaupun disadari
bahwa makna kedua istilah ini memiliki kaitan yang sangat erat (Ritohardoyo,
1999). Oleh karenanya pemahaman permukiman dan perumahan secara tepat dan
benar masih harus disosialisasikan oleh lembaga pendidikan maupun penelitian.

Settlement atau permukiman menurut Finch (1957) adalah kelompok


satuan-satuan tempat tinggal atau kediaman manusia mencakup fasilitasnya,
seperti: bangunan rumah, serta jalur jalan, dan fasilitas lain yang digunakan
sebagai sarana pelayanan manusia tersebut. Batasan ini tampaknya lebih
mengarah pada arti permukiman sebagai kelompok satuan kediaman orang atau
manusia pada satu wilayah tidak hanya berupa rumah tempat tinggal tetapi
mencakup pula fasilitas yang diperlukan untuk menunjang kehidupan
penghuninya.
Istilah settlement mengacu dua arti yang berbeda walaupun saling
berkaitan, yakni pemukiman mengacu pada arti kolonisasi di suatu daerah baru
dengan proses pemindahan penduduk dan permukiman mengacu pada arti
kelompok-kelompok bangunan rumah tempat tinggal manusia yang dibedakan ke
dalam dukuh (dusun), desa, kota kecil, dan kota besar (Hudson, 1970). Batasan
settlement menurut Zee (1979) lebih menekankan dua kandungan makna yang
berbeda yang dinyatakan sebagai berikut: The world settlement means the process
whereby people become sedentary within an area; and the result of this process.
Dalam hal ini, kata settlement berarti proses dengan cara apa orang bertempat
tinggal menetap dalam suatu wilayah atau akibat dari proses tersebut. Dua arti
settlement yang berbeda namun saling berkaitan, dimana arti pertama mengacu
pada ke pemukiman, yakni proses bagaimana orang bermukim atau bertempat
tinggal, dan arti yang kedua mengacu ke permukiman yakni tempat tinggal yang
merupakan hasil proses orang menempati suatu wilayah.
Pengertian permukiman yang tersebut terakhir mengandung makna
kemampuan fisiognomis secara keseluruhan dari unsur–unsur pembentuk

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 1
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
permukiman, dan mencerminkan keadaan sosial ekonomi penghuni yang pernah
bertempat tinggal maupun yang masih bertempat tinggal di wilayah itu.
Permukiman atau tempat tinggal secara khusus sering disebut bangunan
rumah yang mencakup semua jenis bangunan tempat perlindungan (shelter)
buatan manusia, seperti: tempat kediaman, gedung, bengkel, sekolah, gereja, toko,
depot. Bangunan rumah mencerminkan ciri khas suatu wilayah, jika ciri tersebut
dikaitkan dengan lingkungan dan kebudayaan penghuni. Zee (1979) memberi
arti permukiman secara sempit sebagai perumahan, yang terdiri dari bangunan
rumah tinggal maupun kelompok bangunan rumah (house building group).
Di dalam pemberian arti permukiman dari beberapa penulis, secara tersirat
menunjukkan dua aspek penting. Pertama, permukiman bermakna bangunan
rumah tempat tinggal dari segi fisik bangunan yang digunakan oleh pemukim
untuk menyelenggarakan kehidupannya. Dalam penyelenggaraan kehidupannya
tersebut tidak lepas dari aspek sosial budaya yang dimiliki oleh pemukim. Kedua,
menyangkut aspek kawasan persebaran bangunan rumah tunggal maupun
kelompok bangunan rumah, serta lokasi bangunan baik di daerah perkotaan
maupun perdesaan. Kawasan bangunan yang berlokasi di daerah perkotaan tentu
pemukimnya memiliki aktivitas yang berhubungan dengan aktivitas perkotaan,
sementara itu, permukiman perdesaan cenderung aktivitasnya berhubungaan
dengan karakteristik daerah agraris, sosial budaya dan kegiatan ritual yang masih
kental dengan nuansa kedesaan.
Dalam hubungannya dengan pembedaan istilah permukiman dan
perumahan, Yunus (1987; 1989; 1996) lebih menekankan pada pentingnya
pembedaan lingkup tinjauan dari segi skala batasan, maupun dari segi skala
wilayah. Hal ini sangat menentukan kedalaman makna dan kemudahan
pelaksanaan kajian secara geografis. Secara luas arti permukiman manusia adalah
semua bentukan secara buatan maupun secara alami dengan segala
perlengkapannya, yang dipergunakan oleh manusia baik secara individu maupun
kelompok untuk bertempat tinggal sementara maupun menetap dalam rangka
menyelenggarakan kehidupannya. Rentangan makna yang terkandung di
dalamnya sangat luas, keterkaitan antara permukiman dengan perumahan tertuang
secara tersirat. Tinjauan permukiman pada tingkat makro menjelaskan bangunan
bangunan rumah tempat tinggal dalam skala wilayah regional, lingkup meso
menjelaskan kelompok kelompok bangunan rumah tempat tinggal dalam skala

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 1
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
lokal, dan lingkup mikro menjelaskan bangunan rumah tempat tinggal individual
(Wesnawa, 2015).
Beberapa kriteria permukiman atau kawasan permukiman yang layak
adalah sebagai berikut.
a. Jaminan Perlindungan Hukum
Perlindungan hukum mengambil banyak bentuk, diantaranya penyewaan
akomodasi (publik dan swasta), perumahan kolektif, kredit, perumahan
darurat, pemukiman informal, termasuk penguasaan tanah dan properti.
Meskipun ada beragam jenis perlindungan hukum, setiap orang harus
memiliki tingkat perlindungan hukum yang menjamin perlindungan
hukum dari pengusiran paksa, pelecehan, dan ancaman lainnya. Negara
Pihak harus secara bertanggung jawab, segera mengambil tindakan-
tindakan yang bertujuan mengkonsultasikan jaminan perlindungan hukum
terhadap orang-orang tersebut dan rumah tangga yang saat ini belum
memiliki perlindungan, konsultasi secara benar dengan orang-orang atau
kelompok yang terkena.
b. Ketersediaan Layanan, Bahan-Bahan Baku, Fasilitas, dan Infrastruktur
Tempat tinggal yang layak harus memiliki fasilitas tertentu yang penting
bagi kesehatan, keamanan, kenyamanan, dan nutrisi. Semua penerima
manfaat dari hak atas tempat tinggal yang layak harus memiliki akses yang
berkelanjutan terhadap sumber daya alam dan publik, air minum yang
aman, energi untuk memasak, suhu dan cahaya, alat-alat untuk menyimpan
makanan, pembuangan sampah, saluran air, layanan darurat.
c. Keterjangkauan
Biaya pengeluaran seseorang atau rumah tangga yang bertempat tinggal
harus pada tingkat tertentu dimana pencapaian dan pemenuhan terhadap
kebutuhan dasar lainnya tidak terancam atau terganggu. Tindakan harus
diambil oleh Negara Pihak untuk memastikan bahwa persentasi biaya yang
berhubungan dengan tempat tinggal, secara umum sepadan dengan tingkat
pendapatan. Negara Pihak harus menyediakan subsidi untuk tempat
tinggal bagi mereka yang tidak mampu memiliki tempat tinggal, dalam
bentuk dan tingkat kredit perumahan yang secara layak mencerminkan
kebutuhan tempat tinggal. Dalam kaitannya dengan prinsip

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 1
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
keterjangkauan, penghuni harus dilindungi dengan perlengkapan yang
layak ketika berhadapan dengan tingkat sewa yang tidak masuk akal atau
kenaikan uang sewa. Di masyarakat, di mana bahan-bahan baku alam
merupakan sumber daya utama bahan baku pembuatan rumah, Negara
Pihak harus mengambil langkah-langkah untuk memastikan ketersediaan
bahan baku tersebut.
d. Layak Huni
Tempat tinggal yang memadai haruslah layak dihuni, artinya dapat
menyediakan ruang yang cukup bagi penghuninya dan dapat melindungi
mereka dari cuaca dingin, lembab, panas, hujan, angin, atau ancaman-
ancaman bagi kesehatan, bahaya fisik bangunan, dan vektor penyakit.
Keamanan fisik penghuni harus pula terjamin. Komite mendorong Negara
Pihak untuk secara menyeluruh menerapkan Prinsip Rumah Sehat yang
disusun oleh WHO yang menggolongkan tempat tinggal sebagai faktor
lingkungan yang paling sering dikaitkan dengan kondisi-kondisi penyebab
penyakit berdasarkan berbagai analisis epidemiologi; yaitu, tempat tinggal
dan kondisi kehidupan yang tidak layak dan kurang sempurna selalu
berkaitan dengan tingginya tingkat kematian dan ketidaksehatan.
e. Aksesibilitas
Tempat tinggal yang layak harus dapat diakses oleh semua orang yang
berhak atasnya. Kelompok-kelompok yang kurang beruntung seperti
halnya manula, anak-anak, penderita cacat fisik, penderita sakit stadium
akhir, penderita HIV-positif, penderita sakit menahun, penderita cacat
mental, korban bencana alam, penghuni kawasan rawan bencana, dan lain-
lain harus diyakinkan mengenai standar prioritas untuk lingkungan tempat
tinggal mereka.
f. Lokasi
Tempat tinggal yang layak harus berada di lokasi yang terbuka terhadap
akses pekerjaan, pelayanan kesehatan, sekolah, pusat kesehatan anak, dan
fasilitas-fasilitas umum lainnya. Di samping itu, rumah hendaknya tidak
didirikan di lokasi-lokasi yang telah atau akan segera terpolusi, yang
mengancam hak untuk hidup sehat para penghuninya.

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 1
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
g. Kelayakan Budaya
Cara rumah didirikan, bahan baku bangunan yang digunakan, dan
kebijakan-kebijakan yang mendukung kedua unsur tersebut harus
memungkinkan pernyataan identitas budaya dan keragaman tempat
tinggal. Berbagai aktivitas yang ditujukan bagi peningkatan dan
modernisasi dalam lingkungan tempat tinggal harus dapat memastikan
bahwa dimensi-dimensi budaya dari tempat tinggal tidak dikorbankan, dan
bahwa, di antaranya, fasilitas-fasilitas berteknologi modern, juga telah
dilengkapkan dengan semestinya (Zulfie Syarief).
2.1.2.3. Permukiman Kumuh
Kota pada awalnya berupa permukiman dengan skala kecil, kemudian
mengalami perkembangan akibat dari pertumbuhan penduduk, perubahan sosial
ekonomi serta interaksi dengan kota-kota lain dan daerah hinterland. Kota-kota di
Indonesia pertumbuhan penduduk tidak diimbangi dengan pembangunan sarana
dan prasarana kota dan peningkatan pelayanan perkotaan, bahkan yang terjadi
justeru sebagian kawasan perkotaan mengalami penurunan kualitas lingkungan
yang berpotensi menciptakan daerah kumuh (slum area). Munculnya permukiman
kumuh di daerah perkotaan merupakan hal yang tidak dapat dihindari yang
tumbuh secara alami dan instan.
Menurut Rindrojono (2013) Kumuh adalah gambaran secara umum
tentang sikap dan tingkah laku yang rendah dilihat dari standar hidup dan
penghasilan rendah. Dengan kata lain, kumuh dapat diartikan sebagai tanda atau
cap yang diberikan golongan atas yang sudah mapan kepada golongan bawah
yang belum mapan. Menurut Pasal 1 angka 13 Undang–Undang Nomor 1 Tahun
2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, dijelaskan bahwa
permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena
ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas
bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Dan,
perumahan kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi
sebagai tempat hunian.
Menurut Drakakish Smith dalam buku settlement memberikan batasan
tentang permukiman kumuh adalah sebagai berikut. Slum adalah lingkungan

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 1
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
permukiman yang absah, legal dan permanen tetapi kondisi fisik lingkungannya
semakin memburuk karena kurang pemeliharaan, umur bangunan yang menua,
ketidakacuhan atau karena terbagi-bagi menjadi unit pekarangan rumah atau
kamar yang semakin kecil. Squatter adalah permukiman liar yang menempati
lahan ilegal (bukan daerah permukiman) seringkali tidak terkontrol dan tidak
terorganisasi, dengan kondisi fisik lingkungan dan bangunan yang sangat jelek,
tanpa dilayani oleh prasarana dan sarana lingkungan kota.
Sementara Budiarjo mengemukakan bahwa ciri permukiman kumuh dalam
kebanyakan perkampungan di kota adalah: (1) Penghuni berasal dari desa yang
sama, sehingga memungkinkan suatu homogenitas yang agak besar, karena
penghuni kebanyakan berasal dari desa miskin yang sama dengan tingkat
pendapatan yang relatif rendah; (2) Tingkat pendidikan adalah tamatan Sekolah
Dasar maupun tidak tamat sekolah karena putus ditengah jalan; (3) Dalam
menyambung hidup atau untuk memenuhi kebutuhan pokok, modal utama adalah
tenaga otot masing-masing serta banyak memiliki waktu kosong; (4) Belum
terorganisasi menurut badan hukum usaha yang lazim berlaku, seperti perseroan
terbatas, koperasi, dan lain-lain. Modal usaha diperoleh dari jalur-jalur tidak
resmi; (5) Bekerja pada sektor informal; (6) Komplek permukiman padat dan letak
permukiman tidak teratur; (7) Fasilitas elementer, seperti air minum, tempat
mandi-cuci kakus yang bersih, listrik dan selokan pembuangan air tinja dan
sampah, umumnya tidak tersedia dengan baik; (8) Bangunan tempat bermukim
serba sederhana terbuat dari bahan gedek atau serupa, dan pada umumnya tidak
memenuhi persyaratan kesehatan; (9) Penghuni memiliki semangat kekeluargaan
yang cukup baik di antara penghuni; (10) Kesadaran hidup beragama (221020-
identifikasi-permukiman-kumuh-di-pusat-k.pdf (neliti.com)
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa slums area adalah
wilayah permukiman yang berkepadatan tinggi, miskin, kurang terpenuhinya
akses pada infrastruktur dan sewa lahan yang tidak aman. Adapun beberapa
masalah yang sering ditemui dalam wilayah slums ini seperti kekumuhan, sarana
dan prasarana yang terbatas, dan kriminalitas yang tinggi, sehingga memengaruhi
perkembangan daerah sekitarnya.

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 1
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
Permen Pekerjaan Umum Nomor 14 Tahun 2018 Lampiran 2, perumahan
kumuh dan permukiman kumuh dinilai dengan menggunakan parameter sebagai
berikut.
a. Bangunan rumah meliputi keidakteraturan bangunan rumah, tingkat
kepadatan bangunan rumah, dan ketidak sesuaian dengan persyaratan
teknis bangunan rumah.
b. Kondisi jalan lingkungan, meliputi aspek: cakupan jaringan pelayanan,
kualitas permukaan jalan.
c. Kondisi penyediaan air minum, meliputi aspek: ketidaktersediaan akses
aman air minm, tidak terpenuhinya kebutuhan air minum.
d. Kondisi drainase lingkungan, meliputi aspek: ketidaktersediaan drainase,
ketidakmampuan mengalirkan air limpasan. Kualitas konstruksi drainase.
e. Kondisi pengelolaan air limbah, meliputi: sistem pengelolaan air limbah
sesuai persyaratan teknis, prasarana dan sarana pengelolaan air limbah
yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis.
f. Kondisi pengelolaan persampahan, meliputi aspek prasarana dan sarana
persampahan yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis, sistem
pengelolaan persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis.
g. Kondisi proteksi kebakaran, meliputi aspek: ketidaktersediaan sistem
proteksi secara aktif dan pasif, ketidaktersediaan sarana proteksi kebakaran
(221020-identifikasi-permukiman-kumuh-di-pusat-k.pdf (neliti.com).
2.1.2.4. Permukiman Tradisional
Permukiman tradisional sebagai hasil kebudayaan manusia yang terbentuk
secara bertahap dalam kurun waktu yang relatif lama seiring dengan
perkembangan masyarakat dan budaya yang dimiliki. Nilai-nilai yang terkandung
dalam suatu permukiman tradisional sangat bergantung pada nilai-nilai
kebudayaan yang dipegang oleh masyarakatnya.

Permukiman tradisional pada umumnya dihuni oleh masyarakat yang


hidup dari sektor agraris dan kehidupan masyarakat yang homogen serba
tradisional, kebudayaan yang dimiliki berhubungan erat dengan kondisi alam dan
lingkungannya. Seperti misalnya permukiman tradisional yang ada di Buleleng,

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 1
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
ditemukan di desa-desa yang corak agrarisnya sangat kental karena didukung oleh
lingkungan agraris untuk dapat menyelenggarakan kehidupannya.

Ciri-ciri permukiman tradisional adalah:


a) Kehidupan masyarakat bersifat tradisional, baik dalam teknologi, orientasi,
organisasi maupun pengelolaan;
b) Orientasi tradisional tercermin dari motif pergerakan yang ditujukan untuk
mencari keuntungan maksimal, penggunaan sumberdaya yang tidak
optimal, kurang tanggap terhadap rangsangan dari luar sebagai peluang
untuk memajukan diri, sekadar mempertahankan hidup serta pemenuhan
kepuasan sosial bersifat konservatif serta merupakan masyarakat yang
tertutup dan statis;
c) Ikatan kekeluargaan masyarakat sangat kuat, taat pada tradisi dan kaidah-
kaidah sosial;
d) Kehidupan masih tergantung pada hasil perkebunan dan pertanian.
Permukiman tradisional adalah hasil kebudayaan fisik, yang dalam
konteks tradisional merupakan bentuk ungkapan yang berkaitan erat
dengan karakter masyarakatnya.

Dalam pertumbuhan dan perkembangannya kebudayaan fisik tersebut


dipengaruhi oleh sosio-kultural dan lingkungan. Perbedaan wilayah, kondisi
alam dan latar budaya akan menyebabkan perbedaan dalam ungkapan
arsitekturalnya. Menurut Rapoport (1969), faktor sosial budaya merupakan
faktor penentu perwujudan arsitektur, karena terdapat sistem nilai di dalamnya
yang akan memandu manusia dalam memandang serta memahami dunia
sekitarnya. Kondisi alam dan lingkungan memegang peranan penting dalam
membentuk kehidupan manusia dalam hal ini adalah kebudayaan. Manusia dan
alam selalu berdampingan dan tidak dapat dipisahkan dari batasan dan hukum
alam. Kondisi alam yang berbeda melahirkan kebudayaan yang berbeda pula,
termasuk juga arsitekturalnya.

Menurut Sujarto (1977), unsur permukiman terdiri dari unsur wisma


(tempat tinggal), karya (tempat berkarya), suka (tempat
rekreasi/bersantai/hiburan), dan penyempurna (peribadatan, pendidikan,

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 1
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
kesehatan, utilitas umum) atau berintegrasi di dalam suatu lingkungan dan
hubungan satu sama lain oleh unsur Marga (jaringan jalan). Perumahan adalah
suatu lingkungan mukim (tempat tinggal) manusia yang terdiri dari sekelompok
rumah dengan berbagai macam fasilitas sosial, fasilitas umum, jaringan
pergerakan, serta sarana dan prasarananya.
Pola permukiman dan persebaran permukiman bervariasi sifatnya, dari
sangat jarang sampai sangat padat, dapat memusat atau mengelompok, dapat tidak
teratur, atau teratur. Permukiman lebih banyak terdapat pada tanah-tanah yang
subur dengan relatif datar yang menguntungkan untuk pertanian. Persebaran yang
mengelompok atau tidak teratur umumnya terdapat pada wilayah-wilayah yang
topografinya tidak seragam. Dijelaskan oleh Burhan (2008) pola tata ruang
permukiman tradisional dipengaruhi oleh: a) Guna lahan (elemen pembentuk
kawasan pedesaan, peletakan elemen); b) Ruang budaya (berdasarkan aktivitas
harian, berdasarkan ritual); dan c) Pola tata ruang tempat tinggal (rumah dan
pekarangan, struktur tata ruang tempat tinggal, pola tata bangunan).
Permukiman tradisional merupakan manifestasi dari nilai sosial budaya
masyarakat yang erat kaitannya dengan nilai sosial budaya penghuninya, yang
dalam proses penyusunannya menggunakan dasar norma-norma tradisi.
Permukiman tradisional sering direpresentasikan sebagai tempat yang masih
memegang nilai-nilai adat dan budaya yang berhubungan dengan nilai
kepercayaan atau agama yang bersifat khusus atau unik pada suatu masyarakat
tertentu yang berakar dari tempat tertentu pula di luar determinasi sejarah.
Struktur ruang permukiman digambarkan melalui pengidentifikasian
tempat, lintasan, dan batas sebagai komponen utama, selanjutnya diorientasikan
melalui hirarki dan jaringan atau lintasan yang muncul dalam lingkungan binaan
yang berbentuk fisik atau nonfisik. Untuk membentuk struktur ruang tidak hanya
orientasi yang terpenting, tetapi juga objek nyata dari suatu identifikasi. Dalam
suatu lingkungan tempat suci berfungsi sebagai pusat yang selanjutnya menjadi
orientasi dan identifikasi bagi manusia, dan merupakan struktur ruang. Struktur
ruang permukiman tradisional menunjukkan adanya tatanan ruang permukiman
yang sangat dipengaruhi oleh kepercayaan, mulai dari pemilihan lokasi sampai
struktur ruang itu sendiri. Dalam menentukan tatanan ruang permukiman ini,

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 2
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
keterkaitan dan pemaknaan lingkungan juga memiliki cakupan yang sangat luas,
bukan hanya dilihat dalam hal lingkungan sekitarnya saja, akan tetapi juga dalam
lingkup yang sangat luas, seperti kedudukan dalan jagad raya, di bumi tempat
seseorang bertempat tinggal.
Perumahan dan Kawasan Permukiman Tradisional Buleleng dan Bali pada
umumnya merupakan suatu tempat kehidupan yang utuh dan bulat yang berpola
tradisional yang terdiri dari 3 unsur, yaitu: unsur kahyangan tiga (pura desa),
unsur krama desa (warga), dan karang desa (wilayah) dengan latar belakang
norma-norma dan nilai-nilai tradisional yang melandasinya. Perumahan dan
Kawasan Permukiman Desa Tradisional Bali tersebut pada prinsipnya dilandasi
oleh konses-konsep seperti: hubungan yang harmonis antara Bhuana Agung
dengan Bhuana Alit, Manik Ring Cucupu, Tri Hita Karana, Tri Angga, Hulu-
Teben sampai kepada melahirkan tata nilai Sanga Mandala yang memberi arahan
tata ruang, baik dalam skala rumah (umah) maupun perumahan (desa).
Berdasarkan data Satker Kementerian PU Wilayah II Denpasar, di
Provinsi Bali terdapat 38 titik lokasi permukiman tradisional yang tersebar di
beberapa Kabupaten. Di Kabupaten Buleleng ditemukan ada 12 desa tradisional
yaitu:
1. Desa Tradisional Cempaga
2. Desa Tradisional Sidetapa
3. Desa Tradisional Tigawasa
4. Desa Tradisional Pedawa
5. Desa Tradisional Gobleg
6. Desa Tradisional Sudaji
7. Desa Tradisional Julah
8. Desa Tradisional Sembiran
9. Desa Banyuseri (Banjar)
10. Desa Bulian
11. Desa Penuktukan
12. Desa Pacung

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 2
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
2.1.2.5. Pembangunan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Perumahan dan
Permukiman
Prasarana sebagaimana dimuat dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 9 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyerahan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Perumahan dan Permukiman di daerah adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan
yang memungkinkan lingkungan perumahan dan permukiman dapat berfungsi
sebagaimana mestinya.
Adapun sarana adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.
Sedangkan utilitas merupakan sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan.
Pembangunan prasarana, sarana dan utilitas perumahan dan permukiman
sangat tergantung pada minimal jumlah penduduk pendukung yang dibutuhkan
untuk pengadaan fasilitas sosial dimaksud. Pengadaan sarana fasilitas sosial pada
perumahan dan permukiman antara lain ditentukan berdasarkan ketentuan
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 278/KPTS/1987. Pelimpahan
prasarana, sarana, dan utilitas perumahan dan permukiman dilakukan melalui
beberapa tahapan seperti perencanaan, pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan.
Proses pelimpahan prasarana, sarana dan utilitas perumahan adalah penyerahan
berupa tanah dengan bangunan dan/ atau tanah tanpa bangunan dalam bentuk
asset dan tanggung jawab pengelolaan dari pengembang kepada Pemerintah
Daerah.

2.1.3. Kajian terhadap Asas yang Terkait dengan Penyusunan Norma


Azas-Azas Penyusunan Peraturan Daerah Hamid S. Attamimi (1990: 313),
menyampaikan dalam pembentukan peraturan perundang-undangan, setidaknya
ada beberapa pegangan yang harus dikembangkan guna memahami asas-asas
pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik secara benar, meliputi:
Pertama, asas yang terkandung dalam Pancasila selaku asas-asas hukum umum
bagi peraturan perundang-undangan; Kedua, asas-asas negara berdasar atas
hukum selaku asas-asas hukum umum bagi perundang-undangan; Ketiga, asas-
asas pemerintahan berdasar sistem konstitusi selaku asas-asas umum bagi
perundang-undangan, dan Keempat, asas-asas bagi perundang-undangan yang

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 2
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
dikembangkan oleh ahli. Berkenaan dengan hal tersebut pembentukan peraturan
daerah yang baik berpedoman pada asas-asas pembentukan peraturan perundang-
undangan yang baik, pemerintahan berdasarkan sistem konstitusi, dan negara
berdasarkan kedaulatan rakyat.
Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan membentuk peraturan Peraturan Perundang-undangan, perundang-
undangan termasuk dalam Peraturan Daerah, harus berdasarkan pada asas-asas
pembentukan yang baik meliputi:
a. Asas kejelasan tujuan adalah bahwa setiap pembentukan Peraturan
Perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak
dicapai;
b. Asas kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat adalah bahwa setiap
jenis peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga/pejabat
pembentuk peraturan perundang-undangan yang berwenang. Peraturan
perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum,
apabila dibuat oleh lembaga/pejabat yang tidak berwenang;
c. Asas kesesuaian antara jenis dan materi muatan adalah bahwa dalam
pembentukan peraturan perundang-undangan harus benar-benar
memperhatikan materi muatan yang tepat dengan jenis peraturan
perundang-undangannya;
d. Asas dapat dilaksanakan adalah bahwa setiap pembentukan peraturan
perundang-undangan harus memperhitungkan efektifitas peraturan
perundang-undangan tersebut, baik secara filosofis, yuridis maupun
sosiologis.1) Aspek Filosofis adalah terkait dengan nilai-nilai etika dan
moral yang berlaku di masyarakat. Peraturan Daerah yang mempunyai
tingkat kepekaan yang tinggi dibentuk berdasarkan semua nilai-nilai yang
baik yang ada dalam masyarakat; 2) Aspek Yuridis adalah terkait landasan
hukum yang menjadi dasar kewenangan pembuatan Peraturan Daerah; dan
3) Aspek Sosiologis adalah terkait dengan bagaimana Peraturan Daerah
yang disusun tersebut dapat dipahami oleh masyarakat, sesuai dengan
kenyataan hidup masyarakat yang bersangkutan.

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 2
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
e. Asas hasil guna dan daya guna adalah bahwa setiap peraturan perundang-
undangan dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat
dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;
f. Asas kejelasan rumusan adalah bahwa setiap peraturan perundang-
undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan peraturan
perundang-undangan. Sistematika dan pilihan kata atau terminologi, serta
bahasa hukumnya jelas dan mudah dimengerti, sehingga tidak
menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam pelaksanaannya.
g. Asas keterbukaan adalah bahwa dalam proses pembentukan peraturan
perundang-undangan mulai perencanaan, persiapan, penyusunan dan
pembahasan bersifat transparan. Dengan demikian seluruh lapisan
masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk
memberikan masukan dalam proses pembuatan peraturan perundang-
undangan;
h. Asas materi muatan adalah materi muatan peraturan perundang-undangan
menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan harus mengandung asas-asas sebagai
berikut.
1) Asas kekeluargaan adalah mencerminkan musyawarah untuk mufakat
dalam setiap pengambilan keputusan.
2) Asas Kenusantaraan adalah bahwa setiap materi muatan Peraturan
Daerah senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah
Indonesia dan materi muatan peraturan perundang-undangan yang
dibuat di daerah merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang
berdasarkan Pancasila.
3) Asas Bhinneka Tunggal Ika adalah bahwa materi muatan Peraturan
Daerah harus memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku, dan
golongan, kondisi khusus daerah, dan budaya khususnya yang
menyangkut masalah-masalah sensitif dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
4) Asas Keadilan adalah mencerminkan keadilan secara proporsional bagi
setiap warga negara tanpa kecuali.

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 2
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
5) Asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan adalah
bahwa setiap materi muatan peraturan daerah tidak boleh berisi hal-hal
yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain,
agama, suku, ras, golongan, gender atau status sosial.
6) Asas ketertiban dan kepastian hukum adalah bahwa setiap materi
muatan peraturan daerah harus dapat menimbulkan ketertiban dalam
masyarakat melalui jaminan adanya kepastian hukum.
7) Asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan adalah bahwa setiap
materi muatan peraturan daerah harus mencerminkan keseimbangan,
keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan individu dan
masyarakat dengan kepentingan bangsa dan negara.
8) Asas pengayoman adalah memberikan perlindungan dalam rangka
menciptakan ketentraman masyarakat.
9) Asas Kemanusiaan adalah mencerminkan perlindungan dan
penghormatan hak-hak asasi manusia serta hakekat dan martabat setiap
warga negara secara proporsional.
10) Asas kemanusiaan adalah mencerminkan perlindungan dan
penghormatan hak-hak asasi manusia serta harkat dan martabat setiap
warga negara secara proporsional.
11) Asas Kebangsaan adalah mencerminkan sifat dan watak Bangsa
Indonesia yang pluralistik dengan tetap menjaga prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Asas-asas hukum peraturan perundang-undangan tersebut sesuai Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan, dapat dikelompokan menjadi 2 (dua) yakni Pertama, asas yang
berkaitan dengan pembentukan atau proses Peraturan Perundang-undangan dan;
Kedua, asas yang berkaitan dengan materi muatan atau substansi Peraturan
Perundang-undangan. Asas kepastian hukum. Asas ini merupakan asas yang
sangat fundamental yang berlaku di setiap negara hukum yang bertujuan untuk
menjamin bahwa kepastian hukum terwujud dalam masyarakat. Hukum bertujuan
untuk mewujudkan kepastian dalam hubungan antar manusia, yaitu menjamin

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 2
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
prediktabilitas, dan juga bertujuan untuk mencegah bahwa hak yang terkuat yang
berlaku.
Dengan demikian, asas ini dianggap perlu untuk dijadikan dasar dalam
Rancangan Perda Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman, yang semata-mata untuk menjadi payung hukum bagi
pihak-pihak yang berkepentingan dalam penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman nantinya.
Asas-asas umum pengelolaan keuangan Negara. Dalam rangka
mendukung terwujudnya good governance dalam penyelenggaraan negara,
pengelolaan keuangan Negara (termasuk pengelolaan keuangan daerah) perlu
diselenggarakan secara profesional, terbuka, dan bertanggung jawab sesuai
dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Asas-asas umum pengelolaan keuangan negara dalam arti luas sangat diperlukan
guna menjamin terselenggaranya prinsip-prinsip pemerintahan daerah.
Dengan dianutnya asas-asas umum tersebut di dalam undang-undang
tentang keuangan negara, maka pelaksanaan undang-undang ini selain menjadi
acuan dalam reformasi manajemen keuangan negara, sekaligus dimaksudkan
untuk memperkokoh landasan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah di
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Aturan pokok keuangan negara dan
keuangan daerah telah dijabarkan ke dalam asas-asas umum, yang meliputi:
a. Asas Tahunan, memberikan persyaratan bahwa anggaran negara dibuat
secara tahunan yang harus mendapat persetujuan dari badan legislatif
(DPR).
b. Asas Universalitas (kelengkapan), memberikan batasan bahwa tidak
diperkenankan terjadinya percampuran antara penerimaan negara dengan
pengeluaran negara.
c. Asas Kesatuan, mempertahankan hak budget dari dewan secara lengkap,
berarti semua pengeluaran harus tercantum dalam anggaran. Oleh karena
itu, anggaran merupakan anggaran bruto, dimana yang dibukukan dalam
anggaran adalah jumlah brutonya.
d. Asas Spesialitas mensyaratkan bahwa jenis pengeluaran dimuat dalam
mata anggaran tertentu/tersendiri dan diselenggarakan secara konsisten

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 2
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Secara kuantitatif artinya jumlah
yang telah ditetapkan dalam mata anggaran tertentu merupakan batas
tertinggi dan tidak boleh dilampaui. Secara kualitatif berarti penggunaan
anggaran hanya dibenarkan untuk mata anggaran yang telah ditentukan.
e. Asas Akuntabilitas berorientasi pada hasil, mengandung makna bahwa
setiap pengguna anggaran wajib menjawab dan menerangkan kinerja
organisasi atas keberhasilan atau kegagalan suatu program yang menjadi
tanggung jawabnya.
f. Asas Profesionalitas mengharuskan pengelolaan keuangan negara
ditangani oleh tenaga yang profesional.
g. Asas Proporsional pada fungsi-fungsi kementerian/lembaga sesuai dengan
tingkat prioritas dan tujuan yang ingin dicapai. Asas Proporsionalitas;
pengalokasian anggaran dilaksanakan secara seimbang.
h. Asas Keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara, mewajibkan
adanya keterbukaan dalam pembahasan, penetapan, dan perhitungan
anggaran serta atas hasil pengawasan oleh lembaga audit yang independen.
i. Asas Pemeriksaan Keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan
mandiri, memberi kewenangan lebih besar pada Badan Pemeriksa
Keuangan untuk melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan keuangan
negara secara objektif dan independen.

2.2 Kajian Implikasi Peraturan Daerah Terhadap Aspek Kehidupan


Masyarakat dan Dampaknya Terhadap Aspek Beban Keuangan
Daerah
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng tentang
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman merupakan acuan dan
pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang perumahan rakyat dan kawasan permukiman, serta para pengembang
dalam menjalankan usahanya membangun perumahan dan permukiman di
wilayah Kabupaten Buleleng.
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman adalah kegiatan
perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 2
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta
peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. Penyelenggaraan Perumahan
dan Kawasan Permukiman didasarkan pada Rencana Pembangunan dan
Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP). RP3KP
merupakan dokumen perencanaan yang merupakan jabaran pengisian rencana
pola ruang Perumahan dan Kawasan Permukiman dalam RTRW, serta memuat
skenario penyelenggaraan pengelolaan bidang Perumahan dan Kawasan
Permukiman yang terkoordinasi dan terpadu secara lintas sektoral dan lintas
wilayah administratif.
Pengaturan tentang Rencana Pembangunan dan Pengembangan
Perumahan dan Kawasan Permukiman harus mampu:
1. Mewujudkan ketertiban dalam Pembangunan dan Pengembangan
Perumahan dan Kawasan Permukiman.
2. Memberikan kepastian hukum bagi seluruh pemangku kepentingan dalam
melaksanakan tugas dan wewenang serta hak dan kewajibannya dalam
Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman.
3. Mewujudkan keadilan bagi seluruh pemangku kepentingan terutama
bagi MBR dalam Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman.

Ruang lingkup Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan


Kawasan Permukiman meliputi:

1. Penyelenggaraan Perumahan.
2. Penyelenggaraan Kawasan Permukiman.
3. Pemeliharaan dan perbaikan.
4. Pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh.
5. Penyediaan tanah.
6. Pendanaan.
7. Peran masyarakat.
8. Pembinaan dan pengawasan.

Dampak pengaturan Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan


Permukiman terhadap keuangan daerah adalah perlunya alokasi anggaran dari

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 2
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
APBD guna membiayai penyelenggaraan perumahan rakyat dan kawasan
permukiman yang menjadi tanggungjawab pemerintah daerah. Dengan demikian
Peraturan Daerah ini akan berimplikasi pada terbebaninya APBD.

Pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman


dapat terlaksana dengan ketersediaan dana. Untuk itu perlu digali sumber-sumber
pembiayaan baik pembiayaan konvensional dan nonkonvensional. Beberapa
sumber pembiayaan yang dapat digali antara lain:
1. Sumber dana APBN
Dana pembangunan yang bersumber dari APBN hendaknya digunakan
untuk proyek pembangunan perumahan dan kawasan permukiman yang
memiliki kriteria sebagai berikut: (1) memerlukan biaya dan teknologi
relatif tinggi, (2) mempunyai dampak sosial dan ekonomi yang relatif
besar (3) merupakan proyek percontohan yang dapat merangsang
penduduk dalam melakukan proyek yang sama, dan (4) mempunyai skala
pelayanan nasional atau sambungan pelayanan skala nasional.
2. Sumber Dana APBD
Pemanfaatan sumber dana dari APBD untuk skala pelayanan wilayah
kabupaten. Untuk itu, perlu peningkatan pendapatan asli daerah dengan
cara intensifikasi dan ekstensifikasi. Seperti diketahui sumber pendapatan
Kabupaten Buleleng tahun 2021 terdiri dari PAD (16,48%), Pendapatan
Transfer (Pusat dan Daerah) sebesar 79, 12%, dan lain-lain pendapatan
yang sah sebesar 4,39%.
3. Sumber Dana Penanaman Modal Swasta dalam Negeri
Penanam modal swasta (Investor) dalam negeri dapat dimanfaatkan
sebagai sumber pendanaan kegiatan pembangunan dan pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman, asalkan pelaksanaan pembangunan
yang memanfaatkan dana dari investor ini berorientasi ekonomi, sehingga
akan saling menguntungkan dalam pelaksanaan pembangunan antara
pemerintah daerah, penanam modal dan masyarakat.
4. Sumber Dana Swadaya Masyarakat
Sumber dana dari masyarakat dapat berupa dana masyarakat sendiri dan
dana tabungan khusus masyarakat. Pemanfaatan sumber dana dari

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 2
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
masyarakat ini sesuai dengan konsep pembangunan bottom up yang lebih
mengedepankan prakarsa aktif dari masyarakat. Apabila diperhatikan dari
jumlah swadaya masyarakat ini memiliki potensi yang besar, oleh karena
itu diperlukan penggalangan dana yang konsisten agar potensi dari
masyarakat tersebut dapat bermanfaat bagi pembangunan dan
pengembangan perumahan dan kawasan permukiman di Kabupaten
Buleleng.
5. Sumber Dana Perbankan
Sumber dana perbankan dapat digunakan untuk dana skim kredit
perumahan dan permukiman, seperti: Kredit Kepemilikan Rumah (KPR),
kredit konstruksi, kredit pembangunan dan perbaikan rumah, serta
program bantuan perumahan yang tidak terkait kredit perumahan.

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 3

Anda mungkin juga menyukai